Bab II
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dicranopteris linearis
2. Lygodium fiexuosiim
3. Nephrolepis biserrata
4. Phymatosorus scolopenderia
1. Akar (Radix)
Sistem akar pada Pinus merkusii adalah bersistem akar tunggang (Radix
Primaria), kuat, bercabang dan Biasanya berwarna coklat. Akar tunggang
memiiiki ciri khas yaitu pada akar lembaga tumbuh terus menjadi akar
pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil,
sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang, dan
juga daerah perakaran menjadi luas hingga dapat menyerap air dan zat-zat
makanan yang lebih banyak.
2. Batang (Caulis)
Batang kayu pinus memiliki ciri warna teras yang sukar dibedakan dengan
gubalnya, kecuali pada pohon berumur tua, terasnya berwarna kuning
kemerahan, sedangkan gubalnya berwarna putih kreni. Pinus merupakan
pohon yang tidak berpori namun mempunyai saluran damar aksial yang
menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Permukaan
radial dan tangensial pinus mempunyai corak yang disebabkan karena
perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya, sehingga terkesan ada
pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus agak jelas terutama pada
pohonpohon yang berumur tua, pada penampang lintang kelihatan seperti
lingkaran-lingkaran memusat.
3. Tangkai (Petiolus)
Bentuk penampang melintang dari tangkai Pinus merkusii adalah bulat.
4. Daun (Folium)
Daun Pinus merkusii mempunyai daun dengan sebagai berikut:
a. Warna Daun
Warna daun Pinus merkusii bervariasi, ketika masih muda maka
berwarna hijau muda, namun ketika sudah tua akan berwarna hijau tua.
b. Circumscriptio
Daun Pinus merkusii berbentuk bangun acerocus (jarum), yaitu berupa
bangun paku, lebih kecil dan meruncing panjang. Daunnya tidak ada
bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebar.
5. Bunga (Floos)
Pohon pinus termasuk dalam tipe pohon berumah satu dengan bunga
berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga
jantan berbentuk strobili dengan panjang 2-4 cm terletak terutama di
bagian bawah tajuk, sedangkan strobili betina banyak terdapat di sepertiga
bagian atas tajuk terutama di ujung dahan. Strobili jantan dan betina dapat
ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di Indonesia Maret dan
berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi buah
selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli,
bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai
menghasilkan benih setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.
6. Buah (Fructus)
Pinus merkusii memiliki buah berbentuk kerucut, silindris dengan panjang
5-10 cm dan lebar 2-4 cm. Lebar setelall terbuka lebih dari 10 cm
berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2-4 cm. Lebar setelah
terbuka lebih dari 10 cm.
7. Biji (Semen)
Bijinya berbentuk pipih dan bulat telur dilengkapi dengan sayap,
dihasilkan pada setiap dasar bunga atau sisik buah, setiap sisik
menghasilkan dua biji, biji biasanya berwarna putih kekuningan.
Benih : bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik
menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22 - 30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap
melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan dengan jaringan
higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat disebar angin
selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat
umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per
kg. Penyerbukan dan penyebaran biji dengan bantuan angin.
Serbuk sari dengan dua gelembung udara.
2.4.3. Kadar Senyawa Pada Pinus
Senyawa alelopati pada pinus merkusii antara lain penine dan tanin.
Senyawa pinene dapat berpengaruh pada sistem metabolisme tumbuhan
yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Mekanisme senyawa
pinene berlangsung pada organel yang disebut sitokrom yaitu sitokrom P
450 dan bekerjasama dengan sitokrom b5 yang terletak berdekatan dengan
sitokrom P 450. Sitokrom ini terletak pada perbatasan permukaan luminal
dinding sel dengan permukaan sitoplasma. Senyawa pinene yang masuk ke
dalam sel akan segera dioksidasi dan akan mempengaruhi metabolisme sel
(Marisa, 1990).
Selain senyawa pinene, senyawa toksik yang terdapat pada pinus adalah
tanin yang termasuk kelompok senyawa fenolik. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa tanin dapat menghambat pertumbuhan hipokotil,
menghilangkan kontrol respirasi pada mitokondria serta mengganggu
transpor ion Ca+2 dan PO4 3-. Selain itu senyawa tanin juga dapat
menonaktifkan enzim amilase, proteinase, lipase, urease, dan dapat
menghambat aktivitas honnon giberelin (Marisa, 1990).
2. Batang
Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan batang
alang-alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat duduknya daun.
Arab tumbuhnya batang alang-alang ini ke atas. Batang menjulang
berbunga naik keatas tanah.
3. Daun
Daun alang-alang berbentuk garis lanset dengan pangkal menjepit dan
berbentuk talang. Panjangnya sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga sangat
kasar, pada pangkal berambut panjang, dengnan tulang daun tengah yang
lebar dan pucat. Alang-alang juga memiliki malai yang panjangnya
10-20 cm.
4. Bunga
Bunga alang-alang ini memiliki benag sari yang kerap kali dengan 2 kepala
sari putih atau ungu. Tangkai putik 2 dengan kepala putik yang panjang
berwarna ungu dan muncul dari anak bulir yang panjangnya 4 mm, putih
ataupim keunguan.
5. Buah
Buah alang-alang ini tidak begitu terlihat tetapi ketika masak buah
alangalang berfungsi sebagai alat untuk melayang. Berbentuk bulat
panjang dengan ujung buah yang ranting. Buahnya di tutupi oleh daun
pelindung dan apabila sudah masak buahnya akan rontok.