Anda di halaman 1dari 29

Universitas Pamulang S-1 Manajemen

PERTEMUAN IV
TINJAUAN UMUM TENTANG PENANAMAN MODAL ASING

A. TUJUAN PEMBELAJARAN.

Setelah Pertemuan 4 Tentang Penanaman Modal Asing ini usai maka


kemampuan yang diharapkan ada pada diri Mahasiswa/i yang mempelajari Hukum
Bisnis, adalah :
1. Memiliki Kemampuan Menganalisis Penggunaan Konsep Dasar Pengaplikasian
Hukum Bisnis dalam konteks Penanaman Modal Asing ke Dalam negeri yang terjadi
Dalam Praktik Ekonomi.
2. Memiliki Kemampuan Dan Memahami Fenomena Hukum Dari Realita Era
Penanaman Modal asing sebagai tantangan modern sebagai bentuk dari persaingan
global.

B. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN INVESTASI ASING

Undang-undang no. 1 Pada tahun 1967, definisi investasi asing adalah


sebagai berikut:
a. instrumen pembayaran luar negeri yang bukan bagian dari aset valuta asing
Indonesia, disetujui oleh pemerintah untuk membiayai perusahaan Indonesia.
b. alat bisnis, termasuk penemuan baru untuk alien dan bahan yang diimpor di luar
Indonesia, jika tidak didanai oleh aset mata uang asing Indonesia.
c. beberapa hasil perusahaan berdasarkan Undang-undang ini dapat ditransfer
tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan IndonesiaInvestasi asing di
Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu investasi portofolio dan
investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan
instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi
langsung dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA), merupakan bentuk
investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan. Penanaman modal asing atau investasi seringkali diartikan dalam
Pengantar Hukum Bisnis 41
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah investasi terletak


pada cakupan dari makna yang dimaksudkan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Penanaman Modal Asing adalah penanam modal di wilayah
Republik Indonesia, yang dilakukan oleh investor asing, baik yang memanfaatkan
penuh modal asing maupun mereka yang bekerja sama dengan investor domestik. .
Peran modal asing dalam pembangunan telah lama dibahas oleh para ekonom.
Secara umum, pemikiran mereka adalah sebagai berikut. Pertama, negara
berkembang dapat menggunakan investasi dan sumber pendanaan eksternal untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi, yaitu modal asing. Kedua, perubahan dalam
pola produksi dan perdagangan harus diikuti oleh peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Ketiga, modal asing dapat memainkan peran penting dalam memobilisasi
dana dan dalam restrukturisasi struktural. Keempat, kebutuhan modal asing
berkurang segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi (walaupun modal
asing akan lebih produktif di masa depan). Investor dapat dibagi menjadi 2, yaitu
investor domestik dan investor asing. Investor domestik adalah investor dari dalam
negeri, sedangkan investor asing berarti investor dari investor asing.
Penanaman modal asing dibagi menjadi dua yaitu :
a. Investasi Asing Langsung
Investasi asing langsung adalah investasi langsung dengan mendirikan
perusahaan di industri atau sektor bisnis tertentu seperti pertambangan, real
estat, pertanian, dll. Berinvestasi di sektor riil sangat penting karena dapat
membawa manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia melalui lapangan
kerja, pengentasan kemiskinan, kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan
industri, dan pertumbuhan berbagai sumber daya ekonomi.

b. Investasi asing tidak langsung


Banyak investasi tidak langsung dilakukan dalam bentuk saham
perusahaan, obligasi, sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat berharga
pemerintah (SUN). Volume dana asing yang diperoleh dari investasi ini benar-

Pengantar Hukum Bisnis 42


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

benar memperkuat nilai rupee, tetapi penguatan tidak ada artinya jika tidak
memiliki dampak positif pada sektor riil dan masyarakat..17

2. BENTUK KERJASAMA DAN BIDANG USAHA INVESTASI ASING

a. Bentuk Kerjasama Investasi Asing


Peningkatan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing
(PMA) di Indonesia sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam
Negeri No 6 tahun 1968, yang diamandemen dan ditambah dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Amandemen dan Amandemen
UU. - Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1968 dan tentang Perubahan Atas Penanaman Modal
Dalam Negeri, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Pelaksanaan Penanaman Modal Asing di Indonesia seperti yang ditetapkan
dalam ketentuan penanaman modal asing sesuai dengan Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman
Modal) dinyatakan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya,
maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Dengan
adanya pengaturan tersebut di atas seperti yang termuat dalam Pasal 3 UU
Penanaman Modal, maka penanaman modal asing di lndonesia diperkenankan
melaksanakan usahanya dalam bentuk usaha kerja sama (joint-venture) dengan
pihak swasta nasional dalam bentuk dan cara kerjasama yang ditetapkan melalui
peraturan pemerintah khususnya dalam hal komposisi kepemilikan saham
perusahaan.
Bentuk kerja sama bisnis antara warga negara Indonesia (warga negara
Indonesia) dan orang asing ("orang asing") yang berbasis di Indonesia tergantung

17
http://blog-aniz.blogspot.com/2013/05/makalah-analisis-investasi-asing-pada.html diakses tanggal 10
Januari 2015.
Pengantar Hukum Bisnis 43
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

pada seberapa banyak bisnis yang mereka lakukan. Jika pendirian perusahaan
membutuhkan modal besar, maka orang asing dan warga negara kemudian akan
melakukan investasi asing (A PMA) sesuai dengan Pasal 1 (3) UU No 1 tanggal
25 Januari 2007 tentang investasi (UU 25/2007), yaitu :

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan


usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”

Dalam mebangun sebuah badan usaha dengan bermitra bersama WNA,


prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Perjanjian ini ditandatangani oleh orang asing dan warga negara Indonesia;
2) Setelah penandatanganan Kesepakatan Bersama, warga negara asing dan
warga negara Indonesia akan membentuk badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia sebagai perseroan terbatas dan yang memiliki kantor terdaftar di
wilayah Republik Indonesia. (Pasal 5 (2) [2] UU 25/2007);
3) Pengajuan aplikasi pendaftaran PMA ke BKPM.

Investasi nasional dan asing yang berinvestasi dalam pendirian PT akan


dilaksanakan dengan judul "Partisipasi pada saat pendirian PTT" (Pasal 5 (3) [3]
Undang-undang 25/2007). Pendirian PT PMA harus memperhatikan keputusan
presiden no. 36, mengenai daftar lini bisnis yang terbuka untuk lini bisnis tertutup
dan untuk investasi ("Keputusan Presiden 36/2010").
Menurut Keputusan Presiden 36 tahun 2010, 51% (lima puluh satu persen)
dari sektor bisnis terbuka untuk investor asing (WNA), yang komposisi
maksimumnya adalah orang asing. Setiap PMA yang berinvestasi di Indonesia
wajib mendaftarkan PT PMA yang didirikannya di Dewan Koordinasi Penanaman
Modal sebelum PT PMA memiliki kepribadian hukum atau kepribadian hukum
(Pasal 16 (1)). 12, 2009 tentang Pedoman dan Prosedur Investasi - "Beli BKPM
12/2009").
Apabila Jika PT PMA yang didirikan ingin mendapatkan peluang investasi,
itu juga harus berlaku untuk BKPM (Pasal 17 (2) [2] Beli BKPM 12/2009) untuk
Pengantar Hukum Bisnis 44
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

pendaftaran lisensi utama di samping permintaan registrasi PT PMA. Dengan


asumsi bahwa apa yang dimaksud dengan sistem hukum adalah pilihan hukum,
warga negara Indonesia dapat menggunakan sistem hukum yang diatur di
Republik Indonesia untuk pendirian usaha patungan permanen dan / atau badan
hukum PT. Orang asing menerima ahli PT PMA. Hal ini didasarkan pada
kewajiban perusahaan yang berinvestasi di Indonesia untuk memprioritaskan
tenaga kerja Indonesia (Pasal 10 (1) (2) UU 25/2007). Dengan demikian,
kewajiban untuk memberikan pekerjaan / pekerjaan kepada orang asing
tergantung pada posisi yang diberikan kepada warga negara asing. Namun,
berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang No. 46 tanggal 13 Maret 2003 tentang
Ketenagakerjaan ("UU 13/2003") dan Keputusan Presiden No 5 tentang
penggunaan pekerja migran asing, Instruksi 75 Tahun 1995 ("Keputusan
Presiden 75/1995") adalah untuk orang asing. Ada sejumlah besar karyawan dan
jabatan tertentu.
Berdasarkan ketentuan ini, PT PMA pada prinsipnya wajib memberikan
prioritas pada pekerjaan pekerja Indonesia, tetapi jika pekerja Indonesia tidak
dapat melakukannya (kondisi kerja dilarang untuk orang asing), PT PMA dapat
mempekerjakan orang asing.
Ketika PT PMA menggunakan orang asing, harus memperhatikan aturan
prosedur untuk perekrutan orang asing, yaitu layanan yang diterima dari usaha
patungan. Bisnis harus memiliki Skema Izin Kerja Alien dan Aliens (IMTA). Orang
asing yang bekerja di perusahaan patungan Perusahaan harus memiliki masa
tinggal terbatas di Indonesia.18
b. Bidang Usaha Investasi Asing
Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan arus penanaman modal
di Indonesia adalah dengan memberikan keleluasaan bagi para investor untuk
menentukan bidang-bidang usaha investasi yang diminati. Hal ini memicu proses
penyederhanaan peraturan terhadap Daftar Skala Prioritas menjadi Daftar Negatif
Investasi (DNI). DNI berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setiap tahun dilakukan
peninjauan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan.

18
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5137/prosedur-penanaman-modal-asing-di-bidang-
restoran diakses tanggal 10 Januari 2015.
Pengantar Hukum Bisnis 45
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Pasal 10 ayat 1 Peraturan Kepala BKPM No.12 tahun 2009 (“Perka BKPM
12/2009”) menyatakan bahwa semua bidang atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang atau jenis usaha yang dinyatakan
tertutup dan terbuka dengan persyaratan.Untuk itu, investor diwajibkan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan, seperti DNI, sebelum melakukan
kegiatan penanaman modal.
DNI mencakup daftar bidang usaha yang tertutup seluruhnya atau sebagian
untuk penanaman modal swasta asing maupun dalam negeri. Perubahan
pengaturan DNI terbaru terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
No.36 tahun 2010 (“Perpres 36/2010”).

1) Bidang Usaha yang Tertutup untuk Penanaman Modal


Berdasarkan Pasal 1 (1) Perpres 36/2010, Bidang usaha yang tertutup
adalah bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan
penanaman modal. Penetapan ini didasarkan pada kriteria kesehatan, moral,
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya. Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal sebagaimana diatur dalam Lampiran I Perpres 36/2010,
antara lain mencakup bidang usaha budidaya ganja, perjudian/kasino, dan
industri minuman mengandung alkohol.
Selanjutnya, Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang No.25 tahun 2007 (“UU
25/2007”) menetapkan beberapa bidang usaha yang dilarang bagi penanaman
modal asing karena dianggap menduduki peranan penting dalam pertahanan
Negara, seperti: (i) produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan
perang; dan (ii) bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup
berdasarkan Undang-Undang.
2) Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan untuk Penanaman Modal
Berdasarkan Pasal 2(1) Perpres 36/2010, bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan
sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang
usaha yang dicadangkan untuk Usaha mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi,
bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang
dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan

Pengantar Hukum Bisnis 46


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan


perizinan khusus.
Peraturan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
untuk penanaman modal didasarkan pada kriteria kepentingan nasional, yaitu
perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan Usaha mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja
sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Bisnis yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Lampiran II
Keputusan Presiden No 36/2010 mencakup, tetapi tidak terbatas pada,
produksi pangan primer, penggunaan situs pemuliaan lokal, pembenihan ikan
laut, pembangkit listrik skala kecil, dan daur ulang produk. bukan logam.
Dalam hal investasi bisnis sumber terbuka, investor harus mematuhi
persyaratan lokasi berdasarkan undang-undang tata ruang dan lingkungan,
sesuai dengan Pasal 3 (1) Keputusan Presiden 36/2010.19

3. PERBEDAAN INVESTASI ASING LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Investasi atau investasi memiliki dua makna, yaitu investasi langsung dan
investasi tidak langsung (indirect investment). Penulis membagi investasi langsung
(investasi langsung) dan investasi tidak langsung (investasi tidak langsung) menjadi
dua bagian. Bagian pertama menyangkut investasi langsung, sedangkan bagian
kedua menjelaskan investasi tidak langsung..
a. Investasi Langsung (Direct Investment)
Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Investasi No 25 tahun 2007,
definisi investasi hanya mencakup investasi langsung. Investasi langsung
dilakukan baik melalui pendirian usaha patungan dengan mitra lokal, operasi
bersama tanpa perusahaan baru, memberikan pinjaman untuk kepemilikan
mayoritas di perusahaan lokal, memberikan bantuan teknis dan manajemen
(bantuan teknis dan manajemen), menawarkan lisensi, dll.

19
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana Prenada Media
Group, 2013. hal 16-17.
Pengantar Hukum Bisnis 47
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

b. Investasi Tidak Langsung (Indirect Invesment)


Investasi tidak langsung ini melibatkan perdagangan di pasar modal dan di
pasar uang. Investasi ini disebut investasi jangka pendek karena umumnya
menjual dan menjual saham dan / atau mata uang dalam periode waktu yang
relatif singkat, tergantung pada fluktuasi nilai saham dan / atau mata uang.

Tabel 1 Perbedaan Investasi Langsung dan Tidak Langsung

No. Investasi Langsung Investasi Tidak langsung


1 Investasi dengan Uang / perlengkapan Investasi dengan membeli
saham
2 Mendirikan Perusahaan Tidak Perlu mendirikan
perusahaan
3 Perusahaan dikendalikan sebagian atau Adanya pemisahan pemilik dan
keseluruhan pemilik perusahaan manajemen
4 Investasi tidak dapat ditarik setiap Saat Investasi dapat ditarik setiap
saat
5 Membutuhkan kehadiran secara fisik Tidak perlu hadir secara fisik
6 UU penanaman modal UUPM
7 Pengelola BKPM Pengelola Bapepam dan LK

Karena itu pasar modal dianggap sebagai salah satu alat paling efektif untuk
mempercepat pembangunan negara. Ini dimungkinkan karena pasar modal adalah
sarana mobilisasi masyarakat untuk menyalurkan sumber daya ke daerah-daerah
produksi. Jika mobilisasi dana publik melalui lembaga keuangan dan pasar modal
berjalan baik, dana pembangunan dari pinjaman luar negeri akan berkurang. Pasar
modal negara maju adalah salah satu lembaga yang dipertimbangkan dalam
pembangunan ekonomi negara. Karena itu, negara / pemerintah memiliki alasan
untuk membantu mengatur dinamika pasar modal. Pasar modal Indonesia
memobilisasi dana publik dengan menyediakan sumber daya atau tempat untuk
mengumpulkan penjual jangka panjang dan pembeli dana yang disebut surat
berharga.
Definisi surat berharga tidak hanya terdiri dari saham dan obligasi, tetapi juga
surat berharga, yaitu obligasi, surat berharga komersial, saham, obligasi, obligasi,
tabungan investasi kolektif, surat berharga, surat berharga dan derivatif. Tiga arti
dari pasar modal:

Pengantar Hukum Bisnis 48


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

a. dalam arti yang lebih luas, pasar modal diatur oleh seluruh sistem keuangan,
termasuk bank komersial dan semua perantara keuangan, sekuritas / klaim
jangka panjang, klaim primer dan tidak langsung yang pendek.
b. dalam jangka menengah, pasar modal adalah semua pasar dan lembaga yang
terorganisir yang mencakup tanda kredit (biasanya lebih dari satu tahun), saham,
obligasi, pinjaman berjangka, pinjaman hipotek, deposito, dan deposito
berjangka.
c. ada pasar uang yang terorganisir dalam arti sempit, di mana saham dan obligasi
diperdagangkan melalui jasa perantara dan perusahaan asuransi.
Undang-undang Pasar Modal menetapkan batasan pada pasar modal, yaitu,
penawaran umum dan perdagangan sekuritas, perusahaan publik yang terkait
dengan sekuritas yang diterbitkan dan institusi dan profesi yang terkait dengan
sekuritas. Memahami beberapa pasar modal mengarah pada kesimpulan bahwa
pasar modal adalah kegiatan yang terkait dengan penerbitan dan perdagangan
sekuritas publik dan jangka panjang di pasar primer dan pasar sekunder.

4. PROSEDUR PENANAMAN MODAL ASING DAN MASALAH YANG DIHADAPI

Aturan prosedur untuk investasi asing di Indonesia telah berkembang sangat


dinamis sejak restrukturisasi pada tahun 1999, terutama setelah diperkenalkannya
otonomi daerah. Ini karena lembaga pemerintah di bidang investasi, awalnya di
tangan pemerintah, diserahkan kepada pemerintah daerah, baik itu pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota.
Selain hukum yang secara langsung mengatur investasi, seperti disebutkan di
atas, ada ketentuan hukum di bidang lain, seperti investasi, lingkungan, pekerjaan,
pajak, bea cukai, lingkungan, pekerjaan, pajak, bea cukai. tanah, transfer teknologi,
kompetisi yang adil, perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, aturan
khusus sektor seperti telekomunikasi, transportasi, industri, perdagangan,
perkebunan, kehutanan atau bahkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah.
Penanaman modal asing berperan penting baik di negara maju maupun
negara sedang berkembang. Di dalam suatu laporannya yang diterbitkan pada tahun

Pengantar Hukum Bisnis 49


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

1996, WTO menunjukkan bahwa telah terjadi suatu perkembangan yang cukup
mendasar di bidang penanaman modal, khususnya sejak tahun 1980-an.
Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang
seperti Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan penanaman modal
asing. Penanaman modal asing memegang peranan penting dalam peningkatan
devisa suatu negara. Kegiatan perdagangan internasional tidak dapat terlepas dari
penanaman modal asing karena memberikan keuntungan kepada semua pihak,
tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal
itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Sebagai negara berkembang,
Indonesia berada pada posisi yang sangat berkepentingan dalam mengundang
investor asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Menyadari
pentingnya penanaman modal asing, pemerintah Indonesia terus berupaya
menumbuhkan iklim investasi yang kondusif guna menarik calon investor untuk
menarik modal asing masuk ke Indonesia. Berbagai strategi untuk mengundang
investor asing telah dilakukan agar para investor asing tertarik untuk menanamkan
modalnya dan merasa nyaman dalam melakukan penanaman modal di Indonesia.
Strategi-strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya
tarik para investor agar menanamkan modalnya di Indonesia ialah dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman modal asing dan
kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya tidak akan merugikan kepentingan
nasional dan kepentingan investor. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha
yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu,
pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal
nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat
diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan hanya itu seringkali suatu
negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena adanya
pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.
Di samping mengeluarkan peraturan-peraturan dalam bidang penanaman
modal, pemerintah juga memberikan kebijakan-kebijakan. Kebijakan mengundang
modal asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor,
sehingga Indonesia dapat meningkatkan penghasilan devisa dan mampu
menghemat devisa, oleh karena itu usaha-usaha di bidang tersebut diberi prioritas

Pengantar Hukum Bisnis 50


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

dan fasilitas. Alasan kebijakan yang lain yaitu agar terjadi alih teknologi yang dapat
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia.
Di dalam menentukan kebijakan ekonomi, pemerintah sering dihadapkan
kepada banyak kendala struktural yang tidak mudah diatasi, sehingga kebijakan
yang paling ultimate (first satisfactory policy) menjadi tidak relevan. Akibatnya
pemerintah harus bertumpu kepada second pleasant coverage yang tentunya
mempunyai dampak positif yang lebih kecil dan sering pula diikuti oleh dampak
negatif yang perlu diantisipasi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
tersebut berdampak pada penanaman modal asing. Salah satu kebijakan yang
sangat berpengaruh dalam kegiatan penanaman modal asing ialah kebijakan
desentralisasi.
Desentralisasi menurut Kaloh adalah penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka
negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncul
otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah
dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan
kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia,
desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena
dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma
pemerintahan di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa
desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi daerah
merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus
daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat.
Jadi dengan adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada
pembangunan daerah-daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah
tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan
nasional. Lebih jelasnya, otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga Daerah, yang melekat baik pada negara kesatuan maupun
negara federasi. Di dalam negara kesatuan, otonomi daerah lebih terbatas daripada
di negara yang berbentuk federasi. Kewenangan mengatur dan mengurus rumah

Pengantar Hukum Bisnis 51


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

tangga Daerah di negara kesatuan meliputi segenap kewenangan pemerintahan


kecuali beberapa urusan yang dipegang oleh pemerintah pusat. 20
Kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah memberikan peluang desentralisasi penanaman modal
di daerah. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1999 dan di sempurnakan dengan undang-undang nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan
pelaksanaan dari salah satu tuntutan reformasi pada tahun 1998 Kebijakan ini
merubah penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat
menjadi desentralisasi melibatkan pengalihan kekuasaan pemerintah pusat ke
pemerintah daerah (kecuali kebijakan luar negeri, angkatan bersenjata, hukum,
agama, kekuatan keuangan, dan lainnya) dan perubahan dalam keseimbangan
keuangan antara Pusat dan daerah.
Menurut UU Pemerintah Daerah no. Pada tahun 2004, investasi adalah
salah satu bidang pemerintahan yang harus dipenuhi oleh daerah. Meningkatkan
peluang investasi di daerah adalah langkah positif menuju otonomi daerah. Di sisi
lain, itu menjadi perhatian bagi investor asing. Investor asing mengeluhkan
terjadinya gejala tindakan sewenang-wenang oleh pemerintah daerah ketika
menjanjikan objek investasi. Selain masalah ini, investor juga mengeluhkan
besarnya biaya pajak dan tumpang tindih dengan aturan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Faktanya, banyak investor menemukan bahwa otoritas lokal
bertindak sewenang-wenang hanya karena mereka pikir mereka memiliki hak untuk
memutuskan siapa yang dapat menerima izin lokasi.
Panji Anoraga (1995) berpendapat Investasi langsung asing, khususnya
investasi langsung atau investasi asing langsung, didorong, terutama dalam hal
pengembangan dan pertumbuhan. Kehadiran investasi asing langsung memberi
ekonomi tuan rumah banyak hal positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi, antara
lain, perkembangan investasi di negara tersebut.21

20 Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan
Tantangan Global, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 3
21 Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Pustaka Jaya, Jakarta, 1995,

hlm. 82-83.
Pengantar Hukum Bisnis 52
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

a. Stabilitas politik dan ekonomi, yang sampai sekarang menunjukkan stabilitas


yang stabil.
b. Kebijakan yang secara konsisten diadopsi pemerintah untuk merangsang iklim
investasi, dan deregulasi serta langkah-langkah birokrasi.
c. Memberikan keringanan pajak khusus untuk daerah tertentu.
d. Ketersediaan berbagai sumber daya alam di Indonesia, seperti minyak, gas,
pertambangan dan hasil hutan, serta iklim dan lokasi geografis dan budaya
Indonesia, tetap menjadi daya tarik utama yang mengarah pada pertumbuhan
proyek-proyek terkait bahan kimia. industri kayu, industri perhotelan (tourisme),
yang sekarang menjadi sektor utama yang dibutuhkan oleh investor dalam
konteks PMDN dan PMA.
e. Ketersediaan sumber daya manusia yang kompetitif meningkatkan permintaan
bagi investor dalam proyek padat karya seperti industri tekstil, alas kaki anak-
anak, dan industri mainan.
Mubyarto (2011) berpendapat Pembicaraan tentang otonomi daerah di
manapun, di pusat maupun terutama di daerah, masih bersifat amat umum yaitu
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak sentralistik, tanpa keinginan lebih lanjut
memahami apa implikasinya bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah.22
Menurut M. Idris Latief (2006), banyak sekali permasalahan yang ditimbulkan
oleh penanaman modal asing di dalam negeri. Yang pertama adalah dominannya
kontrol dari luar negeri, entah itu dari pemerintah investor luar negeri atau dari badan
internasional seperti International Monetary Funds (IMF), World Bank (Bank Dunia),
dan lain-lain. Kontrol ini seringkali sangat merugikan rakyat, baik dari segi politik
maupun ekonomi. Yang kedua adalah terkurasnya dan rusaknya sumberdaya alam
Indonesia (natural resources). Hal ini karena kontrak biasanya diadakan sesuai
dengan jumlah cadangan (deposit) di bawah tanah, sehingga ketika kontrak selesai
yang tertinggal hanya kerusakan lingkungan. Tingginya angka pengangguran pun
tidak bisa diatasi dengan penanaman modal asing. Sebab, investor asing biasanya
bergerak di bidang pertambangan yang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Selain
itu, tingginya biaya yang harus ditanggung setelah proyek beroperasi pun sangat
merugikan bangsa Indonesia. Pihak Indonesia belum bisa menikmati bagi hasilnya

22 Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi, BPFE,
Yogyakarta, 2001, hlm. 13.
Pengantar Hukum Bisnis 53
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

selama biaya yang diminta investor belum terlunasi. Padahal, investor bisa saja
berbohong mengenai biaya yang dibelanjakan untuk eksplorasi (recovery cost). Data
yang dikemukakan pihak investor seringkali perlu dipertanyakan keakuratannya.
Sebagai contoh, Exxon mobil menyatakan cadangan minyak di Blok Cepu sebesar
781 juta barel dengan kapasitas produksi 165 ribu barel per hari. Dengan demikian,
masa eksploitasinya hanya berkisar 11 tahun atau 12 tahun. Namun, pihak Exxon
mobil justru memperpanjang kontrak dari 2010 hingga 2030, yang mengindikasikan
bawa tentu cadangan minyak jauh lebih besar dari yang dikemukakan.

5. PERKEMBANGAN HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDOENSIA

a. Kebijakan Umum Penanaman Modal

Ilmar (2004) berpendapat bahwa Indonesia, sebagai negara yang


menginginkan masyarakat yang adil dan makmur, harus selalu berkembang di
berbagai bidang, termasuk ekonomi. Perkembangan ekonomi identik dengan
perkembangan sektor ekonomi di negara ini, seperti pertanian, perikanan,
peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa, dll.23 Salim dan
Sutrisno (2010) berpendapat onsekuensi penerapan pembangunan ekonomi
memerlukan modal atau investasi besar dalam pembangunan. Dari investasi
yang mendukung pembangunan ekonomi yang direncanakan, kegiatan investasi
(investasi) di Indonesia, yang dimulai pada tahun 1967, diketahui segera setelah
UU No. 1 1967 Investasi Asing dan No. UU No. 6, 1968, tentang Investasi
Internal.24
Kegiatan investasi dapat diartikan sebagai kegiatan individu dan badan
hukum yang bertujuan untuk meningkatkan dan / atau mempertahankan nilai
modal mereka dalam bentuk uang (uang), peralatan. Real estat, hak kekayaan
intelektual, dan pengetahuan.25 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman (2010)
berpendapat dalam UU No. 25 tentang investasi yang telah bereaksi terhadap
pengembangan investasi / investasi sejak 1967, sebagaimana dijelaskan di atas.
Pasal 1 (1) menyatakan bahwa hak investasi diberikan "Penanaman modal

23 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta, Kencana, Jakarta, 2004, hal. 1.
24 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 3.
25 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,

2010, hal. 3.
Pengantar Hukum Bisnis 54
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia".26
Perjanjian Penanaman Modal no. 25 Januari 2007, tentang investasi dan
undang-undang lainnya yang mengatur warga negara Indonesia dan investor dari
negara lain (investasi asing), seperti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970
tentang Amandemen dan Amandemen Hukum Internal. 6, 1968, Investasi
Negara, Undang-Undang Nomor 11. Undang-Undang No. 70, 1967 tentang
Penanaman Modal Asing, Keputusan Pemerintah No. 17 Desember 1992 tentang
Persyaratan untuk Berpartisipasi dalam Perusahaan Investasi Asing, dan
Beberapa Keputusan dan Keputusan Presiden, serta Pemimpin BKPM dan
Lainnya.27
Dalam hal investasi, sejumlah dasar hukum dan beberapa ketentuan dasar
telah disebutkan yang berubah dalam kegiatan mereka di sektor bisnis serta
dalam banyak aspek lain seperti aspek kelembagaan, pekerjaan, aspek
penegakan hukum, dll. Di sinilah sangat penting untuk memahami ketentuan
utama dari bidang investasi sehingga menjadi lebih jelas ketika menerapkan
aturan yang relevan dan menerapkan investasi yang sesuai. 28
Ada banyak kemungkinan yang berbeda di wilayah Republik Indonesia,
termasuk: daerah yang sangat subur dengan kekayaan alam yang kaya; Biaya
tenaga kerja yang relatif rendah; Pasar yang sangat besar; Lokasi Strategis;
Pemerintah melakukan upaya serius untuk mempromosikan iklim investasi yang
sehat; Tidak ada batasan aliran valuta asing, termasuk modal dan laba..29
Sambungnya bahwa di samping potensi yang besar dimaksud, Indonesia
memiliki beberapa kelemahan yang menjadi kendala dalam menarik investasi,
seperti: Kurangnya keterampilan tenaga kerja yang ada; Birokrasi yang terkadang
berbelit sehingga dapat membengkakkan biaya awal operasi; Stabilitas
keamanan yang agak kurang stabil sejak beberapa tahun terakhir (sejak 1997);
Kebijakan yang seringkali berubah-ubah; Kurangnya kepastian hukum;

26 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.


27 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 17.
28 H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia

Baru, 2014. hal 17.


29 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,

2010, hal. 56.


Pengantar Hukum Bisnis 55
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Mekanisme penyelesaian sengketa yang kurang kredibel, sehingga kurang


menguntungkan investor; Kurangnya tranparasi, dan lain-lain.30 Padahal sebelum
krisis merebak (pra-1997), iklim penanaman modal di Indonesia dipandang cukup
menarik bagi investor asing dan investor dalam negeri karena lingkungan politik
yang relatif stabil, meskipun stabilitas yang didapat saat itu harus dibayar mahal.
Sementara sekarang para investor tampaknya masih menahan diri untuk
berinvestasi dan menunggu iklim politik Indonesia yang lebih favourable untuk
memulai investasinya. Dalam menghadapi kenyataan yang terjadi dimaksud,
diperlukan kebijakan-kebijakan mengenai investasi, baik oleh pemerintah maupun
rakyat, agar dapat memulihkan kembali kondisi perkonomian Indonesia yang
sempat terpuruk sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru,
meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, dan pada akhirnya
mensejahterahkan rakyat. Langkah-langkah yang sudah, sedang dan yang akan
ditempuh dalam menciptakan iklim investasi yang favourable tersebut mencakup
hal-hal sebagai berikut.
1) Menyederhanakan proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam
rangka penanaman modal;
2) Membuka secara lebih luas bidang-bidang yang semula tertutup atau dibatasi
dengan penanaman modal asing;
3) Memberikan skema insentif, baik pajak maupun non-pajak;
4) Mengembangkan kawasan-kawasan untuk menanamkan modal dengan
berbagai kemudahan yang ditawarkan;
5) Menyempurnakan berbagai produk hukum dengan menge-luarkan peraturan-
perundang-undangan bam yang lebih menjamin iklim investasi yang sehat;
6) Menyempurnakan proses penegakan hukum dan penyelesaian sengketa yang
efektif dan adil;
7) Menyempurnakan tugas, fungsi dan wewenang instasi terkait untuk dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik;
8) Membuka kemungkinan pemilikan saham asing yang lebih besar dan lain-
lain.31

30
Ibid.
31
Ibid. Hal 57-58.
Pengantar Hukum Bisnis 56
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Langkah-langkah dimaksud, sebagian sudah dapat diwujudkan,


sebagaimana terlihat dengan munculnya berbagai produk hukum yang lebih
menjamin iklim investasi yang sehat, misalnya UU No. 4 Tahun 1998 tentang
Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan Menjadi Undang-Undang, UU No. 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Keppres Nomor
183 Tahun 1998 tentang Badan kordinasi Penanaman Modal, dan UU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menjanjikan beragam insentif dan
32
jaminan bagi para investor, serta Perundang-undangan lainnya yang terkait
dengan kebijakan-kebijakan dalam melakukan investasi baik bagi Warga Negara
Indonesia maupun bagi Warga Negara Asing yang melakukan investasi di
Indonesia. 33

b. Bentuk-bentuk Badan Usaha

Ada beberapa bentuk Badan Usaha di Indonesia menurut Zainuddin Ali


34
(2014) yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Badan Usaha Perseorangan;
Badan usaha perseorangan merupakan bentuk badan usaha yang paling
sederhana, yaitu pemiliknya mempunyai tanggung jawab penuh atas
usahanya sama dengan kekayaan pribadinya. Warga negara asing tidak
diperkenankan untuk melakukan investasi dalam bentuk ini.
2) Badan Usaha Berbentuk Perserikatan;
Ada dua tipe yang umum dikenal, yaitu perserikatan berbentuk Firma dan
persekutuan komanditer atau CV (Cammanditaire Venotschap). Setiap partner
dalam perserikatan, baik Firma, CV maupun lainnya mempunyai tanggung
jawab yang bersifat tidak terbatas (Unlimited) dan mencakup keharta

32 Ibid. Hal 58-59.


33 H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia
Baru, 2014. hal 19.
34 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Opcit. hal 60.

Pengantar Hukum Bisnis 57


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

pribadinya, sedangkan CV tanggung jawab satu atau lebih partner bersifat


terbatas pada modal yang mereka setor.
3) Badan Usaha Berbentuk Perseroan;
a) Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas terdiri atas PT tertutup/biasa dan PT terbuka/Tbk.
Informasi lebih lanjut dapat dilihat di UU No 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
b) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Perseroan yang berbentuk BUMN mencakup antara lain Perum, Persero,
Persero terbatas Perkebunan, Perjan dan lain-lain. Pada BUMN ini seluruh
atau sebagian sahamnya dimiliki oleh negara. Koordinasi dan peng-awasan
atas pengelolaannya berada pada Menteri BUMN
c) Perusahaan Patungan Berbentuk Penanaman Modal Asing Dalam per-UU-
an mengenai Penanaman Modal Asing, bentuk perusahaan patungan (joint
venture company) harus berbentuk Perseroan Terbatas.
d) Cabang (Branch), Perwakilan (Representative), dan Agen (Agent) dari
Perusahaan-Perusahaan Asing.
c. Aspek Kelembagaan

Lembaga atau instansi yang terkait dengan kegiatan investasi menurut


Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, antara lain: 35
1) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
BKPM adalah lembaga pemerintah nondepartemen yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Badan Koordinasi
Penanaman Modal dimaksud, mempunyai fungsi seragai berikut.
a) Penetapan kebiaksanaan di bidang investasi dan pendapatan, dim usaha
sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan.
b) Pengkoordinasian kegiatan investasi dan sistem pelayanannya secara
lintas sektoral dan regional serta potensi sumber daya nasional.
c) Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas serta pelayanan Icnis dan
bisnis di bidang investasi,

35Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Opcit. hal 60.


Pengantar Hukum Bisnis 58
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

d) Pelaksanaan kerja sama luar negeri di bidang investasi dan


pendayagunaan bantuan teknik luar negeri, dan lain-lain.
Untuk mendorong kegiatan investasi, beberapa langkah yang kini
sedang dikaji oleh BKPM untuk segera ditempuh, yaitu mempermudah izin
investasi, memperpanjang jangka berlakunya Hak Guna Usaha, dan lain-lain.
2) Koordinasi Penanaman Modal daerah (BKPMD)
BKPMD dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Setiap BKPMD bertugas untuk membantu
calon investor untuk memperoleh izin-izin setempat, misalnya Izin Lokasi, Izin
Mendirikan Bangunan (1MB), serta Hak-hak atas tanah seperti HGU dan/atau
HGB.
3) Departemen Teknis Terkait
Beberapa instansi lainnya yang terkait dengan penanganan dan
pelayanan investasi untuk sektor-sektor tertentu, diantaranya adalah:
a) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk Sektor
Pertambangan dan Energi;
b) Departemen Kehutanan untuk Sektor Kehutanan dan Perkebunan;
c) Departemen Keuangan untuk Sektor Keuangan dan Perbankan;
d) Departemen Perhubungan untuk Sektor Perhubungan, Pos, dan
Telekomunikasi; dan
e) Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian untuk Sektor
Perdagangan dan Industri.

d. Hukum dan Kebijakan Pokok di Bidang Penanaman Modal di Indonesia


Setelalah dijatuhkan rezim orde baru oleh kekuatan reformasi Zaenuddin
Ali (2014) menyatakan pada tahun 1998, serangkaian upaya pemerintah untuk
melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan dan ketentuan perundang-
36
undangan yang berkenaan hukum investasi Indonesia. Kebijakan yang
dimaksud. adalah memberikan pelayanan yang terbaik, baik dari infrastruktur,

36
Ibid. hal 83.
Pengantar Hukum Bisnis 59
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

regulasi maupun Investasi.37 Untuk menciptakan investasi yang favourable


kebijakan tersebut mencakup, antara lain :
1) Menyederhanakan Proses dan Tata Cara Perizinan dan Persetujuan dalam
Rangka Penanaman Modal
Untuk menyederhanakan Proses dan Tata Cara Perizinan dan Persetujuan
dalam Rangka Penanaman Modal, pemerintah Negara Republik Indonesia
melakukan dan menetapkan rangkaian peraturan perundang-undangan
sebagai berikut.
a) Keppres Nomor 115 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal;
b) Instruksi Presiden Nomor 22 Tahun 1998 tentang Penghapusan
Memiliki Rekomendasi Instansi Teknis dalam Permohonan Persetujuan
Penanaman Modal;
c) Intruksi Presiden Nomor 23 Tahun 1998 tentang Penghapusan Ketentuan
Kewajiban Memiliki Persetujuan Prinsip dalam Pelaksaan Realisasi
Penanaman Modal di Daerah;
d) Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM Nomor 30/SK/1998
tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang
didirikan dalam rangka PMDN dan PMA;
e) Keputusan bersama Menteri Luar Negeri dan Menten Negara Investasi /
Kepala BKPM Nomor KB 076/OT/V/ 69/01 dan Nomor 10/SK/1999 tentang
Penugasan Khusus kepada Perwakilan RI di Luar Negeri untuk Lebih
Menarik Masuknya Investasi ke Indonesia;
f) Keputusan Menteri Investasi / Kepala BKPM Nomor 21/SK/1998 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Fasilitas serta
Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri Tertentu kepada
Guber-nur Kepala Daerah Tingkat I;
g) Keputusan Menteri Negara Investasi / Kepala BKPM Nomor 37/SK/1999
tanggal 6 Oktober 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian
Persetujuan dan Fasilitas serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal
kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi;

37 H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia
Baru, 2014. hal 29.
Pengantar Hukum Bisnis 60
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

h) Keputusan Menteri Negara Investasi / Kepala BKPM Nomor 38 Tahun 1999


tentang Prosedur dan Tata Cara Penanaman Modal (PMA dan PMDN); dan
lain-lain.38

2) Membuka Secara Lebih Luas Bidang-Bidang yang Semula Tertutup atau


Dibatasi Terhadap Penanaman Modal Asing
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman berpendapat Pemerintah
negara republik Indonesia membuka seluruh kegiatan usaha yang termasuk
dalam Daftar Negatif Investasi (selanjutnya disebut DNI). Hal dimaksud,
dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menyempumakan Keppres Nomor
96 Tahun 1998 tentang DNI.39 Penyempurnaan DNI yang diusulkan adalah 16
bidang usaha diubah menjadi 10 bidang usaha, dan jumlah bidang usaha yang
tertutup bagi PMA yang semula 9 bidang usaha menjadi 8 bidang usaha. DNI
berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setiap tahun dilakukan peninjauan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan.40

3) Menawarkan Berbagai Insentif Dibidang Perpajakan dan Non-Perpajakan


Pemerintah melakukan berbagai bentuk insentif di bidang perpajakan
meliputi, antara lain:
a) PP Nomor 45 Tahun 1996 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Wajib Pajak untuk Badan Us aha Industri Tertentu;
b) PP Nomor 33 Tahun 1996 sebagaimana diubah dengan PP Nomor 43
Tahun 1997 Mengenai Tempat Penimbunan Berikat;
c) PP Nomor 3 Tahun 1996 tentang Perlakuan Perpajakan bagi Pengusaha
kena Pajak Berstatus Enreport Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE) dan
Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat;
d) PP Nomor 34 Tahun 1994 tentang Fasilitas Perpajakan atas Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/atau Daerah-Daerah Tertentu;
e) Keppres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kriteria Penilaian Pemberian
Fasilitas Perpajakan di Bidang Usaha Industri Tertentu;

38 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,

2010, hal. 83-84.


39 Ibid, hal. 83-84.
40 H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia

Baru, 2014. hal 30.


Pengantar Hukum Bisnis 61
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 44/KMK.01/1998 tentang Pajak


Penghasilan yang ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Wajib Pajak
Badan Usaha Industri tertentu sesuai dengan PP Nomor 45 Tahun 1996;
dan lain-lain.

4) Menyempurnakan Berbagai Produk Hukum dengan Mengeluarkan Peraturan


Perundang-undangan Baru yang Menjamin Iklim Investasi yang Sehat
a) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan;
b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
d) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

5) Menyempurnakan proses penegakan hukum dan penyelesaian sengketa yang


efektif dan efisien
Dalam penegakan supremasi hukum serta mendapatkan tata cara
penyelesaian sengketa di bidang hukum investasi yang efektif dan adil, telah
ditempuh berbagai upaya yang mencakup, antara lain sebagai berikut.
a) Menetapkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
b) Menjadikan badan peradilan sebagai lembaga yang bebas dari pengaruh
eksekutif dengan mengembalikan fungsi pembinaan dan pengawasan
hakim kepada Mahkamah Agung.
c) Meratifikasi New York Convention on Recognition and Enforcement of
Foreign Arbital Award of 1958 yang mengakui dan menjadi dasar dari
berlakunya keputusan arbitrase asing.

6) Meningkatkan Pengakuan dan Perlindungan HaKI (Hak Atas Kekayaan


Intelektual)
Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor asing untuk
menanamkan modalnya di suatu negara adalah pengakuan dan perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual asing. Langkah-langkah yang telah
ditempuh oleh Indonesia, mencakup:
a) Menyempumakan ketentuan-ketentuan mengenai Hak Cipta dengan
memberlakukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 dengan mengubah
Pengantar Hukum Bisnis 62
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana diubah dengan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;
b) Menyempumakan ketentuan-ketentuan mengenai Paten dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1997 dengan mengubah Undang-Undang Nomor
6 tahun 1989 tentang Paten;
c) Menyempumakan ketentuan-ketentuan mengenai Merek melalui Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1997 dengan mengubah Undang-Undang Nomor
19 tahun 1992 tentang Merek;
d) Meratifikasi Trade Mark Law Treaty of 1994 dengan Keppres Nomor 17
Tahun 1997;
e) Meratifikasi Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the
PCT 1986 dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1997;
f) Meratifikasi Paris Convention for the Protection of Industrial Property dan
Convention Establishing The World Intelectual Property Organization 1979
dengan Keppres Nomor 15 Tahun 1997;
g) Meratifikasi WIPO Copyright Treaty of 1996 dengan Keppres Nomor 19
tahun 1997;
h) Meratifikasi Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic
Works of 1986 dengan Keppres Nomor 18 Tahun 1997;
i) Meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization of 1994.

7) Membuka Kemungkinan Pemilikan Saham Asing yang Lebih Besar


Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994,
dimungkinkan kepemilikan saham asing sebesar 100% pada perusahaan
PMA. Selain itu, dikeluarkannnya Keputusan Menteri Investasi/Kepala BKPM
Nomor 12 / SK / 1999 tentang Partisipasi Modal dalam Perusahaan Holding,
memberikan kesempatan untuk mendirikan usaha baru dalam permodalan
perusahaan lain serta permodalan pada perusahaan yang sudah bergerak di
bidang partisipasi permodalan.

8) Menyempurnakan Tugas, Fungsi, dan Wewenang lnstansi untuk memberikan


Pelayanan yang Lebih Baik.

Pengantar Hukum Bisnis 63


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Kebijakan dimaksud, dilakukan dengan meningkatkan BKPM serta


meningkatkan koordinasi dengan BKPMD, Pemerintah Daerah dan instansi-
instansi teknis.41
e. Mekanisme Penanaman Modal
Mekanisme atau tata cara penanaman modal diatur oleh Keputusan Menteri
investasi/Kepala BKPM Nomor 38/SK71999 tanggal 6 Oktober 1999. Pengertian
yang berlaku menurut ketentuan dimaksud, adalah sebagai berikut. Permohonan
penanaman modal bam adalah permohonan persetujuan penanaman modal, baik
penanaman modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA) serta fasilitasnya yang diajukan oleh calon penanam modal untuk
mendirikan dan menjalankan usaha baru. Permohonan perluasan penanaman
modal adalah permohonan perluasan atau penambahan modal beserta
fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan/atau
menambah jenis produksi barang atau jasa. Perluasan penanaman modal di
subsektor tanaman pangan dan perkebunan adalah peningkatan investasi untuk
membiayai satu atau lebih kegiatan antara lain:
1) Diversitifikasi,
2) Rehabilitasi yang menggunakan bibit unggul
3) Intensivikasi
4) Menambah kapasitas produksi inti pengolahan
5) Menambah area tanaman
6) Integrasi usaha dengan usaha industri hulu dengan hilir.
7) Restrukturisasi
8) Permohonan perubahan penanaman modal
9) Persetujuan PMDN
10) Persetujuan PMA
11) Persetujuan perluasan
12) Persetujuan perubahan
13) Izin Mendirikan Kantor Perwakilan Wilayah Perusahaan Asing
(KPWPA)
14) Holding

41 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,
2010, hal. 84-88.
Pengantar Hukum Bisnis 64
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

15) Izin pelaksanaan penanaman modal


16) Persetujuan fasilitas penanaman modal
17) Angka pengenal infortir terbatas (APID)
18) Keputusan tentang rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA)
19) Keputusan izin kerja tenaga kerja warga negara asing (IKTA)
20) Izin usaha tetap (IUT)
21) Izin usaha perluasan
22) Merger
23) Laporan kegiatan penanaman modal (LKPM)
24) Kawasan berikat
25) Penyelenggaraan kawasan berikat
26) Kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET)
27) Badan pengelola kawasan pengembangan ekonomi terpadu
28) Usaha kecil
29) Ketua BKPMD dalam pengajuan permohonan
30) Kepala perwakilan RI dalam pengajuan permohonan.42

f. Perlindungan Hukum Terhadap Kegiatan Penanaman Modal.


Kansil (2008) berpendapat Masalah ekonomi berkaitan peningkatan
kemakmuran rakyat dengan menambah produksi barang dan jasa; selanjutnya
adalah masalah mengusahakan pembagian yang adil dari barang dan jasa hasil
produksi. Peningkatan produksi dapat tercapai melalui penanaman modal,
penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Hal dimaksud,
penanaman modal memegang peran yang penting. Untuk mengurangi dan
menghentikan kemerosotan ekonomi serta melaksanakan pembangunan
ekonomi maka asas krusial yg wajib dipegang teguh oleh setiap investor artinya
segala perjuangan harus didasarkan kepada kemampuan serta kesanggupan
warga Indonesia sendiri, tetapi begitu asas ini tidak boleh mengakibatkan
keseganan buat memanfaatkan potensi-potensi kapital, teknologi dan skill yang

42 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,
2010, hal. 100-104.
Pengantar Hukum Bisnis 65
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

tersedia dari luar negeri. selama hal dimaksud, berkenaan kepentingan ekonomi
rakyat tanpa menyebabkan ketergantungan terhadap luar negeri. 43
Untuk mencapai hal dimaksud, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal, memberikan kelonggaran perpajakan dan fasilitas-
fasilitas lain. Dominasi modal asing seperti pada zaman penjajahan harus
dicegah. Pemerintah sepenuhnya memperhatikan kekuatan modal nasional yang
ada dan rencana pembangunan yang akan disusun oleh Pemerintah.
Berdasarkan kegiatan di negara Republik Indonesia yang melakukan hubungan
dengan berbagai negara khususnya dalam hal investasi atau penanaman modal,
maka perlu dikaji lebih dalam mengenai aspek-aspek transnasional pada kegiatan
investasi atau penanaman modal terutama aspek hukumnya.
Hubungan transnasional dapat diartikan sebagai hubungan antara
masyarakat, Zainuddin Ali (2014) Berpendapat organisasi, kelompok dan
komunitas dari Negara yang berbeda. Dalam arti hubungan yang terjadi dalam
hubungan transnasional di antara orang yang tidak merepresentasikan
negaranya. James Rosau mendefinisikan transnasionalisme yaitu “proses
hubungan internasional yang dilaksanakan oleh pemerintah telah disertai oleh
hubungan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat
swasta yang memiliki konsekuensi-konsekuensi penting baai berlangsungnya
berbagai peristiwa.44
Besar kecilnya arus penanaman modal (asing) ke suatu negaraa pada
umumnya dipengaruhi oleh iklim ekonomi yang cukup kondusif seperti stabilitas
politik dan keamanan, sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang
terampil dan upah murah, kebijakan ekonomi dan keuangan yang terbuka dan
berorientasi pasar. Hal-hal tersebut menjadi daya tarik investor untuk
menanamkan modalnya di negara tersebut. Selain itu bagaimana perlindungan
hukum terhadap hak-hak investor asing yang dapat diberikan oleh house
country.45 terutama terhadap kegiatan dan modal yang telah ditanamkan investor,
perlindungan dimaksud, sangat penting karena dalam keadaan-keadaan tertentu

43 C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Cetakan Keempat, Jakarta,

Sinar Grafika, 2008, hal. 570.


44 H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia

Baru, 2014. hal 70-71.


45 ”house country” dalam bahasa Indonesia bisa disebut ”negara tuan rumah” tempat investor asing

menanamkan modalnya..
Pengantar Hukum Bisnis 66
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

dapat terjadi tindakan yang merugikan investor, baik yang dilakukan oleh oleh
negara terhadap modal yang telah ditanamkan. Tindakan yang merugikan
tersebut mencakup antara lain tindakan nasionalisasi (nationalization)46,
47
pengambilalihan (expropriation), dan penyitaan (confiscation).48 Untuk itu,
diperlukan suat jaminan dari house country bahwa tindakan-tindakan tersebut
diberikan perlindungan yang layak terhadap investor asing.49 Selain perlindungan
atas kepentingan investor asing, hal yang tak kalah pentingnya dalam
menciptakan iklim penanaman modal (asing) yang sehat adalah bentuk-benruk
promosi yang ditawarkan oleh host country. Bentuk-benruk promosi tersebut, juga
dapat beragam bentuknya, baik bentuk-bentuk insentif pajak maupun nonpajak.50
Huala Adolf (2004) berpendapat Dalam praktik pelaksanaan penanaman
modal sering ditemukan perjanjian-perjanjian bilateral antar negara berkenaan
upaya promosi dan perlindungan terhadap kegiatan penanaman modal (asing). Di
wilayah negara Republik Indonesia sendiri telah ditandatangani berbagai
perjanjian bilateral menyangkut promosi dan perlindungan di bidang penanaman
modal dengan banyak negara. Tujuan utama dari perjanjian bilateral dimaksud,
untul memastikan bahwa harta milik para investor tidak akan diambi alih tanpa
adanya ganti rugi yang sifatnya Prompt, Adequate and Effective. Perjanjian
seperti itu, mengandung ketentuan mengena: perlakuan non-diskriminatif,
peralihan dana, dan prosedur penyelesaian sengketanya manakala terjadi
sengketa antara pihak investor dengan pihak negara tuan rumah.51 Aminudun
Ilmar (2007) Berkenaan penanaman modal asing dimaksud, diperlukar
pengaturan pemerintah dalam memberikan arah terhadap penanaman modal

46 Nasionalisasi adalah proses di mana negara mengambil alih kepemilikan suatu perusahaan milik

swasta atau asing. Apabila suatu perusahaan dinasionalisasi, negara yang bertindak sebagai pembuat
keputusan. Selain itu para pegawainya menjadi pegawai negeri.
47 Pengambilalihan (expropriation) adalah penyitaan pemerintah atas kekayaan di dalam batas

negaranya sendiri yang dimiliki orang asing, diikuti dengan kompensasi yang segera, memadai dan efektif
yang dibayarkan kepada pemilik sebelumnya. Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau
pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-undang (Pasal 7 ayat (1) UU
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal)..
48 Penyitaan (confiscation) adalah penyitaan pemerintah atas kekayaan di dalam batas negaranya

sendiri yang dimiliki orang-orang asing, tanpa pembayaran kepada mereka..


49 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika,

2010, hal. 96.


50 Insentif pajak salah satunya dapat berbentuk tax holiday, yaitu pembebasan dari pengenaan Pajak

Perseroan yang dikenakan atas laba dari perusahaan, baik yang berbentuk PT maupun perseroan-perseroan
lain..
51 Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional (WTO),

Bandung, Refika Aditama, 2004, hal. 10..


Pengantar Hukum Bisnis 67
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

asing yang dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan


nasional. Kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan
berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberikan
kontribusi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya berbagai
pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain dimaksudkan untuk
memberikan peluang kepada penanam modal asing yang lebih luas dalam
melaksana-kan kegiatan penanaman modalnya melalui dukungan iklim
52
penanaman modal yang kondusif.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS

Dari penjelasan-penjalasan yang telah disebutkan diatas maka, terdapat bebrapa


hal yang harus di pecahkan oleh mahasiswa/I yakni :
1. Terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi kualitas perkembangan
masyarakat, Sdr/i jabarkanlah komponen apa saja tersebut dan mengapa tsb?
2. Sebutkan makna berkaitan dengan istilah "Masyarakat Non-Industrial"?
3. Sdr/i Dapat jelaskan Esensi tujuan dari keberadaan hukum yang dikaitakan dengan
konsep sistem bisnis?

D. REFERENSI

Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional


(WTO), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 3
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Pustaka Jaya,
Jakarta, 1995.
Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta, Kencana, Jakarta,
2004.
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,
2010.

52Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2007, hal. 37-38.
Pengantar Hukum Bisnis 68
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,
2010.
H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.
H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Cetakan
Keempat, Jakarta, Sinar Grafika, 2008.
H. Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.

Pengantar Hukum Bisnis 69

Anda mungkin juga menyukai