Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Faktor Psikologi

Menurut Widayatun (2009) kata psikologi berasal dari bahasa Greek

(Yunani) pychology yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti

ilmu. Jadi, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kondisi

jiwa/mental seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam

berinteraksi dengn lingkungannya. Beberapa istilah khusus dalam psikologi

diantaranya frustasi, stress, depresi, pobhia, dan bloxing (Mubarokah, 2019).

Gambaran psikologi ibu setelah melahirkan baik secara fisik, emosi

(positif dan negatif), dan perilaku tidak terjadi secara tiba-tiba pasca

melahirkan, akan tetapi juga dilihat bagaimana kondisi psikologi ibu selama

masa kehamilan. Luapan emosi ibu setelah melahirkan dapat berupa perasaan

bahagia saat melihat anak lahir dengan sehat, kekhawatiran ASI tidak keluar,

maupun perasaan takut mengalami perubahan bentuk tubuh. Setelah

melahirkan, ibu akan menghadapi berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi

psikologi ibu, diantaranya trauma ketika melahirkan, kurang tidur, menyusui,

dan penyesuaian hubungan suami istri (Sugesti, 2015).

Menurut Anggariyati dkk (2015) kondisi psikologi mempengaruhi

perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Ibu dengan

kondisi psikologi baik lebih banyak memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya dibandingkan ibu dengan psikologi yang tidak baik. Gangguan


psikologi pada ibu mempengaruhi kelancaran ASI ketika menyusui. Kondisi

psikologi ibu yang baik dapat memotivasi ibu untuk memberikan ASI kepada

bayinya (Kamariyah, 2014).

Ketika ibu menyusui akan terjadi reflek yang berpengaruh terhadap

kelancaran laktasi. Pada ibu terjadi reflek prolaktin yang dapat memacu sel

kelenjar untuk menyekresi air susu dan reflek oksitosin yang dapat memacu

sel-sel mioepitel sehingga dapat memeras air susu dari alveoli. Rasa khawatir

dan sedih akan menghambat reflek tersebut. Reflek yang terjadi pada bayi

yaitu reflek mencari puting susu dan reflek menghisap. Bila bibir bayi

bersentuhan dengan puting susu, maka secara reflek mulut bayi akan terbuka

dan berusaha mencari puting untuk menyusu atau disebut rooting reflex.

Ketika aerola mammae secara keseluruhan masuk ke dalam mulut bayi, maka

areola dan papilla akan tertekan gusi, lidah, dan langit-langit bayi sehingga

menekan sinus laktiferus. Akibatnya air susu diperas keluar ke mulut bayi

(Maryam, 2014).

B. Faktor Status Ekonomi

1. Pengertian

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.

Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sosial berarti segala

sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996). Sedangkan

dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial


yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang

lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal

yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu

“oikos”yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu

peraturan, aturan,hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan

sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam KBBI,

ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian

dan perdagangan). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan,

perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan

tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan

mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan

ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial

ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status ekonomi:

a. Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan


tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah

aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan

membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa,

dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-

keterampilan).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan

untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan

diselenggarakan melalui jalur 10 pendidikan sekolah (pendidikan

formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal).

Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang

pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri


dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan prasekolah.

Menurut PP No. 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000),

pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta

didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki

pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan

sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.

2) Pendidikan dasar

Menurut PP No. 28 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000)

pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya

sembilan tahun. Diselengarakan selama enam tahun di sekolah

dasar dan tiga tahun di sekolah menengah lanjutan tingkat

pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan

pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan

dasar kepada peserta didik untukmengembangkan kehidupan

sebagai pribadi anggota masyarakat, warga Negara dan anggota

umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan menengah.


3) Pendidikan Menegah

Menurut PP No. 29 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000),

pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan

bagi pendidikan dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri

atas: Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan,

Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah

Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.

4) Pendidikan Tinggi

Menurut UU No. 2 tahun 1989 dalam Kunaryo (2000),

pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi

disebut perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. Dalam

penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang

pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua

siswa, selain itu juga pendidikan informla yang pernah diikuti

berpa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap kerja dan tentunya juga pendapatan yang

diperoleh.
b. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga

maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang

dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan

bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi

mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih

besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan

mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Dalam penelitian ini

yang dimaksud dengan pendapatan adalah penghasilan yang diterima

seseorang dalam bentuk uang dari hasil kerja baik secara formal maupun

informal.

Berdasarkan penggolongannya, BPS (Badan Pusat Statistik)

membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata

lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan.

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah

antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000,00 per bulan kebawah. Dari keterangan diatas dapat


dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat

ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang

tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.

Disamping memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya

memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan

penghasilan proporsitil.

c. Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari

bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya

mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan

kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa

akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan

mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan

suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung

dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk

mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-

beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan

yang rendah sampai pada tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung

pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosio

ekonomi rendah adalah pekerja pabrik,buruh manual, penerima dana

kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan. Jadi untuk menentukan status


sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat

diberi batasan sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli

jenis, pemimpin ketata laksanaan dalam suatu instansi baik

pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

2) Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang

penjualan dan jasa.

3) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat

angkut/bengkel.

(Arbaiyah HSB, 2017)

C. ASI Eksklusif

1. Pengertian

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah

lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti: susu

formula, sari buah, air putih, air teh, madu, dan tanpa makanan padat

seperti buah-buahan, niskuit, bubur susu, bubur nasi dan nasi tim

(Walyani, 2017).

2. Tahapan ASI

Menurut Parinasia (2009) stadium laktasi atau tahapan ASI dibedakan

menjadi :
a. Kolostrum

Merupakan cairan piscocus kental dengan warna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibandingkan susu matur. Kolostrum juga

dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna kuning atau pila

jernih dan lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung

sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman

dan penyakit, oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama

samapi ketiga atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang

keluar hanya sedikit, mungkin hanya satu sendok saja (sekitar 10 - 100

cc) dan akan terus meningkat setiap hari sampai sekitar 150 – 300

ml/jam.

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur

dan kadar lemak lebih rendah. Mengandung zat anti infeksi 10 – 17

kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matur.

Komposisi kolostrum dari hari ke hari selalu berubah, rata-rata

mengandung protein 8,5% ; lemak 2,5% ; karbohidrat 3,5% ;

corpusculum colostrums ; garam mineral (K, Na dan CL), 0,4% ; air

85,1% ; leukosit sisa-sisa epitel yang mati ; vitamin yang larut dalam

lemak lebih banyak : Terdapat Zat menghalangi hidrolisis protein

sebagai zat anti yang terdiri dari protein tidak rusak.

Fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, terdiri dari :


1) Imunoglobulin, melapisi dinding usus yang berfungsi untuk

mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi

2) Laktoferin, merupakan protein yang mempunyai afinitas yang

tinggi terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tinggi pada

kolosrtum dan ASI adalah 7 hari pertama masa nifas. Kandunga zat

besi yang rendah pada kolostrum dan ASI akan mencegah

perkembangan kuman pathogen. Laktoferin terdapat dalam air susu

sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada proses pasteurisasi.

Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan. Efek imunologis

laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah zat besi.

3) Lisosom, berfungsi sebagai anti bakteri juga menghambat berbagai

virus. Kadar lososom pada kolostrum pada ASI jauh lebih besar

kadarnya dibanding air susu sapi.

4) Faktor antitrypsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga

akan menyebabkan imuniglobulin pelindung tidak akan pecah oleh

tripsin.

5) Laktobasillus, ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai

asam yang mencegah pertumbuhan kupan pathogen. Untuk

pertumbuhannya, laktobasillus membutuhkan gula yang

mengandung nitrogen yaitu faktor bifidus yang terdapat di dalam

kolostrum dan ASI.

6) Faktor bifidus, tidak terdapat pada susu sapi. Inilah yang

menyebabkan bayi tidak diare jika minum ASI.


b. Air susu masa peralihan

Adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai belum menjadi ASI

matang / matur.

Cirri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut :

1) Peralihan ASI dari koostrum sampai menjadi ASI yang matur.

2) Di sekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau

teori lain yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada

minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

3) Kadar protein makan rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi.

4) Volume ASI juga makin meningkat dari hari ke hari sehingga pada

waktu bayi berumur 3 bulan dapat diproduksi kurang lebih 800

ml/hari.

c. Air susu matang (matur)

Ciri air susu matur adalah sebagai berikut :

1) ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.

2) ASI matur memiliki komposisi yang relatif konstan (ada pula

pendapat yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan

baru dimualai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

3) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal

ini dikarenakan ASI merupakan makanan yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.


4) ASI matur berupa cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten

yang terdapat di dalamnya.

5) Tidak menggumpal jika dipanaskan.

6) Terdapat anti mokrobial faktor.

7) Interferon producing cell.

8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya

faktor bifidus.

Tabel 1 : Komposisi Kolostrum dan ASI

Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI


Energi Kkl 58,0 70
Protein G 58,0 0,9
Kasein Mg 140,0 187,0
Laktosa G 5,3 7,3
Lemak G 2,9 4,2
Vitamin A Ug 151,0 75,0
Vitamin B1 Ug 1,9 14,0
Vitamin B2 Ug 30,0 40,0
Vitamin B12 Mg 0,05 0,1
Kalsium Mg 39,0 35,0
Zat Besi Mg 70,0 100,0
Fosfor Mg 14,0 15,0
Sumber : Food and Nutrition Board Depkes RI (2007)

(Astutik, 2015)

3. Manfaat ASI Eksklusif

a. Bagi bayi
1) ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling

sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya, melalui

penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI sebagai makanan

tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal

sampai usia 6 bulan.

2) ASI sebagai kekebalan

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat kekebalan dari

ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali

menurunsegera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia

beberapa bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat

kekebalan secara sempurna. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di

dalam tubuh bayi menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi

mengkonsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang akan

melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi, seperti: diare,

infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Roesli,

2000;Depkes 2001). Angka morbiditas dan mortalitas bayi yang

diberi ASI eksklusif jauh ebih kecil disbanding bayi yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif.

3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi


Bulan-bulan pertama kehidupan bayi samapi dengan usia 2

tahun periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.

Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kaembang

anak. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan

sebaik-baiknya agar otak bayi agar dapat tumbuh optimal dengan

kulaitas dengan kualitas optimal. Pertumbuhan oatak adalah faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Sementara

itu pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang

diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain: Taurin, lactose,

DHA, AA, asam omega-3, dan omega-6. Semua nutrisi yang

dibutuhkan untuk itu bisa dipatkan dari ASI.

4) ASI meningkatkan jalinankasih saying

Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam

dekapan ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan

ibunya, maka bayi akan merasakan kasih saying ibunya. Ia juga

akan merasa aman, tentram, dan nyaman terutama karna masih

dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak

dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang

akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan bentuk ikatan

yang erat antara ibu dan bayi.

b. Bagi ibu
1) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta

mempercepat pemulihan rahim kebentuk semula

Menyusu bayi setelah melahirkan akan meningkatkan kadar

oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses

kontraksipenyempitan pembuluh darah di rahim sehingga

perdarahan akan lebih cepat berhenti sehingga kemungkinan

terjadinya perdarahan dapat berkurang. Hal ini juga dapat

mengurangi terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin

yang meningkat juga sangat membantu mempercepat rahim

kembali mendekati ukuran sebelum hamil.

2) Menjarangkan kehamilan

Menyusu/memberikan ASI pada bayi merupakan cara

alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil.

3) Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan

mengambil sumber enegi dari lemak-lemak yang tertimbun selama

hamil terutama di bagian paha dan lengan atas, sehingga berat

badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan

semula.

4) Lebih murah dan ekonomis

ASI adalah jenis makan yang membantu yang murah dan

sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui

sehingga dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI


eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga bayi

akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal

tersebut akan menghemat pengeluaran untuk berobat ke dokter atau

rumah sakit.

5) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI sanagat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai

suhu yang tepat sehingga dapat langsung diminumkan pad bayi,

tanpa perlu khawatir terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan

kapan saja, di mana saja dan tidak perlu takut persediaan habis.

6) Memberi kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan mersa

puas, bangga dan bahagia yang mendalam.

(Walyani, 2017)

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan Mubarokah (2019), yang berjudul

“Pengaruh Faktor Psikologi Dan Sosio Budaya Gizi Terhadap Pemberian

ASI Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Bangkalan, Kabupaten Bangkalan,

Madura”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan

responden yang diambil sebanyak 87 orang. Hasil penelitian ini

menunjukan kondisi psikologi ibu yang tidak terganggu lebih banyak

memberikan ASI eksklusif dibanding ibu dengan kondisi psikologi


terganggu, yaitu sebesar 34,8%. Analisis ststistik menunjukan terdapat

pengaruh antara psikologi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi

(p-value < 0,05).

2. Kemudian penelitian yang dilakukan Arbaiyah HSB (2017), yang berjudul

“Hubungan Status Ekonomi Dan Pengetahuan Keluarga Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Sukamadi, Kecamatan Pagar Merbabu”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan

penelitian potong lintang dan responden yang diambil sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable pendapatan rumah tangga

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif

dengan p-value 0,004 (p< 0,05).

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (dimati) yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menghubungkan

kerangka konsep penelitian (Notoatmojo, 2010).

Gambar1. 1
Kerangka Teori

Psikologi Status Ekonomi

Tingkat Pendapatan Jenis pekerjaan


pendidikan

ASI Eksklusif

a. Tahapan ASI
b. Manfaat ASI

Sumber: Mubarokah (2019), Sugesti (2015), Maryam (2014),

Kamariyah (2014), Arbaiyah HSB. (2017), (Walyani, 2017).

F. Kerangka Konsep
Gambar 2. 2
Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Psikologi
ASI Eksklusif

Status Ekonomi

G. Hipotesis Penelitian

Ha :

1. Terdapat hubungan antara faktor psikologo dengan pemberian ASI

Eksk.lusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPT puskesmas Roworejo

2. Terdapat hubungan antara faktor status ekonomi dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPT puskesmas Roworejo.

Ho:

1. Tidak terdapat hubungan antara faktor psikologi dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPT puskesmas Roworejo.

2. Tidak terdapat hubungan antara faktor status ekonomi dengan pemberian


ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPT Puskesmas Roworejo.

Anda mungkin juga menyukai