Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan personal hygiene,

penyediaan air bersih dan pencucian alat gelas dengan keberadaan bakteri

e.coli pedagang es cendol di pasar simpang kandis, pasar panorama dan pasar

minggu kota bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei sampai 31

Mei 2014, langkah awal dilakukan peneliti adalah mengurus surat izin

penelitian untuk memenuhi legalitas penelitian, adapun yang menjadi subjek

dalam penelitian ini adalah 30 orang pedagang es cendol dengan rincian di

pasar simpang kandis Kota Bengkulu 7 penjual es cendol, pasar panorama

Kota Bengkulu 11 penjaul es cendol, Dan di pasar minggu Kota Bengkulu 12

pendagang es condol. Data yang dikumpulkan dalam bentuk data primer

diperoleh langsung dari pengisian kuesioner oleh responden yang diperoleh

pada saat melakukan wawancara langsung.

Setelah melakukan pengumpulan data selanjutnya dilakukan

pengambilan sampel es cendol pada masing-masing pedagang dan

dilakukan pemeriksaan di Laboratorium kesehatan daerah kota Bengkulu.


HASIL PENELITIAN

1. Analisis univariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat Hubungan

personal hygiene, penyediaan air bersih dan pencucian alat gelas

dengan keberadaan bakteri e.col pada es cendol di pasar simpang

kandis, pasar panorama, dan di pasar minggu Kota Bengkulu.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pedagang es

cendol di pasar simpang kandis, pasar panorama, dan di pasar minggu

Minggu Kota Bengkulu dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut ini :

Grafik 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
personal hygiene, penyediaan air bersih dan pencucian alat gelas
dengan keberadaan bakteri e.coli pedagang es cendol di pasar
simpang kandis, pasar panorama dan pasar minggu kota
bengkulu.

70 62.5

60

50

40

30 25

20 12.5

10

0
Grafik 4.1 diketahui bahwa dari 30 orang pedagang es cendol

sebagian besar responden (62,5%) memiliki pengetahuan yang cukup

tentang Hubungan personal hygiene, penyediaan air bersih dan

pencucian alat gelas dengan keberadaan bakteri e.coli

2. Uji kualitatif e,coli

Hasil uji kualitatif Rhodamin B pada es sirup terhadap 8

sampel yang diperoleh dari pedagang es sirup di pasar Minggu Kota

Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2
Uji Kualitatif Rhodamin B Pada Es Sirup

No Uji Kualitatif Metode Perubahan warna Kadar


Sampel Colorimetri (mg/l)
1 Negatif Merah 0
2 Positif Merah kebiruan 20
3 Negatif Merah 0
4 Negatif Merah 0
5 Negatif Merah 0
6 Negatif Merah 0
7 Negatif Merah 0
8 Negatif Merah 0

Tabel 4.2 diketahui bahwa pada pemeriksaan uji Rhodamin B

didapat hasil bahwa sampel No 2 positif mengandung Rhodamin B

yakni berwarna merah kebiruan dengan kadar 20 mg/l.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Penjual Es Sirup Dengan Penggunaan Rhodamin B di


Pasar Minggu Kota Bengkulu
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar 5 responden

(62,5%) pedagang memiliki pengetahuan cukup. Dari 8 sampel es sirup


yang dilakukan pemeriksaan didapat hasil bahwa 1 diantaranya positif

mengandung Rhodamin B dengan kadar 20 mg/l. Faktor yang melatar

belakangi responden menggunakan zat pewarna Rhodamin B

berdasarkan hasil analisis kuesioner adalah untuk membuat warna

minuman lebih menarik, lebih hemat dan praktis dalam penggunaannya

pada saat memproduksi es sirup. Selain itu tingkat pendidikan yang

rendah juga menjadi faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan zat

pewarna kimia seperti Rhodamin B. Berdasarkan data kuesioner

responden diketahui bahwa 3 (37,5%) responden tidak pernah

menempuh pendidikan, 3 (37,5%) tamatan sekolah dasar, dan 1

(12,5%) responden berpendidikan SLTP, serta 1 (12,5%) responden

berpendidikan SLTA.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikatakan oleh

Cahyadi (2008), bahwa seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian

zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna

tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas

sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat

pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara

lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai zat

pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk

industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna

untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna Untuk bahan

pangan jauh lebih tinggi dari pada zat pewarna bahan non pangan.
Notoatdmodjo (2010), menjelaskan bahwa pengetahuan

merupakan domain yang penting untuk menentukan tindakan seseorang

dalam mengambil suatu keputusan yang berkenaan dengan suatu hal.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh Hafis (2006) bahwa pengetahuan

mendorong terjadinya prilaku seseorang untuk melakukan sesuatu

seperti menggunakan zat pewarna Rhodamin B pada makanan dan

minuman dengan sengaja untuk membuat makanan dan minuman

tampak lebih menarik.

Siswanto (2006), menjabarkan bahwa tingkat pengetahuan akan

mempengaruhi pengetahuan pedagang es sirup , pedang es sirup harus

lebih tahu atau lebih memahami tentang Rhodamin B dan dampak yang

akan terjadi bagi kesehatan sebelum digunakan dalam campuran bahan

pangan. Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan

dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-

lain. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelarangan

penggunaan Rhodamin B dalam obat, makanan dan kosmetik melalui

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang zat warna

tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

2. Analisis Pemeriksaan Rhodamin B Pada Es Sirup

Analisis pemeriksaan Rhodamin B pada es sirup dilakukan

dengan beberapa tahapan proses yaitu Siapkan tabung reaksi dan

masukkan 3 tetes reagent "Rhodamin B-1" serta tambahkan sampel

sebanyak 5 ml secara perlahan dan diamkan beberapa saat akan terjadi


perubahan warna merah menjadi merah kebiruan apabila warna

Rhodamin -B tidak pekat warna menjadi putih kebiruan, apabila pekat

warna menjadi merah kebiruan bandingkan dengan deret standard

warna Rhodamin -B. Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan

standard Rhodamin- B yang di perlakukan sebagai sampel. Bandingan

dengan deret standart warna Rhodamin B untuk mengetahui kandungan

Rhodamin B pada sampel.

Hasil pemeriksaan Rhodamin B terhadap sampel Es sirup

didapat hasil bahwa 1 sampel positif mengandung zat pewarna

Rhodamin B dengan kadar 20 mg/l. Kriteria sampel yang positif

mengandung zat pewarna Rhodamin B yaitu setelah di beri reagen

standar Rhodamin B terjadi perubahan warna dari merah menjadi

merah kebiruan dan diketahui memiliki kadar 20 mg/l.

Peran pemerintah sangatlah penting dalam mengatasi masalah

penggunaan Rhodamin B pada makanan dan minuman. Kurangnya

sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat khususnya yang

berpendidikan rendah menyebabkan tingkat pengetahuan mengenai zat

pewarna kimia dan bahayanya kurang dipahami masyarakat, akibatnya

masih ada masyarakat atau pedagang yang menggunakan zat pewarna

kimia sebagai pewarna makanan atau minuman baik sengaja maupun

tidak sengaja.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 033 Tahun 2012 Tentang

Bahan Tambahan Pangan menyatakan bahwa dalam makanan dan


minuman kandungan zat pewarna kimia harus 0 mg/l. Sementara hasil

pemeriksaan Rhodamin B diketahui bahwa kadar Rhodamin B yang

terdapat pada sampel positif yaitu 20 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa

zat pewarna Rhodamin B masih sering digunakan oleh pedagang

sebagai zat pewarna khususnya pada minuman es sirup.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Paulina V.Y. Yamleman (2010) dengan judul Identifikasi dan

Penetapan Kadar Rhodamin B pada Jajanan Kue Berwarna Merah

Muda Yang Beredar Di Kota Manado dengan hasil positif mengandung

Rhodamin B.

Jumlah suatu zat adiktif yang digunakan dalam bahan minuman

harus memenuhi kebutuhan minimum untuk mendapatkan pengaruh

yang dihendaki. Jika penggunaan bahan-bahan tersebut secara terus

menerus dan melebihi dari kadar yang sudah ditentukan, maka akan

terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh dan akhirnya dapat merusak

jaringan atau organ tertentu seperti hati dan ginjal (Hartoko, 2007).

Menurut (Hamzah, 2007), zat tambahan lain yang digunakan

dalam pembuatan sirup adalah zat pewarna yang aman dikonsumsi.

Biasanya pemberian zat pewarna ini hanya dilakukan untuk

mempercantik sirup yang dihasilkan agar lebih menarik. Namun

sebagai zat tambahan, pemberian zat ini tidak mutlak diperlukan sebab

apabila warna yang dihasilkan telah sesuai dengan yang diinginkan,

pemberian zat pewarna tidak perlu dilakukan. Saat ini banyak produsen
makanan dan minuman menggunakan zat pewarna yang berbahaya bagi

kesehatan tubuh agar memperoleh keuntungan yang banyak, tanpa

memperhatikan kepentingan produsen.

Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada

industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah

keunguan dan dalam larutan akan bewarna merah terang. Rhodamin B

dilarang digunakan sebagai bahan pewarna pangan. Bahaya akut

Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada

saluran pencernaan dan air seni akan bewarna merah atau merah muda.

Apabila terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama, maka dapat

menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker hati (Helmy,

2008).

Menurut (BPOM, 2008), ciri makanan dan minuman yang

mengandung Rhodamin B yaitu, warna tampak cerah mencolok,

memiliki sedikit rasa pahit terutama pada sirup atau limun, muncul rasa

gatal ditenggorokan setelah dikonsumsi, dan baunya tidak alami sesuai

makanan dan minumannya.

Penggunaan zat pewarna sintetis ini disenangi oleh produsen

karena mempunyai warna yang mencolok dan mudah ditemukan

dipasaran dengan harga yang relatif murah dan pemakaiannya lebih

praktis dari pada menggunakan pewarna alami. Menurut Cahyadi

(2008) pemakaian bahan pewarna pangan sintetis dalam pangan

walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen,


diantaranya dapat membantu suatu pangan lebih menarik, meratakan

warna pangan, ternyata dapat pula menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai