Anda di halaman 1dari 21

Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

BAB V
PERENCANAAN USAHA PERSUSUAN

5.1. Tujuan Institusional Khusus

 Mahasiswa dapat merencanakan perusahaan sapi perah secara umum


 Mahasiswa dapat menganalisa suatu perusahaan sapi perah secara umum

5.2. Pendahuluan

Susu merupakan hasil utama dari ternak perah, dengan kandungan gizi yang lengkap dan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Nilai gizi yang terkandung antara lain karbohidrat, protein,
lemak, mineral, kalsium, vitamin A, asam amino esensial maupun non esensial dan sebagainya,
sehingga susu segar ini dikatakan bahan makanan yang mengandung gizi yang paling lengkap.
Produksi susu yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat
rendah, karenanya diperlukan peningkatan hasil, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Peningkatan permintaan susu yang tidak diimbangi dengan bertambahnya populasi sapi, tentu
saja mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak terpenuhi. Pemenuhan produksi susu dengan
penambahan ternak sapi perah membutuhkan waktu yang lama.
Peternakan sapi perah adalah merupakan suatu perusahaan. Seperti halnya
perusahaanperusahaan dalam bidang lainnya, perusahaan persusuan juga mempunyai motif
mencari keuntungan. Kegiatannya dapat berupa salah satu atau kombinasi dari memproduksi
susu, membesarkan heifer untuk replacement, memproduksi hijauan makanan ternak, dan
memproduksi tanaman penghasil biji-bijian untuk bahan pembuatan konsentrat.
Pada prinsipnya, perusahaan persusuan ini merupakan perusahaan yang sangat penting
dalam kelangsungan kehidupan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Di negara-negara maju
perusahaan ini mendapat perhatian khusus dari pemerintahnya, karena produk ini merupakan
kebutuhan pokok masyarakatnya. Sehingga, pemerintahnya tidak tanggung-tangung untuk
mengeluarkan biaya untuk penelitian-penelitian yang dapat memajukan peningkatan mutu dan
kemajuan di bidang persusuan ini. Sedangkan hal ini sangat berlawanan di Indonesia, sehingga
produk susu nasional baru dapat memenuhi kebutuhan permintaan susu nasional hanya 30 % dan
sisanya lagi 70 % masih dipenuhi oleh susu import dan hal ini mempengaruhi devisa negara
cukup signifikan.
Hal ini membuktikan bahwa pengembangan usaha ternak sapi perah memiliki peluang
dan prospek usaha yang sangat cerah. Meskipun demikian, prospek usaha ternak sapi perah yang
sangat menjanjikan di Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa
perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan segala hal yang mempengaruhi
keberhasilan usaha ini termasuk memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri.
Manajemen pemeliharaan dari pedet sampai memproduksi susu (induk sapi perah laktasi)
merupakan pelaksanaan pemeliharaan ternak setiap hari yang kegiatannya meliputi pemberian
pakan dan minum, sanitasi kandang, pelaksanaan perkawinan, pemerahan, pembersihan dan
kesehatan sapi, dan sistem perkandangan.
Efisien pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya dapat dicapai
apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana pemeliharaan dan manajemen
pengelolaan yang baik. Faktor manajemen inilah yang memegang peranan penting dalam usaha

1
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

ternak perah. Namun, sebelumnya ada hal yang lebih penting sebelum tata laksana manajemen
pemeliharaan adalah bagaimana merencanakan suatu usaha ini agar manajemen pemeliharaan
yang baik tersebut tidak sia-sia dilakukan. Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang harus dipahami
terlebih dahulu adalah keunggulan dan kelemahan serta sifat dari perusahaan persusuan ini yang
akan menjadi salah satu pertimbangan. Kemudian akan dibahas juga hal-hal lainnya yang dapat
mendukung kesuksesan perusahaan ini.

5.3. Keunggulan dan Kelemahan Usaha persusuan

Jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya perusahaan persusuan juga


mempunyai keuntungan (keunggulan) dan kerugian (kelemahan).

Keuntungan/ keunggulannya yang dimaksud adalah:

1. Perusahaan persusuan merupakan perusahaan yang stabil.


Perusahaan persusuan dapat dikatakan perusahaan yang stabil karena produksi susu
merupakan produk utama yang jumlah produksinya tidak terlalu bervariasi dari tahun ke
tahun apabila target konsumen yang telah ditetapkan tidak berubah. Kalaupun terjadi
perubahan, perubahan ini tidak melebihi dari satu sampai dua persen, dengan asumsi sistem
pemeliharaannya tidak berubah. Perusahaan persusuan ini tidak bersifat musiman seperti
halnya perusahaan lain di bidang pertanian, karena sapi perah atau ternak perah lainnya
menghasilkan susu setiap hari, malahan sebaliknya, kalau sapi tidak diperah setiap hari akan
terjadi hal yang merugikan yaitu sapi akan merasa kesakitan karena ambingnya membengkak
dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama ternak akan menderita kebocoran ambing
dan dapat menyebabkan penyakit mastitis. Sehingga kegiatan perusahaan persusuan ini
berjalan secara kontinyu, tidak seperti perusahaan pertanian lainnya yang mana kegiatan
hanya pada saat-saat tertentu seperti pada musim tanam dan panen. Sedangkan di luar musim
tanam dan panen tidak ada kegiatan (ada waktu istirahatnya).

2. Dijamin adanya pendapatan yang tetap.


Kalau kita bandingkan dengan perusahaan pertanian lainya seperti usaha pertanian yang
memproduksi biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, petani baru akan menerima
pendapatannya setelah penjualan produknya setelah panen, dan biasanya hanya satu kali
dalam setahun atau lebih pendek waktunya tergantung dari jenis tanaman yang ditanam.
Bahkan sangat tergantung dari hasil panennya, yang kadang-kadang ada kemungkinan terjadi
kegagalan. Sama halnya dengan perusahaan sapi potong yang umumnya melakukan
penjualan sapi-sapi mudanya sekali dalam setahun. Sebaliknya peternak dari perusahan sapi
perah atau ternak perah lainnya, menerima pendapatannya secara teratur, per bulan atau per
minngu bahkan bisa setiap hari. Sehingga peternak dapat lebih pasti merencanakan
pengembangan usaha selanjutnya karena pendapatannya pada suatu satuan waktu kedepan
dapat diproyeksikan dengan jelas.

3. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun.


Pada usaha-usaha dibidang pertanian lainnya, penggunaan tenaga kerja bersifat musiman.
Penggunaan tenaga kerja dapat meningkat dan menurun pada waktu-waktu tertentu terutama
pada saat panen dan setelah panen. Pada perusahaan sapi perah, penggunaan tenaga kerja
adalah kontinyu disepanjang tahun dengan jumlah tenaga kerja yang relative sama. Sehingga
penggunaan tenaga menjadi lebih banyak dan hal ini dapat membantu pemerintah dalam
menyediakan lapangan pekerjaan yang tetap. Untuk lebih mempertahankan penggunaan

2
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

tenaga kerja ini, maka diperlukan tenaga kerja yang berkualitas baik (high quality labor)
termasuk kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi untuk mempertahannkan kuantitas dan
kualitas produksi.

4. Sapi perah adalah merupakan produser makanan manusia yang efisien. Sapi yang
berproduksi 10.000 lb (5.000 kg) dalam satu tahun memproduksi nutrien yang sama
banyaknya dengan hasil produksi dua ekor sapi potong yang beratnya 1250 lb. Tambahan
pula bahwa seekor sapi perah masih dapat berproduksi susu selama beberapa tahun dan dapat
pula menghasilkan keturunan (pedet) setiap tahun yang dapat meningkatkan efisiensinya lagi
(Ensminger, 1969), disamping dapat menghasilkan daging setelah masa produksinya
berakhir (setelah proses culling dilakukan). Sapi perah juga termasuk ternak yang sangat
efisien dalam mengkonversikan bahan makanan ternak menjadi makanan manusia. Dalam
tabel 41 dapat dilihat perbandingan efisiensi konversi nutrient dari beberapa jenis ternak.

5. Sapi perah, seperti halnya ternak ruminansia lainnya dapat memanfaatkan bahan limbah
pertanian atau hijauan yang tidak terjual. Setiap tahun diproduksi hijauan yang tentunya
mempunyai nilai yang rendah jika tidak dimanfaatkan oleh ruminansia. Sapi-sapi muda dapat
tumbuh dengan baik hanya dengan mengkonsumsi hijauan. Sesuai dengan kebutuhan pakan
sapi perah yang cukup tinggi, maka sapi perah dapat memanfaatkan limbah pertanian dalam
jumlah yang cukup tinggi dengan kandungan gizi yang relatif rendah dan mengubahnya
menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi yaitu: susu.

Tabel 5.1. Efisiensi Konversi Zat Gizi Pada Beberapa Jenis Ternak.

Efisiensi zat gizi (%)


Jenis Ternak
Protein Energi
Ruminansia (Ruminant)
Sapi perah (Dairy Cattle) 25 17
Sapi potong (Beef Cattle, edible cut only) 4 3
Domba (Lamb, edible cut only) 4 Tidak
tercatat

Non Ruminansia
Ayam petelur (Hens) 26 18
Ayam pedaging (Broilers) 23 11
Angsa (turkeys) 22 9
Babi (Swine) 14 14

Sumber: Journal of Animal Science, 41: 667, 1975.

Faktor-faktor yang kurang mendukung perusahan sapi perah adalah:

3
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

1. Diperlukan pertimbangan-pertimbangan tentang modal yang akan ditanamkan.


Oleh karena modal yang dibutuhkan untuk mendirikan perusahaan persusuan ini cukup
besar, maka keputusan untuk berinvestasi di bidang ini betul-betul memerlukan
pertimbangan yang cukup matang, karena kalau gagal investor akan mengalami kerugian
yang kucup besar. Dengan demikian, tidak setiap orang (yang mempunyai modal kecil) bisa
mendirikan perusahaan ini. Dengan kata lain peminatnya akan sangat terbatas, karena
keterbatasan modal, disamping karena mempunyai resiko yang cukup tinggi. Di Amerika
Serikat, satu ekor sapi perah memerlukan biaya untuk tanah, bangunan dan peralatannya,
mencapai dua kali lipat bahkan lebih jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan satu ekor
sapi pada usaha sapi potong.

2. Diperlukan manager yang berkualitas tinggi.


Disamping mengetahui cara-cara beternak yang baik, seorang manager dituntut agar memiliki
keahlian dalam hal administrasi perusahaan, fisiologi hewan dan nutrisi. Masingmasing
keahlian ini akan medukung manajer dalam hal mengelola perusahaan yaitu keahlian dalam
bidang administrasi perusahaan sangat membantu manajer dalam mengarsipkan inventaris
dan kegiatannya sehari-hari, sehingga dapat dipakai acuan dalam mengembangkan
perusahaannya di masa yang akan datang. Keahlian fisiologi hewan akan sangat berguna
dalam hal menangani ternak-ternaknya terutama dalam hal manangani ternak pada saat sakit,
mengatur perkawinan dan melakukan seleksi-seleksi untuk meningkatkan mutu ternaknya.
Dan keahlian nutrisi akan sangat membantu manajer dalam mengatur pemberian pakan dan
jenis pakan yang sesuai dengan fisiologi ternak yang dipelihara serta dapat lebih
menguntungkan perusahaan. Hal ini sangat penting karena biaya produksi dapat ditekan
cukup signifikan dengan menekan biaya pakan karena biaya pakan cukup tinggi (60 – 70 %
dari biaya operasi).

3. Tidak seperti perusahaan dalam bidang pertanian lainnya, perusahaan persusuan harus
dikerjakan secara teratur terutama dalam pemerahan dan pemasaran susunya. Sapi perah
yang sedang laktasi harus diperah secara teratur setiap hari. Kalau hal tersebut tidak
dilakukan, maka sapi akan menderita kesakitan kalau tidak diperah, disamping produksi susu
pada hari atau periode laktasi selanjutnya akan menurun. Demikian juga tentang pemasaran
susunya harus dipasarkan secara teratur karena setiap perusahaan persusuan sudah
mempunyai konsumen atau langganan tertentu, sehingga kalau tidak dipasarkan ke
konsumen akan mengecewakan konsumen dan akhirnya konsumen akan pindah
berlangganan ke perusahaan persusuan lainnya. Disamping susu yang tidak segera
dipasarkan akan cepat menjadi rusak, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian yang
cukup besar. Jadi orang-orang yang senang berekreasi, bekerja dalam jangka waktu yang
pendek, hendaknya jangan menjadi pengusaha dalam bidang persusuan. Sebaliknya
orangorang yang tekun dan yang mempunyai etos kerja yang tinggilah yang cocok sebagai
pekerja atau pengelola perusahaan ini.

4. Pendapatan per jamnya relatif lebih rendah.


Pendapatan tenaga kerja pada perusahaan persusuan ini relatif lebih rendah dibandingkan
dengan usaha dibidang pertanian lainnya. Hal ini dapat dilihat atau ditunjukkan oleh tabel
42. Perhitungan ini diasumsikan bahwa tenaga kerja di perusahaan persusuan secara rutin
bekerja setiap harinya paling tidak 6 jam per harinya. Sedangkan pada usaha pertanian
lainnya bekerja pada saat-saat tertentu (musiman), sehingga hasilnya terkonsentrasi pula
pada saat-saat tersebut, dimana pada saat-saat tersebut pula hasil panennya cukup tinggi.

4
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

Sehingga secara matematis upah yang diperoleh lebih tinggi per jamnya, akan tetapi tidak
rutin setiap hari.

Tabel 5.2. Penerimaan Per Jam Dari Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Usaha
Peternakan Dan Industri Lainnya.

Jenis Usaha Penerimaan per jam ($)

Sapi perah 0.61


Ayam petelur 0.15
Ayam pedaging 1.19
Produksi jagung 2.13
Industri (USA) 2.53

Sumber: Ensminger, M.E. 1969. Animal Science

5. Adanya ancaman pemalsuan terhadap air susu.


Berdasarkan kenyataan yang ada, bahwa banyak kejadian suatu perusahaan persusuan
memalsukan air susu yang dijualnya dengan menambahkan air biasa, air beras, santan
ataupun air kelapa. Hal ini mengakibatkan ancaman persaingan harga bagi perusahaan yang
tidak memalsukan produksi air susu yang akan dijualnya. Bagi perusahaan yang memalsukan
susunya akan dapat memasarkan susunya lebih sedangkan perusahaan yang tidak
memalsukan produknya akan menjual nya lebih mahal untuk menghindari kerugian. Kalau
tidak ketahuan konsumen akan memilih yang lebih murah, sehingga produk kita tidak laku.
Kalau perusahaan kita ikut arus untuk memalsukan air susu yang akan dijual, ini merupakan
ancaman pula, yaitu acaman reputasi perusahaan sehingga kalau ketahuan pelanggannya,
permintaan akan menurun, karena pelanggan akan berpindah ke perusahaan lainnya. Hal
yang harus diambil adalah tetap bertahan tidak ikut arus untuk memalsukan susu, walaupun
harga lebih tinggi. Tetapi kita harus selalu secara rutin meyakinkan konsumen bahwa susu
kita asli dengan secara berkala menyampaikan hasil analisa komposisi susu yang kita
hasilkan kepada konsumen.

5.4. Perencanaan Perusahaan Sapi Perah

Setelah mengetahui atau memahami keuntungan/keunggulan dan kerugian/hambatan yang


mungkin akan dijumpai seorang pengusaha atau calon pengusaha, tentu sudah dapat menetapkan
suatu keputusan tentang rencana untuk mendirikan suatu perusahaan persusuan. Namun
sebelumnya perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
(keuntungan) perusahaan persusuan ini. Berikut ini akan diuraikan mengenai factor-faktor
tersebut yang meliputi: pemilihan lokasi perusahaan, besarnya perusahaan, modal yang
diperlukan, tenaga kerja, pakan, tipe produksi yang diharapkan, dan faktor-faktor lainnya.

5.4.1. P e m i l i h a n Lokasi

5
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

Lokasi yang terbaik untuk perusahaan persusuan dipengaruhi oleh pemasaran, suplai bahan
makanan, tenaga kerja dan kadang-kadang iklim. Pada peternakan yang masih bersifat
tradisional, pasar ataupun konsumen harus dipertimbangkan secara cermat dalam mendirikan
suatu perusahaan persusuan. Hal ini disebabkan karena susu merupakan bahan makanan yang
cepat rusak jika dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Sehingga waktu pengangkutan
ke konsumen diusahakan secepat mungkin, dan dalam hal ini jarak transportasi sangat
dipertimbangkan. Disamping itu, oleh karena air susu mengandung air cukup tinggi,
mengakibatkan Volumenya yang cukup tinggi sehingga memakan tempat cukup banyak dalam
transportasi, sehingga biaya transportasi menjadi lebih tinggi. Sehingga akan mempengaruhi
biaya produksi dan pada akhir akan mengurangi keuntungan perusahaan.
Namun saat sekarang ini masalah lokasi dekat dengan konsumen sudah tidak terlalu penting
bagi perusahaan persusuan yang telah melibatkan tehnik-tehnik prosesing dalam operasi
perusahaannya. Lancarnya transportasi, adanya alat pendingin dan tehnik-tehnik prosesing yang
digunakan perusahaan telah menjadikan susu dan produk-produknya tidak mudah rusak. Dengan
adanya alat pendingin, susu segar masih bisa bertahan beberapa jam untuk mencapai tempat
konsumen. Dengan berkembangnya proses pengolahan susu seperti pembuatan susu kental, susu
bubuk, menyebabkan pemilihan lokasi yang dekat dengan konsumen hanya merupakan
pertimbangan kecil saja. Bahkan belakangan ini dianjurkan agar pedirian perusahaan persusuan
agak jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini dikaitkan dengan kebersihan lingkungan
masyarakat yang cenderung menurun kualitasnya, terutama di daerah yang padat penduduknya.
Lingkungan masyarakat yang kurang bersih akan dapat mencemari susu yang diproduksi, karena
susu merupakan produk yang cepat rusak dan mudah tercemar melalui hembusan angin yang
kotor dan berbau.
Luasnya lahan penyediaan pakan ternak adalah sangat penting bagi perusahaan persusuan. Sapi
perah memerlukan energi yang cukup banyak dan sapi-sapi ini mampu menggunakan sejumlah
besar bahan makanan kasar secara efektif. Untuk itu maka hijauan semestinya ditanam dekat
dengan perusahaan untuk mengurangi biaya transportasi pakan. Bagi sapi perah yang
produksinya tinggi perlu dipertimbangkan pemberian biji-bijian atau konsentrat yang cukup.
Sehingga dalam hal ini, pemilihan lokasi perusahaan dekat dengan penyediaan pakan (hijauan
dan biji-bijian) lebih baik dan lebih penting dibandingkan dengan dekat pasar atau konsumen.
Perusahaan yang lebih dekat dengan hijauan adalah lebih baik atau lebih efisien ditinjau dari
biaya transportasi bahan pakannya, karena volume/kapasitas hijauan yang akan diangkut jauh
lebih besar dibandingkan dengan volume/kapasitas pengangkutan air susu atau produk
olahannya. Dengan demikian biaya pakan dapat ditekan dan pada akhirnya keuntungan
perusahaan dapat ditingkatkan.
Pada sebagian besar peternakan sapi perah atau perusahaan persusuan, tenaga kerjanya adalah
tenaga kerja keluarga, kadang-kadang ditambah dengan tenaga kerja dari luar yang digaji.
Peternakan sapi perah yang mempunyai kelompok sapi perah diatas 100 ekor, umumnya sudah
tergantung dari tenaga kerja dari luar, dengan kata lain peternak harus memperhitungkan ongkos
tenaga kerja dalam mengoperasikan peternakannya.
Iklim sangat mempengaruhi produksi susu sapi perah. Dalam hal ini temperatur lingkungan
sangat besar pengaruhnya. Temperatur yang terlalu dingin atau terlalu panas dapat berakibat
langsung menurunkan produksi susu. Sehingga dalam kaitannya dengan iklim, pengaruh
temperatur dan kelembaban perlu diperhatikan oleh managernya. Secara tidak langsung iklim
sangat mempengaruhi penyediaan pakan/hijauan dari pada terhadap produktivitas sapi perah,
sepanjang manajemennya baik serta temperatur dan kelembaban tidak terlalu ekstrim.
Menurut Bath et al. (1978) Pertimbangan yang terpenting dalam pemilihan lokasi adalah
kepadatan ternak/perusahaan dalam area lokasi yang bersangkutan. Pendirian perusahaan
persusuan ditempat yang padat populasi sapi perahnya, mempunyai keuntungan tersendiri yaitu:

6
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

1. Pemasaran lebih mudah.


Umumnya perusahaan pengolahan susu yang lebih besar langsung mengambil air susu yang
dibutuhkan ke perusahaan yang lebih kecil dengan membawa kendaraan sendiri yang
biasanya dilengkapi dengan alat pendingin. Perusahaan seperti ini akan cendrung mengambil
atau membeli susu pada tempat dimana populasi perusahan persusuan yang tinggi, untuk
menekan biaya transportasi, karena pengangkutan bisa hanya terjadi sekali jalan. Kalau
perusahaan kita berada di populasi perusahan yang demikian, maka kita diuntungkan yaitu
perusahaan kita tidak mengeluarkan biaya sendiri untuk memasarkan hasil produksi susu
kita, karena air susu secara langsung diambil oleh perusahaan susu yang akan membelinya.
Kalau perusahaan kita tempatnya menyendiri, maka kita harus mengeluarkan uang extra
untuk transportasi air susu ke perusahaan yang membelinya.

2. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan insiminasi buatan (IB).


Sampai saat ini pelayanan IB di Indonesia masih dikonsentrasikan pada daerah dimana
populasi ternaknya cukup tinggi untuk meningkatkan efisiensi kerja, walaupum pelayanan
IB ini juga sudah dimulai untuk daerah pedesaan yang populasi ternaknya tidak begitu padat.
Nanum pada daerah populasi ternaknya tinggi akan lebih sering atau secara rutin didatangi
petugas IB, mengingat permintaan IB secara matematis akan lebih tinggi, sebagai akibat dari
populasi sapi perah yang tinggi. Sehingga perusahaan–perusahaan yang berada di daerah ini
akan lebih mudah mendapatkan pelayanan IB dan ini memungkinkan tidak adanya sapi
birahi yang terlewatkan, sehingga produktivitas reproduksi menjadi lebih efisien.

3. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.


Oleh karena populasi ternaknya tinggi, maka secara otomatis permintaan pelayanan kesehatan
dari peternaknya selalu ada dan cepat dilayani karena permintaan merupakan keuntungan
dari pelayan kesehatan ternak. Dengan adanya pelayanan rutin ini, berarti peternak yang
berlokasi disekitar area ini akan mudah menginformasikan masalah kesehatan sapinya ke
pelayan kesehatan sehingga ternaknya dengan cepat dapat pertolongan kesehatan sehingga
kerugian yang disebabkan oleh kematian atau penurunan produksi bisa segera dihindari.

4.Kemudahan dalam mendapatkan peralatan.


Pada prinsipnya, sama dengan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan. Hanya saja
disini berhubungan dengan penyalur peralatan yang ada hubungannya dengan perusahaan
persusuan. Dengan adanya banyak perusahaan persusuan yang terkonsentrasi pada suatu
lokasi tertentu, biasanya banyak mengundang sales-sales peralatan yang berhubungan
dengan perusahaan persusuan untuk mempromosikan produknya. Dalam hal ini informasi
dimana alat dapat diperoleh serta harganya akan lebih mudah diperoleh baik dari perusahaan
persusuan lainnya didaerah tersebut maupun secara langsung dari sales-sales yang
ditugaskan oleh perusahaan yang memproduksinya.

5.Kemudahan untuk memperoleh tenaga kerja


Di daerah yang populasi ternak sapi perah (perusahaan persusuan) padat umumnya akan
dibanjiri oleh tenaga kerja yang terampil dibidang perusahaan persusuan. Dengan demikian
kita dengan leluasa bisa menyeleksi tenaga kerja baik melalui traning langsung atau lewat
informasi dari perusahaan dimana tempat kerja tenaga kerja tersebut bekerja sebelumnya.

6.Manejemen perusahaan lebih dikenal, sehingga lebih mudah mendapatkan kredit

7
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

Untuk memperoleh kredit dari Bank, perusahan harus menunjukkan kebolehannya dalam
mengelola perusahaannya untuk meyakinkan pihak Bank bahwa perusahaannya mampu
mendapatkan keuntungan yang optimal sehingga dapat dipercaya untuk bisa mengembalikan
modalnya ke pihak Bank tanpa tunggakan. Dengan adanya pihak Bank sering meninjau
perusahaan disekitar lokasi untuk pemeriksaan agunan, sistem pengelolaan perusahaan dan
kemungkinan perkembangan perusahaan selanjutnya, kita mempunyai kesempatan untuk
mempromosikan manajemen perusahaan kita, bahwa kita sudah mampu mengelola
perusahaan dengan baik. Sehingga pada saat kita mengajukan kredit ke Bank tersebut, kita
sudah mempunyai suatu kemudahan, karena perusahaan kita sudah dikenal terlebih dulu.

5.4.2. B e s a r n y a P e r u s a h a a n

Perusahaan persusuan memerlukan peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengetahuan
dan keahlian tertentu pula. Semakin besar skala perusahaan, maka semakin besar pula modal
yang harus ditanam dalam perusahaan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya keahlian dalam
mengelola perusahaan.
Sekitar tahun 1950 sampai tahun 1960, upah tenaga kerja meningkat dengan pesat. Berdasarkan
hal ini pengusaha biasanya memberikan insentif untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerjanya.
Setelah tahun 1960 sampai sekarang, peningkatan upah tenaga kerja tidak terlalu drastis. Pada
perusahaan yang besar, penggunaan mesin perah lebih efisien daripada pemerahan dengan
tangan (tenaga manusia). Setiap perusahaan memerlukan peralatan untuk pemasaran dan
sanitasi. Biaya yang ditanam pada bagian ini tergantung pada besarnya perusahaan. Di Amerika
Serikat, perusahaan yang baru, paling sedikit memulai dengan 50 ekor sapi atau lebih yang telah
siap berproduksi (laktasi). Bahkan di beberapa daerah perusahaan yang hanya memiliki kurang
dari 200 ekor sudah tidak realistis lagi. Menurut Bath et al. (1978), ratarata pemilikan sapi perah
di New Zealand adalah 105 ekor, di Amerika rata-rata 29,6 ekor sedangkan di Italia hanya 5
ekor. Jadi di New Zealand dapat dikatakan perusahaan persusuan mempunyai skala yang cukup
besar. Di dalam pengembangan perusahaan perlu diingat bahwa penambahan jumlah sapi kurang
dari 100 ekor atau lebih dari 50 ekor perlu dipertimbangkan biaya tenaga kerjanya. Jangan
sampai tenaga kerja tidak efektif. Berapakah jumlah sapi yang harus dipelihara atau diperlukan
untuk operasi perusahaan yang efisien? Hal ini sangat tergantung pada produksi susu per ekor
sapi yang dipelihara perusahaan. Semakin tinggi produksi susu sapi yang dipelihara per ekornya,
maka semakin sedikit sapi yang dapat dipelihara untuk memenuhi syarat efektivitas penggunaan
tenaga kerja dan sebaliknya. Hal ini juga sangat erat hubungannya dengan jumlah konsumen
yang akan dilayani. Makin banyak konsumen yang dilayani, berarti makin besar perusahaan yang
harus dibangun, dan makin banyak jumlah sapi harus dipelihara. Jumlah sapi yang harus
dipelihara tergantung dari produksi susu per ekor sapi yang dipelihara untuk memenuhi
permintaan konsumen. Makin tinggi produksi susu per ekor sapi tersebut, maka jumlah
pemeliharaannya lebih sedikit, sehingga perusahaan menjadi lebih efisien.
Untuk di Indonasia, besarnya perusahaan persusuan lebih dikenal dengan “Bentuk
Usaha Peternakan Sapi Perah” dan menurut Direktorat Jendral Peternakan, Direktorat Bina
Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan (Soedjasmiran, 1985) dibedakan menjadi
2 yaitu “Bentuk Perusahaan” dan “Bentuk Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat”. Dalam
bentuk “Perusahaan Sapi Perah” lokasinya ditentukan di sekitar kota, sudah mempunyai ijin
usaha, merupakan pemasok utama kebutuhan susu segar untuk masyarakat perkotaan. Jumlah
sapi perah yang dikelola “Perusahaan Peternakan Sapi Perah” pada saat ini sekitar 5% dari
populasi nasional dengan rata-rata kepemilikan sekitar 28 ekor sapi laktasi setiap perusahaan.
Berdasarkan jumlah kepemilikan sapi perah suatu perusahaan, pemberian ijin dan
pelaksanaannya akan berbeda yaitu:

8
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

a. Perusahaan yang memiliki antara 10 ekor dan 20 ekor laktasi/dewasa atau memiliki jumlah
keseluruhan 20 sampai 40 ekor (campuran betina, jantan dan anak), ijin usaha peternakan
diberikan oleh Mentri Pertanian yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I setempat.

b. Perusahaan yang memiliki 20 ekor laktasi/dewasa atau memiliki jumlah keseluruhan 40 ekor
(campuran betina, jantan dan anak), ijin usaha peternakan diberikan oleh Mentri Pertanian
yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada Direktorat Jendral Peternakan.

Dalam bentuk “Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat” (small holders), lokasi peternakan
ditentukan di daerah pedesaan, sasarannya diandalkan untuk menjawab aspek pemerataan,
meluaskan lapangan kerja dan lapangan berusaha, meningkatkan pendapatan peternak
khususnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan pada umumnya. Usaha
peternakan rakyat berskala keluarga ini, biasanya terhimpun dalam wadah koperasi/KUD
persusuan sebagai pengumpul susu, dan merupakan pemasok utama bahan baku susu segar bagi
Industri Pengolahan Susu (IPS). Jumlah sapi perah yang dikelola peternak sapi perah rakyat ini
sekitar 95% dari populasi nasional, dengan kepemilikan rata-rata 3 ekor/peternak. Pada saat ini
sumbangan produksi susunya sekitar 92% dari hasil susu segar nasional.
Usaha peternakan sapi perah rakyat ini diselenggaran hanya sebagai usaha sampingan yang
jumlah maksimum pemeliharaannya ditentukan oleh Mentri Pertanian. Mengenai pembinaan,
pengembangan dan pengawasannya diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Cq. Kepala Dinas Peternakan/Pertanian Daerah Tingkat I setempat dengan memperhatikan
petunjuk dari Dirjen Peternakan. Kenyataannya, peternak kelas ini mengelola ternaknya secara
tradisional, karena hanya sebagai usaha sampingan, disamping keterbatasan modal.
Konsekuensinya adalah perkembangan kualitas generasi sapi perah berikutnya tidak sesuai
dengan harapan yaitu untuk meningkatkan kualitas genetik sapi perah di Indonesia sangat
lambat.

5.4.3. M o d a l Yang Ditanamkam

Perusahaan persusuan pada saat sekarang ini sangat dinamis dan berkompetisi tinggi. Pada
mulanya usaha ini dijalankan secara tradisional dengan mengandalkan tenaga kerja dan tanah
sebagai modal utama dalam menjalankan usahanya. Tetapi sekarang perusahaan persusuan tidak
lagi berorientasi hanya pada tenaga kerja dan tanah, melainkan berorientasi dengan modal (uang)
dalam mengembangkan perusahaannya, dengan lebih banyak mengurangi penggunaan tenaga
kerja dengan menggantikannya dengan mesin/mekanik yang memerlukan modal yang cukup
besar, tetapi lebih efisien ditinjau dari ongkos penggunaan tenaga kerja. Sebagai contohnya
adalah menggunaan mesin perah, tower tempat pakan konsentrat, mesin pemotong rumput,
traktor untuk mengolah tanah untuk menanam rumput dan lain-lainnya. Dengan demikian
investasi modal yang dibutuhkan cukup besar untuk setiap usaha peternakan sapi perah.
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dalam perusahaan sapi perah diperlukan modal
dalam jumlah yang besar. Penyebaran penggunaan modal yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:

1. Penyediaan tanah dan bangunan (+ 55%)


2. Membeli sapi (+ 10%)
3. Penyediaan peralatan (+ 15%)

9
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

4. Biaya operasi (+ 10%)


5. Lain-lain (+ 10%)

Penanaman modal yang sifatnya tetap seperti pada penanaman modal tanah dan
bangunan dapat dikembalikan setelah beberapa tahun. Khusus untuk bangunan, penggunaan
modal harus diperhitungkan umur ekonomisnya (umur teknisnya) dalam mempertimbangkan
penggunaan modal setiap tahunnya. Sehingga pada waktu tertentu yaitu pada saat umur
ekonomis bangunan sudah habis nilai bangunan sudah tidak berarti lagi, sehingga bangunan
dianggap modal tidak tetap.
Pendirian perusahaan persusuan dengan jalan menyewa tanah, sering menimbulkan
berbagai masalah. Disamping sewa tanah yang cukup mahal, pemilik/pengusaha dituntut untuk
mempertimbangkan: apakah ia akan menggunakan peralatan/bangunan yang sifatnya permanen
atau tidak. Pada umumnya pemilik tanah tidak setuju kalau yang menyewa tanah menggunakan
peralatan yang sifatnya permanen, karena peminjaman/penyewaan sifatnya sementara. Hal ini
menyebabkan beberapa peternak memilih mesin perah yang dapat dipindah-pindahkan (portable
milking mechine) dan ini akan memberikan kepuasan apabila tersedia kandang terbuka (Loose
housing). Dalam pinjam-meminjam ini, haruslah ada perjanjian yang pasti, agar dikemudian hari
perusahaan tidak dirugikan. Kalau perlu perjanjian harus disahkan oleh Notaris.
Penanaman modal pada pembelian sapi merupakan biaya yang besar. Uang yang
dibutuhkan adalah untuk membeli dan/atau membesarkan ternak pengganti. Kredit dapat
diperoleh untuk membiayai sebagian dari kelompok ternak. Tetapi perlu diingat bahwa sapi
hidupnya terbatas, sangat berbeda halnya dengan milik perusahaan yang tidak bergerak.
Pinjaman untuk sapi biasanya untuk waktu yang sangat singkat (beberapa tahun) dan dengan
bunga modal yang lebih tinggi sebab kreditur mengasumsikan resiko yang lebih besar. Biaya
untuk pakan adalah sekitar 50 – 60% dari total biaya produksi (Di Amerika Serikat). Untuk
perusahaan sapi perah di Indonesia biaya pakan ini bervariasi antara 70 – 80%. Dalam hal
makanan ternak ini, peternak perlu mempertimbangkan apakah ia akan membeli hijauan atau
menanam sendiri. Jika ia membeli hijauan tentu biaya makanan menjadi lebih tinggi (Sinduredjo,
1960; Asih, 2004). Hijauan makanan ternak hendaknya ditanam di dekat perusahaan, hal ini
disamping menghemat biaya pengangkutan, juga akan lebih mudah memanfaatkan pupuk
kandang yang dihasilkan. Hal ini akan sangat menekan biaya pakan karena harga pupuk
Bkimia/sintetikB sangat mahal disamping penggunaan pupuk kandang (ornaik) lebih aman dan
lagi sedang digalakkan untuk menciptakan kondisi ramah lingkungan.
Biaya untuk makanan ternak tidak akan kembali sebelum mulai penjualan susu.
Sedangkan pembelian makanan tambahan/ supplemen tidaklah terlalu banyak, tetapi bagi
perusahaan besar dan produksi susu per ekor sapinya cukup tinggi, biaya ini perlu
dipertimbangkan pula. Biaya untuk bangunan dan peralatan yang diperlukan tidaklah dapat
dipertimbangkan secara pasti dan tidaklah sama pada setiap operasi suatu perusahaan persusuan.
Untuk 50 ekor sapi, biaya yang meliputi 4 buah kandang pemerahan, pemerah, pendingin, tank
dan peralatan tambahan adalah sekitar $ 10.000 (untuk standar harga pada tahun 1971) bahkan
sampai $ 20. 000 (untuk standar harga tahun 2005). Biaya ini belum termasuk biaya peralatan
penyediaan pakan dan peralatan lainnya. Untuk di Indonesia perlulah dilakukan perencanaan
yang mantap, yang disesuaikan dengan keadaan harga pada saat itu. Biaya operasi meliputi biaya
kesehatan, perbaikan peralatan, dan pajak perusahaan. Perusahaan harus selalu menyediakan
biaya-biaya untuk pengembalian modal dan biaya untuk tenaga kerja dan manajemen.

10
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

5.4.4. T e n a g a K e r j a

Pada peternakan yang sifatnya tradisional, kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung
pada tersedianya tanah dan tenaga kerja (labor oriented). Tetapi saat ini, terutama pada negara-
negara yang telah maju, peternakan sapi perah sudah merupakan industri yang sifatnya dinamis dan
berorientasi pada modal (capital oriented). Selama tenaga kerja menunjukkan biaya yang tinggi
dalam peternakan sapi perah, maka tenaga kerja haruslah dimanfaatkan secara efisien. Sebagai
contoh: dalam tugasnya untuk melakukan pemerahan bagi perusahaan yang melakukan pemerahan
2 kali, maka pegawai juga dibagi dalam dua kelompok yaitu yang bekerja dari jam 3 pagi sampai
jam 11.00 dan yang bekerja dari jam 11.00 sampai jam 3 pagi. Dengan membagi pemerah menjadi
dua kelompok ini, berarti tenaga kerja yang digaji tetap dalam kondisi segar atau tidak kecapaian
karena tenaga kerjanya hanya dimanfaatkan selama tidak lebih dari 8 jam. Setelah 8 jam kerja,
kualitas tenaga kerja akan menurun karena mereka sudah kecapaian, sedangkan kita harus membayar
tenaga kerja per jamnya sama.
Tenaga kerja haruslah berkualitas baik. Mereka harus diberikan pengetahuan mengenai
caracara pemerahan yang higiene, cara-cara pencegahan penyakit, cara-cara meluasnya penyakit dan
bagaimana cara memperlakukan sapi sebelum dan sesudah pemerahan dilakukan.
Dalam suatu perusahaan ternak perah, maka seorang manager dalam hal ini adalah pemilik
perusahaan, disamping memiliki kemampuan tentang teknis beternak, ia dituntut pula agar memiliki
kemampuan dalam hal manajemen. Setiap manager haruslah secara rutin bertanya pada dirinya
sendiri dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Di manakah saya berada ? Apakah saya termasuk dalam peternakan tradisional atau
peternakan yang sudah maju ?
2. Kemana saya seharusnya ?
3. Bagaimana caranya agar saya sampai di sana ?

Manager yang sudah mempunyai keahlian, akan terus memperoleh keuntungan dalam
mengembangkan usahanya. Ia selalu harus berusaha agar dapat mengoperasikan usahanya dengan
biaya yang lebih rendah. Sebaliknya ia akan terlelap dalam impian buruk seorang kreditur, apabila
ia tidak mempunyai kemampuan manajemen yang memadai, sehingga biaya operasioal meningkat
dan menurunkan pendapatannya. Hal ini akan berbahaya apabila berlangsung cukup lama dan
akhirnya ia akan menutupi biaya operasi dengan memasukkan pendapatan-pendapatan lainnya
(diluar perusahaan sapi perahnya) ke dalam perusahaan persusuannya. Ini berarti suatu awal
kegagalan seseorang manager. Sebagai gambaran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar . Perubahan yang terjadi pada perusahaan pada perubahan manajemen tertentu

11
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

5.4.5. P a k a n

Pada operasi perusahaan sapi perah, biaya untuk pakan berkisar antara 50 – 60 persen dari
total biaya produksi di Amerika dan 70 % lebih untuk di Indonesia. Perbedaan yang cukup
significant ini disebabkan oleh perbedaan manajemen pemberian pakan yang meliputi: jumlah
dan kualitas pakan, jenis pakan, frekuensi pemberiaan, perbandingan pemberian hijauan dan
konsentrat dan lain-lain. Secara umum pakan berserat kasar tinggi yang merupakan tulang punggung
sistem pemberikan pakan pada ternak ruminansia, diberikan dalam bentuk pasture, hay, dan silage.
Hijauan yang berkualitas baik merupakan sumber protein yang efisien untuk ternak perah
dibandingkan dengan pemberian biji-bijian karena umumnya harganya relatif lebih mahal. Menurut
Ensminger (1969) produksi sudah dapat mencapai 70 persen dari produksi yang sebenarnya, jika
sapi yang berproduksi susu sedang hanya diberikan hijauan yang berkualitas tinggi/baik saja.
Namun, apabila kita ingin produksinya sesuai dengan kemampuan produksi genetiknya, maka juga
harus diberikan konsentrat dengan jumlah tertentu agar secara ekomis peningkatan produksi susu
harus sesuai dengan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk pembelian konsentrat yang harganya
relatif lebih mahal. Sedangkan untuk sapi yang produksinya tinggi harus diberikan konsentrat untuk
meningkatkan feed intake (jumlah konsumsi pakan) mengingat sapi perah juga mempunyai
keterbatasan dalam mengkonsumsi hijauan, walaupun mutu hijauan yang diberikan sudah cukup
berkualitas baik. Kalau tidak diberikan, maka produksi susunya akan drastis menurun. Seandainya
sapi masih dapat mempertahankan produksi susunya (sesaat pada awal laktasi) sapi perah akan selalu
mengorbankan berat badannya sebagai gantinya, sehingga sapi menjadi kurus dan ini sangat
berpengaruh terhadap produksi susu pada masa laktasi bulan berikutnya ataupun pada periode laktasi
berikutnya. Keadaannya akan lebih nyata lagi jika mutu hijauan yang diberikan rendah (jelek),
umumnya palatabilitas hijauan tersebut sangat rendah sehingga feed intake akan rendah dan ini
mengakibatkan sapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lainnya untuk
memproduksi susu yang maximal. Dengan kata lain bahwa hijauan yang mutunya rendah, umumnya
kurang menimbulkan selera makan bagi sapi perah, sehingga konsumsi pakannya rendah yang
mengakibatkan sapi berproduksi tidak sesuai dengan kemampuan genetik yang dimilikinya.
Oleh karena hijauan sangat berperan penting dalam perusahaan ternak perah, maka perlu
dipertimbangkan tatalaksana pengadaannya. Strip grazing (dimana sapi-sapi ditambatkan pada
pasture yang baik selama satu hari atau lebih) merupakan cara penggunaan pasture yang lebih
efisien. Dengan system Strip grazing ini tidak merusak system perakaran rumput yang sedang di
panen oleh sapi secara langsung dan tidak merusak padang pengembalaan yang belum siap untuk
dipanen dengan membatasi sapi merumput pada luas tertentu dan pada waktu tertentu. Pemberian
makanan kering berupa hay atau hijauan segar yang dipotong-potong (chopping) juga merupakan
cara penggunaan hijauan yang efisien, karena dengan pemotongan dapat mempermudah dan
mempercepat sapi untuk memakannya, disamping dapat meningkatkan kecernaan dapat pakan
hijauan yang dimakan sehingga pemanfaatan pakan dat ditingkatkan efisiensinya. Cuma saja perlu
dipertimbangkan biaya choppingnya dan ditinjau dari segi fisibilitas dan kepraktisannya dengan
jumlah sapi yang dipelihara. Sekarang sudah banyak tersedia mesin pemotongan rumput yang
sederhana dan penggunaan jauh lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan tenaga manual.
Banyak pula peternak yang memanen hijauannya kemudian dibuat silage atau hay, dengan
pemotongan/panen pada saat yang tepat (agar kandungan nutrisinya optimum), selanjutnya
diberikan kepada ternak setiap hari. Ini ternyata memberikan keuntungan pada peningkatan efisiensi
dalam produksi dan penggunaan hijauan, jika dibandingkan dengan melepas sapi di pasture,
terutama pada musim kemarau.
Sebagai gambaran peningkatan efisiensi penggunaan pakan dalam suatu perusahan sapi
perah dapat dilihat dari data yang ditampilkan oleh Diggins et al. (1969). Mereka memberikan
perincian bahwa biaya produksi untuk 10.000 lb air susu adalah $22 US lebih besar daripada biaya

12
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

produksi untuk 8.000 lb dengan pemeliharaan jumlah sapi yang sama. Tetapi keuntungan yang
diperoleh adalah $ 223 US untuk memproduksi 10.000 lb dan $ 168 untuk yang berproduksi
8.000 lb. Ini berarti bahwa peningkatan biaya produksi (pakan) sebanyak $ 22 dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan sebanyak $ 55. Jadi jelaslah sapi perah akan lebih efisien dalam
penggunakan pakan apabila berproduksi sesuai dengan kemampuan genetiknya.
Efisiensi penggunaan pakan dapat pula diatur dengan mengatur manajemen pakan, salah satunya
adalah dengan menerapkan “pakan tantangan” atau dikenal dengan istilah “Challenge feeding” (lead
feeding). Yang dimaksud dengan “Challenge feeding” pemberian tambahan pakan berupa konsentrat
pada saat-saat tertentu (pada masa kering menjelang akhir kebuntingan atau masa awal laktasi)
dengan tujuan untuk produksi maksimum pada awal laktasi tanpa mengalami pembatasan persediaan
energi untuk produksi saat itu. Dengan pemberian pakan tantangan ini diharapkan berat badan induk
pada awal laktasi tidak mengalami penurunan yang drastis sehingga persistensinya dapat
dipertahankan lebih lama. Cara pemberian pakan tantangan adalah:

1.Pemberian konsentrat sebanyak 1, 5 kg pada saat 2 atau 3 minggu menjelang melahirkan.


Kemudian ditambahkan 0,5 kg konsentrat setiap hari sampai sapi tersebut mengkonsumsi
konsentrat sebanyak 1 – 1,5 kg per 100 kg bobot badan sapi per hari. Jika sapi perah berat
badannya 500 kg maka banyaknya konsentrat yang dibutuhkan sekitar 5 – 7,5 kg per hari.
Penambahan konsentrat sebelum sapi melahirkan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
pada sapi untuk menyimpan energi untuk kebutuhan pada saat melahirkan dan memproduksi
susu yang akan memerlukan energi yang cukup tinggi.

2.Pemberian konsentrat sebanyak 1 – 1,5 kg per 100 kg bobot badan sapi per hari setelah
melahirkan sampai dengan tercapainya produksi maksimum (puncak laktasi/ peak lactation),
setelah itu dikurangi sesuai dengan produksi susu pada saat tersebut. Perkiraan puncak laktasi
tercapai kira-kira pada minggu 3 – 6 setelah sapi melahirkan. Hal ini sangat tergantung dari
kemampuan sapi untuk mempertahankan “persistensinya”.

3.Kemudian untuk sisa masa laktasi diteruskan dengan pemberian jumlah konsentrat yang
disesuaikan dengan jumlah produksi susunya dan ditambahkan konsentrat sebanyak 0,5 kg
setiap hari sampai hasil produksi susu tambahan tidak menutup harga konsentrat tambahan
tersebut. Penambahan konsentrat ini disamping untuk meningkatkan produksi susu, walaupun
responnya relatif kecil, yang terpenting adalah untuk meningkatkan kondisi sapi untuk
mempersiapkan masa laktasi berikutnya.

Umumnya sapi akan memberikan respon terbaiknya pada saat awal laktasi. Pada saat ada
kemajuan produksi susu pada masa laktasi tertentu, maka jadwal pemberian konsentrat harus dilihat
kembali, atau secara rutin harus dipantau kembali paling tidak dalam sebulan sekali dan disesuaikan
dengan biaya yang dikeluarkan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah faktor individu (Bab I). Dengan
demikian kita telah dapat menduga bahwa sebagian sapi perah yang kita pelihara akan memberikan
respon yang lebih baik terhadap pemberian konsentrat tambahan daripada sapi-sapi lainnya. Bagi
sapi yang tidak memberikan respon yang cukup baik terhadap pemberian konsentrat tambahan,
hendaknya kita mengurangi pemberian konsentrat sampai ke tingkat pemberian konsentrat yang
sesuai dengan produksi susu yang dihasilkan dan kemudian memperhitungkan secara ekonomis.
Dengan pemberian makanan tatantangan ini, beberapa peternak sapi perah melaporkan bahwa
kenaikkan produksi susu mencapai 900 liter per ekor per masa laktasi. Bahkan ada yang melaporkan
bahwa kenaikkan prduksi susu dapat mencapai 2000 liter per ekor per laktasi dengan mengurangi

13
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

jumlah pemberian hijauan dan mensubsidinya dengan konsentrat disampaing pemberian konsentrat
tambahan (Foley et al., 1972).
Program ini disamping mempunyai kelebihan-kelebihan (keuntungan) tertentu, juga
mempunyai kelemahan-kelemahan (kerugian). Sehingga dalam pelaksanaannya perlu
dipertimbangkan secara matang. Apabila kita bandingkan pemberian makanan tantangan ini dengan
pemberian konsentrat dengan metode lama yaitu 0,5 kg konsentrat untuk setiap produksi susu 1,5 –
2 liter maka keuntungannya adalah:

1. Memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri kepada mikroorganisme rumen sapi


dengan kandungan konsentrat yang tinggi sebelum melahirkan, sehingga pada saat
memproduksi susu mikroorganisme rumen telah beradaptasi.

2. Pada pemberian pakan tantangan, sapi perah berkesempatan mendapatkan pakan konsentrat
yang tinggi selama beberapa minggu sebelum melahirkan dan beberapa minggu setelah
melahirkan. Ini berarti sapi mempunyai kesempatan untuk menyediakan energi yang
berlimpah sebelum melahirkan dan akan digunakan pada saat sapi membutuhkan energi yang
cukup tinggi pada awal sampai puncak laktasi. Sehingga pakan ini akan menantang sapi perah
untuk berproduksi semaksimal mungkin.

4. Puncak produksi susu yang tinggi cendrung dapat tetap dipertahankan disepanjang siklus
produksi (persistensinya menjadi cukup bagus) seperti terlihat pada grafif….

5. Berat badan sapi yang cenderung menurun setelah melahirkan atau pada awal laktasi sampai
puncak laktasi dapat dipertahankan sehingga pemberian pakan tantangan ini dapat membantu
memelihara berat badan sapi.

6. Menghindari konsumsi pakan yang tidak ekonomis karena konsumsi energi sangat
dipengaruhi oleh kemampuan genetik dan individu sapi untuk memberikan respon terhadap
pakan yang diberikan disamping dipengaruhi juga oleh jenis pakan yang diberikan.

Kerugian dari pemberian pakan tatangan ini adalah:


1. Pemberian konsentrat dalam jumlah yang tinggi sebelum sapi melahirkan, cenderung
mengakibatkan sapi menderita pengerasan ambing (udder udema). Namun kasus ini tidak
banyak terjadi. Hasil pengontrolan dari sapi yang diberi konsentrat banyak dan sapi yang
diberikan konsentrat sedikit menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam kasus
diatas.

2. Produksi susu tinggi yang diakibatkan oleh pemberian konsentrat yang tinggi akan
menyebabkan tingginya kasus mastitis pula. Kasus ini sering terjadi, terutama pada sapi yang
diberikan konsentrat yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan besarnya ambing dengan
produksi susu yang dihasilkan. Terjadinya mastitis kronis dalam kasus ini karena ambing
menegang secara berlebihan karena produksi susu yang tinggi sebagai akibat dari respon sapi
terhadap pemberian konsentrat yang berlebihan. Jadi pemberian konsentrat yang tinggi tidak
langsung menyebabkan sapi menderita mastitis, tetapi sebagai akibat dari menegangnya
ambing dalam waktu yang cukup lama sebagai akibat dari produksi susu yang tinggi atau
mungkin sudah ada bibit mastitis sebelumnya.

14
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

3. Tidak semua sapi perah mempunyai respon yang sama terhadap pemberian konsentrat yang
tinggi, sehingga bagi sapi yang responnya kecil terhadap pakan tantangan ini akan merupakan
pemborosan sehingga keuntungan perusahaan akan semakin berkurang.

4. Pemberian pakan tantangan lebih menguntungkan apabila harga konsentrat relatif lebih
murah daripada harga hijauan. Pemberian pakan tantangan ini tidak selamanya memberikan
keuntungan pada perusahaan, terutama pada saat harga konsentrat tinggi dan akhirnya
menjadi tidak ekonomis. Apabila hal ini terjadi maka akan lebih menguntungkan memberikan
hijauan berkualitas tinggi kepada sapi sebagai pengganti sebagian konsentratnya. Disini yang
terpenting bukan produksi susunya yang tinggi, melainkan bagaimana keuntungan
perusahaan dapat menjadi lebih tinggi.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik . Kenaikan produksi susu pada sapi perah yang mempunyai respon yang tinggi terhadap
perlakuan pakan tantangan (Foley et al., 1972).

5.4.6. T i p e P r o d u k s i Y a n g D i h a r a p k a n

Air susu adalah merupakan produksi utama dari sebagian peternakan sapi perah. Pada tahun
1967, sebanyak 92 persen air susu yang dihasilkan oleh peternak dijual dalam bentuk susu komplit
(Whole milk) walaupun nantinya oleh Industri pengolahan susu komplit in akan diubah menjadi
produk-produk lain. Empat puluh tahun sebelumnya hanya 35 persen yang dijual dalam bentuk
whole milk, sebagian besar sisanya digunakan sebagai bahan makanan sapi di perusahaan.
Berdasarkan catatan sejarah, sistim pemberian harga untuk whole milk sebagian besar per 100 kg
atau 1000 lb, sesuai dengan kadar lemak susunya. Perbedaan dalam kadar lemak ini dapat
menyebabkan perbedaan yang jauh, tetapi sekarang atau belakangan ini perbedaan itu sudah tidak
terlalu jauh lagi, karena konsumen sudah sadar gizi bahwa lemak yang tinggi mengakibatka

15
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

kegemukan yang berefek tidak baik untuk kesehatan pada jangka waktu yang agak panjang. Selain
berdasarkan kandungan lemak susu, ada juga perusahaan yang memberikan harga pada susunya
berdasarkan kandungan bahan padat tanpa lemak, meliputi protein, karbohidrat dan mineral.
Untuk konsumsi langsung oleh masyarakat, air susu yang kadar lemaknya rendah lebih
disukai. Tetapi bagi perusahaan mentega tentu akan memilih air susu yang kadar lemaknya tinggi.
Karakteristik lain seperti warna dan bau air susu juga penting bagi konsumen. Flavor atau bau air
susu dapat diubah dengan memperhatikan pakan dan manajemen pemeliharaannyanya.
Hasil usaha di bidang peternakan sapi perah, apabila diusahakan secara professional dapat
diperoleh hasil berupa: 1) Susu segar; 2) Sapi bibit; 3) Sapi potong; dan 4) Limbah/kotoran ternak
berupa pupuk kandang. Untuk meningkatkan keuntungan suatu perusahaan di bidang ini,
manajemen masing-masing produk ini harus betul-betul dioptimalkan.
Susu Segar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hasil utama usaha peternakan
sapi perah adalah susu segar. Produksi susu yang dihasilkan secara optimal atau hasil produksi susu
tinggi per ekor sapi perah bukanlah terjadi secaca instan, tetapi melalui proses yang cukup panjang
sampai ratusan tahun. Proses yang panjang tersebut meliputi pemilihan bibit unggul (breeding)
penyediaan pakan yang baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitas (feeding), dan
pengelolaan/tatalaksana (management) yang cermat.
Sapi perah yang ada sekarang ini, berasal ini sapi yang menghasilkan susu hanya selama
menyusui anaknya, sehingga seolah-olah hasil susunya hanya cukup untuk kebutuhan pedetnya.
Sejak masyarakat mengetahui manfaat susu, mulailah masyarakat melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan produksi susu dan kualitasnya melalui seleksi, mengatur pemberian pakan, dan
mengelolanya dengan cermat atau secara professional.
Usaha untuk lebih meningkatkan produksi dan kualitas susu sapi perah, perkembangan
mutakhir dilakukan dengan peningkatan mutu genetic sapi perah melalui penerapan rekayasa
reproduksi meliputi: Penyerentakan birahi (Sinkronisasi estrus); Super Ovulasi; Transfer embrio;
dan lain-lain.

Penghasil Sapi Bibit.. Selain hasil utama yaitu susu segar, usaha peternakan sapi perah juga
menghasilkan sapi bibit untuk peremajaan/mengganti sapi-sapi yang sudah tua dan tidak produktif
atau kurang produktif, serta untuk menambah populasi sapi dalam usaha untuk meningkatkan jumlah
produksi serta untuk meningkatkan mutu genetic. Untuk lebih berkembang lagi, dapat dijual sebagai
sapi bibit untuk perusahaan persusuan lainnya . Kenyataannya di Indonesia, pengembangan sapi
perah secara terencana telah dilakukan sejak pelita III – V (1979 – 1993), dengan mengimpor sapi
bibit dari Australia, Selandiabaru, dan Amerika Serikat sebanyak 125.000 ekor. Namun sampai saat
ini Indonsia belum bisa mandiri dalam pengadaan sapi perah bibit. Salah satu faktor yang
menyebabkan Indonesia belum berhasil menghasilkan sapi bibit sendiri adalah karena 95 % populasi
sapi perah impor di Indonesia dikelola oleh peternak sapi perah rakyat dengan kepemilikan rata-rata
hanya 3 ekor/peternak, dan sebagian besar dikelola secara tradisional sebagai usaha
sampingan/sampilan. Dengan demikian sulit untuk menghasilkan sapi bibit yang berkualitas baik,
disamping sumber daya manusia (SDM) serta tingkat sosial ekonominya relatif rendah.
Untuk merelisasikan agar Indonsia segera dapat mandiri sebagai penghasil bibit sapi perah
unggul, maka perlu dicari terobosan baru dengan menindaklanjuti pernyataan Menteri Koperasi
yang telah disebarluaskan lewat media masa, bahwa pesannya adalah agar peternak sapi perah terus
dibina secara berkelanjutan disertai dengan pemberian kemudahan dalam penyediaan sarana dan
prasarana pendukung agar mereka dapat mengubah manajemen usaha mereka secara professional,
berorientasi usaha dengan memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Pernyataan Menteri
Koperasi baru akan terealisir, tidak hanya harus ada dukungan sarana dan prasana, tetapi juga harus
ada dukungan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat cq. Kepala Dinas Peternakan
Provinsi setempat yang mempunyai kewenangan dalam hal pembinaan, pengembangan dan

16
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

pengawasan terhadap peternak sapi perah rakyat. Dengan demikian kebijakan kegiatan yang
mendukun kearah berhasilnya program ini bisa ditingkatkan intensitasnya, bahkan bila dipandang
perlu Dinas Peternakan Provinsi dapat mengadakan kerja sama secara terpadu denganinstansi-
instansi terkait seperti: Bapeda, Kanwil Koperasi, Bang Penyandang dana, perguruan Tinggi,
Industri Pengolahan Susu (IPS), serta instansi terkait lainnya. Apabila semua instansi terkait dapat
terhimpun dengan baik, maka dalam jangka panjang Indonesia dapat diharapkan sebagai penghasil
bibit sapi perah secara mandiri.
Penghasil Daging (Dairy beef), Tujuan utama dalam usaha peternakan sapi perah memang
sebagai penghasil susu. Namun untuk di negara-negara maju, kadang-kadang produksi susu sudah
memenuhi kebutuhan nasional, malahan berlebihan sehingga diekspor ke luar negeri. Sehingga
kelebihan populasi sapi perahnya, terutama yang kualitasnya agak rendah diarahkan ke sebagai
penghasil daging.

Dengan semakin luasnya perkawinan dengan menggunakan Inseminasi Buatan, maka


sebagian sapi perah jantan yang tidak digunakan pemacek, diarahkan sebagai penghasil daging.
Bahkan di negara-negara maju, bukan hanya sapi jantan saja yang diarahkan sebagai penghasil
daging, tetapi sapi perah betina dewasa, dara dan pejantan yang diafkir juga dipotong sebagai
penghasil daging. Selain itu, apabila negara mengalami kelebihan sapi perah, maka pedet jantan dan
betina juga dipotong sebagai penghasil daging (veal).
Di Amerika Serikat, hampir 30 persen sapi potong berasal dari sapi perah. Walaupun tujuan
pokok dari pemliharaan sapi perah adalah sebagai penghasil susu, namun peternak berusaha untuk
meningkatkan pendapatannya dengan mengelola kelebihan sapinya sebagai penghasil daging,
seperti: dairy steer, bull,kelebihan cows, dan heifers, serta veal. Bangsabangsa sapi perah yang
sangat popular sebagai dairy beef adalah sapi Holstein, Brown Swiss dan Milking Shorthorn. Setelah
digunakan Inseminasi Buatan (IB), banyak sapi-sapi jantan digunakan untuk penghasil daging,
karena pemeliharaan jumlah pejantan dapat dikurangi untuk menekan biaya pemeliharaan
pejantan/pemacek. Rata-rata sekitar 6 – 7 juta pedet jantan dilakirkan pertahunnya di Amerika
Serikat, dan kurang dari satu persen dijadikan pejantan /pemacek.
Dengan demikian dalam usaha ternak sapi perah dapat dihasilkan daging (dairy beef) dari
berbagai sumber yaitu:

1. Deacow calves: Daging yang diperoleh dari pemotongan pedet yang berumur beberapa hari
yang disebut dengan Deacow calves atau bob veal. Beberapa tahun sebelumnya, kelebihan
pedet sapi perah dibunuh, dibagi-bagikan, atau sebagian kecil dijual, tetapi sekarang apabila
ada kelebihan pedet Holstein yang berumur 3 hari dan sehat dijual dengan harga 125 – 150
dolar atau sekitar 10 persen dari pendapatan penjualan susu dari induknya. Saat ini banyak
peternak-peternak mengusahakan untuk membesarkan pedet sapi perah, karena hal ini dapat
meningkatkan pendapatan peternak secara signifikan.

2. Veal calves: Daging yang diperoleh dari pemotongan pedet yang berumur beberapa 6 – 8
minggu dengan berat berkisar 400 – 450 pound yang disebut dengan veal calves atau veal.
Di Amerika jenis daging ini banyak diproduksi.

3. Raising Feeder Calves: Daging yang diperoleh dari pemotongan pedet yang berumur
beberapa 6 bulan dengan berat berkisar 200 – 250 pound yang disebut dengan Raising Feeder
Calves.

4. Finishing Dairy Steers: Daging yang diperoleh dari pemotongan pedet yang berumur sama
dengan umur potong sapi potong (+ 1 tahun) yang disebut dengan Finishing Dairy Steers

17
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

dengan berat mencapai 1000 pound atau lebih. Pengelolaan dengan cara ini akan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan dijual sebagai vealers atau feeders. Tetapi dalam
pengelolaannya memerlukan modal yang lebih banyak.

5. Dairy Bulls: Daging yang diperoleh dari pemotongan sapi jantan yang tidak digunakan
sebagai pemacek ataupun pemacek yang telah diapkir. Daging ini sangat disukai masyarakat
dan telah lama dan banyak diproduksi di Eropa.

6. Dairy Heifers: Daging yang diperoleh dari pemotongan sapi dara yang diapkir karena tidak
memenuhi persyaratan sebagai ternak pengganti (Heifers). Rata-rata pertumbuhannya lebih
lambat, sehingga pemeliharaannya kurang efisien karena umumnya setiap pertambahan 1
pound bobot badannya memerlukan pakan lebih banyak dari steers atau bulls untuk
peningkatan bobot badan yang sama.

Perusahaan dapat langsung melakukan pemotongan sendiri dan langsung menjual dagingnya
sendiri. Namun karena pertimbangan lain, perusahaan dapat menjual ternaknya langsung ke
perusahaan lain untuk dipotong dan dijual dagingnya. Sumbangan sapi perah sebagai penghasil
daging (Dairy Beef) di setiap negara berbeda-beda. Di Eropa Barat sebagian besar beef berasal dari
bangsa sapi perah (Dairy Beef) meliputi: sapi dewasa dan dara yang diapkir; bull; veal calves. Dairy
Beef yang sangat popular adala Holstein, karena Steers yang berasal dari Holstein, pertumbuhannya
cepat, “feed efficiency”nya sangat bagus, proporsi dagingnya tinggi dan kualitasnya juga tinggi.
Penghasil Pupuk Kandang. Dalam usaha peternakan sapi perah, penanganan limbah dan
kotoran sapi sangat penting agar pendapatan usahanya lebih dapat ditiingkatkan. Cara penanganan
limbah dan kotoran sapi perah sampai saat ini umumnya baru hanya diolah sebagai pupuk kandang.
Pemanfaatan limbah/kotoran ternak sudah banyak dilakukan oleh peternak sapi perah di Indonasia,
tetapi kebanyakan dipakai pupuk organik. Pemanfaatan pupuk kandang ini banyak dilakukan oleh
pengusaha tanaman hias. Sehingga harga pupuk kandang ini relatif menjadi lebih mahal, disamping
untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik buatan pabrik yang selama ini sudah disadari tidak
ramah lingkungan. Diversifikasi limbah/kotoran telah dilakukan oleh peternakan sapi perah “ Agung
Bawono Farm (ABF)”, Jln Kaliurang Km. 12,5 (Candikarang, melalui proses “Biogas”
menghasilkan: a. Gas methan disalurkan ke dapur untuk memasak
b. Cairan “selad” berasal dari kotoran sapi disalurkan ke kolam ikan
c. Endapan “selad” dicampur dengan sisa pakan sapi perah dan sampah organik rumah tangga
kemudian digunakan sebagai media “ Budidaya Cacing Tanah Jenis Lumbricus Rubellus,
Mallccus atau jenis yang lainnya.

Di luar negeri budidaya cacing tanah dengan memanfaatkan limbah dan kotoran sapi telah
lama dilakukan, karena mendapatkan keuntungan ganda yaitu:

1. Menghasilkan cacing tanah yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Tubuh cacing tanah
mengandung enzim dan antibiotika, selain cukup potensial sebagai sumber protein hewani,
karena mengandung protein cukup tinggi yang terdiri dari asam amino esensial yang lengkap,
sehingga cacing tanah dapat digunakan sebagai:
a. Bahan baku pakan ternak, ikan dan lain-lain, sehingga berpeluang dapat menggantikan
tepung ikan impor yang harganya relatif telah meningkat.
b. Bahan baku obat-obatan yang dapat menyembuhkan demam, darah tinggi, bronchitis,
rematik dan lain-lainnya.
c. Bahan baku kosmetik dan lain-lain.

18
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

2. Menghasilkan kotoran cacing (bekas cacing) yang digunakan pupuk organik unggulan yang
mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, mutunya jauh lebih baik dibandingkan dengan
pupuk anorganik buatan pabrik, cocok untuk segala macam tanaman.

5.4.7. Pengelolaan Anak Sapi Jantan (The Bull Calves)

Perkembangan program IB yang pesat menyebabkan harga sapi-sapi jantan yang baik
menjadi meningkat, dan sebaliknya sapi jantan yang biasa atau lebih jelek nilainya akan lebih rendah
untuk program breeding. Oleh karena itu, cara pengelolaan yang lebih menguntungkan adalah
mengeluarkan sapi-sapi jantan yang kurang baik ini dan menjualnya sebagai sapi potong.
Peternak mempunyai banyak alternatif untuk menangani pedet-pedet jantan ini. Ada yang
menjualnya sebagai Bob Veal atau Veal atau memeliharanya terus dengan pemberian makanan
tertentu dan sapi tersebut dijual setelah umur potong. Bob Veal atau wet calves adalah pedet
potong yang dipotong sebelum berumur 3 minggu. Kadar air dagingnya cukup tinggi dan tidak
terlalu berbau. Mengenai harga umumnya rendah, tetapi cukup berimbang dengan harga pasar. Veal
didefinisikan sebagai pemotongan pedet yang berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Tingkat
keuntungan yang diperoleh jika pemberian makanan pada pedet untuk tujuan pemeliharaan sampai
umur potong tergantung pada: harga bob veal atau veal, biaya pemeliharaan pedet dan berat lahir
pedet.
Makanan utama untuk pedet itu adalah susu, sehingga biaya pemberian makanan juga sangat
tergantung dari harga susu. Oleh karena air susu mempunyai harga yang relatif tinggi, maka
beberapa penelitian telah dilakukan guna menemukan jenis pakan kering atau pengganti air susu
sebagai bahan makanan alternatif untuk diberikan pada pedet yang dipelihara lebih lama. Beberapa
jenis ransum telah ditemukan. Kebanyakan sisa-sisa industri pengelolaan susu (milk by product)
dalam jumlah yang besar.
Pedet-pedet jantan yang dijadikan penghasil veal atau bob veal umumnya tidak dikastrasi,
mereka dipotong sebelum tanda-tanda kelamin sekunder berkembang. Kebanyakan veal ini berasal
dari perusahaan persusuan (Dairy Herds) dan perusahaan pembibitan (Dairy Breeds).
Dalam hal lain ada yang mempraktekkan untuk memelihara anak-anak sapi jantan dalam
waktu yang lebih lama sampai dewasa. Tingkat keuntungan yang diperoleh bervariasi, yaitu
dipengaruhi oleh harga veal dan harga daging sapi serta harga makanan yang diberikan kepada anak-
anak sapi tersebut. Sama halnya dengan pemberian pakan pada pedet calon veal, pedet yang lebih
besar (berat lahirnya tinggi) lebih disukai untuk dipelihara lebih lama dan lebih menguntungkan,
karena pedet yang lebih besar ini pertumbuhannya lebih cepat, dapat menggunakan hijauan lebih
efektif dan juga umumnya memerlukan biaya per satuan berat badan yang lebih rendah. Karkasnya
juga lebih halus dan mengandung lebih sedikit marbling dari pada karkas sapi potong. Bila harga
sapi potong tinggi dan harga susu rendah, ada kecenderungan bagi peternak untuk segera
mengawinkan sapinya terutama yang produksi susunya rendah dengan pejantan sapi potong. Mereka
tidak mengharapkan mendapatkan heifer sebagai ternak pengganti dari sapi-sapi ini, melainkan
mereka mengharapkan mendapatkan pedet yang nantinya menghasilkan karkas yang baik. Tetapi ini
bukanlah merupakan suatu rekomendasi yang begitu penting. Hal ini mengurangi kesempatan untuk
mendapatkan replacement. Dan juga peternak sering mengalami kesulitan untuk memilih sapi-sapi
yang akan dikawinkan dengan sapi potong.

19
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

5.4.8. Sapi Potong dari Culling Sapi Dewasa dan Sapi Dara.

Sapi potong adalah hasil sampingan yang terbesar dari perusahaan sapi perah. Diperkirakan
40 persen sapi yang dipotong di USA berasal dari peternakan sapi perah, terutama sapi hasil culling
suatu perusahaan, sapi-sapi jantan, dan sapi dara yang tidak dimasukkan ke dalam herds atau tidak
terseleksi sebagai “Replacement Heifer”. Pemasaran sapi-sapi tersebut menghasilkan in come yang
cukup besar bagi perusahaan sapi perah.
Menurut catatan sejarah, kebanyakan sapi perah dikeluarkan dari perusahaan dan dijual
sebagai sapi potong pada musim gugur. Sapi-sapi sebagai produsen susu dikawinkan pada musim
gugur dengan harapan beranak pada musim semi (spring). Sapi dapat memanfaatkan pasture dengan
baik sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah. Setelah musim merumput, produksi hijauan
menurun dan biaya produksi menjadi lebih mahal. Sapi yang mengalami perkawinan ulang dan tidak
terjadi konsepsi haruslah diberi tanda dan dipertimbangkan untuk dijual sebagai sapi potong. Harga
sapi potong terutama yang mempunyai grade yang rendah akan semakin rendah kondisinya pada
musim gugur, sebagai akibat diperlukannya rumput yang lebih banyak di pasaran, sedangkan
ketersediaannya terbatas.
Apakah menguntungkan jika mengeringkan sapi diikuti dengan pemberian biji-bijian
sebelum sapi dijual? Jawaban dari pertanyaan ini tidaklah sama pada setiap situasi perusahaan. Jika
sapi dikeluarkan/diculling umurnya masih cukup muda, dan masih dapat memproduksi karkas yang
baik kualitasnya, pemberian biji-bijian yang cukup untuk satu atau dua bulan masih mungkin
menguntungkan. Hal yang sama mungkin cocok untuk sapi yang agak kurus. Sebaliknya sapi sapi
yang umurnya sudah tua dan karkas yang dihasilkannya tidak termasuk dalam grades yang
diharapkan, maka pemberian biji-bijian tidak dapat diharapkan menghasilkan keuntungan, apabila
pemberiannya lebih dari dua minggu.

5.4. Ringkasan.
Peternakan sapi perah adalah merupakan suatu perusahaan. Seperti halnya
perusahaanperusahaan dalam bidang lainnya, perusahaan persusuan juga mempunyai motif mencari
keuntungan. Kegiatannya merupakan salah satu atau kombinasi dari memproduksi susu,
membesarkan heifer untuk replacement, memproduksi hijauan makanan ternak, dan memproduksi
tanaman penghasil biji-bijian untuk bahan pembuatan konsentrat.
Pada prinsipnya, perusahaan persusuan ini merupakan perusahaan yang sangat penting dalam
kelangsungan kehidupan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Di negara-negara maju perusahaan
ini mendapat perhatian khusus dari pemerintahnya, sedangkan di Indonesia masih sangat jauh,
sehingga produk susu nasional baru dapat memenuhi kebutuhan permintaan susu nasional hanya 30
% dan sisanya lagi 70 % masih dipenuhi oleh susu import dan hal ini mempengaruhi devisa negara
cukup signifikan.
Jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya perusahaan persusuan ini juga
mempunyai keuntungan (keunggulan) dan kerugian (kelemahan) yang harus dipertimbangkan.
Selain itu, agar perusahaan sapi perah lebih sukses, maka ada hal-hal pokok yang harus
dipertimbangkan juga seperti: pemilihan lokasi perusahaan, besarnya perusahaan, modal yang
diperlukan, tenaga kerja, pakan, tipe produksi yang diharapkan, dan faktor-faktor lainnya seperti
pengelolaan sapi afkir, kelebihan pedet dan pejantan sebagai ternak potong untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan.

20
Draf buku: Ir. A. Rai Somaning ASih, Ph.D.

5.5. Latihan Soal.


1. Sebutkan dan jelaskan keunggulan dan kelemahan dari perusahaan persusuan!

2. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam mendirikan suatu peternakan sapi perah atau
perusahaan persusuan adalah pemilihan lokasi dekat dengan daerah yang mempunyai populasi
sapi perah atau perusahaan persusuan yang tinggi. Sejauh mana hal diatas dapat menunjang
keberhasilan dari suatu perusahaan persusuan ? Jelaskan pendapat anda!

3. Penanganan anak sapi jantan juga memerlukan keputusan managemen yang strategis agar
memperoleh keuntungan yang maximal.

a. Bila harga susu tidak terlalu mahal, sedangkan harga veal atau bob veal tidak meningkat,
bagaimana tehnik pemeliharaan yang harus ditempuh ?
b. Sebaliknya, apabila harga veal atau bob veal meningkat, apa yang anda lakukan? Jelaskan!

4. Menurut anda mana lebih penting mendirikan perusahaan ternak perah di lokasi dekat dengan
konsumen atau dekat dengan sumber pakan? Berikan alasan!

5. Hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya perusahaan? Jelaskan!

6. Apakah yang dimaksud dengan “pakan tantangan”? Apa tujuannya kita memberikan pakan
tantangam Jelaskan!!

7. Bagaimana pendapat anda jika ada perusahaan memberikan Pakan Tantangan kepada sapi yang
sedang dikeringkan? Jelaskan pendapat anda!!

8. Menurut anda apa yang paling menarik dalam hayalan anda jika anda memiliki/sebagai manajer
suatu perusahaan persusuan? Jelaskan sejujurnya!!

9. Menurut anda apa yang paling anda tidak sukai dalam hayalan anda jika anda memiliki/sebagai
manajer suatu perusahaan persusuan? Jelaskan sejujurnya!!

10. Setelah anda mempelajari materi ini, tertarikkah anda menekuni komoditi bidang peternakan
ini? Anda bebas berekspresi!!!

21

Anda mungkin juga menyukai