Anda di halaman 1dari 33

SISTEM INFORMASI

KESEHATAN
OLEH SURYA ANITA, M.KES
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang maha Esa yang telah
memberikan segala rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul
Mata Kuliah SISTEM INFORMASI KESEHATAN yang sederhana ini. Penulis menyadari
bahwa materi yang disajikan dalam modul ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan saran saran yang membangun guna kesempurnaan modul ini.
Terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan
dalam penyusunan modul ini. Akhir kata semoga modul ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2017

i
DAFTAR ISI

ii
VISI DAN MISI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
VISI :
Menjadi program studi kesehatan masyarakat yang unggul, berkarakter, dan berdaya
saing global khususnya dibidang kesehatan lingkungan tahun 2038.

MISI:
1. Melaksanakan pendidikan yang efektif, efisien dalam kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan lingkungan sesuia dengan SN Dikti dan KKNI level 6 (enam).
2. Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka memberikan solusi dalam berbagai
persoalan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat secara provesional untuk
meeningkatkan status kesehatan masyarakat yang mendukung pencapaian program
pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta,
asosiasi institusi, asosiasi profesi dalam dan luar negeri dalam rangka pelaksanaan
tridarma perguruan tinggi.

iii
BAB 1
PENGERTIAN SISTEM DAN KOMPONEN SISTEM

1.1.Pengertian Sistem
Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design andimplementation
of health information system”Geneva (2000),adalah suatu system informasi kesehatan
yangtidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi sebagai proses
pengambilankeputusan di segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi
kesehatan pada tahun 2002 pemerintah melalui menteri kesehatan pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah ( SIKDA).

1.2.Komponen Sistem
Komponen Sistem (components sistem), dimana suatu sistem terdiri dari
sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Suatu
sistem tidak berada dalam lingkungan yang kosong, tetapi sebuah sistem berada dan
berfungsi di dalam lingkungan yang berisi sistem lainnya. Apabila suatu sistem merupakan
salah satu dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka disebut subsistem, sedangkan
sistem yang lebih besar tersebut adalah lingkungannya
Sistem atau pendekatan sistem mempunyai beberapa komponen yakni :
1. masukan (input), sesuatu yang dimasukan ke dalam sistem yang berasal dari
lingkungan
2. pengolahan (processing), suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan
yang akan mengubah masukan menjadi keluaran
3. keluaran (output), suatu hasil dari proses pengolahan sistem yang dikeluarkan ke
lingkungan
4. balikan/umpan balik (control)
5. Lingkungan luar sistem (environments), segala sesuatu di luar batas suatu sistem yang
mempengaruhi kerja sistem

1
BAB II
SISTEM KESEHATAN NASIONAL, KETERAKITAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DALAM BINGKAI SISTEM KESEHATAN NASIONAL

2.1. Sistem Kesehatan Nasional


Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan
kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) adalah sistem informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun internasional
dalam rangka kerjasama yang saling menguntung-kan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di
tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi
merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota
merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota.
SIKNAS di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan
provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan
sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau kota.
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi / jaringan virtual sistem informasi kesehatan
elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data
terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network ( WAN ), jaringan telekomunikasi yang
mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area
Network ( LAN ) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Selain itu juga
akan dikembangkan program mobile health ( mHealth ) yang dapat langsung terhubung ke
sistem informasi puskesmas ( aplikasi SIKDA Generik).
1) Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten / kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten / kota dari semua fasilitas kesehatan ( kecuali milik Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat ) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy.
Laporan hardcopy dientri kedalam aplikasi SIKDA generik, lapor-an softcopy diimpor
ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke
Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama

2
dengan dinas kesehatan kabupaten / kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik
provinsi
2) Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan UPT-nya
serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
3) Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dalam Bingkai Sistem Kesehatan Nasional

Menurut Badan Kesehatan Dunia ( World Health Organization, WHO ),


Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ) merupakan salah satu dari 6 “ building block ”
atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (
building block ) sistem kesehatan tersebut adalah :
a) Pelaksanaan pelayanan kesehatan ( Service delivery )
b) Produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan ( Medical product, vaccine,
and technologies )
c) Tenaga medis ( Health worksforce )
d) Sistem pembiayaan kesehatan ( Health system financing )
e) Sistem informasi kesehatan ( Health information system )
f) Kepemimpinan dan pemerintah ( Leadership and governance )

Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ), Sistem Informasi


Kesehatan ( SIK ) merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan
merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung
penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.

Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:

a) Upaya kesehatan
b) Penelitian dan pengembangan kesehatan
c) Pembiayaan kesehatan
d) Sumber daya manusia ( SDM ) kesehatan
e) Sediaan farmasi, alat kesehatan,dan makanan

3
f) Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
g) Pemberdayaan masyarakat.

Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmensetiap


unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap sistem informasi kesehatan berjalan dengan
baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer ( Computer Based Information
System ).

4
BAB III
SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA DAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN RUMAH SAKIT

3.1. Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia


Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia diawali dengan sebuah sistem
informasi Rumah sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System). Dan yang menginovatori hal ini adalah Rumah Sakit Husada pada akhir dekade 80’
an. Beriringan dengan hal itu rupanya Departemen Kesehatan juga mengembangkan sistem
informasi kesehatan berbasis komputer dengan dibantu oleh proyek luar negri dengan
bantuan beberapa tenaga ahli dari universitas gadjah mada. Namun perjuanagan diawal ini
mengalami kemerosotan, hal ini dilihat darei segi perencanaan yang tidak tersusun dengan
baik dimana identifikasi faktor penentu keberhasilan masih sangat tidak lengkap juga tidak
menyeluruh.
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian
masa sebagai berikut :

1. Era manual (sebelum 2005)


2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda


sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)


Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual Aliran data
terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui
berbagai jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di
Departemen Kesehatan. Bentuk data nya agregat. Kelemahan nya adalah Sering
terjadi duplikasi dalam pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan.
Kemudian Validitas nya masih diragukan. Data yang ada sulit diakses. Karena
banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah
dan dianalisis. Dan terpenting dalam Pengiriman data masih banyak menggunakan
kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

5
2. Era Transisi (2005 – 2011)

Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah
mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih
terfragmentasi). Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data
individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya
masih setengah setengah karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih
belum meninggalkan sistem manual.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan data
menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data
dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat
(e-Helath). Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke
bank data. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih
cepat, tepat waktu dan efisien yang pastinya Lebih ramah lingkungan.

3.2. Sistem informasi rumah sakit


Tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi kesehatan karena sistem ini
merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita
mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari
rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
1. Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari
rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya dibagi
menjadi 2, sebagai berikut:
a) Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh
1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)

6
b) Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang
sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari
keuntungan (profit)
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum
digolongkan menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.
b. Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
c. Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan dan
anak.
d. Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum digolongkan
menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis umum,
2. Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik,
3. Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik dan subspesialisitik
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan
penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis
subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya: Rumah
Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb. Dari Keputusan Menteri Kesehatan
No. 983 tahun 1992, dapat diketahui bahwa organsasi rumah sakit secara umum
adalah organisasi matriks. Semua staf yang ada, dibagi ke dalam divisi-divisi yang
ada dalam struktur organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan setiap tenaga medis
tersebut juga dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut profesinya
masing-masing dan setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang ketua
kelompok. Organisasi matriks adalah organisasi yang paling dinamis dan paling
baik, jika dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya, namun harus disadari
7
sepenuhnya bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut mempunyai 2 pimpinan
sekaligus yang memberikan perintah dan pengarahan kepada yang bersangkutan,
yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok. Oleh karena itu, setiap staf pada
organisasi matriks harus mampu bekerjasama lintas divisi, mampu berkomunikasi
dengan baik dengan ke 2 pimpinannya dan mampu membagi pekerjaannya
berdasarkan prioritas. Organisasi matriks memang sangat memerlukan dukungan
teknologi infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun
agar teknologi informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal, maka
panataan pola kerja organisasi tersebut merupakan prasyarat utama untuk
menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
a. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalah
layanan kesehatan
b. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ? Jawaban pada
umumnya adalah pasien/penderita c.
c. Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ? Jawaban
pada umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana/prasaran d.
d. Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ? Jawaban
pada umumnya adalah manajemen rumah sakit
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis
maupun tenaga administratif rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di
dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan
dan bahan habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada
didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan
jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan untuk layanan
pihak luar. Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke
dalam modul-modul yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan
dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:

8
a. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis
rawat jalan. 14
b. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis
rawat inap
c. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis,
pemeriksaan laboratorium, dsb

9
BAB IV
SISTEM INFORMASI KESEHATAN PUSKESMAS

4.1. Pengertian SIK di puskesmas


Proses pengolahan data kesehatan menjadi informasi yang nantinya akan digunakan
untuk penyusunan program dan kegiatan. Dalam upaya mengembangkan Sistem Informasi
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan
(SIK) Puskesmas yang berbasis Teknologi Informasi. Prototipe SIK yang dikembangkan
mengacu kepada kebutuhan informasi untuk pengelolaan klien dan unit pelayanan di tingkat
puskesmas, SP2TP, Indikator SPM dan Indikator Indonesia Sehat 2010.
Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat
menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang
disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem
kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan
sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat. Dengan demikian maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih fokus
dan spesifik untuk suatu daerah. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kerja
puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan kevalidan data yang terdapat pada masukan input
dimana hasil yang diinginkan nantinya dapat terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang
diambil oleh para pengambil keputusan dapat tepat pada sasaran.
1. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan ( SIK)
Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem
informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas sehingga dapat
meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses data, pelaporan
dan akurasi data sehingga menjadilebihbaik.
2. Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (Sik)
Puskesmas adalah dapat meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada
Masyarakat melalui penerapan Sistem informasi Kesehatan Puskesmas yang
terintegrasi dari semua unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan informasi
secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas
dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan
berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem
kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat.

10
3. Prototipe SIK Puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :
1. Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data kependudukan
terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat dan mutasi pindah.
2. Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan. Data
yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat jabatan,
riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data
riwayat penghargaan serta data penugasan pegawai.
3. Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan
prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan lainnya.
4. Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan secara garis
besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan sumber biaya.
5. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan
kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan yang
meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan
puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar
gedung meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan
Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS.
6. Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan,
meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program.
7. Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti:
membuat backup dan restore data, data recovery, user list and right assignment,
user shortcut, short message over network.

11
BAB V
PENGERTIAN DATA, KONSEP DATA, JENIS-JENIS DATA

5.1. Pengertian Data


Adapun definisi dari kata data adalah suatu istilah majemuk daridatumyangberarti fakta
atau bagian dari kata yang mengandung arti, yang berhubungan dengankenyataan, simbol-
simbol, gambar-gambar, kata-kata angka-angka, huruf-huruf atausimbol-simbol yang
menunjukkan ide, objek, kondisi atau situasi. Jelasnya data itudapat berupa apa saja dan dapat
ditemui dimana saja. Kegunaan data adalah sebagaibahan dasar yang objektif dalam proses
penyusunan kebijakan dan keputusan. Dalamkaitannya dengan pengolahan data dengan computer,
pengertian data dapat dibatasipada fakta-fakta yang dapat direkam. Dalam setiap pengolahan
data, data merupakansumber informasi yang dapat dihasilkan

5.2. Konsep Data

1. Tahapan Input
Dilakukan dengan pemasukan data ke dalam proses komputer lewat alat input
(inputdevice).
2. Tahapan Process
Dilakukan proses pengolahan data yang sudah dimasukkan yang dilakukan
oleh data pemroses (process device) yang dapat berupa proses perhitungan,
pengendalian, atau pencarian pada storage.
3. Tahapan output
Di lakukan proses penghasilan output dari hasil pengolahan data ke alat output
(output device) yaitu berupa informasi .

5.3. Jenis-Jeni Data

1. Data primer
Berdasarkan pada asal sumbernya, data primer adalah angka, skala, dan lain-
lain yang didapatkan langsung dari sumbernya. Cara mendapatkannya bisa melalui
wawancara secara langsung, observasi, dan jejak pendapat. Anda juga bisa
menyebarkan angket kepada sekelompok orang yang sudah Anda kualifikasi. Hasil
angka yang Anda dapatkan akan lebih akurat, namun sayangnya akan memakan
banyak waktu dan budget.

12
2. DataSekunder
Data sekunder adalah hasil perhitungan yang didapatkan tidak secara langsung,
melainkan mengambil dari sumber yang ada di buku, jurnal, arsip, dan lain-lain.
Pastikan sumber yang Anda gunakan untuk mendapatkan data tepercaya dan akurat.
Meskipun lebih menghemat uang dan juga waktu, namun hasilnya masih tidak bisa
dipercaya 100%. Jika ada satu saja yang salah, maka mempengaruhi semua output
yang sudah Anda rangkum.

13
BAB VI
DATA RUTIN (PENCATATAN DAN PELAPORAN SURVEILANS)
Surveilans adalah pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus thd masalah
kesehatan tertentu dan segala aspeknya dengan cara
a. pengumpulan data,
b. pengolahan, analisis, interpretasi,
c. penyebar-luasan informasi (disseminasi)kepada orang-orang yang berkepentingan
dapat dipergunakan untuk pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan tersebut

14
BAB VII
DATA NON RUTIN (SURVEI KESEHATAN)

Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikumpulkan sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan dan prioritas pembangunan kesehatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:

1. data khusus: dan


2. data luar biasa.

Data khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi data faktor risiko,
lingkungan, dan lainnya yang mendukung program pembangunan kesehatan.

Data luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b meliputi data yang
dikumpulkan dalam kejadian luar biasa, wabah, bencana, dan kedaruratan kesehatan
masyarakat. Pasal 5 Data Kesehatan harus terbuka untuk diakses oleh unit kerja instansi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola Sistem Informasi Kesehatan sesuai
dengan kewenangan masing-masing.

15
BAB VIII
DEFINISI INDIKATOR KESEHATAN, SYARAT INDIKATOR KESEHATAN,
JENIS INDIKATOR KESEHATAN

8.1. Defenisi indicator


Indicator adalah Ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan status kesehatan
sekelompok orang dalam populasi tertentu, misalnya angka kematian bayi.

8.2. Syarat Indikator Kesehatan


Indikator kesehatan harus memenuhi persyaratan indikator secara umum yaitu :
simple(sederhana), Measurable(dapat diukur), Attributable(bermanfaat), Reliable(dapat
dipercaya), dan Timely(Tepat waktu).
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator adalah:

1. Indikator yang dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas


2. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert input.judgement) dan
melalui proses yang partisipatif
3. Dirancang untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang bervariasi (yang
terkait)
4. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis

Hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan indikator baru yaitu :

1. Penetapan indikator kesehatan nasional mengacu pada indikator kesehatan global


2. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengacu pada indikator
kesehatan nasional
3. Penetapan indikator kesehatan nasional melalui pertimbangan Tim SIK Nasional
4. Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota melalui Tim SIKDA

8.3. Jenis Indikator Kesehatan

Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari DepkesRI tahun 2003 terdiri
dari 3 indikator, yaitu:

a. Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, terdiri atas indikator angka-
angka mortalitas, angka-angka morbiditas, dan indikator status gizi
16
b. Indikator Hasil Antara, terdiri atas indikator keadaan lingkungan, indikator perilaku
hidup masyarakat, dan indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan
c. Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas indikator pelayanan kesehatan, indikator
sumber daya kesehatan, dan indikator manajemen kesehatan serta indikator kontribusi
sektor-sektor terkait.

17
BAB IX
BENTUK INDICATOR, PERTIMBANGAN DALAM MENETAPKAN
INDICATOR, BERBAGAI CONTOH INDIKATOR KESEHATAN
1. Bentuk Indikator
Bentuk-bentuk indikator taitu angka absolute, angka rata-rata ( mean, median,
modus), presentase/proporsi, rasio, rate, angka komposit atau indeks.
2. Pertimbangan dalam menetapkan Indikator
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator adalah:
1. Indikator yang dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas
2. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert input.judgement) dan
melalui proses yang partisipatif
3. Dirancang untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang bervariasi (yang
terkait)
4. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis

3. contoh Indikator kesehatan


1. AKI (Angka kematian ibu )

bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan


reproduksi,terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas
risiko tinggi(making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang
dibantu olehtenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan,penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong
kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

2. AKB (angka kematian bayi )

Manfaatnya untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gi!i ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta
kondisi lingkungandan sosial ekonomi.

3. AKABA (angka kematian balita )

18
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
mereeksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak$anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Akaba kerap dipakai untuk mengidenti%kasi
kesulitan ekonomi penduduk. &.( usia harapan hidup )Manfaat mengetahui angka
harapan hidupadalah untuk menentukan tingkat kemakmuran penduduk dalam suatu
daerah atau negara.

19
BAB X
JENIS INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA DILIHAT DARI INDIKATOR
INPUT, PROSES DAN OUTPUT

10.1. Indikator Kinerja Input

Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM, peralatan,
material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan
meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki
telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan.

Contoh:

a. Jumlah dana yang dibutuhkan


b. Tenaga yang terlibat
c. Peralatan yang digunakan
d. Jumlah Bahan yang digunakan

10.2. Indikator Kinerja Proses

Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang terlaksana


sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu
kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik
dan terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan
instansi.

Contoh:

a. Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan


 Jumlah orang yang diimunisasi / vaksinas
 Jumlah permohonan yang diselesaikan
 Jumlah pelatihan / peserta pelatihan
 Jumlah jam latihan dalam sebulan
b. Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan

Jml pupuk/obat/bibit yang dibeli

20
1. Jumlah komputer yang dibeli
2. Jumlah gedung /jembatan yg dibangun meter panjang
3. jalan yang dibangun/rehab

10.3. Indikator Kinerja Outcome

Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator Keluaran.


Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun produk telah berhasil
dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah tercapai. Outcome
menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut
kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi dapat mengetahui apakah hasil
yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat.

21
BAB XI
OBJEK SISTEM INFORMASI KESEHATAN (USER, KOMPONEN SISTEM,
IDENTIFIKASI MASALAH)
Objek adalah merupakan sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan
menawarkan sejumlah operasi untuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan entitas
itu sendiri. Sebuah objek ditandai dengan sejumlah operasi dan sebuah state / informasi yang
mengingat akibat / efek dari operasi tersebut. objek mempunyai arti kombinasi daridata logic
yang mewakilkan entitas baik secara fisik, konsep ataupun secara peranti lunak.

Defenisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang
diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. ciri–ciri Objek Dalam Lingkup
Teknologi Informasi

1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik, disebut
dengan atribut. Contohnya; seorang mahasiswa mempunyai atribut NIM, dan setiap
mahasiswa mempunyai NIM masing–masing, sehingga ini merupakan suatu identitas
yang unik.
2. Objek dapat melakukan suatu operasi ( behavior).
3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagian–bagian yang terpartisi yang dinyatakan
dalam hubungan agregat.

22
BAB XII
FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM SISTEM INFORMASI
KESEHATAN

PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

1. Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam


bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan diatas kertas,disket, pita nama dan pita film.
Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara . Sedangkan setiap
kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan. Laporan adalah catatan
yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya yang disampaikan
ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut .
2. Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 bagian :

1. Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan


masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam sistem ini
masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb)
mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah.
2. Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang berorientasi pada Masalah
(Problem Oriented Record /POR). Keuntungan system ini adalah kerjasama antar
tim kesehatan lebih baik dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara

3. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat pula disimpulkan bahwa pencatatan dan
pelaporan merupakan :

1. Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan yang
diperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami isinya.
2. Salah satu kegiatan administrasi kesehatan yang harus dikerjakan
3. Dan dipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan.
4. Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi
sebagaialat/sarana komunikasi yang penting antar petugas

4. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:

1. pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;


2. analisis; dan

23
3. pemanfaatan.

5. Frekuensi pelaporan sebagai berikut:

1. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obat-obat.
2. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi.
3. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan

6. Metode Penelitian Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Penelitian ini merupakan


penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus dengan menggunakan metode
kualitatif, maksudnya adalah untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan
secara detail pada proses pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas.
7. Manfaat pencatatan adalah sebagai berikut :

1. Memberi informasi tentang keadaan masalah atau kegiatan


2. Sebagai bukti dari suatu kegiatan atau peristiwa
3. Bahan proses belajar dan bahan penelitian
4. Sebagai pertanggungjawaban
5. Bahan pembuatan laporan
6. Perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi
7. Bukti hukum
8. Alat komunikasi dalam penyampaian pesan serta mengingatkan kegiatan peristiwa
khusus.

8. Bentuk pencatatan berdasarkan isi meliputi :

1. Catatan tradisional : berisi hal-hal yang didengar dan dilakukan oleh pencatat
secara tidak sistematis, tidak lengkap dan biasanya berupa catatan harian.
2. Catatan sistematis : menggambarkan pola keadaan, masalah dan langkah
pemecahan masalah.

24
9. Macam-macam Pencatatan Model naratif Naratif adalah model lama, tradisional yang
paling fleksible. Sistem pencatatan naratif cara penulisannya mengikuti dengan ketat
urutan kejadian atau kronologis. Dengan cara naratif ini tiap
10. Keuntungan:

1. Sudah di kenal
2. Udah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
3. Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien
4. Mudah di tulis 

Kekurangan

1. Tidak terstruktur dan simpang siur datanya. 2. Perlu banyak waktu 3. Terbatas
dengan kemampuan pelayanan kesehatan 4.Informasi sulit untuk jangka panjang

11. Pengelolaan

1. Pencatatan Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas,
puskesmas pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat
menggunakan formulir standar yang ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir
standar yang digunakan dalam pencatatan adalah sebagai berikut

12. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) Kartu rawat jalan Kartu indeks penyakit Kartu
Ibu Kartu anak KMS balita, anak sekolah KMS ibu hamil KMS usia lanjut(USILA)
Register
13. Adapun kriteria system pencatatan data kesehatan yang baik :

Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada responpasien terhadap
kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan. Ditulis dengan Baik dan
menghindari kesalahan. Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan
dilakukan. Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Whoand
How Menghindari kata-kata yang sulit diukur Mencantumkan nama jelas dan tanda
tangan setelah melakukanpencatatan.

14. Pelaporan Laporan Lisan

25
1. Kelemahan: Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yangbaik-baik saja
dan bersifat subyektif.
2. Keuntungan: Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukandandata yang telah
terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalamwaktu yang lebih cepat.

26
BAB XIII
METODE EKSPLORASI (HEALTH METRIC NETWORK/HMN)

Health Metrics Network (HMN) merupakan assessment tool yang digunakan untuk
menilai atau mengevaluasi sistem informasi kesehatan di suatu daerah atau negara. Pada
kesempatan ini kami mencoba melakukan penilaian terhadap sistem informasi kesehatan di
Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tentunya ini hanya
merupakan simulasi karena apa yang kami nilai, hanya berdasarkan pengamatan atau
pengalaman tanpa didukung dengan data yang memadai. Momentum ini memang digunakan
sebagai suatu ajang pembelajaran tentang bagaimana menilai sistem informasi kesehatan
disuatu daerah dengan pendekatan HMN.

1. Resources

Hasil penilaian terhadap resources ( sumber daya ) yang meliputi aspek policy
and planning, HIS institutions, human resources and financing, dan HIS
infrastructure.

2. Indicators

Penilaian terhadap indikator –indikator yang dijadikan pedoman dalam pelayanan


kesehatan seperti SPM, MDGs. Hasil yahg diperolah adalah sebesar 40 %.

3. Data Sources
Dengan metode HMN, penilaian dilakukan juga untuk mengetahui sumber data
Sistem Informasi Kesehatan yang meliputi : Census, vital statistics, population-based
surveys, health and disease records, health service records, recource records. Aspek
yang dinilai meliputi contents, capacity andpracties, dessimination, integrationanduse.
Dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh gambaran sebagai berikut, aspek
contents( ketersediaan data, isi, dsb ) population-based surveys mendapat penilaian
78% ( highly adequate ), sedangkan paling rendah adalah recource records 42%.
Aspek capacity and practies juga menempatkan population-based surveys pada posisi
tertinggi 83%. Sedangkan bila ditinjau dari segi dessemination ( dilaporkan secara
rutin dan teratur, mengikuti standar atau etika ) menempatkan vital statistics pada
posisi tertinggi (100%), sementara dari aspek integration and use, (laporan

27
memberikan informasi yang lengkap, sistematik, tepat waktu dsb) census
memperolehnilai100%.Secara keseluruhan ( total ) mengenai sumber data sistem
informasi kesehatan census menempati posisi tertinggi yakni 60%. Sementara health
and disease records mencapai 53% dan health service records memperoleh angka 50

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan. 2012
2. Roadmap Sistem Informasi dan Kesehatan tahun 2011-2014.
3. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
4. KEPMENKES
5. Zhou, Rosalina. 2012.’Hasil Diskusi SIKNAS dan SIKDA

29

Anda mungkin juga menyukai