Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) bukanlah tanaman asli di Indonesia
dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1911. Istilah kelapa sawit
mungkin dimaksud sebagai istilah umum untuk jenis palm. Kebun industri
kelapa sawit pertama dibuka pada tahun 1.911 di Tanah Itam Ulu oleh
maskapai Oliepalmen Cuultur dan di Pulau Raja oleh maskapai Huillerisde
Sumatera-RCMA, kemudian oleh Seumadam Cuultur Mij, Sungai Liput
Cuultur Mij, Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij,
Medang Ara Cuultur Mij, Deli Muda oleh Huileries de Deli dan lain-lain
(Lubis, 2008).

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller,


seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa
sawit di Afrika. Budidaya yang di lakukannya di ikuti oleh K. Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

2.1.1. Sistematika Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Dalam kerajaan tanaman, kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
2.2. Pengertian Gulma
Gulma atau tumbuhan pengganggu dalam bahasa Indonesia yang
mempunyai arti negatif, dalam bahasa lainnya juga disebut dengan istilah
yang hamper sama yaitu unkraut (Jennan), onkruid (Belanda), mauvaise
berbe (Francis), mala berba (Spanyol), malerbe (Italia), dan zasso (Jepang)
(Sastroutomo,1990).

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan,


gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas, gulma merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh
pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin
nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Berikut adalah beberapa defenisi
tentang gulma, yaitu:

1. Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.


2. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya. Sebagai contoh,
selain tanaman padi disawah yang memang sengaja ditanam, tumbuhan
lainnya dianggap gulma.
3. Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung.
5. Tumbuhan yang hidup ditempat yang tidak diinginkan.

Gulma perenial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya


penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada
bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam
bersaingan dengan tanaman budidaya. Disamping itu, gulma juga dapat
membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan
gulma cepat berkembang biak. Gulma juga ada yang memberikan ban serta
rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat di sekitar tempat
tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa allelopati).
2.3. Jenis-jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit
2.3.1. Gulma Berdaun Sempit
Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut : daun
menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau
menjalar dan memiliki pelepah/helaian daun. Contoh-contoh gulma
berdaun sempit adalah sebagai berikut:
1. Axonopus compressus
2. Brachcharia mutica
3. Centorheca lappacea
4. Digitaria sitigera
5. Eragrostis tend la
6. Ischaemum indicium
7. Ottochloa nodosa
8. Sporolobus diander
9. Sporolobus indicus
10. Brachcharia miliformis
11. Brachcharia paspaloides (Barus, 2003)

2.3.2. Gulma Teki-tekian (sedges)


Menurut Barus (2003) Gulma jenis teki-tekian mirip gulma berdaun
sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga. Beberapa contoh jenis
gulma teki-tekian sebagai berikut:
1. Cyperus aromaticus
2. Cyperus digitatus
3. Cyperus rotundas

2.3.3. Gulma Pakis - pakisan


Gulma jenis pakis - pakisan (Ferns) pada umumnya berkembang biak
dengan spora dan berbatang atau menjalar. Contoh gulma jenis pakis
pakisan adalah sebagai berikut:

1. Dicranopteris linearis
2. Lygodium fiexuosiim
3. Nephrolepis biserrata
4. Phymatosorus scolopenderia

2.3.4. Gulma Berdaun Lebar (Broad Leaves)


Pada umumnya, gulma berdaun lebar merapakan tumbuhan berkeping dua,
meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar mempunyai
ciri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar.
Contoh-contoh gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut:
1. Arschynomene americana
2. Boreria leavicaulis
3. Euphorbia hirta (Barus, 2003)

2.4. Pinus (Pinus spp.)


Pinus merkusi merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di
Indonesia, pinus termasuk dalam jenis pohon serba guna yang
terusmenerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa
mendatang untuk menghasilkan kayu, produksi getah dan konservasi
lahan. Pinus juga sering disebut tusam mempakan salah satu jenis pohon
industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan mempakan salah satu
proritas jenis terutama diluar pulau Jawa (Lutfy, 2015)

Perakaran pada tanaman pinus adalah akar tunggang. Struktur


perakarannya kuat mecengkram tanah, bercabang-cabang dan umumnya
berwarna cokelat. Pohon pinus mempunyai batang yang di bagian
bawahnya lebih besar dan semakin ke atas semakin mengecil, sehingga
jika dilihat dari kejauhan membentuk seperti kerucut. Bentuk batangnya
membulat, tajuk pohon muda berbentuk menyerupai piramid. Setelah tua
menjadi lebih menyebar dan rata. (Sallata Kudeng, 2011).
2.4.1. Klasifikasi Pinus (Pinus spp.)
Dalam kerajaan tanaman, pinus diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinaless
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusi Jungh & De Vr
2.4.2. Morfologi Pinus
Pinus merkusii mempunyai tujuh bagian tanaman yang memiliki bentuk
dan fungsinya masing-masing. Dibawah ini akan dibahas satu persatu
bagiannya secara morfologi, sebagai berikut:

1. Akar (Radix)
Sistem akar pada Pinus merkusii adalah bersistem akar tunggang (Radix
Primaria), kuat, bercabang dan Biasanya berwarna coklat. Akar tunggang
memiiiki ciri khas yaitu pada akar lembaga tumbuh terus menjadi akar
pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil,
sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang, dan
juga daerah perakaran menjadi luas hingga dapat menyerap air dan zat-zat
makanan yang lebih banyak.

2. Batang (Caulis)
Batang kayu pinus memiliki ciri warna teras yang sukar dibedakan dengan
gubalnya, kecuali pada pohon berumur tua, terasnya berwarna kuning
kemerahan, sedangkan gubalnya berwarna putih kreni. Pinus merupakan
pohon yang tidak berpori namun mempunyai saluran damar aksial yang
menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Permukaan
radial dan tangensial pinus mempunyai corak yang disebabkan karena
perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya, sehingga terkesan ada
pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus agak jelas terutama pada
pohonpohon yang berumur tua, pada penampang lintang kelihatan seperti
lingkaran-lingkaran memusat.

Pohon Pinus merkusii mempunyai batang yang dibagian bawahnya lebih


besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang
sebagai suatu kerucut atau limas yang memanjang.

3. Tangkai (Petiolus)
Bentuk penampang melintang dari tangkai Pinus merkusii adalah bulat.

4. Daun (Folium)
Daun Pinus merkusii mempunyai daun dengan sebagai berikut:

a. Warna Daun
Warna daun Pinus merkusii bervariasi, ketika masih muda maka
berwarna hijau muda, namun ketika sudah tua akan berwarna hijau tua.

b. Circumscriptio
Daun Pinus merkusii berbentuk bangun acerocus (jarum), yaitu berupa
bangun paku, lebih kecil dan meruncing panjang. Daunnya tidak ada
bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebar.

5. Bunga (Floos)
Pohon pinus termasuk dalam tipe pohon berumah satu dengan bunga
berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga
jantan berbentuk strobili dengan panjang 2-4 cm terletak terutama di
bagian bawah tajuk, sedangkan strobili betina banyak terdapat di sepertiga
bagian atas tajuk terutama di ujung dahan. Strobili jantan dan betina dapat
ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di Indonesia Maret dan
berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi buah
selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli,
bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai
menghasilkan benih setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.

Pinus merkusii merupakan tumbuhan berumah satu (monoecus


unisexsualis), bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam
satu tunas. Bunga Pinus merkusii terbagi menjadi strobilus jantan dan
betina, Strobilus jantan berbentuk silindris dengan panjang 2-4 cm,
terutama di bagian bawah tajuk. Sedangkan strobilus betina berbentuk
keracut, ujungnya runcing, bersisik dan biasanya berwarna coklat, pada
tiap bakal biji terdapat sayap. Bunga muda berwarna kuning sedangkan
bunga tua berwarna coklat. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga
bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.

6. Buah (Fructus)
Pinus merkusii memiliki buah berbentuk kerucut, silindris dengan panjang
5-10 cm dan lebar 2-4 cm. Lebar setelall terbuka lebih dari 10 cm
berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2-4 cm. Lebar setelah
terbuka lebih dari 10 cm.

7. Biji (Semen)
Bijinya berbentuk pipih dan bulat telur dilengkapi dengan sayap,
dihasilkan pada setiap dasar bunga atau sisik buah, setiap sisik
menghasilkan dua biji, biji biasanya berwarna putih kekuningan.

Benih : bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik
menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22 - 30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap
melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan dengan jaringan
higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat disebar angin
selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat
umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per
kg. Penyerbukan dan penyebaran biji dengan bantuan angin.
Serbuk sari dengan dua gelembung udara.
2.4.3. Kadar Senyawa Pada Pinus
Senyawa alelopati pada pinus merkusii antara lain penine dan tanin.
Senyawa pinene dapat berpengaruh pada sistem metabolisme tumbuhan
yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Mekanisme senyawa
pinene berlangsung pada organel yang disebut sitokrom yaitu sitokrom P
450 dan bekerjasama dengan sitokrom b5 yang terletak berdekatan dengan
sitokrom P 450. Sitokrom ini terletak pada perbatasan permukaan luminal
dinding sel dengan permukaan sitoplasma. Senyawa pinene yang masuk ke
dalam sel akan segera dioksidasi dan akan mempengaruhi metabolisme sel
(Marisa, 1990).

Selain senyawa pinene, senyawa toksik yang terdapat pada pinus adalah
tanin yang termasuk kelompok senyawa fenolik. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa tanin dapat menghambat pertumbuhan hipokotil,
menghilangkan kontrol respirasi pada mitokondria serta mengganggu
transpor ion Ca+2 dan PO4 3-. Selain itu senyawa tanin juga dapat
menonaktifkan enzim amilase, proteinase, lipase, urease, dan dapat
menghambat aktivitas honnon giberelin (Marisa, 1990).

2.5. Akar Lalang (Imperata cylindrica)


Akar lalang mengeluarkan zat allelopati yang menjadi racun bagi tanaman.
Akar lalang merupakan gulma pesaing utama, menekankan pertumbuhan
dan dapat menurunkan tanda produksi kelapa sawit sampai 20%. Gulma ini
hidup berumpun yang padat populasi (450 batang/m) sehingga
menciptakan sheet. Dapat tumbuh pada setiap jenis tanah, berkembang
biak dengan biji yang dengan mudah diterbangkan angin rimpang atau
rhizome yang sangat mudah berkembang. (Lubis, 2008).

Dalam waktu 75 hari, akar ilalang dapat menghasilkan rhizome seberat


3.000 gram kering, dapat tumbuh pada 0-2.700 m diatas permukaan laut.
Pemberantasan dilapangan dapat dilakukan dengan khemis menggunakan
Dalapon, Glyphosate, Dalapon + Asulam dan Glyphosinate Amonium.
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan pembajakan dan
penggarukan seperti telah dikemukakan terlebih dahulu (Hasril, 1990).

2.5.1. Botani dan Morfologi Lalang (Imperata cylindrica)


Dalam kerajaan tanaman lalang diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermataphyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Drdo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
2.5.2. Morfologi Lalang (Imperata cylindrica)
1. Akar
Akarnya memiliki tunas yang merayap di dalam tanah, panjang dan
bersisik. Biasanya sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki
rambut akar yang lebat dan ujungnya meruncing. Pada setiap ujungnya
terdapat kaliptra yang berfungsi untuk menembus tanah dan melakukan
banyak percabangan.

2. Batang
Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan batang
alang-alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat duduknya daun.
Arab tumbuhnya batang alang-alang ini ke atas. Batang menjulang
berbunga naik keatas tanah.

3. Daun
Daun alang-alang berbentuk garis lanset dengan pangkal menjepit dan
berbentuk talang. Panjangnya sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga sangat
kasar, pada pangkal berambut panjang, dengnan tulang daun tengah yang
lebar dan pucat. Alang-alang juga memiliki malai yang panjangnya
10-20 cm.
4. Bunga
Bunga alang-alang ini memiliki benag sari yang kerap kali dengan 2 kepala
sari putih atau ungu. Tangkai putik 2 dengan kepala putik yang panjang
berwarna ungu dan muncul dari anak bulir yang panjangnya 4 mm, putih
ataupim keunguan.

5. Buah
Buah alang-alang ini tidak begitu terlihat tetapi ketika masak buah
alangalang berfungsi sebagai alat untuk melayang. Berbentuk bulat
panjang dengan ujung buah yang ranting. Buahnya di tutupi oleh daun
pelindung dan apabila sudah masak buahnya akan rontok.

2.5.3. Pertumbuhan Lalang (Imperata cylindrica)


Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan tumbuhan yang dikenal
sebagai gulma, tumbuh merumput dengan tunas yang merayap di dalam
tanah. Tingginya bisa mencapai 30 - 180 cm, mudah berkembang biak,
mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar (Hembing, 2008).
Alangalang ditempatkan dalam anak suku Panicoideae.

Alang-alang sering ditemukan pada tempat-tempat yang menerima curah


hujan lebih dari 1000 mm, atau pada kisaran sebesar 500-5000 mm. Di
beberapa negara, spesies ini tumbuh pada ketinggian dari batas permukaan
air laut hingga 2000 m, dan tercatat tumbuh pada ketinggian hingga 2700
m dpi di Indonesia. Rumput ini dijumpai pada kisaran habitat yang luas
mencakup perbukitan pasir kering di lepas pantai dan gurun, juga rawa dan
tepi sungai di lembah. Tumbuhan ini tumbuh di padang-padang rumput,
daerah-daerah pertanian, dan perkebunan. Selain itu juga pada kawasan-
kawasan hutan gundul (Forage, 2012).

2.5.4. Senyawa Akar Lalang (Imperata cylindrica)


Metabolit yang telah ditemukan pada akar alang-alang terdiri dari
arundoin, fernenol, isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol,
stigmasterol, 6-sitosterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida,
katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam p-kumarat, asam
neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam sitrat,
potassium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium dan
5-hidroksitriptamin (Damayanti, 2008).

Damayanti (2008), menambahkan bahwa pada fraksi ekstrak yang larut


dalam air akar alang-alang ditemukan golongan senyawa flavon tanpa
gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-OH, flavanon, atau
isoflavon. Jayalakshmi, et al (2011), menyebutkan bahwa akar alang-alang
mengandung senyawa yang dapat berfungsi sebagai antimikroba yaitu
golongan triterpenoid diantaranya cylindrin, arundoin, ferneon,
isoarborinol dan siniiarenol.

Menurut penelitian Ayeni dan Yahaya (2010), menunjukkan bahwa ekstrak


daim alang-alang mengandung tanin, saponin, flavonoid, terpenoid,
alkaloid, fenol dan cardiac glycosides. Kandungan senyawa fitokimia
tersebut dalam farmasi dapat digunakan sebagai obat untuk diare, sakit
kepala, penyakit kulit, saluran usus. Selain itu, juga dapat digunakan
sebagai pestisida, insektisida dan herbisida dalam pertanian.

Anda mungkin juga menyukai