Anda di halaman 1dari 26

TUGAS SEJARAH INDONESIA

SEJARAH KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kelompok 2

Nama Aanggota : 1. Agnes Sumitro ( X MIPA 1 )


2. Fany Desiliana ( X MIPA 1 )
3. Faysol Betasyafiq ( X MIPA 1 )
4. Muhammad Fairuz Firjatullah ( X MIPA 1 )
5. Naoval Rifat Farhan Prastyo ( X MIPA 1 )
6. Nuryadi ( X MIPA 1 )
7. Salahudin Alayubi ( X MIPA 1 )

SMAN 1 RANGKASBITUNG
Jl. R.T. Hardiwinangun NO. 24 (0252) – 201647
Rangkasbitung 42314
www.smansarangkasbitung.sch.id
Email: smansa_rangkasbitung@gmail.com

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Samudera Pasai ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pak Hendriana
S.Pd, M.Pd pada pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kerajaan Samudera Pasai bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Rangkasbitung, 19 Januari 2020


DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR

II. DAFTAR ISI

III. PENDAHULUAN

 Gambaran Umum Samudera Pasai


 Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
 Wilayah Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai
 Perkembangan Islam di Kerajaan Samudera Pasai
 Hikayat Raja – Raja Samudera Pasai

IV. ISI

 Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai


 Silsilah Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai
 Struktur Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai

 Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

 Jejak Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai


 Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai
 Relasi dan Persaingan Samudera Pasai
 Perekonomian Kerajaan Samudera Pasai
 Impor dan Ekspor Kerajaan Samudera Pasai
 Agama dan Budaya Kerajaan Samudera Pasai
 Masa Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai
 Akhir Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai
 Peninggalan – Peninggalan Samudera Pasai

V. PENUTUP
III. PENDAHULUAN

Kerajaan Samudera Pasai

 Gambaran Umum Samudera Pasai

Samudera Pasai, juga yang dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Kesultanan
Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai
bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan
ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam
raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.

 Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Nazimuddin
Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M
untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk  dijadikan tempat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan
satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat
menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.

Beliau mengangkat Marah Silu sebagai Raja Pasai pertama. Setelah naik tahta Marah Silu
berganti nama dan bergelar Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik
As-Saleh sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.

Berdasarkan cerita-cerita kunjungan negara lain. Ada perbedaan pendapat mengenai kerajaan
ini. Hal ini disebabkan karena ada yang memisahkan antara nama Pasai dan Samudera. Tapi
catatan Tiongkok tidak memisahkan nama kerajaan ini dan meyakini ini adalah satu kerajaan.
Sedangkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya menulis daftar kerajaan yang ada di
pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak),
Basma dan Samara (Samudera).

Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari
Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir
I. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa keemasan.

Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan


kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai
tempat penyebaran agama Islam.

Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh anaknya Sultan Ahmad
I. Namun tidak berlangsung lama karena suatu hal maka digantikan oleh anak dari Sultan
Ahmad I yaitu Sultan Malik Az-Zahir II. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II,
Kerajaan Samudera Pasai di datangi oleh musafir Maroko terkenal dunia yaitu Ibn Batuthah.
Ibn Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur)
sekembalinya ke jazirah arab menceritakan bahwa salah satu Raja di daerah Samatrah
(Sumatera) menyambutnya dengan ramah. Beliau juga mengungkapkan bahwa pengikutnya
bermazhab Syafii.

Sayangnya pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II pada tahun 1345. Kerajaan
Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit kemudian serangan kedua pada tahun
1350 sehingga membuat keluarga Kerajaan  harus mengungsi.
 Wilayah Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai pada masa kejayaanya terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di
Pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Pasai. Daerah kekuasaan Kesultanan
Samudera Pasai terssebut juga meliputi Samudera Geudong (Aceh Utara), Meulaboh,
Bireuen, serta Rimba Jreum, dan Seumerlang (Perlak).

Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa wilayah Kesultanan Samudera Pasai lebih luas lagi
ke sebelah selatan, yaitu hingga ke Muara Sungai Jambu Ayer.

 Perkembangan Islam di Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Islam Samudera Pasai baru berdiri pada abad ke-13. Pendiri kerajaan Islam ini
adalah Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tahun 1297.

Perkembangan Islam di Kerajaan Samudera Pasai

Menurut hasil penelitian GP. Rauffer, seorang ilmuwan dari Belanda, Pasai mula-mula
terletak di sebelah kanan sungai Pasai, sedangkan Samudera berada di sebelah kirinya.
Lama-kelamaan, Samudera dan Pasai menjadi satu dan membentuk sebuah kerajaan,
yaitu Kerajaan Samudera Pasai.

Samudera Pasai berada di kawasan Selat Malaka, pada jalur perhubungan yang ramai
antara Arab, India, dan Cina. Kerajaan itu telah terkenal pada abad ke-13 sebagai pusat
perdagangan di kawasan tersebut.

Kerajaan Smaudwera Pasai hanya sedikit mempunyai daerah pertanian, yang berada di
sepanjang bantaran Sungai Pasai dan Peusangan. Di situ terdapat kampung-kampung
(meusanah-meusanah) yang merupakan unit-unit pemerintahan terkecil.

Karena kebesarannya, Kerajaan Samudera Pasai bergerak pula dalam penyebaran Islam di
wilayah-wilayah lainnya di Nusantara, di antaranya ke Minangkabau, Palembang, Jambi,
Malaka, dan Jawa.
Setelah Sultan Malik-Al-Saleh wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Muhammad. Sultan Muhammad lebih dikenal dengan gelar Malik-Al-Tahir. Ia
memewrintah Samudera Pasai sampai tahun 1326 dan kemudian digantikan oleh Sultan
Ahmad. Ia pun menggunakan gelar yang sama, yaitu Malik-Al-Tahir.

Ketika memerintah, kerajaannya mendapat kunjungan dari Ibnu Battuta, seorang


pengembara asal Maroko utusan Sultan Delhi di India pada tahun 1345. Berdasarkan
catatan perjalanan Ibnu Battuta, diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kesultanan
dagang yang maju.

Selama di Samudera Pasai Ibnu Battuta telah berjumpa dengan tiga orang ulama terkenal,
yaitu Amir Dawlasa dari Delhi India, Kadi Amir Said dari Shiraz dan Tajudin dari
Isfahan. Sultan Samudera Pasai sangat suka berdiskusi mengenai masalah-masalah agama
dengan ualama-ulama tersebut.

Banyak tokoh dan para ahli dari berbagai disiplin pengetahuan yang datang dari luar
Nusantara, seperti dari Persia (yang menjadi wilayah kekuasaan Khalifah Abbasiyah)
yang membantu kerajaan Islam Samudera Pasai. Maka dapat diperkirakan sistem
pemerintahan Samudera Pasai mengikuti sistem pemerintahan Khalifah Abbasiyah.

Untuk mempererat hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaan


Samudera Pasai ditempuh pula lewat jalan perkawinan. Maka terjadilah perkawinan
antara putri Perlak dengan Sultan Smudera Pasai, sedangkan Raja Malaka yang pertama
Parameswara mempersunting puteri Pasai

 Hikayat Raja – Raja Samudera Pasai

Hikayat Raja-raja Pasai merupakan karya dalam bahasa Melayu yang bercerita tentang
kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera-Pasai, sekarang terletak di Aceh, Indonesia.
Dalam Hikayat ini Merah Silu bermimpi bertemu Nabi Muhammad yang kemudian
mengislamkannya. Merah Silu kemudian menjadi Sultan Pasai pertama dengan nama Malik
al-Saleh. Menurut perkiraan Dr. Russel Jones hikayat ini ditulis pada abad ke-14.
IV. ISI

 Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletak diantara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu
Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut Ibn. Batuthah yang
menghabiskan waktu sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak
memiliki banteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu.

Pada Kawasan inti kerajaan terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang
bermuara ke laut. Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah Menteri, Syahbandar, dan
Kadi.sementara anak-anak Sultan baik laki-laki maupun perempuan digelari dengan Tun,
begitu uga beberapa petinggi kerajaan.

 Silsilah Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai


1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11. Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13. Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524
 Struktur Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai
Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah secara turun
temurun. disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan kerajaan, terdapat pula
beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar),
seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Panglima Angkatan laut yang lebih
dikenal dengan gelar Laksamana, seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah
Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan
mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh
kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara sultan
dan pedagang-pedagang asing.

Selain itu menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera
Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan
mereka adalah sebagai berikut:
1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri

 Kemajuan Kerajaan Samudera Pasai

1. Perdagangan

Pada saat itu Bandar-bandar di Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
Internasional dan merupakan pintu masuk ke Nusantara. Hubungan baik dengan Kerajaan
Malaka yang saat itu ramai sebagai pusat perdagangan dunia membuat Kerajaan Samudera
Pasai sebagai pelabuhan yang maju.

2. Pelayaran

Berada dekat dengan pesisir pantai. Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan maritime
yang kuat. Pelayaran keluar masuk di Kerajaan Samudera Pasai menjadi ramai. Hal ini
ditunjang juga dengan mayoritas penduduk kerajaan berprofesi sebagai nelayan.
3. Perekonomian

Di bidang ekonomi Kerajaan Samudera Pasai mendapatkan kemajuan yang pesat. Koin emas
sebagai alat pertukaran. Ditambah pelayaran dan perdagangan yang pesat membuat kerajaan
ini terkenal kaya dan makmur. Saat itu kerajaan menjadi pemasok lada yang terkenal untuk
dunia. Rakyat kerajaan menanam Lada dan memanennya setiap 2 kali setahun. Masyarakat
juga memiliki sapi perah untuk menghasilkan susu yang dijadikan keju untuk perdagangan ke
negara eropa. Hal itulah menjadikan salah satu kerajaan yang terletak di Selat Melaka
menjadi makmur.

4. Hubungan Internasional

Kerajaan Samudera Pasai memiliki hubungan baik dengan beberapa kerajaan disekitarnya.
Seperti Kerajaan Malaka dimana sering terjadi pernikahan antar kedua sultan. Kerajaan juga
telah menjalin hubungan baik dengan Cina dengan dikirimnya adik sultan kesana untuk
menimba ilmu. Namun hubungan tidak baik juga terjalin dengan Raja Nakur yang
mengakibatkan Kerajaan Nakur menyerang Kerajaan Samudera Pasai yang mengakibatkan
Raja Pasai tewas.

 Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

Masa kebangkitan kembali kerajaan Samudera Pasai adalah dibawah masa pemerintahan
Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir. Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405.
Menurut catatan dari negeri Cina dalam bentuk kronik cina Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-
Zahir dikenal dalam catatan tersebut dengan nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Namun saya
masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir harus berakhir ditandai dengan
tewasnya beliau di tangan Raja Nakur dalam sebuah pertempuran. Sejak itu Kekuasaan
Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yaitu
Sultanah Nahrasiyah. Raja Perempuan pertama Kerajaan Samudera Pasai.

Dibawah tampuk kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai mengalami


masa kejayaan. Pada masa pemerintahannya pernah didatangi seorang Laksamana Laut
Cheng Ho. Armada Cheng Ho berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai antaranya
tahun 1405, 1408 dan 1412.

Cheng ho dalam laporannya yang ditulis oleh pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin.
Dalam catatannya menuliskan bahwa batas wilayah Kerajaan Samudera Pasai adalah sebelah
selatan dan timur terdapat pegunungan tinggi. Sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Aru.
Utara dengan laut dan dua kerajaan disebelah barat yaitu Kerajaan nakur dan Kerajaan Lide.
Terus kearah barat ada kerajaan Lamuri yang jika kesana perjalannya menempuh jarak 3 hari
dan 3 malam dari pasai.

 Jejak Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

BERWISATA ke Aceh? Mungkin di saat situasi keamanan yang tidak menentu, tawaran ini
menjadi tidak menarik. Namun, jika sekali waktu ada kesempatan menginjak Bumi Serambi
Mekkah, situs Samudera Pasai yang terletak di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera
Geudong, sekitar 20 kilometer dari Lhok Seumawe, ibu kota Aceh Utara, bisa menjadi
alternatif.

IBNU Battutah, musafir Islam terkenal asal Maroko, mencatat hal yang sangat berkesan bagi
dirinya saat mengunjungi sebuah kerajaan di pesisir pantai timur Sumatera sekitar tahun 1345
Masehi. Setelah berlayar selama 25 hari dari Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar),
Battutah mendarat di sebuah tempat yang sangat subur. Perdagangan di daerah itu sangat
maju, ditandai dengan penggunaan mata uang emas. Ia semakin takjub karena ketika turun ke
kota ia mendapati sebuah kota besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan
menara kayu.

Kota perdagangan di pesisir itu adalah ibu kota Kerajaan Samudera Pasai. Samudera Pasai
(atau Pase jika mengikuti sebutan masyarakat setempat) bukan hanya tercatat sebagai
kerajaan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pada masa
pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, Samudera Pasai berkembang menjadi pusat
perdagangan internasional. Pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang dari Asia,
Afrika, Cina, dan Eropa.
Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali
dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan
Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu yang
menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan Samudera pada tahun 1270
Masehi.

Ia menikah dengan Ganggang Sari, seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari
pernikahan itu, lahirlah dua putranya yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur.
Setelah keduanya beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak
sulungnya Malikul Dhahir. Ia mendirikan kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh
mangkat, Malikul Dhahir menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.

Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan Malikul Dhahir
sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir
miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah
bersikap jemawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan
Ibnu Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia
langsung duduk di tanah tanpa beralas apa-apa.

Dengan cermin pribadinya yang begitu rendah hati, raja yang memerintah Samudera Pasai
dalam kurun waktu 1297-1326 M ini, pada batu nisannya dipahat sebuah syair dalam bahasa
Arab, yang artinya, ini adalah makam yang mulia Malikul Dhahir, cahaya dunia sinar agama.

Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu
kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Bersamaan
dengan Pidie, Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu
komoditas ekspor utama.

Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya,
selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah
pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang
maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang
terbuat dari emas dikenal sebagai uang dirham.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari
Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di
pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.

 Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa pemerintahannya,
datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui
catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar
Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh
keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326).
Pengganti dari Sultan

Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 – 1348).
Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan
Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai
merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan
patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak
diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh
kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka
runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda
sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.

 Relasi dan Persaingan Samudera Pasai

Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir
tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam kronik Tiongkok ia juga dikenal
dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya
pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.
Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam
tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para
pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan
memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika
terus ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat
berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat
berjumpa dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3
malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari
Kaisar Tiongkok, Lonceng Cakra Donya.

Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha-li-zhi-han
namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai
untuk menyampaikan berita tersebut.

Gambaran penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari Hikayat Raja-raja Pasai :

"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa
ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala
Pasai kalah oleh Majapahit itu".

 Perekonomian Kerajaan Samudera Pasai

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam
catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam
perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada
masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni
dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali
setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya
memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat
dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya
dihamparkan tikar rotan atau pandan.
 Impor dan Ekspor Kerajaan Samudera Pasai

Selain sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi pusat perkembangan Islam di
Nusantara. Kebanyakan mubalig Islam yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari
Pasai.

Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Jawa juga
terlihat dari sejarah dan latar belakang para Wali Songo. Sunan Kalijaga memperistri anak
Maulana Ishak, Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah yang gigih melawan
penjajahan Portugis lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah
berkunjung ke Pasai.

Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal di tahun 1980-an, sebelum
konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah. Menurut Yakub, juru
kunci makam Sultan Malikussaleh, nama besar sang sultan turut mengundang rasa
keingintahuan para peziarah dari Malaysia, India, sampai Pakistan. "Negara-negara itu
dulunya menjalin hubungan dagang dengan Pasai," tutur Yakub.

Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat sejumlah situs makam para
pendiri kerajaan dan keturunannya di makam raja-raja itu. Makam itu menjadi saksi satu-
satunya karena peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan Malikussaleh
dan cucunya, Ratu Nahrisyah, adalah dua kompleks situs yang tergolong masih terawat.

Makam Sultan Malikussaleh berada di mulut pintu masuk ke cagar budaya Samudera Pasai.

Sekitar setengah kilometer dari makam itu ada lokasi yang dulunya istana Kerajaan Pasai.
Sayang sekali, wujud fisik bangunan yang berada persis di bibir pantai Lhok Seumawe itu tak
lagi bisa dinikmati.

Kawasan itu sudah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan. Menurut Yakub, bangunan
istana kesultanan sebagian besar terdiri atas kayu. Bekas-bekas fondasi dari batu bata merah
masih terlihat di atas tanah tempat berdirinya kerajaan.

Di atas tanah seluas lebih dari lima hektar itu, aura kebesaran kerajaan masih sangat terasa.
Di lokasi itu juga terdapat makam Peut Ploh Peut (44), ulama yang meninggal karena
dieksekusi Raja Bakoi, salah satu raja di Pasai. Raja menganggap ke-44 ulama itu sebagai
lawan politiknya dan memerintahkan agar mereka dibunuh. Akibat tindakannya yang
sewenang-wenang, rakyat menjuluki dia Raja Bakoi, yang menurut masyarakat setempat
berarti pelit.

Perjalanan berakhir di kompleks makam Ratu Nahrisyah. Di situs ini ada sebuah sumur tua
yang menurut kepercayaan warga dasarnya berhubungan langsung dengan laut. Mereka
mengatakan, pernah ada warga yang tak sengaja menjatuhkan timba ke dalam sumur itu dan
menemukannya di pinggir pantai. "Sumur ini tak pernah kering, bahkan di musim kemarau
sekalipun saat sumur kami sudah kelihatan dasarnya, sumur ini tetap saja penuh," kata
Azwan, warga Kampung Kuta Krueng.

Makam sang ratu dan suaminya terbuat dari marmer dengan ukiran bermotif flora. Marmer-
marmer mewah berwarna coklat susu itu didatangkan khusus dari Gujarat untuk menghias
tempat peristirahatan terakhir sang ratu. "Makam ini bisa dibongkar pasang, seperti lembaran
papan yang bisa disusun ulang," ucap Yakub. (DOTY DAMAYANTI/Kompas) Sabtu, 15
November 2003.

 Agama dan Budaya Kerajaan Samudera Pasai


Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau pengaruh Hindu dan
Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires, telah
membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan
Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian.
Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang
akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka
sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan
perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu
kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian
juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.

Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas
permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia
Tenggara pada masa itu.

 Masa Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai

Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai ini diakibatkan beberapa pengaruh internal dan
eksternal. Internal kerajaan sebelum masa keruntuhan sering terlibat pertikaian antar keluarga
kerajaan. Perebutan kekuasaan dan jabatan kerap terjadi. Perang Saudara dan pemberontakan
tidak bisa dihindari. Bahkan Raja saat itu meminta bantuan kepada Raja Melaka untuk
meredam pemberontakan. Namun tidak urung terjadi karena pada tahun 1511 Kerajaan
Melaka jatuh ketangan Portugal. Sepuluh tahun kemudia tepatnya 1521 Portugal menyerang
Kerajaan Samudera Pasai dan runtuhlah kerajaan itu. Tetapi bibit kerajaan masih ada
sehingga tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.
 Akhir Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di
Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai
meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun
Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang
sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai
sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

 Peninggalan - Peninggalan Sejarah Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai memiliki berbagai peninggalan sejarah yang sangat berharga.
Peninggalan-peninggalan tersebut berupa benda-benda berharga dan makam para raja.
Berikut bukti-bukti peninggalan yang diperoleh :

1. Koin Emas

Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat
pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin
dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri
khas unik koin emas dengan tulisan Arab.
Zaman dulu Dirham tidak memakai kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di
Kerajaan Samudera Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia
kertas,berdiameter 10 mm dengan 0,6 gram setiap koinnya.

Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi
dirham atau mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di
sisi lainnya tercetak tulisan nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak digunakan sebagai
alat transaski, terutama tanah.

Tradisi mencetak Dirham mas kemudian menyebar ke seluruh Sumatera, bahkan sampai
semenanjung Malaka semenjak Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524.

2. Cakra Donya

Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang
dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.

Cakra Donya merupakan sebuah lonceng yang bisa dibilang keramat. Cakra Donya ini
merupakan lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M.
Lonceng ini memilik tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra sendiri memiliki arti poros kereta,
lambang-lambang Wishnu, matahari atau cakrawala.Sementara Donya berarti dunia.
Bagian-bagian lonceng tersebut diukir  dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China
dengan desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda
lihat di wilayah Lhokseumawe.

Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol-simbol berbentuk aksara
Arab dan Cina. Aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus. Sedangkan aksara Cina
bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam
bulan 12 dari tahun ke 5).

Intinya, Cakra Donya ini adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya sendiri merupakan
hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Kemudian hadiah lonceng ini
dipindahkan ke Banda Aceh sejak portugis berhasil dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah.

3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin yang selanjutnya
dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal. Naskah tersebut ditulis dengan
menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada
tahun 1511 M ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis.

Surat ini ditulis menggunakan bahasa arab, isinya menjelaskan mengenai keadaan Kesultanan
Samudera Pasai pada abad ke-16. Selain itu, dalam surat ini juga menggambarkan tentang
keadaan terakhir yang dialami Kesultanan Samudera Pasai setelah bangsa Portugis berhasil
menaklukkan Malaka pada tahun 1511 Masehi.
Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Samudera
pasai juga tertulis di dalamnya. Sehingga bisa diketahui pengejaan serta dan nama-nama
kerajaan atau negeri tersebut. Adapun kerajaan atau negeri yang tertera dalam surat tersebut
antara lain Negeri Mulaqat (Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).

4. Makam Perdana Menteri

Samudra Pasai juga meninggalkan beberapa makam perdana menteri. Salah satu makam
perdana menteri yang terkenal adalah  makam Tengku Yacob.

Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya
ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-
Taubah 21-22.

5. Stempel Kerajaan

Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang merupakan Sultan Kedua
Kerajaan Samudera Pasai. Dugaan tersebut dilontarkan oleh oleh tim peneliti sejarah kerajaan
Islam. Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh
Utara.

Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan.
Adapun kondisi stempel ketika ditemukan sudah patah pada bagian gagangnya. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa stempel ini sudah digunakan hingga masa pemerintahan pemimpin
terakhir Kerajaan Samudera Pasai, yakni Sultan Zainal Abidin.
6. Nisan Sultan Malik Al-Shalih

Sepasang nisan Sultan Malik As-Shalih berbentuk segi empat pipih bersayap dengan bagian
punck berupa mahkota bersusun dua. Pada nisan ini terdapat masing-masing tiga panil disisi
depan dan belakang yang berpahatkan kaligrafi Arab. Pada bagian puncak juga terdapat
bingkai oval yang berpahatkan kalgrafi Arab. Secarah keseluruhan inskripsi tersebut dapat
diartikan sebagai berikut menurut  Asmanidar ( 2016: 410) :

“ini kubur adalah kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa,
yang menajdi penasehat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah,
penakluk, yang bergelar dengan Sultan Malik As-Salih. Tanggal wafat, bulan Ramadhan
tahun 696 Hijrah/1297 Masehi)”.

7. Nisan Sultanah Nahrasiyah

Makam Ratu Nahrasiyah terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera.
Pada makam ratu ini juga memuat silsilah raja-raja Samudera Pasai. Makam beliau
merupakan makam muslim terindah di Asia Tenggara. Makam sultanah Nahrasiyah memiliki
jirat yang tinggi bersatu dengan bagian nisan, keseluruhan nya terbuat dari pualam yang
langsung didatangkan dari gujarat.

Makam Sultanah Nahrasiyah juga dihiasi dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an yaitu kaligrafi
Surah Yasin lengkap yang terpahat pada nisannya. Selain itu terdapat pula pahatan ayat kursi,
suarat Ali Imran ayat 18-19, Surah Al-Baqarah, dan sebuah tulisan dalam aksara Arab
menurut Dahlia (2004) dalam (Asmanidar, 2016: 411) yang berarti:

“inilah makam yang bercahaya, yang suci, ratu yang agung yang diampuni. Almarhumah
Nahrasiyah yang digelar dari bangsa Khadiyu anak sultan Haidar bin Said anak sultan
Zaional Abidin anaka sultan Ahmad anak Sultan Muhammad bin Malik As-Shalih, atas
mereka rahmat dan keampunan, mangkat pada hari senin 17 Zulhijjah Tahun 832 atau 1428
Masehi.

8. Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir

Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan Samudera
Pasai pada tahun 1287 sampai 1326M. letak makamnya bersebelahan dengan makam
ayahnya Malik Al-Saleh.

9. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah

Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit dari
khalifah Al-Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai.
Makam terletak di Gampong Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi
kaligrafi.
10. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang dibunuh
karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam ini terletak di
Gampong Beuringen Kec Samudera. Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali
Imran ayat 18.

11. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Adalah puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terletak di Gampong Meunje
Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisannya berhiasakan kaligrafi berbahasa Kawi dan Arab.

12. Makam Sultan Malikul Dhahir

Sultan Malikul Dhahir adalah anak pertama dari Sultan Malikussaleh yang mengambil alih
pimpinan Kerajaan Samudera Pasai dari tahun 1297-1326 M. Makamnya terletak di
Gampông Beuringen, Kecamatan Samudera ± 17 km dari Kota Lhokseumawe. Posisi makam
ini bersebelahan dengan makam Malikussaleh. Batu nisannya terbuat dari granit, terpahat
surat At-Taubah ayat 21-22 serta teks yang diterjemahan, “Kubur ini kepunyaan tuan yang
mulia, yang syahid bernama Sultan Malik Adh-Dhahir, cahaya dunia dan sinar agama.
Muhammad bin Malik Al-Saleh, wafat malam Ahad 12 Zulhijjah 726 H (19 Nopember 1326
M).”
13. Makam Ratu Al-Aqla

Ratu Al-Aqla adalah putri Sultan Muhammad (Malikul Dhahir), yang mangkat pada tahun
1380 M. Makam ini berlokasi di Gampông Meunje Tujoh, Kecamatan. Matangkuli ± 30 km
sebelah Timur Kota Lhokseumawe. Batu nisannya dihiasi dengan kaligrafi indah berbahasa
Kawi dan bahasa Arab.

14. Makam Batee Balee

Makam ini merupakan situs peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh utama
yang dimakamkan pada Situs Batee Balee ini adalah Tuhan Perbu yang mangkat tahun 1444
M. Lokasinya di Gampông Meucat, Kecamatan Samudera, sebelah Timur Kota
Lhokseumawe. Di antara nisan-nisan tersebut ada yang bertuliskan kaligrafi dari surat Yasin,
Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah, Surat Al-Hasyr.
V. PENUTUP

Kesimpulan
Dalam sejarah Indonesia terdapat kerajaan Islam yang besar dan megah yaitu Kerajaan
Samudera Pasai, yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Melalui Perdagangan awalnya agama Islam datang ke wilayah SamuderaPasai, para
pedagang bukan hanya melakukan kegiatan perdagangan tetapijuga mengenalkan agama serta
budaya kepada penduduk pribumi.Darikegiatan perdagangan ini, menyebabkan Samudera
Pasai muncul sebagaipusat kekuasaan dan dakwah Islam.
Selain perdagangan proses Islamisasi juga dilakukan melalui Perkawinan,Pedagang-pedagang
asing yang datang kenegeri-negeri lain biasanya tidakmembawa isteri, karena itu mereka
membentuk keluarga ditempat yangmereka datangi..Melalui perkawinan ini lama-kelamaan
penganut agamaIslam makin banyak, bahkan kemudian menjadi perkampungan
parapedagang Islam di daerah pesisir.
Jalur tasawuf merupakan salah satu saluran penting dalam prosesIslamisasi.Karena ahli-ahli
tasawuf dalam menyebarkan agama Islam.
Mereka menyampaikannya disesuaikan dengan kondisi, alam fikiran danbudaya pada saat itu,
sehingga ajaran Islam akan mudah diterima olehmasyarakat.
Proses Islamisasi juga dilakukanmelalui pendidikan, setelah kedudukanpedagangmantap,
mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandarsamudera Pasai. Pusat-pusat
perekonomian itu kemudian berkembangmenjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
Pusat pendidikan dandakwah Islam di kerajaan Samudera Pasai berperan sebagai pusat
dakwahpertama yang didatangi pelajar-pelajar yang ingin belajar agama Islam.
Saluran dan cara Islamisasi lain dapat pula melalui cabang cabang-cabangkesenian seperti
seni bangunan, seni pahat atau ukir, senitari, seni musik,dan seni sastra.

B.     Saran
Sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia harus kita ingat, sebagai generasi muda
Indonesia. Dan diharapakan dapat lebih mengertitentang proses berkembangnya Agama
Islam di Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-7-13 Masehi.

Anda mungkin juga menyukai