Anda di halaman 1dari 144

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Dalam blognya Irzal Maryanto, beliau mengutip
pendapat Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, disana dijelaskan
bahwa salah satu target negara Indonesia yang harus
dicapai dalam tahun 2025 melalui Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah
masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadilan
sosial. Dan sasaran Indonesia dalam 2035 adalah
pemerintah menargetkan Indonesia sudah menjadi
negara industri yang tangguh.1 Lalu pertanyaannya
adalah siapa yang akan berkecimpung dan mempunyai
peranan penting dalam roda pembangunan saat itu ?
Tentu adalah pemuda dan pemudi yang dimiliki oleh
Indonesia saat ini. Memang generasi muda sekarang ini
menjadi bahan pembicaraan oleh semua kalangan
masyarakat, karena generasi muda adalah generasi
penerus bangsa yang nantinya sebagai pemegang nasib
bangsa ini, maka generasi mudalah yang menentukan
semua apa yang dicita-citakan bangsa dan Negara ini.
Dengan demikian, peran aktif pemuda adalah sangat
penting demi kemajuan dan pembangunan bangsa
Indonesia kedepan. Semangat juang dan jiwa harus

1http://www.mahfudztejani.com/2014/10/sumpah-pemuda-pemuda-sebagai-aset-

bangsa, diakses pada hari senin 20 Juni 2016. Pukul. 12:51 Wib.
1
senantiasa berkembang dan penuh kepekaan serta
kepedulian terhadap lingkungannya, masyarakat,
bangsa dan negaranya bahkan kepada dunia luas.
Pemuda sebagai agen perubahan (agent of change),
senantiasa menjadi penggerak kemajuan dalam
berbagai dimensi kehidupan. Jadi, para pemuda-
pemudi seharusnya dapat memahami hal ini bahwa
kita sebagai pemuda sangat diharapkan menjadi
generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya, generasi kita harus mengisi dan
melanjutkan estafet pembangunan di negeri ini.
Pemuda merupakan sosok yang selalu membawa pada
perubahan. Perubahan dalam tatanan kehidupan suatu
zaman dipengaruhi oleh peranan pemuda. Seorang
pemuda hendaknya dari hari ke hari mengalami
perubahan yang positif dalam kehidupannya. Sungguh
merugikan bila seorang pemuda dalam hidupnya
mengalami stagnan atau bahkan lebih buruk dari hari
kemarin.
Keberhasilan pemuda dalam menjalani berbagai
rintangan hidup dengan perubahan yang baik akan
menjadi dasar bagaimana ia membawa perubahan di
lingkungan sekitarnya dan yang lebih luas dari itu.
Perubahan disini bukan hanya dalam segi materi
saja atau secara fisikal, akan tetapi juga dapat
membawa perubahan pada rohani atau secara spiritual.
Dan itulah prinsip dari perubahan. Keseimbangan

2
antara materi dan spiritual ini sangat penting. Tidak
boleh hilang diantara keduanya.
Pada masa sekarang ini, pemuda sungguh berat
tantangan kehidupannya dalam menapaki titian jalan
yang lurus yang tidak menyimpang dari norma, adat
dan agama. Lihat saja aktivitas anak-anak muda zaman
sekarang ini sungguh sangat memprihatinkan sekaligus
sangat disayangkan. Betapa tidak, pemuda dan remaja
sekarang sudah banyak yang terlibat dalam tindak
kriminal, mulai dari ngelem, pencurian, mabuk-
mabukan, penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas
(yang mengarah kepada seks bebas), keluyuran tak
tentu arah dan tujuan yang jelas (seperti anak-anak
punk), dan lain sebagainya.
Di zaman yang serba modern ini, pemuda-remaja
semakin lupa dengan apa yang seharusnya mereka
kerjakan sebagai generasi penerus. Kewajiban kita
sebagai generasi pemuda-remaja adalah belajar, patuh
pada orangtua dan juga agama, namun harapan ini
hanya tinggal harapan, karena sangat berbeda dengan
fakta kehidupan anak muda-remaja sekarang ini,
mereka lebih mementingkan hura-hura (hedonis) dan
memperturutkan hawa nafsu daripada menjalankan
kewajibannya.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai remaja-pemuda
Kristen dalam menghadapi berbagai tantangan dan
godaan yang selalu menghampiri kita setiap waktu.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus kita
3
lakukan dalam menghadapi berbagai tantangan
tersebut:
Pertama, hidup sesuai dengan firman Tuhan.
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan
kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan
firman-Mu”. Maz. 119:9. Kehidupan yang dibangun
berdasarkan firman Tuhan dan berorientasi pada
kemuliaan Allah merupakan modal utama dalam
menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang ada
saat ini. Keteguhan hati untuk berpegang pada firman
Allah secara benar dan bertanggung jawab, maka kita
akan terhindar dari berbagai pengaruh dan godaan.
Kedua, berjalan bersama Tuhan. Pemazmur
menulis, “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang
yang hidupnya berkenan kepada-Nya” (Mzm. 37:23).
Raja Daud memberikan gambaran indahnya tentang
pemeliharaan Allah bagi orang yang setia pada-Nya.
Berjalan bersama Tuhan tidak pernah mengecewakan,
tetapi sebaliknya “Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka
yang mengasihi Dia…” Roma 8:28. Kita berjalan ke arah
yang tepat, apabila kita berjalan bersama dengan Allah.
Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya,
karena Dia itu baik bagi semua orang.
Ketiga, bergaul dengan orang yang tepat. Tidak
dapat dimungkiri bahwa masa muda adalah masa suka
berkumpul. Ikatan emosional dengan teman/sahabat
jauh lebih kuat daripada dengan keluarga. Namun,
4
perlu diperhatikan bahwa "pergaulan yang buruk
merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33).
Menghadapi situasi ini, pilihan terbaik adalah bergaul
dengan orang yang dapat membangun dan mendukung
dari sisi kerohanian.
Keempat, penguasaan diri yang benar. Gal. 5:23.
Penguasaan diri (temperance) adalah segala sikap,
perbuatan, perkataan dan pikiran yang didasarkan
pada pengetahuan akan firman Tuhan. Menguasai diri
berarti menahan diri untuk tidak melakukan suatu
keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Keinginan diri sendiri akan membawa kepada
kesesatan. Keinginan duniawi ialah keinginan mata
(keserakahan), keinginan daging (hawa nafsu),
keangkuhan hidup. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan,
kita bertanggung jawab untuk tetap menguasai diri di
tengah godaan duniawi. Tentunya kita mustahil untuk
melakukan itu seorang diri, jadi kita harus meminta
pertolongan dari Tuhan untuk mengendalikan diri kita
ini. Seperti tertulis di I Petrus 4:7a "Kesudahan segala
sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu." Di
dunia ini tidak ada yang kekal. Jadi buat apa kita
mengejar sesuatu yang tidak kekal? Selain itu, kitab
Amsal juga menulis "Orang yang sabar melebih
pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi
orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).
Kelima, kesadaran tentang panggilan Tuhan. Allah
memanggil Yeremia untuk menjadi seorang nabi bagi
5
bangsa Israel. Tuhan berkata kepadanya: “Sebelum aku
membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Yeremia 1:5.
Awalnya, Yeremia tidak mengerti apa-apa tentang
panggilan Tuhan atas hidupnya. Sama hal dengan kita
yang ada saat ini, kita seringkali tidak mengerti apa
tujuan Tuhan dalam hidup ini, saking kita tidak
mengerti dan memahamai maksud-Nya, kita sering
berjalan sesuai dengan kehendak kita sendiri, maka
jangan heran kalau banyak anak-anak remaja-pemuda
diluar sana yang hidupnya berantakan.
Kesadaran akan panggilan Tuhan adalah
kesempatan yang baik untuk melakukan kehendak
Tuhan. Kita harus menyadari hal itu bahwa Tuhan
memanggil kita untuk menjadi alat-Nya di bumi ini.
Sadar atau tidak, Allah memiliki rencana besar atas
setiap hidup kita. Allah tidak melihat latar belakang
kehidupan kita sebelumnya, tidak melihat keterbatas
dan kekuarangan kita, tetapi Dia melihat bahwa kita
mampu untuk melakukan apa yang Dia mau. “Ah,
Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai
berbicara, sebab aku ini masih muda. Tetapi TUHAN
berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih
muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah
engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan
6
kepadamu, haruslah kausampaikan” Yer. 1:6-7. Lagi-lagi
alasan yang disampaikan oleh Yeremia kepada Tuhan,
Tuhan tidak pedulikan, karena Tuhan tahu bahwa anak
muda ini memiliki pengaruh, potensi dan kemampuan
dalam memimpin nantinya. Bambang Yudho
menjelaskan bahwa “Seorang pemimpin haruslah orang
yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain. Tanpa memiliki kemampuan tersebut,
seseorang mustahil menjadi pemimpin”.2 Memang
betul juga pada akhirnya Yeremia adalah seorang yang
dihormati oleh para pemimpin pada saat itu, sekalipun
pada awalnya kepemimpinannya dia mengalami
banyak pergumulan dengan masalah-masalah yang
ada. Tetapi karena dia mempunyai semangat juang dan
motivasi yang tinggi maka semuanya bisa diatasi
dengan baik.
Jadikan masa muda adalah masa keemasan yang
penuh dengan manfaat dan kebaikan, sebelum datang
masa tua, maka waktunya manfaatkan masa muda itu
untuk menanam kebaikan kepada semua orang dan
menjadi bagian dari sejarah bangkitnya kejayaan
Indonesia.

B. Pengertian pemuda secara umum


Saya telah menjelaskan sebelumnya bahwa di
pundak pemuda terdapat bermacam-macam harapan,

2 Bambang Yudho, Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kristen, (Yogyakarta: Andi Offset,

2009), hlm. 6
7
karena mereka diharapkan dapat menjadi generasi
penerus untuk bangsa ini. Dalam bagian ini saya akan
memaparkan pengertian pemuda secara umum.
Tujuannya adalah agar pembahasan lebih terarah dan
dapat dimengerti oleh pembaca nantinya.
Pemuda adalah generasi penerus bangsa, dimana
sosok pemuda diharapkan dapat melanjutkan
perjuangan dari generasi sebelumnya. Suatu bangsa
pastinya memiliki harapan yang besar agar pada masa
yang akan datang para pemuda dapat menjadikan
bangsa Indonesia ini bangsa yang lebih maju.Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat bahwa pemuda
merupakan lapisan eksponental bangsa, yang
berjumlah 30% dari jumlah seluruh bangsa Indonesia
dan merupakanlapisan yang penuh dengan dinamisme,
vitalitas heroism.3 Oleh karenanya para pemuda ini
memiliki beban untuk mewujudkan harapan dan cita-
cita bangsa dari generasi sebelumnya.Bung Karno,
menegaskan bahwa pemuda adalah tulang punggung
bangsa. Pemuda adalah harapan bangsa. Pemuda
adalah masa depan bangsa. Menurut hemat saya bahwa
pemuda ini bukan hanya sekedar tulang punggung dan
masa depan bangsasaja seperti yang di sampaikan oleh
Bung Karno di atas, tetapi pemuda adalah tulang
punggung keluarga, gereja dan bangsa.

3 Surakhmad, Winarno, Psikologi Pemuda, (Bandung: Jemmars, 1980, hlm. 4


8
Di atas telah dikemukakan bahwa pemuda adalah
generasi muda merupakan istilah demografis dan
sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar
pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa
yang dimaksud pemuda adalah;
a. Dilihat Dari Segi Biologis
 Bayi : 0-1 tahun
 Anak : 1-12 tahun
 Remaja : 12-15 tahun
 Pemuda : 15-30 tahun
 Dewasa : 30 tahun ke atas
b. Dilihat dari segi budaya
 Anak : 0-12 tahun
 Remaja : 13-18 tahun
 Dewasa : 18-21 tahun ke atas
c. Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda
dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon
yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang
diambi antara 18-22 tahun.
d. Dilihat dari ideologis politis, maka generasi muda
adalah calon pengganti dari generasi terdahulu,
dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan
kadang-kadang sampai umur 40 tahun.
e. Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup
tempat diperoleh ada 3 kategori:
1. Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku
sekolah.

9
2. Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di
Universitas atau perguruan tinggi.
3. Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun
perguruan tinggi, usia antara 15-30 tahun.
Berdasarkan pengelompokan diatas, maka yang
dimaksud dengan pemuda adalah golongan manusia
berusia muda antara 15-30 tahun.4Secara biologis
manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda
kedewasaan seperti adanya perubahan fisik baik laki-
laki maupun perempuan. Namun, di dalam masyarakat,
pemuda merupakan satu identitas yang potensial.
Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya.5Sedemikian pentingnya
kedudukan dan peranan pemuda, sampai-sampai Bung
Karno berucap,’’ Seribu orang tua hanya dapat
bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”
Bung Karno juga kerap kali berseru, “Beri aku seribu
orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan
Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang
membara cintanya kepada Tanah Air, dan dengan
mereka aku akan mengguncang dunia.”
Pemuda menjadi penting bukan saja karena bagian
terbesar penduduk Indonesia saat ini berusia muda,
tetapi penting karena berbagai alasan antara lain,

4Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 69-
70.
5 Iommi Ghiffari Araya_https://iommigaraya.wordpress.com/2015/11/25/tugas-2-

ilmu-sosial-dasar, diakses pada hari selasa, 21 juni 2016. Pukul. 17:20 Wib
10
pertama, pemuda adalah generasi penerus yang akan
melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa; kedua,
kelangsungan sejarah dan budaya bangsa, corak dan
warna masa depan suatu bangsa akan sangat
ditentukan oleh arah persiapan atau pembinaan dan
pengembangan generasi muda pada saat ini; ketiga,
terjaminnya proses kesinambungan nilai-nilai dasar
negara. Yaitu dipandang dari sudut semangat
kepemudaan yakni sumpah pemuda 1928, proklamasi
1945, Pancasila dan UUD 1945.6

C. Mengenal masalah pemuda saat ini


Usia muda adalah suatu masa antara anak-anak dan
dewasa dimana suatu masa mencari jati diri yang pada
umumnya orang mengambil keputusan-keputusan
terpenting dalam kehidupannya pada masa mudanya.
Usia muda, yaitu remaja dan pemuda, disepakati oleh
para ahli jiwa sebagai masa krisis identitas. Masa-masa
ini pribadi seseorang masih labil atau bingung mencari
jati dirinya.7 Perkembangan pikiran, masa ini ditandai
pula dengan mulai digunakannya mekanisme
pertahanan ego. Artinya bahwa usia remaja dan
pemuda adalah masa krisis identitas. Kita sering
menjumpai para remaja dan pemuda dalam kehidupan
setiap hari saat ini, bahwa mereka memiliki suatu

6
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 83.
7file:///D://SABDA.org_PUBLIKASI_e-JEMMi_Edisi Vol.013_2010., diakses pada hari
selasa, 21 Juni 2016. Pukul. 17:25 Wib
11
keinginan yang besar untuk dapat diterima oleh
teman-teman sebayanya. Dan mereka
memperhatikan apa yang orang lain pikirkan mengenai
diri mereka.
Mereka kuatir mengenai bagaimana orang lain
memperhatikan mereka secara jasmani (penampilan:
terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu
kurus, pemahaman mengenai seks) dan secara mental
(kepandaian: terlalu pandai atau terlalu bodoh).
Mereka pun memperhatikan para teman, guru,
olahragawan, personal media sebagai contoh bagi diri
mereka. Sehingga pada akhirnya mereka melakukan
apa saja demi tercapainya suatu keinginan tersebut.
Jadi, masa seperti ini adalah masa labil atau
bingung mencari jati dirinya. Misalnya tipu muslihat
untuk sekadar bergurau, membual demi menutupi rasa
iri, membantah kesalahan dengan alasan rasional, dan
sebagainya. Tumbuhnya rasa kepemilikan (sense of
beloging) dalam berkelompok. Demi kekompakan
dengan teman sebaya sanggup berbuat apa saja,
bahkan mungkin hal-hal yang bertentangan dengan
prinsip dan suara hati sekalipun. Tidak heran bila pada
usia ini banyak yang terjebak dalam aksi ikut-ikutan.
Singgih D. Gunarsa & Yuliana Singgih D. Gunarsa,
mengatakan bahwa salah satu masalah yang sangat
mempengaruhi kehidupan kaum muda masa kini
adalah perubahan teknologi dan modernisasi, dalam
berbagai sektor yang berhubungan dengan kehidupan
12
manusia, demikian pesat sehingga memengaruhi
keseimbangan dan keserasian, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Rangsangan dari berbagai perubahan dan kemajuan ini
tidak mungkin dihindari remaja.8
Jadi,berdasarkan penjelasan di atas, maka saya akan
menguraikan beberapa penyebab terjadinya krisis atau
persoalan-persoalan yang sering dihadapi oleh remaja
dan pemuda saat ini, yaitu:
Pertama, kebutuhan akan figur keteladanan dari
orang tua sangat lemah; kedua, sikap apatis. Sikap
apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak
sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau
melibatkan diri di dalamnya; ketiga, kecemasan dan
kurangnya harga diri. Banyak kaum muda yang
mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk
“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman
keras, obat penenang, seks dan lainnya); keempat,
ketidakmampuan untuk terlibat. Kecenderungan untuk
mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir
ekonomis, membuat para remajadan pemuda sulit
melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam
hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat;
kelima, perasaan tidak berdaya. Perasaan tidak berdaya
ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin

8Singgih D. Gunarsa & Yuliana Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak, Remaja, dan

Keluarga, (Jakarta: Libri, 2011), hlm. 99


13
menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat
modern; keenam, pemujaan akan pengalaman.
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak
muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks
pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba.
Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yang keliru tentang
pengalaman.
Hal-hal di atas sangat berpengaruh besar dalam
kehidupan rohani remaja dan pemuda, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam berkomitmen
untuk melayani Tuhan. Pelayanan serta kegiatan
rohani lainnya adakalanya hanya dinilai sebagai
peralihan dalam usia muda. Biasanya pada masa muda
pulalah orang mengambil keputusan mengenai
perkara-perkara rohani yang kekal. Raines dan
Richardson menjelaskan bahwa “Kebanyakan orang
memutuskan untuk menjadi orang Kristen pada usia
antara 12 dan 14 tahun. Dikatakan bahwa 95 persen dari
semua orang Kristen diselamatkan pada waktu mereka
berumur 18 tahun; dan hanya 2 persen yang
diselamatkan sesudah usia 21 tahun. Tidaklah
mengherankan jika oarng berkata, bahwa keputusan-
keputusan yang diambil pada masa muda, dimana dua
jalan kehidupan terbuka bagi kita yaitu yang satu

14
berjalan beserta Allah, dan yang lainnya berjalan di
dalam dosa.9
Sungguh ironis memang kehidupan kaum muda
saat ini yang sering dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat yang ada disekitarnya dimana dia hidup
dan bertumbuh.Dalam perubahan batin kaum muda
yaitu segenap jiwa dan rohnya terlibat dalam proses
dewasa dimana emosinya berkembang dan sambil
mendapat isi dan tujuan yang baru. Seorang anak
belum sanggup berpikir secara abstrak, tetapi pemuda
dapat mempergunakan daya pikirannya makin lama
makin tajam dan baik.10 Memang kehidupan kaum
muda perlu dimotivasi dan diarahkan pada tujuan yang
jelas berdasarkan pengajaran Alkitab sehingga
mengalami pembaruan hidup menjadi dewasa dalam
iman. Sebagai pemuda telah mempunyai kemampuan
produktif baik secara fisik, intelek maupun mental. Jika
kemampuan ini diarahkan dan dimanfaatkan secara
sadar dan integral, maka potensi pemuda yang secara
kuantitatif sangat besar itu akan sangat menentukan
dalam pencapaian tujuan program pembangunan
keluarga, masyarakat, gereja dan bangsa
Indonesia.Pemuda-pemudi saat ini telah terpengaruh
oleh pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika,
kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun

9 Raines dan Richardson, Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum Muda, ( Bandung: Kalam

Hidup, 1961), hlm. 8


10 E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2004), hlm. 141


15
yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi
untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi
justru malah disalahgunakan. Peranan pemuda saat ini
dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis.

saat adalah mereka masih hidup di masa lalu. Selain


persoalan-persoalan di atas, kita akan mengetahui apa
saja sumber-sumber kenakalan remaja-pemuda di
zaman sekarang ini.

D. Peran pemuda dalam masyarakat


Rata-rata lima puluh persen (50%) penduduk dunia
adalah di bawah umur 20 tahun (Kaum Muda). Di
Indonesia bahkan enam puluh persen (60%) dari
jumlah penduduk adalah di bawah umur 20 tahun.11
Pemuda dan kepemudaan atau angkatan muda adalah
sebuah entitas spirit yang maha dasyat kekuatannya,
sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang
tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh
semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya.
Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia
yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan
Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh
semangat perjuangan. Artinya pergerakan kaum
mudalah yang mengawali setiap perjuangan

11 T. G. R. Boeker, Dengan Obor Injil Memasuki Tahun 2000, (Malang: Lumen Cristy,

1992, hlm. 17
16
kemerdekaan, setiap perubahan dan pembangunan
bangsa.
Kita harus mengakui hal itu bahwa pemuda
merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader
keluarga, kader masyarakat, kader pemimpin gereja
dan kader pemimpin bangsa Indonesia. Karena,
pemuda selalu diidentikan dengan perubahan betapa
tidak, peran pemuda dalam membangun bangsa ini,
peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran
pemuda yang menolak kekuasaan, peran pemuda
sebagai generasi penerus, peran pemuda sebagai
generasi pengganti dan peran pemuda sebagai generasi
pembaharu.
Agar prinsip-prinsip di atas dapat dipertahankan
oleh kaum remaja dan pemuda saat ini, maka
diperlukan suatu sikap yang positif yang di bangun
melalui:
Pertama, kemurnian idealismen, kedua, keberanian
dan keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan
gagasan-gagasan yang baru; ketiga, semangat
pengabdian kepada masyarakat; keempat, memiliki jiwa
nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami
pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara
global;kelima, sepontanitas, kritis dan dinamis;
keenam, inovasi dan kreativitas; ketujuh, keinginan
untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru;
kedelapan, keteguhan janjinya dan keinginan untuk
menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri;
17
kesembilan, mampu merealisasikan pengalaman-
pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat,
sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada;
kesepuluh, memiliki kepekaan yang tinggi pada
masalah sosial secara murni.
Dari kesepuluh indikator di atas menjadi poin
penting bagi kaum muda dalam berinteraksi dengan
berbagai hal yang ada di masyarakat pada umunya,
agar peran, fungsi dan tanggung jawab pemuda-
pemudi ini bisa teralisasikan dengan baik dimasyarakat
maka kaum remaja dan pemuda-pemudi seharusnya
melakukan hal-hal berikut.
Pertama, memiliki kontribusi positif di masyarakat.
Salah satu kontribusi kaum remaja dan pemuda dalam
masyarakat adalah bergotong royong. Pemuda yang
berkontribusi positif menyadari betul tujuan hidupnya,
dan karena itu berani berbuat sesuatu yang baik bagi
bangsa ini.
Kedua, menghindari permusahan antara satu
dengan lain, antara kelompok dengan kelompok.
Contohnya mereka yang terlibat dalam tawuran antar
warga satu dengan warga lain. Pemuda harus menjadi
penengah dalam setiap persoalan yang ada dalam
masyarakat, tetapi bukan menjadi provokator yang
berujung pada perpecahan.
Ketiga, menciptakan kedamaian. Konsep damai
membawa konotasi yang positif; hampir tidak ada
orang yang menentang perdamaian; Perdamaian dunia
18
merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Firman
Tuhan berkata kepada nabi Yeremia “Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan
berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” Yeremia
29:8. Artinya di mana kita berada, kita harus
mengusahakan kesejahteraannya atau kedamaain
bangsa ini sekalipun banyak kekurangan sana-sini
tetapi paling tidak ada rasa kepedulian.
Kita sering kali sebagai kaum remaja dan pemuda-
pemudi khususnya pemuda Kristen hanya berhenti
sampai tahap mengkritik, menyanggah, atau bahkan
mencela, tetapi tiba waktu mengambil bagian di dalam
masyarakat tersebut, kadang-kadang tidak siap atau
tidak ada waktu. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa
kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen di
tengah-tengah gereja, atau bahkan bangsa dan negara
ini. Salah satunya adalah memberikan pendidikan
pemantapan kesadaran kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara kepada masyarakat yang ada
dan aktif dalam pembangunan masyarakat melalui
sumbangan material dan moral.
Keempat, menjaga sikap kritis. Sikap kritis harus
tetap ada dalam diri remaja dan pemuda, sebagai agen
pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan
yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka
perjuangkan. Tujuannya adalah agar jati diri bangsa
Indonesia yang dikenal religius, ramah tamah,dan
19
kekeluargaan jangan sampai memudar karena
pengaruh-pengaruh global yang bersifat
sekular,anarkis,individualitis,dan materialitis. Oleh
karena itu,peranan pemuda sangat penting mengatasi
memudarnya jati diri bangsa ini.
E. Menggali potensi diri anak muda
Sadar atau tidak sadar bahwa kita ini memiliki
keunikan tersendiri dihadapan Allah. Maksud keunikan
disini adalah memiliki keistimewaan dari yang lain.
Sekalipun kita memiliki banyak kekurangan disana-
sini, namun kita adalah cipta Tuhan yang luar biasa
dari segala cipta lain, karena Allah langsung yang
menciptakan kita menurut gambar dan rupa Allah itu
sendiri, Kej. 1:26-27; Maz. 139:13-15. Artinya memiliki
“gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang
paling sederhana, berarti manusia dibuat menyerupai
Allah itu sendiri.
Jadi, keunikan ini tidak bisa digantikan dengan
apapun, seperti emas, perak, uang atau barang-barang
lain yang sifatnya sementara. Sebab, kita ini lebih
istimewa dan berharga dari apapun yang ada di dunia
ini. Oleh sebab itu, mari kita mengenal keistimewaan
itu berdasarkan kaca matanya Tuhan dan buka
berdasarkan kaca mata dunia (manusia).
Saya melihat dan mengamati masih banyak anak-
anak remaja dan pemuda saat ini yang belum
menyadari dirinya adalah ciptaan Tuhan yang istimewa
dan berharga di mata Tuhan. Padahal jelas-jelas dalam
20
Alkitab berkata “Oleh karena engkau berharga di mata-
Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka
Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan
bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.” Yes. 43:4.
Dari ayat ini sangat jelas bahwa Allah mengasihi
setiap kita bagaimanapun keadaan kita saat ini, Dia
tidak peduli seperti apa latar belakang keluarga kita,
hidup kita dan kemampuan kita, Dia cuma mau hidup
kita lebih dari segala apa yang kita miliki saat ini,
karena bagi Dia tujuan hidup anda jauh lebih besar
daripada prestasi pribadi anda, ketenangan pikiran
anda, atau bahkan kebahagian anda.12Tidak ada yang
salah dalam hidup ini dan tidak ada juga secara
kebetulan semuanya ada dalam rencananya Tuhan.
Oleh karena itu, jangan menilai hidup ini dengan
cara sendiri, karena penilaian kita terhadap diri kita
kadang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau
terhadap diri kita. Akibat dari pandangan yang salah
terhadap diri sendiri maka hidup ini terasa berat untuk
dijalani. Tidak sedikit anak-anak muda akhir-akhir ini
mengakhiri hidupnya dengan cara-cara yang
mengenaskanhanya karena dia merasa gagal, kecewa,
putus cinta dan banyak hal lain yang bisa membuat
diatidak bernilai terhadap dirinya dan orang lain.
Padahal setiap manusia memiliki kekuatan dan
potensi masing-masing sebagai anugerah yang

12 Warren Rick, The Purpose Driven Life, (Malang: Gandum Mas, 2005), hlm. 17
21
diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia.Oleh
sebab itu, kita perlu tahu bahwa “Allah tidak
menciptakan orang-orang yang tidak berharga. Dia
telah memberikan kepada setiap orang potensi ilahi
untuk melakukan pencapai supernatural sehingga
memuliakan nama-Nya.13Karena keinginan Allah yang
utama adalah melalui anda Dia dapat bekerja untuk
menggenapi kehendak-Nya. Inilah rencana Allah sejak
mulanya. Ketika Dia menciptakan langit dan bumi, Dia
menciptkan Adam di Taman itu “untuk mengusahakan
dan memelihara taman itu”. Sekarang, pikirkanlah.
Allah telah menciptakan segalanya. Dia tidak
membutuhkan bantuan manusia, namun Dia
menempatkan manusia itu di Taman untuk
mengusahakan dan memeliharanya.14
Jadi, inti dari tujuan hidup kita saat ini sebagaimana
yang dirancang oleh Allah ketika Ia menciptakan
manusia pada mulanya, adalah: pertama, untuk
memuliakan Allah dan menikmati persekutuan
dengan-Nya; kedua, untuk berhubungan baik dengan
sesama; ketiga, untuk bekerja; keempat, untuk
berkuasa atas bumi. kelima, untuk menjadi teman
sekerjanya Allah dalam memberitakan Injil Kristus.

13
Jim Lowe Bishop, Achieving Your Divine Potensial, (Yogyakarta: Andi Offset,
2008), hlm. 1
14 Ibid, Jim Lowe Bishop, hlm. 7

22
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibawah ini
saya akan menguraikan beberapa tips untuk menggali
potensi diri yang sudah ada saat ini:
1. Mengenal tujuan Allah dalam hidup anda
2. Mengenal diri sendiri berdasarkan perspektif yang
benar
3. Menerima diri sendiri berdasarkan prinsip
kebenaran
4. Mengembangkan diri sendiriberdasarkan nilai-nilai
yang sudah ada
5. Menentukan tujuan hidup yang benar
6. Mengenali motivasi hidup yang benar
7. Menghilangkan negatif thinking dalam pikiran anda
8. Menghindari pikiran yang suka mengadili diri
sendiri dan orang lain
9. Membangun komunikasi yang baik kepada orang
lain
10. Banyak membaca, melihat, dan merasakan apa yang
terjadi di sekitar anda.

F. Mengembangkan potensi yang sudah ada


Di atas tadi saya telah menjelaskan bahwa kita ini
memiliki potensi yang luar biasa. Kata potensi itu
berasal dari bahasa Inggris yaitu potency, potential dan
potentiality, yang mana dari ketiga kata tersebut
memiliki arti tersendiri. Kata potency memiliki arti
kekuatan, terutama kekuatan yang tersembunyi.

23
Kemudian kata potential memiliki arti yang
ditandai oleh potensi, mempunyai kemampuan
terpendam untuk menampilkan atau bertindak dalam
beberapa hal, terutama hal yang mencakup bakat atau
intelegensia. Sedangkan kata Potentiality mempunyai
arti sifat yang mempunyai bakat terpendam, atau
kekuatan bertindak dalam sikap yang pasti di masa
mendatang.15Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,
kesanggupan, daya.Intinya, secara sederhana, potensi
adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan.16Selain dari
sudut pandang bahasa, kata potensi juga didefinisikan
oleh para ahli psikologi ataupun para ahli disiplin ilmu
lainnya sesuai dengan kapabilitas keilmuan masing-
masing. Di antaranya adalah Wiyono dan Slamet,
mengungkapkan bahwa potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam
didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan
menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu
tersebut.17 Dengan demikian potensi diri manusia
adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang
masih terpendam didalam dirinya yang menunggu
untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam
kehidupan diri manusia.

15 M. Hafi Anshari, Kamus Psichologi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm. 482
16
Majdi, Udo Yamin Efendi, Quranic Quotient, (Jakarta: Qultum Media, 2007), hlm.
86
17 Wiyono, Slamet, Managemen Potensi Diri, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm. 37)
24
Menurut Endra K Pihadhi bahwa potensi bisa
disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan
yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu
kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik,
karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan
diolah.18 Sedangkan Sri Habsari menjelaskan bahwa
potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang
dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila
dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik.19
Sedangkan dalam Perjanjian Baru kita kenal adalah
talenta. Kata talenta dalam kitab Perjanjian Baru
menggunakan kata “talantiai`o” pertaining to weighing
a talent or 125 Roman pounds of twelve ounces each or
approximately ninety pounds (English weight) or forty
kilograms - ‘weighing a talent.”20Talenta pertama kali
diperuntukkan untuk ukuran berat sekitar 40 kilogram.
Alkitab tidak memberikan penjelaskan tentang
pergeseran arti talenta dari ukuran berat menjadi bakat
pribadi manusia. Dianne Bergant dan Robert Karris
mengatakan “Kata Yunani yang melukiskan jumlah ini
adalah “Talenta” berarti bakat alam yang dapat

18
Prihadhi, Endra K, My Potensi, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2004), hlm. 6
19 Habsari, Sri, Bimbingan & Konseling SMA kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm.
2
20 Johannes P. Louw, dan Eugene A. Nida, Greek-English Lexicon of the New

Testament based on Semantic Domains, (New York: United Bible Societies) 1988, 1989.
25
dikembangkan dengan praktek yang tekun.”21Artinya
perumpamaan tentang talenta dalam Mat 25:14-30
mengindikasikan bahwa Allah peduli dengan
pengembangan potensi diri. Setiap orang yang diberi
kemampuan menurut kesanggupannya akan dituntut
seberapa besar kemampuannya itu dikembangkan.
Bahkan dalam perumpamaan itu ditunjukkan adanya
sanksi ketika talenta tersebut tidak dikembangkan.Ini
berarti setiap manusia yang pernah lahir akan
mendapatkan minimal satu talenta. Tampaknya,
konsep talenta sebagai potensi diri sumber dari
perumpamaan Yesus tentang talenta seperti tertulis
dalam Matius 25:14-30.”22
Maksud dari perumpamaan tentang talentatersebut
di atasadalah mengajarkan kepada kita agar kitatetap
setia dalam melaksanakan apa yang dipercayakan
kepada kita dengan tepat dan efisien sampai pada hari
perhitungan tiba.
Bertolak dari pengertian atau definisi yang telah
dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat dikatakan
bahwa potensi adalah merupakan karunia atau
anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada ciptaan-
Nya. Istilah “karunia”diartikan sebagai kasih; belas
kasih; pemberian atau anugerah sebagai tanda kasih
Allah atau raja. Mengaruniai: menyatakan kasih

21 Dianne Bergant, CSA dan Robert Karris, OFM, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru,

(Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 71


22 Paulus Winarto, Maximizing Your Talent, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hlm.

15
26
kepada; memberi sesuatu sebagai tanda kasih.
Mengaruniakan: menganugerahkan.23Konsep karunia
seringkali digunakan Paulus untuk menjelaskan
tentang karunia-karunia roh. Dalam menjelaskan
karunia Paulus menggunakan kata “carismavtwn”24
(kharismaton), yang penggunaan kata tersebut
diartikan “karunia Allah; anugerah yang didalamnya
terdapat kekuatan dan otoritas Allah.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas maka saya
berpendapat bahwa tidak ada satupun diantara kita
saat ini yang tidak memiliki pontensi atau kemampuan
(talenta) dalam melakukan segala sesuatu yang ada,
hanya saja kita memiliki spesifikasinya yang berbeda
satu dengan yang lain. Contohnya ada yang memiliki
potensi dibidang musik, ada pula yang memiliki
potensi dibidang mengajar, dibidang bernyanyi,
dibidang memasak, atau dibidang homiletik dan
hermeneutik, dan sebagainya.
Setelah kita memahami bahwa potensi diri adalah
kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang
diangurahkan oleh Tuhan kepaada setiap insa. Oleh
karena itu, kita juga harus tahu apa saja potensi itu
yang ada dalam diri kita saat ini. Sebab, setiap manusia

23
Suharto dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Cv.
Widya, 2005), hlm. 226
24 1 Korintus 12:4 “carismavtwn” (kharismato`n)

27
memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai
berikut:25
Pertama, Potensi Berfikir. Manusia memiliki potensi
untuk berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir
karena ia memiliki potensi berfikir. Kedua, Potensi
Emosi. Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang
afeksi/emosi. Ketiga, Potensi Fisik. Setiap manusia
memiliki potensi fisik, sekalipun kekuatan fisik ini
sangat beragam ada yang kuat dan ada yang lemah.
Keempat, Potensi Sosial. Setiap kita memiliki potensi
sosial yang besar dan orang yang memiliki potensi
sosialyang besar sudah pasti dia memiliki kapasitas
dalam menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang
lain.
Menurut Hery Wibowo minimal ada empat kategori
potensi yang terdapat dalam diri manusia sejak lahir
yaitu, potensi otak, emosi, fisik dan spiritual dan semua
potensi ini dapat dikembangkan pada tingkat yang
tidak terbatas.26 Ahli lain berpendapat bahwa manusia
itu diciptakan dengan potensi diri terbaik
dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain, ada
empat macam potensi yang dimiliki oleh manusia
yaitu, potensi intelektual, emosional, spiritual dan fisik.

25
Nashori, Fuad, Potensi-Potensi Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.
89
26 Wibowo, Hery, Fortune Favor the Ready, (Bandung: OASE Mata Air Makna,2007),
hlm. 1
28
Lalu setelah kita benar-benar memahami apa
sebenarnya potensi diri kita saat ini, maka langkah
selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah bagaimana
cara mengembangkan potensi diri tersebut. Oleh
karena itu, ada tujuh langkah yang perlu kita
perhatikan dalam mengembangkan potensi tersebut:
Pertama, harus diawali dengan niat dan hati yang
murni (bad. Kis. 24:16; Mat. 5:8). Kedua, harus berpikir
positif dalam setiap hal (bad. Filipi 4:8).Ketiga, harus
memiliki komitmen (band. I Kor. 15:58; Yos. 24:15.
Keempat, jangan menganggap remeh orang lain (band.
Fil. 2:3; I Kor. 10:24; 10:33. Kelima, menerima saran,
kritik dan masukan yang bersifat membangun dari
orang lain (band. Am. 9:8-9). Keenam, konsisten
terhadap apa yag kita lakukan (band. Mat. 5:37).
Ketujuh, yakinlah bahwa kita pasti bisa (band. Mat. 18-
19).
Oleh karena itu, dalam mengembangkan potensi
diri yang sudah ada maka diperlukan suatu sikap yang
harus diaktualisasikan melalui kehidupan sehari-hari.
Salah satu ciri-ciri orang yang memahami potensi
dirinya bisa diukur atau dilihat dalam sikap dan
perilakunya sehari-hari dalam kehidupan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Menurut Sugiharso dkk,
menyebutkan bahwa orang yang berpotensi memiliki
ciri-ciri27 sebagai berikut:

27 Sugiharso, Sugiyono, Gunawan & Karsono, Pendidikan Kewarganegaraan,

(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009), hlm. 126-127


29
Pertama, suka belajar dan mau melihat kekurangan
diri sendiri. Kedua, memilki sikap yang luwes. Ketiga,
berani melakukan perubahan secara total untuk
perbaikan. Keempat, tidak mau menyalahkan orang
lain maupun keadaan. Kelima, memilki sikap yang
tulus bukan kelicikan. Keenam, memiliki rasa tanggung
jawab. Ketujuh, menerima kritik saran dari luar.
Kedelapan, Berjiwa optimis dan tidak mudah putus asa.

BAB II

BELAJAR UNTUK MEMIMPIN

Banyak orang saat ini ingin menjadi seorang


pemimpin bahkan tidak sedikit orang saat ini tergila-
gila menjadi seorang pemimpin, saking gilanya menjadi
pemimpin mereka menghalalkan segala cara demi
sebuah tujuan menjadi seorang pemimpin. Mereka
beranggapan bahwa ketika mereka menjadi seorang
pemimpin adalah kesempatan emas, karena mereka
berpikir bahwa ketika menjadi pemimpin mereka akan
berkuasa, memiliki posisi atau jabatan yang tertinggi di
antara masyarakat. Melalui posisi, kedudukan dan
kekuasaan tersebut pasti orang-orang menjadi takut
dan segan kepada mereka.Akhirnya mereka seenaknya

30
melakukan apa saja sesuai keinginan hati tanpa ada
rasa takut dan peduli dll.
Konsep kepemimpinan yang sesungguhnya bukan
seperti yang barusan dibicarakan di atas tetapi konsep
kepemimpinan yang baik dan benar dimulai dari hal-
hal kecil yang selama ini dianggap tidak terlalu penting
untuk diperhatikan. Oleh karena itu dalam bagian ini
saya akan memaparkan tentang bagaimana cara untuk
belajar menjadi pemimpin. Di bawah ini ada beberapa
prinsip penting yang perlu kita lakukan sebagai kaum
remaja dan pemuda dalam mempersiapkan diri sebagai
pemimpin masa depan sebagai berikut:

A. Belajar memimpin diri sendiri


Dalam bagian ini kita tidak bicara hal-hal yang
besar, tetapi kita bicara hal-hal kecil karena dari hal
kecil adanya hal besar. Menjadi seorang pemimpin
yang handal, unggul dan luar biasa harus dimulai dari
diri sendiri. Karena kunci kepemimpinan yang baik dan
benar adalah diri sendiri bukan apa kata orang, gelar
dan uang. Sebab diri sendirilah yang menentukan kita
bisa atau tidaknya menjadi seorang pemimpin. Arti
pemimpin (NaturalLeader) adalah seseorang yang
menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya,
dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu menciptakan
suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya
dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan
31
seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Orang
hanya dapat memimpin orang lain sejauh ia dapat
mempengaruhi mereka.28 Oleh karena itu, sebelum kita
mengatur atau memimpindan mempengaruhi hidup
orang lain mestinya kita harus mengantur diri sendiri
terlebih duhulu.
Kita sering mendengar kata-kata dari orang
“emangnya lhu siapa, mau mengatur hidup gua.
Mengantur diri sendiri saja gak bisa, apa lagi mengatur
diri saya.” Mereka protes bukan karena mereka tidak
mau diatur tetapi mereka protes karena ada yang
mengganjal dari kehidupan orang yang mencoba
masuk, mengatur, atau dalam bahasa lainnya adalah
memimpin hidupnya.
Lantas apa yang membuat mereka tidak suka
dengan diri kita ketika kita menjadi pemimpin bagi
mereka? Salah satu penyebab ketidaksukaan seseorang
terhadap diri kita adalah pribadi kita sendiri karena
kehidupan kita tidak jauh beda dari kehiduapan orang
yang dipimpin. Sebab, hidup kita ini tidak
mencerminkan sikap hidup orang yang memotivasi,
memberkati dan dapat diteladani.
Di sini akan terlihat bahwa apabila kepribadian
pemimpin adalah dominan positif, maka terwujudlah
pengaruh kepemimpinan yang berorientasi positif, dan
sebaliknya. Karena itu, bagaimana seorang pemimpin

28 J. Oswald Sander, Kepemimpinan Rohani, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006),


hal 20
32
merefleksikan dan mengekspresikan pengaruh
kepemimpinan yang ia miliki saat ini, ini merupakan
pilihan sadar yang harus dilakukan seorang pemimpin.
Tentang meneguhkan sikap yang membawa pengaruh
positif, firman TUHAN berkata, “… orang yang luhur
budinya merencanakan hal-hal yang luhur dan
bertindak luhur pula.” (Yesaya 32:8). Karena itu, firman
Allah menasihatkan, “Sebab itu, perhatikanlah baik-
baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti orang-orang
bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak.” (Efesus 5:15
BIS) Ayat ini menegaskan bahwa pemimpin hanya
dapat menyatakan pengaruh positif dari hati yang
bijak, melalui gaya dan perilaku khasnya untuk
memimpin (memengaruhi) para bawahannya.
Jadi, kunci dalam mempengaruhi hidup orang lain
bukan posisi, kedudukan dan kekuasaan tetapikunci
dalam mempengaruhi hidup orang lain adalah gaya
hidup kita sehari-hari seperti apa. Kepemimpinan yang
baik memang harus dimulai dahulu dari diri sendiri.
Standar penilaian dan pengujian kualitas seorang
pemimpin juga dilihat dari kehidupan pribadinya,
bukan hanya sekadar kinerja dalam ruang lingkup yang
lebih luas. Tetapi, ia juga dapat menjadi seorang
pemimpin mulai dari kelompok yang paling kecil.
Yakni, “Aku pemimpin dalam keluargaku. Dan aku
pemimpin atas dan bagi diriku sendiri” karena “Aku

33
tidak dapat memimpin orang lain, sebelum aku dapat
dan mampu memimpin diriku sendiri.29
Ini adalah suatu prinsip penting yang harus
diperhatikan oleh pemimpin muda saat ini.

B. Belajar menjadiorang yang dewasa


Kepemimpinan bukanlah soal jabatan tetapi
kepemimpinan adalah soal praktik. Kepemimipinan
bukan dihadiahkan tetapi api diupayakan. Dikatakan
sebagai pemimpin yang baik apabila dirinya berhasil
memimpin diri sendiri.Dalam memimpin diri sendiri
maka tidak terlepas dari kedewasaan seseorang.
Kedewasaan menjadi faktor utama dalam
meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin. Entah
itu diri sendiri, keluarga dan organisasi lainnya.
Kita biasa mendengar kata-kata seperti ini “menjadi
tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”
kedengarannya seperti slogan begitu saja, tetapi ketika
kita menghayati kata-kata ini sebenarnya mengandung
makna yang sangat dalam, sekalipun kedua kata ini
memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu,arti dewasa
dalam Kamus Besar Indonesia adalah sampai umur;
akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi),
2telahmencapai kematangan kelamin; 3matang
(pikiran, pandangan, dsb):de·wa·sa /déwasa/ nwaktu,

29 Tu’u Tulus, Pemimpin Kristiani Yang Berhasil Jilid 1, (Bandung: Bina Media

Informasi, 2010), hlm. 39


34
masa (akhir-akhir ini).30 Sedangkan arti tua adalah
sudah lama hidup; lanjut usia.31
Dalam membedakan seseorang yang masih dalam
fase anak-anak dan yang sudah memasuki dunia
dewasa tidak semudah sebagaimana yang diketahui
oleh banyak orang. Karena sekali lagi-fase anak-anak
dan dewasa tidak hanya diukur dari segi usia. Hal ini
disebabkan kedewasaan seseorang memiliki beberapa
dimensi.
Pertamaadalah dimensi fisik (physical maturity).
Pada dimensi ini, kedewasaan seseorang diukur dari
penampilan fisik dan kesempurnaan fungsi
fisiologisnya.
Kedua adalah dimensi intelektual (intelectual
maturity). Kedewasaan pada dimensi ini diukur dari
seberapa kompleks dan rumit cara berfikir seseorang
dalam menganalisis suatu masalah.
Ketiga adalah dimensi emosional (emotional
maturity). Kedewasaan pada dimensi ini diukur
sekaligus dibatasi dengan tingkat kemampuan
seseorang dalam memanipulasi emosinya sendiri serta
emosi orang lain yang berinteraksi dengannya.
Keempat itu adalah dimensi spiritual (spiritual
maturity). Kedewasaan pada dimensi ini diawali oleh
kesadaran akan makna dan hikmat tersembunyi dari

30
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm.
323
31 Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1489
35
keberadaan semesta alam. Kedewasaan harus diawali
oleh keyakinan dalam diri yang diekspresikan dengan
pernyataan bahwa “segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini memiliki makna, hikmat, dan manfaat”.
Jadi, pengertian masa dewasa ini dapat dipahami
dari sisi biologis, psikologis, dan pedagogis (moral-
spiritual). Sebenarnya kedewasaan bukan hanya
dipandang dari usia. Ada anak umur 6 tahun yang
dewasa, sementara ada juga orang tua berusia 80 tahun
yang tidak dewasa. Kedewasaan adalah tentang cara
Anda memperlakukan diri sendiri dan orang lain.
Kedewasan adalah cara berpikir dan berperilaku.32 Jadi,
kedewasaanadalah orang yang mampu menempatkan
diri pada tepat yang semestinya, bisa berfikir kritis dan
logis tentang suatu hal, dan mampu mengendalikan
egonya. Sedangkan menurut Yuli Sugiarti, bahwa
dewasaadalah seseorang yang mempunyai cara
pandang dan cara berfikir yang selalu positif,
mempunyai emosi yang tenang (tidak labil).
Sedangkan dari sudut kebenaran firman Tuhan
mencatat ada 3 tanda dari seseorang yang masih kanak-
kanak, dengan kata lain belum dewasa:
Pertama, tidak fokus pada pribadi Yesus. Firman
Tuhan berkata “Karena itu, harus lebih teliti kita
memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita
jangan hanyut dibawa arus.” Ibr. 2:1. Kemudian firman

32https://www.psychologytoday.com/blog/artificial-maturity/201211/the-marks-

maturity, diakses pada hari rabu, 20 Juli 2016. Pukul. 23:48 Wib
36
Tuhan dalam Ibrani 3:1 berkata, “Sebab itu, hai saudara-
saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam
panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam
Besar yang kita akui, yaitu Yesus.”
Kedua, tidak mampu untuk menimbang. Firman
Tuhan berkata “Tetapi makanan keras adalah untuk
orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera
yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada
yang jahat.” Ibrani 5:14
Ketiga, tidak bisa membedakan yang berguna dan
yang tidak berguna. Firman Tuhan berkata “Segala
sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala
sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.”
Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.”I Kor.
10:23.
Menjadi dewasa sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan usia. Kedewasaan diraih ketika
seseorang mau berjuang, berusaha, dan bekerja keras
untuk berubah kearah yang lebih baik. Kedewasaan
adalah kualitas hidup yang akan berpengaruh terhadap
diri sendiri maupun terhadap orang-orang yang di
sekitarnya.
Rasul Paulus menjelaskan kepada jemaat yang ada
Korintus bahwa:
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti
kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku
berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku
menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-

37
kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam
cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi
nanti kita akan melihat muka dengan muka.
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak
sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan
sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”1 Korintus
13:11-12.

Jadi kedewasaan yang dimaksud oleh Paulus di atas


adalah kedewasaan yangberhubungan dengan transisi
dari masa kanak-kanak ke fase dewasa secara fisik (ayat
11).Namun menurut pemahaman saya tentang ayat
tersebut di atas bahwa bukan hanya kedewasaan secara
fisik saja yang ditekankan oleh Paulus tetapi Paulus
juga menekankan tentang kedewasaan cara berpikir
“aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah
aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-
kanak itu” (ayat 11b). Artinya bahwa kedewasaan itu
bukan dilihat dari bertambahnya umur tetapi cara
berpikir dan kelakuannya.Berpikir secara dewasa dan
positif akan mendatangkan perubahan dalam hidup
kita. Dr. Yakub Tomatala menjelaskan bahwa
“Perubahan ini menjadi dasar yang kuat bagi
perubahan paradigma. Perubahan paradigma ini begitu
penting untuk menopang kehidupan orang Kristen,
dimana setiap orang Kristen yang berhasrat untuk maju

38
dan menang harus mengembangkan paradigma yang
Alkitabiah sebagai dasar untuk berkembang.33
Berangkat dari penjelasan di atas, lantas bagaimana
cara kita mengembangkan kedewasaan ini, yaitu:
Pertama, meninggalkan sifat kanak-kanakan yang
ada dalam diri kita, kedua, mengembangkan perilaku
orang dewasa, ketiga, mengembangkan pemikiran yang
benar, keempat, meningkatkan rasa kepedulian kepada
orang lain, kelima, berkomunikasi seperti orang
dewasa, keenam, memiliki sopan santun.
Setelah kita mengetahui hal tersebut di atas maka
ada hal-hal yang perlu kita terapkan dalam hidup kita
sehari-hari agar kedewasaan itu semakin dirasakan
banyak orang. Ada lima kunci yang perlu kita terapkan
dalam hidup kita sebagai anak remaja dan pemuda
berdasarkan nasihat Paulus kepada Timotius, dalam I
Tim. 4:12 antara lain:
 Dewasa dalam perkataan,
 Dewasa dalam tingkah laku,
 Dewasa dalam kasih,
 Dewasa dalam kesetiaan
 Dewasa dalam kesucian
Jadi, orang yang lebih dewasa tentu akan lebih
mudah dipercayai. Mereka yang “dewasa” akan berpikir
panjang kedepan dan mereka mampu menempatkan
diri ditempat yang tepat, bisa berpikir kritis, logis dan

33Tomatala Yakub, Manusia Sukses_Manajemen Sumber Daya Manusia Mengatasi

Tantangan Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, (Jakarta: Gandum Mas, 1998), hlm. 93
39
mampu mengendalikan diri terhadap hal-hal yang
tidak diinginkan baik terhadap diri sendiri maupun diri
orang lain. Mereka yang lebih “dewasa” pasti tahu
pentingnya menjaga hubungan, dan enggan untuk
berpisah hanya karena rasa bosan.

C. Belajar mandiri
Kita harus sepakat bahwa generasi muda adalah
calon pemimpin di masa depan. Mereka harus
dipersiapkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan sejak
dini. Oleh karena itu, agar mereka memiliki jiwa
kepemimpinan yang baik maka mereka harus dilatih
untuk mandiri. Ketika mereka ada di dalam
kedewasaan yang baik dan benar, maka dengan
sendirinya mereka terbentuk menjadi orang yang peka
yang bisa membedakan yang baik dan jahat, maka
wujud dari kedewasaan itu adalah terbentuklah sikap
kemandirian yang positif. Selain dari pada itu,
kemandirian juga dibutuhkan sebagai dasar untuk
mengatasi konflik dan juga dalam bergaulan. Apa saja
wujud dari kemandirian itu?

1. Penguasaandiri
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang
merebut kota.” Amsal 16:32. Memiliki kemampuan
dalam menguasai diri merupakan syarat untuk
memimpin diri sendiri. Karena manusia adalah
40
makhluk yang memiliki berbagai perasaan, keinginan,
emosi dan juga nafsu.34 Banyak orang yang kuat secara
fisik, besar dan berotot, namun belum tentu juga kuat
secara roh dan mampu menguasai dirinya sendiri. Kita
bisa belajar dari kehidupan Simson, di mana Alkitab
mencatat bahwa ia sangat kuat, bahkan mampu
mengalahkan ribuan orang Filistin dan menguasai
sebuah kota. Tetapi Simson tidak berdaya dihadapan
Delilah. Ia tak mampu mengendalikan nafsu
kedagingannya sehingga dengan mudahnya ia
diperdaya oleh seorang wanita sehingga ia
menceritakan rahasia kekuatannya. Akibatnya tidak
dapat menguasai dirinya sehingga pada akhinya
Simson harus mengalami nasib yang sangat tragis.
Simson tak dapat disebut sebagai orang yang kuat
dalam roh. Jadi penguasaan diri seseorang itu lebih
utama daripada kekuatan fisik karena ini berhubungan
dengan karakter.
Artinya penguasaan diri adalah dapat
mengendalikan diri; mampu mengontrol diri; suatu
kekuatan dalam diri seseorang untuk menjauhkan diri
dari dosa dan tidak menuruti keinginan daging. Kita
harus dapat menguasai diri dalam hal apa?
 Pikiran.2 Korintus 10:5b; Mazmur 119:105; Kolose 3:1.
 Lidah atau ucapan. Amsal 21:23; Yakobus 3:5b.
 Mata. Matius 6:22-23.

34 Op.cit, Tulus Tu’u, hlm. 51


41
2. Bijaksana
Menurut kamus, arti dari kata bijaksana adalah
bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga
menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas.
Daud berkata dalam Kitab Mazmur bahwa “Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga
kami beroleh hati yang bijaksana.” Maz. 90:12.
Menjadi orang yang berhasil, memiliki kedudukan
tinggi, pintar, terkenal dan kaya raya adalah impian
dari semua orang. Tetapi memiliki kerinduan untuk
menjadi orang yang bijaksana sangat sedikit, sehingga
Tuhan Yesus menasihati para murid-murid-Nya “Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi
kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya?”Matius 16:26.
Inilah dunia, di mana setiap individu selalu menilai
orang lain berdasarkan apa yang terlihat secara kasat
mata.
Tuhan menghendaki setiap kita memiliki hati yang
bijak, menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana.
Bijaksana tidak selalu berkaitan dengan kecerdasan
atau kepintaran seseorang. Banyak orang yang cerdas
dan berintelejensi tetapi tidak bijaksana dalam tutur
kata.
Lantas bagaimana cara kita memperoleh hidup yang
bijaksana? Hidup bijaksana didapatkan ketika

42
seseorang mendengar nasihat dan didikan,35 dari
Tuhan sendiri. Menjadi orang yang bijaksana tiada
jalan lain selain harus melekat kepada Tuhan,
menyediakan banyak waktu untuk bersekutu dengan-
Nya dan merenungkan firman-Nya. Semakin kita
menyukai Taurat Tuhan semakin kita dibentuk
menjadi pribadi yang bijak. Inilah yang dirasakan
Daud, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku
merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu
membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-
musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku
lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab
peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih
mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku
memegang titah-titah-Mu.” (Mazmur 119:97-100).
Lalu apa hasil dari pada kebijaksanaan yang benar
itu?
Pertama, bijaksana dalam mengambil keputusan,
kedua, bijaksana dalam mengelola segala sesuatu,
ketiga, bijakasana dalam menghadapi segala problem
yang ada baik dari dalam maupun dari luar, keempat,
bijaksana dalam mengatur dan menempatkan diri
dimanapun kita berada.

3. Bertanggung jawab

35 Op.cit, Tulus Tu’u, hlm. 50.


43
Setelah kita membahas tentang penguasaan diri dan
bijaksana, selanjutnya kita dituntut untuk
bertanggungjawab. Bertanggung jawab adalah kunci
utama dalam kemandirian seseorang sebagai pemimpin
masa depan. Dengan memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi maka remaja pemuda terbiasa dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan mereka mampu
membawa organisasi tersebut ke puncak keberhasilan
dengan baik dan memanfaatkan semua potensi yang
telah dipercayakan kepada mereka. Selain dari pada itu,
mereka juga konsisten dalam menepati janji.
Dalam buku saya yang berjudul Gembala Sebagai
Pengajar, Motivator dan Inspirasi disana saya
menjelaskan bahwa “Pemimpin/gembala yang baik
akan selalu berkorelasi dengan tanggung jawab, sebab
tanggung jawab itu lebih dominan peranannya
ketimbang hal-hal lain. Sebab, tanggung jawab inilah
yang menjadi salah satu standar dalam menjalankan
tugas kepemimpinan gembala”.36
Jadi, kepemimpinan yang ada pada seorang
pemimpin menjelaskan bahwa ia sepenuhnya
bertanggungjawab atas jatuh-bangunnya
kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya.Dalam
kaitan ini, keberhasilan atau pun kegagalan
kepemimpinan tergantung dan bergantung
sepenuhnya pada sang pemimpin. Sebab “pemimpin

36 Talizaro Tafonao, Gembala Sebagai Pengajar, Motivator dan Inspirator,

(Yogyakarta: Illumination, 2016), hlm. 282


44
yang kuat punya suara yang kuat, dan suara itu paling
diperlukan ketika suatu organisasi tampaknya mulai
tumbuh ke berbagai arah”.37
Lantas seperti apa ciri-ciri pemimpin yang
bertanggung jawab saat ini?
Pertama, pemimpin yang bijak dan bertanggung
jawab pasti memiliki kiat untuk menghindari sekaligus
mengatasi tabrakan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan umum. Kedua, pemimpin yang bijak dan
bertanggung jawab selalu menjaga etika dan moralitas
kehidupan serta memiliki hati nurani untuk hidup
dalam berbagai elemen. Ketiga, pemimpin yang
bijaksana tahu bahwa kekuasaan dan kekuatan tidak
akan berjalan sempurna tanpa panduan etika dan
moralitas kepemimpinan.Keempat, pemimpin yang
baik dan bertanggung jawab memiliki komunikasi
secara proaktif dan mampu meluruskan komunikasi
yang salah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
antara satu dengan yang lain.Kelima, pemimpin yang
bertanggung jawab dapat memberi teladan atau contoh
melalui sikap baik yang dibangun berdasarkan etika
seorang pemimpin serta menjadi agen
perubahan.Keenam, pemimpin yang bijak dan
bertanggung jawab mampu mempertanggung
jawabkan apa yang telah dia diperbuat. Artinya bahwa

37 Larry Stout, Time For A Change, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), hlm. 172
45
kejujuran adalah suatu filter yang harus ada dalam diri
seorang pemimpin masa depan.

D. Belajar bersosialisasi
Sebagai pemuda mestinya memiliki kemampuan
dalam beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan
disekitarnya. Tujuannya adalah agar tumbuh sikap rasa
peduli dan rasa kebersamaan didalam dirinya. Lihatlah
dizaman sekarang, kita ada di zaman teknologi yang
cukup berkembang dan zaman sekarang ini telah
disalahgunakan seolah-olah globalisasi telah memberi
efek buruk kepada generasi muda.
Sebab,individualisme yang menyebabkan
seseorangtidak memiliki rasa kepedulian pada
lingkungan sekitarnya.Contoh umum jika ada kerja
bakti dilingkungan sekitar banyak pemuda yang
bermalas-malasan untuk tidak ikut serta dalam
kegiatan tersebut, mereka lebih memilih bermain
dirumah atau memainkan android,iphone, games dan
pokemon go.
Dalam kehidupannya seorang pemuda dituntut
dapat bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Proses
sosialisasi pemuda didefinisikan proses yang
membantu individu melalui belajar dan penyesuaian
diri. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari dalam
keluarga. Melalui proses sosialisasi, individu (pemuda)
akan terwarna cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi
46
tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-
tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Kemampuan bersosialisasi secara sederhana dapat
diartikan sebagai proses komunikasi dan proses
interaksi yang dilakukan oleh seorang individu dalam
hidupnya sejak lahir sampai meninggal dunia yang erat
kaitannya dengan proses enkulturasi.38Artinya bahwa
kemampuanbersosialisasi adalah suatu proses dimana
individu mulai menerima dan menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur kebudayaan (adat istiadat,
perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat
yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan
kemudian meluas hingga lingkungan masyarakat.
Lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau
penyesuaian tersebut, maka individu akan merasa
menjadi bagian dan keluarga atau masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, kedewasaan eksternal bukan hanya
ditandai dengan kemandirian dan bukan juga
kemandirian yang mengakibatkan pada individualisme
dan cuek dengan kondisi sekitarnya, tetapi
kemandirian yang kita harapkan dan sehat harus
diimbangi dengan kemampuan bersosialisasi.
Kemampuan bersosialisasi itu ditandai dengan
kemampuan seseorang membina persahabatan dengan
sebanyak mungkin orang dan bisa berinteraksi dengan
mereka. Di situlah kedewasaan seseorang mulai

38 Maryati, Kun & Suryawati, Juju, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X KTSP

Standar Isi 2006, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 16


47
muncul. Dengan banyak bersosialisasi, kita semakin
terbuka akan lingkungan sekitar maka kita akan
semakin mendapat banyak ilmu, pengalaman hidup
dan sekaligus kita memahami dunia sekitar dimana
kita tinggal. Manusia diciptakan bukan saja sebagai
makhluk individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial
(Kejadian 2:18; 3:8). Artinya manusia tidak dapat hidup
sendiri, tetapi harus juga bergaul satu dengan yang
lain. Pergaulan juga merupakan alat sosialisasi bagi
manusia, yang melaluinya, kita dipersiapkan untuk
hidup bermasyarakat. Ternyata, hubungan antar
manusia (human relation) ini sangat menentukan
keberhasilan dalam kehidupan seseorang, baik dalam
bidang pekerjaan maupun dalam hidup
berumahtangga. Karena itu penting sekali kita
mempelajari seni bergaul yang baik.

BAB III

MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN YANG ANDA


MILIKI SAAT INI

Di dalam bab II telah dibahas tentang bagaimana


cara belajar untuk memimpin yang baik dan efesien.
Oleh karena itu dalambab III ini kita akan memfokus
kepada mengembangkan kepemimpinanyang anda
miliki, agar kepemimpinan yang suda ada dalam diri
48
kita saat ini semakin kelihatan bahwa kita bisa menjadi
seorang pemimpin yang dapat diandalkan kedepan.
Saya sangat percaya bahwa setiap kita yang sudah
dilahirkan dibumi ini memiliki potensi yang luar biasa.
Potensi yang kitamiliki saat initentu berbeda-beda satu
dengan lain. Namun potensi yang sudah kita miliki saat
ini, seharusnyakita dikembangkan terus menerus, baik
yang ada didalam diri sendiri maupun dilingkungan
dimanakitadipercayakan sebagai pemimpin
nantinya.Dengan adanya kesadaran yang baik melalui
pengembangan dirisemacam itu maka para pemimpin
mudasaat ini merasa bahwamenjadi pemimpin yang
baik atau pemimpin sejati itu sangat diperlukan usaha
yang lebih kreatif termasuk mengembangkan yang ada
didalam dirinya sendiri.
Selain dari pada itu juga, kita harus menyadari
bahwa menjadi seorang pemimpin sejati itu bukan
terletak pada gelar, jabatan dan umur yang kita miliki
saat ini, tetapi pemimpin sejati harus dilahirkan dari
sebuah proses yang panjang. Saya yakin bahwa melalui
proses tersebut akan mendatangkan suatu perubahan
yang sangat signifikan dalam diri seseorang.
Dalam mengembangkan kepemimpinan yang ada
memang bukan perkara yang mudah untuk dilakukan
karena disana banyak rintangan yang harus dihadapi
dan dilewati.Artinya bahwa keberhasilan dalam
kepemimpinan bukan semata-mata ditentukan oleh
sang pemimpin itu sendiri, namun juga para
49
pengikutnya. Tanpa ada dukungan dari follower,
mustahil leader akan berhasil. Kepemimpinan tanpa
diimbangi dengan kepengikutan (followership) yang
baik akan menghasilkan pemimpin yang kurang
maksiamal.
Oleh karena itu sebelum jauh kita berbicara tentang
mengembangkan kepemimpinan maka sebelumnya
kita harus mengerti terlebih dahulu definisi
kepemimpinan itu apa? Tujuannya adalah agar mudah
dipahamami dan dimengerti.

A. Pengertianmengembangkan Kepemimpinan
Menurut hemat saya bahwa definisi mengenai
kepemimpinan ini memang sangat beragam. Hal ini
dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan
tersebutmenurut disiplin ilmu para ahli. Namun semua
definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa
unsur yang sama dan tujuan yang sama.Sekalipun
demikian,izinkan saya untuk mencoba mendefinisikan
kepemimpinan ini.
Dalam bahasa inggris pemimpin disebut dengan
”leader”.39yang mempunyai tugas untuk me-lead
anggota disekitarnya. Kata “lead” adalah kata yang
umum terdapat dalam bahasa-bahasa kuno di Eropa
utara. Dan artinya sedikit banyak tidak berubah sampai

39 Jhon M. Echols dan Hassan Syadilly, Kamus Inggris Indonesia, (Pontianak : Gajah

Mada, University Press,1993), hlm. 178


50
sekarang. Kata “lead” berarti: jalan setapak, jalan, arah
kapal di laut, perjalanan. Sedangkan makna lead
adalah: pertama, loyality, seorang pemimpin harus
mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan, kedua,
educate, seorang pemimpin mampu untuk
mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit
knowledge pada rekan-rekannya, ketiga, advice,
memberikan saran dan nasihat dari permasalahan yang
ada, keempat, discipline, memberikan keteladanan
dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam
setiap aktivitasnya.Artinya bahwa seorang pemimpin
menemani orang-orang dalam suatu perjalanan,
membimbing mereka untuk mencapai tujuan.40
Menurut Abraham Maslow kepemimpinan adalah
mewujudkan potensi diri sepenuhnya serta membantu
orang lain untuk mewujudkan potensi mereka.41
Sedangkan secara etimologi kata kepemimpinan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar “pimpin” dengan menambah awalan
menjadi “pemimpin” yang berarti menuntun,
menunjukkan jalan dan membimbing.42 Sedangkankata
kerja memimpin yang berati mengepalai, mengetahuai;
memandu; memegang tangan seseorang untuk

40Adair john, Membina Calon Pimpinan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 4
41
Reynold Joy, Kepemimpinan Garis Terdepan, (Yoyakarta: Aditya Media), hlm. 14
42 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Difa

Publisher), hlm. 654.


51
dibimbing dan ditunjukkan jalan; melatih, mendidik,
mengajar agar dapat mengerjakan sendiri.43
Jadi, kepemimpinan secara empiris adalah
pengaruh.Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memperoleh pengikut. Setiap orang mempengaruhi
seseorang,Kita masing-masing mempengaruhi dan
dipengaruhi orang lain.44Karena kepemimpinan adalah
mengarahkan orang lain menuju satu tujuan yang
diperjuangkan bersama-sama oleh pemimpin dan
pengikut-pengikutnya.”45Sebab, kepemimpinan adalah
perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama.46Kepemimpinan diartikan
sebagai “Leadership is a process of giving purpose
(meaningful direction) to collective effort, and causing
willing effort to be expended to achieve purpose”.
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti
(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan
mengakibatkan kesedian untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran.47
Banyak sekali definisi kepemimpinan yang
menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan

43
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta:
Prenada Media), 2005, hlm.255.
44http://panjiwiyana.wordpress.com/2012/03/10/mengembangkan-

kepemimpinan-dalam-diri-anda 2/, diunduh pada tanggal 28 Juli 2016 jam 12.37


45
George Barna, Kepemimpinan-Leaders on Leadership, (Malang: Gandum Mas,
2002), hlm. 22
46
Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern,
(Jakarta:Rineka Cipta, 1993), hlm. 4
47 Jacobs, Jaques, Leadership, (Hawai: Happer,1990), hlm. 28

52
dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik
individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan
sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam
susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok
atau organisasi. Inti kepemimpinan menurut John C.
Maxwell dalam bukunya yang berjudul
“Mengembangkan Kepemimpinan di Sekitar Anda”
disana beliau mengatakan bahwa “Kepemimpinan
adalah pengaruh. Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang.
Kalimat kepemimpinan favorit saya adalah: orang
berpikir ia seorang pemimpin dan tidak ada
seorangpun yang mengikuti, ia hanya sedang berjalan-
jalan saja.48Artinya bahawakepemimpinan yang baik
adalah saling mempengaruhi satu dengan lain sampai
mendapat atau pengikutnya.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, ternyata
tugas pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya dalam organisasi tidaklahsemudah
yang kita bayangkan selama ini, karena untuk
menjalankan misi organisasi tersebut pemimpin harus
memiliki persyaratan untuk menjadi seorang
pemimpin yang bertanggung jawab terhadap segala
tugas yang diembannya untuk memenuhi tujuan dari
organisasi yang dipimpinnya. Jika pemimpin ini tidak
bisa memainkan atau tepatnya memerankan tanggung
jawabnya itu, maka kredibilitas pemimpin tersebut

48 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di Sekitar Anda, (Jakarta

Barat: Mitra Media, 2010), hlm. 2


53
harus di pertanyakan. Menurut James A.F Stone bahwa
“Seorang pemimpin harus bertanggungjawab untuk
menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan
evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.
Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan
stafnya tanpa kegagalan”. Oleh karena itu, pemimpin
mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah
dan tidak semua orang mempunyai kesamaan dalam
menjalankan kepemimpinan tersebut.
Lantas bagaimana cara kita untuk mengembangkan
kepemimpinan tersebut? Dalam mengembangkan
kepemimpinan adalah kita harus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan kepemimpinan ketingkat
yang lebih baik. Karena, inti dari kepemimpinan adalah
pengaruh, yaitu kemampuan untuk mendapatkan
pengikut. Kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain agar orang lain mau mengikuti dengan rela dan
sadar, inilah yang perlu dikembangkan mulai dari
tigkat awal sampai ketingkat yang paling tinggi.49

B. Proses untuk mengembangkan kepemimpinan


Seorang petani sebelum menanam padinya disawah
dia akan memikirkan banyak hal. Hal yang pertama
yang dia dipikirkan adalah dia mengidentifikasi saat

49 John Adair, Membina Calon Pemimpin, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 1
54
yang tepat dalam menanam padi. Kemudian dia mulai
membajak sawah. Setelah itu ia mencari bibit yang
tepat yang dapat memberikan panen yang berlimpah
untuk lahannya, supaya tanaman ini berhasil nantinya
maka petani tersebut harus mengikuti segala proses
penanaman padi yang ada, jika petani ini tidak
mengikuti proses tersebut maka sudah pastikan dia
gagal dalam menanam. Ilustrasi ini adalah
menggambarkan kepada kita sebuah proses yang
panjang dalam menanam padi bukan?Demikian juga
dalam mengembangkan kepemimpinan itu. Dalam
mengembangkan kepemimpinan ituuntuk menjadi
lebih baik dan unggul maka diperlukan namanya
sebuah proses. Apapun yang kita kerjakan saat ini pasti
membutuhkan namanya sebuah proses. Proses yang
sedang kita jalani saat ini adalah berbicara banyak hal.
Salah satunya adalah waktu, tenaga, pikiran dan materi
dan sebagainya. Mengembangkan kepemimpinan
bukan hanya berbicara waktu, tenaga, pikiran dan
materi. Namun yang lebih penting dalam
mengembangkan kepemimpinan itu adalah
menyangkut tentang komitmen dari diri
sendiri.Dengan demikian, bagaimana cara kita
mengembangkan kepemimpinan itu. Di bawah ini ada
beberapa tips untukmengembangkanproses
kepemimpinan yang ada dalam diri sendiri sebagai
berikut:
1. Mau mendengar
55
2. Mau belajar
3. Mau dibimbing atau diarahkan
4. Mau ditempatkan ditempat yang tepat
5. Mau dididik oleh tangan yang tepat
6. Tidak suka membantah
7. Bertanggung jawab
8. Kerja keras
9. Optimis
10. Memiliki disiplin tinggi
11. Memiliki ketaatan
12. Mau bertanya tentang kekurangannya
13. Menerima kekurangannya
14. Menerima masukan dan nasihat dari orang lain
15. Menghargai pendapat orang lain

C. Cara mengembangkan kepemimpinan yang ada


dalam diri anda
Kita harus mengakui bahwa seorang pemimpin
adalah orang yang spesial dibandingkan dengan orang
yang biasa dipimpin. Dan tidak ada seorangpun
pemimpin di dunia ini begitu lahir langsung menjadi
seorang pemimpin. Artinya bahwa pemimpin itu tidak
muncul begitu saja, tentu hal itu tidak pernah terjadi
bukan? Tetapi pemimpin yang seharusnya harus
melewati setiap proses yang ada. Pemimpin yang baik
harus dilahirkan dari sebuah proses, sekalipun proses
ini adalah bagian dari memimpin diri sendiri. Namun,
proses itu tidak hanya dibatasi dengan hal itu, tetapi
56
proses juga berbicara tentang bagaimana cara untuk
mengembangkan kepemimpinan yang telah ada dalam
dirinya. Dalam mengembangkan proses kepemimpinan
dalam diri seseorang adalah perlu adanya usaha supaya
bisa menemukan diri sebagai pemimpin yang sejati.
Sebab kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari sebuah proses
panjang yang akan melahirkansuatu perubahan dalam
diri seseorang. Karakter seseorang menjadi indikator
penting untuk memberi pengaruh kepada lingkungan
dimanapun dia berada. Ketika dia memiliki
kepribadian seperti ini maka pada saat itulah seseorang
lahir menjadi seorang pemimpin sejati. Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari
luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out).50Oleh
karena itu, bagaimana caranya mengembangkan
kepemimpinan yang sejati dan berkarakter baik:
1. Menjaga kredibilitas diri.
Kredibilitas adalah keadaan/kondisi yang dapat
dipercaya dan dapat mempertanggung jawabkan segala
sesuatu sebagaimanamestinya. Kej. 39:1-4
2. Menjaga akuntabilitas

50Op.cit, Reynold Joy, hlm. 33.


57
Akuntabilitas adalah dapat mempertanggung
jawabkan apa yang telah dipercayakan kepada kitadan
apa yang kitalakukan.Kej. 39:5-9
3. Menjaga integritas.
Integritas adalah adalah kekonsistensi dan
keteguhan dan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
Istilah lain tentang integritas adalah menjaga
kekudusan dihadapan Tuhan dan tidak berbuat dosa.
Kej. 39:8-12. Menurut hemat Tom Yeakley bahwa
“Integritas adalah ditunjukkan dan dibangun dari
perkara-perkara kecil dalam hidup kita. Ketika
diperhadapkan pada suatu keputusan yang berkaitan
dengan integritas, kita sering berpikir, “Ah, itu cuma
perkara kecil, ‘kan? Tidak ada yang akan tahu
merasakan dampaknya, kecuali saya.51Disinilah
letaknya integritas kita pada saat orang lain tidak
tahuapa yang kita lakukan.

D. Kekuatan untuk menjadi pemimpin


Kepemimpinan adalah sebuah tanggung jawab
besar dalam hidup seseorang. Seseorang yang diberikan
kepercayaan atau tanggung jawab untuk memimpin
berarti memikul sebuah beban yang telah dipercayakan
kepadanya dan di pundaknya terletak tanggung jawab
tersebut. Dan tidak jarang pemimpin-pemimpin yang

51Tom Yeakley, Character Formation For Leaders, (Bandung: Kalam Hidup, 2013),

hlm. 67
58
hebat yang tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Yang
ada di dalam kepalanya bukanlah masalah-masalah
dirinya sendiri melainkan bagamana tanggung jawab
ini tetap berhasil dan sukses. Itulah pemimpin yang
berorentasi pada tanggung jawabnya. Dia selalu
memikirkan kemajuan kelompok yang dipimpinnya,
dia harus mampu melakukan sesuatu untuk
mengembangkan kelompok yang dipimpinnya, harus
mampu memberikan kebaikan bagi kelompok dan
orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam meningkatkan kemampuan diri sebagai
pemimpin kelak maka pemimpin itu harus mampu
meng-upgrade kemampuannya dengan baik, agar
kualitas dirinya semakin baik. Kemampuan, kualitas
dan potensi itu adalah modal yang harus dimiliki oleh
setiap orang yang akan menjadi pemimpin.
Berdasarkan penjelasan di atas maka saya akan
menguraikan beberapa hal yang harus dimiliki oleh
pemimpin sebagai kekuatan dalam menjalankan
kepemimpinannya, antara lain adalah:

1. Memiliki kekuatan visi


Visi adalahsesuatu yang kita lihat jauh kedepan
yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap kita melalui
hubungan pribadi dengan Tuhan.Visi membuat kita
menemukan arti kehidupan ini dan menuntun kita
melangkah untuk bertindak mencapai masa depan
yang pasti berdasarkan petunjuk dari Tuhan. Yer 29:11-
59
12. Sebab, visi dilahirkan dalam jiwa orang yang
dikuasai kegelisahan antara apa yang ada dan yang
seharusnya. Visi sering dimulai dari ketidakmampuan
untuk menerima hal-hal yang sudah ada. Seiring
dengan berjalannya waktu, ketidakpuasan tersebut
mengalami proses pematangan menjadi sebuah
gambaran jelas tentang apa yang dapat terjadi.52Artinya
visi itu adalah perasaan peka terhadap setiap
kesempatan yang ada.
Setiap kita harus memiliki visi yang kuat dalam
kepemimpinan kita, agar kepemimpinan tersebut
berjalan dengan baik maka kita harus dapat
mengetahui dengan jelas dibawa kemana organisasi ini
yang telah dipercayakan kepada kita. Oleh karena itu,
pimpinlahyang menjadi faktor utama dalam
keberhasilan sebuah organisasi tersebut. Karena
layaknya sebuah kapal, pemimpin merupakan nakhoda
dari kapal tersebut. Seorang pemimpin dalam perannya
di sebuah organisasi mestinya mengenal jalan yang
akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karena itulah pemimpin harus memiliki
visi yang kuat dalam memimpin. Karena “seorang
pemimpin yang berhasil harus mempunyai visi yang
jelas.53Firman Tuhan berkata: “Bila tidak ada wahyu
(visi) menjadi liarlah rakyat”. Amsal 29:18.

52 Andy Stanley, Visioneering “Bagaimana Mengubah Visi Anda Menjadi

Kenyataan”, Yogyakarta: Andi Offset, 2016), hlm. 15


53 Pudjiarto Boestam, Smart Christian Leadership, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013),

hlm. 49
60
Lantas apa manfaaat dari kekuatan dari sebuah visi
yang kita miliki:
Pertama, menguatkan keyakinan kita, kedua,
menumbuhkan keberanian untuk bertindak, ketiga,
menggerakan kreativitas, keempat, meningkatkan
ketahanan terhadap krisis, kelima, menghasilkan maha
karya, keenam, mengukir keabadian, ketujuh, memberi
dorongan dalam jiwa melakukan setiap perkara,
kedelapan, melampaui nilai uang, kesembilan,
melampaui kepentingan diri sendiri, kesepuluh,
membangkit memangat.
Jadi, kekuatan visi dari seorang pemimpin akan
menjaga konsistensi dari organisasi atau kelompok
yang dipimpinnya. Kekuatan visi dari seorang
pemimpin akan menjaga dan menjamin organisasi
tetap pada “on the track” untuk capai tujuan meski
sedang diterpa oleh masalah.

2. Kekuatan komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin,
“comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Akar katanya “communis” adalah “communico” yang
artinya berbagi.54Artinya bahwa komunikasi adalah

54 Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1., (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2004), hlm. 3


61
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-
simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka
dan lain-lain. Dalam berkomunikasi ini harus melewati
sebuah proses penyampain melalui pikiran dari
seseorang kepada orang lain. Dan komunikasi dapat
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003). Oleh karena itu, menjadi seorang
pemimpin tidaklah mudah seperti apa yang ada di
dalam benak kita. Karena untuk menjadi seorang
pemimpin tidak hanya dengan keberanian saja untuk
menjadi seorang pemimpin, tetapi juga meliputi
banyak faktor di antaranya; memiliki kapabilitas yang
baik, memiliki intelektual, percaya diri, tidak mudah
terhasut dengan pendapat/opini orang lain, tegas, adil,
bijaksana, bertanggung jawab terhadap apa saja
tindakan yang di ambil. Semua hal di atas sangat
penting dimiliki oleh setiap kita, namun ada hal yang
lebih penting dari itu bahwa menjadi pemimpin yang
baik, ia harus memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik. Tanpa komunikasi yang
baik maka apa yang kita sampaikan kepada setiap
orang tidak akan tersampaikan karena komunikasi
yang kita pakai kurang jelas sekalipun maksud kita
baik, oleh karena itu marilah kita melatih diri untuk
62
berkomunikasi dengan baik agar setiap apa yang di
ucapkan dapat di terima oleh semua pihak dan juga
tidak menimbulkan kontroversi yang dapat berakibat
buruk bagi si pemimpin itu sendiri.
Kemampuan berkomunikasi sangat mempengaruhi
kepemimpinan pemimpin dalam menjalankan
tugasnya. Sebab, komunikasi adalah menerima atau
memberi dengan menghasilkan pengertian bagi yang
menerimanya. Komunikasi yang aktif harus
menghasilkan pengertian (understanding) bagi pihak
pemberi dan penerima informasi (minimal dilakukan
dua pihak.55 Oleh karena itu, setiap pemimpin harus
memiliki anggota/pengikut guna mereleasikan
pemikiran, ide ataupun gagasannya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah di wacanakan.Disinilah
letak pentingnya kemampuan seorang pemimipin
dalam berkomunikasi dengan baik. Karena organisasi
merupakan kumpulan dari banyak orang dan
komunikasi di sini memiliki peran penting dalam
organisasi. Salah satunya adalah menjaga soliditas
organisasi. Oleh karena itulah dalam membangun
sebuah organisasi dan menjalankan organisasi,
komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk
dijaga oleh seluruh unsur dalam organisasi.

55 Bambang Yudho, How to Build Effective Communication, (Yogyakarta: Andi

Offset, 2010), hlm. 6


63
Selain daripada itu ada beberapa hambatan dalam
berkomunikasi yang harus diperhatikan oleh
pemimpin, antara lain:
Pertama, pendengaran kurang jelas; kedua, selalu
mengabaikan setiap informasi; ketiga, menilai
sumberinformasi itu dari siapa; keempat, memiliki
persepsi yang berbeda; kelima, kata yang berarti lain
bagi orang yang berbeda; keenam, sinyal nonverbal
yang tidak konsisten; ketujuh, terbawa emosi dalam
berkomunikasi.
Kita harus menyadari bersama bahwa hubungan
yang baik bukan dibangun oleh ketidakhadiran
masalah. Justru hubungan yang baik akan diuji oleh
kehadiran masalah tersebut, apakah hubungan itu baik
atau tidak, tentu tergantung kepada kita bagaimana
mengkondisikan keadaan menjadi baik. Oleh karena
itu, jangan hindari atau tutupi masalah, melainkan
pecahkanlah masalah tersebut secara Alkitabiah.
Lantas bagaimana cara kita supaya komunikasi ini
tetap terjaga di antara satu dengan yang lain sesuai
dengan maksud Tuhan. Rasul Paulus memberi
beberapa tips kepada kita agar komunikasi ini tetap
terjalin dengan baik berdasarkan Surat Efesus 4:25-32.
Di sana, paling sedikit ada 4 prinsip penting dalam
berkomunikasi yang harus kita perhatikan:
a. Jujur

64
“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar
seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama
anggota. Ef. 4:25
b. Jangan mudah terpancing emosi
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum
padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis” Ef. 26-27
c. Menjaga perkataan dalam berkomunikasi tanpa
harus berdosa
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia. Ef. 4:29-31
d. Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang
lain.
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap
yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu. Ef. 4:32.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan dan uraian
di atas maka saya akan menguraikan beberapa tujuan
dalamberkomunikasi, yaitu:
Pertama, mengenal diri sendiri dan orang lain,
kedua, mengetahui dunia luar, ketiga, menciptakan dan
memelihara hubungan menjadi lebih
bermakna.keempat, mengubah sikap dan perilaku,
kelima, membangun jiwa yang lemah, keenam,
65
membantu orang lain. Inilah kekuatan dari sebuah
komunikasi.

3. Kekuatan keteladanan
“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam
berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-
sungguh dalam pengajaranmu” Tit. 2:7.Keteladanan
berasal dari kata dasar “teladan” yang berarti sesuatu
yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh baik dari
segi perbuatan, kelakuan dan sifat, dsb.56 Jadi kekuatan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah
kekuatan keteladanan. Melalui keteladan yang
dilakukan oleh seorang pemimpin dapat memimpin
para pengikutnya kejalan yang baik sesuai dengan visi
yang telah disepakati bersama. Keteladanan
merupakan salah satu kunci utama yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, seperti istilah yang
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarso
sung tulada” yang artinya di depan kita menjadi
teladan.Sama dengan para pemimpin dalam Alkitab.
Pemimpin dalam Alkitab mereka berjalan di depan
para domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya
mengikuti dari belakang. Keteladanan dari seorang
pemimpin adalah menjadi salah satu “motor”
penggerak kepada semua orang. Karena konsepnya
dalam sebuah keteladanan akan lebih bermakna

56 Op.cit. Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1424


66
ketimbang seribu kata-kata. Artinya bahwa
keteladanan hidup itumerupakan hal penting, bila
hidup kita tidak menjadi teladan bagi banyak orang
maka sia-sialah apa yang kita katakan. Itulah sebabnya
Rasul Paulus memotivasi Timotius untuk menjadi
teladan yang baik kepada semua orang melalui “dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Tim. 4:12.
Sebab, pada umumnya orang lebih banyak menilai
seseorang bukan hanya dari ucapan, namun lebih
kepada tindakan yang nyata.
Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang berkarakter
baik dan dapat dipercayai banyak orang. Karena
disinilah letak kekuatan keteladanan dari seorang
pemimpin itu. Bila pemimpin memiliki hal ini saya
percaya dia akan mampu mempengaruhi seluruh
elemen yang ada.

4. Kekuatan pengetahuan
Sebagai pemimpin harus memiliki pengetahuan
yang luas. Mengapa demikian? Karena ilmu
pengetahuan ibarat cahaya dalam kegelapan malam. Ia
memberi sinar bagi setiap orang untuk membedakan
jalan lurus dan bengkok, jurang dan dataran. Oleh
karena itu pemimpin harus rajin belajar agar memiliki
pengetahuan yang benar. Raja Salomo adalah
pemimpin yang berdoa kepada Tuhan memohon
hikmat dan pengetahuan. (II Tawarikh 1:10). Dalam
67
buku Amsal kita dapat membaca betapa substansialnya
Hikmat dan Pengetahuan. Nabi Hosea menulis :
Umatku binasa karena tidak mengenal Allah (My
people are destroyed for lack of knowledge. Hosea 4:6).
Kalau umat Tuhan dibinasakan karena kurang
pengetahuan, apalagi para pemimpinnya. Hikmat
(wisdom) atau Kearifan dan kebijaksanaan hanya kita
peroleh dari Tuhan. Pengetahuan dapat kita miliki
karena belajar dari Alkitab (I Timotius 3:15), belajar dari
orang-orang lain, belajar dari buku-buku dan belajar
dari sumber informasi lainnya. Pemimpin harus rajin
belajar. Sebab “belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.57Karena belajar adalah salah
satu referensi yang harus kita budayakan demi untuk
menumbuh kembangkan kemampuan kepemimpinan
kita saat ini, karena melalui belajar kita dapat banyak
hal. Pemimpin yang sukses adalah dambaan semua
orang. Namun kesuksesan yang mereka memperoleh
bukan karena mereka mampu, pintar dan hebat. Tetapi
mereka sukses karena mereka selalu berusaha untuk
terus belajar banyak hal. Apakah ketika mereka sedang
berbicara dengan orang lain atau mendengar
pembicaraan orang lain, kita dapat belajar dari apa

57Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2003), hlm. 13


68
yang orang lain ucapkan. Oleh sebab itu, para
pemimpin, harus rajin belajar dari orang lain (Amsal
27:17, Pengkhotbah 10:10). Zaman ini adalah era
informasi. Zaman ini adalah abad ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan dunia kita dalam bidang
IPTEK maju secara mencengangkan. Perubahan-
perubahan dahsyat terjadi karena revolusi iptek. Oleh
karena itu, pemimpin rohani harus mengantisipasi hal
ini, karena banyak teologi sudah rancu karena
pengaruh filsafat manusia. Seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan intelektual yang baik dan
berlandaskan pada Alkibiah.
Lantas apa manfaat dari ilmu pengetahuan yang
kita peroleh? Berikut ini adalah uraian dari manfaat
ilmu pengetahuan tersebut:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu tentang segala
sesuatu.
b. Memiliki wawasan baru dalam mengetahui sesuatu.
c. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang
dikerjakan.
d. Memberikan pengetahuan tentang perkembangan
proses penciptaan alam semesta ini.
e. Memiliki keinginan untuk melakukan segala
sesuatu
f. Memiliki pikiran yang positif terhadap apa yang
sedang terjadi.
g. Ada waktu untuk berdialog dengan diri sendiri.

69
h. Memiliki waktu untuk membaca buku dan
membantu manusia dalam pengembangan IPTEK.
Memiliki ilmu pengetahuan membantu kita untuk
mengetahui segala sesuatu yang terjadidilingkungan
dimana kita hidup dan menolong kita untuk
berinteraksi dengan apa yang sedang berkembang dan
terjadi. Dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki
maka gaya hidup kita berbeda dengan hewan, kita
sebagai manusia yang memiliki pengetahuan bisa
menciptakan peradaban yang berlandaskan pada
kebenaran itu sendiri.

E. Hal-hal yang harus kita jaga dalam


mengembangkan kepempinan
Semua orang ingin memberi yang terbaik dalam
kepemimpinannya. Entah bagaimana caranya, namun
kerinduan itu sudah ada sejak seseorang dipercayakan
sebagai pemimpin. Sekalipun pada akhirnya banyak
pemimpin-pemimpin yang “gagal” dalam mengemban
kepemimpinannya, walaupun demikian kita sebagai
generasi muda mestinya kita harus belajar dari apa
yang sudah terjadi sebelum dan sesudahnya sebagai
pedoman bagi kita.
Dalam mengembangkan kepemimpinan tersebut
bukan hanya berbicara kekuatan visi, komunikasi,
keteladanan dan pengetahuan, dll.Namun, sebagai
pemimpin muda makaada hal-hal yang perlu kita tetap
jaga dalam diri ini agar prinsip-prinsip yang sudah
70
diuraikan di atas tetap terealisasikan dengan baik. Oleh
karena itu, ada beberapa prinsip penting yang harus
kita jaga saat ini, yaitu:

1. Keyakinan Anda
Keyakinan kita akan membawa kita pada suatu hal
yang selama ini belum kita merasakan dan alami.
Sebab, keyakinanadalah suatu sikap yang ditunjukkan
oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan
menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran.58 Karena keyakinan itumerupakan
ketergantungan yang kuat terhadaphubungan pribadi
dengan Tuhan bahwa Tuhan menyertai setiap kita. Kej.
39:13-23. Oleh sebab itu, keyakinan itu harus dibangun
melalui pengenalan akan Allah yang benar, tanpa
pengenalan Allah yang benar maka segala sesuatu akan
menjadi sia-sia karena keyakinan atau kepercayaan itu
tidak didasarkan pada kebenaran firman Allah itu
sendiri. Contohnya: pada suatu masa, manusia pernah
meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya,
belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Mengapa keliru? Karena keyakinan manusia selalu
didasarkan pada keyakinan diri sendiri tanpa
melibatkan kepercayaannya dan pengetahuan tentang
akan Allah. Keyakinan yang timbul berdasarkan
pengetahuan (Maz. 9:11; Rom. 10:17). Iman bukan

58Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks,

2008), hlm. 5
71
percaya akan sesuatu yang tidak ada buktinya,
melainkan iman beralaskan pada bukti yang paling
baik dan teguh, yaitu firman Allah.59
Melalui keyakinan yang kita miliki dapat membawa
kita dalam mengembangkan diri serta dalam
menghadapi setiap problem yang ada baik dari dalam
maupun dari luar. Keyakinan ini dapat terus dipelihara
dengan menggunakan kekuatan Ilahi dan keahlian
yang kita miliki untuk mengembangkan diri sendiri
dan orang lain. Jadi, dalam mengembangkan
kepemimpinan tersebut tidak terlepas dari keyakinan
kita pada Tuhan dan diri sendiri.

2. Komitmen anda
Seseorang yang memiliki komitmen itu lebih kuat
dibandigkan dengan hanya memiliki minat saja. Karena
tingkat komitmen merupakan kunci yang sangat
menentukan apa yang hendak kita lakukan. Komitmen
adalah suatu janji pada diri sendiri atau kepada orang
lain yang tercermin dalam tindakannya. Seseorang
yang berkomitmen adalah mereka yang dapat menepati
sebuah janji dan mempertahankan janji itu sampai
akhir, walau pun harus berkorban.60 Artinya
bahwakomitmenadalah suatu keteguhan hati untuk
berjanji kepada diri sendiri yang akan memacu dan

59
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2012), hlm. 214
60Samuel T. Gunawan,http://artikel.sabda.org/makna_sebuah_integritas, di unduh
pada hari Sabtu, 8 Agustus 2016. Pukul: 6:49 Wib
72
merangsang seseorang untuk terus berjuang demi
sebuah visi yang ada. Visi itu ibaratmawar tanpa duri,
mawarnya adalah pertumbuhan, kontribusi, dan
imbalan, sedangkan durinya adalah pengorbanan.
Komitmen berarti apa yang terbaik pada hari ini
diharapkan lagi untuk hari esok. Salah satu faktor
pendukung dalam komitmen pemimpin muda adalah
dia konsisten, tegas, dan adil.Selain faktor tersebut, dia
juga harus menerapkan perilaku tepat waktu dan tepat
janji. Seorang pemimpin yangmemiliki komitmen
tinggi dia harus memanfatkan dan memandang waktu:
pertama, tepat waktu adalah “organisasi”, kedua, tepat
waktu adalah “kekuasaan”.ketiga, tepat waktu adalah
“ukuran”. keempat, tepat waktu adalah “nilai uang”.
Selanjutnya komitmen seorang pemimpin bukan
hanya diterapkan dalam pekerjaan semata, tetapi
komitmen seorang pemimpin harus diterapkan dalam
pengendalian diri agar tidak mudah terpengaruh
dengan suasana yang tidak kondusif. Lalu bagaimana
caranya agar pengendalian diri ini menjadi sebuah
komitmen pribadi, yaitu: pertama, memiliki ketabahan
hati,kedua, memiliki keuletan dalam melakukan setiap
pekerjaan, ketiga, memiliki disiplin tinggi, keempat,
memiliki hati yang mau kerja sama dengan orang lain.
Jadi, dalam mengembangkan kepemimpinan harus
disertai dengan komitmen pada diri sendiri dan orang
lain. Fil. 3:13.
3. Kasih sayang Anda
73
Kasih sayang adalah suatu sikap saling
menghormati dan mengasihi sesama ciptaan Tuhan
tanpa memandang bulu. Firman Tuhan berkata
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Mat. 22:39. Dasar kasih sayang ini harus berlandaskan
pada hati nurani yang luhur. Kita sebagai warga negara
yang baik sudah sepatutnya untuk terus memupuk rasa
kasih sayang terhadap orang lain tanpa membedakan
saudara, suku, ras, golongan, warna kulit, kedudukan
sosial, jenis kelamin, dan tua atau muda.
Jadi, kasih sayang ini menjadi faktor penting yang
harus dimiliki oleh seorang remaja atau pemuda dalam
mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemimpin,
tanpa kasih sayang yang lahir dari dalam diri kita maka
kepemimpinan kita kelak akan mengalami goncangan
dan tidak akan selaras dengan tujuan yang kita
harapkan bersama. Oleh karena itu, segala sesuatu
harus didasarkan pada kasih yang benar karena Allah
telah mengasihi kita apadanya tanpa mengingat setiap
kesalahan yang pernah kita buat, tentu kita harus
mengasihi.

4. Pemahaman Anda.
Pemahaman adalah kekuatan persepsi yang arif
sehingga membuat seseorang mampu menggunakan
informasi secara efektif. Pemahaman mencakup
pengertian akan masa lalu, kesadaran akan masa
sekarang, dan visi tentang masa depan. Jadi pemimpin
74
mampu mengintegrasikan masa sekarang dengan masa
yang akan datang, kemudian memproyeksikannya
untuk membentuk masa yang akan datang.
5. Keberanian Anda
Karakteristik yang kelima dari kepemimpinan
adalah keberanian yang benar, yaitu keberanian untuk
menindaklanjuti keyakinan-keyakinan kita dengan
keteguh untuk menghadapi tantangan yang terus-
menerus; keberanian untuk berkorban dan mengambil
risiko serta tidak mementingkan diri sendiri;
keberanian untuk memberi, menikmati, dan untuk
hidup. Artinya bahwa keberanian adalah suatu sikap
untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan
kemungkinan-kemungkinan buruk. Aristoteles
mengatakan bahwa, “The conquering of fear is the
beginning of wisdom. Kemampuan menahklukkan rasa
takut merupakan awal dari kebijaksanaan.” Dan
keberanian tidak harus ditunjukkan melalui tindakan-
tindakan penuh resiko.61 Karena keberanian adalah
mengatasi kesulitan dengan gigih dan gembira; dan ini
terlihat pada orang-orang yang bergerak kearah sukses,
bukannya lari dari kegagalan.Yos 1:9b; Ibr 13:5b.Jadi,
orang-orang yang mempunyai keberanian akan
sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah
kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di
sekitarnya.Keberanian bukanlah sekadar lawan kata

61Andrew Leigh, Charisma Effect, (Jakarta Selatan: Ufuk Press, 2009), hlm. 134
75
dari “ketakutan/rasa takut”, tetapi keberanian
memiliki arti yang jauh lebih dalam dari itu.
Keberanian bisa dipilih oleh kita di dalam segala
bentuk situasi hidup yang kita alami.
Lantas seperti apaciri-ciri keberanian secara umum:
 adanya kemauan untuk melakukan sesuatu
 percaya diri
 konsistensi
 optimisme
Selain ciri-ciri secara umum maka di bawah ini saya
juga menguraikan beberapaciri-ciri khusus tentang
keberanian, yaitu:
 berpikir secara matang dan terukur sebelum
bertindak
 mampu memotivasi orang lain
 selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta
pikiran dengan pengetahuan baru menuju ke arah
yang benar
 bertindak nyata
 semangat
 menciptakan kemajuan
 siap menanggung resiko
 konsisten

6. Motivasi dan tekad Anda


Secara etimologis kata motivasi berasal dari kata
motif, yang artinya dorongan, kehendak alasan atau

76
kemauan.62 Istilah lain dari motivasiadalah proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya.63Sedangkan tekad
adalah suatu kemauan (kehendak) dari seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi dan tekad
adalahsuatu dorongan yang ditimbulkan oleh kemauan
seseorang untuk melakukan sesuatu/ perbuatan yang
baik. Artinya bahwa sebuah keputusan yang sumbernya
datang dari diri kita sendiri, yang bisa kita salurkan
untuk menggapai panggilan, mimpi, harapan, dan
tujuan hidup kita.
Dengan adanya motivasi dan tekad maka seseorang
dapat menjadi bersemangat untuk melakukan apa yang
harus ia lakukan. Tindakan motivasi memiliki tujuan
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan
sesuatu hingga dapat memperoleh hasil atau mencapai
tujuan tertentu. Artinya seorang pemimpin yang baik
harus memiliki motivasi dan juga harus mampu
memotivasi orang lain. Dia harus memiliki tekad dan
keyakinan yang besar, sehingga bawahannya yakin
padanya dan mau mengikuti perintahnya.

7. Antusiasme

62 Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

hlm. 142
63Mitchell, T. R, Research in Organizational Behavior, (Greenwich, CT: JAI Press,

1997), hlm. 60-62


77
Manusia membutuhkan semangat dan perasaan
antusias bukan hanya supaya mereka dapat terus-
menerus bekerja, tetapi juga akan membuat mereka
melakukan pekerjaan mereka dengan sukacita.
Memang menjalani hidup ini memang tidak mudah
karena selalu berhadapan dengan banyak tantangan.
Hampir setiap hari kita menerima ujian dalam
hidup ini, yang kadang dapat membuat kita patah
semangat. Tetapi dengan adanya antusiasme yang
tinggi dalam diri ini akan memberikan energi yang
positif dalam mengerjakan segala sesuatu. Asalkan kita
menyadari bahwa kekuatan/ semangat yang kita miliki
saat ini bukan semata-mata dari diri kita sendiri,
melainkan kekuatan itu diberikan oleh Tuhan Yesus
kepada setiap orang percaya.
Saya percaya dengan iman orang-orang yang
memiliki semangat tinggi, apapun permasalahan yang
sedang terjadi dalam pekerjaansaat ini semuanya akan
teratasi dengan baik, jika kita memiliki antusias yang
tinggi bersama dengan Tuhan. Sebab Tuhan berkata
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah
semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” 2 Taw.
15:7. Janji Tuhan selalu ada bagi orang yang mau
menjalaninya dengan baik dan mengikuti setiap
perintah-Nya dengan benar, sehingga Dia
berkata“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu:
kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan
tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau,
78
ke manapun engkau pergi. Yosua 1:9. Satu hal yang
Tuhan minta dari kita adalah menjaga hidup benar
dihadapan-Nya. Alias jangan neko-neko.
Oleh karena itu, sebagai pemimpi harus
milikiantusiasme yang tinggi. Sebab, antusiasme adalah
energi kehidupan yang tertanam di dalam diri setiap
manusia, energi yang membuat maju dan terus maju.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki
antusiasme dan semangat yang besar. Melalui
antusiasme ini saya yakin hidup ini menjadi lebih
hidup, berwarna, dan bermakna, bukan saja bagi diri
sendiri tetapi bagi orang lain disekitarnya, sehingga
mereka merasa terinspirasi dan termotivasi oleh
semangat pemimpinanya.
Jadi dalam merealisasikan semua ini maka ada hal-
hal yang perlu kita perhatikan agar antusiasme yang
kita miliki saat ini tetap terjaga dengan baik. Pertama,
bebaskan diri dari kuasa masa lalu. Yer. 29:11, kedua,
berfokuslah pada kekekalan. 2 Kor. 16-18, ketiga,
temukan damai sejahtera Anda dalam Yesus. Yoh. 16:33,
keempat, arahkan iman Anda pada Allah. 2 Kor. 1:8-
10.64
BAB IV
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM
MENGEMBANGKAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN

64 Henry Wolmarans, Yes You Can! “Prinsip Alkitab Meraih Sukses Seperti yang

Anda Impikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm. 30-32


79
Dibagian sebelumnya saya telah memaparkan
sedikit bahwa semua kita adalah pemimpin, paling
tidak memimpin diri sendiri, orang yang lain dan
orang-orang yangterdekat dengan kita, yaitukeluarga
kita sendiri. Tetapi dengan berjalannya waktu tidak
tertutup kemungkinan untuk memimpin yang lebih
besar daripada itu. Pada dasarnya semua orang bisa
menjadi pemimpin asalkan dia memiliki keyakinan
yang kuatuntuk memimpin dan menggapainya dengan
baik, tentu semuanya itu kembali kepada pribadi
masing-masing. Apalagi kita memiliki dasar yang kuat
berdasarkan janji Tuhan dalam Kitab Ulangan 28: 13, di
sana Dia menegaskan bahwa “TUHAN akan
mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan
menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan
turun,apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN,
Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan
dengan setia”.
Hal-hal seperti inilah yang menjadi poin penting
bagi kita sebagai remaja dan pemuda-pemudi untuk
merealisasikan janji-janji Tuhan itu dalam kehidupan
sehari-hari.Sekalipun pada kenyataannya saat ini, tidak
semua orang menjadi pemimpin, namun bukan berarti
mereka tidak memiliki kemampuan untuk memimpin.
Hanya saja mereka tidak pernah mendapat kesempatan
untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Itu juga salah satu faktor penghambat bagi mereka
yang belummenjadi pemimpin. Di satu sisi memang
80
benar tetapi disisi lain adabeberapa faktor lain
yangmenghambat mereka dalammengembangkan dan
maksimal diri sebagai pemimpin.
Oleh karena itu, ijinkanlah saya untuk menguraikan
beberapa faktor yang menghambat para pemimpin
untuktidak bisa berkembang dalam memimpin:

A. Mereka selalu mengingat masa lalu


Masa lalu adalah sebuah perjalanan hidupseseorang
yang pernah dilewati dan dialami sebelum menjalani
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Kebanyakan orang tidak bisa melupakan masa lalu,
karena mereka pernah hidup di masa itu dan mereka
pernah merasakan pahit dan enaknya keadaan itu,
sehingga keadaan masa lalu itu tanpa disadari masih
terbawa-bawa sampai sekarang ini.Bayangan masa lalu,
bisa membawa kita kepada hal yang baru, apa bila kita
menanggapinya dengan baik atau sebaliknya,
karenamasa lalu bisa menjadi cermin bagi setiap kita
dalam menghadapi setiap realita yang ada saat ini.
Namun, tidak semua orang bisa memahami dengan
baik masa lalu, karena mereka menganggap bahwa
masa laluadalah sebuah bayangan dan sejarahhidup
yang penuh dengan probleman dan yang tidak dapat
dilupakan begitu saja. Salah satu problem yang sering
dialami kebanyakan anak muda pada umumnya
adalahdia pernah gagal dalam usaha, cinta, ditolak oleh
keluarga dan lingkungan, mengalami kekerasan fisik
81
atau seksual dan korban pencerai dari orang tua
(broken home),dll.Akibat dari persepsi yang salah itu,
mereka berpikir bahwa keadaan inilah yang membuat
mereka tidak berdaya dan berbuat apa-apa. Itulah
sebabnya Allah menegur bani Israel melalui nabi
Yesaya “firman-Nya: “Janganlah ingat-ingat hal-hal
yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang
dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat
sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh,
belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak
membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di
padang belantara” Yes. 43:18-19. Allah menegur dan
menasihati mereka agar mereka berhenti memikir
masa lalu itu, sebab masa lalu tidak bisa mengerjakan
apa yang dikerjakan oleh Allah saat ini, walaupun masa
lalu itu adalah bagian dari kehidupan setiap orang saat
ini.Paulus berkata “Saudara-saudara, aku sendiri tidak
menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi
ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah di
belakangkudan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku.
Memang bagi banyak orang melupakan masa lalu
sangat menyakitkan dan sulit untuk dilakukan, oleh
karena itu belajarlah untuk melepaskan masa lalu agar
tidak menjadi penghalang di masa depan, walaupun
masa lalu itu sulit untuk dilupakan, tetapi ingat terlalu
memikirkan masa lalu, bisa jadi pengaruh
ketidakbahagiaan anda saat ini. Karena “Anda telah
82
diberi hidup milik anda. Tidak ada orang lain yang
memiliki versi kehidupan anda. Anda tidak akan
pernah bertabrakan dengan diri anda dijalan. Tidak ada
orang lain yang memiliki garis keturunan, cinta, dan
kerinduan seperti anda. Kehidupan anda tidak akan
sama dengan kehidupan orang lain.65 Oleh karena itu
milikilah prinsip hidup yang benar yang melampaui
segala persoalan yang aanda alami. Melalui
prinsipkebenaran yang telah kita bangun dalam diri ini,
itu akan memungkinkan kita untuk bisa mengatasi
sagala ketakutan masa lalu dan mampu menghadapi
masa depan dengan iman!
Berikut ini ada beberapa tips yang bisa membantu
kita untuk bisa mengatasi dan melupakan masa lalu
yang buruk itu, yaitu:
Pertama, hadapi masa lalu itu dengan iman. Fil. 4
:13
Kedua, jangan menyerah hanya karena masa lalu.1
Kor 10:13; Am. 18:14;
Ketiga, mau memaafkan dan melupakan masa lalu.
Matius 6:14-15.
Keempat, fokus pada kehidupan anda saat ini.
Terlalu memikirkan masa lalu akan membuat jalan
hidup anda berantakan. Maz. 119:33-48.
Kelima, jangan menyalahkan diri sendiri.Jika kita
selalu menyalahkan diri sendiri maka kita akan merasa

65Maxlucado, Diciptakan Untuk Membuat Perbedaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2011), hlm. 4
83
depresi karena kita akan selalu diliputi rasa bersalah.
Efesus 2:4; Yoh.14:15-18; Galatia 2:20; Efesus 2:10.
Keenam, positive Thinking. Berpikir positif akan
membuat Anda senantiasa berprasangka baik terhadap
segala hal buruk yang terjadi dalam hidup Anda. Fil.
4:6.
Ketujuh, bersukacita, berdoa dan senantiasa
bersyukur. 1 Tes. 5:16-18.
Kedelapan, mengintrospeksi diri sendiri. Mat. 7:3-5.
Oleh karena itu, sebagai manusia seharusnya kita
memiliki keyakinan yang kuat, agar prinsip-prinsip di
atas dapat berjalan dengan baik dan bisa direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab ituada tiga
komponen penting yang harus kita pegang, yakni:
pertama, keyakinan terhadap Tuhan, kedua,keyakinan
terhadap diri sendiri, ketiga, keyakinan terhadap
potensi diri sendiri.66
Jadi, masa lalu adalah pengalaman hidup yang
sangatlah berharga dan fenomenal bagi setiap kita,
untuk itu jangan terlalu memfokuskan hidup anda
pada sebuah pengalaman masa lalu, karna anda terlahir
untuk masa kini dan masa depan. Jadi jangan biarkan
hidup anda terbelenggu oleh masa lalu. Masa kini
adalah sebuah realita dan masa depan adalah harapan
namun masa lalu adalah sebuah sejarah yang telah kita
lewati bersama.

66 Yosua L. Hadiputra, Kualitas Orang Sukses, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm.
13-14
84
B. Mereka selalu menyalahkan situasi/ keadaan
Setiap orang pasti mempunyai masa lalu, ada yang
buruk dan ada yang baik. Masa lalu seseorang pasti
bukan perasaan senang atau sengsara yang sederhana,
tetapi percampuran dari berbagai perasaan, emosi dan
keadaan yang kurang menyenangkan. Masa lalu
seseorang bisa berpengaruh pada kehidupannya saat
ini. Kita harus mengakui hal itu bahwa setiap manusia
memiliki masalah masa lalu, namun disisi lain, kita
juga harus mengakui bahwa hidup adalah suatu
anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia. Dan
secara naluri manusia ingin hidup bahagia. Tetapi
dibagian lain,manusia melupakan sesuatu yang
terpenting dalam hidupnya bahwa hidup itu tak akan
selamanya bahagia dan begitu pula sebaliknya. Nah,
pada saat manusia sedang dalam kondisi yang tidak
sesuai dengan harapan seringkali mereka putus
semangat dan frustrasi. Mereka berpikir bahwa
kegagalan merupakan jalan buntu bagi mereka.
Sikap seperti ini adalah sikap yang pesmis yang
tidak mau berubah pada suatu perubahan yang
ada.Pesimis adalah sebuah sikap atau pandangan
seseorang terhadap suatu hal yang digambarkan
dengan ciri-ciri tidak yakin, murung, sedih, rasa putus
asa, tidak ada harapan dan seperti berada dalam masa-
masa yang sangat buruk.

85
Ada empat ciri-ciri orang yang pesmis,
yaitu:pertama, mereka kurangpercaya diri, kedua,
mereka jarang berkomunikasi dengan orang lain atau
lingkungan sekitarnya, ketiga, mereka beranggapan
bahwa tidak ada dukungan moril dari orang atau
lingkungan sekitarnya terhadap diri mereka sendiri,
keempat, mereka selalu berpikir bahwa mereka tidak
memiliki kemampuan bersaing dengan orang lain.
Akibat dari sikap yang pesmis itu maka
terbentuklah sikap yang selalu: pertama, menyalahkan
diri sendiri, kedua, menyalahkan orang lain, ketiga,
menyalahkan keadaan, keempat, menyalahkan Tuhan .
Lantas bagaimana cara kita untuk memenangkan
keadaan ini?

1. Miliki sikap yang optimis.


Optimisme adalah cara berpikir yang positif dan
realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir
positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari
keadaan terburuk. Lopez dan Snyder berpendapat
optimisme adalah suatu harapan yang ada pada
individu bahwa sesuatu akan berjalan menuju kearah
kebaikan. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar
dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena
adanya pemikiran dan perasaan yang memiliki
kemampuan, juga didukung anggapan bahwa setiap

86
orang memiliki keberuntungan sendiri-sendiri.67 Sebab
menurut Ubaedy bahwa optisme ini memiliki dua
pengertian. Pertama,optimisme adalah doktrin hidup
yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya
kehidupan yang lebih baik. Kedua, optimisme berarti
kecenderungan batin untuk merencanakan aksi untuk
mencapai hasil yang lebih bagus.68
Jadi, melalui sikap optimis yang dimiliki oleh
seseorang, mereka dapat mencapai masa depan yang
lebihbaik dari sebelumnya. Mereka tidak menemukan
alasan esok hari tidak bisa lebih dari sekarang, dan itu
benar. Keadaan dan kegagalan yang sudah pernah
terjadi dalam hidup mereka, mereka berkata bahwa hal
itu tidak akan berpengaruh terhadap diri mereka saat
ini, sebab mereka memiliki gaya hidup yang selalu,
yaitu: pertama, dikontrol kearah yang lebih baik, kedua,
memandang ke depan, ketiga, percaya terhadap diri
sendiri, keempat, melihat peluang yang ada, kelima,
membuat hidup menjadi lebih baik, keenam, berterima
kasih kepada Tuhan atas semua hal yang terjadi dalam
hidup ini, ketujuh, membuang segala perasaan
minder/rendah diri, kedelapan, menerima keadaan diri
dan berpikir positif, kesembilan, tidak selalu menuntut
apapun, kesepuluh, hidup apa adanya.

67 Lopez, & Snyder, C.R,. Positive Psychological Assessment a Handbook of Models

& measures, (Washington. DC : APA, 2003)


68 Ubaedy, A. N, “Ubah Sikap Raih Kesuksesan”. Jakarta : Persepektif Media

Komunika Vision 3, 2008.


87
Mereka berpikir bahwa “kegagalan dan rintangan
pasti ada. Kegagalan dan rintangan adalah bagian
kehidupan. Hanya di surga tidak ada kegagalan dan
rintangan. Sampai kematian datang selalu saja akan
ada masalah.69
Oleh karena itu, hiduplah seperti pohon kayu yang
lebat buahnya. Hidup di tepi jalan dan ketika dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. Jangan
melihat dimana Anda jatuh, tetapi lihatlah dimana
Anda tergelincir.

2. Miliki sikap hidup yang dinamis


Arti kata dinamis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “penuh semangat dan tenaga
sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan dan sebagainya; mengandung
dinamika.70 Sedangkan artikata dinamis dalam bahasa
Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak
mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh.
Dinamis juga dapat diartikan sebagai kemampuan
melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap
positif, sekalipun berada dalam kesulitan. Selain dari
pada itu, dia selalu berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang
lebih baik dan lebih maju. Jika percaya bahwa Anda

69
Charles Agyin-Asare, Dari Orang Biasa Menjadi Luar Biasa, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2008), hlm. 60-61
70 Op.cit, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 329

88
bisa, maka bisa,71untuk melakukan demi kebaikan yang
lebih baik.
Kemajuan itudimulai dari perubahan sikap
seseorang tanpa perubahan sikap dari seseorang maka
mustahilah terjadi suatu kemajuan. Miskipun banyak
manusia yang membenci perubahan namun mau tidak
mau haruslah mengakui bahwa perubahan adalah
sumber kemajuan.72 Namun tidak sedikit orang-orang
yang mengambil keputusan untuk berubah. Mengapa
seseorang akhirnya memutuskan untuk berubah atau
mengubah dirinya?Ada beberapa faktor yang
mendorong mereka menuju perubahan itu.
Pertama, trauma atau pengalaman buruk di masa
lalu yang terus menghantui dirinya, kedua, terobsesi
dengan lingkungan sekitarnya sehingga mau tak mau
harus berubah, ketiga, sering mengalami cobaan hidup
yang sangat menyakitkan hidupnya.
Orang-orang yang memahami dan mengerti pokok
permasalahan yang mereka rasakan saat ini
kebanyakan di antara mereka:
a. Memilih untuk melangkah maju, bukan untuk
mundur atau berhenti di tengah jalan
b. Memiliki kemampuan dalam menyerap pelajaran
positif di balik setiap pemasalahan yang ada.

71
Norman Vincent Peale, Enam Sikap Pemenang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), hlm. 6
72 Paulus Winarto, Hidup Berbuah, (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hlm. 66

89
c. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
permasalahan diri sendiri
d. Selalu berpikir positif dalam konteks peluang,
kemampuan, kemungkinan dan menjauhi pikira-
pikiran tentang keterbatasan atau ketidak-mampua.
e. Mempunyai dorongan untuk menghasilkan
perbedaan yang unik.
f. Dapat memunculkan banyak alternatif dan opsi
untuk bisa sampai pada sasaran yang ingin dicapai.
g. Memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya
mampu untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai.
Jadi, melalui beberapafaktor di atasmemang bisa
memberi pengaruh yang berbeda-beda pada setiap kita.
Namun bagi sebagian yang lain, akan membuat mereka
terdorong bahkan terpacu untuk berubah ke arah yang
lebih baik. Tetapi bagi sebagian yang lain justru ke arah
sebaliknya.
Misalnya, mereka malah menjadi frustrasi, apatis,
atau terjerumus ke perbuatan-perbuatan negatif yang
merusak diri sendiri, misalnya menjadi pecandu
narkoba. Atau, terdorong untuk meraih kekayaan
dengan cara instan meskipun harus melanggar hukum
dan moral. Misalnya, menjadi “wanita piaraan” seorang
konglomerat atau melakukan tindakan korupsi, dll.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian dan penjelasan
di atas, saya menghimbau setiap kita untuk memiliki
sikap yang mau berubah kearah yang lebih baik
dantidak ada kata tidakbisa untuk berubah, karena
90
itulah yang Tuhan mau dari hidupkita adalah berubah.
Karena Dia mau kita hidup sesuai dengan norma-
norma dan nilai-nilai kebenaran yang ada saat ini.
Sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib kita jika
sendiri tidak mau mengubahnya.73 Oleh karena itu,
“Bersedialah menerima perubahan tanpa
menghilangkan prinsip dan nilai Anda. 74 Itulah
sebabnya Rasul paulus berkata kepada jemaat di Roma
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna”. Rom. 12:2.

3. Menolak perkataan yang selalu mengutuk diri


sendiri
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia. Ef. 4:29; Jagalah
hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari
padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari
padamu. Amsal 4:20-27.
Jadi, ayat firman Tuhan ini sebenarnya sedang
mengingatkan kita tentang perkataan yang tidak baik

73 Ibid, Paulus Winarto, hlm. 87


74 Op.cit, Charles Agyin-Asare, hlm. 70
91
terhadap diri sendiri dan orang lain. Biasanya ketika
kita ada dalam keadaan yang susah, tanpa kita sadari
sering mengeluarkan kata-kata yang kurang
baikterhadap diri sendiri. Seolah-seolah tidak ada
harapan lagi dalam hidup ini. Dan tidak sedikit
diantara kita saat ini yang selalu menvonis diri sendiri,
saya ini tidak mampu untuk melakukan itu, saya tidak
punya bakat dibidang itu, saya tidak pintar untuk
mengerjakan hal itu, saya benar-benar tidak cukup baik
dibandingkan dengan orang itu dan saya ini adalah
orang yang berdosa dihadapan Tuhan. Ucapan-ucapan
inilah yang melemahkan diri sendiri, sehingga pada
akahirnya kita sendiri yang merasakan akibat dari apa
yang kita katakan saat itu, karena setiap perkataan
yang kita ucapkan itu sangat berkuasa dan
berpengaruh terhadap hidup kita kelak.Oleh karena
itu, marilah kita menolak perkataan-perkataan yang
selalu mengutuk diri sendiri selama ini dan saatnyakita
menggunakan kata-kata yang positif terhadap diri
sendiri. Menurut penjelasan B.D. Bartruff bahwa “orang
yang telah menerima diri sendiri dan belajar
menyenanginya tidak perlu mencari perhatian orang
lain.75 Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa “orang
yang mengerti siapa dirinya sebagai manusia, termasuk
citra dirinya, akan dapat mengendalikan dengan lebih
baik berbagai macam keadaan yang memungkinkan dia

75B.D. Bartruff, Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2005), hlm. 61


92
menghadapinya,76 temasuk dalam mengendalikan kata-
katanya baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain.
Berikut ini ada beberapa prinsip pentingyang harus
kita bangundalam diri kita saat ini, agar kutuk ucapan
itu tidak menghalangi prestasi diri kita kelak. Oleh
karena itu marilah kita perkatakan hal ini setiap hari
dalam hidup kita, yakni:
1. Kita adalah orang yang paling berharga dimata
Tuhan. Yes. 43:4
2. Kita adalah buatan Allah yang diciptakan dalam
Kristus Yesus. Ef. 2:10
3. Kita adalah orang yang paling dikasihi oleh Tuhan.
Ef. Ef. 2:4
4. Kita adalah orang yang paling diberkati oleh Tuhan.
Maz. 112:1-2,
5. Kita adalah orang yang telah ditebus dan diampuni
oleh Tuhan Yesus. 1 Petrus 1:18; 2 Kor. 5:21,
6. Kitahidup dengan iman, bukan dengan kekuatan
sendiri. Gal. 2:20
7. Kita meyakini bahwapunya masa depan bersama
dengan Tuhan. Ams. 23:18.
8. Kita adalah kepala dan bukan ekor. Ul. 28:13
Melalui prinsip-prinsip diatas, kita harus memilih
untuk percaya bahwa kita sama sekali tidak memiliki
alasan untuk takut, terutama tentangpendapat orang

76 Ibid, B.D. Bartruff, hlm. 65


93
lain terhadap hidup kita saat ini. Kita harus meyakini
pada janji Tuhan dan menolak setiap perkataan yang
tidak benar terhadap diri sendiri termasuk ucapan kita
sendiri. 1 Pet. 3:10-12.
Jadi, kesenangan terbesar dalam hidup ini adalah
melakukan sesuatu hal, dimana orang lain menganggap
bahwa kita tidak mampu melakukan hal tersebut.

C. Menghindar dari sebuah tanggung jawab


Kita pernah diberikan sebuah tanggung jawab.
Entah itu di sekolah, di kampus, di gereja, di
masyarakat, dikantordandalam keluarga kita, dll.
Tanggung jawab ini juga ada tingkatannya ada yang
ringan dan ada yang rumit. Dan tidak sedikit diantara
kita juga yang selalu bertanya dan memprotes,
mengapa sih saya yang harus jadi sebagai penanggung
jawab disitu? Bukankah ada orang yang lebih baik dari
saya? Apa sih keistimewaan saya dibandingkan dengan
orang lain?
Memang pertanyaan-pertanyaan semacam itu tidak
salah dan itu adalah bukti bahwa kita menyadari
keterbatasan kita sendiri dalam melakukan setiap
pekerjaan yang ada.Tetapi kepercayaan yang diberikan
kepada kita saat ini, tentu tidak lain dan tidak bukan
karena kita dianggap sudah bisa untuk melakukannya.
Kita harus menyadari bahwa tanggung jawab adalah
sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia dan
setiap manusia lahir di dunia ini memiliki tanggung
94
jawab untuk hidup dan untuk dihidupi. Selain dari itu
juga tanggung jawab ini bisa dikelompokkan dalam dua
hal. Pertama, tanggung jawab individu terhadap dirinya
sendiri.Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang
lain dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Sehingga
manusia itu disebut makhluk sosial. Artinya, manusia
tak dapat hidup dengan diri sendiri saja. Ia
membutuhkan orang-orang lain.77 Artinya bahwa
manusia memiliki bermacam-macam tanggung jawab
yang dimulai dari. Pertama, tanggung jawab terhadap
diri sendiri, kedua, tanggung jawab terhadap keluarga,
ketiga, tanggung jawab terhadap masyarakat, keempat,
tanggung jawab kepada Bangsa/Negara, kelima,
tanggung jawab terhadap Tuhan.
Melakukan tanggung jawab bukan perkara yang
mudah. Sering kali seseorang menghindar dari sebuah
tanggung jawab hanya karena alasan-alasan lain.
Orang-orang semacam ini kita bisa temui dalam Injil
Matius, disana dijelaskan bahwa “Kini datanglah juga
hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata:
Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam
yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur
dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak
menanam. Mat. 25:24.
Ayat di atas memberi gambaran kepada kita bahwa
kebanyakan orang mengelak pada tanggung jawab,

77 Eka Darmaputera, Hidup Yang Bermakna, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2009),


hlm. 19
95
karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” dari
tanggung jawab, daripada “menerima” tanggung
jawab.Yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa
kebanyakan orang selalu menghindar dari sebuah
tanggung jawab? Alasan yang mendasar menurut saya
adalah:
a. Dia merasa takut gagal. Matius 6:27
b. Dia marasa tidak bisa dan tidak mampu
c. Dia malas mengerjakannya
d. Dia tidak banyak waktu untuk mengerjakannya
e. Dia berpikir bahwa orang lain mengambil untung
atas apa yang dia kerjakan.
Banyak orang mengelak bertanggung jawab, karena
memang lebih mudah menggeser tanggung jawabnya,
daripada berdiri dengan berani dan menyatakan
dengan tegas bahwa, “Ini tanggung jawab saya!.
Mungkin kita juga salah satu pelakunya yang selalu
menghindar dari tanggung jawab itu.
Orang-orang semacam ini, kita dapat
menggolongkan kedalam beberapa ciri-ciri, sebagai
berikut:
a. Dia suka membela diri sendiri
b. Dia suka mencari kambing hitam
c. Dia suka menghindar dari kelompok orang lain
d. Dia suka manipulasi, curang/berbohong
e. Dia suka lempar batu sembunyi tangan
Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa poin-
poin di atas salah satu penghambat bagi seorang
96
pemimpin dalam mengembangkan diri sebagai
pemimpin kelak, ketika kita menghindar dari sebuah
tanggung jawab, itu artinya kesempatan baik bagi kita
tidak terulang lagi yang kedua kalinya. Di saat kita
menghindar, di saat itu juga orang lain tidak
mempercayai kita lagi bahkan kita dianggap tidak
mampu untuk melakukannya.
Apa yang mempengaruhi mereka,sehingga mereka
menghindar dari tanggung jawab itu? Ada dua faktor
utama, yaitu:Pertama, faktor internal (diri sendiri).
Kedua, eksternal (lingkungan sekitar atau orang lain).
Jadi, menghindari dari tanggung jawab jelas bukan
merupakan tindakan yang baik, karena dengan
melakukannya, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang
lebih baik dan memiliki karakter yang tangguh dalam
menghapi segala tantangan. Itulah sebabnya kita tidak
memiliki alasan untuk menghindar dari sebuah
tanggung jawab.

D. Mereka egois
Saya tidak tahu benar atau tidak bahwa kegagalan
seorang pemimpin pada umumnya adalah karena
mereka masih memiliki keegoisan yang tinggi.Istilah
“egoism” berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang
berarti “Diri” atau “Saya”, Dengan demikian, istilah ini
etimologis berhubungan sangat erat dengan
egoisme.Dalam kamus istilah psikologi (Kartono
dalam), egosentrisme didefinisikan sebagai
97
menyangkut diri sendiri, keasyikan terhadap diri
sendiri.78
Jadi, egoisme merupakan motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
hanya menguntungkan diri sendiri. Hal ini sangat
bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab
bahwa “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-
orang yang berhak menerimanya, padahal engkau
mampu melakukannya.”Amsal 3:27. Ayat ini memang
sulit dikerjakan oleh orang yang egois, tapi Tuhan
meminta kita supaya jangan menahan kebaikan, karena
kita mampu memberikan kebaikan itu kepada orang
lain. Walupun pada dasarnya setiap orang memiliki
sifat egois, karena sifat tersebut merupakan sifat
alamiah seseorang untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya. Secara alamiah sifat egois mulai timbul
ketika manusia melihat dan merasakan.
Lalu apa yang membuat seseorang egois? Berikut ini
adalah uraiannya:
Pertama, perhatian yang berlebihan (pada masa
kecil). Perhatian yang berlebihan yang diberikan oleh
orang tua semasa kecil menjadi salah satu faktor
pemicu sifat egois pada seseorang. Dengan kata lain, ia
selalu dijunjung dan diutamakan dari yang lain.
Kedua, perlindungan yang berlebihan (pada masa
kecil). Dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak,

78 Chaplin, J. P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan oleh Kartini dan

Kartono, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2008, hlm.160


98
seringkali orang tua memberi perlindungan yang
berlebihan dari berbagai macam kegagalan dan
kesalahan. Bahkan sampai ia tidak pernah disalahkan
dan senantiasa dibenarkan.
Ketiga, anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus,
sering kali mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak
hati-hati anak seperti ini bisa tumbuh menjadi pribadi
yang egois, karena dia menganggap semua harus
dipusatkan pada dia. Dan tidak jarang anak-anak
seperti itu menuntut perlakuan yang sama dari semua
orang lain.
Keempat, kurangnya perhatian. Selain perhatian
yang berlebihan, kurangnya perhatian juga bisa
menjadi pemicu tumbuhnya sifat egois pada
seseorang.Sebenarnya penyebab utama sifat keegoisan
seseorang terletak pada kesalahan pola asuh orang tua
dan keadaan lingkungan dimana dia tinggal. Sehingga
banyak anak-anak muda saat ini yang memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan caranya sendiri tanpa
mempedulikan perasaan orang lain.Ia selalu menuntut
orang untuk melihat dari kacamatanya, memahami
dirinya, memahami isi hatinya tapi dia sendiri tidak
pernah memahami isi hati orang, perasaan orang, apa
yang terkandung dalam benak orang lain, sebab yang
diperhatikannya hanyalah perasaannya sendiri.
Akibat dari sifat keegoisan tersebut di atas, maka
terbentuklahtindakan yang selalu:
99
1. Menang sendiri
2. Memetingkan diri sendiri
3. Menyalahkan orang lain
4. Menilai orang lain
5. Menghalkan segala cara demi kepuasan sendiri
6. Menghindar dari kritik
7. Mempromosikan diri berlebihan
8. Memakai topeng palsu
Ini salah satu yang membuat kita tidak bisa
berkembang kearah yang lebih baik, karena kita selalu
memikirkan diri sendiri dari pada memikirkan orang
lain. Kita jangan heran kalau banyak orang hari-hari
ini tidak terlalu dipercayai begitu saja, itu disebabkan
karena mereka masih memiliki sikapyang kadang kala
hanya memikirkan diri sendiri, sehingga pada akhirnya
orang lainpun tidak tertarik dengan sikap itu. Pada hal
kita memiliki segudang pengalaman dan pengetahuan,
namun semuanya itu tidak berguna hanya karena sikap
kita yang tidak membangun orang lain.
Jadi dari penjelasan dan beberapa indikator di atas
dapat kita mengambil kesimpulan bahwa pada
hakikatya perilaku egois yang terjadi, berawal dari
kekeruhan batin. Sifat egois muncul karena seseorang
ingin dirinya menjadi yang terbaik dan sudah tidak
memerlukan bantuan orang lain. Sifat egois juga timbul
karena seseorang memiliki sifat kikir dan pelit. Baradja
(dalam Supratiknya),mengemukakan bahwa egois
“merupakan suatu sikap yang menunjukan ketamakan,
100
kepentingan dan kemauan yang berlebihan terhadap
orang lain untuk dirinya”.79Sebab egois adalah sikap
yang hanya memetingkan diri sendiri. Dengan kata
lain, dia hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya
sendiri tanpa mempedulikankesejahteraan orang lain.
Lantas bagaimana cara kitamemerangisikap egois
yang ada? Ada beberapa tips yang harus kita lakukan
agar keegoisan itu tidak mengusai diri kita, sebagai
berikut:
1. Kita selalu berpikirpostif kepada setiap orang.
2. Kita harus menghindari sikap yang selalu
membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
3. Kitaharus mengembangkan rasa empati terhadap
orang lain.
4. Kita harus mengembangkan sikap melayani dan
mendahulukan kepentingan orang lain.
5. Kita harus menerima setiap kekurangan yang ada
pada kita.
6. Kita harus menyadari bahwa sikap keegoisan itu
tidak baik dan itu akan membawa kepada
kehancuran
7. Kita jangan pernah menilai atau menghakimi orang
lain
8. Kita harus tetap bersyukur kepada Tuhan,
bagaimanapun keadaan kita saat ini.

79 Supratik, A, Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis, (Yogyakarta: Kanisius,

2005), hlm.145
101
Jadi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
bijaksana, loyalitas dan peduli kepada semua orang.
Seorang pemimpin memang harus memimpin. Baik
memimpin orang lain ataupun dirinya sendiri. Kita
harus mengakui bahwa menjadi pemimpin bukanlah
hal yang mudah, tapi bukan pula menjadi hal yang sulit
untuk dilakukan, asalkan kita tidak memiliki sikap
egois maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Karena kemampuan memimpin adalah disaat
seseorang menghargai orang lain dan tanggung jawab
yang sudah dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu
hindari sikap egois karena sikap egois adalah sikap
memetingkan diri sendiri.

E. Mereka susah bertumbuh secara rohani


Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia,
semenjak dalam kandungan sampai meninggal di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik
maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut terjadi
karena pertumbuhan dan perkembangan dalam
dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua
istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian.
Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling
bergantung satu dengan lainnya bahkan bisa dibedakan
untuk maksud lebih memperjelas
penggunaannya.Tetapi pertumbuhan yang saya
maksud disini adalah pertumbuhan secara
102
rohani/iman. Karena pertumbuhan rohani sangat
berpengaruh terhadap kinerja dan kesuksesan
seseorang. Kata tumbuh artinya keadaan yang sedang
berkembang atau maju. Jadi pertumbuhan adalah
keadaan dimana terjadi suatu pengembangan kearah
yang lebih maksimal, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Pertumbuhan rohani adalah mengalami
tingkat kedewasaan penuh dalam iman kepada Tuhan
Yesus, dan hidup menurut prinsip-prinsip kebenaran
firman Tuhan.80Jadi, pertumbuhan rohani itu adalah
proses seseorang menjadi semakin serupa dengan
Yesus Kristus. Ketika kita menempatkan iman kita
kepada Yesus, maka Roh Kudus memulai memproses
kita untuk semakin serupa dengan Yesus, menjadikan
kita sama dengan gambar-Nya.Pertumbuhan yang baik
akan menghasilkan buah yang baik.Itulah sebabnya,
Yesus berkata “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh. 15:16).
Jadi, apakah rohani anda bertumbuh atau tidak?
Mungkinkah rohani anda mengalami stagnasi, tidak
mundur, juga tidak maju? Apa yang terjadi? Karena
kita gagal mengenali hambatan-hambatan yang

80 Marsudi Hardono, Pelajaran Kelompok Sel, (Jakarta: GBI. Sungai Yordan, 2003),
hlm. 38
103
menghalangi pertumbuhan rohani/iman kita. Iman
tidak berhenti ketika kita mengambil keputusan
percaya dan bertobat kepada Yesus Kristus. Namun,
iman seharusnya di jalani, bertumbuh, berbuah, sampai
mencapai tingkat kedewasaan penuh. Pertumbuhan
rohani/iman adalah keharusan untuk kehidupan
rohani yang berhasil dan produktif.
Alkitab dalam 2 Petrus 3:18 dan Efesus 4:13-15
memerintahkan kita agar bertumbuh dalam kasih
karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan Yesus
Kristus, dan mencapai kedewasaan penuh.
Ada enam alasan mengapa kita harus bertumbuh
dan menghasilkan buah, sebagai berikut:
Pertama, bertumbuh dan berbuah menunjukan
bahwa kehidupan rohani kita hidup. Kedua, bertumbuh
dan berbuah menghindarkan kita dari kehidupan
rohani yang tidak efektif.Ketiga, bertumbuh dan
berbuah menghindarkan kita dari bahaya kesesatkan
(Efesus 4:13-14). Keempat, bertumbuh dan berbuah
menghindarkan kita dari kemurtadan (Ibr. 6). Kelima,
bertumbuh dan berbuah membuktikan bahwa kita
adalah pemuda Kristen yang sejati (Yohanes 15:8).
Keenam, bertumbuh dan berbuah adalah cara kita
memuliakan Tuhan (Yohanes 15:8).
Dr. Warren Wiersbe mengatakan, “persoalan
terbesar dalam masyarakat/gereja bukan soal
keuangan, tetapi soal ketidak dewasaan iman.” Artinya,
jika seseorang bersikap masa bodoh terhadap kondisi
104
pertumbuhan imannya, maka sikapnya itu akan
memunculkan banyak masalah dalam segala
aktifitasnya dan termasuk kehidupan pribadinya.Dalam
perjalanan iman menuju kedewasaaan yang penuh,
iblis dengan tipuan muslihatnya menyebarkan ranjau,
jebakan, guna menghambat pertumbuhan iman kita.
Iblis tidak akan pernah berhenti mengganggu saudara
dan saya sebelum terkapar jatuh. Itulah sebabnya,
Rasul Paulus menasihati jemaat yang ada di
Efesus,“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam
Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.Kenakanlah
seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging,
tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Ef. 6:10-12.
Ayat ini jelas bahwa setiap kita harus berjuang
untuk melawan musuh. Sebab musuh kita bukan
sembarang musuh. Musuh saudara dan saya bukan
melawan oknum secara fisik atau secara jasmani,
bukan juga melawan darah dan daging melainkan
melawan roh jahat.
Selain penjelasan di atas, ada beberapa masalah lain
yang menjadihambatan-hambatan dalam pertumbuhan
iman kita sekarang ini? Salah satunya adalah sebagai
berikut:
105
1. Kita sering mengabaikan hubungan pribadi dengan
Tuhan Yesus, sementara kita memusatkan
perhatian pada penampilan luar.
2. Kita sering memisahkan diri dari tubuh Kristus. (1
Kor. 12:12-27; Ibr 10:24-25).
3. Kita sering menduakan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari. (Lukas 16:13).
4. Kita sering meremehkan pengaruh dari luar
terhadap pertumbuhan rohani sendiri. (1 Kor. 15:33;
Amsal 4:14-15).
5. Kita sering tidak mengutamakan hal-hal yang
utama. (Titus 3:9-11).
6. Kita sering tidak berbagi kepada yang lain. (2 Kor
8:1-5).
7. Kita sering pakai perasaan, tetapi bukan iman.
8. Kita seringhidup dalam dosa. (Ibr 12:1).
9. Kitamasih hidup dalam kekecewaan dan kepahitan.
10. Kita masih belum menikmati kasih karunia dari
Tuhan.
Oleh karena itu, kenalilah apa yang membuat anda
tidak bertumbuh kearah yang lebih baik. Dari beberapa
uraian di atas, ada salah satu indikator yang sering kita
abaikan hari-hari ini. Salah satunya adalah kita sering
mengabaikan hubungan pribadi dengan Tuhan
Yesus.Yesus berkata “Jikalau kamu mengasihi Aku,
kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15).
Orang yang mengasihi Tuhan akan dipelihara oleh
Tuhan sendiri. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan
106
menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia
dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-
sama dengan dia. “(Yoh. 14:23). Tetapi “Barangsiapa
tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti Firman-Ku; dan
Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku,
melainkan dari Bapa yang mengutus Aku” (Yoh. 14:24).
Kita taat pada perintahTuhan adalah sebagai bukti
bahwa kita mengasihi Allah dan upah dari ketaatan itu
adalah Allah mengasihi kita lebih dari pada kasih kita
itu sendiri. Dan di atas segala-galanya itu adalah bukti
bahwa kita memiliki hubungan yang intim dengan
Tuhan.
Apakah saudara percaya bahwa Yesus sebagai
penolong sejati? Sejauh manakah anda melibatkan
Yesus sebagai penolong sejati dalam masalah?
Kehadiran Yesus di dunia adalah salah satu dari
perwujudan kasih Allah kepada manusia. Dia datang
untuk memberi solusi atas setiap persoalan yang
dihadapi oleh manusia.
Oleh karena itu, bila anda sudah mengetahui
sumber-sumber yang menghambatanda untuk tidak
bertumbuh kearah yang lebih baik maka saudara
harusbergerak dan berubah dari kebiasaan itu. Untuk
mengalahkan kebiasaan itu maka perlu namanya
keyakinan yang kuat untuk mendobrak kebiasaan itu,
karena keyakinan anda akan mengubah segala-galanya.
Sebab, kita yakin bahwa semua ini akan berubah ke

107
arah yang lebih baik, jika kita memiliki beberap hal
berikut ini:
Pertama, bergerak dengan giat, aktif (Energic),
kedua, tidak gemar mengeluh (Nover Complain), ketiga,
muda belajar (Tachable), keempat, gembira, senang
(Happy), kelima, tidak terkalahkan (Undefeated),
keenam, rela berkurban (Sacrifice), ketujuh, menjadi
sumber inspirasi (Inspiring), kedelapan, berdaya guna
(Avaible), kesembilan, sikap melayani (Serving
Attitude), kesepuluh, memiliki motivasi (Motivated).81
Dari penjelasan dan uraian di atas, kita dapat
simpulkan bahwa pertumbuhan rohani seseorang
sangat berpengaruh terhadap apa yang akan
dikerjakannya. Kita semakin bertumbuh dalam iman
maka hidup kita semakin lebih baik.

BAB V
CARA MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN
DALAM DIRI REMAJA PEMUDA

81 Op.cit, Yosua L. Hadiputra, hlm. 18-22


108
Masih banyakanak-anak remaja-pemuda saat ini
yang belum menyadari dirinyaadalah calon pemimpin
yang akan datang. Akibat dari ketidakpahaman itu
maka banyak generasi muda sekarang ini yang
menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-
senang, bergurau, bermain game, facebook, line dan
lain sebagainya, bahkan tidak sedikit para pemuda-
pemudi saat ini yang telah terpengaruh oleh pergaulan
bebas, penyalahgunaan narkotika, mencuri, tawuran,
begal, memperkosa dan membunuh, bahkan kemajuan
teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih
terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun
bertukar informasi justru disalahgunakan. Karena ada
ungkapan yang mengatakan bahwa masa muda adalah
masa yang paling indah, tetapi kita juga harus
memahami bahwa jika pada masa muda itu kita
membuat keputusan yang salah maka akibatnya bisa
fatal baik hari ini maupun yang akan datang. Jadi, masa
muda adalah masa yang paling menentukan dalam
hidup seseorang.
Dari berbagai persoalan di atas, saya yakin bahwa
persoalan-persoalan tersebutadalahsalah satu
penghambat bagi kaum remaja-pemuda dalam
mengembangkan dirinya sebagai pemimpin yang akan
datang. Mengapa? Karena perbuatan-perbuatan yang
mereka lakukan adalah perbuatan yang tidak terpuji
dan melanggar norma-norma, adat istiadat dan
109
melanggarundang-undangyang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.Dengan demikan bila anak-anak remaja-
pemuda terperngkap dalam persoalan tersebut di atas
maka cita-cita mereka akan terhambat. Lantas
bagaimana cara kitamengembangkan kepemimpinan
yang ada dalam diri kita saat ini:

A. Memiliki karakter yang baik


Sebelum kita membahas tentang karakter yang baik
maka sebaiknya kita harus mengetahui dulu apa itu
definisi dari karakter itu sendiri? definisi dari kata
karakter memang bukan hanya satu saja, ada yang
mengatakan bahwa karakter adalah sifat dan ada juga
yang mengatakan bahwa karakter adalah watak. kata
karakter secara etimologis seperti termuat dalam
kamus besar bahasa indonesia karakter diartikan
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain.82
sedangkan dalam kamus umum bahasa indonesia kata
karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan orang lain.83
Selain definisi atas, kita akan melihat pengertian
karakter menurut para ahli sebagaimana diuraikan
berikut ini:
82Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia,

Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 258


83W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2006), hlm. 521


110
Pertama, Syarbini juga menjelaskan bahwa kata
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to
mark (menandai) dan menfokuskan pada bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku.84
Kedua, Furqon Hidayatullah mengatakan bahwa
karakter merupakan ungkapan kata yang berasal dari
bahasa Yunani, charasseim, yang berarti “mengukir”
atau “dipahat”.85
Dari definisi dan pendapat para ahli di atas, kita
dapat memahami bahwa karakter adalah suatu ukiran
yang melekat kuat di atas suatu benda yang diukir yang
tidak mudah hilang. Menghilangkan ukiran sama
halnya menghilangkan benda yang diukir.
Jadi karakter adalah sifat-sifat seseorang yang
mencerminkan kepribadiannya atau sesuatu yang
melekat dalam diri seseorang lewat sikap atau perilaku
yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma
agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat,
dan estetika.
Jadi, untuk memiliki karakter yang baik maka kita
harus memiliki beberapa prinsip penting seperti yang
diuraikan dibawah ini:
Pertama, jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
84 Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta:As@-Prima
Pustaka, 2012), hlm. 15.
85 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,

(Surakarta: Yuma Pustaka 2010), hlm. 12.


111
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 1
Tim. 4:12.
Kedua, berani dan berjiwa pemimpin. Yosua adalah
seorang pemberani dan berjiwa pemimpin hal itu
ditunjukkannya dengan memimpin pasukan orang
Israel dalam melawan orang Amalek (Keluaran 17:8-13)
dan juga pada waktu diutus menjadi pengintai ke tanah
Kanaan (Bilangan 13:8).
Ketiga, setia dan sabar. Yosua adalah seorang yang
setia dan sabar, hal itu ditunjukkannya ketika
mendampingi Musa di Gunung Sinai (Keluaran 24:13)
dan tugasnya sebagai pengurus kemah suci (Keluaran
33:11).
Keempat, taat dan beriman. Yosua adalah seorang
yang taat dan beriman kepada Allah, hal itu
ditunjukkan dengan tidak ikut memberikan laporan
negatif bersama sepuluh pengintai lain yang
menyebabkan orang Israel memberontak, tetapi justru
berbicara kepada orang Israel untuk tidak
memberontak kepada Tuhan dan tidak takut masuk ke
negeri Kanaan (Bil. 14:5-9).
Kelima, dapat dipercayai dan memahami panggilan
Tuhan dalam hidupnya. Yosua adalah seorang yang
dapat dipercaya dan memahami panggilannya sebagai
pemimpin, hal ini ditunjukkan ketika Musa
memanggilnya dan menasihatinya bahwa dia yang akan
memimpin bangsa ini kelak. Ul. 31:7-30.

112
Keenam, komitmen tinggi dan bertanggung jawab.
Yosua adalah seorang yang memiliki komitmen tinggi
dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang sudah
dipercayakan kepadanya sebelumnya, hal ini tunjukkan
ketika ia memberi perintah kepada pengatur-pengatur
pasukan bangsa itu. Yos 1:10-18.
Ketujuh, memiliki gairah (passion) untuk bekerja.
Yosua adalah seorang yang miliki gairah/Passion untuk
bekerja, hal ini tunjukkan ketika Yosua bangun pagi-
pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari
Sitim. Yos. 3:1-17.
Jadi, orang yang memiliki karakter yang baik, kita
dapat melihat lewat kehidupnya sehari-harinya, seperti
kesetiaanya, kejujurannya, kualitas kinerjanya,
sikapnya, ketulusannya dan keyakinannya pada apa
yang dikerjakannya. Orang-orang seperti ini patut
menerima perhatian dan penghargaan, sebab mereka
telah melakukan yang terbaik. “Maka kata tuannya itu
kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku
yang baik dan setia; engkau telah setia dalam
perkarakecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu”. Mat. 25:21

B. Membangun karakter yang tangguh


Manusia diciptakan Tuhan dengan ditempatkan
sebagai mahluk yang paling sempurna di dunia ini.
Manusia diberikan akal dan hati nurani untuk berpikir
113
dan menemukan serta membangun pribadi yang baik
dan berbudi. Namun, kita semua tahu bahwa setiap
manusia lahir sudah dibekali bakat dan kemampuan
masing-masing. Karakter manusiapun jelas berbeda-
beda satu dengan yang lain. Inilah keunikan setiap
manusia, dari perbedaan inilah manusia menciptakan
keunikan tersebut. Kita hanya tinggal mengasah bakat
dan kemampuan itu serta membangun karakter dalam
diri kita sebaik-baiknya agar tujuan hidup kita tercapai
dengan baik.
Saya percaya bahwa setiap kita sangat merindukan
sebuah karakter yang baik. Namun, banyak diantara
kita yang masih belum tahu bagaiamana cara untuk
membangun karakter yang baik dan tangguh
sebenarnya. Untuk itu ada beberapa cara untuk
membangun karakter yang baik seperti yang diuraikan
dibawah ini:
1. Belajar mendisiplinkan diri dengan baik
Istilah disiplin biasanya di kaitkan dengan
beberapa hal seperti disiplin diri, disiplin kerja,
termasuk disiplin belajar. Untuk lebih memahami
tentang pengertian disiplin ini di bawah ini akan di
uraikan tentang pengertian disiplin menurut para ahli.
Disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan
sikapmental individu atau masyarakat dalam
mengembangkankepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertibberdasarkan dorongan dan

114
kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.86
Sedangkan menurut Soegeng Prijodarminto bahwa
disiplinadalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai
tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam
kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses
binaan melalui keluarga, pendidikan dan
pengalaman.87
Dari pendapat di atas dapat di jelaskan bahwa
disiplin adalah suatu sikap mental yang di miliki oleh
seseorang terhadap kepatuhan, kesetiaan terhadap
tata tertib, norma dan nilai-nilai yang berlaku. Jadi
untuk memiliki karakter yang kuat/hebat, kita perlu
mengembangkan kedisiplinan diri yang benar.Tujuan
dari disiplin ini adalah untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

Karena satu dari banyak realitas yang menimbulkan


masalah tentang para pemimpin rohani hari ini adalah
meningkatnya jumlah mereka yang tidak secara
konsisten menyediakan waktu bagi disiplin rohani
pribadi. Terlalu banyak pemimpin hari ini tidak secara
teratur memberi diri mereka untuk menggali secara

86Maman, Rahman, Disiplin Siswa Di

Sekolah.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/,
1999)
87Soegeng Prijodarminto, Disiplin, Kiat menuju Sukses. (Jakarta: Abadi, 1994)

115
teliti Roh Kudus dengan melihat ke dalam Kitab
suci.88Akibat dari ketidak disiplin dalam hubungan
yang baik dengan Tuhan maka tidak sedikit para
pemimpin tersebut jatuh dalam dosa.Salah satu cara
mendisiplinkan diri adalah. Pertama, mengatakan
tidak pada hal-hal yang buruk, seperti teman yang
buruk, lingkungan yang buruk, keinginan diri yang
buruk dsb. Paulus berkata: ”Janganlah kamu sesat:
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang
baik”. 1 Kor. 15:33.
Kedua, mengerjakan apa yang harus kita kerjakan
meskipun kita sedang tidak ingin
mengerjakannya.Orang yang disiplin selalu bekerja
apapun situasi yang dihadapinya.Sekalipun sedang
”malas”, atau tidak sedang ”mood”, tetap melakukan
apa yang seharusnya dilakukannya.”Karena apapun
juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima
bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus
adalah tuan dan kamu hamba-Nya”. Kol 3:23-24.Itulah
sebabnya Paulus memberi nasihat: Janganlah
hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu
menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Rom. 12:11
Ketiga, bisa memanfaatkan waktu dengan
maksimal. Waktunya kerja ya keja, waktunya istirahat

88 Gary L. McIntosh & Samuel D. Rima, Overcoming The Dark Side Of Leadership

(Menaklukan Sisi Gelap Kepemimpinan), Malang: SAAT, 2016), hlm. 225


116
ya istirahat, waktunya belajar ya belajar, waktunya
rileks ya rileks.Oleh karena itu, “perhatikanlah dengan
saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti
orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan
pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi
usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan”.
Ef. 5:15-17.
Disiplin diri ini akan bertumbuh, jika dibina
melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan
dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus
dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai
pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh
berkembang dan menjadikannya lebih baik.

2. Tidak mementingkan diri sendiri.


“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri
sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam
perbuatan jahat.” Yakobus 3:16. Salah satu faktor
penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan
keluarga, jemaat, persekutuan, pelayanan dan
bermasyarakat adalah sikap mementingkan diri
sendiri. Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish
atau juga egois, yang dalam kamus ‘Webster’
didefinisikan: memerhatikan diri sendiri secara tidak
pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan
kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa
memperhatikan, atau dengan mengorbankan
117
kenyamanan dan keuntungan orang lain.Sikap selfish
adalah buah dari dosa. Sejak manusia jatuh dalam dosa
mereka lalu cari aman diri sendiri. Adam dan Hawa
saling menyalahkan!. Kej. 3:9-14. Apa akibat ketika
seseorang mementingkan dirinya sendiri?
Pertama, ia suka menjadikan dirinya sebagai pusat
dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan
perasaan orang lain. Kedua, ia sulit menjalin kerjasama
dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam
menyelesaikan sebuah tugas. Ketiga, ia cenderung
mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai
diri. “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati
itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan.” (Mazmur 37:8). Keempat, ia memiliki sifat
yang cenderung menghakimi dan mencela orang lain
karena menganggap diri sendiri paling benar dan tidak
pernah salah. Rasul Paulus mengingatkan, “Baiklah
tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia
boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan
bukan melihat keadaan orang lain.” (Galatia 6:4).
Lantas bagaimana caranya agar tidak menjadi
selfish ? Prinsipnya adalah langkah JOY (sukacita) :
a. J = Jesus first- Yesus yang pertama. Utamakan
kepentingan Jesus (Tuhan) di atas kepentingan
yang lain.
b. O = Others-Orang lain (yang kedua). Setelah Yesus
kemudan pikirkan kepentingan orang lain dulu.
Disini diperlukan sikap seorang hamba, yaitu
118
bersedia mengutamakan dan melayani orang lain
dulu.
c. Y= You ( Anda yang terakhir). Setelah Tuhan Yesus,
orang lain, baru kemudian kepentingan diri sendiri
yang dipenuhi.
Jadi ketika kita melakukan langkah JOY di atas
maka kita akan bertumbuh dalam karakter
pelayananan dan kita akan merasakan sukacita yang
besar!Sebagai orang percaya kita harus membuang
jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak
menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Dalam segala perkara marilah senantiasa
meneladani Kristus, “…Jadi karena dalam Kristus ada
nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh,
ada kasih mesra dan belas kasihan,…dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-
sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang
seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga.” (Fil. 2:1, 3, 4).“Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
Matius 7:12.

3. Berusaha membuat hubungan yang baik dengan


semua orang.

119
Orang yang berkarakter kuat adalah orang yang
mampu berhubungan dengan semua orang.Ia selalu
membuka diri dan tidak menutup diri.Ia menerapkan
prinsip berkebun dalam berhubungan dengan orang
lain.Hubungan itu seperti kebun, kalau tidak dirawat,
maka akan ”rusak” dan berantakan! Itulah sebabnya
penulis Ibrani berkata “Dan marilah kita saling
memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
Ibr. 10:24-25.
Lalu bagaimana cara membangun hubungan yang
baik dengan orang lain? Dalam ayat yang barusan kita
baca di atas, terdapat beberapa prinsip penting yang
harus kita lakukan dan perhatikan bersama, antara lain
adalah:
Pertama, saling memperhatikan satu dengan lain.
Kedua, saling mendorong satu dengan yang lain dalam
kasih. Ketiga, saling membantu dalam pekerjaan yang
baik. Keempat, janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah. Kelima, kita saling
menasihati. Keenam, kita harus tetap semangatdalam
melakukan segala sesuatu sampai kedatangan Tuhan
Yesus Kristus.

120
Dalam mencapai prinsip-prinsip di atas maka kita
harus memiliki prinsip berikut ini:
Pertama, komitmen untuk melakukannya.Kita
harus berkomitmen (bertekad) untuk membuat
hubungan tetap awet dan saling membangun satu
dengan yang lain.Dalam konteks pernikahan Dr. Alfred
Kinsley mengatakan: ”Barangkali tak ada yang lebih
penting dalam suatu pernikahan daripada tekad
(komitmen) bahwa perkawinan itu akan tetap
bertahan!”.
Kedua, mempertahankan hubungan yang
ada.Banyak orang pandai membuat hubungan baru
(berkenalan) tapi gagal mempertahankannya.Oleh
sebab itu orang yang tahu prinsip bersahabat, akan
berusaha mempertahankan sebuah hubungan yang
sehat."Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal
17:17) "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada
seorang saudara." (Amsal 18:24). Karena menurut
Samuel Butler ”Persahabatan itu seperti uang, lebih
mudah dihasilkan daripada dipertahankan!.
Prinsip utama dalam pertemanan dalam kitab ini
adalah untuk memiliki teman sejati, seseorang harus
menjadi seorang teman yang sejati pula. "Seorang
kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang
lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6)

121
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya." (Amsal 27:17).
Ketiga, membangun kerjasama yang baik dengan
orang yang lain. Alkitab berulang kali mengisyaratkan
agar kita bekerjasama satu sama lain untuk mencapai
satu tujuan. Sebuah contoh yang menarik dalam
Alkitab adalah orang yang lumpuh. Orang yang
lumpuh ini ingin bertemu dengan Tuhan Yesus di
Kapernaum, tetapi keinginanuntuk bertemu dengan
Yuhan Yesus hanya sebatas keinginan saja. Sebab pada
saat itu ada begitu banyak orang mengerumuni Yesus,
sehingga tidak mungkin orang lumpuh ini bisa
menerobos kerumunan orang banyak itu Mark. 2:1-
12.Tapi kita tahu pada akhirnya dia berhasil bertemu
dengan Tuhan Yesus dan menerima mukjizat
kesembuhan itu.
Bayangkan jika seandainya orang lumpuh ini tidak
memiliki teman yang baik, memiliki hati yang
terbeban dan memiliki kerjasama yang baik maka
mustahil orang lumpuh ini mengalami mukjizat dari
Tuhan Yesus, sekalipun orang yang sakit ini memiliki
keinginan yang tinggi untuk disembuhkan oleh Tuhan
Yesus, dan kita juga percaya bahwa Allah tidak
kehabisan cara untuk menolong setiap umat-Nya,
tetapi dalam konteks membangunkerjasama kita
masih membutuhkan orang lain, agar apa yang kita
kerjakan dan lakukan berjalan dengan baik.Dengan
adanya teman-teman yang saling berbagi, kita akan
122
mampu bertahan dan tetap kuat. Betapa pentingnya
sebuah kebersamaan yang saling bantu dan saling
mengingatkan. Itulah sebabnya, Tuhan menciptakan
manusia sebagai makhluk sosial sehingga berelasi dan
bersekutu dengan sesamanya.89

C. Belajar dari kepemimpinan orang lain atau senior


Salah satu cara mengembangkan kepemimpinan
dalam diri seseorang adalah siap menerima estafet
kepemimpinan yang akan datang. Menerima estafet
kepemimpinan berarti kita siap memimpin. Namun
sebelum anda memimpin harus belajar dari orang yang
sudah berpengalaman dalam memimpin. Belajar dari
kepemimpinan orang lain atau senior adalah salah satu
cara untuk mengembangkan kepemimpinan yang ada
dalam diri anda saat ini. Tidak ada pemimpin di dunia
ini begitu lahir langsung menjadi pemimpin. Pengaruh
orang lain dalam diri kita saat ini sangat besar. Kita
sukses karena ada orang lain yang selalu mengisnprasi
hidup kita untuk sukses. Seperti yang dialami oleh
Yosua. Sebelum Yosua memimpin bangsa Israel, Yosua
terlebih dahulu belajar kepada seniornya baik dari segi
penatalayanan maupun dalam segi strategi berperang.
Walaupun dalam pemilihan para pemimpin pada saat
itu memang tidak pernah lepas dari campur tangan
Tuhan.

89 B.S. Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul, (Yogyakarta: Andi Offset, 2015), hlm.
115
123
Disini dijelaskan bahwaketika peristiwa keluarnya
bangsa Israel dari tanah Mesir, Yosua masih sangat
muda. (Keluaran 17:1-16). Kendatipun demikian, Musa
memilihnya menjadi asisten pribadinya. Ia
diperintahkan oleh Musa untuk membentuk pasukan
yang terdiri dari suku-suku Israel yang belum
terorganisir guna memukul mundur tentara Amalek.
Semunya itu dilakukannya dengan baik, tanpa harus
membantah apa yang diperintahkan kepadanya.
Yosua menjadi pahlawan atau pemimpin setika itu,
dia memimpin teman-temannya untuk berperang
melawan Amalek. Dia memang masih muda, namun
kemudaannya bukan berarti tidak bisa memimpin
pasukan Bangsa Isriael, justru karena dia masih muda
maka dipercayakan hal itu kepadanya untuk menjadi
pemimpin pasukan tersebut. Dalam menjalakan tugas
tersebut dia tetap didampingin oleh Musa untuk
meyakinkan dia bahwa mereka bisa mengalahkan
prajurit Amalek. Selain mereka mengandalkan
kemampuan mereka, mereka juga mengandalkan
Tuhan sebagai penolong mereka dalam berperang itu.
Dan akhirnya mereka menang karena mereka
melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Lalu prinsip apa yang kita ambil dari Yosua sebagai
asisten Musa berdasarkan teks yang barusan kita baca
dalam Yosua 17:1-16.
Pertama, Yosua taat pada perintah seniornya. Kel.
17:10a. Kedua, Yosua konsisten pada komitmen
124
bersama.Kel.17:10b. Ketiga, Yosua kerja keras. Kel. 17:11-
12. Keempat, Yosua memberi hasil yang memuaskan.
Kel. 17:13.
Keberhasilan Yosua dalam mengalahkan Amalek
menjadi perhatian khusus dari Tuhan. Dia berpesan
kepada Musa untuk di "Tuliskanlah semuanya ini
dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan
ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan
menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek
dari kolong langit."Lalu Musa mendirikan sebuah
mezbah dan menamainya: "TUHANlah panji-
panjiku!"Ia berkata: "Tangan di atas panji-panji
TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-
temurun." (Kel. 17:14-16).
Akibatdari ketaatan, komitmen, dan kerja keras
yang memuaskan dari Yosua. Tuhan mempercayai
Yosua untuk meneruskan estafet kepemimpinan dari
Musa. “Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Sesungguhnya sudah dekat waktunya bahwa engkau
akan mati; maka panggillah Yosua dan berdirilah
bersama-sama dengan dia dalam Kemah Pertemuan,
supaya Aku memberi perintah kepadanya." Lalu
pergilah Musa dan Yosua berdiri dalam Kemah
Pertemuan”. Ulangan 31:14.
Jadi, pelajaran yang dapat kita petik dari penjelasan
di atasadalah Anda sebagai regenerasi penerus yang
akan melanjutkan kepemimpinan berikutnya dan mau

125
tak mau Anda harus siap menerima tugas tersebut
seperti Yosua.

D. Hidup takut akan Tuhan


Tidak ada yang perlu kita andalkan dalam hidup ini
selain kita mengandalkan Tuhan dan menaati segala
perintah-Nya. Banyak anak-anak muda saat ini yang
tidak memahami betapa pentingnya takut akan Tuhan.
Akibatdari kurangnya memahami arti takut akan
Tuhan maka tidak sedikit di antara mereka yang hidup
seenaknya, mereka melakukan apa saja demi
kesenangan sendiri. Takut akan Tuhan bukan berarti
kita menyembunyikan diri dikolong meja seperti anak
kecil ketika membuat kesalahan, dia
menyembunyikandiri di kolong meja karena dia takut
dimarahi oleh ayahnya dan ibunya. Arti takut Tuhan
bukan seperti yang barusan kita baca tetapi arti takut
akan Tuhan sesungguhnya adalah menghargai
keberadaan Allah dan kedaulatan-Nya. “Takut akan
Tuhan” adalah kesetiaan religius. Tanpa kesetiaan sia-
sialah mencari hikmat (band. Amsal 9:6).90Kata “takut”
tidak berkonotasi negatif sehingga harus menghindar
dari Tuhan, tetapi takut dengan hormat. Mengakui
kedaulatan Tuhan dalam segala bidang hidup adalah
langkah pertama menuju hidup yang berhasil. Rasul
Paulus mengatakan bahwa orang yang pandai tanpa

90 Lawrence E. Boadt, Amsal, dalam Bergant dan Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian

Lama,(Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Biblika Indonesia, 2002), hlm. 468-469.


126
Tuhan adalah seorang yang “bodoh” (1 Kor. 1:20), tetapi
orang yang rendah hati, kurang berpendidikan tetapi
saleh, di mata Tuhan itu adalah orang yang bijaksana.91
Jadi orang yang takut akan Tuhan dapat kita lihat
beberapa ciri-ciri dibawah ini berdasarkan Yosua 1:1-18,
yaitu:
1. Dia percaya pada janji Tuhan bahwa janji Tuhan
tidak pernah berubah dari generasi ke generasi. Yos.
1:2-4.
2. Dia percaya bahwa Tuhan menyertai hidupnya
kemanapun kehendak ia pergi. Yos. 1:5.
3. Dia memiliki keteguhan hati yang kuat sekalipun
banyak menghadapi tantangan hidup. Yos. 1:6-7a.
4. Dia bertindak hati-hati sesuai dengan seluruh
hukum yang telah diperintahkan kepadanya. Yos.
1:7b.
5. Dia tidak menyimpang dari jalan yang benar. Yos
1:7c.
6. Dia tidak pernah lupa memperkatakan setiap
firman Tuhan. Yos. 1:8.
7. Dia tidak pernah tawar hati bagaimanapun situasi
yang dihadapinya karena Tuhan tetap bersamanya.
Yos. 1:9
8. Dia tetap semangat untuk memotivasi orang lain
sekalipun berat untuk dijalani. Yos. 1:10-11.

91 Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Ajaran untuk Memiliki Kehidupan

Teratur dan Bahagia, (Malang, Literatur SAAT, 2011), hlm. 23.


127
9. Dia tetap ingat janji Tuhan bahwa TUHAN,
Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu dan
memberikan kepadamu negeri ini. Yos. 1:13.
10. Dia bisa membangun kerjasama yang baik dengan
orang lain dalam mengerjakan segala sesuatu,
sehingga orang lainpun menghargainya dan yakin
bahwa mereka bisa melakukannya. Yos. 1:14-18.
Jadi, jika kita memahami definisi dari takut akan
Tuhan maka:
1. Kita akan memiliki pengetahuan yang benar. Ams.
1:7.
2. Kita akan hidup dalam hikmat yang benar. Ams.
9:1o.
3. Kita akan diberi umur panjang. Ams. 10:27.
4. Kita hidup jujur. Ams. 14:2.
5. Kita akan hidup dalam kedamaian. Ams. 14:26.
6. Kita akan hidup dengan benar. Ams. 14:27.
7. Kita akan mendapatkan didikan. Ams. 15:33
8. Kita akan menjauhkan diri dari kejahatan. Ams. 16:6
9. Kita akan menerima kekayaan yang benar. Ams.
22:4
10. Kita akan hidup bahagia. Ams. 28:14.
Arti takut akan Tuhan dalam Kitab Amsal
sebagaimana yang telah di uraikan di atas, itu adalah
sebagai moto bagi seluruh Kitab Amsal maka ayat 7
mengandung pengertian dan prinsip yang mendasar
bagi usaha untuk memperoleh hikmat. Pengertian dan
prinsip itu dikemukakan melalui kalimat “takut akan
128
Tuhan adalah permulaan pengetahuan”.92 Sehingga di
dalam seluruh Perjanjian Lama “takut akan Tuhan”
berdasarkan penggunaannya memiliki empat
pengertian:
1. “Takut akan Tuhan” berfungsi sebagai disiplin
(murser) dalam pembentukan karakter moral orang
yang mencari hikmat.
2. “Takut akan Tuhan” merupakan disiplin bagi cara
orang mencari pengetahuan/metode dalam dunia
pengetahuan.
3. “Takut akan Tuhan” pengajaran moral yang
disampaikan guru-guru hikmat yang didasarkan
pada rasa gentar akan kekudusan Allah atau
kepatuhan akan undang-undang-Nya.
4. “Takut akan Tuhan” adalah refleksi dari
pemahaman yang benar akan pengajaran moral dan
bentuk “takut akan Tuhan” dalam kehidupan
sehari-hari.93
Oleh karena itu, takut akan Tuhan menjadi dasar
penting bagi Anda sebagai calon pemimpin masa depan
seperti yang dilakukan oleh Yosua, tanpa rasa takut
akan Tuhan akan bertolak belakang dengan kehendak
Tuhan dengan apa yang kita lakukan. Dengan adanya
rasa takut akan Tuhan maka diberi arah yang benar
sehingga pola hidup kita dan pekerjaan yang kita

92
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007), hlm. 86
93loc.cit. Risnawaty Sinulingga, hlm. 86

129
lakukan tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan,
karena kita memiliki pengetahuan yang benar melalui
hubungan baik dengan Tuhan. Dengan demikian
pengetahuan yang kita miliki dapat menolong kita
untuk tetap hidup benar dan mengerjakan segala
sesuatu itu dengan baik dan tanpa kita sadari, bahwa
kita telah mempengaruhi hidup orang lain supaya
orang lainpun hidup takut akan Tuhan.

E. Mau dibimbing
Masa muda adalah masa-masa dimana
berpetualang dengan dunia sendiri. Namun, masa ini
adalah masa-masa dimana mereka sedang berekspresi
dengan hal-hal baru atau sedang mencoba untuk
melakukan segala sesuatu entah itu baik atau tidak
baik yang pasti mereka akan lakukan. Kita semua
pernah merasakan masa muda dengan berbagai gejolak
yang ada dalam diri kita saat itu. Dan tidak sedikit di
antara kita yang pernah melakukan tindakan “negatif”
yang kita anggap itu baik menurut pandangan kita
sendiri tanpa kita menyadari bahwa hal-hal itu sangat
bertentangan dengan norma-norma atau kaidah-
kaidah yang berlaku dimasyarakat. Ketika ada
pertentangan dari pihak lain karena mereka
menganggap bahwa tindakan kita itu tidak baik maka
dengan sendirinya jiwa pemberontak kitapun keluar,
karena kita merasa seolah-olah tidak ada yang
mengerti kita saat itu dan seluruh dunia seakan-akan
130
bersekongkol melawan kita. Inilah yang dirasakan oleh
pemuda-pemudi yang ada di bangsa saat ini. Mereka
menganggap bahwa orang-orang yang terdekat dengan
merekapun sepertinya tidak peduli dengan keberadaan
mereka. Kalau kita jujur sebenarnya dengan keadaaan
ini sebetulnya kitalah sumber problem itu, karena kita
yang membuat keadaan itu tidak sesuai dengan
keinginan banyak orang termasuk keluarga atau
orangtua kita sehingga tidak sedikit orang menentang
perilaku atau perbuatan-perbuatan yang tidak baik itu.
Mengapa semua ini terjadi? Karena kita sebagai
remaja dan pemuda-pemudi lebih cenderung
mengikuti keinginan kita sendiri daripada kita
mendengar dan mengikuti apa yang disarankan oleh
orangtua kepada kita, sepertinya kita merasa sudah
bisa, marasa sudah dewasa dan marasa mampu
menyelesaikan setiap permasalahan yang kita hadapi,
sehingga bimbingan dari orang yang kita anggap lebih
dewasa dan berpengalaman dari kita, kadang kita tidak
lagi menghiraukannya. Apa lagi orang yang
membimbing kita sangat gagap dengan dunia
teknologi(Gaptek). Itu memang benar bahwa orangtua
kita sangat ketinggalan dengan informasi teknologi,
tetapi apakah semudah itu kita merendahkan mereka
dengan cara itu dan kita tidak lagi mau mendengar
bimbingan mereka. Sepintar apapun Anda kalau Anda
tidak lagi mau dibimbing oleh orang yang lebih dewasa
dan berpengalaman saya pastikan Anda sedang
131
berjalan dijalan yang tidak ada ujungnya.Karena
menghaormati orang tua berarti menghargai gagasan
orang tua dan mencoba mengerti keinginan orang
tua.94 Dalam Kitab Ulangan di tegaskan bahwa
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang
diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,
supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah
yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”. Ul. 5:16.
Perbuatan yang paling keji adalah ketika anak-anak
tidak berbakti kepada kedua orang tuanya. Itulah
sebabnya Paulus begitu tegas dan jelas dalam Surat
Efesus "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu
dan ibumu - ini adalah perintah yang penting." Efs 6:1-3
karena ini merupakan urat nadi utama peradaban
manusia. Ketika orang kehilangan rasa hormat kepada
apa pun dan kepada siapa pun, maka hancur lebur
pulalah peradaban. Jadi perintah menghormati orang-
tua merupakan keharusan bagi kita semua tanpa
kecuali, dengan menghormati orang tua maka secara
otomatis kita telah menaati segala perintah Tuhan. Kita
harus mengakui hal itu bahwa orang tua sebagai wakil
Allah di bumi ini, Allah telah mempercayai mereka
untuk melahirkan kita, membesarkan kita, merawat
dan membimbing kita ke jalan yang benar, agar hidup
kita kelak menjadi lebih baik dari kehidupan mereka

94
Suparno, Menjadi Pejuang Keadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. 65
132
saat ini (doa ayah dan ibu) sehingga mereka berusaha
dan berjuang dengan mati-matian untuk mencari dan
memenuhi kebutuhan kita.
Rasa hormat adalah dasar untuk mencintai, dan
salah satu cara terbaik untuk menunjukkan pada orang
tua bahwa Anda mencintai mereka adalah dengan
memperlakukan mereka dengan hormat. Salah satu
cara untuk mengingat segala kebaikan orang tua
kepada kita adalah sebagai berikut:
Pertama, Sadari dan hargai semua hal yang
dilakukan orang tua untuk Anda dari hari ke hari,
bulan ke bulan, tahun ke tahun bahwa mereka
melakukan itu hanya semata-mata untuk Anda sendiri.
Kedua, Akui dan hormati fakta bahwa mereka telah
melalui lebih banyak pengalaman hidup daripada
Anda, dan dapat memberi Anda banyak pengetahuan
tentang dunia yang Anda tinggali.
Ketiga, Sudah dimaklumi bahwa kadang orang tua
terlihat tidak tahu apa-apa dan Anda mungkin merasa
bahwa mereka tidak akan mungkin bisa memahami
hal-hal yang saat ini Anda hadapi, tetapi percayalah
apa yang saya katakan, mereka benar-benar mengerti
beberapa hal yang Anda lalui seperti tekanan teman
sebaya, masalah pertemanan, dan banyak hal lain yang
harus dihadapi pemuda seusia Anda hanya karena
mereka dahulu juga pernah muda.
Keempat, Ingat bahwa orang tua Anda mencintai
Anda lebih daripada apa pun di dunia ini, dan memiliki
133
harapan tinggi mengenai apa yang akan Anda capai
karena mereka percaya pada Anda dan ingin melihat
Anda pada tempat terbaik ketika Anda dewasa.
Kelima, Ketika Anda merasa orang tua tidak
mendengarkan atau menganggap Anda serius, ambil
waktu untuk memikirkan tentang apa yang Anda ingin
mereka tahu dan diskusikan masalah Anda dengan
tenang pada mereka dan pastikan Anda mendengarkan
pendapat mereka.
Keenam, Usahakan setiap hari untuk tidak
mengeluhkan keharusan patuh pada perintah orang
tua. Orang tua membuat banyak pengorbanan untuk
Anda, jadi hargai usaha mereka dengan rasa terima
kasih, patuh, dan sikap hormat yang positif.
Ketujuh, Bantu dan ambil tanggung jawab di rumah
dengan melakukan pekerjaan rumah tambahan ketika
Anda bisa, untuk menunjukkan bahwa Anda ingin
mengerjakan bagian Anda dalam hidup keluarga
sehari-hari.
Kedelapan, Ingat bahwa pakaian baru, mainan,
telepon seluler, dan uang saku selalu menyenangkan,
tetapi sadari berapa penghasilan orang tua Anda dan
berapa banyak yang mampu mereka keluarkan untuk
membayar berbagai hal demi kesenangan Anda.
Kesembilan, Ingat bahwa salah satu hal terpenting
yang bisa Anda lakukan untuk orang tua adalah
menjadi seseorang yang penuh cinta.

134
Kesepuluh, Ambil kesempatan untuk memberi tahu
orang tua bahwa Anda mencintai mereka.95
Jadi, melalui prinsip-prinsip di atas dengan
sendirinya kita mampu menerima segala keadaan
mereka, betapa pun buruk penampilan mereka dan
betapa pun tak membanggakannya prestasi mereka
bagi prestise kita. Namum kita tetapmengakui bahwa
mereka adalah orang tua kita yang masih memiliki hak
untuk menasihati dan menegur kita. Dan kita juga
harus mengerti bahwa dalam mendidik anak-anaknya
diwujudkan melalui pembimbingan setiap waktu. Jadi
orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik
menurut mereka dalam mendidik anak-anaknya.Dalam
Kitab Amsal disana ditegaskan bahwa “Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada
jalan itu. Ams. 22:6. Artinya bahwa oragtua atau orang
yang lebih dewasa dari kita masih memiliki kewajiban
untuk mengarahkan atau membimbing kita kejalan
yang benar agar saya dan saudara memiliki rasa takut
akan Tuhan. Karena “Takut akan TUHAN adalah
permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan. Ams. 1:7. Kata re’syith (permulaan)
dalam ayat 7 itu memiliki dua konotasi, yaitu sebagai
langkah pertama dan elemen pertama dari hikmat.
Para penafsir memberikan penjelasan yang berbeda-

95
http://id.wikihow.com/Menghormati-Orang-Tua, diunduh pada
hari Sabtu tanggl 06 Mei 2017. Pukul: 12:39
135
beda, ada yang menafsirkan sebagai “langkah pertama
bagi hikmat” ada yang menjelaskan sebagai “elemen
utama atau tertinggi dari hikmat”. Kedua pendapat ini
sesuai dengan arti harfiah dari kata ini.96 Berkaitan
dengan “takut akan Tuhan” sebagai “elemen utama”
dari pengetahuan atau hikmat maka “takut akan
Tuhan” adalah bahan pendidikan mendasar dari
seluruh pengajaran yang harus dipelajari, walaupun ada
banyak bahan pendidikan lain dalam Kitab Amsal,
apalagi di luar Kitab Amsal. Atau pada intinya dasar
dari segala pengajaran moral adalah kekudusan dan
takut akan Tuhan atau taat pada undang-undang-
Nya.97 Oleh karena itu, fungsi dari pembimbingan
adalah: Pertama, mengarahkan kita untuk mengenal
Allah yang benar. Kedua, mengarahkan mereka kejalan
yang benar agar mereka tidak menyimpang kenan atau
kekiri. Ketiga, mencegah mereka dari pengambilan
keputusan-keputusan yang berdampak pada hal yang
negatif. Lalu apa tujuannya untuk mau dibimbing?.
Tujuannya adalah agar hidup ini tetap tertib sesuai
dengan norma-norma yang berlandaskan pada
kebenaran firman Tuhan.
Lantas seperti apa ciri-ciri orang-orang yang mau
dibimbing?

96
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007), hlm. 85
97Ibid, Risnawaty Sinulingga, hlm. 87

136
Pertama, Mau mendengar. Kedua, Tidak suka
membantah. Ketiga, Bertanggung jawab. Keempat,
Mau diarahkan. Kelima, Bertanya apa kekurangannya

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Yudho, Prinsip-Prinsip Kepemimpinan


Kristen, Yogyakarta: Andi Offset, 2009

137
Surakhmad, Winarno, Psikologi Pemuda, Bandung:
Jemmars, 1980
Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha
Nasional, 1986
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha
Nasional, 1986
Singgih D. Gunarsa & Yuliana Singgih D. Gunarsa,
Psikologi Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta:
Libri, 2011
Raines dan Richardson, Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum
Muda, Bandung: Kalam Hidup, 1961
E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004
T. G. R. Boeker, Dengan Obor Injil Memasuki Tahun
2000, Malang: Lumen Cristy, 1992
Warren Rick, The Purpose Driven Life, Malang:
Gandum Mas, 2005
Jim Lowe Bishop, Achieving Your Divine Potensial,
Yogyakarta: Andi Offset, 2008
M. Hafi Anshari, Kamus Psichologi, Surabaya: Usaha
Nasional, 1996
Majdi, Udo Yamin Efendi, Quranic Quotient, Jakarta:
Qultum Media, 2007
Wiyono, Slamet, Managemen Potensi Diri, Jakarta: PT
Grasindo, 2006
Prihadhi, Endra K, My Potensi, Jakarta: Elek Media
Komputindo, 2004
Habsari, Sri, Bimbingan & Konseling SMA kelas XI,
Jakarta: Grasindo, 2005
Johannes P. Louw, dan Eugene A. Nida, Greek-English
Lexicon of the New Testament based on Semantic
138
Domains, (New York: United Bible Societies)
1988, 1989.
Dianne Bergant, CSA dan Robert Karris, OFM, Tafsiran
Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius,
2009
Paulus Winarto, Maximizing Your Talent, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010
Suharto dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Semarang: Cv. Widya, 2005
Nashori, Fuad, Potensi-Potensi Manusia, Yogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2003
Wibowo, Hery, Fortune Favor the Ready, Bandung:
OASE Mata Air Makna,2007
Sugiharso, Sugiyono, Gunawan & Karsono, Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. 2009
J. Oswald Sander, Kepemimpinan Rohani, Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2006
Tu’u Tulus, Pemimpin Kristiani Yang Berhasil Jilid 1,
Bandung: Bina Media Informasi, 2010
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013
Tomatala Yakub, Manusia Sukses_Manajemen Sumber
Daya Manusia Mengatasi Tantangan Menjadi
Pemimpin Yang Berhasil, Jakarta: Gandum Mas,
1998
Talizaro Tafonao, Gembala Sebagai Pengajar, Motivator
dan Inspirator, Yogyakarta: Illumination, 2016
Larry Stout, Time For A Change, Yogyakarta: Andi
Offset, 2014

139
Maryati, Kun & Suryawati, Juju, Sosiologi untuk SMA
dan MA Kelas X KTSP Standar Isi 2006, Jakarta:
Erlangga, 2007
Jhon M. Echols dan Hassan Syadilly, Kamus Inggris
Indonesia, Pontianak : Gajah Mada, University
Press,1993
Adair john, Membina Calon Pimpinan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar
Manajemen, Jakarta: Prenada Media, 2005
George Barna, Kepemimpinan-Leaders on Leadership,
Malang: Gandum Mas, 2002
Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam
Masyarakat Modern, Jakarta:Rineka Cipta, 1993
Jacobs, Jaques, Leadership, Hawai: Happer, 1990
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di
Sekitar Anda, Jakarta Barat: Mitra Media, 2010
John Adair, Membina Calon Pemimpin, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993
Tom Yeakley, Character Formation For Leaders,
Bandung: Kalam Hidup, 2013
Andy Stanley, Visioneering “Bagaimana Mengubah Visi
Anda Menjadi Kenyataan”, Yogyakarta: Andi
Offset, 2016
Pudjiarto Boestam, Smart Christian Leadership,
Yogyakarta: Andi Offset, 2013), hlm. 49
Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Cetakan Ke-1., Bogor: Ghalia Indonesia, 2004
Bambang Yudho, How to Build Effective
Communication, Yogyakarta: Andi Offset, 2010

140
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar, Jakarta: Indeks, 2008
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, Bandung: Kalam
Hidup, 2012
Andrew Leigh, Charisma Effect, Jakarta Selatan: Ufuk
Press, 2009
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya,
Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Mitchell, T. R, Research in Organizational Behavior,
Greenwich, CT: JAI Press, 1997
Henry Wolmarans, Yes You Can! “Prinsip Alkitab
Meraih Sukses Seperti yang Anda Impikan,
Yogyakarta: Andi Offset, 2008
Maxlucado, Diciptakan Untuk Membuat Perbedaan,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Yosua L. Hadiputra, Kualitas Orang Sukses, Yogyakarta:
Andi Offset, 2008
Lopez, & Snyder, C.R,. Positive Psychological
Assessment a Handbook of Models & measures,
Washington. DC : APA, 2003
Ubaedy, A. N, “Ubah Sikap Raih Kesuksesan”. Jakarta :
Persepektif Media Komunika Vision 3, 2008.
Charles Agyin-Asare, Dari Orang Biasa Menjadi Luar
Biasa, Yogyakarta: Andi Offset, 2008
Norman Vincent Peale, Enam Sikap Pemenang, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000
Paulus Winarto, Hidup Berbuah, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2009), hlm. 66

141
B.D. Bartruff, Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
Eka Darmaputera, Hidup Yang Bermakna, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2009), hlm. 19
Chaplin, J. P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi.
Terjemahan oleh Kartini dan Kartono, Jakarta:
Raja Grafindo Perkasa, 2008
Supratik, A, Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan
Psikologis, Yogyakarta: Kanisius, 2005
Marsudi Hardono, Pelajaran Kelompok Sel, Jakarta:
GBI. Sungai Yordan, 2003
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar BahasaIndonesia, Jakarta: Gramedia, 2008
W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006
Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter,
Jakarta:As@-Prima Pustaka, 2012\
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun
Peradaban Bangsa, Surakarta: Yuma Pustaka
2010
Soegeng Prijodarminto, Disiplin, Kiat menuju Sukses.
Jakarta: Abadi, 1994
Gary L. McIntosh & Samuel D. Rima, Overcoming The
Dark Side Of Leadership (Menaklukan Sisi Gelap
Kepemimpinan), Malang: SAAT, 2016
B.S. Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul, Yogyakarta:
Andi Offset, 2015
Lawrence E. Boadt, Amsal, dalam Bergant dan Karris,
Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta:
Kanisius dan Lembaga Biblika Indonesia, 2002

142
Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Ajaran
untuk Memiliki Kehidupan Teratur dan Bahagia,
Malang, Literatur SAAT, 2011
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007
Suparno, Menjadi Pejuang Keadilan, Yogyakarta:
Kanisius, 2007
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Kitab Amsal 1-9, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007

Internet
IommiGhiffariAraya_https://iommigaraya.wordpress.co
m/2015/11/25/tugas-2-ilmu-sosial-dasar, diakses
pada hari selasa, 21 juni 2016. Pukul. 17:20 Wib
file:///D://SABDA.org_PUBLIKASI_e-JEMMi_Edisi
Vol.013_2010., diakses pada hari selasa, 21 Juni 2016.
Pukul. 17:25 Wib
https://www.psychologytoday.com/blog/artificial-
maturity/201211/the-marks-maturity, diakses pada hari
rabu, 20 Juli 2016. Pukul. 23:48 Wib
http://panjiwiyana.wordpress.com/2012/03/10/mengem
bangkan-kepemimpinan-dalam-diri-anda 2/, diunduh
pada tanggal 28 Juli 2016 jam 12.37
Samuel T.
Gunawan,http://artikel.sabda.org/makna_sebuah_integ
ritas, di unduh pada hari Sabtu, 8 Agustus 2016. Pukul:
6:49 Wib
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disi
plin-siswa-di-sekolah/, 1999
http://id.wikihow.com/Menghormati-Orang-Tua,
diunduh pada hari Sabtu tanggl 06 Mei 2017. Pukul:
12:39
143
http://www.mahfudztejani.com/2014/10/sumpah-
pemuda-pemuda-sebagai-aset-bangsa, diakses pada
hari senin 20 Juni 2016. Pukul. 12:51 Wib.

144

Anda mungkin juga menyukai