Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah pendidikan merupakan masalah yang serius di Indonesia, salah
satunya adalah tingginya tingkat putus kuliah. Salah satu faktor tingginya tingkat
putus kuliah tersebut adalah faktor ekonomi. Pemerintah melakukan beberapa usaha
untuk menekan angka putus kuliah untuk mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi
tetapi tidak dapat melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi, salah satunya yaitu
dengan memberikan fasilitas beasiswa yang dinamakan beasiswa bidikmisi.
Bidikmisi adalah kepanjangan dari biaya pendidikan mahasiswa miskin
berprestasi. Bidikmisi merupakan bantuan yang berbentuk biaya pendidikan yang
diberikan kepada calon mahasiswa yang tidak mampu tetapi memiliki prestasi
akademik yang tinggi (Pedoman Bidikmisi, 2016). Bantuan biaya bidikmisi
ditujukan kepada mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan kuliah dikarenakan tidak
adanya biaya tetapi memiliki prestasi belajar yang baik.
Beasiswa bidikmisi adalah pemberian bantuan biaya yang oleh pemerintah
melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk calon mahasiswa yang kurang mampu dalam segi ekonomi tetapi
memiliki potensi dan prestasi yang baik, yang diberikan ketika menjalani pendidikan
di perguruan tinggi Negeri hingga lulus tepat waktu. Progam bidikmisi ini dibuat oleh
Pemerintah dari tahun 2010. (https://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa_Bidikmisi
diakses tanggal 16 November 2019 jam 17.14)
Tujuan diselenggarakan bidikmisi ini adalah untuk memberikan kesempatan
untuk menempuh ilmu di perguruan tinggi negeri, kepada para calon mahasiswa
yang kurang mampu dalam ekonomi, tetapi memiliki potensi dan prestasi yang tinggi
di bidang akademik. Bidikmisi memberikan bantuan biaya pendidikan kepada
penerima yang memenuhi kriteria di bidang akademik dan ekonominya, mampu lulus
tepat waktu serta dapat meningkatkan prestasi selama masa perkuliahan berlangsung.

1
Hal ini diharapkan dapat mengurangi rantai kemiskinan dan memberdayakan
masyarakat di Indonesia.
Tujuan pemerintah menyelenggarakan progam beasiswa bidikmisi adalah untuk
mengurangi angka putus kuliah bagi mahasiwa yang kurang mampu secara ekonomi
dan memiliki prestasi belajar yang baik. Pada kenyataannya, pemberian beasiswa
bidikmisi oleh pemerintah tidak sedikit yang salah sasaran. Beberapa dari mahasiswa
yang memperoleh bidikmisi tidak memiliki ekonomi yang rendah dan kurang
memiliki prestasi belajar yang baik. Penjelasan tersebut dibuktikan dengan
pernyataan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 227) bahwa “adanya
ketidaksesuaian dalam pemberian bantuan sosial berupa bidikmisi dan beasiswa
miskin”.
Ketidaktepatan pemerintah dalam pemberian beasiswa bidikmisi tersebut dapat
menggeser tujuan utama beasiswa bidikmisi tersebut didirikan, yaitu untuk
memberikan harapan belajar untuk masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi
supaya dapat memutus rantai kemiskinan. Hal itu menyebabkan tidak sedikit
masyarakat yang benar-benar kurang mampu, tidak mendapatkan beasiswa bidikmisi,
sehingga menjadi beban mereka untuk dapat lanjut sekolah hingga bangku
perkuliahan.
Pemberian beasiswa bidikmisi yang tidak tepat dapat dilihat dari gaya hidup
mewah dari mahasiswa penerima bidikmisi tersebut. Tidak sedikit dari penerima
bidikmisi yang bergaya hidup tidak sesuai dengan yang seharusnya, karena seperti
yang kita ketahui, penerima beasiswa bidikmisi berasal dari masyarakat yang
memiliki ekonomi yang kurang. Tetapi ada beberapa mahasiswa bidikmisi yang
bergaya hidup konsumtif.
Gaya hidup dapat diartikan sebagai pola hidup manusia, dimana mereka hidup
dan menghabiskan waktu serta uang yang mereka miliki (Engel, Blackwell, &
Miniard, 1994: 383). Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat makin
mengunggulkan gaya hidup yang bersifat hedonism atau gaya konsumtif. Mahasiswa
adalah salah satu masyarakat yang memiliki gaya hidup yang cenderung konsumtif.

2
Mahasiswa menggunakan dan menghabiskan uangnya untuk memuaskan keinginan
daripada kebutuhannya. Gaya hidup mewah tersebut kebanyakan dilakukan oleh
wanita, untuk keperluan penampilannya (Mintel dalam Chaney, 2004: 70). Tidak
terkecuali mahasiswa bidikmisi rentan memiliki gaya hidup yang mewah, karena
mengikuti zaman serta gengsi kepada temannya. Anak muda jaman sekarang mudah
tergiur iklan dan merujuk pada gaya hidup kelas social menengah atas (Rahman,
2016)
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014) di
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, bahwa sebagian mahasiswa
bidikmisi di kampus tersebut cenderung memiliki gaya hidup yang mewah dan
konsumtif. Mahasiswa bidikmisi di kampus tersebut mempergunakan uang bidikmisi
kurang tepat, tidak untuk kebutuhan pokok dan keperluan studi, melainkan untuk
konsumsi hal-hal yang kurang efektif.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai bagaimana gaya hidup konsumtif pada mahasiswa bidikmisi di UNS.
Dengan demikian penelitian ini mengambil judul “Studi Kasus Gaya Hidup
Konsumtif Mahasiswa Bidikmisi di Universitas Sebelas Maret Surakarta”.

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola gaya hidup mahasiswa bidikmisi di Universitas Sebelas Maret
Surakarta?
2. Bagaimana tingkat gaya hidup konsumtif pada mahasiswa bidikmisi Universitas
Sebelas Maret?
3. Bagaimana dampak terhadap tingkat gaya hidup konsumtif mahasiswa bidikmisi
Universitas Sebelas Maret?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

3
1. Mengetahui pola gaya hidup mahasiswa penerima bidikmisi di Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Mengetahui tingkat gaya hidup konsumtif mahasiswa bidikmisi di Universitas
Sebelas Maret Surakarta
3. Mengetahui dampak pola hidup konsumtif penerima bidikmisi di Universitas
Sebelas Maret Surakarta

D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa
pihak, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan ilmu
pengetahuan terkait dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa bidikmisi dan
dampak nyata nya kepada masyarakat yang kurang mampu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kepada mahasiswa supaya mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan
kemampuannya, agar tidak mengambil hak mahasiswa lain yang benar-benar
membutuhkan.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kesadaran bagi
pemerintah untuk lebih bijak lagi dalam menetapkan peraturan mengenai
pemberian beasiswa bidikmisi. Diharapkan pula kedepannya pemerintah
dapat memberikan sasaran yang tepat untuk pemberian beasiswa bidikmisi
ini, supaya lebih efektif dan efisien.
c. Bagi Penelitian Berikutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan
yang bermanfaat dan valid untuk penelitian selanjutnya.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka
1. Beasiswa
a. Pengertian Beasiswa
Beasiswa dapat diartikan sebagai pemberian biaya yang sumbernya bukan
dari diri sendiri atau orang tua, tetapi dari pemerintah, swasta, kedutaan ataupun
universitas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang
pendanaan pendidikan, bagian kelima pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memberi
bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang
tua/wali nya tidak mampu untuk membiayai pendidikannya.
Beasiswa adalah subsidi yang diberikan oleh pemerintah/ swasta kepada
mahasiswa atau pelajar dalam bentuk bantuan biaya belajar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2017). Sedangkan menurut Simatupang (2009), beasiswa
merupakan pemberian dana pendidikan secara cuma-cuma yang diajukan oleh
seorang pelajar. Menurut Kemenristekdikti (2017: 1) beasiswa adalah dukungan
yang berupa pembayaran biaya pendidikan yang diperuntukkan kepada pelajar
unuk melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi atau perkuliahan yang
dipertimbangkan dari segi prestasi akademik. Sedangkan menurut Murniasih
(2009), beasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu penghargaan dengan bentuk
keuangan yang ditujukan untuk individu yang memiliki prestasi yang tinggi agat
dapat menlanjutkan perguruan tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, beasiswa
adalah bentuk pemberian bantuan dana pendidikan kepada seorang pelajar.
Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh utomo,
menurut penelitian tersebut beliau mengatakan bahwa, untuk meminimalisir
mahasiswa mengundurkan diri di tengah-tengah proses perkuliahan, upaya yang

5
dijalankan pemerintah yaitu pemberian bantuan pembayaran pendidikan yang
berupa beasiswa bidikmisi. Hal tersebut dilakukan dalam usaha mengurangi
angka kegagalan studi dengan alasan ekonomi, agar dapat meningkatkan prestasi
akademik pelajar di Indonesia.
Progam beasiswa yang diadakan pemerintah menurut Kementrian
Ristekdikti (2916: 87) antara lain yaitu Beasiswa Bidikmisi, Beasiswa Afirmasi
Pendidikan Tinggi (ADik) dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
Pemberian beasiswa berfungsi sebagai pemberian bantuan yang berupa dana
pendidikan yang diberikan untuk mahasiswa yang kurang mampu maupun
mahasiswa yang memiliki prestasi yang tinggi, agar dapat melanjutkan
pendidikannya hingga perguruan tinggi.

b. Jenis dan Karakteristik Beasiswa


Berikut jenis dan karakteristik beasiswa jika dilihat dari pendanaannya
menurut Erny Murniasih yaitu sebagai berikut:
1) Beasiswa Penuh (Full Scholarship)
Beasiswa Penuh (Full Scholarship) merupakan beasiswa yang
pendanaannya meliputi seluruh komponen pendidikan, yaitu biaya
perkuliahan, biaya hidup, peralatan pendidikan serta fasilitas pendidikan
seperti laptop, buku, alat tulis untuk menunjang perkuliahan. Beasiswa ini
diberikan kepada mahasiswa yang baik akademiknya dan memiliki ekonomi
yang kurang. Beasiswa ini adalah beasiswa yang paling bermanfaat, maka
dari itu harus jatuh di tangan yang tepat.
2) Beasiswa sebagian (partian scholarship)
Beasiswa sebagian (partian scholarship) merupakan beasiswa yang
pendanaannya tidak meliputi seluruh komponen pendidikan. Beasiswa ini
hanya memberikan pembebasan biaya kuliah saja, tetapi tidak mendapatkan
biaya lain diluar biaya kuliah. Jadi mahasiswa masih harus membiayai diri
sendiri dan tidak mendapatkan sangu.

6
Beasiswa sebagian juga dapat berupa biaya hidup dan akomodasi saja.
Jadi mahasiswa tidak dibebaskan dari biaya kuliah. Tetapi, mahasiswa
mendapat pesangon dari beasiswa. Beasiswa jenis ini contohnya adalah
beasiswa PPA.

2. Bidikmisi
a. Pengertian Bidikmisi
Beasiswa yang paling popular dan di idam-idamkan oleh banyak mahasiswa
di Indonesia salah satunya adalah beasiswa bidikmisi. Beasiswa bidikmisi
merupakan pembuka jalan bagi peserta didik yang kurang mampu agar dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Bidikmisi adalah bantuan
dalam bentuk biaya pendidikan yang diberikan oleh pemerintah. Bidikmisi
singkatan dari biaya pendidikan mahasiswa miskin berprestasi. Sesuai dengan
kepanjangan bidikmisi itu sendiri, bidikmisi ini merupakan bantuan pembayaran
dana pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang kurang mampu, tetapi
memiliki prestasi belajar yang tinggi. Berbeda dengan beasiswa lain, yang
fokusnya adalah prestasi belajar yang tinggi, bidikmisi ini memiliki fokus sasaran
mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi, tetapi tidak bisa melanjutkan kuliah
dikarenakan tidak mampu ekonominya.
Bidikmisi adalah progam pemberian bantuan pembayaran biaya pendidikan
yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Beasiswa bidikmisi ini diberikan
Pemerintah mulai dari tahun 2010. Bidikmisi awalnya merupakan progam 100
hari kerja Mentri Pendidikan Nasional pada 2010.
Bidikmisi awalnya hanya sebatas Peraturan Mentri Pendidikan yang harus
dipenuhi oleh Perguruan Tinggi Negeri. Lalu seiring berjalannya waktu,
bidikmisi menjadi Peraturan Pemerintah. Lalu sekarang bidikmisi menjadi
kebijakan UU. Hal tersebut dapat berarti bahwa bidikmisi sebelumnya hanya di
tingkat mentro, lalu pemerintah, hingga akhirnya bidikmisi di muat di UU No. 12

7
Pasal 24 Ayat 1. Sehingga kini bidikmisi merupakan kebijakan Negara. Hal ini
berarti bahwa bidikmisi dari taun ketaun mengalami tingkat kepentingan yang
naik dan di prioritaskan, karena dapat kita ketahui, Indonesia memiliki tingkat
ekonomi yang rendah. Bidikmisi merupakan usaha dalam mengembangkan
Sumber Daya Manusia dari keluarga miskin.
“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga
Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang
Dasar 1945”

Berdasakan pasal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Pemerintah


wajib memberikan fasilitas dan kemudahan kepada rakyatnya dalam memperoleh
pendidikan. Pemerintah juga harus menjamin terselenggarakannya pendidikan
yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, pendidikan yang tinggi yaitu
perkuliahan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pemerintah
harus memberikan bantuan tunjangan pendidikan kepada peserta didik yang tidak
mampu dalam ekonomi tetapi memiliki prestasi belajar yang baik.
Bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah berupa pembebasan uang
pendaftaran ketika masuk perguruan tinggi, pembebasan Uang Kuliah Tunggal
(UKT) dan subsidi biaya hidup. Maka dari itu, bidikmisi termasuk beasiswa
penuh (Full Scholarship). Subsidi biaya hidup yang diterima oleh penerima
beasiswa bidikmisi sebesar Rp. 600.000,00 per bulannya dan dapat dicairkan per
semester. Uang yang diberikan per bulan ini dapat digunakan mahasiswa untuk
memenuhi kebutuhan perkuliahannya, biaya hidup, dan kebutuhan hidupnya.
Bantuan beasiswa bidikmisi diberikan kepada mahasiswa semenjak
mahasiswa masuk ke Universitas Negeri tersebut pada semester pertama hingga
semester 8 untuk progam S1. Syarat utama dari beasiswa bidikmisi adalah
mahasiswa tersebut harus mahasiswa aktif. Jika mahasiswa yang menerima
beasiswa bidikmisi masa studinya lebih dari 8 semester, maka mahasiswa
bidikmisi akan diberhentikan beasiswa bidikmisi nya pada semester 9 dan
seterusnya. Mahasiswa bidikmisi akan di biayai Negara hanya sampai 8

8
semester. Maka dari itu, penerima bidikmisi harus memiliki potensi belajar yang
baik agar dapat lulus tepat waktu.

b. Misi dan Tujuan Beasiswa Bidikmisi


Dalam berjalannya progam pemberian beasiswa bidikmisi ini, Misi dan
tujuan Bidikmisi menurut web Bidikmisi IPB adalah sebagai berikut:

Misi Progam Beasiswa Bidikmisi:


1) Memberikan harapan kepada masyarakat yang kurang mampu dalam
ekonominya namun memiliki potensi dan prestasi di bidang akademiknya
untuk dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi.
2) Memberi jalan kepada masyarakat yang ekonominya kurang tetapi memiliki
prestasi akademik yang baik supaya dapat menjadi Sumber Daya Manusia
yang memiliki nilai kebangsaan, cinta tanah air dan bela Negara.
3) Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ekonominya kurang tetapi
memiliki prestasi yang tinggi untuk dapat ikutserta berperan dalam
memajukan daya saing bangsa dengan Negara lain.

Sedangkan tujuan dari Progam Beasiswa Bidikmisi:


1) Memajukan akses dan peluang belajar pada perguruan tinggi bagi peserta
didik yang kurang mampu secara ekonomi dan memiliki prestasi belajar
yang baik.
2) Pemberian bantuan biaya pendidikan untuk peserta yang memenuhi kriteria
dari masuk perkuliahan hingga lulus kuliah.
3) Meningkatkan prestasi mahasiswa, karena untuk mendapatkan beasiswa
bidikmisi, diperlukan prestasi yang tinggi.
4) Meningkatkan tingkat persaingan mahasiswa.
5) Memutuskan rantai kemiskinan rakyat Indonesia.

9
c. Sistem Pendanaan Beasiswa Bidikmisi
Untuk memperoleh progam beasiswa bidikmisi yang sukses dan tepat
sasaran, pasti ada sistem pendanaan yang diatur oleh pemerintah. Berikut
beberapa aturan dan sistem dari pendanaan beasiswa bidikmisi:
1) Sasaran
Sasaran dari beasiswa bidikmisi yaitu mahasiswa yang kurang mampu di
bidang ekonomi, tetapi memiliki potensi akademik yang baik. Bantuan biaya
bidikmisi diberikan kepada mahasiswa aktif universitas tersebut, dengan
rincian:
a) Progam sarjana dan diploma dengan pemberian beasiswa bidikmisi
maksimal delapan semester.
b) Progam diploma III dengan pemberian biaya bidikmisi maksimal empat
semester
c) Progam diploma II dengan pemberian biaya bidikmisi maksimal empat
semester
d) Progam diploma I dengan pemberian biaya bidikmisi maksimal dua
semester.

Mahasiswa harus dapat tuntas dengan semester yang sudah ditentukan


sesuai progam masing-masing. Jika mahasiswa tersebut lulus melebihi waktu
batas yang ditentukan, maka beasiswa bidikmisi akan diputuskan. Namun,
ada beberapa kesempatan pemberian biaya bidikmisi yang mendapatkan
tambahan semester untuk beberapa progam studi sarjana keprofesian.
Contoh progam studi yang mendapatkan tambahan waktu dalam pemberian
bidikmisi adalah pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, pendidikan
dokter hewan, farmasi, dan pendidikan profesi lainnya yang ditetapkan oleh
Dirjen Belmawa.

10
2) Macam biaya yang diberikan oleh beasiswa bidikmisi
Beasiswa bidikmisi merupakan beasiswa penuh (full scholarship). Jadi
bidikmisi memberikan bermacam biaya kepada mahasiswa yang berhak
mendapatkannya. Macam biaya yang diberikan oleh progam beasiswa
bidikmisi adalah:
a) Biaya Pendaftaran Perkuliahan
Tidak hanya biaya perkuliahan yang dibebaskan bagi anak bidikmisi,
biaya pendaftaran ketika mereka mendaftar di kampus tersebut juga
dibebaskan, baik melalui SBMPTN, SNMPTN, maupun seleksi mandiri.
Pertama-tama calon penerima beasiswa bidikmisi membayar biaya
pendaftaran dan mendaftarkan diri menjadi peserta bidikmisi. Lalu,
setelah ia diterima sebagai mahasiswa bidikmisi, uang pembayaran yang
telah ia bayarkan di awal tersebut akan dikembalikan penuh oleh
universitas.
b) Biaya Perkuliahan
Mahasiswa penerima bidikmisi dibebaskan dari Uang Kuliah Tinggal
(UKT) dengan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Beasr biaya
perkuliahan dibayarkan sesuai dengan yang telah didapatkan oleh
mahasiswa.
c) Biaya Hidup
Mahasiswa penerima bidikmisi juga mendapatkan pesangon biaya hidup.
Biaya hidup ini diberikan sebanyak Rp. 600.000 dan dberikan saat satu
semester sekali. Biaya hidup dapat digunakan mahasiswa untuk membeli
fasilitas perkuliahan, menunjang perkuliahan serta biaya hidup.
3) Penghentian Beasiswa Bidikmisi
Perguruan tinggi dapat mengeluarkan pernyataan pengunduran diri
kepada mahasiswa penerima bidikmisi. Mahasiswa bidikmisi dapat
dinyatakan diberhentikan dalam pemberian beasiswa bidikmisi dikarenakan
hal-hal berikut ini, yaitu:

11
a) Cuti
b) Drop Out
c) IPK kurang dari 3,00
d) Presensi kurang dari 70% dari perkuliahan
e) Mahasiswa non aktif.

3. Definisi Gaya Hidup Konsumtif


Menurut Stuart Ewen (1976), gaya adalah suatu wadah dimana seseorang
dapat menilai dan dinilai oleh orang lain serta wadah dalam memahami
masyarakat dan orang lain. Sedangkan gaya hidup menurut Pilliang (2003)
adalah bagaimana seseorang dalam menggunakan waktunya di dalam kehidupan
sosialnya. Gaya hidup merupakan hal yang terbentuk dalam ruang sosial, yang
didalamnya terdapat penggabungan antara aktivitas belanja dan kesenangan.
Menurut pendapat A.B Susanto (1998), gaya hidup adalah cara seseorang
dalam menghabiskan waktu dan uangnya untuk mengaktualisasi diri. Sejalan
dengan pendapat Chaney (1996) yang melihat gaya hidup sebagai proses
aktualisasi diri seorang individu dengan cara hidup mereka di dunia yang saling
berkaitan. Sedangkan menurut Donni (2017), gaya hidup berkaitan dengan cara
seseorang dalam menghabiskan waktunya, minat dalam dirinya dan opini atau
pikiran orang lain tentang diri kita.
Untuk melihat gaya hidup seseorang, biasanya berhubungan dengan barang
yang dimilikinya dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat modis
dan trendy. Untuk dapat mencapai gaya hidup yang diinginkan, seseorang harus
merogoh kocek yang lebih.
Sedangkan pengertian konsumsi adalah kegiatan menghabiskan barang dan
jasa, termasuk uang. Menurut Hotpascaman (2010), perlaku konsumtif adalah
tindakan yang kurang dibutuhkan sehingga barang tersebut menjadi barang yang
berlebihan atau tidak terlalu berguna. Menurut Pilliang (2003), konsumsi
merupakan suatu proses menghabiskan atau menggunakan nilai yang tersimpan

12
dalam sebuah objek. Kegiatak konsumtif tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya kebutuhan dan keinginan yang perlu dipenuhi dalam kehidupan seorang
individu. Kebutuhan yang dimiliki perindividu berbeda satu sama lain,
dikarenaksn setiap orang memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumsi adalah pemakaian
barang sebagai pemenuh kebutuhan kita. Baudrillard berpendapat bahwa
konsumsi bukan hanya pemenuh nafsu, tetapi konsumsi dapat memenuhi fungsi
kenikmatan, membebaskan kebutuhan dan memuaskan diri.
Lalu dilanjutkan dengan pendapat Swastha dan Handoko (1982), bahwa
gaya hidup konsumtif adalah ketika pikiran individu tidak dapat membedakan
anatar kebutuhan dan keinginan. Gaya hidup konsumtif seringkali merasa bahwa
kebutuhan dan keinginannya belum terpenuhi atau terpuaskan. Padahal,
kebutuhan atau keinginan yang mereka inginkan tersebut bukan merupakan
kebutuhan utama, tetapi hanya sekedar mengikuti arus model, ingin mendapatkan
pengakuan sosial, tanpa dipertimbangkan tingkat nilai manfaatnya.
Dari beberapa pendapat dan penjabaran yang sudah penulis jabarkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup konsumtif adalah cara seseorang
dalam menggunakan waktu, uang dan barang nya ke hal-hal yang memiliki
gengsi yang tinggi, dan tidak didasarkan atas kebutuhan. Orang yang konsumtif
biasanya kurang dapat mempertimbangkan nilai manfaat dan kebutuhan. Orang
yang konsumtif memiliki antusiasme yang tinggi dalam belanja yang berlebihan,
baik sesuai dengan kemampuannya maupun diluar kemampunnya untuk
menjunjung status sosialnya.
Kegiatan konsumsi, seriring jalan semakin meningkat dikarenakan
globalisasi. Pada masa saat ini, orang terlalu mudah menjadi konsumtif
dikarenakan adanya kemudahan yang diberikan untuk berbelanja. Kegiatan
konsumsi tidak semuanya didasarkan oleh kebutuhan, melainkan karena produk
yang akan dibeli tersebut memiliki citra yang baik jika memilikinya. Seperti

13
pendapat Featherstone yang mengatakan bahwa masyarakat postmodern adalah
masyarakat konsumen.
4. Indikator Gaya Hidup Konsumtif
Sumartono (2002) berpendapat bahwa indikator Gaya Hidup Konsumtif
sebagai berikut:
a. Individu akan membeli produk dikarenakan iming-iming hadiah. Jadi
individu disini membeli produk tersebut karena iming-iming hadiah yang
ditawarkan, bukan karena ia membutuhkan barang tersebut.
b. Individu yang membeli produk karena kemasan yang menarik. Konsumen
jaman sekarang, termasuk para wanita akan sangat mudah terpincut suatu
barang yang memiliki wadah dan bungkus yang warna-warni dan lucu.
Sehingga, mereka membeli produk tersebut dikarenakan kemasan yang
menarik, bukan karena fungsinya.
c. Individu yang membeli produk dikarenakan demi menjaga penampilan dan
gengsi. Remaja pada masa kini, kebanyakan memiliki rasa gengsi yang lebih,
ingin terlihat menarik didepan teman-temannya, dan ingin terlihat lebih
didepan yang lain. Jadi kebanyakan remaja jaman sekarang menjajakan
uangnya demi penampilan dan rasa gengsi.
d. Individu yang membeli barang bukan karena dasar manfaat dan
kegunaannya, tetapi dikarenakan harganya yang mahal. Hal ini berhubungan
dengan poin ketiga, yaitu gengsi. Manusia jaman sekarang cenderung
ditandai dengan kehidupan yang mewah dan menggunakan barang-barang
yang mahal.
e. Individu yang membeli produk karena symbol status. Manusia jaman
sekarang sangat menjunjung tinggi status sosial. Kebanyakan dari mereka,
membeli barang yang cenderung mahal dan mewah agar terlihat berasal dari
status sosial yang tinggi.
f. Individu yang membeli sebuah produk dikarenakan ketertarikan mereka
dengan model dalam iklan produk tersebut. Remaja jaman sekarang

14
cenderung meniru apa yang dipakai oleh tokoh idolanya. Jika tokoh idolanya
tersebut merupakan model dari suatu produk, mereka tidak akan ragu untuk
membeli produk tersebut.
g. Muncul kepercayaan bahwa ketika ia membeli produk yang mahal dan
mewah, maka akan timbul kepercayaan diri yang tinggi.
h. Memakai produk dari dua merk yang berbeda di jenis yang sama. Mereka
akan membeli lagi merk yang berbeda tetapi memiliki jenis dan fungsi yang
sama, walaupun yang sebelumnya ia gunakan belum habis.

5. Faktor Penyebab Gaya Hidup Konsumtif


Menurut Kotler dan Amstrong (2018), faktor penyebab gaya hidup
konsumtif sebagai berikut:
a. Faktor Budaya
Gaya hidup konsumtif salah satunya dipengaruhi oleh faktor budaya,
yaitu pembatasan atas keinginan dan perilaku seseorang. Fakor budaya
terdiri dari subbudaya dan kelas sosial:
1) Subbudaya (Subculture)
Subbudaya merupakan bagian dari budaya yang lebih kecil, memberikan
identifikasi dan sosialisasi yang spesifik kepada anggota kelompok
mereka. Subbudaya meliputi kelompok ras, agama dan wilayah
geografis.
2) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah stratifikasi atau lapisan sosaial yang relative
sejenis dalam sebuah masyarakat. Disusun secara terstruktur dan
memiliki perilaku, nilai dan minat yang sama. Konsumtif dapat
dipengaruhi kelas sosial, karena ingin berada di kelas sosial yang tinggi.
b. Faktor Sosial
Faktor kedua yang menyebabkan timbulnya gaya hidup konsumtif adalah
faktor sosial. Faktor sosial adalah peran kelompok sosial dalam

15
mempengaruhi gaya hidup konsumtif. Faktor sosial ini dapat berupa
keluarga dan masyarakat sekitar. Faktor sosial dibagi menjadi 3, berikut
uraiannya:
1) Kelomopok referensi
Reference group atau kelompok referensi adalah kelompok yang
mempunyai pengaruh, baik pengaruh langsung ataupun pengaruh tidak
langsung kepada suatu individu. Kelompok referensi ini tentu saja dapat
mempengaruhi dalam hal konsumsi juga.
2) Keluarga
Keluarga merupakan kelompok yang paling berpengaruh, termasuk
dalam hal konsumsi.
3) Peran dan Status
Peran dan status sangat dijunjung tinggi dewasa ini. Semakin tinggi satus
individu, semakin dihargai individu tersebut di kelompok. Untuk dapat
menaikkan peran dan status, individu harus mengeluarkan banyak uang
untuk kebutuhan konsumsi.
c. Faktor Pribadi
Dalam mengeluarkan uang, terdapat juga faktor pribadi yang
mempengaruhinya. Faktor pribadi meliputi 4 faktor, berikut uraiannya:
1) Usia dan Tahap Siklus Hidup
Keinginan makan, fashion pakaian, make up, dan perabot lainnya
berhubungan dengan usia. Usia yang paling konsumtif adalah usia
remaja.
2) Pekerjaan dan keadaan ekonomi
Pekerjaan dan keadaan ekonomi sangat mempengaruhi munculnya gaya
hidup konsumtif. Semakin mapan pekerjaan dan semakin tinggi keadaan
ekonomi, semakin tinggi pula tingkat konsumtifnya.
3) Kepribadian dan konsep diri

16
Setiap manusia memiliki karakteristik kepribadian dan konsep diri. Jika
individu tersebut memang memiliki sifat boros dan konsumtif, maka hal
itu sangat berpengaruh pada gaya hidupnya.
4) Gaya hidup dan nilai
Dalam kelompok masyarakat, terdapat stratifikasi atau kelas sosial. Gaya
hidup sangat mempengaruhi tingkat konsumsifitas individu.
d. Faktor Psikologis
Tingkat gaya hidup konsumtif yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh
4 faktor psikologis, sebagai berikut:
1) Motivasi
Motivasi merupakan alat pemicu seseorang menjadi konsumtif.
Seseorang yang memiliki motivasi belanja yang tingi, mia kan
melakukan cara untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya tersebut.
2) Persepsi
Proses dimana individu menyalurkan dan menerjemahan informasi yang
ia tangkap untuk membentuk suatu gambaran.
3) Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang selalu berkembang dan
bertambah, yang berupa informasi dan pengalaman langsung.
4) Keyakinan
Keyakinan dapat mempengaruhi gaya hidup konsumtif. Keyakinan
tertanam di dalam diri, jika ia yakin akan membeli suatu barang maka ia
akan membelinya.

6. Alternatif Penanganan Gaya Hidup Konsumtif


Dalam menangani gaya hidup konsumtif seseorang, sebagai guru Bimbingan
dan Konseling memiliki beberapa alternatif penanganan yang diambil dari
beberapa jurnal, yaitu sebagai berikut:

17
a. Konseling Kelompok
Menurut Febrian (2010), gaya hidup konsumtif seseorang dapat ditangani
dengan konseling kelompok. Upaya penanganan perilaku konsumtif siswa,
tidak lepas dari peran konselor. Kita dapat memanfaatkan salah satu layanan
BK untuk menangani gaya hidup konsumtif. Kita dapat menggunakan
layanan konseling kelompok, dengan memanfaatkan dinamika konseling
kelompok guna mengubah sifat perilaku konsumtif siswa dengan
mendiskusikan berbagai permasalahan dalam anggota kelompok dengan
berbagai pendekatan.
b. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
Menurut Elvia (2018), penanganan permasalahan yang tepat untuk mengatasi
gaya hidup konsumtif adalah Terapi Kognitif Perilaku. CBT dapat mengubah
bagaimana pemikiran, pilihan, sikap dan makna seorang individu yang
mengarah kepada perilaku antisosial dan mengimpang menjadi perilaku yang
sesuai (Milkman & Wanberg, 2017). Maka dari itu, CBT dapat mengubah
pikiran, sikap dan makna seseorang yang memiliki gaya hidup konsumtif.

18
B. KERANGKA BERPIKIR

Beasiswa adalah bentuk pemberian bantuan dana pendidikan


kepada seorang pelajar. Sedangkan beasiswa bidikmisi adalah
progam pemberian bantuan biaya pendidikan yang diberikan oleh
Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada mahasiswa yang
tidak mampu secara ekonomi tetapi memiliki potensi akademik
yang tinggi.

Gaya hidup konsumtif adalah cara seseorang dalam


menggunakan waktu, uang dan barang nya ke hal-hal
yang memiliki gengsi yang tinggi, dan tidak didasarkan
atas kebutuhan.

Indikator gaya hidup konsumtif


yaitu ada 6: membeli karena Alternatif penanganan gaya
Faktor timbulnya gaya
iming-iming hadiah, kemasan hidup konsumtif yaitu
hidup konsumtif: factor
yang menarik, penampilan dan dengan memberikan
budaya, factor social,
gengsi, harga, symbol status, bimbingan kelompok dan
factor pribadi dan
model dalam iklan, timbul terapi kognitif perilaku
factor psikologis.
kepercayaan diri yang tinggi (CBT)
dan membeli dua jenis barang
yang sama

19
Ketidaktepatan sasaran pemerintah dalam memberikan bidikmisi kepada
mahasiswa, membuat kami ingin meneliti tentang Gaya Hidup Konsumtif pada
Mahasiswa Bidikmisi. Diatas, penulis jabarkan kerangka berfikir dari penelitian ini.
Beasiswa adalah bentuk pemberian bantuan dana pendidikan kepada seorang
pelajar. Salah satu beasiswa yang diberikan oleh pemerintah adalah beasiswa
bidikmisi. beasiswa bidikmisi adalah progam pemberian bantuan biaya pendidikan
yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada mahasiswa yang tidak mampu
secara ekonomi tetapi memiliki potensi akademik yang tinggi.
Beasiswa bidikmisi seharusnya diberikan kepada mahasiswa yang memiliki
tingkat ekonomi yang kurang. Tetapi kenyataannya, banyak terjadi ketidaktepatan
sasaran pada pemberian bidikmisi. Beberapa mahasiswa bidikmisi, memiliki gaya
hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif adalah cara seseorang dalam menggunakan
waktu, uang dan barang nya ke hal-hal yang memiliki gengsi yang tinggi, dan tidak
didasarkan atas kebutuhan.
Indikator seseorang dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang konsumtif
ditandai dengan enam hal yaitu membeli karena iming-iming hadiah, kemasan yang
menarik, penampilan dan gengsi, harga, symbol status, model dalam iklan, timbul
kepercayaan diri yang tinggi dan membeli dua jenis barang yang sama.
Factor pendukung seseorang memiliki gaya bidup yang konsumtif yaitu factor
budaya, factor social, factor pribadi dan factor psikologis.
Alternatif penanganan gaya hidup konsumtif yang dapat diberikan kita sebagai
guru Bimbingan dan Konseling yaitu dengan memberikan bimbingan kelompok dan
terapi kognitif perilaku (CBT).

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Bidikmisi”
bertempatkan di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti
mengambil sampel dan melakukan penelitian di UNS, sesuai judul penelitiannya
yaitu Studi Kasus yang dilakukan di UNS. Universitas Sebelas Maret Surakarta
merupakan salah satu Perguruan Tinggi di Surakarta yang beralamatkan di Jl. Ir.
Sutami No. 36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Pemilihan lokasi di Universitas Sebelas Maret sebagai tempat penelitian
karena, setelah peneliti melakukan pengamatan, banyak indikator dari variabel
penelitian ini yang sesuai dengan mahasiswa UNS. UNS juga salah satu dari
Perguruan Tinggi Negeri yang menerima beasiswa bidikmisi dari pemerintah.
Maka dari itu, penelitian dengan judul “Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa
Bidikmisi” tepat dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudu; “Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Bidikmisi”
dilaksanakan pada bulan Juni hingga sampai dengan bulan September. Peneliti
mengambil waktu penelitian pada bulan tersebut, dikarenakan menurut peneliti
bulan tersebut adalah bulan yang paling tepat. Pada bulan Juni hingga Agustus,
perkuliahan libur semester genap. Pengambilan waktu liburan dinilai tepat karena
ketika liburan, mahasiswa akan mengalami konsumtifitas dalam keuangan.
Beberapa mahasiswa memanfaatkan waktu liburannya untuk hal-hal yang
mewah. Maka dari itu, peneliti tertarik meneliti pada waktu tersebut. Alasan
selanjutnya adalah, pada bulan Agustus, mahasiswa masuk perkuliahan.

21
Sehingga peneliti mendapatkan dua kondisi yang berbeda pada mahasiswa,
sehingga mendapatkan data yang konkret. Untuk lebih jelasnya lagi, rincian
waktu penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Tahun 2019
No Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
1 Mengajukan judul
penelitian
2 Menyusun proposal
proposal
3 Seminar Proposal
4 Menyusun
instrumen
5 Pelaksanaan
Penelitian
6 Mengelola data
7 Menulis laporan
8 Melaksanakan ujian
skripsi dan revisi
Gambar 3.1 Jadwal Penelitian

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Bidikmisi”


menggunakan metode penelitian studi kaus dengan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan metode penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus sangat
cocok untuk meneliti Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Bidikmisi. Penelitian studi
kasus sangat cocok digunakan bila pokok pertanyaan penelitiannya adalah “how”
atau “why” (Yin, 2002). Dalam penelitian Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa

22
Bidikmisi, pokok penelitiannya adalah “how”, dengan alas an tersebut penelitian ini
menggunakan metode studi kasus.
Studi kaus berasal dari kata “a case study” atau “case study” yang merupakan
terjemahan dari bahasa inggris. Sedangkan, kata kasus diambil dari bahasa inggris
“case” yang menurut kamus Oxford Advanced Learner’s Dirictionary of Current
English (1998; 173) mengartikan sebagai 1). “instance or example of the occurance
of sth. 2). “actual state of affairs; situation”, dan 3). “circumstances or special
conditions relating to a person or thing”. Terjemahan dari definisi studi kasus
menurut kamus oxford adalah 1). Merupakan contoh dari kejadian sesuatu, 2).
Keadaan nyata dari situasi tertentu, dan 3). Lingkungan atau kondisi tentang sesuatu
Studi kasus adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan secara mendalam tentang
suatu peristiwa, progam atau aktifitas oleh suatu perorangan, kelompok, organisasi
atau lembaga untuk mendapatkan pengetauhan atau informasi yang bersifat
mendalam tentang peristiwa tersebut (Mudjia, 2017). Peristiwa yang diteliti
menggunakan studi kasus ini adalah peristiwa yang aktual dan nyata (real-life
events), peristiwa yang sedang berlangsung dan bukan merupakan peristiwa
langsung.
Kunci penelitian studi kasus adalah untuk menyelidiki peristiwa atau situasi yang
memberikan penjelasan yang mendalam mengenai bagaimana peristiwa atau situasi
yang diamati tersebut terjadi. Studi kasus menunjukkan hal-hal penting dari peristiwa
tersebut yang menjadi perhatian, proses sosial masyarakat dan pengalaman
sebelumnya dari peristiwa yang dihadapi (Hodgetts & Stolte, 2012).
Metode penelitian studi kasus dipilih oleh peneliti karena peneliti merasa bahwa
studi kasus adalah pilihan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena peneliti perlu
mengetauhi tentang bagaimana gaya hidup konsumtif pada mahasiswa bidikmisi di
Universitas Sebelas Maret. Melalui pendekatan studi kasus, peneliti mendapatkan
suatu pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang peristiwa yang diteliti. Perilaku
konsumtif pada mahasiswa bidikmisi merupakan peristiwa yang unik dan seharusnya

23
tidak terjadi, sehingga membutuhkan studi yang mandalam dan menyeluruh supaya
dapat menjawab how dan why dari peristiwa yang diteliti.
Penelitian Kualitatif adalah sebuah salah satu penelitian yang menggunakan
pendekatan yang sistematis dan subjektif, penelitian kualitatif ini memiliki tujuan
untuk menjelaskan dan memaparkan suatu pemahaman dari fenomena seorang
subjek yang diteliti (Danim, 2013). Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti
mencoba mendalami dan memaparkan suatu pemahaman dari fenomena gaya hidup
konsumtif bagi mahasiswa bidikmisi di UNS. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, peneliti dapat menjelaskan dan memaparkan pemahaman tentang gaya
hidup konsumtif bagi mahasiswa bidikmisi secara mendalam dan rinci.
Sedangkan menurut pendapat Creswell dalam Rukajat (2018: 5), pendekatan
kualitatif merupakan pendekatan yang ditujukan untuk membangun pengetauhan,
bukan hanya untuk peneliti, tetapi seluruh partisipan yang terlibat di dalam penelitian
tersebut. Sumber data dari metode kualitatif berupa wawancara, observasi dan
dokumentasi. Data yang sudah didapatkan dari smber data, lalu di analisis agar dapat
memperoleh pemahaman tentang variabel yang sudah diteliti, dalam penelitian ini
adalah gaya hidup konsumtif.

C. Data dan Sumber Data

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, data adalah sebuah bukti yang dicari
melalui hasil penelitian yang dapat dijadikan dasar bagi penelitian. Data diwujudkan
melalui bentuk simbol angka, simbol huruf, atau simbol gambar yang menjelaskan
tentang suatu makna variabel tertentu sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
Simbol angka, huruf dan gambar merupakan data mentah yang diperoleh dari suatu
subjek, data tersebut tidak berarti jika tidak dilakukan analisis data atau pengolahan
lebih lanjut.

24
Data adalah bagian khusus yang dapat membentuk dasar analisis (Emzir, 2014).
Data dapat meliputi hal-hal yang peneliti catat ketika sedang studi seperti wawancara
atau onservasi. Data juga dapat berupa apa yang sudah ditemukan orang lain seperti
berita, catatan harian, foto ataupun jurnal. Pada penelitian kualitatif, data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, baik tertulis maupun lisan dan perbuatan manusia
(Afrizal, 2015). Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya dari itu merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain (Moleong, 2007).
Data penelitian kualitatif terdiri dari data primer dan data sekunder (Hasan, 2002).
Data Primer merupakan proses pengumpulan data yang diperoleh secara langsung
dengan wawancara subjek atau sumber langsung. Pengumpulan data primer dalam
penelitian ini berupa wawancara dan observasi di lapangan secara langsung.
Sedangkan data sekunder adalah proses pengumpulan data yang diperoleh peneliti
dari sumber-sumber yang telah ada. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini
adalah catatan harian yang terkait dengan subjek di Universitas Sebelas Maret.
Sumber data dalam penelitian kualitatif berupa sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dalam memberikan data,
diberikan secara langsung kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data sekunder,
sumber data yang dalam memberikan data, diberikan secara tidak langsung tetapi
melalui perantara, baik orang lain maupun dokumen (Sugiyono, 2015).
Sesuai dengan penjabaran diatas, sumber data primer dan sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek yang diteliti adalah
mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Peneliti mengambil subjek yang
sesuai dengan kriteria variabel yang diteliti. Semua subjek yang diambil
oleh peneliti merupakan mahasiswa bidikmisi yang memiliki gaya hidup
konsumtif. Peneliti mengambil subjek sebanyak empat mahasiswa.

25
b. Informan atau orang ketiga
1) Teman atau sahabat subjek, karena teman atau sahabat adalah salah
satu orang terdekat yang berada di kehidpan subjek. Dengan mencari
sumber kepada teman subjek, maka peneliti dapat mengetauhi
kehidupan subjek, melalui sisi lain yang tidak dijelaskan oleh subjek.
2) Pacar atau pasangan subjek. Dengan mencari informasi melalui pacar
subjek, peneliti dapat mengetauhi tingkat kekonsumtifan subjek,
dikarenakan pasangan merupakan orang terdekat yang sangat mengerti
subjek.
3) Keluarga. Dengan mencari informasi melalui keluarga, peneliti dapat
mengetauhi kehidupan subjek secara keseluruhan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data primer akan kurang lengkap jika tidak ditunjang oleh sumber
data sekunder. Pengambilan sumber data sekunder peneliti dalam penelitian
ini melalui dokumentasi dari subjek dalam kehidupannya. Data sekunder
diharapkan dapat melengkapi data primer dan dapat menjadi satu kesatuan
yang utuh.

D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Dalam penelitian Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswa Bidikmisi di


Universitas Sebelas Maret, peneliti mengambil empat subjek mahasiswa bidikmisi
yang menunjukan perilaku konsumtif. Keempat subjek yang diambil peneliti tersebut
merupakan mahasiswa penerima bidikmisi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pengambilan subjek penelitian ini berdasarkan oleh teman peneliti dan informasi dari
mahasiswa lainnya. Subjek yang diambil oleh peneliti menunjukan indikator gaya
hidup konsumtif dan dilakukan oleh mahasiswa bidikmisi UNS. Indikator dari gaya
hidup konsumtif adalah membeli karena iming-iming hadiah, kemasan yang menarik,
penampilan dan gengsi, harga, symbol status, model dalam iklan, timbul

26
kepercayaan diri yang tinggi dan membeli dua jenis barang yang sama. Dari 4
mahasiswa yang diambil peneliti sebagai subjek, menunjukan perilaku yang ada
dalam indikator gaya hidup konsumtif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian Gaya Hidup Konsumtif pada


Mahasiswa Bidikmisi di Universitas Sebelas Maret dilakukan dengan beberapa
teknik. Berikut beberapa teknik yang diambil peneliti dalam penelitian ini:

1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang paling sering
digunakan oleh peneliti dalam penelitian kualitatif. Wawancara atau
interview dilihat sebagai teknik pengumpulan data dengan proses tanya jawab
lisan yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek yang dilakukan secara
terstruktur agar dapat memperoleh tujuan yang sesuai dengan penelitian
(Sutoyo, 2014: 123).
Wawancara mengasumsikan bahwa semua orang memiliki pendapat
masing-masing, maka wawancara mempergunakan pendapat dari subjek
untuk mendapatkan data. Informasi yang diperoleh dengan metode
wawancara, dapat dilakukan dengan bertanya langsung kepada subjek.
Namun, wawancara bukan hanya bertanya, lalu mendapat jawaba. Tetapi, di
dalam wawancara juga terdapat fungsi dan strategi yang terus berkembang
sesuai dengan kemampuan peneliti.
Melalui wawancara, peneliti berharap akan memperoleh gambaran
yang menyeluruh dan terkini, baik dari segi perasaan, kegiatan dan peristiwa
yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam wawancara juga dapat
menghasilkan beberapa sudut pandang atau persepsi dari beberapa

27
narasumber. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada beberapa
narasumber, diantaranya adalah:
a. Subjek Penelitian
Wawancara yang dilakukan kepada subjek penelitian dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai gaya hidup konsumtif pada subjek
tersebut. Peneliti dapat menunjukan indikator gaya hidup konsumtif
dan mengumpulkan informasi secara mendalam.
b. Sahabat atau Teman Subjek
Wawancara yang dilakukan kepada teman subjek penelitian dilakukan
agar dapat memperoleh informasi mengenai gaya hidup konsumtif
dnegan sudut pandang dari teman. Dengan melakukan wawancara
dengan teman subjek, peneliti mendapatkan informasi tentang gaya
hidup subjek ketika sehari-hari.
c. Pacar atau Pasangan Subjek
Melakukan wawancara dengan pasangan subjek untuk memperoleh
informasi gaya hidup subjek ketika sedang berpacaran.
d. Keluarga Subjek
Wawancara dilakukan dengan keluarga subjek agar mendapatkan
informasi mengenai gaya hidup konsumtif subjek secara menyeluruh.
2. Observasi
Observasi adalah proses pengumpulan data yang dijalankan dengan
melakukan usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan di teliti
(Arikunto, 2006: 124). Metode observasi adalah suatu metode
mengumpulkan data yang proses nya dilakukan dengan cara melakukan
penga,matan dan pencatatan secara terstruktur baik secara langsung maupun
tidak langsung ke tempat yang diteliti (Suardeyasasri, 2010: 9). Sedangkan
menurut (Margono, 2005: 158), observasi adalah suatu pengamatan dan
pencatatan secara terstruktur terhadap gejala yang diamati dan tampak pada
objek penelitian. Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan

28
bahwa observasi adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan secara
langsung secara sistematis kepada objek yang akan diteliti. Penggunaan
observasi digunakan peneliti agar dapat mengamati, memahami, mendengar
dan merasakan sendiri hal-hal tentang objek yang sedang diteliti sehingga
data yang diperoleh dapat lebih nyata.
Menurut sutoyo, obserbasi dibagi menjadi tiga, dilihat dari keterlibatan
observe, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah, suatu pengatamatan bilamana observer
ikut terlibat dan berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan
subjek yang sedang diamati.
b. Observasi Non-Partisipan
Observasi Non-Partisipan adalah suatu pengamatan bilamana
observer tidak terlibat dan berpartisipasi secara langsung terhadap
kegiatan subjek yang sedang diteliti.
c. Observasi Kuasi-Partisipan
Observasi Kuasi-Partisipan adalah suatu pengamatan bilamana
observer terlibat dalam kegitan subjek, tetapi tidak sepenuhnya
terlibat, dalam kegiatan laiannya observer tidak terlibat.

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data tentang gaya hidup


konsumtif mahasiswa penerima bidikmisi, peneliti menggunakan observasi
partisipan. Jadi peneliti terjun dan berpartisipasi langsung dalam kegiatan
yang dilakukan oleh subjek. Hal ini dilakukan supaya observer mendapatkan
data yang konkret dan mendalam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan memahami
catatan data pribadi subjek (Fathoni, 2006: 112). Penggunaan teknik
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat subjek di

29
social media yang dimilikinya, agar mendapatkan informasi di sisi social
media subjek.
4. Kepustakaan
Kepustakaan adalah proses pengumpulan data yang dapat diperoleh melalui
surat kabar, jurnal dan skripsi, buku referensi untuk memperoleh referensi
yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Pengumpulan
data dengan metode ini digunakan untuk memperoleh data sekunder agar
dapat mendukung penelitian yang utuh dan lengkap (Moleong, 2012: 217).

F. Teknik Uji Validitas Data

Dalam penelitian, data yang ada harus dianalisis dan dilakukan uji kebenaran dan
kemantapannya, agar hasil yang didapatkan dalam penelitian ini valid dan terbukti
kebenarannya. Uji validitas data digunakan untuk membuktikan tingkat keilmiahan
penelitian serta untuk melakukan uji terhadapat data yang didapatkan. Teknik uji
validitas dara merupakan salah satu unsur yang tak terpisahkan dari bagian penelitian
kualitatif (Moleong, 2007: 270).
Dalam pengujian validitas data, dilakukan dengan melihat kebenaran data dari
beberapa sudut pandang. Dengan adanya sudut pandang yang berbeda, maka akan
diperoleh data yang abasahan yang tinggi. Uji validitas dalam penelitian kualitatif
menunjukan apakah data yang diperoleh sudah akurat dari sudut pandang peneliti,
partisipan dan pembaca.
Dalam penelitian ini, peneliti memgguanakan uji validitas dengan teknik
tringulasi. Tringulasi dipakai untuk mencari kenyataan dari suatu fenomena serta
peningkatan dari pemahaman peneliti terhadap penelitian yang ditemukan
(Sugiyono, 2015: 328). Triangulasi adalah suatu teknik pengujian atau perbandingan
data, untuk meninggikan kebenaran data (Moleong, 2014). Sedangkan menurut
pendapat Alwasilah (2015: 159) triangulasi adalah sebuah cara untuk dapat
membuktikan bahwa kriteria dalam kevaliditasan suatu penelitian sudah terpenuhi,

30
jadi data dapat dipercaya dan sahih. Dalam uji validitas data, dibutuhkan peran dari
peneliti, sumber data, metode dan teknik agar dapat muncul sebuah rumusan.
Menurut Sugiyono (2015: 324) terdapat tiga macam teknik triangulasi, sebagai
berikut:
1. Triangulasi data (triangulasi sumber)
Proses validasi data, dengan cara membandingkan informasi atau data yang
diberikan oleh subjek dengan yang diberikan oleh informan. Sehingga
dengan adanya triangulasi data, data yang diperoleh tidak hanya didapatkan
dari satu sumber saja, tetapi didukung oleh sumber lain supaya timbul
keabsahan data. Data yang diperoleh akan dianalisis oleh peneliti dan
dihasilkan satu kesimpulan (Sugiyono, 2015: 247)
2. Triangulasi metode
Proses validasi data yang dilakukan dengan cara melengkapi kekurangan dari
informasi yang ada di sebuah data dengan cara meneliti ulang data kepada
sumber yang sama dengan metode yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Proses validasi data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atau
wawancara ulang dalam waktu dan situasi yang berbeda. Dengan
dilakukannya triangulasi waktu, akan menghasilkan data yang lebih akurat.
Bila hasil uji dalam triangulasi waktu ditemukan data yang berbeda, maka
harus diuji secara berulang sampai ditemukan data yang pasti (Sugiyono,
2015:274)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik validasi data dengan
Triangulasi data dan triangulasi waktu. Hal tersebut dikarenakan, menurut peneliti,
kedua triangulasi tersebut merupakan teknik triangulasi yang cocok untuk diterapkan
dalam penelitian ini, sehingga diperoleh data yang sahih.
Proses pelaksanaan uji validitas data dengan triangulasi data dilakukan dengan
membandingkan data dari beberapa sumber yang ada. Sumber data disini diperoleh
dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah

31
sumber yang diperoleh dari subjek itu sendiri dan partisipan lain (teman, pacar,
keluarga), sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari
dokumen mengenai subjek. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan data
yang peneliti peroleh dari subjek yang diteliti dengan data dari temannya,
pasangannya maupun keluarganya. Selanjutnya, sumber data tersebut dibandingkan
dengan dokumen yang terkait dengan subjek. Dengan adanya perbandingan ini, akan
ditemukan hasil berupa kebenaran dan keabsahan data. Inti dari triangulasi data
adalah memperoleh sumber data yang luas dan berbeda agar mendapatkan kesahihan
data.
Selanjutnya, peneliti akan menggunakan teknik uji validitas data dengan
triangulasi waktu. Waktu menyebabkan data yang dihasilkan tidak sahih dan kurang
dapat dipercaya kebenarannya. Hal itu disebabkan karena, waktu yang berbeda dapat
mempengaruhi hasil dari data tersebut. Data yang dihasilkan dari wawancara di pagi
hari pada saat narasumber masih segar, akan menghasilkan data yang lebih sahih
dibandingkan dengan wawancara yang dilakukan di malam hari ketika narasumber
sudah kelelahan. Maka dari itu, triangulasi waktu perlu dilakukan. Dalam penelitian
ini, peneliti akan melakukan pengujian ulang dengan teknik yang sama tetapi waktu
dan situasi berbeda. Supaya data yang dihasilkan terbukti kebenarannya.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menganalisis data sebelum peneliti terjun ke


lapangan, saat peneliti penelitian di lapangan hingga pelaporan hasil penelitian.
Analisis data dilakukan sejak menentukan focus penelitian hingga selesai melesaikan
laporan penelitian. Jadi analisis data dilakukan dari proses awal penelitian hingga
proses penelitian selesai.
Analisis data adalah proses penyusunan secara stuktural dan sistematis data yang
diperoleh dari pengumpulan data, baik wawancara, observasi, dokumentasi maupun
pustaka. Analisis data ini dilakukan agar penelitian dapat dipahami lebih mudah.

32
Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara
mengorganisasikan data, menyeleksinya, pencarian pola dan memutuskan akan
dilaporkan seperti apa kepada orang lain (Moleong, 2007: 248).
Dalam analisis data, terdapat tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan
penarikan simpulan serta verifikasi (Sugiyono, 2010). Secara rinci, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Data yang diperoleh dan dihasilkan dari lapangan menghasilkan data
yang sangat banyak, oleh karena itu peneliti perlu melakukan reduksi data.
Reduksi data adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk merangkum hal-hal
penting dari data yang telah dihasilkan, sehingga nantinya hasil akhir dari
data yang direduksi menghasilkan data yang lebih jelas dan fokus. Reduksi
data merupakan proses menyempurnakan data dengan pengurangan data yang
kurang perlu dan kurang relevan. Dalam melakukan reduksi data, peneliti
melakukan proses coding. Coding adalah proses mengelompokkan data
dengan cara mengumpulkan data, dengan cara mengumpulkan data lalu
mengelompokkan data tersebut sesuai dengan kategori. Kategori dapat
dilabeli dengan istilah khusus. Berikut tabel coding dalam penelitian ini,
yaitu:
Coding Keterangan
W Wawancara
O Observasi
DF Inisial subjek penelitian 1
YS Inisial subjek penelitian 2
YC Inisial subjek penelitian 3
UW Inisial subjek penelitian 4
TM1 Teman subjek penelitian 1

33
TM2 Teman subjek penelitian 2
TM3 Teman subjek penelitian 3
TM4 Teman subjek penelitian 4
PC2 Pacar subjek penelotian 2
KL1 Keluarga subjek penelitian 1
KL2 Keluarga subjek penelitian 2
KL4 Keluarga subjek penelitian 4
Contoh penulisan coding wawancara : W. DF. S1. No.1
Keterangan:
W : Wawancara
DF : Menunjukan inisial subjek penelitian 1
S1 : Subjek penelitian 1
No.1 : Menunjukan nomer urut jawaban
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data hasil penelitian dilakukan reduksi data, peneliti melakukan
penyajian data. Penyajian data adalah proses pengumpulan informasi yang
dihasilkan dari data yang sudah diperoleh, berdasarkan kategori tertentu.
Penyajian data dapat dilakukan dengan uraian singkat, bagan serta hubungan
antar kategori (Sugiyono, 2007: 249). Dengan melakukan penyajian data,
akan memudahkan dalam memahami hasil data penelitian. Penyajian data
yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa teks atau
naratif. Selain naratif, penyajian data juga dapat ditampilkan melalui bagan,
grafik , denah dan tabel.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah terakhir yang harus dilakukan peneliti adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan
merupakan temuan yang baru yang belum pernah diteliti sebelumnya.

34
Kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang dapat menjawab
fokus penelitian yang disusun di awal penelitian.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu pada
prosedur penelitian dalam studi kasus. Berikut prosedur penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah:
1. Tahap Persiapan
a. Penulis memilih focus kajian yang akan diteliti, mencakup kasus yang akan
diteliti
b. Mencari bahan pustaka yang sesuai dengan penelitian
c. Memilih lokasi penelitian itu akan dilaksanakan
d. Memilih bentuk data yang akan dikumpulkan dalam penelitian tersebut,
beserta teknik pengumpulan data yang akan digunakan
e. Menyusun instrumen penelitian, pengembangan pedoman penelitian
pengumpulan data serta penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan secara
lengkap.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mulai tahap pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi
dan pustaka.
b. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Selanjutnya,
peneliti menyeleksi data dan menyusun data tersebut sesuai dengan sumber
informasi yang digunakan serta melakukan coding pada data.
c. Melakukan kajian triangulasi kepada data yang sudah diperoleh
sebelumnya.
3. Tahap Penulisan Hasil Penelitian
a. Merumuskan dan menyimpulkan hasil analisis data yang telah diperoleh
berupa sajian hasil penelitian serta diikuti pembahasan yang naratif.
b. Membuat kesimpulan yang sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

35

Anda mungkin juga menyukai