1. Pertumbuhan bakteri
2. Sterilisasi
3. Pengujian Kualitas Makanan
Kaleng
4. Kerusakan Makanan Kaleng
5. Konsep nilai D, Z, F dan
perhitungannya
6. UTS
Pustaka
• Mikrobiologi Terapan, 2002. Budiyanto, M.A.K.
• Mikrobiologi Umum, 2007. Waluyo, L.
• Mikrobiologi Industri. 2006. Hidayat, N., C.P. Masdiana, dan S.
Suhartini
• Biology Concepts and Connections. Campbell
• Biology. 1999. Gutman, B.S.
• Pommerville JC. 2011. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Edisi
ke-9. Boston: Jones and Bartlett Publishers.
• PERTUMBUHAN BAKTER
PERTUMBUHAN BAKTERI
2017
Bakteri
• Sel tunggal
atau silinder
Bentuk Bakteri
• Monobasillus eschericia coli, lactobacillus
Diplobasillus salmonella typhosa
Streptobasill azotobacter, bacillus anthracis
Bentuk Bakteri
• Spiral (Spirilum)
• bakteri yang berbentuk lengkung/bengkok
Bentuk Bakteri
• Spirillium spirillium minor
Spirochaeta treponema pallidum
Vibrio vibrio cholerae
Struktur Tubuh Bakteri
Struktur Tubuh Bakteri
• dinding sel
• membran plasma - Kapsul
• sitoplasma
- Flagel
• Ribosom
• DNA - Pilus
Flagel
Reproduksi Bakteri
• Dua cara bereproduksi:
Suhu O²
Kelembaban aW
Cahaya pH
Suhu
Suhu
• Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi
menjadi 4 golongan:
• Bakteri psikrofil (oligotermik)
2. Anaerob aerotoleran
Dapat tumbuh ketika ada oksigen, tetapi tidak
menggunakannya
Oksigen
3. Anaerob fakultatif
Tumbuh dalam keadaan aerob dan anaerob/ tumbuh
dengan maupun tanpa oksigen (E. coli, S. thyposa,
Shigella)
4. Aerob obligat
Membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya
(Nitrobacter dan Hydrogenomonas)
5. Bakteri mikroaerofilik
Tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah
pH
pH
• Pada umumnya bakteri tumbuh pada pH 6,5 – 7,5
c. Alkalifilik
tumbuh pada pH antara 8,4 - 9,5
Aktivitas air (aw)
• Mikroba mempunyai kebutuhan aw minimal yang
berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
• fase lag
• fase eksponensial
• fase stasioner
• fase kematian
Kurva Pertumbuhan Bakteri
• Fase lag
2. Jumlah inokulum
Kurva Pertumbuhan Bakteri
• Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena, misalnya:
1. Sterilisasi Fisik
2. Sterilisasi Kimia
3. Sterilisasi Mekanik
STERILISASI FISIK
1. Sterilisasi Fisik
pemanasan atau penyinaran. Terdapat tiga macam
sterilisasi dengan pemanasan :
a. Pemanasan Basah
Pasteurisasi
Uap Panas
• mirip dengan mengukus (dandang).
• Sterilisasi komersial
Kondisi dimana sebagian besar mikroba
patogen dan pembentuk racun telah mati
dan masih terdapat beberapa mikroba
yang tetap hidup setelah pemanasan
Sterilisasi komersial
pH
Vakum
Pengemasan hermetis
- Pemanasan yang diperlukan tergantung dari
pH produk yang diukur pada coldest point
• Acid foods: pH<4,5:
• High acid foods, pH <3,5: pemanasan
sebentar
• Low acid foods, pH>4,5: pemanasan lebih
lama
Contoh: daging atau ikan. Waktu proses
tergantung dari kecepatan transfer panas
4. Tujuan pemanasan: inaktivasi m.o. sesuai
dengan tujuan sterilisasi komersial
5. Proses dianggap aman jika C. botulinum
telah inaktif
6. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi
anaerob
Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan
panas lebih rendah dari spora m.o. aerob
sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih
rendah
• Pada produk steril komersial yang berasam
rendah, terdapat resiko keamanan pangan
yang cukup tinggi.
• Pada kondisi penyimpanan normal tanpa
pendinginan, pangan berasam rendah yang
belum mencapai kecukupan proses steril
komersial akan beresiko ditumbuhi mikroba.
• Spora yang tertinggal di dalam makanan
tersebut dapat bergerminasi kembali dan
menyebabkan kebusukan atau kerusakan
makanan.
PERALATAN STERILISASI
• Sterilisasi komersial dilakukan dalam
alat yang disebut retort atau autoklaf
atau sterilizer
Hot gas
blanching
Blansir
Microwave
Pengeluaran Udara
• Proses pengeluaran udara atau
exhausting dilakukan sebelum
penutupan atau sealing.
4. Penghilangan udara
menggunakan uap
air
Penutupan
• Penutupan kemasan kaleng dilakukan
secara khusus dengan teknik penutupan
ganda atau dikenal dengan double seamer.
Sterilisasi konvensional
produk dimasukkan dalam kaleng, lalu ditutup
secara hermetis, dan setelah itu produk dalam
kaleng dipanaskan/disterilisasikan dengan
menggunakan retort. Setelah kecukupan panas
yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng
tersebut didinginkan.
Hot-filling
• teknik proses termal yang banyak diterapkan untuk
produk pangan berbentuk cair, seperti saus, jam, dan
sambal.
Koagulasi protein
Gelatinisasi pati
Destruksi antigizi
• Pemeriksaan
produk kaleng sering menggunakan
n=200 dan C=0.
PENGUJIAN KUALITAS PRODUK MAKANAN KALENG
• Langkah-langkah pengujian :
1. Identifikasi sampel meliputi :
• macam produk • kondisi sewaktu penerimaan
• pabrik pengolah
• teknik pengolahan
• lokasi pengolahan
• jumlah kaleng
• ukuran kaleng
• kode
• tanggal penerimaan
Keterangan diatas membantu :
• Cara penyimpanan
2. Test kebocoran
Test helium
• tekanan 45 psi selama 30 menit
• Adanya helium dalam kaleng setelah analisa
khromatografi kaleng bocor
Biotest
• masukkan kaleng dalam air, sebagai bakteri
pembentuk gas
• Adanya penggembungan kaleng setelah inkubasi
kaleng bocor
Berat netto kaleng dan head space
Kondisi produk
Uji sterilitas
• kaleng dibuka secara aseptik
• 10-15 g contoh dimasukkan dalam media kultivasi ,
ditutup, diinkubasi
TERIMA KASIH
KERUSAKAN PRODUK
MAKANAN KALENG
2017
KERUSAKAN PRODUK MAKANAN KALENG
• Kerusakan makanan kaleng
setiap kondisi produk kalengan yang menyebabkan
produk menjadi tidak pantas dijual
2. kerusakan mikrobiologis
Tampilan sajian buah
KERUSAKAN NON MIKROBIOLOGIS
• kerusakan yg disebabkan bukan oleh mikrobia
• makanan yg dikalengkan
• pembentukan kristal
• gelatinasi
Kerusakan non mikrobiologis
Korosi Internal
• dipengaruhi oleh terbatasnya jumlah udara yg
dapat merangsang terjadinya korosi pada kaleng
Korosi Eksternal
• Karatan terjadi karena menempelnya atau
terbentuk ferioksida (Fe2O3) yg berwarna merah
coklat pada pori-pori dalam lapisan kaleng
Proses kristalisasi
• pendinginan yg lambat
b. Mikrobia mesofil
Parameter Penting:
•Nilai D
•Nilai Z
•Nilai F
Nilai D (Waktu Reduksi Desimal)
• Waktu yang diperlukan pada suhu tertentu untuk
membunuh 90% populasi m.o. yang ada/1 log
cycle
• Disebut juga:
Laju kematian konstan
Konstanta laju kematian
Decimal reduction time
• Waktu pengurangan desimal mengacu pada
pengurangan khusus dalam hal jumlah sel
hidup yaitu, lamanya waktu (menit) untuk
mengurangi populasi sebesar 90%.
• Waktu (menit) yang dibutuhkan oleh kurva
waktu kematian termal, untuk mengalami satu
pengurangan logaritmik (pengurangan populasi
mikroba sebesar 90%).
• Harga D tergantung suhu yang digunakan
• Untuk organisme tertentu , makin
temperatur, makin nilai D
• Jika suhu yang digunakan 250°F disebut Dr (D
retort), reference temperatur
• Pada suhu lain disebut Dt
• Harga D tergantung dari jenis m.o.
Nilai Dr Untuk Beberapa M.O.
B.stearothermophillus 4,0 – 5,0 menit
C.thermosacharolyticum 3,0 – 4,0 menit
C.nigrificans 2,0 – 3,0 menit
D = t
log No – log N
• Bersifat logaritmis
• Hubungan D dengan suhu (°F) disebut faktor Z
• Faktor Z = jumlah suhu (°F) yang diperlukan untuk mencapai
perubahan harga D secara logaritmis
Nilai Z
F=12 D
Jika m.o. awal dalam 1 kaleng=1 (No=1), maka
Nt=10-12. Berarti 1 m.o. dalam 1X1012 kaleng
Dianggap aman
• Contoh Penghitungan:
C. botulinum
Z = 18 oF
D250 = 0,21 menit.
Ditanya waktu proses minimum pada suhu
250 oF (Fo)??
Contoh Penghitungan
C. botulinum
Z = 18 oF
D250 = 0,21 menit.
Waktu proses minimum pada suhu 250 oF (Fo)
Fo = D250 (log a – log b)
= 0,21 menit (log1 – log 10-12)
= 0,21 menit [0-(-12)]
= 0,21 menit x 12
= 2,52 menit
www.themegallery.com
Thermal Death Time (TDT)
Untuk mengetahui kerusakan m.o. oleh panas
dalam hubungannya dengan pengalengan dan
pengawetan makanan, perlu diketahui konsep
dasar yang berhubungan dengan teknologi ini.
Beberapa terminologi yang perlu diketahui a.l. :
Thermal Death Time (TDT)
adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh sejumlah mikroorganisme pada
suhu tertentu
www.themegallery.com
• Waktu kematian termal (TDT) mengacu pada periode waktu
terpendek yang dibutuhkan untuk mematikan suatu
suspensi bakteri ( atau spora ) pada suatu keadaan dan suhu
tertentu.
• Temperatur dijaga tetap konstan dan waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh sel mikroba dapat ditentukan.
Pada kurva Thermal Death Time dikenal D value.
• Kurva TDT berbentuk linear, dimana sumbu x merupakan
waktu pemanasan dan sumbu y merupakan jumlah mikroba
yang survive (dalam log).
Thermal Death Time Curve
• Umumnya mikrobia tahan panas yang terdapat dalam kaleng
memiliki nilai D 10-20 kali lebih besar daripada nilai D untuk
C. botulinum.
Nilai F0
• Fo adalah jumlah waktu (dalam menit) pada 250 oF
yang diperlukan untuk menghancurkan sejumlah
mikrobia tertentu yang memiliki nilai Z sama dengan
18 oF atau
• Waktu (menit) yang dibutuhkan untuk membunuh
mikroba target hingga mencapai level tertentu.
• Apabila prosesnya adalah sterilisasi, disebut sebagai
nilai Fo sterilitas, sedangkan pasteurisasi, maka disebut
nilai Fo pasteurisasi.
• Nilai Fo biasanya menyatakan waktu proses
pada suhu standar.
Misal:
suhu standar dalam proses sterilisasi adalah
121.1⁰C (250 ⁰F) sehingga nilai Fo sterilisasi
menunjukkan waktu sterilisasi pada suhu
standar 121.1 ⁰C.
(1)
D = t
log No – log N (5)
D = t
log No – log N
= 25
log 1250 - log 1,4
= 8.5 menit
NILAI Z
• Nilai D dipengaruhi suhu pemanasan
• Semakin tinggi suhu maka nilai D semakin
rendah. Arti: semakin tinggi suhu pemanasan
maka waktu yang diperlukan untuk
menginaktivasi mikroba akan semakin pendek.
Nilai Z
• Semakin kecil nilai Z semakin sensitif nilai
D oleh perubahan suhu pemanasan.
• Contoh:
• Nilai Z bakteri C. botulinum 10˚C artinya dengan
menaikkan suhu sebesar 10˚C maka nilai D
bakteri itu akan berkurang sebesar 90% -nya
atau 1 siklus logaritma.
Pada suhu pemanasan yang lebih tinggi, kurva akan semakin
curam yang memberikan slope kurva -1/D semakin besar atau
nilai D semakin kecil
Nilai Z
• Secara empiris, nilai Z dapat dinyatakan dengan:
z = (T1 - T2)
log (D2/D1) (6)
D = Do.10(250-T/Z) (8)
(9)
HUBUNGAN NILAI D DAN Z
• Bila diketahui 2 bakteri A dan B. Bakteri A memiliki
nilai DA250 = 0.5 menit ZA = 10⁰C, sedangkan bakteri
B memiliki nilai DB250 = 1 menit dan Z8 = 20⁰C (250⁰F
= 121.1⁰C). Nilai D untuk bakteri A & B pada suhu yang
berbeda dapat dihitung dengan persamaan (5) dan
dapat diplot spt pada Gambar 4.
• Dari Gambar 4, diket. walaupun nilai DA pada 250⁰F
lebih kecil dibanding DB pada suhu yang sama, hal ini
tidak selalu terjadi apabila suhu pemanasan berubah.
• Pada suhu yang tinggi, nilai DA < DB, artinya waktu
yang diperlukan untuk membunuh bakteri A sebesar 1
siklus logaritma lebih rendah dibanding bakter B
• Pada suhu yang rendah nilai DA > DB, artinya waktu yang
diperlukan untuk membunuh bakteri A sebesar 1 siklus
logaritma lebih tinggi dibanding bakteri B
• Pada suhu tertentu, yaitu pada titik perpotongan kurva
DA dan DB, nilai DA = DB, artinya waktu yang diperlukan
untuk membunuh bakteri A sama dengan bakteri B.
• Fakta ini menunjukkan bahwa nilai D dan nilai Z
merupakan 2 parameter kinetika inaktivasi mikroba yang
penting dan keduanya harus diperhatikan dalam desain
proses termal
• Contoh 3
Tentukanlah waktu proses pada suhu 280⁰F
(F280) jika diketahui kandungan spora mikroba
awal adalah 10 spora/g produk dan diinginkan
peluang kebusukannya adalah 1 kaleng dari 10-
⁵ kaleng yang diproduksi (berat produk = 330
g/kaleng). Diketahui D250 spora tersebut
adalah 1.2 menit dan Z = 18⁰F
• Jawaban
Dapat diselesaikan dengan persamaan (8)
D = Do.10(250-T/Z)
Diketahui: D250 = 1.2 menit, karena proses dilakukan
pada suhu 280⁰F, sehingga:
S = log No (1)
Nt
(4)
= 3*10121.1-100/10
= 386.5 menit
= 6.44 jam
c. Nilai FT (suhu 138 ⁰C) = 3*10121.1-138/10
= 0.06 menit
= 3.68 detik
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA