Anda di halaman 1dari 18

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi

kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae. Penyakit kusta merupakan

penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat karena waktu

yang dibutuhkan dari penularan sampai timbulnya penyakit secara klinis

membutuhkan waktu lama, secara teori masa inkubasi kuman kusta antara 2-5

tahun. Kusta masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena menimbulkan

masalah yang sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas hingga

masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena terdapat stigma di masyarakat

terhadap kusta dan disabilitas yang ditimbulkannya (Kemenkes RI, 2019).

Pemerintah pusat telah menetapkan eliminasi kusta sebagai upaya program

penanggulangan kusta di Indonesia. Eliminasi kusta merupakan kondisi

penurunan penderita terdaftar pada suatu wilayah. Indikator pencapaian target

eliminasi kusta berupa angka prevalensi <1/10.000 penduduk. Upaya

pengendalian kusta di dunia menetapkan tahun 2000 sebagai tonggak pencapaian

eliminasi. Indonesia telah mencapai eliminasi kusta tingkat nasional (angka

prevalensi <1/10.000 penduduk) pada tahun 2000, sesuai target eliminasi kusta

global yang diamanatkan WHA (World Health Assembly) tahun 1991. Angka

prevalensi kusta di Indonesia telah menurun dari 5,2/10.000 penduduk tahun 1981

menjadi 0,9/10.000 penduduk di tahun 2000, namun sejak tahun 2001 sampai

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

sekarang, situasi epidemiologi kusta di Indonesia statis dengan angka penemuan

penderita kusta baru berada pada kisaran 17.000-20.000 penderita kusta baru per

tahunnya dan terjadi peningkatan tren penderita kusta disabilitas tingkat 2 dengan

proporsi >10%. Sampai dengan tahun 2017 masih terdapat 10 provinsi dan 142

kabupaten/kota yang belum mencapai eliminasi kusta. Pencapaian eliminasi kusta

pada suatu wilayah provinsi tidak selalu berbanding lurus terhadap pencapaian di

kabupaten/kota pada wilayah provinsi yang telah mencapai eliminasi kusta

tersebut (Kemeskes RI, 2019).

Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil,

dengan jumlah penderita kusta baru pada tahun 2017 mencapai 15.910 (angka

penemuan penderita kusta baru 6,07/ 100.000 penduduk). Eliminasi kusta telah

dicapai di 24 provinsi dan 142 Kab/Kota, namun penderita kusta masih tersebar

di ±7.548 desa/kelurahan/kampungn yang mencakup wilayah kerja ±1.975

Puskesmas, di ±341 Kab/Kota di seluruh Provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa

Timur telah mencapai eliminasi kusta dengan angka prevalensi <1/10.000

penduduk, tetapi apabila dilihat dari jumlah kasus yang ditemukan, Jawa Timur

menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang kasus kusta terbesar di

Indonesia. Hasil pencapaian program pemberantasan penyakit kusta Provinsi Jawa

Timur dari tahun 2012-2018 dapat dilihat pada tabel 1.1.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 1.1 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa Timur 2012-2018

No Indikator Target 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Penderita
1 - 5.570 4.275 4.144 3.946 4.058 3.645 3.645
Terdaftar
Prev. Rate per
2 <1/10.000 1,46/ 1,12 1,1 1,02 1,04 0,93 0,93
10.000
3 Penderita Baru - 4.807 4.069 4.116 4.013 3.991 3.374 3.374
CDR per
4 <5/100.000 12,63 10,62 10,08 10,3 10,3 8,55 8,55
100.000
5 Proporsi MB - 86 87 87 87 86 89 89
Proporsi Cacat
6 <5,00% 14,00% 12,00% 11,00% 12,00% 11,00% 8,80% 8,80%
II (%)
Proporsi Anak
7 <5,00% 9,00% 9,00% 9,00% 8,00% 9,00% 8,00% 8,00%
(%)
8 RFT Rate >90,00% 89,00% 87,00% 90,00% 91,00% 90,00% 91,10% 91,10%
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2018

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penderita kusta terdaftar dari tahun 2012-2018 fluktuatif. Jumlah penderita terdaftar

dari tahun 2012-2015 mengalami penurunan, namun pada tahun 2016 kembali meningkat, dan pada tahun 2017-2018 kembali

mengalami penurunan. Angka prevalensi kusta Provinsi Jawa Timur sudah mencapai target yaitu <1/10.000 penduduk, namun angka

tersebut harus terus ditekan. Kasus kusta baru di Jawa Timur mengalami penurunan dari tahun 2012-2018, namun angka penemuan

3
TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4

kasus baru (CDR) masih >5/100.000 penduduk. Penemuan penderita kusta dengan

cacat tingkat 2 di Jawa Timur masih tinggi (>5%), demikian juga dengan kasus

anak masih berada pada angka 8% dengan target yang harus dicapaian <5%.

Tingginya penemuan penderita kusta baru di Jawa Timur dipengaruhi oleh

tingginya penemuan penderita kusta baru di beberapa Kabupaten/Kota. Distribusi

penemuan penderita kusta baru di Jawa Timur dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kabupaten Sumenep merupakan Kabupaten penyumbang penyakit kusta tertinggi

di Jawa Timur, dengan jumlah tercatat sebanyak 385 penderita kusta baru di

Kabupaten Sumenep tahun 2018. Berikut merupakan hasil pencapaian program

pemberantasan penyakit kusta Kabupaten Sumenep dari tahun 2016-2018.

Tabel 1.2 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Kabupaten


Sumenep 2016-2018

No Indikator Target 2016 2017 2018


Jumlah kasus baru
1 - 461 kasus 454 kasus 385 kasus
(PB+MB)
Angka penemuan
42,81/100.000 41,99/100.000 35,48/100.000
2 kasus baru kusta <5/100.000
penduduk penduduk penduduk
(NCDR)
Proporsi penderita
3 kusta baru pada <5,00% 7,38% 10,13% 7,79%
anak
Proporsi penderita
4 kusta baru dengan <5,00% 5,21% 0,22% 4,16%
cacat tingkat 2
Angka prevalensi 4,36/10.000 4,04/10.000 3,35/10.000
5 <1/10.000
penduduk penduduk penduduk
kusta
Penderita kusta
6 PB selesai berobat >90,00% 92,37% 93,46% 97,54%
(RFT PB)
Penderita kusta
MB selesai
7 >90,00% 87,90% 84,38% 86,44%
berobat (RFT
MB)
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Tahun 2016-2018

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa jumlah kasus kusta baru di

Kabupaten Sumenep dari tahun 2016-2018 mengalami penurunan, namun

berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur diketahui bahwa

Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penyumbang penyakit kusta tertinggi

di Jawa Timur. Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) di Kabupaten

Sumenep selama 3 tahun terakhir masih belum mencapai target <5/100.000, hal

ini menunjukkan besarnya masalah dan transmisi penyakit kusta di Kabupaten

Sumenep. Proporsi penderita kusta baru pada anak usia <15 tahun selama 3 tahun

terakhir belum mencapai target <5%. Kabupaten Sumenep mampu mencapaian

target proporsi penderita kusta baru dengan cacat tingkat 2 sebesar <5% di tahun

2017 dan 2018 (capaian 0,22% di tahun 20017 dan 4,16% di tahun 2018). Angka

prevalensi kusta yang harus dicapai ialah <1/10.000 penduduk, sedangkan di

Kabupaten Sumenep dari tahun 2016-2018 belum mampu mencapai target

tersebut. Kabupaten Sumenep sudah mampu mencapai target RFT PB dari tahun

2016-2018 (capaian >90%), namun belum mencapai target RFT MB (<90%).

Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penyumbang penyakit kusta

tertinggi di Jawa Timur dengan jumlah tercatat sebanyak 461 penderita baru di

tahun 2016, 454 penderita baru di tahun 2017, 385 penderita baru di tahun 2018,

327 penderita di tahun 2019 yang tersebar di 30 Puskesmas. Distribusi penderita

kasus baru kusta di Kabupaten Sumenep selama 4 tahun terakhir dapat dilihat

pada tabel 1.3.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6

Tabel 1.3 Kasus Baru Kusta menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten
Sumenep Tahun 2016-2019

Kasus Kasus Kasus


Baru Baru Baru Kasus Baru
No Kecamatan Puskesmas
Tahun Tahun Tahun Tahun 2019
2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7
1 Pragaan Pragaan 44 40 25 17
2 Guluk-Guluk Guluk-Guluk 29 27 19 23
3 Batuputih Batuputih 42 32 29 30
4 Talango Talango 47 47 39 22
5 Kayuaro Kayuaro 6 9 9 7
6 Gili Genting Gili Genting 7 8 4 11
7 Lenteng Moncek T 11 8 14 9
Batang- Batang-
8 26 24 19 21
Batang Batang
9 Kalianget Kalianget 7 23 3 10
10 Dungkek Dungkek 16 23 11 16
11 Bluto Bluto 23 10 21 11
12 Rubaru Rubaru 43 15 13 6
13 Nonggunong Nonggunong 7 16 12 7
14 Lenteng Lenteng 15 22 17 8
15 Gayam Gayam 22 35 43 42
16 Raas Raas 16 11 4 9
17 Saronggi Saronggi 14 20 12 5
18 Ambunten Ambunten 12 12 6 3
19 Batang-Batang Legung T 5 6 9 14
20 Kota Pamolokan 2 4 2 5
21 Batuan Batuan 3 4 6 3
22 Ganding Ganding 15 14 14 3
23 Manding Manding 0 3 1 3
24 Gapura Gapura 3 2 1 2
25 Sapeken Sapeken 9 6 10 10
26 Masalembu Masalembu 7 10 5 1
27 Kota Pandian 1 1 2 1
Pasongsonga
28 Pasongsongan 10 7 19 8
n
29 Dasuk Dasuk 10 7 6 6
30 Arjasa Arjasa 9 8 10 14
Jumlah (Kab/Kota) 461 454 385 327
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Tahun 2019

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7

Jumlah penderita kasus kusta baru di Kabupaten Sumenep dari tahun

2016-2019 merupakan jumlah tertinggi dari penemuan penderita kusta baru di

Jawa Timur. Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa jumlah tercatat

penderita kusta di Kabupaten Sumenep sebanyak 461 penderita baru pada tahun

2016, 454 penderita baru pada tahun 2017, 385 penderita baru pada tahun 2018,

dan 327 penderita baru pada tahun 2019 yang tersebar di 30 Puskesmas.

Tingginya jumlah penderita kusta baru di Kabupaten Sumenep, tidak tercapainya

target angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) <5/100.000 penduduk, tidak

tercapainya target proporsi penderita kusta baru pada anak <5%, tidak tercapainya

angka prevalensi <1/10.000 penduduk, dan tidak tercapainya target penderita MB

selesai berobat (RFT MB) >90% dari tahun 2016-2018 di Kabupaten Sumenep

menunjukkan bahwa program penanggulangan kusta di Kabupaten Sumenep

belum berhasil, oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi juga

diperlukan untuk melihat gambaran kondisi yang sebenarnya di Puskesmas.

Menurut Stufflebeam (1971), evaluasi adalah upaya menyediakan

informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Model evaluasi CSE-

UCLA (Center for The Study of Evaluation-University of California in Los

Angeles) dipandang sesuai untuk mengevaluasi program penanggulangan kusta di

Kabupaten Sumenep. Model evaluasi ini menekankan pada kapan evaluasi

dilakukan.

Masalah yang diajukan untuk diteliti adalah Kabupaten Sumenep

merupakan kabupaten penyumbang penyakit kusta tertinggi di Jawa Timur selama

4 tahun terakhir, yaitu 461 penderita baru pada tahun 2016, 454 penderita baru

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8

pada tahun 2017, 385 penderita baru pada tahun 2018, dan 327 penderita baru

pada tahun 2019. Masalah lainnya ialah tidak tercapainya target angka penemuan

kasus baru kusta (NCDR) <5/100.000 penduduk, tidak tercapainya target proporsi

penderita kusta baru pada anak <5%, tidak tercapainya angka prevalensi kusta

<1/10.000 penduduk, dan tidak tercapainya target penderita MB selesai berobat

(RFT MB) >90% dari tahun 2016-2018 di Kabupaten Sumenep.

1.2 Kajian Masalah

Tingginya penemuan penderita kusta baru di Kabupaten Sumenep, tidak

tercapainya target angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) <5/100.000

penduduk, tidak tercapainya target proporsi penderita kusta baru pada anak <5%,

tidak tercapainya angka prevalensi kusta <1/10.000 penduduk, dan tidak

tercapainya target penderita MB selesai berobat (RFT MB) >90% dari tahun

2016-2018 di Kabupaten Sumenep kemungkinan disebabkan oleh faktor need

assessment, program planning, formative evaluation, dan summative evaluation.

Kajian masalah penelitian ini lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 1.1.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Need Assessment Program Planning Formative Evaluation Summative Evaluation

Tingginya penemuan
penderita kusta baru di
1. Advokasi dan
Kabupaten Sumenep, tidak
1. Pengetahuan Petugas 1. Pengembangan koordinasi lintas
tercapainya target angka
2. Ketersediaan koordinasi dan program dan lintas
penemuan kasus baru kusta
Sumberdaya Kesehatan jejaring kerja sektor
(NCDR) <5/100.000
a. Sumber daya 2. Perencanaan 2. Surveilans kusta:
penduduk, tidak tercapainya
manusia Sistem Surveilans a. Pengumpulan data
target proporsi penderita
b. Sarana dan prasarana 3. Perencanaan b. Pengolahan data
kusta baru pada anak <5%,
c. Obat dan bahan kemoprofilaksis c. Analisis data
tidak tercapainya angka
medis 4. Perencanaan d. Diseminasi data
prevalensi kusta <1/10.000
d. Pendanaan penemuan kasus 3. Kemoprofilaksis
penduduk, dan tidak
3. Promosi kesehatan 5. Rencana 4. Tata laksana penderita
tercapainya target penderita
pemantauan dan kusta
MB selesai berobat (RFT
evaluasi 5. Pemantauan dan
MB) >90% dari tahun 2016-
evaluasi 2018 di Kabupaten
Sumenep

Gambar 1.1 Kajian Masalah Penelitian

9
TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10

Kajian masalah penelitian pada gambar 1.1 dapat diuraikan sebagai


berikut:

1. Need Assessment

a. Pengetahuan Petugas

Pengetahuan adalah pemahaman seorang pegawai tentang apa yang dia

ketahui dari pengalaman dan didapat dari proses belajar. Pengetahuan

petugas yang baik maka dia akan menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya dengan baik, begitu juga sebaliknya (Gibson, et al., 2012).

Pengetahuan petugas kusta Puskesmas kemungkinan mempengaruhi dalam

program penanganan kusta.

b. Ketersediaan Sumberdaya Kesehatan

1) Sumber daya manusia

Sumber daya manusia dalam Penanggulangan Kusta merupakan tenaga

kesehatan yang memiliki keahlian dan kompetensi dan telah

mendapatkan pelatihan. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah

petugas kusta puskesmas yang bertanggung jawab melaksanakan

program penanggulangan kusta.

2) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam Penanggulangan Kusta

paling sedikit berupa fasilitas pelayanan kesehatan termasuk fasilitas

penunjang diagnosis penyakit, dam peralatan pencegahan disabilitas.

Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap diharapkan dapat

menunjang dalam program penanggulangan kusta.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11

3) Obat dan bahan medis

Obat dan bahan medis paling harus sesuai dengan kebutuhan tata laksana

penderita kusta dan penanggulangan kusta, antara lain obat anti kusta

(Multi Drugs Therapy/MDT), prednison, vitamin, obat cacing, ferro

sulphat, anti oksidan, reagensia, Ziehl Nielsen (ZN), objek glass, spiritus,

kapas, emersion oil.

4) Pendanaan

Pendanaan Penanggulangan Kusta dapat bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, dan/atau sumber lain. Pendanaan dalam hal ini sangat

dibutuhkan untuk menjalankan program penaggulangan kusta.

c. Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan penting dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat agar mampu berperan aktif dalam mendukung program

penanggulangan kusta. Peran serta masyarakat yang dimaksud meliputi

(Kemenkes RI, 2019):

1) Keikutsertaan sebagai kader.

2) Menjadi pengawas minum obat.

3) Keikutsertaan dalam promosi kesehatan dan deteksi dini penderita kusta.

4) Penyebar luasan informasi tentang kusta untuk menghilangkan stigma

dan diskriminasi kusta di masyarakat.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12

2. Program Planning

Terry (2006) menjelaskan perencanaan berarti menentukan sebelumnya

apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Adapun

perencanaan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan program penanggulangan

kusta adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan koordinasi dan jejaring kerja

Permasalahan Kusta tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja dan

membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam penyelesaiannya. Oleh

karena itu dibutuhkan komitmen dari pemangku kepentingan melalui

koordinasi dan jejaring kerja dengan melakukan komunikasi yang terarah

mengenai penaggulangan penyakit kusta. Koordinasi dan jejaring kerja

dimulai dari tingkat pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota hingga

pemerintah desa untuk meningkatkan kemampuan kewaspadaan dini serta

kesiapsiagaan penanggulangan penyakit (Kemenkes RI, 2014).

b. Perencanaan Sistem Surveilans

Merupakan suatu kegiatan perencanaan pengamatan yang sistematis dan

terus menerus terhadap data dan informasi tentang penderita kusta serta

kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan kusta untuk

memperoleh informasi yang digunakan sebagai pengarah tindakan atau

pengambilan keputusan penanggulangan kusta secara efektif dan efisien.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13

c. Perencanaan kemoprofilaksis

Perencanaan kemoprofilaksis kusta dilakukan pada daerah yang memiliki

penderita kusta yang tinggi, atau berdasarkan hasil surveilans di daerah

tersebut memiliki jumah penderita kusta yang rendah namun berada pada

situasi khusus seperti situasi etnis dan suku yang dapat mempengaruhi

distribusi tipe kusta.

d. Perencanaan penemuan kasus

Merupakan upaya yang dilakukan petugas untuk menemukan kasus baru di

masyarakat dengan 2 (dua) cara yakni, secara aktif dan pasif. Penemuan

kasus secara aktif adalah cara penemuan kasus baru dengan cara petugas

datang langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi dari

masyarakat, untuk mencari serta melakukan identifikasi kasus. Penemuan

kasus secara pasif adalah cara penemuan kasus melalui pemeriksaan

penderita (pasien) yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes

RI, 2014).

e. Rencana pemantauan dan evaluasi

Merupakan rencana yang disusun untuk melakukan monitoring dan evaluasi

program penanggulangan kusta termasuk di dalamnya adalah tabel rencana

waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi, serta hambatan-hambatan

dalam melakukan rencana pemantauan dan evaluasi program

penanggulangan kusta.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14

3. Formative Evaluation

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

program dengan tujuan untuk mengubah atau ada perbaikan pelaksanaan program.

Adapun evaluasi formatif pada program penanggulangan kusta dapat dibedakan

dalam beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor

Advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam penanganan

kusta dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Salah satu

yangdilakukan dalam kegiatan advokasi adalah mendapat dukungan

kebijakan. Kebijakan yang dimaksud mecakup terjaminnya ketersediaan

sumber daya, pembiayaan untuk penanggulangan kusta serta komitmen

untuk melakukan penghapusan stigma terhadap orang yang sedang dan

pernah mengalami kusta beserta keluarga.

b. Surveilans kusta

Kegiatan surveilans penting dilaksanakan dengan tujuan untuk penemuan

penderita kusta dan penanganan secara dini serta mengetahui besaran

masalah di suatu wilayah. Kegiatan Surveilans dilaksanakan baik pada

daerah yang belum mencapai eliminasi kusta maupun daerah yang telah

mencapai eliminasi kusta untuk mempertahankan status eliminasi kusta.

c. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis penting dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah

penularan kusta pada orang yang kontak dengan penderita kusta.

Kemoprofilaksis dilaksanakan dalam bentuk pemberian obat rifampisin

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15

dosis tunggal pada orang yang kontak dengan penderita kusta yang

memenuhi kriteria dan persyaratan. Kemoprofilaksis yang diberikan oleh

petugas wajib diminum langsung di depan petugas pada saat diberikan.

Selanjutnya akan ada output berupa pencatatan dan pelaporan kegiatan

kemoprofilaksis yang dilakukan oleh petugas yang berwenang.

d. Tata laksana penderita kusta

Tata laksana penderita kusta penting dilakukan dengan tujuan untuk

mengobati penderita kusta secara dini dan mencegah disabilitas akibat

kusta. Tata laksana penderita kusta dilakukan dalam bentuk penegakkan

diagnosis, pemberian obat dan pemantauan pengobatan, serta pencegahan

dan penanganan disabilitas.

e. Pemantauan dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi penting dilakukan untuk mengukur pencapaian

program penanggulangan kusta. Pemantauan dilakukan secara rutin dan

berkala agar masalah dalam pelaksanaan kegiatan program dapat diketahui

lebih awal dan dapat segera dilakukan tindakan perbaikan. Pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan kusta dilakukan setiap 3 bulan sekali

untuk mengukur pencapaian tujuan, indikator dan target yang telah

ditetapkan melalui kegiatan supervisi oleh Kepala Puskesmas dan PJ Kusta.

4. Summative Evaluation

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat hasil

keseluruhan dari program yang telah dilakukan. Evaluasi sumatif program

penanggulangan kusta didasarkan pada Kabupaten Sumenep merupakan

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16

Kabupaten dengan jumlah penderita kasus kusta baru tertinggi di Jawa Timur.,

selama 3 tahun terakhir Kabupaten Sumenep tidak mencapai target NCDR

<5/100.000 penduduk, tidak mencapai target proporsi penderita kusta baru pada

anak <5%, tidak mencapai angka prevalensi kusta <1/10.000 penduduk, dan tidak

mencapai target RFT MB >90%.

1.3 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana need assesment pada program penanggulangan kusta di

Kabupaten Sumenep?

2. Bagaimana evaluasi program planning pada program penanggulangan

kusta di Kabupaten Sumenep?

3. Bagaimana evaluasi formative evaluation pada program penanggulangan

kusta di Kabupaten Sumenep?

4. Bagaimana evaluasi summative evaluation pada program penanggulangan

kusta di Kabupaten Sumenep?

5. Apa rekomendasi untuk program penanggulangan kusta di Kabupaten

Sumenep?

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi terhadap program

penanggulangan kusta untuk meningkatkan keberhasilan program peberdasarkan

model CSE-UCLA (Center for the Study of Evaluation-University of California in

Los Angeles) di Kabupaten Sumenep.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis need assesment pada program penanggulangan kusta di

Kabupaten Sumenep.

2. Mengevaluasi program planning pada program penanggulangan kusta di

Kabupaten Sumenep.

3. Mengevaluasi formative evaluation pada program penanggulangan kusta

di Kabupaten Sumenep.

4. Mengevaluasi summative evaluation pada program penanggulangan kusta

di Kabupaten Sumenep?

5. Menyusun rekomendasi program penanggulangan kusta di Kabupaten

Sumenep.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah untuk mengaplikasikan model evaluasi CSE-

UCLA (Center for the Study of Evaluation-University of California in Los

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18

Angeles) dalam menyusun rekomendasi pada program penanggulangan kusta di

Kabupaten Sumenep.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, tenaga

kesehatan, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di Kabupaten Sumenep

dalam upaya penanggulangan kusta di Kabupaten Sumenep.

TESIS EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN ... RANI ROMADANIYATI

Anda mungkin juga menyukai