Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


SAMUDERA PASAI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia yang diberikan
oleh guru kami:
Nur Kurniati, M.Pd

Oleh:
KELOMPOK 2

Wafa Nur Azizah 33


Yesa Natanael Sihotang 34
Annisa Jannatul Ma’wa 03
Juanda Husein Lubis 17

KELAS XI-A2
SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
SAMUDERA PASAI

A. Letak Kerajaan
Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhoukseumawe, Aceh Utara, yang
berbatasan dengan Selat Malaka.Letak geografis kerajaan Samudera Pasai terletak di
Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran
internasional (Selat Melaka). Dengan posisi yang sangat strategis ini kerajaan Samudera
Pasai berkembang dengan cukup pesat dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial dan
budaya.

B. Raja-Raja dan Raja Terkenal

Berdasarkan Hikayat Raja-Raja Pasai, berikut adalah silsilah raja-raja yang


memerintah Kerajaan Samudera Pasai:

1. Sultan Malik as-Saleh 8. Sultan Sallah Ad-Din

2. Sultan Muhammad Malikul Zahir 9. Sultan Abu Zaid Malik Az-Zahir

3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir 10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir

4. Sultan Malik Az-Zahir 11. Sultan Zain Al-‘Abidin

5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir 12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir

6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir 13. Sultan Zain Al Abidin

7. Sultanah Nahrasiyah

Di antara tiga belas sultan ini, mungkin yang paling sering didengar nama Sultan
Mahmud Malik Az Zahir yang merupakan sultan ketiga. Bukan tanpa alasan, ini
dikarenakan di tangan sultan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, Kerajaan Samudera Pasai
mencapai masa kejayaannya. Sultan ini juga yang mengenalkan mata uang dirham yang
berbentuk koin emas sebagai alat pembayaran di kerajaannya.

Sultan Mahmud Malik Az Zahir Silsilah Kepemimpian Kerajaan Samudera Pasai

Pada masa kepemimpinannya, kerajaan ini menjalin hubungan yang erat dengan
kerajaan-kerajaan Islam di India dan Semenanjung Arab. Rempah-rempah seperti lada
menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan Samudera Pasai dengan kerajaan-
kerajaan ini.

C. Kehidupan masyarakat kerajaan Samudera Pasai

1) Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai terdapat kesamaan dengan


kehidupan sosial masyarakat Arab. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari para pedagang
Islam dari Persia, Arab, dan India yang sejak abad ke-7 dan ke-8 M telah singgah di
Samudera Pasai. Karena kehidupan sosial Kerajaan Samudera Pasai banyak
persamaannya dengan kehidupan sosial masyarakat Arab yaitu dengan aturan-aturan
Islam, daerah ini mendapat julukan Serambi Mekah. Masyarakat Samudra Pasai banyak
yang menganut mahzab Syafi'i. Dalam perkembangannya, aliran Syafi'i di Pasai
disesuaikan dengan adat istiadat setempat. Sehingga kehidupan sosial masyarakatnya
merupakan campuran Islam dengan adat setempat.

2) Kehidupan Sosial-Budaya

Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires, telah membandingkan dan menyebutkan
bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun
tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini
memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh
adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana diceritakan dalam
Sulalatus Salatin.

Kerajaan Samudera Pasai juga berkembang sebagai penghasil karya tulis yang
baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam
untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan
bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.

3) Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Samudra Pasai banyak dipengaruhi oleh, aktivitas
perdagangan karena letaknya yang strategis. Posisi geografis Samudra Pasai sangat
strategis karena berbatasan dengan Selat Malaka dan berada pada jalur perdagangan
internasional melalui Samudra Hindia antara Jazirah Arab, India, dan Cina.

Komoditas dari Kerajaan Samudra Pasai yang diperdagangkan, antara lain lada,
kapur barus, dan emas. Untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat
tukar berupa mata uang elnas yang disebut deureuham atau dirham. Kerajaan Samudra
Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak,
dan daerah di ujung Pulau Sumatra.

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya,


dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam
perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada
masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni
dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang


dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan
rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa
bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun
dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.

4) Kehidupan Politik

Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi.


Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu
juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan,
dan penguasanya juga bergelar sultan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak
telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang
anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-
Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai
yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-
Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara
itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya
kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.

D. Peninggalan-Peninggalan
1. Dirham

Deureuham, biasa diucapkan dengan Dirham, adalah mata uang yang secara resmi
digunakan dalam perdagangan di Kesultanan Samudera Pasai. Mata uang ini berupa
kepingan emas yang bertuliskan lafal tertentu dalam bahasa Arab (jawoe).
Dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas,berdiameter
10 mm dengan 0,6 gram setiap koinnya. Satu sisi dirham atau mata uang emas itu
tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan
nama Al-Sultan Al-Adil.

2. Cakra Donya
Lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M.
Lonceng ini memilik tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra sendiri memiliki arti poros
kereta, lambang-lambang Wishnu, matahari atau cakrawala. Sementara Donya berarti
dunia.

3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum meninggal pada tahun 1518
Masehi atau 923 Hijriah. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran yang bertindak atas
nama wakil Raja Portugis di India.

4. Stempel Kerajaan

Diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang merupakan Sultan Kedua
Kerajaan Samudera Pasai, oleh tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Stempel ini ditemukan
di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini
berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan.

5. Nisan Sultan Malik As-Shalih


Berbentuk segi empat pipih bersayap dengan bagian punck berupa mahkota
bersusun dua. Pada nisan terdapat masing-masing tiga panil disisi depan dan belakang
yang berpahatkan kaligrafi Arab.

6. Makan Sultanah Nahrasiyah

Terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera. Makam sultanah


Nahrasiyah memiliki jirat yang tinggi bersatu dengan bagian nisan, keseluruhan nya
terbuat dari pualam yang langsung didatangkan dari gujarat.
Makam Sultanah Nahrasiyah juga dihiasi dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an yaitu
kaligrafi Surah Yasin lengkap yang terpahat pada nisannya. Selain itu, terdapat pula
pahatan ayat kursi, suarat Ali Imran ayat 18-19, Surah Al-Baqarah, dan sebuah tulisan
dalam aksara Arab

7. Makan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir

Adalah putra Sultan Malik As-Shalih. Sultan Malik Al-Zahir memerintah


Kerajaan Samudera Pasai 1287-1326 M. Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir
berada berdampingan dengan makam sang ayah.

8. Makam Tengku Sidi Abdullah


Tengku Sidi merupakan cicit dari Khalifah Al-Muntasir dari Dinasti Abbasiyah.
Tengku Sidi pernah memegang jabatan di Kerajaan Samudera Pasai yakni sebagai
Menteri Keuangan.
Makam Tengku Sidi berada di Gampong Kuta Krueng. Batu nisan pada makamnya
terbuat dari marmer dan dihiasi kaligrafi.

9. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Dikenal juga sebagai Makam Teungku 44. Karena makam ini terdiri dari 44
makam ulama dari Kerajaan Samudera Pasai yang dibunuh akibat menentang dan
mengharamkan pernikahan raja dan putri kandungnya.

10. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)


Merupakan makam dari putri Sultan Muhammad Malik Al-Zahir. Terletak di
Gampong Meunje Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisan pada makam ini berhiaskan
kaligrafi berbahasa Arab dan Kawi.

E. Penyebab Kemunduran

a) Faktor Internal
Pemimpin yang kurang cakap setelah Sultan Malik Al Tharir. Sultan Malik Al
Tharir adalah pembawa kejayaan Kerajaan Samudra Pasai. Sepeninggal Sultan Malik Al
Tharir, kerajaan berpindah pada penerusnya. Namun, karena kinerja yang kurang cakap,
Kerajaan Samudera Pasai terus mengalami kemunduran.
Terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan dan pemberontakan yang
terjadi pada zaman pemerintahan Sultan Zainal Abidin membuat kekuatan kerajaan ini
melemah. Pemberontakan ini sempat ditulis di dalam berita-berita Cina sumber sejarah
kerajaan ini.

b) Faktor Eksternal
Penyerangan dari Kerajaan Majapahit. Tekad Mahapatih Gajah Mada untuk
menyatukan seluruh wilayah Nusantara dalam sumpah Palapa membuat Majapahit juga
menyerang Samudra Pasai. Beberapa bagian kerajaan Samudra Pasai tidak dapat
dipertahankan dan akhirnya jatuh ke tangan Majapahit.
Kalah saing dengan Pelabuhan Malaka. Semenjak pusat perdagangan beralih ke
Selat Malaka, Pelabuhan Pasai mulai sepi dan mengalami kerugian, karena komoditas
utamanya yaitu lada batal untuk dikirim.
Penyerangan dari Portugis. Akhir riwayat dari kerajaan ini adalah penyerangan
Portugis yang memanfaatkan konflik internal yang terjadi. Kerajaan Samudra Pasai
runtuh sekitar tahun 1500 karena penyerangan ini.

Anda mungkin juga menyukai