Anda di halaman 1dari 13

MENGENAL PARA MUHAQQIQ

Makalah :
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Tahqiq Kitab Hadis

Disusun Oleh :
Anita Rachmatul Huda (E75218037)
Muhammad Basyarudin (E75218055)

Dosen Pengampu :
Dr. H.Zainuddin MZ, Lc, M.Ag.

PRODI ILMU HADIS


JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmatnya-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita
jalan kebenaran sihangga kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam hingga saat ini.
Tidak lupa rasa terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. H.Zainuddin MZ, Lc,
M.Ag. yang telah memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Penulis menyadadari bahwa dalam penulisan dalam makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan. Dan penulis sangat meminta kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat memperbaikimya.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila ada kekurangan penulisan materi yang
ditulis mohon maaf yang sebesar-besarnya demikian penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya.

Surabaya, 15 Juni 2021


DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

A. Definisi Muhaqqiq..........................................................................................................6

B. Syarat-Syarat Menjadi Muhaqqiq...................................................................................7

C. Prossedur dan Cara Kerja Muhaqqiq..............................................................................8

1. Prosedur Tahqiq...........................................................................................................8

2. Cara Kerja Muhaqqiq................................................................................................10

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu atau pengetahuan itu sesuatu yang maknawi, tidak bisa diketahui
melalui panca indera. Maka, sebagaimana umumnya komunikasi terjadi, perlu media
yang bersifat inderawi untuk mengetahui dan mengkomunikasikan ilmu. Media untuk
mengkomunikasikan ilmu ada dua: lisan (verbal) dan tulisan.
Mencetak saat itu bukan hanya mengetik ulang kitab sedekat mungkin
dengan maksud pengarang, tapi berkembang menjadi seni yang menempurnakan langkah
para pendahulunya dengan: pertama, menyajikan kitab dengan tampilan baru, dengan
menggunakan format paragraf, supaya perpindahan ide mudah diketahui pembaca.
Kedua, melengkapinya dengan mencantumkan sumber rujukan penulis. Ketiga,
membeberkan perbedaan naskah jika ada, terutama jika salah satu dari naskah tersebut
mengalami distorsi. Keempat, memberikan harakat untuk beberapa kata jika diperlukan.
Kelima, menjelaskan profil tokoh yang ada di dalam kitab. Keenam, menyertakan indeks.
Ketujuh, men-takhrij hadits. Kedelapan, memberikan penjelasan tambahan jika
diperlukan. Bahkan, sebagian  muhaqqiq (editor) berani melangkah lebih jauh, dengan
membandingkan isi kitab dengan pendapat ulama lain.
Semua proses ini belakangan disebut tahqiq (editing), dan orang yang
berprofesi di bidang ini disebut muhaqqiq (editor). Muhaqqiq (orang yang mentahkik)
Tugas muhaqqiq adalah menyajikan kitab secara valid, dan melengkapinya dengan
langkah-langkah di atas, untuk mempermudah interaksi pembaca dengan kitab tersebut.
Setidaknya, dua syarat yang harus dimiliki oleh seorang muhaqqiq: kapasitas dan
obyektifitas. Syarat pertama harus dimiliki, karena ia akan memasuki medan sulit, yang
mengharuskan kemampuan dengan standar tertentu, untuk menutup kemungkinan salah
memahami teks dan menuliskannya, sehingga berpotensi menyesatkan pembaca.
Sedangkan syarat kedua, berkaitan dengan keberlangsungan proses editing. Jika ia
menjumpai pendapat yang berseberangan dengan apa yang diyakininya, hal itu tidak
menyeretnya untuk melakukan tindakan tak terpuji, seperti merubah redaksi atau bahkan
menyunatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Muhaqqiq ?
2. Apa saja syarat-syarat menjadi seorang Muhaqqiq ?
3. Bagaimana cara kerja Muhaqqiq ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Muhaqqiq.
2. Untuk mengetahui Syarat-Syarat menjadi seorang Muhaqqiq.
3. Untuk mengetahui cara kerja Muhaqqiq
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Muhaqqiq

Sebelum masuk kedalam pengertian muhaqiq, kami akan sedikit menyingung


tentang fisologi. Berasal dari bahasa Yunani “philogia” yang artinya senang
berbicara, kemudan berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, senang
kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi. Adapun orang yang ahlidi bidang ilmu
fisilogi di sebut fisolog. Dalam tradisi Arab, fisologi mengacu pada pendefinisian
sebelumnya. Fisologi seerti ini di kenal dengan istilah “tahqiq an-nuskhah” yang
berarti mengetahui hakikat sebuah tulisan atau teks. Sebagian fisologi Arab seperti
Salahudin al-munajjad (1982: 65) menyebutkan kata “tahqiq an-nuskhah” dengan
sebutan, “tahqiq al-makhtuthah”. Orang yang melakukan kajian teks di sebut
“muhaqiq”.
Tahqiq boleh diterjemahkan sebagai koreksi. Seorang Muhaqqiq (pentahqiq)
bukan membuat koreksi dalam ertikata dia membuat pembetulan atas apa yang ditulis
oleh pengarang. Dia tidak mengatakan ini salah atau ini betul, atau membawakan
pendapat yang lain (ini boleh didapati di dalam Syarah). Tetapi tahqiq adalah dia
memastikan setiap lafaz atau perkataan yang ditulis oleh pengarang adalah memang
betul-betul datang daripada pengarang, jauh daripada sebarang unsur tokok tambah.
Tokok tambah tidak berlaku di dalam hadis sahaja, adakalanya ia berlaku
dalam penulisan kitab-kitab ulama. Ini kerana dalam sejarah Islam, pada zaman
penulisan yang berkembang pesat beratus-ratus tahun setelah kewafatan Rasulullah,
pada masa itu tidak ada sistem fotostat atau cetakan seperti pada hari ini.
Pada zaman dulu, bagaimana cara mereka menyebarkan buku? Hanya satu
cara sahaja, iaitu ditulis semula. Setiap buku yang hendak dijual ada penulisnya
(Kuttab). Kerja mereka menulis, inilah tukang fotostat pada masa dulu.
Seperti mana yang kita tahu, kerja manusia kadangkala ada berlaku kesilapan,
ada terkurang, tertambah satu perkataan/huruf yang kadangkala boleh menukar
makna, dan adakalanya tulisan penulis asal tidak jelas, tidak boleh dibaca.
Jadi tugas pentahqiq adalah membandingkan manuskrip-manuskrip lama
(makhthuthat). Mungkin ada yang tidak tahu tentang adanya bidang kajian manuskrip.
Dan dikatakan kitab Syarh Al-Sunnah ini ada dalam tiga manuskrip (boleh
dibaca di bahagian Muqaddimah kitab ini) disimpan di beberapa perpustakaan.
Ada manuskrip-manuskrip yang disimpan di Mekah, Madinah, Mesir,
Istanbul, dan dukacitanya ada juga buku-buku (manuskrip) Islam kita disimpan di
London. Ini kerana kembali kepada sejarah, umat Islam tidak mengambil peduli
tentang manuskrip-manuskrip ini. Banyak sebabnya, antaranya kerana mereka telah
berserah diri kepada mazhab. Apa yang ada dalam mazhab, itulah sajalah yang
mereka ambil. Kitab-kitab lama (ulama-ulama salaf) tidak diambil peduli. Tetapi
Allah jadikan orang-orang kafir inilah yang menjaga manuskrip, mendokumentasikan,
dan simpan betul-betul manuskrip. 1
Muhaqqiq adalah Orang yang memiliki kemampuan tadqiq dimana ia mampu
memberikan dalil untuk memperkuat dalil sebelumnya.
Pentahqiq atau Muhaqqiq adalah orang yang berusaha untuk membersihkan
tulisan seorang penulis hadist ataupun syarah dari kekhilafannya dalam menukilkan
hadits dhoif maupun maudlu' ( palsu ) yang dengannya menjadikan hadist tersebut
bisa dijadikan sebagai sumber hukum . Pentahqiq haruslah seorang ulama yang
menguasai ilmu mustholah hadits dan fasih dalam ilmu pendukung lainnya .
Pentahqiq pada umumya adalah ulama' – ulama' yang hidup setelah kitab
hadist atau syarah itu dibuat, walaupun juga ada pentahqiq yang sezaman dangan
penulis hadist h tersebut atau bahkan ada penulis hadist yang langsung mentahqiq
hadistnya sendiri, seperti Imam al-Hafidz Abu Isa bin Isa bin Sauroh bin Musa bin ad-
Dohhaq as-Sulamy at-Tirmidzi atau yang lebih dikenal dengan Imam at-Tirmidzi
beliau menulis kitab al-Jami' yang terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi
sekaligus mentahqiqnya. 2

B. Syarat-Syarat Menjadi Muhaqqiq


Seorang muhaqqiq harus memiliki beberapa syarat-syarat seperti berikut :3
1. Cerdas. 
1
Ustaz Abu Omar Idris Bin Sulaiman Hafizahumullah,“ Beza Syarah/Ta’liq/Tahqiq, Kisah Syaikh Albani
Mentahqiq Kitab”, https://ustazidrissulaiman.wordpress.com/2013/10/19/beza-syarah-taliq-tahqiq-gambar-
kisah-syaikh-albani-mentahqiq-kitab/ , diakses pada 14 juni 2021, 22:25.
2
Ade Iqbal Badrulzaman , Ade Kosasih “Teori Filologi Dan Penerapannya Masalah Naskah - Teks Dalam
Filolog”,https://www.researchgate.net/publication/337714733_Teori_Filologi_Dan_Penerapannya_Masalah_Na
skah-Teks_Dalam_FilologI , diakses pada 15 juni 2021, 22:25.
3
Ahmad Sayuti Anshari Nasution, “Syarat-Syarat Filolog dan Cara Kerjannya”,
http://kaderulamakemenag.blogspot.com/2012/12/syarat-syarat-seorang-filolog-dan-cara.html?m=1 , diakses
pada 12 juni 2021, 11:25.
Seorang muhaqiq harus cerdas dalam arti mempunyai sifat ketelitian
pengamatan, kematangan cara berpikir dan pandangan yang tajam dan jauh.
2. Objektif. 
Seorang muhaqiq harus tidak memihak kepada suatu pendapat tertentu, akan
tetapi harus berpihak kepada data dan fakta yang ada.
3. Jujur. 
Seorang muhaqiq harus jujur, dengan arti  tidak mengada-dada, dan tidak
menyembunyikan fakta, serta harus mengembalikan suatu pendapat kepada
pemiliknnya.
4. Mempunyai latar belakang pengetahuan tentang bahasa Arab.
Mulai dari level fonetik, sintaksis, morfologi, semantik serta mengetahui
dialek-dialek, stylistik Arab, kata-kata sulit dan lain-lain.
5. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang metode filologi. 
Mulai dari dasar-dasar, langkah-langkah serta aturan-aturannya.
6. Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang bidang ilmu yang diteliti.
Bila buku yang ditahqiq berkenaan dengan tasauf, maka muhaqiq harus
mempunyai pengetahuan tentang tasauf, bila buku tersebut berkenaan dengan fikih,
maka muhaqiq tersebut harus mengetahui ilmu fikih, demikian seterusnya
7. Memiliki latar belakang pengetahuan umum yang memadai.
Suatu manuskrip, walaupun mengenai tasawuf tapi tidak jarang di dalamnya
ada muatan-muatan ilmu lain, seperti ekonomi, kedokteran, politik, sejarah, sastra
dan lain-lain. Bila muhaqiq tidak mempunyai latar belakang pengetahuan yang
memadai tentang itu, maka muhaqiq tersebut diminta untuk membacanya dari buku-
buku atau harus mengangkat asisten atau konsultan yang ahli tentang disiplin ilmu
itu.
8. Dan lain-lain.

C. Prossedur dan Cara Kerja Muhaqqiq


1. Prosedur Tahqiq
Seseorang yang telah memilih manuskrip untuk ditahqiq, harus mengikut
langkah-langkah berikut ini agar tujuan dapat terealisasi :4

4
Ade Iqbal, dkk. “Teori Filologi Dan Penerapannya Masalah Naskah-Teks Dalam Filologi”, Jurnal Jumantara
Vol. 9 No,2, 2018.
a) Yakin bahwa manuskrip tersebut belum pernah ditahqiq oleh orang lain.
Manuskrip yang sudah ditahqiq, tidak perlu ditahqiq lagi kecuali dalam tahqiq
sebelumnya memuat informasi yang salah berat. Akan tetapi nila manuskrip
tersebut baru sekedar dicetak ulang, tapi belum ditahqiq maka tidak ada
masalah untuk ditahqiq.
b) Mengumpulkan teks manuskrip tersebut sebanyak mungkin.
Sebuah manuskrip tidak mustahil mempunyai copy/varian di beberapa
tempat, mungkin varian tersebut ditulis oleh pengarang sendiri dengan adanya
penambahan atau perbaikan dan mungkin juga ditulis oleh muridnya atau
disalin lagi. Tujuan memperbanyak manuskrip agar memudahkan proses
pentahqiqan.
c) Menentukan manuskrip yang asli.
Setelah varian-varian manuskrip terkumpul, dibaca dan diteliti untuk
menentukan mana buku yang mendekati teks asli dari sekian banyak varian
manuskrip yang ada. untuk mengetahui hal tesebut, perlu dilacak tahun
penulisan, jenis kertas yang digunakan, ketelitian penulisan dan kesalahan-
kesalahan yang terdapat didalamnya. Manuskrip yang jelas jelad dan bagus
tidak ada salah, tentu lebih baik dijadikan teks asli dari yang banyak
kesalahan. Manukrip yang hanya mempunyai satu teks, maka tidak masalah
untuk ditahqiq.
d) Melacak informasi seputar manuskrip.
Informasi yang dimaksud yakni mengenai latar belakang penulis,
tempat penulisan, sumber data, nama penulis, waktu penulisan, dan lain-lain.
Informasi ini biasanya terdapat dihalaman depan atau halaman terakhir.
e) Menentukan Judul Manuskrip.
Sebuah manuskrip tidak jarang ditulis beberapa kali dengan nama yang
berbeda, karena penulis tidak puas dengan nama pertama dengan substansu
kandungan manuskrip dan pertimbangan-pertimbangan lain. Jika manuskrip
mengalami kerusakan pada halaman pertama dan terakhir, maka menentukan
judul ini menjadi masalah besar. Muhaqqiq harus membaca teks manuskrip
tersebut secara utuh dan mencari informasi dari karya-karya penulis yang lain,
yang dapat memberi arahan bahwa manuskrip itu bejudul itu, disampin itu
harus merujuk ke institusi-institusi yang mengelola manuskrip.
2. Cara Kerja Muhaqqiq
Aktifitas yang harus dilakukan seorang muhaqqiq diantaranya seperti
berikut :5
a) Membaca manuskrip yang akan ditahqiq beberapa kali
Seorang muhaqqiq tidak cukup membaca bahan manuskrip yang akan ditahqiq
sekali saja. Muhaqqiq harus membacanya beberapa kali agar dapat mengetahui
pola pikir penulis, uslub bahasa yang digunakan, serta kutipan-kutipan lainnya.
b) Mempersiapkan literatur
Sebaiknya seorang muhaqqiq itu memiliki literatur, namun jika terdapat
kesulitan mendapatkan literatur maka cukup mengetahui perpustakaan yang bisa
diakses yang memuat buku-buku yang diperlukan sesuai dengan bidang ilmu yang
sedang ditahqiq.
c) Menulis ulang naskah asli
Muhaqqiq menulis ulang teks yang terdapat dalam naskah asli dengan
beberapa ketentuan :
1) Tulisan dibuat di satu muka kertas saja (timbal balik)
2) Tulisan dibuat jarang-jarang antara satu baris dengan baris berikutnya.
3) Meninggalkan lembar kosong setelah lembaran teks. Untuk tempat catatan.
4) Membuat catatan dalam teks copy, tentang awal teks dalam teks asli
5) Membubuhi nomor baris pada teks asli (nomor dimulai dari aqal setiap
halaman) kemudian menuliskan nomor tersebut pada teks copy
(menggunakan nomor, digit 5 akan memudahkan proses tahqiq)
6) Penulisan teks dibuat berdasarkan substansi atau kandungan. Dengan arti,
bahwa setiap topik baru dibuat tersendiri terpisah dari teks sebelumnya.
7) Muhaqiq harus konsekwen dengan kata-kata dan uslub yang ada dalam
teks asli, tanpa merubah sedikitpun.
d) Membandingkan antara beberapa naskah.
Muhaqiq mulai dengan membandingkan antara naskah-naskah yang ada.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan perbedaan-perbedaan yang
terdapat antara naskah yang ada. Di antara keterangan yang perlu dicatat dari
perbedaan ini adalah :
1) Penambahan atau pengurangan data yang terdapat dalam teks asli,
5
Ahmad Sayuti Anshari Nasution, "Syarat-Syarat Seorang Filolog Dan Cara Kerjanya”, https://annida-
aurevoir.blogspot.com/2011/10/syarat-syarat-seorang-filolog-dan-cara.html?m=1 , diakses pada tanggal 15 juni
2021, 20.15.
2) Jenis kertas, polos atau berlubang-lubang,
3) Kesalahan atau perubahan.
4) Penilian atau komentar muhaqiq terhadap keterangan yang di atas.
e) Merubah kesalahan fatal
Pada dasarnya muhaqiq tidak boleh merubah kesalahan yang terdapat dalam
teks. Namun demikian ahli filologi memperbolehkan muhaqiq merubah langsung
kesalahan-kesalahan fatal, tanpa harus membuat keterangan di catatan kaki,
seperti :
1) Kesalahan dalam ayat Alquran yang tidak mempunyai justifikasi qiraat
tertentu
2) Kesalahan Nahu yang tidak ada justifikasinya dalam qaidah nahwiyah
3) Kesalahan dalam nama kota, negara atau nama orang.
4) Pujian yang sudah populer, seperti swt. saw, ra. Dll.
Di samping itu, muhaqiq diperbolehkan membuat judul atau sub judul sesuai
dengan subtansi ilmiah yang dikandung teks (ditulis dalam kurung) tanpa harus
menyebutkannya di catatan kaki.
f) Membubuhi tanda baca.
Di antara tanda baca yang harus digunakan dalam pelayanan manuskrip adalah :
1) Kurung bunga ﴾ ﴿ untuk ayat-ayat Alquran
2) Kurung biasa (  ) untuk hadis Nabi saw.
3) Kurung besar [  ] untuk kalimat tertentu yang ingin diberi catatan
4) Tanda petik untuk teks yang dikutip dari buku atau orang lain
5) Membubuhi tanda baca, titik ( . ), koma ( , ), titik dua ( : ), titik koma ( ; ),
tanda tannya ( ? ), tanda seru ( ! ) dan lain-lain
6) Membubuhi nomor halaman teks asli dan membuat catatannya di catatan kaki
tahqiq.
7) Membubuhi harkat beberapa kata yang bisa membuat kerancuan makna.
g) Melakukan takhrij kepada teks tertentu
Yang dimaksud dengan tahrij disini bukan saja tahrij hadis seperti yang
dipelajari dalam ilmu hadis, akan tetapi lebih umum dari itu, mencakup ayat
Alquran dan kutipan lainnya.
h) Memberi komentar
Muhaqiq dapat menuliskan pendapatnya terhadap teks manuskrip di catatan
kaki. Di antara jenis komentar yang biasa dilakukan muhaqiq adalah :
1) Penjelasan kata atau arti kata-kata sulit
2) Penjelasan terhadap makna suatu istilah ilmiah.
3) Penjelasan terhadap nama orang atau nama tempat yang terkenal atau yang
kurang terkenal.
i) Membuat pendahuluan.
Isi pendahuluan antara lain adalah :
1) Sekilas tentang pengarang, lahir, pendidikan, guru dan muridnya serta
pengaruhnya dalam masyarakat.
2) Sekilas tentang manuskrip yang akan ditahqiq. Isinya antara lain ; judul,
kandungan, tempat diperoleh, jumlah teks yang ada, jumlah halaman dan
jumlah baris perhalaman, perbedaan antara teks dengan teks yang lain, serta
urgensinya dalam dunia ilmiah.
3) Nama orang yang menulis manuskrip, tanggal serta tempat ditulis.
4) Penjelasan terhadap jenis rasam yang digunakan, serta perubahan yang
dilakukan dalam mentahqiq
5) Menyebut metodologi yang diikuti dalam mentahqiq.
6) Melampirkan beberapa halaman teks asli manuskrip, sebagai contoh
j) Membuat penutup
Penutup berisi kesimpulan yang diperoleh muhaqiq dari pekerjaan mentahqiq
serta saran-saran yang perlu sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh.
k) Membuat daftar isi, literatur dan indek (opsional).6

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Muhaqqiq adalah orang yang berusaha untuk membersihkan tulisan seorang
penulis hadist ataupun syarah dari kekhilafannya dalam menukilkan hadits dhoif maupun
maudlu' ( palsu ) yang dengannya menjadikan hadist tersebut bisa dijadikan sebagai
sumber hukum . Pentahqiq haruslah seorang ulama yang menguasai ilmu mustholah
hadits dan fasih dalam ilmu pendukung lainnya . Syarat menjadi Muhaqqiq adalah
Cerdas, Objektif, Jujur,Mempunyai latar belakang pengetahuan tentang bahasa Arab,
Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang metode filologi, Mempunyai pengetahuan

6
Ibid,.
yang memadai tentang bidang ilmu yang diteliti, Memiliki latar belakang pengetahuan
umum yang memadai.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai