Anda di halaman 1dari 11

BELAJAR DARI RUMAH PADA MASA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF

KONSEP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

Nio Awandha Nehru1


Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Balitar

Surat Elektronik : nioawandha@gmail.com

ABSTRACT
Implementation of Home Learning (BDR) when COVID-19 occurs in Indonesian national
education based on Distance Learning. The protocol disrupts the psychosocial development of
students. This study aims to examine psychosocial interactions when implementing BDR and
conceptualize BDR learning based on Erikson's psychosocial development theory. The research
method uses descriptive qualitative document analysis approach. Previous literary studies of
analysis researchers to obtain logical and factual results. The results of this study show that
families dominate the psychosocial interactions of students at home. And, the concept of BDR
based on students' psychosocial development has the potential to create friendly interactions
with students, parents, and teaching teachers based on the stages of the psychosocial crisis.

Keywords : BDR, Psychosocial Interactions, Distance Learning

ABSTRAK
Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) saat pandemi COVID-19 terjadi dalam pendidikan
nasional Indonesia berbasis Pembelajaran Jarak Jauh. Atas protokol tersebut meciptakan suatu
disrupsi dalam perkembanngan psikososial siswa. Penelitian ini bertujuan mengkaji interaksi
psikososial ketika pelaksaan BDR dan mengkonsep pembelajaran BDR berbasis teori
perkembangan psikososial Erikson. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan
pendekatan analisis dokumen. Kajian-kajian kepustakaan terdahulu peneliti menganalisis untuk
mendapatkan hasil yang logis dan faktual. Hasil peneitian ini menujukkan bahwa keluarga
mendominasi interaksi psikososial siswa di rumah. Serta, konsep BDR berbasis perkembangan
psikososial siswa berpotensi menciptakan interaksi yang ramah terhadap siswa, orang tua, dan
guru pengajar yang berdasarkan tahap-tahap krisis psikososial.

Kata Kunci : BDR, Interaksi Psikososial, Pembelajaran Jarak Jauh

1
Mahasiswa Universitas Islam Balitar Blitar Angkatan 2019, NIM : 19108810009
PENDAHULUAN pendidikan nasional Indonesia. Virus ini
Pandemi Corona Virus Disease menyebar melalui cairan tubuh manusia, hal
(COVID-19)2 berdampak pada pelaksanaan itu menggarisbawahi masyarakat untuk tidak
melakukan interaksi sosial secara ramai
(WHO: 2020). Penyebaran pandemi yang pembelajaran yang tidak menuntut ruang
cepat telah menyebabkan problema pada dan waktu (Sohibun 2017: 122). Atas
pendidikan nasional Indonesia yang pelaksanaan BDR menilik detikinet selaras
ditunjukkan sebesar 45 juta siswa tidak dengan data riset We Are Social yang
dapat melanjutkan Kegiatan Belajar dan menyatakan bahwa sebesar 175,4 juta
Mengajar (KBM) di sekolah (Azzahra: pengguna Internet di Indonesia dengan
2020: 1). Atas cepatnya penyebaran virus ini persentase jenis perangkat, mobile phone
membuat Kementerian Pendidikan dan 96%, smartphone 94%, non-smartphone
Kebudayaan Republik Indonesia mobile phone 21%, personal computer 66%,
(KEMDIKBUD RI) menerbitkan Surat tablet 23%, gim 16%, virtual reality device
Edaran Nomor 15 Tahun 2020 yang 5,1% (Haryanto: 2020). Hingga tahap ini,
menginstruksikan seluruh stakeholder BDR merupakan alternatif pelaksanaan
pendidikan melaksanakan Pembelajaran pembelajaran di masa pandemi yang
Jarak Jauh (PJJ) terhadap siswa. Surat membuat siswa tidak harus berada di
Edaran tersebut membuat siswa Belajar Dari sekolah untuk melaksanakan Kegiatan
Rumah (BDR) dengan berbagai skema yang Belajar dan Mengajar.
telah disiapkan. Meninjau dari perspektif psikososial
Pembelajaran daring merupakan terjadi disrupsi dalam interaksi psikososial
suatu pembelajaran yang implementasinya siswa sekolah. Perkembangan psikososial
menggunakan jaringan internet, intranet dan merupakan perubahan yang terjadi pada
ekstranet atau komputer yang langsung kepribadian, emosional, serta hubungan
terhubung dan cakupanya global (Yanti sosial (Wong 2008). Pada keseharian belajar
2020: 62). Pembelajaran daring adalah siswa, tidak terlepas dari faktor keluarga
program penyelenggaraan KBM untuk yang tinggal bersamanya. Keluarga
menjangkau kelompok yang masif dan luas merupakan lingkungan terkecil dalam
melalui jaringan internet. KBM dapat masyarakat yang merupakan tempat anak
dilakukan secara masif dengan jumlah dilahirkan (Umar 2015: 24). Fase-fase krisis
peserta yang tidak terhingga danbisa psikososial dilalui siswa dalam menjalani
dilakukan secara gratis maupun berbayar pola kehidupanya di rumah. Perkembangan
(Bilfaqih dan Qomarudin 2015: 1). Kondisi psikososial yang normal yaitu anak memiliki
tersebut berpotensi untuk melaksanakan kepribadian yang baik, memiliki keberanian,
kooperatif, mampu menerima pendapat dan
percayaa pada diri sendiri, serta orang lain
(Khasanah: 2019: 158). Pada diskursus ini
keluarga mengganti posisi teman sebaya dan
guru dalam peran interaksi langsung siswa

2
Kode virus: SARS nCOV-2 , muncul kasus pertama
dari Provinsi Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok
pada Desember 2019 yang berasal dari kelelawar
saat melaksanakan pembelajaran di Sekolah. pandemi COVID-19 dan mengonsep model
Penelitian ini bertujuan mengkaji BDR dengan mengkorelasikan peran
perkembangan psikososial siswa pada masa
keluarga sebagai mitra interaksi siswa di rumah sebagai interaksi psikososial siswa.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian PEMBAHASAN
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Metode deskriptif merupakan metode yang Relevansi Teori Perkembangan
meneliti status sekelompok manusia, suatu Psikososial Terhadap Pendidikan
objek, suatu set kondisi, suatu sistem Nasional Indonesia
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa Teori perkembangan psikososial
pada waktu sekarang (Susanti 2016: 3). merupakan salah satu kajian teori dalam
Jenis penelitian deskriptif yang psikologi perkembangan. Teori ini
penulis gunakan adalah penelitian analisis dikemukaan oleh Erik Homburger Erikson3.
dokumen. Penelitian analisis dokumen Definisi perkembangan psikososial adalah
merupakan penelitian yang dilakukan secara perkembangan yang berkaitan dengan
sistematis terhadap catatan atau dokumen emosional, motivasi, dan perkembangan
sebagai sumber data. Atau dengan kata lain pribadi manusia serta perubahan dalam cara
analisis dokumen ditujukan untuk individu berinteraksi dengan orang lain
menghimpun dan menganalisis dokumen- (Emilizia 2019: 7). Istilah psikososial berarti
dokumen resmi, dokumen yang validitas dan menyinggung afiliasi sosial yang mencakup
keabsahannya terjamin baik dokumen faktor-faktor kejiwaan (Zubaedi 2011: 20).
perundangan dan kebijakan maupun hasil- Maka dari itu, perkembangan psikososial
hasil penelitian (Ahyar 2020: 72). merupakan proses perkembangan psikis
Penulis melakukan kajian manusia yang berlandaskan pada interaksi
kepustakaan berbasis penelitian, laporan, dengan sesama.
berita yang dapat menjadi kajian teoritis Erikson membagi jangka kehidupan
dalam diskursus perkembangan psikososial manusia dalam 8 tahap krisis yang pada
siswa dalam pelaksanaan kegiatan BDR. setiap fase terdapat pertentangan psikososial
Setelah itu penulis memberikan argumentasi individu. Perkembangan seumur hidup
yang berbasis atas kajian kepustakaan guna tersebut dihadapkan dengan delapan tahapan
menunjukkan korelasi keluarga dalam yang masing-masing memiliki nilai
menunjang perkembangan psikososial siswa kekuatan yang membentuk karakter positif
pada pelaksanaan BDR. atau negatif, berkembang sisi kelemahan
menyebabkan karakter negatif yang
mendominasi pada pertumbuhan seseorang

3
Seorang tokoh psikolog dari Jerman bergenre neo-
Freudian.
(Krismawati 2014: 49). Erik mempercayai krisis tersebut meliputi :
setiap fase krisis memiliki kemampuan dasar 1. Tahap pertama Trust vs Mistrut, dalam
(basic virtues) yang diraih individu ketika rentang usia baru lahir sd. sekitar setahun.
berhasil dalam pertentangan fase krisinya, Mengandung kemampuan dasar
tetapi bila gagal diraih akan mengurangi “harapan”;
kemampuan individu untuk menyelesaikan 2. Tahap kedua Autonomy vr Shame and
fase-fase krisis selanjutnya. Tahap-tahap Doubt, dalam rentang usia 2 sd. 3 tahun.
Mengandung kemampuan dasar “hasrat”; menciptakan konstalasi pembagian jenjang
3. Tahap ketiga Initiative vs Guilt, dalam pendidikan. Pendidikan formal di Indonesia
rentang usia 3 sd. 5 tahun. Mengandung terbagi dalam beberapa jenjang. Atas
kemampuan dasar “tujuan”; jenjang-jenjang tersebut usia siswa menjadi
4. Tahap keempat Industry vs Inferiority, tolok ukur pada tingkat mana siswa
dalam rentang usia 5 sd. 12 tahun. diperkirakan jenjang studinya. Rata-rata usia
Mengandung kemampuan dasar siswa di Indonesia meliputi :
“kompetensi”; 1. Rentang usia 7 sd. 12 tahun dalam
5. Tahap kelima Identity vs Role Confusion, pendidikan Sekolah Dasar (SD)/
dalam rentang usia 12 sd. 18 tahun. sederajat;
Mengandung kemampuan dasar 2. Rentang usia 12 sd. 15 tahun dalam
“ketaatan”; pendidikan Sekolah Menengah Pertama
6. Tahap keenam Intimacy vs Isolation, (SMP)/ sederajat;
dalam rentang usia 19 sd. 40 tahun. 3. Rentang usia 15 sd. 19 dalam pendidikan
Mengandung kemampuan dasar “kasih”; Sekolah Menengah Atas (SMA)/
7. Tahap ketujuh Generativity vs sederajat.
Stagnation, dalam rentang usia 40 sd. 65 Dari rerata usia siswa sekolah diatas
tahun. Mengandung kemampuan dasar dapat kita sandingkan dengan fase-fase
“peduli”; krisis psikososial. Sehingga relevansi usia
8. Tahap kedelapan Ego Integrity vs siswa terhadap fase-fase krisis
Despair, dalam rentang usia 65 sd. lanjut perkembangan psikososial dapat dinyatakan
usia. Mengandung kemampuan dasar :
“bijaksana” (McLeod 2018: 12). 1. Usia siswa SD/Sederajat berada pada
Pelaksanaan pendidikan nasional krisis tahap keempat;
Indonesia tidak terlepas dari teori 2. Usia siswa SMP’/Sederajat dan
perkembangan psikososial. Teori ini SMA/Sederajat berada pada krisis tahap
kelima.

Disrupsi Interaksi dalam Krisis


Psikososial Siswa Saat Pelaksanaan BDR
Konsep BDR diresmikan atas
instruksi pemerintah pusat untuk
menerapkan social distancing pada masa
COVID-19. KEMDIKBUD RI meresmikan
BDR sebagai alternatif siswa agar satuan
pendidikan menerapkan social distancing.
Peresmian tersebut tertuang dalam Surat
Edaran Nomor
15 Tahun 2020 (KEMDIKBUD RI 2020)
yang dalam pengumumanya nomor 1
sebagai berikut:
1. Belajar dari Rumah selama darurat memperhatikan protokol penanganan
penyebaran Corona Virus Disease COVID-19; dan
(COVID-19) dilaksanakan dengan tetap 2. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran
jarak jauh daring/luring dilaksanakan Psikososial dalam usia pendidikan siswa
sesuai dengan pedoman secara normal didominasi oleh faktor teman
penyelenggaraan Belajar dari Rumah sebaya.
sebagaimana tercantum dalam lampiran Tahap keempat krisis industry vs
Surat Edaran ini. inferiority berindikasi kegiatan berkelompok
Konsep BDR membuat siswa siswa akan berdampak besar dan akan
melaksanakan seluruh proses KBM di rumah menjadi sumber utama pengakuan diri anak
mereka masing-masing. Atas pelaksanaanya (McLeod 2018: 13). Membanding-
membuat keseharian anak bertatap muka bandingkan kemampuan diri sendiri dengan
dengan keluarga di rumah. Keluarga teman sebaya terjadi pada fase krisis ini.
merupakan lingkungan terkecil bagi anak (Krismawati 2014: 50). Anak cenderung
untuk bernaung dalam kehidupanya. Mereka suka berkompetisi dengan sesama rekanya
berperan besar dalam perkembangan dalam segala hal termasuk prestasi kelas.
psikososial anak pada usia pra-sekolah. Bagi siswa yang mendapatkan pencapaian
Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan akademis bagus akan bangga dengan
dari dari orangtuanya melalui suri teladan pencapaianya, sedangkan siswa yang
dan keseharian hidup dalam keluarga mendapatkan pencapaian akademis rendah
(Emiliza 2020: 42). Atas keseharian hidup cenderung merenung dan rendah diri.
bersama keluarga di rumah psikososial anak Pada tahap kelima industry vs
berkembang. inferiority berindikasi dengan keremajaan
Peran psikososial keluarga atas anak seorang siswa. Anak akan mencari jati diri
lambat laun semakin mengecil seiring dan pengendalian diri, serta mengalami
bertambahnya usia. Perkembangan anak percobaan dengan perbedaan aturan,
sekarang tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas, dan sikap (McLeod 2018: 14).
lingkungan keluarga saja, melainkan juga Dapat berarti masa remaja adalah awal
lingkungan di luar keluarga. Anak yang usaha pencarian diri sehingga anak berada
sudah bersekolah cenderung akan pada tahap persimpangan antara masa anak-
berkembang selaras dengan lingkungan anak dengan masa dewasa (Krismawati
sekolahnya yaitu teman-teman sebaya 2014: 50). Anak mulai berjuang untuk
(Suharto dkk. 2018: 138). Ketika anak mengenali dirinya sebagai siapa yang
beranjak sekolah interaksi psikososialnya menyebabkan siswa suka mencoba hal-hal
diisi oleh teman sebaya. Mereka akan penuh kebaruan. Teman sebaya
berkembang sejalan dengan pergaulanya mempengaruhi haluan pemikiran siswa
dengan teman sebaya. Dua tahap krisis dalam keseharianya. Anak remaja
berperilaku dan mempunyai kesenangan
yang berbeda bahkan kontradiksi dengan
perilaku dan kesenangan keluarga (Jatmika
2009: 11). Atas perlakuanya, remaja
menyukai kegiatan-kegiatan sekolah dalam
wujud ekstrakulikuler. Mereka berpartisipasi
kegiatan seperti: Pramuka, OSIS, Paskibra,
PMR, Pencinta Alam, dsb. Secara tidak Terlebih dalam kegiatan eskstrakulikuler
disadari oleh remaja, mereka telah tersebut melibatkan banyak siswa yang
mengeksplorasi potensi-potensi dirinya. menjadi teman sepergaulan remaja dalam
hobi. Sehingga, peran teman sepergaulan total untuk bergaul dengan keluarga dalam
mendominasi tata kehidupan seorang remaja. keseharianya. Penerapan BDR oleh siswa
Dari kajian-kajian krisis psikososial yang semula terkontrol oleh guru, menjadi
tahap keempat dan kelima diatas terkontrol oleh keluarga secara garis besar.
menciptakan disrupsi baru bagi siswa dalam Siswa merasakan perbedaan ketika belajar
keseharianya bersama keluarga pada masa tatap muka secara langsung, lingkungan dan
pandemi COVID-19. Kecenderungan siswa suasananya penih dengan atmosfer teman-
yang terbiasa “nyaman” dengan pergaulan teman sekelas. Sedangkan BDR
teman sebayanya menjadi berubah secara menciptakan atmosfer lingkungan baru
untuk belajar bersama keluarga. Sehingga
interaksi psikososial mereka dipenuhi oleh
peran keluarga di rumah, sedangkan
interaksi bersama teman sebaya hanya dapat
dilakukan melalui alat komunikasi.

Konsep Media Belajar Dari Rumah BDR mengajak siswa dan orang tua
Berbasis Interaksi Psikososial Siswa untuk saling berkolaborasi dalam
Pelaksanaan BDR tidak terlepas menciptakan atmosfer yang ramah dalam
dengan kondisi belajar siswa. Belajar proses pembelajaran. Orang tua adalah
merupakan proses panjang yang dialami faktor yang mempengaruhi motivasi anak
oleh manusia sejak manusia lahir hingga dalam belajar (Solina 2020: 293). Sehingga
meninggal (Syarifudin 2020: 32). Dengan perlu adanya rasa empati atas orang tua
belajar individu dapat mengembangkan terhadap anak dan anak terhadap orang tua.
potensi yang berada dalam dirinya (Solina Atas pelaksanaan BDR anak yang interaksi
2013: 289). Oleh karena itu belajar terjadi psikososialnya didominasi oleh orang tua.
secara konstan bersama kehidupan individu Maka diskursus psikososial bersifat urgensi
untuk mengasah potensi diri. Walaupun dalam penerapan BDR. Teori Perkembangan
keadaan pandemi menciptakan atmosfer Psikososial dapat menyajikan skema
baru, kegiatan belajar tetap dilakukan oleh pelaksanaan BDR yang bertujuan
siswa di rumah. Proses belajar siswa tetap memberikan ruang interaksi bagi siswa,
berlangsung, hanya saja metode dan orang tua, teman sebaya dan guru pengajar.
interaksinya yang berbeda. Metode tatap Konsep tersebut terbagi dalam 2 tahap krisis
muka pembelajaran konvensional berubah psikososial yang relevan dengan usia siswa
180 derajat menjadi pembelajaran jarak dalam pendidikan formal, yaitu krisis tahap
jauh. Interaksi siswa dengan guru dan teman keempat dan krisis tahap kelima.
sebatas virtual saja, berbeda dengan Berikut konsep pelaksanaan BDR
interaksinya dengan keluarga di rumah yang yang dapat penulis sajikan meninjau dari
terjadi secara dominan. teori perkembangan psikososial. Yang
pertama krisis tahap keempat industry vs
inferiority oleh siswa SD/Sederajat dengan kahoot.
pembelajaran berbasis gim dengan skema 2. Sehari sebelum pelaksanaan
sebagai berikut : pembelajaran, guru menginstruksikan
1. Guru mempersiapkan kuis materi siswa untuk belajar terlebih dahulu
pembelajaran dengan aplikasi edmodo/ melalui interaksinya dengan orang tua.
3. Orang tua mengarahkan siswa untuk 2. Bagi orang tua, dapat memantau
mempelajari materi pembelajaran yang perkembangan pembelajaran siswa
akan keluar. karena interaksi mereka terhadap siswa
4. Pada hari pelaksanaan, guru mengawali dan guru pengajar.
interaksi dengan siswa melalui media 3. Bagi guru pengajar, dapat menyajikan
sosial milik siswa/orang tua dan pembelajaran online yang menarik dan
mengantarkan siswa terhadap menyenangkan sehingga menciptakan
pembelajaran. suasana yang ramah dalam proses
5. Guru dan siswa sekelas melaksanakan KBM. Serta mempererat hubungan
pembelajaran berbasis kuis kahoot/ kerjasama antara guru dan orang tua
edmodo. dalam mengontrol perkembangan
6. Siswa memperoleh skor atas belajar siswa.
pencapaianya dalam kuis kahoot/ Yang kedua, tahap kelima identity vs
edmodo. role confusion. Pada tahap ini secara
dominan siswa memiliki handphone. Penulis
menyajikan dua skema. Skema tersebut
terdiri dari skema pelaksanaan KBM. Skema
tersebut terbagi pada setiap jenjang
SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat.
Pertama, pelaksanaan KBM siswa
SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat dengan
pembelajaran berbasis diskusi kelas :
1. Guru mempersiapkan topik pembahasan
sesuai dengan materi pembelajaran
7. Guru memberikan kesempatan siswa siswa.
untuk bertanya melalui edmodo/media 2. Sehari/lebih sebelum pelaksanaan

sosial siswa/orang tua terhadap pembelajaran, guru menginstruksikan


pelaksanaan kuis. siswa untuk belajar terlebih dahulu
8. Guru merefleksikan KBM terhadap melalui interaksinya dengan mereka
siswa dan mempersiapkan proses KBM langsung.
selanjutnya. 3. Guru memberikan laporan terhadap
9. Guru melaporkan proses pencapaian orang tua bila menginstruksikan
kuis pembelajaran terhadap orang tua. siswanya untuk mempelajari materi.
Atas skema diatas terdapat manfaat 4. Orang tua memantau proses belajar
yang dapat dipetik sebagai berikut : siswa.
1. Bagi siswa, akan mendapatkan proses 5. Pada hari pelaksanaan, guru mengawali
pembelajaran yang berkompetisi sesuai interaksi dengan siswa melalui media
pada tahap keempat, sehingga krisis sosial milik siswa dan mengantarkan
psikosossial dapat secara lazim siswa terhadap pembelajaran.
terlaksana.
6. Guru dapat menerapkan mekanisme terhadap pembelajaran. Media
scientific approach4 yang mengajak pembelajaran dapat menyesuaikan sesuai
siswa untuk berpikir lebih dalam dengan kondisi siswa sekelas. Guru dapat
bekerja sama dengan siswa untuk 3. Bagi guru pengajar, dapat memberikan
memilih media pembelajaran baik tatap pembelajaran yang interaktif karena
muka atau tertulis seperti Zoom bentuk scientific approach lebih
Meetings, Google Meet, WhatsApp, terpusat pada siswa saat KBM. Serta
Google Classroom, Edmodo, dll. mempererat hubungan kerjasama antara
7. Setelah melaksanakan pembelajaran guru dan orang tua dalam mengontrol
guru dapat memberikan evaluasi dan perkembangan belajar siswa.
refleksi terhadap pembelajaran, serta
mempersiapkan untuk KBM PENUTUP
selanjutnya.
8. Guru melaporkan perkembangan Simpulan
prestasi anak atas pembelajaran daring Dari hasil kajian dan pembahasan
terhadap orang tua. dapat diambil beberapa simpulan. Pertama,
Atas skema diatas terdapat manfaat terjadi disrupsi interaksi psikososial siswa
yang dapat dipetik sebagai berikut : pada BDR. Ketika BDR diumumkan
1. Bagi siswa, akan mendapatkan proses membuat siswa untuk tetap berada di rumah
pembelajaran yang menuntut mereka sambil melaksanakan kegiatan
untuk brainstorming sehingga dapat pembelajaran. Keluarga mendominasi
memunculkan potensi-potensi identitas interaksi siswa secara langsung. Dalam
bagi jati diri siswa. Terlebih siswa akan keseharianya keluarga memantau interaksi
lebih berani bersuara ketika mereka siswa di rumah.
tidak bertemu secara langsung (Suryani Kedua, usulan pelaksanaan BDR pada
2020). Hal tersebut memantik interaksi subbab ketiga dalam artikel ini bertujuan
psikososial mereka untuk lebih berani menciptakan pembelajaran yang ramah akan
dalam mengungkapkan pendapat an interaksi siswa, orang tua, dan guru
mengajukan pertanyaan. pengajar. Sesuai dengan tahap krisis
2. Bagi orang tua, Bagi orang tua, dapat psikososial, model pembelajaran yang
memantau perkembangan pembelajaran disajikan menyediakan pembelajaran yang
siswa karena interaksi mereka terhadap berbasis interaksi siswa, orang tua, dan guru
siswa dan guru pengajar. pengajar. Sehingga hubungan interaksi
antara mereka dapat berlangsung dengan
baik dan perkembangan pencapaian belajar
siswa dapat terkontrol dengan baik.

Saran
Atas hasil kajian artikel ini semoga
guru pengajar dapat mempertimbangan
usulan-usulan penulis akan model BDR

4
Pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan
mekanisme: observing, questioning, experimenting,
associating, communicating, dan networking.
berbasis perkembangan psikososial. pengajar dalam KBM.
Sehingga dapat digunakan oleh guru Peneliti yang menggunakan referensi
ini dapat mengembangkan penelitian-
penelitian selanjutnya dengan uji coba nyata Ucapan Terima Kasih
terhadap siswa dengan model pembelajaran Penulis mengucapkan terimakasih
BDR berbasis perkembangan psikososial. banyak kepada bapak Dr. H. Supriyono,
M.Ed.5 yang telah mendidik penulis
terhadap pemahaman akan teori-teori yang
berperan dalam psikologi pendidikan.

5
Wakil Rektor III Bidang Kewirausahaan, Kerja Sama,
dan Pengembangan Nilai Islami Universitas Islam
Balitar; Dosen Pengampu Psikologi Pendidikan Prodi

Pendidikan Bahasa Inggris Semester 2 Universitas


Islam Balitar Tahun 2020
DAFTAR PUSTAKA Abadi (ed.)). CV. Pustaka Ilmu.

Ahyar, H. dkk. (2020). Buku Metode Azzahra, Nadia F. (2020). Mengkaji


Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (H. Hambatan Pembelajaran Jarak Jauh di
Indonesia di Masa Pandemi Covid-19. Krismawati, Y. (2014). Teori Psikologi
https://cutt.ly/CIPS- Perkembangan erik H. Erikson dan
RingkasanKebijakan2 Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan
Kristen Dewasa Ini. KURIOS (Jurnal
Bilfaqih, Y. dan M. N. Q. (2015). Esensi Teologi Dan Pendidikan Agama
Pengembangan Pembelajaran Daring. Kristen), 2(1), 50.
Penerbit Deepublish.
Mcleod, S. (2018). Erik Erikson’s Stages of
Emiliza, T. (2019). Konsep Psikososial Psychosocial Development. Simply
Menurut Teori Erik H.Erikson Psychology.
Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini https://www.simplypsychology.org/Eri
Dalam Tinjauan Pendidikan Islam. k-Erikson.html
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu. Sohibun dan Filza Y. Ade. (2017).
Pengembangan Media Pembelajaran
Haryanto, Agus T. (2020). Riset: Ada 175,2 Berbasis Virtual Class Berbantuan
Juta Pengguna Internet di Indonesia. Google Drive. Tadris: Jurnal
Detikinet. Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 2(2),
https://inet.detik.com/cyberlife/d- 121–129.
4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna- https://doi.org/10.24042/tadris.v2i2.217
internet-di-indonesia 7

Jatmika, S. (2009). Urip Mung Mampir Solina, W. dkk. (2013). Hubungan Antara
Ngguyu: Telaah Sosiologis Folklor Perlakuan Orangtua Dengan Motivasi
Jogja. Kanisius.
Belajar SIswa Disekolah. KONSELOR
Jurnal Ilmiah Konserling, 2(1), 289–
Khasanah, U. A. dkk. (2019). Hubungan
294.
Perkembangan Psikososial Dengan
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Suharto, M. P. dkk. (2018). Pengaruh Teman
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), Sebaya Terhadap Perkembangan
157–162. Psikososial Anak TKI di Kabupaten
http://journal.ppnijateng.org/index.php/ Indramayu. Focus: Jurnal Pekerjaan
jikj/article/download/426/255 Sosial, 1(2), 135–147.

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020


Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Belajar Dari Rumah Dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease (COVID-19), 18 (2020)
(testimony of KEMENDIKBUD RI).
Suryani, Y. (2020). Rekonstruksi Interaksi Wong, Donna. L. (2008). Buku
Sosial untuk Efektivitas Pendidikan Ajar Keperawatan Pediatrik (6th
ed.). EGC.
Virtual dan Normalitas Baru Pada
Masa Pandemik COVID-19. Kanal World Health Organization. (2020).
YouTube BLUESHIP TV. Coronavirus disease (COVID-19)
https://youtu.be/EQpvdkp6tBY advice for the public: Myth busters.
Who.Int.
Susanti, L. (2016). Modul Metode Penelitian. https://www.who.int/emergencies/disea
Universitas Brawijaya. ses/novel-coronavirus-2019/advice-for-
public/myth-busters#:~:text=The new
Syarifudin, A. S. (2020). Impelementasi coronavirus is a,with soap and water
Pembelajaran Daring Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan Yanti, Minarti T. dkk. (2020). Pemanfaatan
Sebagai dampak Diterapkanya Social Portal Rumah Belajar Kemendikbud
Distancing. METALINGUA Jurnal Sebagai Model Pembelajaran Daring di
Pendidikan Dan Sastra Indonesia, 5(1), Sekolah Dasar. ADI WIDYA: Jurnal
31–34. Pendidikan Dasar, 5(1), 61–67.
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/A
Umar, M. (2015). Peranan Orang Tua W/article/view/1306
Dalam Peningkatan Prestasi
Belajar Anak. Jurnal Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan
Ilmiah Edukasi, 1(1), 20–28. Karakter. Kencana Prenada Media
https://jurnal.ar- Group.
raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/v
iew/315

Anda mungkin juga menyukai