Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MATA KULIAH

PERSPEKTIF DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program


Beasiswa Cendekia BAZNAS
Dosen Pengajar:

Fentiny Nugroho, MA, Ph.D


Dini Widinarsih, M.Si, Ph. D

Disusun Oleh Kelompook 6:

Muhammad Fadhil (2006557401)

Nawaz Ainun Najib (2006557414)

Neneng Fitri Fitriyah (2006502466)

Shaskia Shinta Rialny (2006557433)

PROGRAM MAGISTER
ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengantar
Berdasarakan laporan Badan Pusat Statistik Indonesia pada September 2019,
jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 24,79 juta jiwa atau 9,22 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Adapun tingkat kemiskinan penduduk pedesaan masih
lebih tinggi dari rata-rata nasional yakni sebesar 12,6 persen, sedangkan penduduk
miskin perkotaan 6,56 persen. Sementara garis kemiskinan nasional berdasarkan
rumah tangga miskin pada September 2019 sebesar 2.017.664 per rumah tangga
miskin dengan rata-rata rumah tangga miskin memiliki jumlah anggota keluarga 4,58
orang.
Kemiskinan disebabkan karena daya beli masyarakat lebih rendah dari garis
kemiskinan yang ditetapkan. Penduduk yang miskin biasanya memiliki keterbatasan
akses di antaranya tempat tinggal, pakaian, penerangan, pendidikan, kesehatan, daya
beli, dan transportasi. Keterbatasan yang serupa akan berdampak kepada
keturunannya jika tidak ada upaya untuk membuka akses tersebut secara satu per
satu. Dalam beberapa kondisi, mahasiswa dari keluarga tidak mampu mengalami
kesulitan membayar biaya kuliah, sehingga waktu yang dapat dioptimalkan untuk
belajar digunakan untuk aktivitas lainnya seperti bekerja paruh waktu, Bahkan,
beberapa mahasiswa harus cuti dan putus kuliah.
Mengutip penelitian Fadjrian Imran, di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008
saja ada sekitar 10% atau sekitar 300 mahasiswa yang terpaksa putus kuliah karena
berbagai sebab. Masalah ekonomi dan ketidaksanggupan bidang akademik menjadi
faktor penyebab utama. Selain itu, persentase drop out mahasiswa yang paling tinggi
di Indonesia ada di Provinsi Bengkulu (8,24 persen) atau 3.947 dari 47.913 dari total
mahasiswa tahun 2017 lalu. Dari hampir empat ribu mahasiswa yang putus kuliah
tersebut, hanya ada 2 mahasiswa yang berasal dari kampus negeri, lainnya dari
kampus swasta. Sementara itu, jumlah perguruan tinggi swasta di provinsi tersebut
memang jauh lebih banyak, yaitu 18 lembaga. Sementara hanya ada satu perguruan
tinggi negeri.1 Oleh karena hal tersebut, pertimbangan memberikan kesempatan
kepada golongan kurang mampu untuk memperoleh akses pendidikan menjadi dasar
utama pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Dalam upaya penyaluran zakat yang optimal,
BAZNAS membentuk lembaga program Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB) yang
bertugas untuk mengelola penyaluran dana zakat dalam bentuk beasiswa. Lembaga
Beasiswa BAZNAS dibentuk berdasarkan SK Ketua BAZNAS Nomor 12 Tahun 2018.
Pembentukan dan fungsi LBB sejalan dengan fatwa MUI Nomor Kep- 120/MUI/II/1996
yang menyatakan bahwa zakat dibolehkan untuk beasiswa dengan pertimbangan

1
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/10-provinsi-dengan-persentase-mahasiswa-
drop-out-dotertinggi-1519122848

1
sebagai berikut: a). Berprestasi akademik, b). Diutamakan untuk golongan yang tidak
mampu, c). Mempelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
Kehadiran LBB sebagai pengelola zakat memiliki amanah yang besar, yaitu
menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi golongan kurang mampu/miskin
sebagai pertanggungjawaban antar generasi sekaligus menyiapkan generasi penerus
bangsa yang memiliki kedalaman ilmu pengetahun dan keluhuran akhlak. Amanah
tersebut dikelola dengan upaya perencanaan, kerjsa sama, realisasi, monitoring, dan
evaluasi program sebaik-baiknya. Upaya-upaya tersebut tidak lain agar tercapai
pengelolaan dana zakat yang optimal, sehingga zakat berdampak luas bagi
kesejahteraan muslim di Indonesia. Kehadiran LBB diharapkan mampu berkontribusi
besar yang akan berdampak pada kesejahteraan dan kemandirian penduduk miskin di
Indonesia.
Salah satu akses yang dapat dioptimalkan dari sekian banyak akses yang
menghambat keluarga miskin keluar dari zonanya adalah pendidikan. Pendidikan
membuka ruang agar mahasiswa mampu memperbanyak pemahaman, pengalaman,
menambah jaringan, dan meningkatkan keterampilan sehingga memiliki kapasitas diri
yang baik dan mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, kehadiran
beasiswa berfungsi untuk membuka akses tersebut, melalui program bantuan biaya
pendidikan.
Pemerataan pendidikan masih menjadi problem klasik di tanah air. Kualitas
pendidikan dan ketiadaan akses menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat marginal.
Menurut data 2016, "Hanya 30 persen pelajar Indonesia yang melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi". Dari sisi kualitas, perbedaan kualitas sekolah pada tingkat
pendidikan menengah berimbas pada kesempatan siswa melanjutkan ke perguruan
tinggi juga keberhasilan menyelesaikan pendidikan di universitas.
Bantuan beasiswa pendidikan tidak cukup sampai pada bantuan uang kuliah
saja, namun juga harus disertai program yang mendorong peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Hal tersebut sejalan dengan salah satu sasaran dan fungsi
penyaluran zakat adalah mengutamakan perbaikan sumber daya manusia. Kebutuhan
sumber daya manusia akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan mampu diserap dunia kerja,
sehingga tidak terjadi pengangguran. Menurut laporan BPS per Agustus 2019, jumlah
pengangguran yang disumbang dari lulusan pendidikan tinggi minimal sarjana
berjumlah 6,25 juta. Padahal, angka pengangguran pernah turun sampai pada angka
4,8 juta pada tahun 2017. Kehadiran beasiswa diharapkan mampu mendorong setiap
penerimanya memiliki kapasitas diri yang optimal sehingga mampu mandiri
pendapatan dan pekerjaan.
Selain akses biaya pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, salah satu hal
penting adalah syiar zakat dan BAZNAS. Pengetahuan masyarakat terhadap zakat
secara luas masih rendah. Zakat cenderung identik dengan zakat fitrah yang hanya
dikeluarkan sekali dalam se tahun. Padahal masih ada zakat lainnya yang menjadi
wajib mengetahuinya dan menunaikannya. Beasiswa dari dana zakat perlu mendorong
dan melahirkan duta zakat baru, sesuai bidangnya masing-masing. Kehadiran duta
zakat akan mengedukasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berzakat.
Lebi dari hal demikian, beasiswa zakat harus mampu mendorong masyarakat
menunaikan kewajibannya berzakat.

2
Dalam upaya memutus rantai kemiskinan, BAZNAS mengoptimalkan program
pendidikan sebagai salah satu tools untuk memperbaiki kualitas ekonomi sekaligus
pendidikan masyarakat yang tergolong miskin, BAZNAS melalui Lembaga Beasiswa
BAZNAS meluncurkan program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB). Beasiswa
Cendekia BAZNAS adalah program penyaluran beasiswa kepada mahasiswa di
seluruh Indonesia yang memenuhi kualifikasi dan prosedur yang ditetapkan oleh
Lembaga Beasiswa BAZNAS. Penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS (Beaswan)
akan diberikan hak nya terhitung sejak menjadi beaswan hingga lulus atau semester 8.
Adapun tujuan Beasiswa Cendekia BAZNAS adalah untuk meningkatkan kualitas SDM
mustahik pada level perguruan tinggi dengan sasaran penerima beasiswa ini secara
umum diprioritaskan kepada ashnaf fakir, miskin atau fi sabilillah.

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepekaan (sensitivity) dan kesadaran (awareness) terhadap
kelompok miskin di Indonesia
2. Memahami program penanggulangan kemiskinan

3
4
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep Pemberdayaan


2.1.1. Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan menurut Mc. Ardle yang dikutip oleh Harry
Hikmat yaitu sebagai proses pengambilan keputusan orang-orang yang secara
konsekuen melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil tersebut.
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan sebuah keharusan untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
keterampilan dan sumber daya lainnya. Hal itu dalam rangka mencapai tujuan
mereka tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun pengertian yang
dikemukakan oleh Mc. Ardle bukan bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan
semata, namun lebih mementingkan makna sebuah proses dalam pengambilan
keputusan sebagai langkah untuk mencapai tujuan (Hikmat, 2010).
Istilah lain pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat
adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya
dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan diri mereka yang
bersangkutan. Memberdayakan masyarakat adalah langkah atau proses
mengupayakan unsur-unsur keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka
mampu meningkatkan harkat dan martabat dan keluar dari sebuah
ketergantungan yang mengkondisikan mereka dalam perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan, atau dengan istilah lain memandirikan masyarakt (Anawar,
2007).
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya (Mubyarto,
2000).
Pemberdayaan adalah membuat sesuatu menjadi berdaya atau
mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Jadi apabila tujuan zakat adalah
untuk mensejahterakan kehidupan umat dapat terangkat kesejahteraannya
diukur dari seberapa banyak umat dapat terangkat kesejahteraannya melalui
harta zakat. Indikator yang sederhana dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah
mustahik zakat dapat berkurang dari tahun ke tahun.
Pemberdayaan ini diarahkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan
pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk
menghasilkan nilai tambah yang paling tidak harus ada perbaikan akses
terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.
Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan (Adi, 2002)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa pemberdayaan ekonomi
masyarakat merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau

5
potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi masyarakat guna memenuhi
kebutuhan hidup termasuk pendidikan serta meningkatkan kesejahteraan
mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional yang
mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan berkelanjutan (sustainable
development).Tentu kondisi ekonomi suatu bangsa yang sedang dilanda krisis
merupakan akumulasi dari berbagai sebab dan dampak yang luas. Maka,
berapapun presentasinya, setiap bulan atau tahun diharapkan banyak mustahik
yang dapat berubah menjadi muzakki. Bila hal tersebut tidak ada sama sekali,
maka pelaksanaan zakat tersebut belum efektif dan ada hal yang salah yang
perlu segera diperbaiki (Hidayat, 2008).
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu cara dan upaya terencana, terarah,dan
berkelanjutan yang dilakukan untuk memudahkan, memperbaiki, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat keseluruhan bersamaan dengan
pembangunan perekonomian masyarakat yang dinamis dengan berbagai metode
seperti pelatihan, pembinaan, peminjaman modal, sosialisasi dan bentuk
pemberdayaan lainnya yang harapannya mampu merubah status sosial yang
sebelumnya seorang mustahik menjadi seorang muzakki (Midgley, 1995;
Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2006)

2.1.2. Pemberdayaan Zakat


Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial. Di
satu pihak kita melihat makin banyak potensi muzzaki. Pada masa lalu jumlah
orang kaya hanya terbatas. Sekarang jumlah itu semakin banyak dengan
terbukanya kesempatan usaha. Tetapi yang lebih penting untuk kita perhatikan
adalah makin besarnya golongan menengah. Pada masa lalu, zakat barangkali
lebih banyak disosialisasikan dengan orang kaya. pemilik harta. Sekarang
potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar. Ini menimbulkan
dampak dalam pengelolaan, khususnya dalam aspek mobilisasinya. Di lain
pihak, mereka yang hidup di garis kemiskinan, yang berhak menerima zakat,
walaupun dari segi angka absolut bisa bertambah. Tetapi garis kemiskinan harus
di perhatikan melihat dari struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin
tergolong miskin. Tetapi tingkat kemiskinannya berkurang. Atau dengan kata lain,
sebagian lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan tingkat
kesejahteraannya. Karena itu mereka yang perlu lebih mendapatkan adalah
golongan fakir miskin.
Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) salah satunya adalah dengan yang biasa disebut zakat konsumtif
produktif/kreatif. Pokok gagasannya adalah menolong golongan fakir miskin, fii
sabilillah (Pendidikan Anak Keluarga Miskin) dengan memberi ikan dan juga
kailnya agar bisa menjadi produktif (Saudagar Muda, Aktivis Muda, Teladan
Muda). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
(SDM) mustahik pada level perguruan tinggi, maka pertolongan ini bersifat
berkelanjutan yang didukung dengan kerjasama dengan perguruan tinggi
ternama di Indonesia. Tentu saja jika beasiswa pendidikan itu diberikan untuk
membantu yang bersangkutan untuk produksi, usaha, dan pemenuhan

6
kebutuhan belajar, maka pertolongan itu akan bisa membantu yang
bersangkutan untuk keluar dari situasi kemiskinan itu sendiri. (Lembaga
Beasiswa Badan Amil Zakat Nasional, 2001)
Menurut penulis, pemberdayaan zakat ini merupakan solusi yang tepat
dalam pengentasan masalah kemiskinan (pendidikan anak keluarga miskin)
melalui beasiswa pendidikan bagi mereka yang tidak memiliki ketidakmampuan
akses terhadap pendidikan.Tujuannya adalah selain meningkatkan kualitas
sumberdaya manusianya juga bersamaan mendorong mereka yang menerima
beasiswa pendidikan tersebut menjadi produktif yang difasilitasi melalui
pelatihan, pembinaan, mentoring dan sebaginya agar mereka keluar dari
ketimpangan pendidikan (Abu Bakar, 2015).

2.1.3. Pola-Pola Pemberdayaan Zakat


Qardhawi membagi dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu tujuan untuk
kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan
pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka
berinfak atau memberi, mengembangkan akhlak yang baik, mengobati hati dari
cinta dunia yang berlebihan, mengembangkan kekayaan batin dan
menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesame manusia. Dengan ungkapan lain,
esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk
memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan
harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat
matrealisme dalam diri manusia. Tujuan kedua memiliki dampak pada kehidupan
kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan
suatu bagian dari system jaminan sosial dalam Islam (Qardawi, 2011).
Ada dua upaya agar pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa dijalankan,
diantanya pertama mempersiapkan pribadi masyarakat menjadi wirausaha.
Karena kiat Islam yang pertama dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah
dengan bekerja. Dengan memberikan bekal pelatihan merupakan bekal yang
amat penting ketika akan memasuki dunia kerja. Program pembinaan untuk
menjadi seorang wiraswasta ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap
kegiatan, yaitu:
1. Memberikan motivasi moril
Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak dan
kewajiban manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia diwajibkan
beriman, beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat tenaga sedangkan
hasil akhir dikembalikan kepada dzat yang maha pencipta. Bentuk-bentuk
motifasi moril ini dilakukan melalui pengajian umum/bulanan, diskusi
keagamaan dan lain-lain.
2. Pelatiihan Usaha (Pembinaan)
Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap konsep-
konsep kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk permasalahan
yang ada didalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan
wawasan yang lebih menyeluruh dan actual sehingga dapat menumbuhkan
motivasi terhadap masyarakat disamping diharapkan memiliki pengetahuan
teknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.

7
3. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam
dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan
keuangan, baik perbankan manapun dana bantuan yang disalurkan melalui
kemitraan usaha lainnya (Didin, 2002)
Terkait dengan hal tersebut, dalam buku pedoman zakat juga dijelaskan
bahwa pola-pola pemberdayaan zakat ada empat macam, yaitu:
1. Konsumtif tradisional, yaitu zakat yang dibagikan kepada mustahiqq untuk
memenuhi kebutuha sehari-hari para aṣnaf.
2. Konsumtif kreatif, yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain, seperti
diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa, cangkul, gerabah dan
sebagainya.
3. Produktif tradisional, di mana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang
yang produktif, seperti kambing, sapi, alat cukur, alat pertukangan, mesin jahit
dan lain-lain. Pemberian dalam bentuk ini dapat memfasilitasi produktivitas
kerja fakir-miskin.
4. Produktif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan bergulir,
baik untuk permodalan protek sosial maupun untuk membantu atau
menambah modal pengusaha kecil (Direktorat Pemberdayaan Zakat, hal. 241-
242).

2.2. Ruang Lingkup Kemiskinan


2.2.1 Macam-Macam Kemiskinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “miskin” diartikan sebagai
tidak mampu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hal. 749)
Sedangkan fakir diartikan sebagai orang yang sangat miskin.32Dari bahasa
aslinya (Arab) kata miskin diambil dari kata sakana yang berarti diam atau
tenang, sedangkan fakir dari kata faqr yang pada mulanya berarti tulang
punggung. Fakir adalah orang yang patah tulang punggungnya, dalam arti
bahwa beban yang dipikulnya sedemikian berat sehingga “mematahkan” tulang
punggungnya (Shihab, 2007, hal. 449). Ada beberapa macam-macam
kemiskinan, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Ketika seseorang yang mempunyai pendapatan di bawah garis kemiskinan
atau tidak dapat memnuhi kebutuhan hidup miminum seperti papan, pangan,
sandang, kesehatan, dan pendidikan.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan yang subjektif ditentukan dirinya sendiri karena membandingkan
dirinya dengan masyarakat sekelilingnya.
3. Kemiskinan Natural/Alamiah
kemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya jumlah sumber daya atau
karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah disebabkan
faktor-faktor alamiah seperti cacat, sakit usia lanjut, dan bencana alam
(Hadiyanti, hal. 36).
4. Kemiskinan Kultural

8
Disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya, dimana mereka
merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan
5. Kemiskinan Struktural
kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota
atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Biasanya disebabkan karena faktor buatan manusia
seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi asset yang tidak merata,
korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi yang cenderung hanya
menguntungkan kelompok masyarakat tertentu (Hadiyanti, hal. 37; Arsyad,
1988; Hamid, 2000).

2.2.2. Perangkap kemiskinan


Perangkap kemiskinan (deprivation trap) merupakan suatu konsep teori
dari Robert Chambers (1983). Perangkap kemiskinan terdiri dari lima unsur yaitu
kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, kadar isolasi, kerentanan, dan
ketidakberdayaan telah menjadi perangkap kemiskinan yang benar-benar
mematikan kehidupan masyarakat miskin.

Deprivation Trap
Kemiskinan yang diderita keluarga miskin tak jarang harus memaksa
mereka bekerja membanting tulang untuk mencari nafkah. Kemiskinan telah
membuat asupan makanan keluarga miskin menjadi kurang, dan bisa
berpengaruh terhadap kesehatan fisik mereka. Sehingga masyarakat miskin
sangat rentan dalam berbagai hal apapun yang bisa mengantarkan mereka ke
dalam lingkaran kemiskinan. Kerentanan disini diartikan Chambers sebagai
ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapi
situasi krisis/darurat seperti bencana alam, gagal panen, atau penyakit yang
menerpa keluarga miskin sewaktu-waktu (Suyanto, 2013:12).
Sementara ketidakberdayaan dapat dilukiskan sebagai ketidakmampuan
golongan miskin untuk menghadapi kungkungan struktur sosial yang telah
merugikan dan memiskinkan mereka. Sebagai contoh yaitu bahwa keluarga
miskin tidak mampu berbuat apa-apa ketika berbagai program pengentasan
kemiskinan disalahgunakan/dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak

9
bertanggung jawab. Ketidakberdayaan mereka telah membuat mereka harus
menerima permainan yang yang tidak menguntungkan mereka.

2.2.3. Budaya Kemiskinan (Culture Poverty)


Budaya kemiskinan adalah adalah adaptasi dan reaksi kaum miskin
terhadap kedudukan marginal mereka dimana budaya tersebut cenderung
melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi. Kebudayaan tersebut
mencerminkan satu upaya mengatasi putus asa dan tanpa harapan yang
merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mereka merasa mustahil dapat
meraih sukses dalam kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan
masyarakat luas. Meski tidak semua masyarakat miskin mempertahankan
budaya ini, mereka memiliki hidup dinamis, dimana pada satu titik mereka
mendapatkan penghasilan rendah, namun di titik lainnya mencapai hidup yang
lebih baik karena mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih banyak.
Namun, pada kenyataannya mereka menjadi miskin kembali karena masuk
dalam perangkap kemiskinan. Kenyataannya, memang sulit bagi masyarakat
miskin untuk bisa menghadapi tingginya daya saing untuk dapat keluar dari
kemiskinan. Dan yang biasanya yang menjadi perangkap kemiskinan itu adalah
sistem ekonomi yang tidak berpihak kepada mereka. z8‟. The Culture of Poverty
mewujudkan pada kondisi:
1. Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi yg fokus untuk
keuntungan: Tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran
dan upah buruh rendah.
2. Tak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisasi
sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa
pemerintah: Sistem keluarga bilateral lebih menonjol.
3. Kuatnya seperangkat nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
Penumpukan harta dan adanya kemungkinan mobilitas vertikal dan sikap
hemat, serta ada anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil
ketidaksanggupan pribadi/memang pada dasarnya sudah rendah
kedudukannya.
4. Kebudayaan kemiskinan ini dapat terjadi diantaranya adalah karena: Kurang
efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin ke dalam lembaga-lembaga
utama masyarakat. Mereka tak punya pengetahuan, visi maupun ideologi
untuk menjadi anggota organisasi. Penekanan hidup masyarakat saat yang
mengabaikan masa depan, lack of planning, short money, berorientasi pada
hal konkrit, menolak orientasi yang abstrak.
Ada beberapa kebudayaan kemiskinan ini dapat terjadi diantaranya
adalah karena:
1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin ke dalam lembaga-
lembaga utama masyarakat. Mereka tak punya pengetahuan, visi maupun
ideologi untuk menjadi anggota organisasi.
2. Penekanan hidup masyarakat saat yang mengabaikan masa depan, lack of
planning, short money, berorientasi pada hal konkrit, menolak orientasi yang
abstrak.

10
3. Di tingkat individu, ditandai dengan kuatnya perasaan inferior, tak
berharga/unworthiness, tak berdaya/powerless, termarginalkan,
lemah/helplessness, ketergantungan dan „tak punya/not belonging‟.
4. Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan
kurang pengasuhan oleh orang tua. Anak-anak menjadi cepat dewasa dan
menikah muda. Tingginya angka perceraian juga menciptakan anak yang
cenderung matrilineal dan otoratisme, kurangnya hak-hak pribadi, dan
solidaritas semu.
Namun, pernyataan pro dan kontra terkait dengan teori budaya
kemiskinan masih terjadi hingga saat ini. Salah satu pihak yang kontra adalah
Eleanor Leacock dengan penjelasan „instant gratification‟ dan William Ryan
dengan argumen bahwa teori ini adalah contoh “blaming the victim” (Zastrow,
2017, p. 117). Sementara pihak yang pro dengan teori Lewis ini adalah Psikolog
yang meneliti tentang anak-anak dalam mengembangkan kemampuan
kognitifnya di lingkungan “ghetto” ; Moynihan-sosiolog yg meneliti tentang “the
Negro family” (McDermott & Vossoughi, 2020, 14,2 p. 63).

2.2.4. Strategi Penanggulangan Kemiskinan


Pengentasan kemiskinan selalu menjadi agenda utama bagi negara-
negara berkembang khususnya di Indonesia. Pengentasan kemiskinan selalu
menjadi topik utama dalam setiap periode pemerintahan. Hal ini dikarenakan
kemiskinan merupakan permasalahan yang menyangkut keadilan dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Di Indonesia, pendekatan pembangunan yang
berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai paradigma kebijakan desentralisasi
dalam penanganan masalah sosial termasuk masalah kemiskinan. Pendekatan
ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui kesanggupan untuk
melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan nonmaterial.
 Mikro : Individu, keluarga, dan kelompok.
 Mezzo : Komunitas, dan organisasi/kelembagaan.
 Makro : perencanaan dan kebijakan
Setiap tingkatan memiliki subjek intervensi yang berbeda; maka dari itu
strateginya pun akan berbeda juga. Namun, walaupun terbagi menjadi 3 (mikro,
mezzo, makro) dan sifatnya yang kompleks, setiap dari tingkatannya itu harus
saling bersinergi dalam mewujudkan satu tujuan yaitu pengentasan kemiskinan.
Dalam strategi penanggulangan kemiskinan, selayaknya dimulai dari tahap need
assessment. Pada tahap asesmen kebutuhan ini, diidentifikasi masalahnya,
kebutuhan kelompok sasaran program, kekuatan/potensi yang dimiliki yang
dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan program. Sangatlah penting
menempatkan kelompok sasaran program sebagai subyek, karena mereka lah
yang lebih tahu kondisinya. Keterlibatan komunitas dilakukan sejak awal, dan
perlu dibentuk kader, agar sustainability terjamin. Sebagai contoh dalam strategi
mikro yang berangkat dari pemikiran bahwa praktik kebijakan makro pemerintah
tidak secara universal berlaku bahkan terkadang tidak menyentuh permasalahan
yang dirasakan individu/keluarga tertentu. Sehingga dalam menyusun strategi di
tingkat ini yang diperlukan adalah bagaimana human capability setiap

11
individu/keluarga sehingga mereka menjadi masyarakat yang berdaya. Bantuan
yang diberikan bukan hanya dalam bentuk bantuan sosial, tetapi juga dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat.
Dalam menjalani strategi penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan
langkah-langkah pendekatan yang spesifik agar upaya penanggulangan
kemiskinan berjalan dengan efektif (Kusnadi, 2003, h.xviii), yakni pendekatan:
1. Pendekatan Institusional
Adalah pendekatan yang berbasis pada institusi atau pranata sosial budaya.
2. Pendekatan Gender
Adalah pendekatan yang menempatkan kaum perempuan sebagai sasaran
3. Pendekatan Sistem
Adalah pendekatan yang menempatkan organisasi dan rumah tangga sebagai
basis pemberdayaan.

2.3 Kebijakan Nasional Tentang Program dan Perspektif Global


1. Dimensi Global
UUD 1945 Pasal 5 Ayat 2 tentang Kekuasaan Pemerintah Negara dimana
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-
undang sebagaimana mestinya.
2. Dimensi Nasional
UU no.13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir-Miskin adalah orang yang
sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. Penanganan fakir-miskin adalah
upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan,
program, dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.
3. Dimensi Lokal
PP No. 63 Tahun 2013 tentang pelaksanaan upaya penanganan fakir miskin
melalui pendekatan wilayah seperti: pedesaan, perkotaan, pesisir/pulau-pulau
kecil, tertinggal/terpencil, dan perbatasan antar negara.
Disamping itu, perlu diketahui juga bahwa di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan
Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38
Tahun 1999. Dalam Undang-Undang ini masih banyak kekurangan terutama
tidak adanya sanksi bagi muzakki yang melalaikan kewajibannya tidak
membayar zakat.

12
BAB III
GAMBARAN PROGRAM

3.1 Latar Belakang Program


Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Akan tetapi,
Kondisi Pendidikan di Indonesia di tingkat perguruan tinggi cukup memprihatinkan.
Menurut data Kemenristekdikti di tahun 2016, hanya 30% siswa Indonesia yang dapat
melanjutkan ke tingkat Pendidikan tinggi (Strata dan Diploma). Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti kondisi ekonomi serta ketiadaan akses sehingga kondisi
Pendidikan di Indonesia belum merata. Dengan prosentase seperti ini, akan sulit bagi
Indonesia untuk dapat menjadi negara maju karena kurangnya akan tenaga ahli.
Menurut data dari sumber yang sama di tahun 2017, menunjukkan bahwa hampir
200 ribu mahasiswa mengalami drop out. Lebih dari 50 persen mahasiswa di drop out
karena kondisi ekonomi yang kurang memadai. Kondisi ekonomi berpengaruh kuat
terhadap kemampuan mahasiswa dalam meningkatkan kapasitas diri dan
keberhasilannya dalam menyelesaikan masa perkuliahan (Pratiwi dkk, 2011 dan
Institut Studi Fiskal Inggris). Pada tahun 2019, angka putus sekolah juga menujukkan
angka yang tidak sedikit.

Gambar 1 Angka Putus Sekolah Indonesia 2019


Selain itu, kondisi lulusan tingkat perguruan tinggi belum menunjukkan potensi
terbaik. Menurut data dari BPS (2019), angka pengangguran di tingkat universitas naik
25%. Lapangan kerja yang terbatas serta tidak mumpuninya kemampuan mahasiswa
terhadap lapangan kerja yang tersedia menjadi faktor penting tingginya angka
pengangguran ini.

13
Gambar 2 Angka Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sehingga dalam Program Beasiswa Cendekia BAZNAS, Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) memfokuskan untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa
yang sedang berada di dalam semester 5 dan juga mahasiswa yang baru lulus
SMA/Ma/se-derajat.

3.2 Program Beasiswa Cendekia BAZNAS


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-
Struktutral yang diamanahi untuk mengelola zakat yang ada di Indonesia BAZNAS
dibentuk berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2001. Pada tahun 2018, BAZNAS
membentuk sebuah lembaga yang berfokus untuk membantu mengentaskan
kemiskinan melalui Pendidikan, yakni Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB). Prinsip
yang dimiliki oleh Lembaga ini adalah Memiliki Kedalaman Ilmu Pengetahuan &
Keluhuran Akhlak. Sehingga dalam perjalanannya, LBB tidak hanya memberikan
beasiswa tapi juga diberikan Pembinaan dan Pelatihan kepada mahasiswa untuk
mencapai kedua hal di atas. Program LBB salah satunya adalah Program Beasiswa
Cendekia BAZNAS, baik yang ada di Dalam Negeri maupun Luar Negeri.

a. Beasiswa Cendekia BAZNAS - Dalam Negeri


Dalam program ini, BAZNAS bekerja sama dengan lebih dari 80 perguruan
tinggi di Indonesia, baik PTN maupun PTS. Beasiswa ini ditujukan untuk mahasiswa
yang tidak mampu dan berada di Semester 5. BAZNAS bekerjasama dengan Pihak
Kampus untuk memastikan bahwa mahasiswa tersebut mengisi data dengan benar
(misalnya tidak mampu) dan juga tidak menerima beasiswa lainnya. Bantuan yang

14
diberikan adalah Uang Sekolah maksimal Rp4.000.000 dan tunjangan Rp 400.000
setiap bulan. Penerima beasiswa mendapatkan beasiswa ini selama 2 tahun (4
Semester). Selain itu, penerima beasiswa juga mendapatkan pembinaan dari
seorang mentor yang ditunjuk langsung oleh Perguruan Tinggi. Pembinaan dari
mentor ini dilakukan untuk mempersiapkan penerima beasiswa agar mampu
berkontribusi kepada masyarakat. Pada program Ini 3 kategori, yakni, Aktivis Muda,
Wirausaha Muda, dan Teladan Muda. Mentor yang dipilih oleh pihak kampus
berdasarkan minat penerima beasiswa. Pada periode 2018-2020 terdapat 750
penerima beasiswa dan pada periode 2020-2022 terdapat 478 penerima beasiswa.

b. Beasiswa Cendekia BAZNAS - Luar Negeri


1. BCB - Albukhary International University (AIU), Malaysia
Dalam program ini BAZNAS bekerja sama dengan Albukhary International
University Malaysia. Program tersebut diberikan kepada lulusan SMA yang
tergolong kurang mampu. Bantuan yang diberikan oleh BAZNAS adalah Biaya
Paspor, Biaya Visa, Biaya Pendaftaran, Personal Bond, Biaya Education
Malaysia Global Service (EMGS) (tahunan), dan juga tiket penerbangan ke
Malaysia. Bantuan yang diberikan oleh Albukhary International University adalah
Uang Sekolah, Akomodasi (Hostel Gratis) dan Tunjangan Makan. Hingga saat
ini, kami memiliki total 84 penerima beasiswa di Malaysia.
2. BCB - Universitas Al Azhar Kairo, Mesir
Dalam program ini, BAZNAS membekali lulusan SMA yang lolos seleksi dari
Kementerian Agama Indonesia. Bantuan yang diberikan adalah bantuan tiket
keberangkatan Rp 4.200.000 dan tunjangan Rp 700.000 setiap bulan. Penerima
beasiswa mendapatkan beasiswa ini selama 2 tahun (4 Semester). Selain itu,
BAZNAS bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Indonesia di Mesir
memberikan pembinaan untuk belajar bahasa Arab dan menghafal Alquran.
Total 40 penerima beasiswa di Mesir.
3. BCB - Aligarh Muslim University, India
Dalam program ini, BAZNAS bekerja sama dengan The Superteache Institute
memberikan beasiswa bagi lulusan SMA yang tergolong miskin. Bantuan yang
diberikan adalah bantuan tiket keberangkatan dan tunjangan Rp 1.000.000
setiap bulan. Total 5 penerima beasiswa di India.

15
Gambar 3 Dokumentasi Lembaga Beasiswa BAZNAS

3.3 Zakat Untuk Pendidikan


Anggota BAZNAS, Nana Mintarti, dalam harian Republika (2018) mengatakan,
BAZNAS memiliki lima program, antara lain pendidikan. Ia mengatakan, sektor
pendidikan mendapat porsi 20-25 persen dari total alokasi dana yang dihimpun
BAZNAS. Ia yakin, kualitas pendidikan yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sebagaimana tertuang dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau
tentang yang biasa disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu
tanpa kemiskinan dan pendidikan yang berkualitas (Ishartono, 2016).

Gambar 4 Potensi Zakat di Indonesia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis - Badan Amil
Zakat Nasional (Puskas-BAZNAS) pertumbuhan Zakat di Indonesia mencapai 30% tiap
tahunnya. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Ekonomi dan Bisnis
Syarihah FEB UI tahun 2015 mengatakan bahwa potensi penghimpunan zakat
berdasarkan PDB Indonesia (diambil 2,5% PDB) adalah sekitar Rp 286 triliun.
Semenara pada tahun 2019, diperoleh data penghimpunan zakat sekitar Rp 10 triliun.
Potensi zakat yang ada di Indonesia masih belum tergali secara utuh. Diharapkan
dengan terus berkembangnya zakat di Indonesia dapat memberikan dampak pada
pengentasan kemiskinan, salah satunya melalui pendidikan.

16
3.4. Tahapan Pelaksanaan Program
1. Tahap Penerimaan Beasiswa
Dalam penerimaan mahasiswa yang mendapat beasiswa ini ada
beberapa kualifikasi seperti sedang berada di semester 5 bagi BCB - Dalam
Negeri) dan lulusan SMA bagi BCB - Luar Negeri. Penentuan kriteria ini,
melibatkan asesmen yang dilakukan Lembaga Beasiswa BAZNAS sebelum
melaksanakan suatu program. Asesmen yang dilakukan antara lain adalah
dengan mengumpulkan data mahasiswa yang kurang mampu dan mengalami
putus kuliah, serta melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan Pihak
Kampus. Selain itu, kualifikasi berikutnya adalah mahasiswa yang tergolong
kurang mampu sesuai dengan asnaf zakat, yaitu Fakir Miskin. Dalam
penentuan ini, dalam persyaratan administrasi, Mahasiswa wajib melampirkan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) serta melampirkan slip gaji dari
kedua orang tuanya. BAZNAS juga bekerjasama dengan Pihak Kampus untuk
melakukan verifikasi atas kondisi ekonomi mahasiswa, melakukan wawancara
dengan mahasiswa baik secara langsung maupun daring serta memastikan
bahwa mahasiswa tersebut tidak mendapatkan lebih dari 1 beasiswa.
2. Tahap Keterlibatan Masyarakat
Program ini melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat
Indonesia yang berzakat melalui BAZNAS, berkontribusi dalam
mensejahterakan masyarakat salah satunya melalui bidang pendidikan.
Dalam penghimpunan zakat, BAZNAS memiliki beberapa metode seperti
membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), melakukan program CSR, serta
mengoptimalkan zakat individu baik secara langsung maupun digital melalui
berbagai platform yang disediakan oleh BAZNAS. Dengan dana zakat yang
terhimpun ini, program ini akan terus berlanjut setiap tahunnya.
Dalam hal penyaluran zakat, sebagaimana yang tertera di atas, bahwa
BAZNAS bekerjasama dengan pihak kampus termasuk dalam pengelolaan
beasiswa. Dana zakat diberikan kepada kampus sesuai dengan nominal UKT
dan uang saku dari penerima beasiswa yang ada di kampus tersebut.
Kemudian kampus yang akan mendistribusikan dana tersebut kepada para
mahasiswa.
3. Implementasi Program
Dalam hal implementasi program, Lembaga Beasiswa BAZNAS
memberikan pembinaan atau pelatihan yang dapat meningkatkan
kemampuan dari para penerima beasiswa. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan aktif dalam kehidupan bermasyarakat melalui program-program
yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Sebagai contoh, di saat bulan
Ramadhan, para penerima beasiswa melakukan aksi bersih-bersih masjid di
lingkungan kampus dan di saat pandemi seperti ini mahasiswa memberikan
bantuan berupa masker, sosialisasi covid-19, mengadakan webinar, bahkan
mengumpulkan dana untuk membantu temannya yang tidak mampu. Hal ini
dilakukan oleh penerima beasiswa kita baik yang ada di dalam negeri maupun
di luar negeri.

17
4. Indikator Keberhasilan Program
Dalam program pendidikan, indikator keberhasilan program ini
membutuhkan jangka panjang karena diharapkan setelah para mahasiswa
lulus kuliah dapat keluar dari jurang kemiskinan. Sesuai dengan tujuan dari
BAZNAS yang bertekad untuk menjadikan orang yang sebelumnya menerima
zakat (mustahik) menjadi orang yang memberikan zakat (muzakki). Untuk
menunjang hal tersebut, Lembaga Beasiswa BAZNAS dalam Logical
Framework Analysis (LFA) -nya memiliki beberapa tujuan yang dapat
diwujudkan ketika program ini selesai dilaksanakan. Salah satunya adalah
meningkatnya kualitas SDM dari penerima beasiswa serta terkelolanya
jaringan alumni yang dapat bekerjasama dalam kesejahteraan masyarakat.

18
BAB IV
ANALISA PROGRAM

4.1 Pemberdayaan Zakat Pada Program Beasiswa Cendekia BAZNAS


Pemberdayaan zakat merupakan suatu cara dan upaya terencana, terarah,dan
berkelanjutan yang dilakukan untuk memudahkan, memperbaiki, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat keseluruhan bersamaan dengan meningkatkan
perekonomian masyarakat yang dinamis dengan berbagai metode seperti pelatihan,
pembinaan, peminjaman modal, sosialisasi dan bentuk pemberdayaan lainnya yang
harapannya mampu merubah status sosial mereka yang sebelumnya seorang
mustahik menjadi seorang muzakki (Midgley, 1995; Direktorat Pemberdayaan Zakat,
2006). Karena pemberdayaan zakat ini bisa menjadi solusi yang tepat dalam
pengentasan masalah kemiskinan terhadap mereka yang masih terjatuh dalam
perangkap kemiskinan (kekurangan materi, keterkucilan, kelemahan fisik,
ketidakberdayaan, kerentanan). Dalam hal ini adalah perangkap kemiskinan berupa
ketidakmampuan akses mereka terhadap pendidikan (keterkucilan) dan jenis
kemiskinan absolut berupa pendapatan keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup miminum seperti pendidikan
(Hadiyanti, hal. 33). Sehingga pemberdayaan zakat dengan beasiswa pendidikan ini
bisa membantu untuk pengentasan kemiskinan tersebut. Tujuannya adalah selain
meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya juga bersamaan mendorong mereka
yang menerima beasiswa pendidikan tersebut menjadi kratif/produktif yang difasilitasi
dan didampingi melalui pelatihan, pembinaan, mentoring dan sebagainya agar mereka
keluar dari perangkap kemiskinan berupa ketimpangan pendidikan (Abu Bakar, 2015).
Salah satunya BAZNAS yang mengoptimalkan program pendidikan sebagai
salah satu tools untuk memperbaiki kualitas ekonomi sekaligus pendidikan masyarakat
yang tergolong miskin (pendidikan anak keluarga miskin). Pada tahun 2018, BAZNAS
membentuk sebuah lembaga yang berfokus untuk membantu mengentaskan
kemiskinan pada sekotor Pendidikan melalui Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB) yang
meluncurkan program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB). Kehadiran LBB sebagai
pengelola zakat memiliki amanah yang besar, yaitu menjamin keberlangsungan
program pendidikan bagi golongan kurang mampu/miskin sebagai
pertanggungjawaban antar generasi sekaligus menyiapkan generasi penerus bangsa
yang memiliki kedalaman ilmu pengetahun dan keluhuran akhlak. Amanah tersebut
dikelola dengan upaya perencanaan, kerjsa sama, realisasi, monitoring, dan evaluasi
program sebaik-baiknya. Upaya-upaya tersebut tidak lain agar tercapai pengelolaan
dana zakat yang optimal dan mampu berkontribusi besar yang akan berdampak pada
kesejahteraan dan kemandirian penduduk miskin khususnya pendidikan
siswa/mahasiswa di Indonesia menjadi merasa terbantu dengan adanya program
Beasiswa Cendekia BAZNAS (Lembaga Beasiswa Badan Amil Zakat Nasional, 2001).
Beasiswa Cendekia BAZNAS adalah program penyaluran beasiswa kepada
mahasiswa di seluruh Indonesia yang memenuhi kualifikasi dan prosedur yang
ditetapkan oleh Lembaga Beasiswa BAZNAS. Penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS
(Beaswan) akan diberikan hak nya terhitung sejak menjadi beaswan hingga lulus atau
semester 8. Tujuan Beasiswa Cendekia BAZNAS ini adalah untuk meningkatkan

19
kualitas SDM mustahik pada level perguruan tinggi. Adapun sasaran beasiswa ini
secara umum diprioritaskan kepada ashnaf fakir, miskin atau fi sabilillah. Peserta
Beasiswa Cendekia BAZNAS adalah orang-orang terpilih yang memiliki tujuan besar,
yaitu menjadi orang-orang yang memiliki kedalaman ilmu di bidangnya masing-masing
dan memiliki keluhuran akhlak. Dua hal ini yang perlu mewarnai kepribadian dan
kehidupan setiap penerima beasiswa. Pribadi yang semangat belajar, berintegritas,
bersungguh-sungguh, jujur, rasa ingin tahu yang tinggi, saling menolong, memiliki
target yang jelas, dan berprestasi. Pribadi yang taat kepada Allah, rasul, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman adalah menjadi bagian terpenting yang tidak
terpisahkan. Nilai-nilai inilah yang mendarah daging di setiap penerima beasiswa.
Beasiswa Cendekia BAZNAS terdiri dari tiga kategori beasisawa yang
mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya melalui bidang
entrepreneur yang selanjutnya disebut Saudagar Muda, bidang aktivis yang
selanjutnya disebut Aktivis Muda, dan di bidang prestasi yang selanjutnya disebut
Teladan Muda,yaitu:
1. Cendekia BAZNAS kategori Saudagar Muda
Setiap penerima beasiswa diharapkan pada masa yang akan datang memiliki
kemandirian pendapatan dan kemandirian ekonomi melalui program usaha. Tidak
hanya itu, diharapkan mahasiswa membuka lapangan kerja baru sehingga mampu
memberikan ruang untuk menurukan tingkat pengangguran. Kemampuan
merencanakan bisnis, pengelolaan keuangan, komunikasi, memperluas jaringan,
monitoring dan evaluasi usaha perlu dipelajari dan terus dikembangkan. Ada syarat
khusus pendaftar BCB kategori saudagar muda, seperti berasal dari semua jurusan
minimal akreditasi B, memiliki perencanaan bisnis, memiliki aktivitas berwirausaha
yang sedang ditekuni, dan memiliki dan aktif dalam akun media sosial.
2. Cendekia BAZNAS kategori Aktivisi Muda.
Setiap mahasiswa aktif diharapkan pada masa yang akan datang mengikuti
kegiatan organisasi di tingkat setinggi-tingginya. Setiap aktivis muda memiliki peran
dan kontribusi untuk organisasi yang dikelola, perguruan tinggi, bangsa, dan
negara. Penerima BCB kategori Aktivis Muda memiliki daya kritis, nalar, dan
menjunjung tinggi asas kebermanfaatan untuk orang-orang di sekelilingnya.
Kemampuan memimpin, komunikasi, memperluas jaringan, dan berpikir visioner
terus senantiasa dikembangkan. Ada syarat khusus pendaftar BCB kategori aktivis
muda, seperti berasal dari semua jurusan minimal akreditasi B, aktif di salah satu
organisasi kampus dan luar kampus, pernah menjadi pembicara/narasumber di
forum internal atau eksternal kampus, memiliki dan aktif dalam akun media sosial,
dan memiliki aktivitas sosial di masyarakat lebih direkomendasikan.
3. Cendekia BAZNAS kategori Teladan Muda
Sebagai penerima beasiswa yang berprestasi di bidangnya masing-masing melalui
partisipasi-aktif di berbagai kompetisi, baik skala nasional maupun internasional.
Kemampuan menulis, menggagas ide kreatif, memahami literasi kontekstual,
memecahkan masalah, dan berpikir solutif menjadi salah satu kriteria yang tidak
terpisahkan sebagai penerima beasiswa. Ada syarat khusus pendaftar BCB kategori
teladan muda, seperti berasal dari bidang ilmu psikologi, komputer, komunikasi, dan
semua jurusan di fakultas pendidikan dan keguruan minimal akreditasi B, pernah

20
mengikuti kompetisi apapun, minimal satu kali di level kampus, memiliki dan aktif
dalam akun media sosial. (LBB, 2001).
Terkait dengan hal tersebut, ternyata program Beasiswa Cendekia BAZNAS
(BCB) merupakan salah satu dari pola-pola pemberdayaan zakat dalam bentuk
konsumtif kreatif artinya zakat yang diwujudkan dalam bentuk bantuan beasiswa
pendidikan (Direktorat Pemberdayaan Zakat, hal. 241-242). Beasiswa Cendekia
Baznas selain pola pemberdayaan zakatnya dalam bentuk konsumtif kreatif. Ternyata
ada juga peluang bagi mereka sebagai penerima beasiswa agar mengikuti kegiatan
pemberdayaan ekonomi untuk mempersiapkan pribadi siswa/mahasiswa menjadi
wirausaha (enterpreneur). Kegiatan pemberdayaan ekonomi ini dilakukan melalui
pembinaan untuk menjadi seorang wiraswasta ini dapat dilakukan melalui beberapa
tahap kegiatan, yaitu:
1. Memberikan motivasi moril
Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia diwajibkan beriman,
beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat tenaga sedangkan hasil akhir
dikembalikan kepada dzat yang maha pencipta. Adapun bentuk-bentuk motivasi
moril ini disampaikan oleh para mentor terhadap mereka sebagai beaswan seperti
pengajian umum/bulanan, diskusi keagamaan, dan sebagainya. Termasuk saat
bulan Ramadhan yang biasanya penuh diisi dengan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
2. Pelatihan Usaha (Pembinaan)
Melalui pelatihan ini setiap beaswan diberikan pemahaman terhadap konsep-
konsep kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk permasalahan yang ada
didalamnya. Tujuan pelatihan ini bagi beaswan adalah untuk memberikan wawasan
yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap
mereka disamping diharapkan memiliki pengetahuan teknik kewirausahaan dalam
berbagai aspek mulai dari teori-teori tentang kewirausahaan sampai pada praktik-
prakt dilapangan.
3. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam
dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan keuangan,
baik perbankan manapun dana bantuan yang disalurkan melalui kemitraan usaha
lainnya. Sebagaimana beaswan ini yang mendapatkan fasilitas tunjangan selain
untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan belajar, mereka juga diberikan uang saku
yang diharapkan dengan itu juga bisa menjadi peluang mereka untuk melakukan
suatu bentuk usaha agar semangat terdorong bisa menjadi seorang wirausahawan.
Dana bantuan pendidikan ini diberikan oleh LBB yang disalurkan melalui kampus-
kampus yang menjadi Mitra. (Didin, 2002).
Kegiatan pembinaan BCB ini tentunya melibatkan koordinasi LBB, kampus mitra,
dan mentor BCB Daerah. Dalam pelaksanaannya mengikuti kurikulum pembinaan
yang sudah ditetapkan seperti pada berikut ini:

Tabel 3. Kurikulum Pembinaan


Semester Kegiatan Tujuan Output Pelaksana
Penandatangan Mahasiswa BCB 100% mahasiswa Kampus
akad beasiswa memahami kewajiban dan menandatangani mitra

21
hak sebagai penerima Akad Beasiswa
beasiswa
Literasi dan Meningkatkan kualitas 75% kualitas Mentor
Pembinaan ibadah daily mahasiswa ibadah daily
Keislaman BCB mahasiswa BCB
di atas rata-rata
Pembinaan Meningkatkan pemahaman Meningkatnya LBB
KeBAZNASan mahasiswa terhadap zakat, pemahaman
BAZNAS, dan gerakan mahasiswa
zakat terhadap zakat,
BAZNAS, dan
Semester gerakan zakat.
Ganjil 2020 Literasi Media Meningkatkan kesadaran 100% Mahasiswa Mentor
Sosial mahasiswa dalam memiliki dan aktif
penggunaan media sosial di media sosial,
sebagai media dakwah serta follow akun
zakat Lembaga
Beasiswa
BAZNAS
Melukis Masa 1. Mendorong mahasiswa 1. 100% LBB,
Depan agar memiliki target capaian mahasiswa BCB HumanPro
per 6 bulan memiliki CV dan
2. Membuka wawasan targetan selama
mahasiswa terhadap dunia 6 bulan ke depan
karir pasca kampus 2. Terbukanya
3. Membimbing mahasiswa wawasan
menggali keahlian khusus mahasiswa BCB
yang dimiliki atau dapat terhadap dunia
dikembangkan karir pasca
kampus
3. Mahasiswa
BCB memiliki
perencanaan
karir pasca
kampus
Literasi Buku Meningkatkan literasi zakat Meningkatnya Mentor,
Zakat penerima beasiswa literasi zakat LBB
penerima
beasiswa
Presentasi atau Syiar zakat dari mahasiswa 100% mahasiswa Mentor,
Kulwap Literasi untuk Umat selesai membaca LBB
Buku Zakat dan presentasi
buku zakat yang
dibaca
Evaluasi Target Mengevaluasi capaian 6 Mahasiswa Mentor
6 Bulan bulan dan targetan 6 bulan membuat CV
berikutnya terbaru, capaian
target, dan target
6 bulan
berikutnya

22
BCB Menulis Mendorong mahasiswa Mahasiswa BCB LBB,
BCB menulis di media menulis di media Mentor
sosial Syiar sosial dengan
#ZakatTumbuhBermanfaat tagline (#) yang
Semester menjadi tranding topics deiberikan LBB
Genap Kunjungan ke Mengenal dan koordinasi Komitmen Mentor
2021 BAZNAS dengan BAZNAS Daerah program
Daerah kerelawanan
Aksi sosial- Meningkatkan peran Mahasiswa BCB Mentor
keagamaan- mahasiswa BCB di daerah terlibat aktif di
kemanusiaan terhadap BAZNAS Daerah kegiatan sosial-
bersama keagamaan-
BAZNAS kemanusiaan
Daerah BAZNAS Daerah
Evaluasi Target Mengevaluasi capaian 6 Bertambahnya Mentor
6 Bulan bulan dan targetan 6 bulan capaian-capaian
berikutnya baru mahasiswa
BCB
Cendekia Temu Mengenal dan menguatkan Mahasiswa BCB Mentor
Tokoh cita-cita mahasiswa BCB mendapatkan
dari tokoh yang ditemui inpirasi
penguatan cita-
citanya
Literasi Buku Meningkatkan literasi tokoh Mahasiswa BCB Mentor
Tokoh (sesuai sesuai bidang peminatan membaca
bidang masing- masing-masing minimal satu
Semester masing) buku tentang
Ganjil 2021 tokoh
Presentasi atau Syiar zakat dari mahasiswa Mahasiswa BCB Mentor
Kulwap Buku untuk Umat memberikan
Tokoh materi bedah
buku tentang
tokoh
Cendekia Temu Mengenal dan menguatkan Mahasiswa BCB Mentor
Tokoh cita-cita mahasiswa BCB mendapatkan
dari tokoh yang ditemui inpirasi
penguatan cita-
citanya
Evaluasi Target Mengevaluasi capaian 6 Bertambahnya Mentor
6 Bulan bulan dan targetan 6 bulan capaian-capaian
berikutnya baru mahasiswa
Semester BCB
Genap Apresiasi dan Syiar zakat dan apresiasi Berita nasional LBB
2002 Wisuda BCB mahasiswa BCB dan mahasiswa
berprestasi BCB berprestasi
Pembentukan Penguatan peran BCB Ikatan Alumni LBB
Alumni BCB untuk generasi berikutnya di BCB
manapun berada

Tabel 4. Jadwal Pembinaan

23
Sumber: (Lembaga Beasiswa BAZNAS, 2001).

Dengan ungkapan lain, esensi dari semua kegiatan pembinaan yang mengacu
pada kurikulum tersebut adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa
siswa/mahasiswa dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan
martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat matrealisme
dalam diri manusia. Dengan adanya kegiatan pembinaan ini sebagai bagian dari
tanggung jawab BAZNAS dalam upaya mencerdaskan kehidupan, mengentaskan
kemiskinan, menyiapkan generasi bangsa Indonesia di masa depan yang lebih baik
sekaligus menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki kedalaman ilmu
pengetahun dan keluhuran akhlak.

4.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Beasiswa Cendekia


BAZNAS
Pengentasan kemiskinan selalu menjadi agenda utama bagi negara-negara
berkembang khususnya di Indonesia. Bahkan pengentasan kemiskinan selalu menjadi
topik utama dalam setiap periode pemerintahan. Hal ini dikarenakan kemiskinan
merupakan permasalahan yang menyangkut keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat. Di Indonesia, pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat
sangat relevan sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan
masalah sosial termasuk masalah kemiskinan. Pendekatan ini menyadari tentang
betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber
daya materi dan nonmaterial. Dalam hal ini salah satu stategi penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan oleh BAZNAS melalui LBB yang fokus pada pendidikan
anak keluarga miskin dengan program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB). Program
LBB salah satunya adalah Program Beasiswa Cendekia BAZNAS, baik yang ada di
Dalam Negeri maupun Luar Negeri.

24
a. Beasiswa Cendekia BAZNAS - Dalam Negeri
Strategi penanggulangan kemiskinan melalui program ini yang dilakukan
mencangkup beberapa level yang saling bersinergi dalam mencapai keberhasilan
program yang berkelanjutan untuk dalam negeri, yaitu:
1. Mikro : Siswa/Mahasiswa sebagai penerima program Beasiswa Cendekia
BAZNAS (BCB) dengan latar belakang pendidikan anak keluarga miskin. Artinya
mereka yang menerima beasiswa ini berkonstribusi pada pemanfaatan fasilitas
beasiswa yang diberikan seperti tunjangan pendidikan dan kegiatan pembinaan
yang diharapkan mereka bisa menjadi orang yang kreatif baik aktivis muda,
saudagar muda, maupun teladan muda yang bermanfaat bagi diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat. Tentu hal tersebut bisa memberikan akses pelayanan
pendidikan yang lebih dan dapat mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh
para beaswan.
2. Mezzo : BAZNAS melalui Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB) yang bermitra
dengan kampus-kampus yang ada di Indoensia. Artinya ada penyaluran dana
bantuan beasiswa pendidikan melalui program BCB dari LBB yang kemudian
disalurkan ke kampus-kampus. Disini kampus-kampus berperan membantu
mengidentifikasi dan memverifikasi mahasiswa yang benar-benar termasuk
golongan tidak mampu. Sehingga mereka yang menerima progam BCB ini bisa
dikatakan orang yang layak mendapatkan program BCB. Untuk keberlanjutan
program ini biasanya terdapat mentor-mentor yang ditunjuk untuk mendampingi
para beaswan.Tujuannya adalah selain untuk mencapai pemerataan distribusi
bantuan pendidikan juga dalam rangka untuk memonitoring perkembangan
pendidikan para beaswan.
3. Makro: Perencanaan dan Kebijakan seperti BAZNAS sebagai lembaga
pemerintah nonstruktural yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, berkedudukan di Jakarta, beralamat di
Jl. Matraman Raya No.134, Kb.Manggis, Matraman, Jakarta Timur 13150, dalam
hal ini diwakili oleh Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Sc. Ec, selaku Direktur
Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, oleh karenanya sah bertindak
untuk dan atas nama Badan Amil Zakat Nasional berdasarkan Keputusan Ketua
BAZNAS Nomor 48 Pasal 1-22 Tahun 2019 tentang Otorisasi Penandatanganan
Perjanjian Kerja Sama di Lingkungan Badan Amil Zakat Nasional, selanjutnya
disebut “Pihak Pertama”
Dari ketiga strategi penanggulangan kemiskinan melalui program ini
menunjukkan bahwa BAZNAS bekerja sama dengan lebih dari 80 perguruan tinggi
di Indonesia, baik PTN maupun PTS. Beasiswa ini ditujukan untuk mahasiswa yang
tidak mampu dan berada di Semester 5. BAZNAS bekerjasama dengan Pihak
Kampus untuk memastikan bahwa mahasiswa tersebut mengisi data dengan benar
(misalnya tidak mampu) dan juga tidak menerima beasiswa lainnya. Bantuan yang
diberikan adalah Uang Sekolah maksimal Rp4.000.000 dan tunjangan Rp 400.000
setiap bulan. Penerima beasiswa mendapatkan beasiswa ini selama 2 tahun (4
Semester). Selain itu, penerima beasiswa juga mendapatkan pembinaan dari
seorang mentor yang ditunjuk langsung oleh Perguruan Tinggi. Pembinaan dari
mentor ini dilakukan untuk mempersiapkan penerima beasiswa agar mampu
berkontribusi kepada masyarakat. Pada program Ini 3 kategori, yakni, Aktivis Muda,

25
Wirausaha Muda, dan Teladan Muda. Mentor yang dipilih oleh pihak kampus
berdasarkan minat penerima beasiswa. Pada periode 2018-2020 terdapat 750
penerima beasiswa dan pada periode 2020-2022 terdapat 478 penerima beasiswa.

Tabel 4. Pohon Masalah Tentang Program BCB-Dalam Negeri


Deskripsi Deskripsi
Akibat 1. Mustahik berhenti/putus Goal 1 Mustahik dapat
kuliah mengikuti perkuliahan
2. Mustahik tidak memiliki hingga selesai
kesiapan memasuki dunia 2. Mustahik memiliki salah
pasca kampus satu kecakapan khusus
3. Mustahik kurang memasuki dunia pasca
memiliki pemahaman kampus (kewirausahaan,
tentang perzakatan aktivitas sosial, praktik
kependidikan, atau
penguatan keilmuan)
3. Mustahik terlibat aktif di
gerakan zakat
Masalah Rendahnya kualitas SDM Outcome Meningkatnya kualitas
mustahik pada level SDM mustahik pada level
pendidikan tinggi pendidikan tinggi
Penyebab 1. Mustahik tidak memiliki Output 1.Mustahik memiliki dana
dana untuk membiayai untuk membiayai
perkuliahannya perkuliahannya hingga
2. Mustahik tidak memiliki selesai
skill untuk memasuki 2. Mustahik memiliki skill
dunia pasca kampus untuk memasuki dunia
3.Mustahik kurang pasca kampus
mendapatkan 3.Mustahik mendapatkan
pengetahuan perzakatan pemahaman gerakan zakat
Sumber: (Lembaga Beasiswa BAZNAS, 2001)

Tabel 5. Logical Framework Analysis (LFA) Tentang Program BCB


Description Indicators Mean of Asumtion
Verification
Goal/ 1. Mustahik dapat
mengikuti
perkuliahan hingga
selesai
2. Mustahik memiliki
salah satu
kecakapan khusus
memasuki dunia
pasca kampus
(kewirausahaan,
aktivitas sosial,
praktik
kependidikan, atau
penguatan
keilmuan)
3. Mustahik terlibat

26
aktif di gerakan
zakat
Outcome/ Meningkatnya Meningkatnya
kualitas SDM kualitas SDM
mustahik pada level mustahik pada
pendidikan tinggi level pendidikan
tinggi
Output/
1. Mustahik 1. MoU dengan 1. Dokumen - Pencairan
memilik dana 75 kampus Ijazah dan dana dari
untuk membiayai 2. Sebanyak 375 Transkrip Nilai BAZNAS
perkuliahannya peserta BCB 2. Dokumen dapat
hingga selesai menerima uang MoU dilakukan rutin
saku dari Bulan 3. Daftar setiap 3 bulan
Juli - Desember peserta BCB dan dilakukan
2020 4. Bukti tanda tepat waktu
3. SPP 375 terima uang
peserta BCB saku
diterima di bulan 5. Bukti
Juli 2020 pembayaran
SPP

2. Mustahik 1.Terlaksananya Melukis Masa


memiliki skill untuk pembinaan Depan: - Kapasitas
memasuki dunia pengembangan 1. Laporan pengisi materi
pasca kampus kapasitas pembinaan pembinaan
mustahik melalui peserta sesuai dengan
pembinaan 2. Laporan kebutuhan
Melukis Masa aktivitas - Tersedianya
Depan peserta link untuk
2. Terlaksanan 3. Laporan masuk ke
pembinanaan tulisan peserta dunia kerja
dengan mentor 4. Laporan
daerah prestasi
peserta

Mentor
Daerah
1. Pembaruan
aktivitas
peserta
2. Database
BCB berbasis
entrepreneur,
aktivis,
keguruan dan
keilmuan
(psikologi,
komputerisasi,
komunikasi)

27
3. Mustahik 1. Terlaksananya 1. Laporan
mendapatkan Kajian zakat oleh pembinaan - BAZNAS
pemahaman pihak LBB baik peserta dapat
gerakan zakat langsung 2. Laporan memfasilitasi
maupun via aktivitas modal yang
kulwap program dibutuhkan
2. Keterlibatan kerelawanan
aktif mahasiswa 3. Laporan
di program kegiatan
kerelawanan inisiatif
3. gerakan zakat
Penyelenggaraan di daerah
syiar zakat oleh
mahasiswa di
daerah

Sumber: (Lembaga Beasiswa BAZNAS, 2001)

b. Beasiswa Cendekia BAZNAS - Luar Negeri


Dalam menjalani strategi penanggulangan kemiskinan melalui program beasiswa ini
yang luar negeri perlu dilakukan langkah-langkah pendekatan yang spesifik agar
upaya penanggulangan kemiskinan pada sektor pendidikan anak keluarga miskin
dapat berjalan dengan efektif (Kusnadi, 2003, h.xviii), Salah satunya BAZNAS
melalui LBBnya menggunakan pendekatan institusional dalam bentuk bekerjasama
dengan institusi BAZNAS-BAZNAS provinsi lainnya untuk mengintregasikan dan
mengharmoniskan berbagai strategi-strategi yang dikordinasikan pada tingkat
nasional sampai global demi tercapainya pengentasan kemiskinan pada pendidikan
anak keluarga miskin baik laki-laki maupun perempuan dengan kriteria keluarga
tidak mampu bersamaan agar dapat mengembangkan kompetensinya pada tingkat
global. Sehingga BAZNAS melalui LBBnya ini mengarahkan proses kerjasama
program BCB-Luar Negeri dengan institusi-institusi pendidikan luar negeri, seperti
Albukhary International University Malaysia, Universitas Al Azhar Mesir dan Aligarh
Muslim University India. Selain itu BAZNAS melalui LBBnya juga menggunakan
pendekatan sistem dalam bentuk kerjasama dengan organisasi penerima beasiswa
BC-Luar Negeri yang bernama PPMI (persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia).
Dimana organisasi PPMI ini berupaya memberdayakan para pelajar dan mahasiswa
Indonesia berupa pelatihan dan pembinaan seperti kajian Keagamaan, Bahasa
Arab/Bahasa Inggris, Kajian Kitab Kuning, Kajian Kewiarausahaan.
Dengan adanya kerjasama BAZNAS melalui LBBnya dengan institusi-institusi
pendidikan luar negeri atau perguruan tinggi luar negeri maupun dalam negeri ini
ternyata memberikan konstribusi besar dalam stategi penanggulangan kemiskinan
terhadap pendidikan anak keluarga miskin. Seperti memberikan kesempatan atau
peluang untuk belajar di luar negeri, memperoleh akses pelayanan pendidikan yang
lebih baik, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan kegiatan belajar, meningkatkan
kesiapan siswa/mahasiswa untuk memasuki kerja atau melanjuti ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Pada akhirnya semua itu memberikan kepuasan
pendidikan bagi para beaswan dan para orang tua juga merasa berkurang

28
bebannya dan bangga karena keberhasilan anaknya. Salah satu indikator
keberhasilan kerjasama ini adalah adanya peningkatan peningkatan kapasitas
kelembagaan BAZNAS serta LBB dan adanya peningkatan kapasitas para Beaswan
(Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 2020).

29
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-
Struktutral yang diamanahi untuk mengelola zakat yang ada di Indonesia BAZNAS
dibentuk berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2001. Pada tahun 2018, BAZNAS
membentuk sebuah lembaga yang berfokus untuk membantu mengentaskan
kemiskinan melalui Pendidikan, yakni Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB). Prinsip
yang dimiliki oleh Lembaga ini adalah Memiliki Kedalaman Ilmu Pengetahuan &
Keluhuran Akhlak. Sehingga dalam perjalanannya, LBB tidak hanya memberikan
beasiswa tapi juga diberikan Pembinaan dan Pelatihan kepada mahasiswa untuk
mencapai kedua hal di atas. Program LBB salah satunya adalah Program Beasiswa
Cendekia BAZNAS, baik yang ada di Dalam Negeri maupun Luar Negeri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis - Badan Amil
Zakat Nasional (Puskas-BAZNAS) pertumbuhan Zakat di Indonesia mencapai 30% tiap
tahunnya. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Ekonomi dan Bisnis
Syarihah FEB UI tahun 2015 mengatakan bahwa potensi penghimpunan zakat
berdasarkan PDB Indonesia (diambil 2,5% PDB) adalah sekitar Rp 286 triliun.
Semenara pada tahun 2019, diperoleh data penghimpunan zakat sekitar Rp 10 triliun.
Potensi zakat yang ada di Indonesia masih belum tergali secara utuh. Diharapkan
dengan terus berkembangnya zakat di Indonesia dapat memberikan dampak pada
pengentasan kemiskinan, salah satunya melalui pendidikan.
Sebagai upaya pemberdayaan zakat, maka pada tahun 2018, BAZNAS
membentuk sebuah lembaga yang berfokus untuk membantu mengentaskan
kemiskinan pada sekotor Pendidikan melalui Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB) yang
meluncurkan program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB). Kehadiran LBB sebagai
pengelola zakat memiliki amanah yang besar, yaitu menjamin keberlangsungan
program pendidikan bagi golongan kurang mampu/miskin sebagai
pertanggungjawaban antar generasi sekaligus menyiapkan generasi penerus bangsa
yang memiliki kedalaman ilmu pengetahun dan keluhuran akhlak. Amanah tersebut
dikelola dengan upaya perencanaan, kerjsa sama, realisasi, monitoring, dan evaluasi
program sebaik-baiknya. Beasiswa Cendekia BAZNAS terdiri dari tiga kategori
beasisawa yang mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya
melalui bidang entrepreneur yang selanjutnya disebut Saudagar Muda, bidang aktivis
yang selanjutnya disebut Aktivis Muda. Ternyata Beasiswa Cendekia Baznas selain
pola pemberdayaan zakatnya dalam bentuk konsumtif kreatif. Melainkan juga ada
peluang bagi mereka sebagai penerima beasiswa agar mengikuti kegiatan
pemberdayaan ekonomi (pelatihan dan pembinaan) untuk mempersiapkan pribadi
siswa/mahasiswa menjadi wirausaha (enterpreneur).
Berkaitan dengan strategi penanggulangan kemiskinan melalui program ini yang
dilakukan mencangkup beberapa level yang saling bersinergi dalam mencapai
keberhasilan program yang berkelanjutan untuk BCB-Dalam Negeri, yaitu: tingkat
mikro seperti siswa/mahasiswa penerima BCB, tingkat mezzo seperti BAZNAS melalui
LBBnya bekerjasama dengan kampus mitra penerima beasiswa, tingkat makro seperti
perencanaan dan kebijakan terkait Badan Amil Zakat Nasional berdasarkan Keputusan

30
Ketua BAZNAS Nomor 48 Pasal 1-22 Tahun 2019 tentang Otorisasi Penandatanganan
Perjanjian Kerja Sama di Lingkungan Badan Amil Zakat Nasional, selanjutnya disebut
“Pihak Pertama”. Adapun indikator-indikator keberhasilan programnya terlihat pada
pohon masalah dan Logical Framework Analysis (LFA) Tentang Program BCB.

5.2. Refleksi Terhadap Komunitas Miskin dan Program Penanggulangan


Kemiskinan
Kami melihat bahwa fokus pembangunan Indonesia saat ini adalah pada upaya
penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Sebagai contoh kemiskinan yang
terjadi pada pendidikan anak keluarga miskin dan pengangguran yang terjadi di tingkat
Universitas. Bahkan lapangan kerja yang terbatas serta tidak mumpuninya
kemampuan mahasiswa terhadap lapangan kerja yang tersedia menjadi faktor penting
tingginya angka pengangguran ini. Baik itu mereka jatuh pada kemiskinan absolut,
relatif, natural/alamiah, struktural, maupun kultural. Namun seringnya mereka jatuh
pada kemiskinan absolut karena pendapatan yang masih dibawah garis kemiskinan
sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutusan dasar yang salah satunya adalah
keterbatasan akses mereka terhadap pendidikan dan masih masuk dalam dua
lingkaran perangkap kemiskinan berupa keterkucilan (keterbatasan akses pendidikan)
dan kekurangan materi (pendapatan rendah/tidakmemiliki aset).
Oleh karena itu sebenarnya bentuk perhatian dan kepedulian terhadap
pendidikan anak keluarga miskin sebagaimana menurut Robert Menzies (1944) bahwa
negara memiliki kewajiban besar dan penting untuk membela kaum yang lemah, sakit,
dan tidak beruntung. Sehingga negara harus memberikan bantuan dan dukungan bagi
mereka. Salah satu bentuk bantuan dan dukungan pihak pemerintah terhadap mereka
yaitu program Beasiswa Cendekia BAZNAS (BCB) dari BAZNAS melalui Lembaga
Beasiswa BAZNAS (LBB) yang disalurkan melalui kampus-kampus mitra penerima
manfaat beasiswa. Beasiswa ini tidak hanya sekedar pemberian material berupa
tunjangan pendidikan melainkan juga mereka para Beaswan didampingi, dibina, dan
diberdayakan untuk menjadi seorang aktivis, saudagar, dan teladan. Tujuannya adalah
selain meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan nilai-nilai sosial yang
progresif juga dapat mengembangkan semua soft skill tersebut yang dapat
mendatangkan keuntungan ekonomis (uang). Sehingga mereka pada gilirannya bisa
memiliki kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan yang dapat keluar dari perangkap
kemiskinan. Serta diharapkan pada masa yang akan datang mereka yang awalnya
menjadi mustahiq bisa menjadi muzakki.

5.3. Rekomendasi Terhadap Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia.


Pemerintah:
1. Seharusnya negara beperan sebagai kekuatan fasilitator dan pembuat kebijakan
zakat untuk memberikan sanksi kepada para muzakki yang tidak mau membayar
pajak dan mendukung potensi zakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Karena selama ini belum ada kebijakan zakat yang jelas tentang sanksi bagi
para muzakki yang tidak mau membayar pajak.
2. Seharusnya negara tidak hanya memberikan bantuan sosial berupa modal
material saja tetapi juga dukungan kuat berupa modal sosial dan modal spiritual

31
untuk meningkatkan mental, kesadaran, kemandirian, dan kesejahteraan dalam
upaya pengentasan kemiskinan.
3. Seharusnya negara berperan aktif dalam mengarahkan proses penanggulangan
kemiskinan diwujudkan dalam bentuk pemaksimalan partisipasi individu,
masyarakat, maupun lembaga pemerintah/non-pemerintah.

BAZNAS:
1. Merancang program pengabdian yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa yang telah lulus studi.
2. Mengorganisir dan memperkuat ikatan alumni beasiswa
cendekia BAZNAS agar dapat menjadi wadah untuk saling
mendukung dan membuat kegiatan atau gerakan positif.
3. Melakukan kegiatan yang mempertemukan para mustahiq dan
muzakki untuk menguatkan hubungan dan memperluas
jaringan.
4. Optimalisasi hubungan dengan pihak kementerian dan atau
dinas pendidikan.
5. Melakukan sinergi dengan pihak KBRI di Malaysia dan Brunei
Darussalam untuk memperkuat kerjasama antar negara di
bidang pendidikan

32
33
DAFTAR REFERENSI

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial.


Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Abu Bakar, Adnan. (2015). Pemberdayaan Zakat Untuk Pendidikan. Dalam Jurnal Nur
El-Islam. Volume 2. Nomor 1. Ketua STAI YASNI Muara Bungo

Adzri Farah Aida Ahmad, dkk. 2010. “Zakat and Poverty Alleviation: Roles of Zakat
Institutions in Malaysia,” International Journal of Arts and Commerce, Vol.107

Anwar (2007). Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta.

Arsyad Lincoln. 1988. Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE-


YKPN.

Bourdieu, Pierre. (1986). The Forms of Capital. Handbook of Theory and Research for
the Sociology of Education, Westport, CT: Greenwood, pp. 241–58.

Chambers, Robert. (2006). Poverty Unperceived: Traps, Biases, Agenda. United


Kingdom: University of Sussex Brighton.

Direktorat Pemberdayaan Zakat. (2006). Pedoman Zakat Seri 9.Jakarta: Ditjen Bimas
Islam Depag RI.

Hadiyanti Puji. Kemiskinandan Upaya pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta:


Muhamadiyah.

Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Pres.

Hamid, Edi Suandi. 2000. Ekonomi Indonesia Memasuki Milennium III. Yogyakarta: UII
Press.

Harry Hikmat Harry. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung:


Humaniora Utama Press

James S., Coleman. (2010). Social Capital in The Creation of Human Capital. The
American Journal of Sociology, Vol. 94, Supplement: Organizations and
Institutions: Sociological and Economic Approaches to the Analysis of Social
Structure (1988), pp. S95-S120.

Kusnandi, et.al. 2003. SPIRAL KEMISKINAN: Kemiskinan Nelayan Ditinjau dari Teori
Representasi Sosial. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.

34
Lembaga Beasiswa BAZNAS. (2001). Pedoman Beasiswa Cendekia Badan Amil Zakat
Nasional: Kategori Dalam Negeri.
Lembaga Beasiswa BAZNAS. “Profil Lembaga Beasiswa BAZNAS”. 2020

Maharani, Putri Hanik S.; Fadhil, Muhammad; and Priyanti. 2020. Impact Assessment
of The BAZNAS Scholarship Program With Social Return Of Invesment
Approach In Several Universities. International Journal of Zakat and Islamic
Philantrophy : Kedah, Malaysia.

McDermott & Shirin Vossoughi (2020) The culture of poverty, again,Diaspora,


Indigenous, and Minority Education, 14:2, 60-69, DOI:
10.1080/15595692.2020.1733960

Midgley, James. (1995). Social Development; The Development Perspective In Social


Welfare. London: Sage Publications

Mubyarto. (2000). Membangun System Ekonomi, cet. 1. Yogyakarta: BPFE.

Pusat Kajian Strategis BAZNAS. Indonesia Zakat Outlook 2020. Jakarta: Puskas-
BAZNAS.

Pratiwi, Ira Eka dan Ismail, Rifki. 2016. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal dan Sasaran
Akhir Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Inklusif di Indonesia,
Malaysia, Qatar, dan Saudi Arabia. Journal Middle East and Islamic Studies,
Volume 4 No. 1

Qardawi, Yusuf. (2011). Hukum Zakat. Rev.ed. Jakarta: Litera Antar Nusa.

Sakinah K. 2018. Baznas dorong kemajuan di bidang pendidikan. Republika.


Khazanah. Diakses pada: https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/01/11/p2e5sk423-baznas-dorong-kemajuan-di-bidang-
pendidikan

Shihab M Quraish. 2007. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan Pustaka.

Yayat Hidayat Yayat. (2008). Zakat Profesi Solusi Mengentaskan Kemiskinan Umat.
Bandung: Mulia Press.

Hanya 30 Persen Pelajar Bisa Kuliah , diakses pada 11 November 2020

Zastrow, Charles. (2017). Introduction to Social Work and Social Welfare: Empowering
People. USA: Cengage Learning

35

Anda mungkin juga menyukai