Anda di halaman 1dari 22

Dinamika Fluida dan Perpindahan Kalor Lanjut

FILM KONDENSASI DALAM APLIKASI PERPINDAHAN KALOR


Oleh: Toynbee Alfry Simanjuntak
Email: toynbee.alfry@yahoo.com

I. PENDAHULUAN
Terjadinya kondensasi uap pada permukaan dalam maupun luar memiliki pengaruh
yang tidak dapat diabaikan dalam berbagai aplikasi seperti pada plat sirip dalam heat
exchangers, pendingin perangkat elektronik, sistem refrijerasi, dan sebagainya. Nilai
kondensasi yang diinginkan tergantung pada variasi lokal ketebalan film kondensat cair
yang mana ditentukan oleh karakteristik transportasi massa yang berpengaruh [1].
Perpindahan kalor pada film kondensasi dari uap murni yang mengalir diantara body
seperti plat, tabung dan bola telah banyak dipelajari oleh berbagai peneliti dengan tujuan
untuk dapat diterapkan untuk kepentingan desain condenser untuk power plant, air
conditioner equipment, dan berbagai peralatan industri proses kimia. Pembentukan entropi
dalam sistem teknik panas memusnahkan energi yang ada didalam sistem dan mengurangi
efisiensinya, seperti yang terjadi pada heat exchanger dan condenser. Oleh karena itu,
minimalisasi pembentukan entropi merupakan topik penting dalam masalah perubahan fase
pada perpindahan kalor yang berhubungan dengan film kondensasi [2].
Timbulnya film kondensasi pada permukaan yang mempengaruhi besarnya heat flux
pada transfer kalor dan efisiensi energi membuat banyak peniliti berusaha menganalisis
pengaruh film kondensasi terhadap berbagai aplikasi transfer kalor. Paper ini membahas
munculnya film kondensasi di berbagai aplikasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap
perpindahan kalor. Pada bagian awal, aplikasi yang dibahas bersumber dari jurnal [3] yang
membahas tentang film kondensasi laminer yang berpengaruh pada penyimpanan energi
panas laten dalam kontainer persegi panjang. Pada bagian selanjutnya aplikasi pengaruh
film kondensasi yang akan ditinjau bersumber dari jurnal [4] yaitu membahas tentang
optimasi thermodinamika dari konveksi bebas film kondensasi pada tabung horizontal
dengan suhu dinding yang bervariasi. Pada jurnal [2], analisis hukum kedua termodinamika
dari konveksi bebas film kondensasi akan dibahas pada tabung elips berpori dengan posisi
miring.
Dalam paper ini juga akan dibahas mengenai dua jenis konveksi yang ditinjau dari gaya
yang mempengaruhi film fluida untuk menghantarkan energi. Dua jenis konveksi ini adalah
free convection dan forced convection dalam film kondensasi. Jurnal [4]dan [2]membahas
tentang free convection dalam film kondensasi, sedangkan jurnal [5] membahas tentang
forced convection dalam film kondensasi.
Dengan membahas berbagai aplikasi yang melibatkan pengaruh film kondensasi dalam
berbagai proses perpindahan panas, maka diharapkan paper ini dapat memberi gambaran
yang lebih jelas tentang fenomena film kondensasi dalam kehidupan nyata dan bagaimana
memodifikasi sistem, proses, maupun material untuk kepentingan tertentu.

II. FILM KONDENSASI LAMINER UNTUK MENENTUKAN PENYIMPANAN


ENERGI PANAS LATEN DALAM KONTAINER PERSEGI PANJANG
Pengaruh film kondensasi dalam aplikasi menentukan penyimpanan energi panas laten
ini dibahas dalam [3]. Fokus pembahasan [3] adalah analisis numerik fenomena
perpindahan panas di problema yang berubah pada pencairan dan film kondensasi laminer.
Intinya adalah untuk mengidentifikasi aspek rasio/bentuk kontainer yang optimal dan
kondisi dimana waktu untuk menyimpan panas dan kapasitas penyimpanannya minimum
dan maksimum. Disini digunakan bahan phase change material (PCM) untuk melapisi
thermal energy storage (TES). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan sistem
dalam menyimpan panas. Paper ini tidak akan membahas mengenai PCM dan
karakteristiknya. Paper ini lebih fokus kepada timbulnya film kondensasi pada permukaan
PCM dan bagaimana pengaruhnya terhadap perpindahan panas terhadap TES.

Gambar 1. Konsep penyimpanan solar energy dan manajemen menggunakan heat pipe
yang terintegrasi – pengaturan penyimpanan energi panas (Kota, K., et al 2011)

Kesulitan dalam penyimpanan energi matahari adalah Dengan pengaturan seperti pada
gambar 1, penempatan TES dapat menyerap energi matahari walaupun permukaannya
berada pada posisi yang tidak terkena paparan matahari secara langsung. Hal itu
disebabkan penggunaan heat pipe sebagai jalur uap untuk mengalir ke TES. Seperti yang
terlihat pada gambar 1, film kondensasi terbentuk pada permukaan TES yang dalam hal
ini telah dilapisi PCM.
Paper [3] membahas perubahan fase PCM secara numerik dengan fokus kepada
minimalisasi resistan panas dalam penyimpanan energi di dalam PCM.

Gambar 2. Skema kontainer TES yang digunakan untuk simulasi numerik (Kota, K., et
al 2011).

Terdapat berbagai asumsi dalam model matematika yang digunakan seperti pada
gambar 2 [3]. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
(a) Efek konveksi alami pada PCM cair dapat diabaikan karena proses perubahan
fase didominasi oleh konduksi.
(b) Perubahan temperature pada arah Z (gambar 2) dapat diabaikan. Hal ini
disebabkan oleh tebal film kondensasi searah sumbu Z diasumsikan tidak
bervariasi.
(c) Konduktivitas termal PCM berbeda untuk fase padat dan cair namun tidak
tergantung terhadap waktu di fase manapun.
(d) Massa jenis PCM berbeda untuk fase padat dan cair namun tidak tergantung pada
waktu di fase manapun.
(e) PCM yang digunakan adalah homogen dan isotropik dan tidak terdegradasi
karena perubahan waktu.
(f) Pada saat pendinginan kembali PCM, gap atau voids akan terbentuk karena
pengurangan volum PCM. Voids ini akan tersebar secara tidak merata dan
menciptakan resistan panas yang tinggi dalam perpindahan kalor. Untuk
mendistribusikan voids secara merata maka digunakan foam sehingga
penggunaan foam dapat meningkatkan alur konduksi. Efek dari susunan voids
dapat diabaikan.

Persamaan energi untuk aplikasi TES seperti pada gambar 2 adalah sebagai berikut:

(1)

Karena range pencairan biasanya adalah karakteristik dari parrafin waxes dan
karena parrafin waxes diassumsikan sebagai PCM dalam simulasi numerik saat ini, maka
kalor spesifik didefinisikan sebagai berikut:

(2)
Selama pencairan, kalor spesifik dimodelkan sebagai berikut:

(3)

dan k pada persamaan (1) diberikan pada persamaan (4) dan (5) sebagai berikut:

(4)

(5)

Untuk menyelesaikan kondensasi yang memperngaruhi masalah perubahan fase


PCM, jenis film kondensasi diasumsikan terjadi pada kontainer TES (uap diasumsikan
sebagai uap murni dan dinding TES dianggap memiliki permukaan halus). Reynold
number film adalah antara 10 sampai 40 untuk Ar < 1. Untuk Ar yang lebih tinggi bentuk
aliran akan menjadi wavy laminar. Efek ini akan meningkatkan koefisien perpindahan
kalor pada bagian bawah TES sekitar 20%. Untuk penyederhanaan penghitungan maka
efek wavy pada aliran film kondensasi diabaikan dalam penelitian ini. Dengan demikian
kondensasi uap dinyatakan laminer dan dan jenis film.
Dengan demikian tebal film kondensasi pada setiap step, t, dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan (6) dibawah, dimana variasi dari temperatur dinding kontainer
searah tinggi container, y, juga diperhitungkan

(6)
Persamaan energi dalam dua dimensi adalah sebagai berikut:

(7)

Batas keadaan pada kedua persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

(8)
(9)

Dan
(10)
Cases a-d akan dijelaskan pada sesi berikutnya.

Berikut ini adalah prosedur penyelesaian yang diimplementasikan secara berurutan:


(1) Selesaikan masalah perubahan fase PCM dan komposit foam bersamaan dengan
konduktivitas pada bagian padat menggunakan kondisi batas seperti persamaan
(10)-(12). Perlu diperhatikan bahwa
(2) Estimasi dengan menggunakan yang diperoleh pada langkah 1.
(3) Cari nilai yang baru menggunakan suhu dan kontinuitas heat flux pada
dinding kontainer (dari solusi yang diperoleh dari langkah 1) dan condensate film
interface (dari solusi yang diperoleh dari langakah 2) menggunakan persamaan
(11).

(11)
(4) Lanjutkan ke langkah berikutnya bila convergence criterion ditemukan dalam
langkah current time dimana perbedaan medan temperatur antara kedua hasil
iterasi pada semua nodes komputasi pasti bernilai kurang dari 10-5 K.
(5) Ulangi langkah 1 hingga 4 sampai periode waktu yang ditentukan berakhir.
Untuk analisis steady state, nilai end-time yang besar ditentukan seperti dimana
steady state diperoleh. Periode waktu selama satu hari dianggap cukup memadai
untuk mencapai steady state.

Hasil dan pembahasan dari perhitungan numerik dan eksperimen adalah sebagai
berikut.

Gambar 3. Skema sel perlindungan panas dan lokasi thermocouple (Kota, K., et al
2011).

Gambar 4. Bentuk kontainer TES (Ar=1, Ar < 1 dan Ar > 1) (Kota, K., et al 2011).

Tabel 1. Thermophysical properties (Kota, K., et al 2011).


(12)

Pembahasan ini ditampilkan dalam empat bentuk umum dari ekstraksi kalor yang
disimulasikan yang membedakan kondisi-kondisi boundary yang berbeda. Empat bentuk
umum yang juga telah disinggung sebelumnya yaitu bentuk a-d adalah sebagai berikut:

(a) h sebagai fungsi waktu membedakan berbagai aplikasi dari ekstraksi kalor yang
disimpan dimana fluida dingin mengalir dengan flow rate yang tetap dalam kurun
waktu yang ditentukan.

Gambar 5. Penurunan suhu antara film condensat dan PCM untuk berbagai nilai Ar
dalam kasus a (Kota, K., et al 2011)
Gambar 6. Penurunan temperatur antara film condensat dan PCM pada berbagai
nilai Ar untuk kasus b (Kota, K., et al 2011).

(b) sebagai fungsi waktu membedakan berbagai aplikasi dalam waktu,


menggunakan kalor yang disimpan dalam kurun waktu yang ditentukan.
(c) Nilai h yang konstan menandakan ekstraksi kalor yang disimpan dimana fluida dingin
mengalir dengan flow rate yang salam secara konstan dalam kurun waktu yang lama.

(d) Nilai yang konstan menandakan aplikasi dimana kalor yang disimpan
dimanfaatkan secara konstan dalam kurun waktu yang lama.
(e)

Gambar 7. Variasi perpindahan perbedaan temperatur (antara uap dan batas 3 kontainer
TES seperti gambar 2) untuk TES dengan berbagai Ar yang berbeda dalam kasus a
(Kota, K., et al 2011).
Gambar 8. Variasi perubahan perbedaan temperatur (antara uap dan batas 3 kontainer
TES seperti pada gambar 2) untuk TES dengan berbagai nilai Ar dalam kasus b (Kota,
K., et al 2011).

Hasil yang ditunjukkan pada gambar 5 dan 6 adalah untuk nilai Ar yang berbeda-beda.
Dapat diketahui bahwa untuk nilai Ar yang kecil maka penurunan suhu pada PCM (θp)
akan tinggi. Sebaliknya bila nilai Ar besar maka penurunan suhu pada film condensat (θc)
akan tinggi. Untuk Ar = 1, nilai θp dan θc berdekatan satu sama lain menandakan hambatan
panas yang hampir sama. θp dan θc dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.

(13)

(14)

(15)
Gambar 9. Efek nilai Ar dari TES pada penurunan suhu antara film condensat
dan PCM (untuk h = 100W/m2 K; kasus c) (Kota, K., et al 2011).

Gambar 10. Efek nilai Ar dari TES pada penurunan suhu antara film condensat
dan PCM (untuk h = 50W/m2 K; kasus d) (Kota, K., et al 2011).
Gambar 11. Perbedaan temperatur (antara uap dan batasan 3 kontainer TES
seperti gambar 2) untuk TES dengan berbagai nilai Ar dalam kasus c (Kota,
K., et al 2011).

Gambar 12. Perbedaan temperatur (antara uap dan batasan 3 kontainer TES
seperti gambar 2) untuk TES dengan berbagai nilai Ar dalam kasus d (Kota,
K., et al 2011).
Gambar 13. Alur kontur medan temperatur (dalam K) untuk Ar = 1
(Kota, K., et al 2011).

Gambar 14. Alur kontur medan temperatur (dalam K) untuk Ar < 1


(Kota, K., et al 2011).

Gambar 15. Alur kontur medan temperatur (dalam K) untuk Ar > 1


(Kota, K., et al 2011).
Gambar 13 – 15 menunjukkan distribusi temperatur dalam kontainer TES pada kasus
c dimana h = 100 W/m2 K dengan PCM di foam tembaga. Alur kontur medan temperatur
untuk kasus a dengan penghilangan kalor yang berubah terlihat sama dengan gambar 13 –
15 tersebut. Pada gambar 13 dimana Ar = 1, kedua resistan saling mempengaruhi satu sama
lain dan medan temperature begitu jelas dalam dua dimensi. Pada gambar 14 dimana Ar <
1, film yang terbentuk sangat tipis dan medan temperatur pada PCM hampir merupakan
satu dimensi dalam arah horizontal. Pada gambar 15 dimana Ar > 1, semakin kebawah
TES film kondensat sangat tebal sehingga pentrasi kalor cenderung hanya pada bagian
atas. Jadi medan temperatur, khususnya setengah bagian kebawah, hampir merupakan satu
dimensi searah vertikal.

Gambar 16. Ketebalan film kondensat, delta, untuk berbagai variasi Ar.

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa rasio aspek yang terbaik dalam hal
penyimpanan kalor tercepat adalah cenderung selalu bernilai satu dengan tidak tergantung
pada mode ekstraksi kalor (a, b, c, or d), pemilihan tipe foam dan kondensat, dan PCM.
III. OPTIMASI THERMODINAMIKA PADA KONVEKSI BEBAS FILM
KONDENSASI DI TABUNG ELIPS HORIZONTAL DENGAN VARIASI
TEMPERATUR DINDING

Fokus pembahasan [2] adalah analisis termodinamika saturated vapor yang


mengalir perlahan dan terkondensasi pada tabung elips dengan berbagai temperatur
dinding. Teknik yang diaplikasikan adalah entropy generation minimization (EGM).
Hasil dari pembahasan akan menunjukan bagaimana eliptisitas parameter geometri dan
amplitudo variasi temperatur dinding non-isothermal mempengaruhi pembentukan
entropi selama proses perpindahan kalor dalam film kondensasi. Desain yang optimal
akan dicapai dengan menganalisa pembentukan entropy dalam film kondensasi laminer
pada tabung elips horizontal dengan penghitungan lebih lanjut pada amplitudo variasi
temperatur dinding non-isothermal [2].
Intinya, study sekarang akan fokus pada minimalisasi nilai pembentukan entropi
total untuk memberikan ide dalam optimal desain pada konveksi bebas pada film
kondensasi di permukaan luar tabung elips horizontal.

Gambar 1. Model dan sitem koordinat untuk film condensat yang mengalir di
permukaan elips (Yang, S., et al 2007).
1. Analisis termal
Asumsi yang digunakan dalam pembentukan rumus untuk pembahasan ini adalah
sebagai berikut
(a) Aliran film kondensat adalah laminer dan steady state.
(b) Efek inersia diabaikan.
(c) Hilangnya viskositas diabaikan.
(d) Dibandingkan dengan konduksi transversal, konduksi aksial diabaikan.
(e) Ketebalan film kondensat sangat kecil dibandingkan dengan diameter kurvatur.

Berdasarkan asumsi diatas, persamaan yang menentukan film kondensat adalah


sebagai berikut:
Persamaan kontinuitas:

(1)
Persamaan momentum:

(2)
Persamaan Energi:

(3)
Diasumsikan bahwa pada interface tidak ada vapor shear yang terjadi pada
kondensat. Kondisi batas pada kondisi tersebut adalah sebagai berikut

(4)

(5)

(6)
Dengan mengintegralkan persamaan (2) dan (3)dengan keadaan batas yang
diberikan maka akan dihasilkan persamaan berikut

(7)
(8)
Dimana
Dengan mengasumsikan referensi kecepatan,

(9)
Maka persamaan (7) menjadi

(10)

Jika diketahui adalah flow-rate massa pada lingkar elips per satuan panjang
tabung, dan . Dengan memanfaatkan persamaan (7) maka
didapatkan persamaan sebagai berikut:

(11)
Keseimbangan energi pada sebuah elemen dalam fil kondensat dengan tinggi
dan lebar dx adalah

(12)
Untuk memperoleh ketebalan film lokal, persamaan (11) dapat disubsitusi
kedalam persamaan (12) sehingga diperoleh

(13)
Saat distribusi temperratur dinding ditentukan atau dicocokkan oleh data
eksperimen, maka rata-rata temperatur dinding adalah sebagai berikut

(14)
Dan dengan demikian perbedaan temperatur pada film dapat diekspresikan
sebagai berikut

(15)

Dimana Sehingga,

(16)
Perlu dicatat bahwa dan A sebagian besar tergantung pada rasio
koefisien perpindahan panas antara sisi luar dan sisi dalam. Menggunakan separasi
variabel, maka dimensionless thickeness dari film kondensasi lokal dapat ditentukan
sebagai berikut

(17)
Seperti yang diketahui dalam teori Nusselt

(18)
dimana

Dengan kelima asumsi yang telah disebutkan diatas, entropy generation rate
untuk perpindahan kalor konveksi dapat dituliskan sebagai berikut

(19)
Diasumsikan bahwa perbedaan antara temperatur saturasi dan temperatur film
kondensat sangat kecil bila dibandingkan dengan teperatur dari yields film kondensasi,
maka
(20)
Dengan mensubsitusikan persamaan (8), (10), (15) dan (20) maka diperoleh
persamaan

(21)

Dengan mengintegralkan persamaan (21) terhadap y dari nol ke yields , maka


(22)

Lalu dengan mengintegralkan lagi persamaan (22) sepanjang seluruh streamline


dari ke maka diperoleh

(23)
dimana,

(24)
dimana k, Tsat dan adalah konduktivitas termal, temperatur saturasi dan
viskositas dinamik. Entropy generation number (Ns) adalah perbandingan volumetric
entropy generation number (Sgen) dengan characteristics transfer rate (So).

(25)
dimana,

(26)

Selanjutnya, dengan memperkenalkan dimensionless parameters berikut

(27)

(28)

Entropy generation number dapat diekspresikan sebagai

(29)

Untuk mengerti yang mana yang lebih mendominasi antara flow friction
irreversibility (NF) dan heat-transfer irreversibility (NH), maka diperkenalkan
irreversibility distribution ratio sebagai berikut
(30)

Pada kondisi maka diperoleh keadaan optimal yang meminimalkan


nilai dari NS.

(31)
Perbandingan pembentukan entropi aktual dengan pembentukan entropi yang
diminimalkan menghasilkan , yang diperoleh dari

(32)

2. Hasil dan pembahasan


Gambar 2 menunjukkan variasi Ns dengan Ra/Ja deipengaruhi efek tegangan
permukaan dan temperatur dinding yang bervariasi untuk berbagai eliptisitas. Dari
gambar 2 dapat disimpulkan bahwa koefisien penpindahan kalor rata-rata akan
meningkat seiring dengan semakin besarnya eliptisitas. Selain tiu dapat diketahui
juga bahwa Ns juga proporsional terhadap Ra/Ja. Dengan demikian dimensionless
entropy generation akan meningkat seiring dengan meningkatnya eliptisitas dan
Ra/Ja.

Gambar 2. (kiri) Variasi dimensionless Ns dengan efek dari tegangan permukaan dan
variasi eliptisitas dengan Ra/Ja (Yang, S., et al 2007).
Gambar 3. (kanan) Variasi dimensionless Ns dengan amplitudo dari variasi temperatur
dinding no-isothermal dan variasi eliptisitas dengan Ra/Ja (Yang, S., et al 2007).

Gambar 4. (kiri) Rata-rata pembentukan entropi minimal dengan (Yang, S., et al


2007).
Gambar 5. (kanan) Dimensionless entropy generation number dengan Ra/Ja untuk
berbagai macam eliptisitas.

Gambar 6. Rasio distribusi irreversibility dengan Ra/Ja pada berbagai eliptisitas (kiri)
(Yang, S., et al 2007)..
Gambar 7. Rasio distribusi irreversibility amplitudo dari variasi temperatur dinding no-
isothermal dan variasi eliptisitas dengan Ra/Ja (kanan) (Yang, S., et al 2007).
Gambar 8. Rata-rata pembentukan entropi minimum dengan eliptisitas Yang, S., et al
2007).

IV. KESIMPULAN
(1) Timbulnya film kondensasi pada permukaan kontainer penyimpan kalor akan
menimbulkan pengaruh signifikan terhadap kecepatan penyimpanan kalor dalam
kontainer.
(2) Rasio aspek kontainer mempengaruhi bentuk film kondensat.
(3) Rasio aspek terbaik dalam hal kecepatan penyimpanan kalor dalam kontainer
persegi panjang adalah 1.
(4) Nilai optimal entropy generation number proporsional terhadap Ra/Ja dan
terhadap amplitudo dari variasi temperatur dinding non-isothermal.
(5) Desain optimal dapat dicapai dengan menganalisis pembentukan entropi dalam
film kondensasi pada tabung elips horizontal.
V. DAFTAR PUSTAKA

1. Pati, S., S.K. Som, and S. Chakraborty, Slip-driven alteration in film condensation over
vertical surfaces. International Communications in Heat and Mass Transfer, 2013. 46(0): p.
37-41.
2. Yang, S.-A., G.-C. Li, and W.-J. Yang, Thermodynamic optimization of free convection film
condensation on a horizontal elliptical tube with variable wall temperature. International
Journal of Heat and Mass Transfer, 2007. 50(23–24): p. 4607-4613.
3. Kota, K., L. Chow, and Q. Leland, Laminar film condensation driven latent thermal energy
storage in rectangular containers. International Journal of Heat and Mass Transfer, 2012.
55(4): p. 1208-1217.
4. Kuo, C.-H., et al., Second law analysis of free convection film condensation on an inclined
porous elliptical tube. International Journal of Thermal Sciences, 2011. 50(7): p. 1333-1338.
5. J. A. Esfahani, M.M., Entropy generation of forced convection film condensation on a
horizontal elliptical tube. Comptes Rendus Mecanique, 2012. 340: p. 543-551.

Anda mungkin juga menyukai