Makalah Psiko Agniya Yang Asli
Makalah Psiko Agniya Yang Asli
Terima kasih kepada ibu dan bapak dosen mata kuliah psikologi
agama yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga dapat
menambah pengetahuan kami tentang psikologi Dhuafa dan Agniya’
dalam.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kaum aghniya’ dan dhuafa?
2. Bagaimana keadaan psikologis kaum aghniya’ dan dhuafa?
3. Bagaimana sikap Islam terhadap aghniya’ dan dhuafa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aghniya’ dan dhuafa.
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan psikologis kaum aghniya’ dan
dhuafa.
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap islam terhadap kaum agniya’ dan
dhuafa’?
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://makalahpsikologi.blogspot.com
2
https://id.answers.yahoo.com
mampu mencari rezeki. Keenam, tidak memiliki tempat tinggal. Ketujuh,
uzur dan lemah. Kedelapan, kehilangan mata pencaharian. Kesembilan,
penghasilan yang rendah dan tidak mencukupi. Kesepuluh, kehabisan
bekal dalam perjalanan.
B. Pandangan Manusia Terhadap Kemiskinan
1. Pandangan Kelompok Al Muqaddisin Atau Sanctifisme
Salah satu yang termasuk dari kelompok ini adalah Qorun yang
berpendapat bahwa ia lebih berhak atas hartanya karena harta tersebut
menurutnya merupakan adalah hasil dari usahanya sendiri. 4
3
Komarudin Hidayat, Psikologi Beragama, (Bandung: Mizan publik, 2010), h.
133
4
Ibid. h. 133
C. Sisi Psikologis Dari Kekayaan dan Kemiskinan
Kekayaan yang tidak dibarengi dengan ketakwaan akan
melahirkan sikap sombong. Namun bukan berarti kekayaan
merupakan sebuah kesalahan, karena kekayaan akan menghasilkan
pahala jika digunakan pada kebaikan.
Kekayaan yang berkah adalah kekayaan yang
mengantarkan pemiliknya menuju ketakwaan bukan pada
kekufuran. Ada banyak kasus yang kita jumpai bahwa orang
bertindak apatis terhadap orang yang di bawah. Namun tidak
sedikit pula orang yang kaya memiliki kepedulian sosial yang
tinggi.
Begitu pula dengan kemiskinan, ada banyak dampak yang
ditimbulkan oleh kemiskinan ini, seperti keretakan rumah tangga,
rentannya untuk menjadi pelaku kejahatan, dan juga kemiskinan
bisa mengganggu psikologis manusia.
Menurut Hollingshead dan Redlich (1970) stratifikasi sosial
mempengaruhi jenis gangguan mentalnya yang akan diderita.
Kelompok kelas sosial rendah lebih besar prevalensi gangguan
psikiatrinya daripada masyarakat yang kelas sosial tinggi (Heller,
1984).
Di antara penyebab life stress yang sangat signifikan bagi
munculnya sakit mental adalah variabel status sosial ekonomi.
Dimana kelompok status sosial ekonomi rendah lebih potensial
enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dari kelas
sosial ekonomi tinggi ( kaplan dan sadock, 1994.5
5
Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental: Konsep Dan Penerapannya,
(Malang: UMM, 2002) Hal 100.
Mereka yang kurang memiliki empati, akan bersikap biasa
saja menyaksikan pemandangan itu. Bagi yang memiliki rasa
peduli tentu merasa prihatin. Bagaimana nasib mereka jika tidak
diperhatikan, tentulah akan menjadi sumber permasalahan sosial di
kemudian hari.
Maka dengan begitu maka tidak ada lagi kaum awam yang
dilecehkan karena merasa sebagai orang yang pendidikan rendah.
Tidak memandang hina kaum jelata hanya karena membanggakan
kebangsawanan6.
7
Dr. Yusuf Qardhawi, Shodaqoh Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan (terj), (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013). Hal.188.
dalam setiap hubungan usaha di antara manusia dengan kaidah
yang lebih teliti tujuannya agar masing-masing pihak dapat
memperoleh haknya dan tidak saling mencurangi.
8
Dr. Yusuf Qardhawi, Shodaqoh Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan (terj), (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013). Hal.42.
Di antara hikmah zakat dan infak:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
M. Ali Hasan, Zakat Dan Infak, (Jakarta: Kencana, 2006), hal 18.
adalah agama yang sempurna, Islam telah mengatur lingkup kehidupan
umatnya termasuk masalah perekonomian.
B. Saran
Kita ini adalah manusia maka lakukanlah tugas kemanusiaan. Ungkapan ini
sederhana namun memiliki makna yang mendalam, kata-kata ini mengajak para
pendengarnya agar lebih memiliki empati terhadap sesama manusia, maka sudah
seharusnya yang memiliki kelebihan harta agar menyisihkan sebagiannya untuk
diberikan kepada yang berkekurangan. Setiap manusia wajib menghargai segala
yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
DAFTAR KEPUSTAKAAN