Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI PERTANIAN

TERPADU DAN KONSEP


PERTANIAN
BERKELANJUTAN
KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
1. KOMARA ABDUL ROHIM NIM. 1806110018
2. PUSPITA INDRAYANI NIM. 1806110792
3. RAJAB PRI NIM.1806112076
4. NIA OCTA DELLA NIM. 1806124436
5. SYARIFA ULAYA NIM.2006112512
6. DANIEL GINTING SUKA NIM.2006134990
7. NATASYA SALSABILA NIM. 2006134992
8. ZIKRI ALHADI NIM. 2006135338
9. ILHAM AZAN AL ASHRI NIM. 2006135356
10.RAHMAT SAPRIANTO NIM. 2006136642
Pembangunan pertanian berperan
strategis dalam perekonomioan Pembangunan pertanian di Indonesia
nasional. diarahkan menuju pembangunan
pertanian yang berkelanjutan
Peran strategis tersebut ditunjukkan (sustainable agriculture), sebagai bagian
oleh perannya dalam pembentukan dari implementasi pembangunan
kapital, penyediaan bahan pangan, berkelanjutan (sustainable
bahan baku industri, pakan dan development).
bioenergi, penyerap tenaga kerja,
sumber devisa negara, dan sumber
pendapatan, serta pelestarian
lingkungan melalui praktek usaha tani
yang ramah lingkungan.
Konsep pembangunan berkelanjutan mulai dirumuskan pada
akhir tahun 1980-an sebagai respon terhadap strategi
pembangunan sebelumnya yang lebih terfokus pada tujuan
utama pertumbuhan ekonomi tinggi, dan yang terbukti telah
menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas
lingkungan hidup akibat dari eksploitasi sumber daya yang
berlebihan.

Awalnya konsep ini dirumuskan dalam Laporan Bruntland


(Bruntland Report) sebagai hasil kongres Komisi Dunia
Mengenai Lingkungan dan Pembangunan (World Commission
on Environment and Development) Perserikatan
BangsaBangsa pada tahun 1987.
Mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik
untuk semua generasi ini diterima secara universal
oleh pemimpin dunia, sehingga pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi
prinsip dasar pembangunan pertanian seluruh
dunia, termasuk di Indonesia

—SOMEONE FAMOUS
Pertanian konvensional dilandasi oleh pendekatan industrial dengan orientasi pertanian
agribisnis skala besar, padat modal, padat inovasi teknologi, penanaman benih/varietas
tanaman unggul secara seragam spasial dan temporal, serta ketergantungan pada
masukan produksi, termasuk penggunaan berbagai jenis agrokimia (pupuk dan
pestisida), dan alat mesin pertanian.

Penerapan pertanian konvensional dianggap sebagai alternatif teknologi yang tepat


untuk menyelesaikan masalah kekurangan pangan dan gizi serta ketahanan pangan
yangdihadapi penduduk dunia.
Dampak negatif
pertanian konvensional
Salim, E. (2011)

eksploitasi sumber daya alam oleh


kegiatan pembangunan perkebunan dan Berbagai dampak ekologi, ekonomi,
pertambangan telah melebihi kapasitas sosial, budaya dan kesehatan
daya dukung ekologis (caryying masyarakat semakin meragukan
capacity), sehingga terjadi eksploitasi masyarakat dunia akan keberlanjutan
sumber daya alam yang berlebihan. ekosistem pertanian dalam menopang
kehidupan manusia pada masa
mendatang.
Paradigma
pembangunan Usaha masyarakat internasional untuk
menanggulangi kemorosotan kondisi
pertanian lingkungan hidup dalam konteks
pembangunan ekonomi dan pembangunan
sosial telah dimulai di Stockholm, Swedia
Bertumpu pada kemampuan bangsa
pada tahun 1972.
untuk mewujudkan kesejahteraaan
masyarakat dengan kemampuan
sendiri, dengan memperhatikan
potensi.
Pengelolaan Terpadu dan
Pertanian Berkelanjutan
ProEl-Titi dan Landes
(1990) Edwards (1990) Edwards (1990)
Dasar dari suatu pola
pertanian terpadu pemupukan walau memang
Setelah pmilihan bahan
(integrated agriculture) banyak menambahkan
masukan ditetapkan, pertumbuhan
yang mengutamakan
hal tanaman usaha, namun
pemakaian semaksimal
lain yang perlu juga akan memperlemah
mungkin bahan-bahan daya tahan tanaman
diperhatikan adalah
alamiah (natural terhadap penyakit dan
pengaruh interaksi dari
resource) sebelum hama yang berarti juga
masing-masing
memutuskan akan memperbesar
faktor yang diberikan pemasukan pestisida
penggunaan masukan
buatan (energi fosil)
EDWARD
1990
Resources
Keberhasilan pertanian yang berkelanjutan hanya akan tercapai jika
masyarakat yang dilibatkan didalamnya sebagai ujung tombak dalam
penerapan pola ini harus mampu menerapkan pola pertanian yang
berkelanjutan tersebut.

1. Peningkatan produksi persatuan luas daerah pertanian yang


digunakan.
2. Peningkatan pendapatan petani.
3. Peningkatan dapat baca (literacy) dan kesehatan.
4. Penigkatan partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan.
5. Pertumbuhan dan stabilitas hutan.
6. Penurunan run-off dan hasil sedimen
adanya pengaruh
jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah penduduk terhadap
pengelolaan suatu daerah pertanian dalam upaya menjadikannya suatu
pola pertanian yang berkelanjutan. Mereka menjelaskan bahwa dengan
semakin besarnya jumlah populasi pada suatu daerah akan mendesak
pemanfaatan lahan secara intensif untuk memenuhi keperluan mereka.
Sehingga usaha peningkatan produksi ini akan mempersingkat waktu
istirahat pada tanah sedangkan penyerapan hara dari tanah tersebut
semakin besar.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai