Anda di halaman 1dari 10

b

Bahasa Indonesia
”Penalaran Deduktif dan Induktif”

Disusun oleh :

Kelompok 7 :

1. Frilia Anggun Lestari (P0 5140319 010)


2. Linda Alifia Yulianti (P0 5140319 015)
3. Nurannisa Muslimah (P0 5140319 019)

DIV Kebidanan + Profesi (Tingkat 3)

Dosen Pembimbing : Dr. NOERMANZAH, S.Pd., M.Pd.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN+PROFESI

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.

Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari

sebelumnya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan sehingga

kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah

sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah ini disajikan untuk membahas

materi tentang “Penalaran Deduktif dan Induktif”. Untuk lebih jelas simak pembahasan

dalam makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang

mendalam kepada kita semua.

Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.

Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

Bengkulu, Juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penalaran merupakan kemampuan berpikir logis untuk menarik kesimpulan


dari adanya suatu hubungan sebab akibat (Sumiati, 2009). Penalaran menyatakan,
menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam
semua lapangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian penalaran dapat melatih dan
mengembangkan daya pemikiran dan dapat menimbulkan disiplin intelektual.

Proses bernalar membantu seseorang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan
teratur karena dengan demikian seseorang dapat memperoleh kebenaran. Manusia
tak pernah lepas dari masalah dalam kehidupannya, untuk memecahkan masalah
manusia memerlukan penalaran. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan
atau dipecahkan (Depdiknas, 2007). Jika dalam menghadapi masalah tidak
menggunakan penalaran, maka besar kemungkinan terjadi pengambilan keputusan
yang salah dan keliru.

Secara garis besar, penalaran dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
penalaran deduktif dan penalaran induktif, namun tidak semua siswa dapat
menggunakan kedua kemampuan penalaran tersebut dalam porsi yang sama.
Artinya, beberapa siswa cenderung unggul dalam kemampuan penalaran deduktif
dan beberapa yang lain unggul dalam kemampuan penalaran induktif.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu penalaran induktif?
b. Apa itu penalaran deduktif?
C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu penalaran induktif
b. Mengetahui apa itu penalaran deduktif
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penalaran

Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu
proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan baru dari
beberapa pernyataan lain yang telah diketahui (Surajiyo, 2006: 20).
Penalaran ada dua jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif :
1. Penalaran Induktif

Menurut Santrock (2010) penalaran induktif adalah penalaran dari hal-hal


spesifik ke umum. Surajiyo (2006) juga menyatakan bahwa penalaran induktif
merupakan suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum
dari sejumlah proposisi khusus.
Jadi penalaran induktif merupakan penarikan kesimpulan- kesimpulan dari
hal-hal yang bersifat khusus kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal
yang bersifat umum.
Sumarmo dan Hendriana (2014:33) mengemukakan beberapa kegiatan yang
tergolong penalaran induktif yaitu sebagai berikut:
a. Transduktif
Transduktif adalah menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat
khusus yang satu diterapkan pada kasus lainnya. Penalaran transduktif
merupakan bentuk penalaran induktif yang paling sederhana. Transduktif
dalam matematika dapat diartikan sebagai penarikan kesimpulan
matematis dari suatu kasus matematika yang diterapkan pada kasus
matematika lain.
b. Generalisasi
Menurut Keraf (2007) menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu
proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup suatu
fenomena. Artinya, siswa akan mampu mengadakan generalisasi yaitu
menangkap ciri-ciri atau sifat umum yang terdapat dari hal-hal khusus.
Jika siswa telah memiliki kosep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual)
dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan tersebut.
Secara umum generalisasi dalam matematika yaitu penerapan
matematis dari suatu kasus matematika lain yang memiliki kesamaan
matematis.
c. Analogi
Menurut Ahmad & Supriyono (2004) kesimpulan analogis adalah
kesimpulan yang ditarik dengan cara membandingkan situasi yang satu
dengan yang lain. Keraf (2007) berpendapat bahwa analogi atau kadang-
kadang disebut juga analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian
menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku
pula untuk hal lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analogi
dalam matematika adalah membandingkan dua hal matematis yang
berlainan, namun memiliki kriteria matematis yanga sama. Maka analogi
yang dicari yaitu kemiripan dari dua hal yang berbeda dan menarik
kesimpulan dari dasar kemiripan tersebut.
d. Hubungan kausal
Hubungan kausal (sebab dan akibat) adalah suatu keadaan atau
kejadian yang menimbulkan atau kejadian yang lain. Hubungan antara
sebab dan akibat tersebut bukan hubungan urutan biasa atau hubungan
yang kebetulan. Dalam hubungan kausal dapat dibedakan menjadi dua
kondisi yaitu kondisi mutlak (necessary condition) dan kondisi memadai
(sufficient condition).
e. Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan interpolasi dan
ekstrapolasi.
f. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang
ada.
Penalaran induktif terdiri dari tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan
sebab– akibat.
1) Generalisasi
Penalaran ini meliputi pengamatan terhadap contoh-contoh khusus dan
menemukan pola atau aturan yang melandasinya.
2) Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal (situasi atau kondisi) yang
berlainan berdasarkan keserupaannya, kemudian menarik kesimpulan atas
dasar keserupaan tersebut.
Ada dua analogi, yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif atau
analogi penjelas. Analogi induktif adalah analogi yang disusun
berdasarkan persamaan prinsipil yang berbeda antara dua fenomena.
Sedangkan analogi deklaratif atau analogi penjelas merupakan suatu
metode untuk menjelaskan belum dikenal atau masih samar, dengan
menggunakan hal yang sudah dikenal.
3) Kausal
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui.
Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah
kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau
dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas, maka kemampuan
penalaran matematis adalah satu kegiatan berpikir manusia untuk menarik
kesimpulan yang sah, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
Dalam penelitian ini, kemampuan penalaran matematis yang akan diteliti
meliputi lima kemampuan. Kelima kemampuan tersebut adalah:
a) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis
b) Menarik kesimpulan secara generalisasi
c) Menarik kesimpulan secara silogisme
d) Memperkirakan jawaban dan proses solusi
e) Menarik kesimpulan logis
2. Penalaran Deduktif
Santrock (2010: 358) mengatakan penalaran deduktif merupakan penalaran
dari umum ke khusus. Surajiyo, Astanto dan Andini (2006: 63) juga menyatakan
bahwa penalaran deduktif merupakan mengambil suatu kesimpulan yang
hakekatnya sudah tercakup diproporsisi atau lebih.
Jadi penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan- kesimpulan dari
hal-hal yang bersifat umum kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal yang
bersifat khusus.
Menurut Sumarno dan Hendriani (2014) ada kegiatan yang tergolong
kedalam penalaran deduktif yaitu:
a) Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
b) Menarik kesimpulan logis (penalaran logis) berdasarkan aturan inferensi,
berdasarkan proporsi yang sesuai, berdasarkan peluang, korelasi antara
dua variabel, menetapkan kombinasi beberapa variabel.
c) Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan
pembuktian dengan induksi matematika.
d) Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus.
Penalaran deduktif menjamin kesimpulan yang benar jika premis dari
argumennya benar,dan argumennya valid (logis). Adapun jenis-jenis penalaran
deduktif yaitu modus ponens, modus tollens, dan silogisme.
1. Modus Ponens
Modus ponens merupakan hubungan antara premis-premis.
Premis pertama merupakan pernyataan kondisional yaitu menggunakan
“Jika.... (merupakan anteseden), maka ...“(merupakan konsekuen).
Premis kedua bukan pernyataan kondisional.
2. Modus Tollens
Ada dua jenis penalaran modus tollens, yaitu menyangkal
anteseden dan menyangkal konsekuen. Yang dimaksud menyangkal
konsekuen berarti bahwa bila premis kedua menyangkal konsekuen
yang salah (negasi) pada premis pertama. Jenis penalaran ini
menghasilkan kesimpulan yang valid atau sah.
Ada dua faktor yang seringkali menimbulkan kesalahan dalam
penalaran modus ponens atau modus tollens yang ditemukan dalam
pembelajaran, yaitu :
a. karena keabstrakan permasalahan, dan
b. karena pernyataan memuat informasi yang negatif. Siswa akan lebih
memahami secara akurat pada saat permasalahan menggunakan
contoh–contoh konkrit. Apabila permasalahannya bukan contoh
konkrit atau permasalahannya termasuk abstrak maka mereka akan
lebih sulit.
3. Silogisme
Penalaran silogisme adalah bentuk pemikiran yang
kesimpulannya muncul secara signifikan setelah ada pemyataan-
pernyataan yang diturunkan secara mutlak. Silogisme terdiri dari dua
premis atau dua pernyataan yang harus diasumsikan benar dan ditambah
dengan suatu kesimpulan. Silogisme hipotetik, kedua premisnya
merupakan proposisi kondisional.
Silogisme bisa dinyatakan dengan kata-kata semua, beberapa,
tidak satupun atau istilah-istilah lain yang sejenis.
Silogisme sebagai prosedur penalaran menurunkan konklusi
yang benar atas dasar premis-premis yang benar. Argumen yang valid
dapat menghasilkan kesimpulan yang benar, argumen yang tidak valid
dapat pula secara sepintas masuk akal akan tetapi ada juga argumen
yang valid menghasilkan kesimpulan yang tak benar. Kesalahan umum
dalam penalaran silogisme yaitu siswa membuat konversi gelap, dan
dipengaruhi oleh keyakinan yang bias. Keyakinan efek bias dalam
penalaran silogisme terjadi ketika siswa membuat pertimbangan
didasarkan prioritas keyakinan, dari pada aturan logis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penalaran induktif merupakan penarikan kesimpulan- kesimpulan dari hal-hal
yang bersifat khusus kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal yang bersifat
umum.
Penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan- kesimpulan dari hal-
hal yang bersifat umum kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal yang bersifat
khusus.
B. Saran
Setelah kita mempelajari penalaran lebih lanjut, benar bahwa kita dapat
memahami konsep dari penalaran yaitu yang bertolak dari pengetahuan yang sudah
dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah,
dan mengetahui jenis- jenis penalaran.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user2020/Downloads/MakalahArahIsu.pdf

https://www.academia.edu/38879112/Penalaran_Deduktif_dan_Induktif

Surajiyo. (2006). Dasar-dasar Logika. Jakarta: PT Bumi Aksara

U. Sumarmo, D. Suryadi, & Nurlaelah E. Turmudi Eds., Kumpulan Makalah Berpikir dan
Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: Faculty of Mathematics and Science
Education, Indonesia University of Education.

Anda mungkin juga menyukai