Anda di halaman 1dari 56

BANGUNAN AIR

PENGAMAN GERUSAN

Yiniarti Eka Kumala – Bambang AR – Doddi Yd


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil- UNPAR
Jalan Ciumbuleuit No. 94 Bandung, Telp. 2033691-92
Permasalahan Peredam energi
 Kerusakan konstruksi
 Penentuan tipe tidak memperhatikan jenis material dasar
sungai/angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai.
 Kondisi geoteknik di bawah bangunan.

 Gerusan lokal
 Dimensi kurang tepat → perhatikan elevasi muka air hilir &
dasar sungai terdalam di hilir bendung
 Kemungkinan degradasi dasar sungai
 Alamiah & pengambilan material galian golongan C

 Pelaksanaan konstruksi
 Pengawasan
Mengapa perlu Bangunan Pengaman Gerusan ?

1. Kesalahan perencanaan:
 Desain peredam energi tidak tepat
 Perkiraan muka air hilir tidak benar (terlalu tinggi)
 Degradasi dasar sungai tidak/belum diperhitungkan

2. Kesalahan pelaksanaan:
 Struktur/Fundasi kurang dalam
 Degradasi yang terjadi melebihi prediksi perencanaan
Bangunan Pengaman Gerusan
1. Rip-rap
2. Bronjong
3. Lempengan beton (concrete slab)
4. Balok beton (concrete beam)
5. Pelat pancang (sheet pile)
6. Pengendali dasar sungai
Rip-Rap Batu
Rip-rap (pasangan batu kosong): susunan bongkahan
batu alam dengan ukuran dan volume tertentu,
digunakan antara lain:
 sebagai tambahan peredam energi di hilir bendung.
 berfungsi sebagai lapisan perisai untuk mengurangi
kedalaman penggerusan setempat.
 untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam energi
bendung.
Rip-Rap Batu
 Lokasi Penempatan:
 Sepanjang bagian hilir ambang akhir,
 Sepanjang bagian kaki tembok sayap hilir.
 Di dasar sungai di hilir bangunan peredam energi
bendung terjadi kecepatan aliran sungai yang besarnya
bervariasi.
 Rip-rap yang terdiri dari susunan batu-batu lepas
tersebut yang terkena aliran deras akan menyebar,
masuk dan mengisi lubang penggerusan setempat
(armouring effect) → menjadi lapisan perisai atau
pelindung dasar sungai dari bahaya penggerusan.
Peredam Energi Bendung
Penempatan Rip Rap

8
Pemasangan Rip-Rap
Kriteria Perencanaan Rip-rap batu
 Kualitas batu: harus tahan terhadap gilasan, hempasan,
perubahan cuaca, yaitu harus keras, padat, dan
mempunyai berat jenis = 2,4 t/m3,
 Dimensi dan berat batu: harus memadai (diameter batu
berkisar 0,30 – 0,40 m),
 Volume batu: harus cukup memadai untuk mengisi
lubang gerusan yang terjadi,
 Lebar: 5 - 10 m untuk bagian hilir ambang akhir
3 - 5 m untuk bagian kaki tembok sayap hilir
 Ketebalan/kedalaman konstruksi:
 2,0 m untuk bagian hilir ambang akhir
 1,5 m untuk bagian di kaki tembok sayap hilir,
 Bentuk batu: diusahakan persegi.
Kriteria Pelaksanaan Rip-rap
 Ukuran, volume dan penempatan batu harus sesuai
dengan yang disyaratkan dalam perencanaan,
 Penempatan batu harus di atas saringan (filter)
 Saringan (Filter) berfungsi mencegah hilangnya bahan
dasar halus melalui bangunan pengaman.
 Filter harus ditempatkan antara rip-rap batu dan tanah
bawah atau antara pembuang dan tanah bawah.
 filter kerikil-pasir yang bergradasi (graded filter),
 lapisan filter sintetis (geotextile filter),
 ijuk.
 Panjang lindungan dari pasangan batu kosong diambil 4 kali
kedalaman lubang gerusan lokal, dihitung dengan rumus
empiris Lacey.
 Rumus empiris Lacey untuk menghitung kedalaman lubang
gerusan:
Q1/3
R  0, 47
f
Dimana:
R : Kedalaman gerusan di bawah permukaan air banjir [m]
Q : debit [m3/s]
F : Faktor lumpur Lacey [1,76 Dm0,5]
Dm : Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek [mm]

 Bila terdapat turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R


ditambah 1,5 nya lagi (data empiris).
 Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2
sampai 3 kali d40, dicari dari kecepatan rata-rata aliran
12
dengan bantuan Gambar 6-1.
13
Saringan (Filter)
Kriteria Saringan (Filter)
1. Gradasi filter D < 6,5d D : diameter terbesar
D ≥ 30 cm d : diameter terkecil
2. Mampu memberikan tahanan yang cukup terhadap
aliran bawah (seepage), harus dipenuhi persyaratan
kelulusan tanah (USBR, 1973) sbb:
D15 lapisan 3 D15 lapisan 2 D15 lapisan 1
, ,  5  40
D15 lapisan 2 D15 lapisan 1 D15 lapisan tan ah dasar

Perbandingan 5 – 40 dapat dirinci sebagai berikut:


 Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
 Butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 6 – 20
 Butir bergradasi baik 12 – 40
Kriteria Saringan (Filter)
3. Material yang lebih halus dari lapisan di bawah tidak
boleh keluar melalui filter, harus dipenuhi persyaratan
stabilitas, perbandingan D15/D85 (Bertram, 1940):
D15 lapisan 3 D15 lapisan 2 D15 lapisan 1
, ,  5
D85 lapisan 2 D85 lapisan 1 D85 lapisan tan ah dasar
D50 lapisan 3 D50 lapisan 2 D50 lapisan 1
, ,  5  60
D50 lapisan 2 D50 lapisan 1 D50 lapisan tan ah dasar

dengan:
 Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
 Butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 – 30
 Butir bergradasi baik 12 – 60
Kriteria Saringan (Filter)
4. Agar filter tidak tersumbat, maka D5 harus sama atau
lebih besar dari 0,75 mm untuk semua lapisan filter,
5. Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah
kondisi kering adalah:
 Pasir, kerikil halus : 0,05 – 0,10 m
 Kerikil : 0,10 – 0,20 m
 Batu : 1,5 – 2 kali diameter batu yang lebih
besar
6. Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka nilai-
nilai sebaiknya ditambah 1,5 sampai 2 kali.
Rip-rap Beton
 Apabila tidak tersedia batu yang cukup besar, maka
untuk alternatif pengaman gerusan dapat digunakan
rip-rap beton:
 bentuk persegi panjang ukuran (1 m x 1 m x 2 m)
 segi empat (ukuran 1 m x 1 m x 1 m)
 Rip-rap beton persegi panjang digunakan untuk
pengamanan bendung Walahar;
 Rip-rap beton persegi empat digunakan di kaki sayap
hilir bendung Rentang di Jawa Barat.
 Rip-rap beton juga digunakan untuk pengamanan
Bendung Manganti Banjar Jawa Barat.
Rip-rap Beton
Bronjong
 Bronjong adalah jala-jala kawat berbentuk bak yang
diisi batu dengan ukuran sesuai yang disyaratkan.
Bronjong dibuat di lapangan.
 Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan kawat-
kawat besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya.
 Bronjong yang biasa digunakan berukuran 2 m x 1 m
x 0,50 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini kemudian
diikat bersama-sama untuk membentuk satu
konstruksi yang homogen.
 Penempatan bronjong di atas tanah asli harus diberi
lapisan filter seperti pada rip-rap batu.
BRONJONG
22
23
24
Bronjong
Penggunaan bronjong sebagai pengaman gerusan di hilir
bendung, kurang tepat, karena:
 Bronjong yang bukan jenis Maccaferry sering berkarat, dan tidak
tahan terhadap gaya benturan batu/benda padat lain yang terbawa
aliran sungai,
 Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus, maka batu-batu itu
akan hanyut,
 Karena perbedaan kekasaran antara bronjong dan tanah dasar di
hilirnya, maka di hilir bronjong akan terjadi penggerusan setempat
yang membahayakan bangunan,
 Karena bronjong tidak mempunyai sifat menyebar dan tidak
fleksibel, bila terjadi penggerusan setempat di hilirnya, maka
bronjong itu akan ikut turun, dan jika kawatnya tak kuat akan putus
sehingga batu-batunya hanyut yang akhirnya bronjongpun rusak.
BRONJONG BATU
 Kotak persegi dari anyaman kawat (pola segi 6) →
diisi batu/karang - berukuran 7 – 25 cm
 Keuntungan:
 bentuk seragam (produksi pabrik) dan tahan lama,
 cukup lentur – dapat dipakai pada berbagai kondisi tanah,
 pemasangan relatif mudah – tidak perlu tenaga ahli
 lebih ekonomis.

 Kerugian :
 kawat berkarat – rusak – batu-batu terbawa arus,
 batu yang diisikan terlalu kecil.
SPESIFIKASI BRONJONG KAWAT
SNI 03-0090-1999

 Bentuk dan ukuran bronjong kawat adalah bentuk I,


ukuran anyamannya 80 mm x 100 mm atau 100 mm x
120 mm dengan ø kawat anyaman 2,70 mm atau 3,00
mm, kawat sisi ø 3,40 mm atau 4,00 mm, kawat pengikat
ø 2 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar, tinggi)
sebesar 5%.
 Bronjong kawat bentuk II, ukuran anyamannya 60 mm x
80 mm, diameter kawat anyaman 2 mm, kawat sisi ø 2,70
mm, kawat pengikat ø 2 mm. Untuk ukuran anyaman 80
cm x 100 cm, diameter kawat anyaman 2,7 mm, kawat sisi
ø 3,40 mm dan kawat ikat ø 2 mm. Toleransi ukuran kotak
(panjang, tinggi, lebar) sebesar 5%.
SPESIFIKASI BRONJONG KAWAT
SNI 03-0090-1999
Bronjong sebagai Pelindung Tebing

Bangunan Pelindung Tebing Langsung, misalnya konstruksi


bronjong, berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan aliran
sungai
Bronjong sebagai Pelindung Tebing

Bangunan Pelindung Tebing, misalnya konstruksi bronjong,


blok beton terkunci, dll berfungsi untuk melindungi tebing dari
gerusan aliran sungai
BALOK BETON BERKOTAK
 Penerapan sebagai ruang olakan ke dua bendung-
bendung lama (Barugbug & Tajum), dengan maksud:
 mengamankan bangunan dari gerusan lokal & degradasi
dasar sungai yang terjadi,
 mengurangi gaya tekan air ke atas (uplift pressure), agar
kerusakan bangunan lama (pecahnya lantai) dapat dicegah.
 Spesifikasi:
 bentuk dibuat berkotak-kotak,
 bersifat lulus air (permeable),
 terdiri dari balok-balok beton bersilang memanjang-
melintang,
 kotak-kotak diisi batu lepas Φ 20 cm
BALOK BETON BERKOTAK

Balai Bangunan Hidraulik dan


Geoteknik Keairan - Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumber Daya Air
Peredam Energi Bertangga
 Digunakan apabila:
 Gerusan setempat tepat di hilir bendung sudah terlalu
dalam, atau
 Umumnya untuk mengamankan bendung lama yang
mengalami masalah gerusan local dan degradasi dasar
sungai di hilirnya.
 Sudah diterapkan untuk pengamanan peredam energi:
Bendung Barugbug, Walahar di Jawa Barat dan Bendung
Tajum di Jawa Tengah.
Peredam Energi Bertangga
Bendung Walahar Jawa Barat

35
Bendung Tajum Ajibarang Jawa Tengah

36
Bendung Tajum Ajibarang Jawa Tengah

37
Peredam Energi Ganda
 Peredam energi tipe berganda:
 Struktur di bagian hilir tubuh bendung yang merupakan
kolam olak berganda, masing-masing kolam olak
dilengkapi dengan lantai datar dan ambang akhir
pembentuk olakan.
 Di bagian kiri kanannya dibatasi oleh tembok pangkal
tegak;
 Digunakan juga bila lantai hilir panjang dan perlu balok-
balok lantai dan sebagainya.
Peredam Energi Ganda
 Penerapan di Indonesia:
 Bendung Air Seluma di Bengkulu - ketinggian > 15 m
 Bendung Batang Gadis di Tapanuli,
 Bendung Batang Siat di Sumatera Barat
 Bendung dengan peredam energi berganda sangat
cocok dibangun di sudetan sungai dengan
ketinggian lebih dari 10 m, karena:
 Dapat mengurangi jumlah galian sudetan,
 Peredaman energi air yang besar sehingga tidak
menimbulkan penggerusan setempat yang dalam.
Peredam Energi Ganda

 Keuntungan:
 peredamanan energi lebih besar, karena terdiri dari dua
ruang olakan → penggerusan setempat lebih dangkal.
 lebih stabil, karena bentuk lebih besar,
 kerusakan lantai dan tubuh bendung dapat dihindari

 Contoh Pemakaian di Indonesia:


 Bendung Cipamingkis di Sungai Cipamingkis, Jawa Barat
PEREDAM ENERGI GANDA
Bendung Cipamingkis 2013

42
43
44
Bendung Cipamingkis, Runtuh Karena Degradasi Sungai Cipamingkis

45
Bendung Cipamingkis, Runtuh Karena Degradasi Sungai Cipamingkis

46
Pengendali Dasar Sungai
 Apabila pengamanan tidak dapat dibuat langsung di hilir
bendung yang ada, sedangkan degradasi dasar sungai yang
terjadi sudah membahayakan konstruksi, maka diperlukan
bangunan pengendali dasar sungai di hilir lokasi bangunan
yang akan diamankan (antara lain bendung, jembatan, sifon)
tersebut.
 Bangunan pengendali dasar sungai berfungsi untuk:
 Menaikkan/mengembalikan dasar sungai yang telah turun
akibat degradasi dasar sungai, sampai ke elevasi yang
diinginkan, atau
 Mendapatkan muka air hilir tertentu yang memadai dan
dibutuhkan untuk membentuk loncatan air pada peredam
energi bendung yang ada.
Pengendali Dasar Sungai
 Pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan
alternatif lokasi bangunan pengendali dasar sungai,
antara lain:
 Makin jauh lokasi bangunan, makin tinggi
ambang/pembendungan yang diperlukan,
 Ditinjau dari segi efek perubahan morfologi sungai
terhadap bangunan yang akan diamankan, maka makin
dekat lokasi yang dipilih makin menguntungkan,
 Ditinjau dari segi pelaksanaan (ruang yang tersedia),
maka makin ke hilir lokasi yang dipilih makin aman.
 Proses degradasi dasar sungai di hilir akan terkendali
oleh keberadaan ambang alam atau bendung lain.
Pertimbangan lokasi bangunan
Pengendali Dasar Sungai Bendung Cipamingkis

50
Pengendali Dasar Sungai Bendung Cipamingkis
2013

2018

51
52
BLOK BETON TERKUNCI SEBAGAI KOMPONEN
BANGUNAN PENGENDALI GERUSAN LOKAL DAN
DEGRADASI DASAR SUNGAI
Spesifikasi Blok Beton
Dimensi cr
No Blok Beton Berkaki
h (m) W (ton) dn (m) tunggal terkait (1-2) terkait (2-3) terkait 2 lapis Shield

1 Balok Kaki 8 1.80 2.62 1.28 1145.56 1829.56 3582.22 6144.98 1073.52

1.50 1.52 1.06 954.63 1524.63 2985.18 5120.82 890.40

1.25 0.88 0.89 795.52 1270.53 2487.65 4267.35 747.60

1.00 0.45 0.71 636.42 1016.42 1990.12 3413.88 596.40

0.75 0.19 0.53 477.31 762.32 1492.59 2560.41 445.20

2 Balok Kaki 6 1.50 2.28 1.22 1087.06 1805.98 2418.21 4330.73 1024.80

1.25 1.32 1.02 905.88 1254.15 1679.31 3007.45 856.80

1.00 0.86 0.88 724.71 1003.32 1343.45 2405.96 739.20

0.75 0.11 0.59 543.53 752.49 1007.59 1804.47 495.60

3 Kubus Kaki 6 1.50 2.1 1.19 1017.18 1711.38 - - 999.60

1.25 1.22 0.99 847.65 950.76 - - 831.60

1.00 0.62 0.79 678.12 713.07 - - 663.60

W = berat blok beton


dn = diameter nominal
h
Contoh penerapan blok beton terkunci
1
1:

1
1:

+1
0.0
0
1
Cerucuk / dolken kayu O 0.10 m 1:
l = 3m,dipasang tiap 1m
1 :1
Turap besi dipasang rapat
l = 12m

Turap besi dipasang


tiap 2m, l = 6m
A

0m
5.5
B

=
R

:1
5m
R=

1
0 0
.53 10
.0
13 +

0m
6
.45

5.0
:1
12

=1
+

1
R

:1
R = 10.00
+ 10.00
+ 10.00

1:1

1:1
Rib bertangga

DENAH Beton blok tekunci


B

11
o 30
SKALA 1 : 200

7
Tutup besi dipasang rapat

A
II IV

SUSUNAN BLOK BETON TERKUNCI

+10.00
+10.00

1
:1
III III
1
:1
:1
1

Rib bertangga

+7.00
Rib bertangga
+7.00
POTONGAN II - II +7.00
I I
Skala 1 : 50
+5.00
+5.00 +5.00
+4.00
+4.00 +4.00
Blok beton terkunci
Blok beton terkunci II IV
+2.00
+2.00 DENAH
Cerucuk/dolken kayu Ø 0.10 m POTONGAN III : III
Cerucuk/dolken kayu Ø 0.10 m
1 = 3 m dipasang tiap 1 m Skala 1 : 50
1 = 3 m dipasang tiap 1 m
Skala 1 : 50
Turap besi dipasang rapat
Turap besi dipasang tiap 2 m Turap besi dipasang rapat 1 = 12 m
1=6m 1 = 12 m

POTONGAN A - A
POTONGAN B - B
Skala 1 : 100
POTONGAN II - II Skala 1 : 100 POTONGAN I : I
Skala 1 : 50 Skala 1 : 50

Desain Pengendalian Alur Sungai

Anda mungkin juga menyukai