05 Perencanaan Bangunan Pengaman Gerusan Rev-1
05 Perencanaan Bangunan Pengaman Gerusan Rev-1
PENGAMAN GERUSAN
Gerusan lokal
Dimensi kurang tepat → perhatikan elevasi muka air hilir &
dasar sungai terdalam di hilir bendung
Kemungkinan degradasi dasar sungai
Alamiah & pengambilan material galian golongan C
Pelaksanaan konstruksi
Pengawasan
Mengapa perlu Bangunan Pengaman Gerusan ?
1. Kesalahan perencanaan:
Desain peredam energi tidak tepat
Perkiraan muka air hilir tidak benar (terlalu tinggi)
Degradasi dasar sungai tidak/belum diperhitungkan
2. Kesalahan pelaksanaan:
Struktur/Fundasi kurang dalam
Degradasi yang terjadi melebihi prediksi perencanaan
Bangunan Pengaman Gerusan
1. Rip-rap
2. Bronjong
3. Lempengan beton (concrete slab)
4. Balok beton (concrete beam)
5. Pelat pancang (sheet pile)
6. Pengendali dasar sungai
Rip-Rap Batu
Rip-rap (pasangan batu kosong): susunan bongkahan
batu alam dengan ukuran dan volume tertentu,
digunakan antara lain:
sebagai tambahan peredam energi di hilir bendung.
berfungsi sebagai lapisan perisai untuk mengurangi
kedalaman penggerusan setempat.
untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam energi
bendung.
Rip-Rap Batu
Lokasi Penempatan:
Sepanjang bagian hilir ambang akhir,
Sepanjang bagian kaki tembok sayap hilir.
Di dasar sungai di hilir bangunan peredam energi
bendung terjadi kecepatan aliran sungai yang besarnya
bervariasi.
Rip-rap yang terdiri dari susunan batu-batu lepas
tersebut yang terkena aliran deras akan menyebar,
masuk dan mengisi lubang penggerusan setempat
(armouring effect) → menjadi lapisan perisai atau
pelindung dasar sungai dari bahaya penggerusan.
Peredam Energi Bendung
Penempatan Rip Rap
8
Pemasangan Rip-Rap
Kriteria Perencanaan Rip-rap batu
Kualitas batu: harus tahan terhadap gilasan, hempasan,
perubahan cuaca, yaitu harus keras, padat, dan
mempunyai berat jenis = 2,4 t/m3,
Dimensi dan berat batu: harus memadai (diameter batu
berkisar 0,30 – 0,40 m),
Volume batu: harus cukup memadai untuk mengisi
lubang gerusan yang terjadi,
Lebar: 5 - 10 m untuk bagian hilir ambang akhir
3 - 5 m untuk bagian kaki tembok sayap hilir
Ketebalan/kedalaman konstruksi:
2,0 m untuk bagian hilir ambang akhir
1,5 m untuk bagian di kaki tembok sayap hilir,
Bentuk batu: diusahakan persegi.
Kriteria Pelaksanaan Rip-rap
Ukuran, volume dan penempatan batu harus sesuai
dengan yang disyaratkan dalam perencanaan,
Penempatan batu harus di atas saringan (filter)
Saringan (Filter) berfungsi mencegah hilangnya bahan
dasar halus melalui bangunan pengaman.
Filter harus ditempatkan antara rip-rap batu dan tanah
bawah atau antara pembuang dan tanah bawah.
filter kerikil-pasir yang bergradasi (graded filter),
lapisan filter sintetis (geotextile filter),
ijuk.
Panjang lindungan dari pasangan batu kosong diambil 4 kali
kedalaman lubang gerusan lokal, dihitung dengan rumus
empiris Lacey.
Rumus empiris Lacey untuk menghitung kedalaman lubang
gerusan:
Q1/3
R 0, 47
f
Dimana:
R : Kedalaman gerusan di bawah permukaan air banjir [m]
Q : debit [m3/s]
F : Faktor lumpur Lacey [1,76 Dm0,5]
Dm : Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek [mm]
dengan:
Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
Butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 – 30
Butir bergradasi baik 12 – 60
Kriteria Saringan (Filter)
4. Agar filter tidak tersumbat, maka D5 harus sama atau
lebih besar dari 0,75 mm untuk semua lapisan filter,
5. Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah
kondisi kering adalah:
Pasir, kerikil halus : 0,05 – 0,10 m
Kerikil : 0,10 – 0,20 m
Batu : 1,5 – 2 kali diameter batu yang lebih
besar
6. Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka nilai-
nilai sebaiknya ditambah 1,5 sampai 2 kali.
Rip-rap Beton
Apabila tidak tersedia batu yang cukup besar, maka
untuk alternatif pengaman gerusan dapat digunakan
rip-rap beton:
bentuk persegi panjang ukuran (1 m x 1 m x 2 m)
segi empat (ukuran 1 m x 1 m x 1 m)
Rip-rap beton persegi panjang digunakan untuk
pengamanan bendung Walahar;
Rip-rap beton persegi empat digunakan di kaki sayap
hilir bendung Rentang di Jawa Barat.
Rip-rap beton juga digunakan untuk pengamanan
Bendung Manganti Banjar Jawa Barat.
Rip-rap Beton
Bronjong
Bronjong adalah jala-jala kawat berbentuk bak yang
diisi batu dengan ukuran sesuai yang disyaratkan.
Bronjong dibuat di lapangan.
Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan kawat-
kawat besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya.
Bronjong yang biasa digunakan berukuran 2 m x 1 m
x 0,50 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini kemudian
diikat bersama-sama untuk membentuk satu
konstruksi yang homogen.
Penempatan bronjong di atas tanah asli harus diberi
lapisan filter seperti pada rip-rap batu.
BRONJONG
22
23
24
Bronjong
Penggunaan bronjong sebagai pengaman gerusan di hilir
bendung, kurang tepat, karena:
Bronjong yang bukan jenis Maccaferry sering berkarat, dan tidak
tahan terhadap gaya benturan batu/benda padat lain yang terbawa
aliran sungai,
Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus, maka batu-batu itu
akan hanyut,
Karena perbedaan kekasaran antara bronjong dan tanah dasar di
hilirnya, maka di hilir bronjong akan terjadi penggerusan setempat
yang membahayakan bangunan,
Karena bronjong tidak mempunyai sifat menyebar dan tidak
fleksibel, bila terjadi penggerusan setempat di hilirnya, maka
bronjong itu akan ikut turun, dan jika kawatnya tak kuat akan putus
sehingga batu-batunya hanyut yang akhirnya bronjongpun rusak.
BRONJONG BATU
Kotak persegi dari anyaman kawat (pola segi 6) →
diisi batu/karang - berukuran 7 – 25 cm
Keuntungan:
bentuk seragam (produksi pabrik) dan tahan lama,
cukup lentur – dapat dipakai pada berbagai kondisi tanah,
pemasangan relatif mudah – tidak perlu tenaga ahli
lebih ekonomis.
Kerugian :
kawat berkarat – rusak – batu-batu terbawa arus,
batu yang diisikan terlalu kecil.
SPESIFIKASI BRONJONG KAWAT
SNI 03-0090-1999
35
Bendung Tajum Ajibarang Jawa Tengah
36
Bendung Tajum Ajibarang Jawa Tengah
37
Peredam Energi Ganda
Peredam energi tipe berganda:
Struktur di bagian hilir tubuh bendung yang merupakan
kolam olak berganda, masing-masing kolam olak
dilengkapi dengan lantai datar dan ambang akhir
pembentuk olakan.
Di bagian kiri kanannya dibatasi oleh tembok pangkal
tegak;
Digunakan juga bila lantai hilir panjang dan perlu balok-
balok lantai dan sebagainya.
Peredam Energi Ganda
Penerapan di Indonesia:
Bendung Air Seluma di Bengkulu - ketinggian > 15 m
Bendung Batang Gadis di Tapanuli,
Bendung Batang Siat di Sumatera Barat
Bendung dengan peredam energi berganda sangat
cocok dibangun di sudetan sungai dengan
ketinggian lebih dari 10 m, karena:
Dapat mengurangi jumlah galian sudetan,
Peredaman energi air yang besar sehingga tidak
menimbulkan penggerusan setempat yang dalam.
Peredam Energi Ganda
Keuntungan:
peredamanan energi lebih besar, karena terdiri dari dua
ruang olakan → penggerusan setempat lebih dangkal.
lebih stabil, karena bentuk lebih besar,
kerusakan lantai dan tubuh bendung dapat dihindari
42
43
44
Bendung Cipamingkis, Runtuh Karena Degradasi Sungai Cipamingkis
45
Bendung Cipamingkis, Runtuh Karena Degradasi Sungai Cipamingkis
46
Pengendali Dasar Sungai
Apabila pengamanan tidak dapat dibuat langsung di hilir
bendung yang ada, sedangkan degradasi dasar sungai yang
terjadi sudah membahayakan konstruksi, maka diperlukan
bangunan pengendali dasar sungai di hilir lokasi bangunan
yang akan diamankan (antara lain bendung, jembatan, sifon)
tersebut.
Bangunan pengendali dasar sungai berfungsi untuk:
Menaikkan/mengembalikan dasar sungai yang telah turun
akibat degradasi dasar sungai, sampai ke elevasi yang
diinginkan, atau
Mendapatkan muka air hilir tertentu yang memadai dan
dibutuhkan untuk membentuk loncatan air pada peredam
energi bendung yang ada.
Pengendali Dasar Sungai
Pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan
alternatif lokasi bangunan pengendali dasar sungai,
antara lain:
Makin jauh lokasi bangunan, makin tinggi
ambang/pembendungan yang diperlukan,
Ditinjau dari segi efek perubahan morfologi sungai
terhadap bangunan yang akan diamankan, maka makin
dekat lokasi yang dipilih makin menguntungkan,
Ditinjau dari segi pelaksanaan (ruang yang tersedia),
maka makin ke hilir lokasi yang dipilih makin aman.
Proses degradasi dasar sungai di hilir akan terkendali
oleh keberadaan ambang alam atau bendung lain.
Pertimbangan lokasi bangunan
Pengendali Dasar Sungai Bendung Cipamingkis
50
Pengendali Dasar Sungai Bendung Cipamingkis
2013
2018
51
52
BLOK BETON TERKUNCI SEBAGAI KOMPONEN
BANGUNAN PENGENDALI GERUSAN LOKAL DAN
DEGRADASI DASAR SUNGAI
Spesifikasi Blok Beton
Dimensi cr
No Blok Beton Berkaki
h (m) W (ton) dn (m) tunggal terkait (1-2) terkait (2-3) terkait 2 lapis Shield
1 Balok Kaki 8 1.80 2.62 1.28 1145.56 1829.56 3582.22 6144.98 1073.52
2 Balok Kaki 6 1.50 2.28 1.22 1087.06 1805.98 2418.21 4330.73 1024.80
1
1:
+1
0.0
0
1
Cerucuk / dolken kayu O 0.10 m 1:
l = 3m,dipasang tiap 1m
1 :1
Turap besi dipasang rapat
l = 12m
0m
5.5
B
=
R
:1
5m
R=
1
0 0
.53 10
.0
13 +
0m
6
.45
5.0
:1
12
=1
+
1
R
:1
R = 10.00
+ 10.00
+ 10.00
1:1
1:1
Rib bertangga
11
o 30
SKALA 1 : 200
7
Tutup besi dipasang rapat
A
II IV
+10.00
+10.00
1
:1
III III
1
:1
:1
1
Rib bertangga
+7.00
Rib bertangga
+7.00
POTONGAN II - II +7.00
I I
Skala 1 : 50
+5.00
+5.00 +5.00
+4.00
+4.00 +4.00
Blok beton terkunci
Blok beton terkunci II IV
+2.00
+2.00 DENAH
Cerucuk/dolken kayu Ø 0.10 m POTONGAN III : III
Cerucuk/dolken kayu Ø 0.10 m
1 = 3 m dipasang tiap 1 m Skala 1 : 50
1 = 3 m dipasang tiap 1 m
Skala 1 : 50
Turap besi dipasang rapat
Turap besi dipasang tiap 2 m Turap besi dipasang rapat 1 = 12 m
1=6m 1 = 12 m
POTONGAN A - A
POTONGAN B - B
Skala 1 : 100
POTONGAN II - II Skala 1 : 100 POTONGAN I : I
Skala 1 : 50 Skala 1 : 50