Anda di halaman 1dari 22

MODUL AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

(EBA 511)

MODUL SESI KE 7
International Financial Reporting Standards (IFRS)

DISUSUN OLEH
Dr. Rilla Gantino, S.E., Ak., MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


AGUSTUS 2020
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 0 / 22
International Financial Reporting Standards (IFRS)

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


Menjelaskan dan menganalisis
1. Perkembangan IFRS
2. Perkembangan US GAAP
3. Perkembangan PSAK

B. Concept
Konsep Pokok IFRS
1. Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal neraca untuk laporan keuangan
pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut sesuai
dengan IFRS (sebagai contoh 31 Desember 2006).
2. Tanggal transisi (transition date) adalah tanggal neraca awal untuk laporan keuangan
komparatif tahun sebelumnya (sebagai contoh 1 Januari 2005, jika tanggal pelaporan
adalah31 Desember 2006). Pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS terkait
dengan hal-hal berikut: (1) Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi (2) Nilai
wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih.

IAI pada Desember 2008 telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi
lokalnya yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International
Financial Reporting Standards (IFRSs) yang merupakan produk dari IASB. Rencana
pengkonvergensian ini direncanakan akan terealisasi pada tahun 2012.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption)
standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS).
Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 1 / 22
Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi
IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi).
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara
penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh
IASB (International Accounting Standards Board. Oleh karena itu, arah penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan
mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus.
 Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
 Mengurangi biaya SAK.
 Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
 Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
 Meningkatkan transparansi keuangan.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar
modal.
 Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
 Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akuntansi
keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 2 / 22
 Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
 Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
 Meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan cara mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management.
Ada 3 kendala dalam mengadopsi penuh IFRS :

1. Kurang siapnya infrastuktur seperti DSAK sebagai Financial Accounting Standart Setter.
DSAK adalah perumus SAK yang ada di Indonesia.
Pada prakteknya DSAK mendapatkan berbagai macam kritik. Diantaranya adalah minimnya
partisipasi dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam setiap exposure draft hearing PSAK
yang baru akan diberlakukan. Padahal untuk dapat di “cap” kualitas generally accepted
accounting principle / GAAP adalah harus melewati tahapan-tahapan yang diantaranya
melibatkan seluruh stakeholeder yang terlibat. Selain itu status ketua dan anggota DSAK yang
tidak bekerja full time membuat DSAK dipandang kurang begitu loyal dan independen. Dan
yang memprihatinkan adalah belum ada satu peraturan pun yang memberikan mandate bagi
DSAK untuk mengeluarkan SAK.

2. Kondisi perundangan - undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.


Regulasi yang berkaitan dengan standar akuntansi dan pelaporan keuangan di Indonesia tidak
begitu jelas. Terdapat banyak perundang-undangan yang kurang mendukung terhadap standar
akuntansi dan pelaporan keuangan. Di dalam IAS 16, standar internasional memperbolehkan
pengukuran aktiva tetap memakai revaluation model (ditahun berikutnya setelah aktiva di
nilai berdasarkan nilai perolehannya. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menerapkan
revalution model (fair value accounting) dalam pencatatan PPE (Property, Plan, and
Equipment) mulai tahun 2008 (asumsi bahwa PSAK 16 akan mulai efektif tahun 2008). Hal
ini adalah perubahan yang cukup besar karena selama ini revalution model belum dapat
diterapkan di Indonesia dan hanya bisa dilakukan jika ketentuan pemerintah mengijinkan.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 3 / 22
Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai wajarnya.
Permasalahannya di Indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak mendukung standar ini.
Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas dikenai pajak final sebesar 10% dan
harus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak
menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva
turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan memakai revalution model dan setiap
tahun harga asetnya meningkat, maka setiap tahun harus membayar pajak final. Padahal
kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila
aturan perpajakan tidak mendukung, maka dapat dipastikan perusahaan akan enggan
menerapkan revaluation model. Bukan hanya sistem pajaknya saja yang memberatkan, bila
perusahaan memakairevaluation model, maka siap-siap untuk keluar uang lebih banyak untuk
menyewa jasa penilai. Hal ini dikarenakan banyaknya aset tetap yang btidak memiliki nilai
pasar sehingga ketergantungan kepada jasa penilai (assessor) akan besar untuk menilai aset-
aset ini

3. Kurang siapnya SDM dan dunia pendidikan di Indonesia


IFRS hanyalah alat untuk mencapai kemudahan dalam berinvestasi. Yang akan menggunakan
dan mengoptimalkan alat tersebut tidak lain tidak bukan hanyalah manusia itu sendiri
meskipun akan sedikit di bantu dengan teknologi informasi. SDM di Indonesia haruslah dapat
memahami dengan baik apa itu IFRS. Tentunya SDM-SDM yang berhubungan langsung
dengan laporan keuangan baik praktisi, pemerintah, hingga akademisi.
Salah satu kelemahan SDM Indonesia adalah kesulitan dalam menerjemahkan IFRS. Jadi
dalam menerjemahkan dan memahami IFRS membutuhkan waktu yang tidak singkat. Padahal
perubahan-perubahan di IFRS adalah sangat cepat, sehingga saat IFRS yang sudah selesai
diterjemahkan terkadang IFRS yang tidak lagi berlaku. Kondisi ini berbanding terbalik
dengan Negara lain yang langsung mengambil teks asli IFRS tanpa menerjemahkannya
terlebih dahulu.
penerapan IFRS dapat memberikan manfaat bagi iklim investasi di Indonesia.Akan
tetapi terdapat beberapa kendala yang dapat menghalangi atau mempengaruhi penerapan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 4 / 22
IFRS di Indonesia.Menurut Perera dan Baydoun (2007) ada 4 aspek yang dapat menjadi
kendala penerapan IFRS di Indonesia.Empat aspek tersebut adalah (1) aspek lingkungan
sosial; (2) aspek lingkungan organisasi; (3) Aspek lingkungan Profesi; dan (4) Aspek
lingkungan individu.

1. Aspek Lingkungan Sosial


Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai budaya yang berbeda dengan nilai budaya asal
IFRS dapat mempengaruhi proses pelaksanaan penerapan IFRS di Indonesia. IFRS yang
dikembangkan di negara Anglo-Saxon yang cenderung memiliki nilai budaya indivilualisme
yang tinggi dan jarak kekuasaan (power distance) yang rendah dapat terkendala penerapannya
di Indonesia yang memiliki nilai budaya berkelompok yang tinggi dan jarak kekuasaan yang
juga tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat profesionalisme akuntan.
Selain itu penegakan aturan (Penerapan IFRS bagi perusahaan-perusaahn di Indonesia) juga
diragukan.ini dikarenakan nilai budaya rakyat Indonesia yang cenderung melihat seseorang
dengan pangkat lebih tinggi juga memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga dapat
menjadi sumber penyelewengan.

2. Aspek Lingkungan Organisasi


Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya mendanai kegiatan usaha mereka
dengan menggunakan pinjaman dari bank.Pendanaan perusahaan melalui pasar modal saat ini
masih cenderung minim. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hanya
442 perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun
2009 mengestimasi perusahaan di Indonesia sebanyak 25.077 perusahaan. Keadaan ini dapat
menjadi kendala untuk penerapan IFRSs karena kecenderungan pembiayaan perusahaan
masih kepada sektor perbankan. Bank normalnya dapat memiliki akses langsung ke informasi
keuangan perusahaan sebagai penyedia dana utama. Hal ini mengakibatkan perusahaan belum
merasa butuh untuk menerapkan standar keuangan internasional yang telah terkonvergensi
dalam PSAK.Dapat diasumsikan bahwa perusahaan menganggap manfaat dari penggunaan
IFRS lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk mengadopsi standar tersebut.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 5 / 22
3. Aspek Lingkungan Profesi
Penerapan IFRS di Indonesia seharusnya dibarengi dengan penataan dan penyediaan sumber
daya manusia sebagi motor pelaksanaan standard tersebut. Profesi akuntan di Indonesia
memiliki 4 kategori keanggotaan :
a. Register A: anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktek selama beberapa
tahun atau menjalankan usaha praktek akuntansi pribadi atau kepala dari kantor
akuntansi pemerintah;
b. Register B: akuntan public asing yang telah diterima oleh pemerintah Indonesia dan
telah berpraktek untuk beberapa tahun;
c. Register C: akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia;
d. Register D: akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan akuntansi atau
memegang sertifikat yang telah dievaluasi oleh komite ahli dan dipertimbangkan
setara dengan gelar akuntansi dari universitas negeri. (Yunus, 1990 dalam Perera dan
Baydoun, 2007, p.213). Kebanyakan dari akuntan yang ada di Indonesia adalah
akuntan dengan kategori D, sehingga sumber daya manusia untuk melaksanakan
standard akuntansi secara memadai masih kurang.

4. Aspek Lingkungan Individu


Nilai budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan kolektivisme dan cenderung memiliki
jarak kekuasaan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap lemahnya pengembangan dan
penerapan IFRS di Indonesia.Para professional dikuatirkan bersikap pasif terhadap draft-draft
eksposur karena menganggap tidak perlu berpartisipasi dalam pembuatan standard (sebagai
efek dari tingginya jarak kekuasaan).

Konvergensi IFRS di Indonesia


Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan
telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 6 / 22
beda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-
masing negara tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan
persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi
Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas
negara.
Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam
konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi
dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka
konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) terhadap IFRS.
Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari
Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan
rencana Indonesia untuk convergence terhadap International
Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan.
Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk
penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam
dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS
merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan
dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia.
Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan
orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh
dunia.Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap
IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh
entitas.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 7 / 22
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa
Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar
daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat
semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor,
maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
a. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
b. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS.
c. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.

Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS


dapat dibedakan menjadi lima tingkat:
a. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan
IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
b. Adopted; Maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di
negara tersebut.
c. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor
standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 22
d. Referenced (konvergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu
pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan
pembuat standar.
e. Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS

Warsono (2011) mengungkapkan, dalam menggambarkan tingkat implementasi IFRS,


terdapat beberapa terminologi yang lazim digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Harmonisasi; standar nasional dan IFRS merupakan dua standar yang berbeda tetapi
terdapat kesepakatan untuk menjaga keserasian diantara keduanya. Standar nasional boleh
berbeda sepanjang tidak mengganggu keserasian hubungan dengan IFRS. Modifikasi standar
nasional dilakukan dalam intensitas yang relatif kecil.
2. Adaptasi; standar nasional diusahakan menyesuaikan diri dengan IFRS. modifikasi
terhadap standar nasional mungkin dilakukan dalam intensitas yang cukup besar agar standar
nasional dapat bertahan dalam lingkungan IFRS.
3. Konvergensi; standar nasional dan IFRS yang berasal dari titik awal yang berbeda
menuju kepada satu standar yang memiliki karakteristik umum yang dimiliki oleh kedua
standar tersebut.
4. Adopsi; standar nasional, kecuali jika sudah sama dengan IFRS, ditinggalkan dan
berpindah menuju penerapan IFRS sepenuhnya. Berdasarkan roadmap yang telah disusun IAI,
program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap adopsi (2008-2010),
tahap persiapan akhir (2011), dan tahap implementasi (2012). Pada tahun 2009, Indonesia
belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listing di BEI menggunakan IFRS sepenuhnya

Dampak Penerapan IFRS


Dampak penerapan IFRS untuk bidang pendidikan antara lain :
1) Perubahan mind stream dari rule based ke principle based
2) Banyak menggunakan professional judgement
3) Banyak menggunakan fair value accounting

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 22
4) IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan
IFRS lain
5) Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain.
6) Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS.

Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian
Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:

1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based


Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid,
melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti
untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.

2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan


Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita
gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah
yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang
harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu
harus didokumentasikan.

3. Penggunaan Fair Value Accounting


Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai
adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 10 / 22
adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan
instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.

4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan


Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan.

Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International
Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh
IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan
pengembangan standar yang dilakukan. International Financial Reporting Standars
mencakup:
a. International Financial Reporting Standars (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001
b. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
c. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) –
sebelum tahun 2001

International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan


akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan
disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan
hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang
mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk
itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 / 22
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan
standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan
disajikan dengan basis ‘true and fair (IFRS framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS
berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa
dimengerti oleh pasar dunia (global market).

Manfaat menggunakan suatu standar yang berlaku secara internasional (IFRS) yang bisa
dirasakan oleh perusahaan adalah:
1. Penurunan dalam hal biaya
2. Penurunan / pengurangan resiko ketidakpastian dan misunderstanding
3. Komunikasi yang lebih efektif dengan investor
4. Perbandingan dengan anak perusahaan dan induk persahaan di negara yang berbeda
dapat dilakukan
5. Perbandingan mengenai contaractual terms seperti lending contracts dan bonus atas
kinerja manajemen.

Membahas tentang IFRS, saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi
standar akuntansi ini antara lain, tentunya IASC (International Accounting Standar
Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic
Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya
harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional,
organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions).
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak negara yang
telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standar
nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna
laporan keuangan lainnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 22
Dibalik kesuksesan IFRS, banyak pula pro dan kontra dalam penerapan standar internasional,
namun seiring waktu, standar internasional telah bergerak maju, dan menekan negara-negara
yang kontra. Contoh : komisi pasar modal Amerika Serikat (AS) yang bernama SEC, tidak
menerima IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan
yang mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam tekanan yang makin
meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para pembuat laporan
non- AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan standar
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas
batas.
SAK konvergensi efektif per 1 Januari 2012 terdapat dalam tabel dibawah ini:
1. PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
2. PSAK 13 Properti Investasi
3. PSAK 16 Aset Tetap
4. PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
5. PSAK 24 Imbalan Kerja
6. PSAK 28 Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian
7. PSAK 30 Sewa
8. PSAK 33 Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Pertambangan Umum
9. PSAK 34 Kontrak Konsruksi
10. PSAK 36 Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian
11. PSAK 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
12. PSAK 46 Pajak Penghasilan
13. PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian
14. PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham
15. PSAK 56 Laba Per Saham
16. PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
17. PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
18. PSAK 62 Kontrak Asuransi
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 13 / 22
19. PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
20. PSAK 64 Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral
21. ISAK 13 Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
22. ISAK 15 PSAK 24 – Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan
Interaksinya
23. ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa
24. ISAK 18 Bantuan Pemerintah – Tidak Berelasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi
25. ISAK 19 Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK 63: Pelaporan
Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi
26. ISAK 20 Pajak Penghasilan- Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para
Pemegang Saham
27. ISAK 22 Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan
28. ISAK 23 Sewa Operasi – Insentif
29. ISAK 24 Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal
Sewa
30. ISAK 25 Hak Atas Tanah
31. PPSAK 8 Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian
32. PPSAK 11 Pencabutan PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi

Ada tiga perbedaan mendasar, yaitu:


1. PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi
Fair Value based.
Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali
keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value based
mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain hal-hal
lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat
penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan
keakuratan atas suatuatas suatu laporan keuangan.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 14 / 22
2. PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based.
Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya.
Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas 75% dianggap
material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk
mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan Akuntan /
Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.

3. Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang


dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal.
Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures) penting
dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-
benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih baik.
Komponen Laporan Keuangan sebelum Konvergensi IFRS:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan setelah IFRS:


1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 22
Perbedaan SAK ETAP VS PSAK – IFRS
1. Materi SAK ETAP lebih sederhana sedangkan PSAK – IFRS complicated dan rumit.
2. SAK ETAP cenderung menggunakan basis stewardship sebagai pertanggungjawaban
pengelola kepada stakeholder sehingga cenderung menggunakan prinsip reliability,
sedangkan PSAK – IFRS telah bergeser untuk pemenuhan user dalam pengambilan
keputusan sehingga cenderung menggunakan prinsip relevan.
3. SAK ETAP tidak mengatur pajak tangguhan
4. SAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas.
5. SAK ETAP menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan menggunakan
metode ekuitas untuk anak perusahaan.
6. SAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55.
7. SAK ETAP hanya menggunakan model cost untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan
properti investasi. PSAK-IFRS boleh memilih cost model atau model reavaluasi.

Perbedaan PSAK dengan PSAK-IFRS


IFRS
1. Sumber: IAS 1, Presentation of Financial Statements
2. Neraca:
Penyajian bukan aset lancar ataupun aset tidak lancar,hanya bila penyajian likuiditas lebih
relevan dan dapat diandalkan untuk item tertentu
3. Laporan Kinerja Keuangan:
Laporan laba rugi komprehensip
4. Laporan Laba/Rugi:
Tidak memiliki format standar meskipun pengeluaran harus disajikan dengan memilih
salah satu dari dua format
5. Laporan Arus kas(format dan metode):
Pos standar tetapi ketentuan terbatas pada isinya. Menggunakan metode langsung atau
metode tidak langsung
6. Pos Luar biasa:
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 16 / 22
Didalam IFRS dilarang
7. Penyajian Keuntungan dan Kerugian yang diakui /Pendapatan Komprehensif lainnya:
Menyajikan laporan keuangan yang mengakui keuntungan dan kerugian dalam catatan
terpisah ataupun tidak pada laporan perubahan ekuitas pemegang saham
8. Hasil Presentasi Perusahaan Asosiasi:
Menggunakan metode ekuitas yang menunjukkan hasil saham sesudah pajak
9. Pengungkapan Signifikan Tentang Asosiasi:
Memberikan informasi yang rinci atau signifikan atas aktiva , kewajiban ,pendapatan dan
hasil
10. Tanggung Jawab Laporan Keuangan:
Tidak diatur
11. Komponen Laporan Keuangan:
Laporan posisi keuangan,Laporan laba-rugi

PSAK
1.Sumber:
PSAK No.1 ( Revisi 1998),Penyajian Laporan keuangan
2. Neraca:
Memerlukan penyajian aset lancar maupun aset tidak lancar kecuali untuk industri
tertentu seperti bank
3. Laporan Kinerja Keuangan:
Laporan laba rugi
4. Laporan Laba/Rugi:
Sama seperti IFRS. Tetapi ,ada perbedaan rincian pada item yang disajikan pada laporan
pendapatan yang diterima di muka
5. laporan Arus kas(format dan metode):
Sama dengan IFRS tetapi dalam beberapa entitas harus menggunakan metode langsung
6. Pos Luar biasa:
Item pos luar biasa masih harus dilaporkan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 17 / 22
7. Penyajian Keuntungan dan Kerugian yang diakui /Pendapatan Komprehensif lainnya:
Diakui adanya keuntungan dan kerugian yang disajikan dalam laporan perubahan
ekuitas pemegang saham
8. Hasil Presentasi Perusahaan Asosiasi:
Secara khusus tidak memerlukan penunjukkan hasil saham sesudah pajak
9. Pengungkapan Signifikan Tentang Asosiasi:
Pengungkapan yang kurang dibandingkan dengan IFRS .Informasi yang signifikan
aktiva , kewajiban ,pendapatan , dan hasil yang tidak diperlukan
10. Tanggung Jawab Laporan Keuangan: Manajemen
11. Komponen Laporan Keuangan: Neraca, Laporan laba-rugi,Laporan arus kas, Laporan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 18 / 22
Latihan
Pilihlah jawaban yang tepat

1. Berdasarkan kerangka konseptual yang saat ini dikembangkan oleh IFRS, karakteristik
kualitatif fundamental laporan keuangan adalah:
a. Relevance and Reliable
b. Relevance and Comparable
c. Relevance and Faitful Representation
d. Relevance and Unsderstandable
2. Berikut ini alasan yang tepat mengapa penghasilan komprehensif lain diklasifikasikan atas
komponen yang akan direklasifikan ke laba rugi tahun berjalan dan tidak?
a. Untuk memahami dampak penghasilan komprehensif lain terhadap laba rugi
tahun berjalan pada periode berikutnya
b. Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan dari satu periode ke periode
berikutnya
c. Untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan
d. Untuk menggambarkan penghasilan periode sekarang dan periode berikutnya
3. Berikut ini adalah alasan mengapa penghasilan komprehensif lain disajikan terpisah dari
penghasilan tahun berjalan:
a. Ekuitas entitas telah bertambah/berkurang sehingga harus diakui sebagai penghasilan
b. Penghasilan tersebut telah menambah ekuitas sehingga harus tercermin pada kinerja
perusahaan
c. Entitas belum memperoleh kas atau mengeluarkan kas akibat perubahan ekuitas
tersebut
d. Proses memperoleh penghasilan atau tersebut belum selesai.
4. Berikut ini adalah alasan mengapa penghasilan komprehensif lain disajikan terpisah
dari penghasilan tahun berjalan:
a. Ekuitas entitas telah bertambah/berkurang sehingga harus diakui sebagai
penghasilan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 19 / 22
b. Penghasilan tersebut telah menambah ekuitas sehingga harus tercermin pada kinerja
perusahaan
c. Entitas belum memperoleh kas atau mengeluarkan kas akibat perubahan ekuitas
tersebut
d. Proses memperoleh penghasilan atau tersebut belum selesai.
5. Standar akuntansi keuangan di Indonesia saat ini mengadopsi dari International
Financial Reporting Standar. Manakah yang merupakan karakteristik IFRS?
a. Dalam penilaian aset dan liabilitas hanya menggunakan nilai wajar
b. Memberikan pengaturan pengungkapan yang lebih banyak
c. Standar lebih bersifat rule based dan mengatur hal-hal secara detil
d. Standar membutuhkan judgment yang lebih sedikit dalam penerapannya.
6. Implikasi tidak diaturnya pajak final secara khusus dalam PSAK 46 Pajak
Penghasilan adalah
a. Pajak final akan diakui sebagai pengurang penjualan
b. Pajak final bukan merupakan pajak penghasilan menurut PSAK 46 sehingga
tidak diakui sebagai beban pajak kini.
c. Penghasilan yang dikenakan pajak final akan menimbulkan pajak tangguhan yang
akan diakui dalam laporan laba rugi
d. Pajak final akan diakui sebagai beban pajak kini karena merupakan pajak terutang
yang harus dibayar pada saat penjualan terjadi
7. Jika Entitas memiliki aset pajak tangguhan, pernyataan berikut yang tepat adalah:
a. Aset pajak tangguhan yang diakui tidak boleh diturunkan nilainya sesuai dengan
konsep nilai perolehan.
b. Aset pajak tangguhan diturunkan nilainya jika manfaat masa depan aset
tersebut tidak dapat diperoleh perusahaan.
c. Aset pajak tangguhan diturunkan nilainya mengikuti ketentuan dalam PSAK 48:
Penurunan Nilai
d. Aset pajak tangguhan dinilai sebesar nilai wajar pada tanggal pelaporan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 20 / 22
Daftar Pustaka

1. Debra C. Jeter, Paul K. Chaney, Advanced Accounting, international student version,


5th ed., John Wiley and Sons, 2012 (Jet)
2. Baker, Lembke, Advanced Accounting, Advanced Financial Accounting An
Indonesian Perpective, 7th ed., Salemba Empat dan Mc GrawHill, 2009. (Bak)
3. Hamizar, Suhajar Wiyoto, Advanced Accounting, Suatu Aplikasi Perusahaan
Indonesia berbasis PSAK & IFRS, Lentera Ilmu, 2011. (Suh)
4. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba, PSAK revisi 2017

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 21 / 22

Anda mungkin juga menyukai