Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PRAKTIKUM 2

METODOLOGI PENELITIAN

DISUSUN OLEH

NAMA : RAHADIN NUR ANBIYA IRAWAN

NIM : 1810913210005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 2

Topik :Identifikasi kerangka teoritis, variabel penelitian,


membuat definisi operasional, dan penyusunan
hipotesis
Nama mahasiswa : Rahadin Nur Anbiya Irawan
NIM : 1810913210005
Nama asisten praktikum : Yuhyen
Hari, tanggal : Selasa, 09 Maret 2021
Tugas 1
Sumber artikel yang digunakan (tuliskan seperti menulis referensi dalam
daftar pustaka):
Noor, Sirajudin., dkk. 2016. The Relationship Between Caring, Comfort, And Patient
Satisfaction In The Emergency Room, Ratu Zalecha Hospital, South Kalimantan, Indonesia.
Belitung Nursing Journal. 2(6):156-163

Kerangka teoritis Caring adalah hubungan interpersonal antara perawat dan klien
(dinarasikan dan yang menunjukkan perawat peduli melalui perhatian, intervensi
gambarkan dalam untuk menjaga kesehatan klien dan energi positif untuk klein, dan
bentuk skema) Caring juga merupakan kegiatan langsung untuk memberikan
bantuan, dukungan, atau perilaku kepada individu atau kelompok
melalui antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan derajat kesehatan
manusia Proses Caring manusia meliputi pengetahuan tentang
tingkah laku manusia, kesatuan pikiran, jiwa dan raga, kekuatan dan
kelemahan seseorang, respon dan pengetahuan tentang bagaimana
memberikan kenyamanan, serta memiliki rasa kasih sayang dan
empati. caring dilandasi oleh 10 faktor karatif yaitu :
1. Sistem nilai humanistik dan altruistik
2. Kepercayaan dan harapan
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain
4. Pertolongan dan hubungan saling percaya
5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan
negative
6. Menggunakan metode pemecahan masalah secara sistematis
untuk pengambilan keputusan menjadi menggunakan proses
caring pemecahan masalah secara kreatif dan sistematis
7. Membantu kebutuhan dasar manusia
8. Meningkatkan mengajar-belajar interpersonal
9. Menciptakan lingkungan kesembuhan
10. Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologis menjadi
mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologis-spritual
Salah satu bagian penting dari caring adalah prinsip humanistik.
Prinsip humanistik yang perlu ditegakkan perawat yaitu
menghormati dan menghargai pasien, hadir secara fisik, membangun
hubungan positif dengan pasien, memiliki pengetahuan dan
keterampilan profesional untuk membantu pasien, serta
berpengalaman dalam menangani pasien. Hal tersebut memiliki
dampak positif pada pasien yaitu kenyamanan. Kenyamanan
merupakan salah satu intervensi yang harus dipenuhi perawat agar
terpenuhi kepuasan pada pasien dalam pelayanan kesehatan.
Kenyamanan pasien diwujudkan melalui 3 komponen yaitu, relief
yang artinya keringanan, ease yang artinya ketenangan, dan
transcedence yang dapat terpenuhi dalam empat konteks
pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan.
Kenyamanan merupakan salah satu komponen dari dimensi
yang diberikan oleh perawat untuk membuat pasien dan keluarganya
betah. Karakteristik teori kenyamanan ini lebih dipandang secara
universal. Orang yang dirawat di rumah sakit dengan
ketidaknyamanan harus mendapatkan perawatan kenyamanan dari
perawat. Dalam peningkatan kenyamanan yang dirasakan pasien
dari petugas kesehatan tidak hanya membuat mereka berperilaku
mencari pelayanan kesehatan, tetapi juga mempengaruhi keutuhan
institusi (pelayanan kesehatan) yang memberikan pelayanan.
Terdapat tiga jenis kenyamanan, yaitu relief, kemudahan, dan
pembaharuan. Relief didefinisikan sebagai situasi di mana
ketidaknyamanan berkurang; Latar belakang teori ini bersama
dengan teori Orlando adalah filosofi keperawatan berdasarkan
kebutuhan. Kemudahan dapat didefinisikan sebagai hilangnya
ketidaknyamanan tertentu; teoretis Latar Belakang diperkaya dengan
tulisan Henderson tentang kebutuhan dasar manusia. Untuk berada
pada level kemudahan, pasien atau keluarga tidak harus mengalami
ketidaknyamanan khusus. Kemudian pembaruan didefinisikan
sebagai situasi di mana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan
ketika ketidaknyamanan tidak dapat dihindari. Pada akhir masa
pembaruan diubah menjadi transendensi. Transendensi dianggap
menguatkan dan mengingatkan perawat untuk tidak putus asa dalam
membantu pasien dan keluarganya untuk merasa nyaman. Intervensi
transendensi yang bertujuan memperbaiki lingkungan,
meningkatkan dukungan atau jaminan sosial. Selain itu, intervensi
untuk meningkatkan transendensi dapat lebih efektif jika berasal dari
orang tua atau keluarga, meskipun perawat dapat memberikan
dukungan atau motivasi kepada orang tua dan keluarga.
Kepuasan pasien adalah derajat perbandingan komponen antara
ekspektasi pasien mengenai layanan ideal dan persepsi layanan yang
telah mereka peroleh. Sehingga pasien dapat menentukan tingkat
kepuasannya asuhan keperawatan setelah mereka mendapatkan yang
ideal. Namun, jika pasien mendapatkan perawatan yang tepat tidak
akan ada ketidakpuasan pasien. Sehingga kepuasan pasien sebagai
suara pasien akan diperhatikan dan direspon oleh semua kesehatan
profesional. Komponen dari kepuasan termasuk kualitas teknis
perawatan, lingkungan fisik, itu ketersediaan dan kesinambungan
layanan dan keberhasilan layanan. Kepedulian dan kenyamanan
dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Service Quality
(SERVQUAL) dikembangkan oleh Parasuraman, zelthaml dan
Berry untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan dengan
menggunakan lima dimensi. model termasuk tangibles (fasilitas
fisik, peralatan, penampilan karyawan), kehandalan (kehandalan
berkenaan dengan waktu dan ketepatan layanan), responsivitas
(kesediaan untuk membantu pasien, dorongan untuk memberikan
layanan), jaminan (tata krama, inspirasi kepercayaan, dan
kepercayaan diri), dan empati (pengembangan orang untuk
kesejahteraan atau kesejahteraan pasien).
(Kerangka teoritis terlampir)
Variabel penelitian Variabel independen: Caring dan kenyamanan.

Variabel dependen: Kepuasan pasien.

Definisi operasional Terlampir

Hipotesis penelitian H0 : Tidak terdapat hubungan antara Caring,


Kenyamanan, Dan Kepuasan Pasien Di Ruang
Darurat Rumah Sakit Ratu Zalecha Kalimantan
Selatan, Indonesia

HA : Terdapat hubungan antara Caring, Kenyamanan,


Dan Kepuasan Pasien Di Ruang Darurat Rumah Sakit
Ratu Zalecha Kalimantan Selatan, Indonesia
Lampiran
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur
Operasional
caring Caring adalah kusioner Ordinal  Peduli
hubungan  Tidak peduli
interpersonal
antara perawat
dan klien, yang
menunjukkan
perawat peduli.
kenyamanan Untuk membuat kusioner Ordinal  Kenyamanan
pasien dan  Tidak nyaman
keluarga merasa
seperti rumah
adalah salah satu
dimensi
kenyamanan
yang diberikan
oleh perawat
Kepuasan Kepuasan pasien kusioner Ordinal  Memuaskan
adalah derajatnya  Tidak memuaskan
antara harapan
pasien tentang
layanan ideal dan
persepsi layanan
yang mereka
dapatkan

Kerangka Teoritis
Tugas 2
Identifikasi dan buat kerangka teori, variabel penelitian, definisi
operasional, dan hopotesis penelitian (jika ada hipotesisnya) sesuai topik
yang diminati oleh mahasiswa dalam pembuatan penelitian.

Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap manajemen keselamatan pasien dalam
pemberian obat.

Sumber artikel yang digunakan:


1) Marriana,S. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Manajemen
Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Kewaspadaan Tinggi Di Rumah Sakit
Menteng Mitra Afia, Jakarta. Jurnal Online Keperawatan Indonesia 2(1).
2) Prahsetiawan, dkk. 2016. Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Oleh
Perawat Di Rsjd Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK)

Kerangka teori 1. Pemberian Obat

(dibuat dalam bentuk Pemberian obat merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
narasi dan dalam bertujuan agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan,
bentuk gambar) dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan harga yang terjangkau
untuk mendukung pelayanan. yang bermutu serta memenuhi
kebutuhan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas keselamatan
pasien. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.
Pengobatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pemberian obat
yang aman merupakan perhatian utama ketika memberikan obat
kepada pasien. Kesalahan medikasi adalah setiap kejadian yang
dapat dicegah, yang mengakibatkan penggunaan obat obatan yang
tidak seharusnya diberikan atau yang dapat menimbulkan cedera
kepada pasien saat berada dalam kontrol tenaga kesehatan.

1.1. 12 Benar Obat


Dalam pelaksanaan konsep patient safety, dapat dilihat bahwa
pentingnya melakukan pengecekan ulang sebelum memberikan obat
kepada pasien. Prinsip 12 benar obat ini merupakan salah satu poin
penting sasaran keselamatan pasien di rumah sakit. Apabila terjadi
kesalahan pemberian obat, dapat dipastikan bahwa perawat tidak
melakukan pengecekan prinsip 12 benar obat sesuai prosedur,hal ini
sangat fatal dan merugikan bagi pasien bahkan dapat menyebabkan
komplikasi atau kematian. Selain itu, perawat juga akan terkena
tuduhan malpraktik dan terancam terkena hukuman penjara yang
akan merusak karir dan reputasi perawat.
Keselamatan pasien (Patient Safety) telah menjadi isu global
termasuk juga untuk rumah sakit. Salah satu sasaran keselamatan
pasien dalam penerapannya ialah prinsip pemberian 12 benar obat.
Adapun 12 benar obat ialah :
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu
6. Benar dokumentasi
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
8. Hak klien untuk menolak
9. Benar pengkajian
10. Benar evaluasi
11. Benar reaksi terhadap makanan
12. Benar reaksi terhadap obat lain

1.2. Medication Error


Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada
pasien rawat inap. Secara umum Medication error didefinisikan
sebagai peresepan, pemberian dan administrasi obat yang salah,
yang menyebabkan konsekuensi tertentu. Medication error adalah
suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam
pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah. Medication error dapat
menyebabkan efek samping yang membahayakan yang potensial
memicu resiko fatal dari penyakit. Suatu sistem praktik pengobatan
yang aman perlu dikembangkan dan dipelihara untuk memastikan
bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi sebaik mungkin.
Hal ini dikarenakan semakin bervariasinya obat-obatan dan
meningkatnya jumlah dan jenis obat yang ditulis per pasien saat ini.
Medication error dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan tahap
pengobatan, yaitu : prescribing error (resep tidak terbaca, data
pasien tdak lengkap, nama obat yang tidak jelas), dispensing error
(bentuk sediaan yang tidak tepat, obat kadaluarsa, instruksi obat
yang tidak tepat), dan administration error (kesalahan waktu
pemberian obat, dosis tidak tepat, teknik atau rute pemberian obat
yang salah).
Medication administration error adalah salah satu jenis
medication error yang disebabkan karena tidak terpenuhinya
instruksi pemberian obat atau pemberian obat yang tidak sesuai
dengan resep. Medication admnistration error merupakan jenis
medication error yang paling banyak terjadi. Dalam medication
error, sebanyak 60% diantaranya adalah kasus administration error.
Medication administration error dapat menjadi salah satu penyebab
Adverse Drug Events (ADE) atau efek samping yang tidak
diinginkan dalam pengobatan. Medication administration error
dilaporkan sebagai salah satu penyebab tingginya angka morbiditas
dan mortalitas pada pasien rawat inap.

2. Keselamatan Pasien
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit sebagai penyedia
pelayanan kesehatan, namun keberhasilannya merupakan tanggung
jawab seluruh karyawan rumah sakit, baik medis maupun non
medis.Namun peran perawat boleh dikatakan menjadi utama
keberhasilan keselamatan pasien, dikarenakan jumlah perawat yang
cukup dominan dan keberadaannya selama 24 jam.Dalam
memberikan asuhan keperawatan kesalahan medik dapat saja terjadi
dalam tindakan pasient safety yang dilakukan oleh perawat sehari-
hari kepada pasien. Sehingga dibutuhkan suatu investasi untuk
mencegah atau mengurangi kesalahan selama proses asuhan
keperawatan.
2.1. Hak Pasien
Hak pasien yang dimaksudkan disini adalah pasien maupun
keluarganya berhak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden. Pemenuhan
standar hak pasien juga salah satunya dengan memberikan penjelasan yang
lengkap, benar dan jelas kepada pasien dan keluarganya terkait dengan
tindakan dan segala resiko yang akan dialami pada saat diberikan
pelayanan tanpa menambah-nambah ataupun mengurangi penjelasan
karena hal ini berkaitan dengan nyawa dari pasien itu sendiri.

2.2. Pendidikan Pasien dan Keluarga


Rumah sakit harus memiliki sistem dan mekanisme dalam mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam menerima asuhan. Dalam hal pengetahuan seperti pasien dan
keluarga harus mengetahui kewajiban dan tanggung jawab di rumah sakit,
pasien dan keluarga diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
terhadap hal yang tidak dimengerti kepada pihak rumah sakit. Untuk
mengambil keputusan terhadap tindakan, pasien dan keluarganya harus
terlebih dahulu paham dengan tindakan yang akan diambil dan
konsekuensi pelayanan yang akan diambil. Berdasarkan Permenkes RI
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien bahwa keselamatan
dalam memberikan pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Oleh karena itu,
maka fasilitas kesehatan harus memiliki sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya mengenai kewajiban dan tanggung jawab dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarganya dapat berpartisipasi dengan baik, dan mendapat informasi
dalam mengambil keputusan tentang asuhan yang diterimanya.
2.3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Kesinambungan Pelayanan Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin
keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Selain itu, rumah sakit
harus memiliki koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Koordinasi merupakan salah satu hal yang wajib
terdapat di dalam kesinambungan sebuah pelayanan. Pelayanan yang
menyeluruh bertujuan agar seluruh proses pengobatan pasien tidak ada
yang terlewati. Tidak adanya koordinasi yang dapat menyebabkan
kegagalan medis pada pasien yang seharusnya dilakukan pelayanan yang
berkesinambungan sampai pada akhir pengobatan. Pelayanan akan
berjalan lancar dan sesuai tujuan ketika terdapat koordinasi antar pegawai
di setiap unit. Kriteria keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
yang mencakup peningkatan komunikasi sangat diperlukan dalam proses
pelayanan kesehatan guna memperlancar proses pengobatan. Salah satu
contoh yaitu konseling kesehatan yang ditujukan untuk keluarga pasien
agar bisa bertanya untuk hal-hal yang dirasa kurang dipahami. Peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga dilakukan melalui
evaluasi yang akan dilakukan oleh pihak rumah sakit terkait dengan
pelayanan apa yang perlu mendapat perbaikan guna memperbaiki
pelayanan kesehatan.

2.4. Program peningkatan keselamatan pasien


Standar keselamatan pasien menurut Permenkes RI Nomor 11 Tahun
2017 yaitu terkait dengan standar penggunaan metoda-metoda peningkatan
kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien sebagaimana dipaparkan dalam penelitian Hakim bahwa program
keselamatan pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan
budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan
program keselamatan pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
Kemudian nilai kepemimpinan dalam mendorong dan menjamin
implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam
organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pemimpin
juga berperan dalam mendorong dan membutuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien (Depkes RI, 2006).

2.5. Peran kepemimpinan


Dalam menangani pasien, budaya keselamatan menurut Pronovost,
adalah karakteristik budaya keselamatan pasien yang proaktif, meliputi
komitmen dari pimpinan untuk mendiskusikan dan belajar dari kesalahan,
mendorong dan mempraktikkan kerja sama tim, membuat sistem
pelaporan terkait KTD, KNC dan sentinel serta memberikan penghargaan
bagi staf yang menjalankan program keselamatan pasien dengan baik.
Terjadinya insiden keselamatan pasien di dalam rumah sakit sekecil
apapun harus segera ditangani, jika tidak, hal ini akan memberikan
dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf rumah sakit, dan
pasien sendiri sebagai penerima jasa pelayanan. Adapun dampak yang
ditimbulkan antara lain adalah dapat menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan karena rendahnya pelayanan
yang diberikan kepada pasien. salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya insiden keselamatan pasien adalah dengan cara
identifikasi risiko insiden tersebut, sehingga staf rumah sakit akan
mengetahui akar dari permasalahan tersebut.
2.6. Pendidikan Staf
Terkait dengan program pendidikan, pelatihan dan orientasi petugas
kesehatan selalu diberikan apalagi untuk staf baru kegiatan pelatihan selalu
diberikan tidak hanya kegiatan pelatihan di dalam rumah sakit tetapi diluar
rumah sakit juga dilakukan kegiatan pelatihan sebagai tambahan untuk
ilmu yang bisa diterapkan di rumah sakit. Program pendidikan dan
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap staf untuk
menjalankan tugasnya. Dengan program pendidikan dan pelatihan tersebut
di harapkan staf dapat bekerja sesuai dengan keahliannya sehingga dapat
meningkatkan pelayanan. Rumah sakit harus melaksanakan program
pendidikan dan pelatihan bagi staf sesuai dengan kebutuhan staf dalam
bidangnya masing-masing. Pendidikan dan pelatihan dapat membantu staf
untuk mengembangkan karir dan membantu mengembangkan tanggung
jawab serta meningkatkan kompetensi dirinya. Dalam standar keselamatan
pasien menurut Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 yaitu terkait dengan
standar mendidik staf tentang keselamatan pasien yaitu memiliki program
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru maupun bagi mahasiswa
yang magang dan telah mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
kegiatan-kegiatan tersebut, dan menyelenggarakan kerjasama tim dalam
rangka melayani pasien. Hal ini sesuai dengan Depkes yang menyatakan
bahwa dalam langkah menuju keselamatan pasien salah satunya yaitu
memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf.
2.7. Komunikasi antara staf
Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting, terlebih
lagi berkaitan dengan keselamatan pasien. Komunikasi menjadi bagian
penting dalam melakukan kerjasama tim, meskipun tidak memiliki
pengaruh yang bermakna dengan penerapan keselamatan pasien.
Komunikasi yang baik akan menghasilkan kerjasama yang baik.
Komunikasi yang baik dalam tim dapat merubah pelayanan. Terkait
dengan standar komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien. Di dalam standar keselamatan pasien ini, terdapat dua
kriteria yaitu tersedianya anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan keselamatan pasien serta tersedianya mekanisme
identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
yang ada.

3. Tingkat pengetahuan
Peningkatan pengetahuan merupakan dampak yang diharapkan
dari adanya pelatihan. Dalam lingkup mutu dan keselamatan,
pelatihan merupakan salah satu sarana untuk menambah kebutuhan
akan pengetahuan baru dan untuk meningkatkan kinerja individu
dan kinerja system. Marquis dan Huston (2006) menyatakan bahwa
program pengembangan staf melalui pelatihan dan pendidikan
merupakan program yang efektif untuk meningkatkan produktifitas
perawat. Dukungan yang adekuat dalam bentuk pelatihan
professional dan pengembangan pengetahuan merupakan salah satu
upaya untuk menciptkan lingkungan kerja yang positif bagi perawat
agar asuhan yang aman dapat diberikan.
Variabel penelitian Variabel dependen: Manajemen keselamatan pasien
(disesuai dengan dalam pemberian obat.
variable dari rencana Variabel independen: Tingkat pengetahuan perawat.
penelitian masing-
masing)
Definisi operasional Terlampir
Hipotesis penelitian H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat
(jika ada) Jika ada pengetahuan perawat dengan manajemen keselamatan
hipotesis, maka pasien dalam pemberian obat.
tuliskan hipotesis nol
dan hipotesis HA : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
alternatif penelitian perawat dengan manajemen keselamatan pasien
dalam pemberian obat.
tersebut.
Lampiran
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur
Operasional
Tingkat Pengetahuan kusioner Ordinal  Paham
pengetahuan perawat secara  Tidak paham
perawat kognitif, afektif
dan psikomotor
terhadap
manajemen
keselamatan
pasien dalam
pemberian obat.
Keselamatan Keselamatan kusioner Ordinal  Dikatakan baik
pasien dalam pasien (patient jika presentase
pemberian obat safety) rumah 90% - 100%.
sakit adalah
 Dikatakan buruk
suatu sistem
jika
dimana rumah
presentasenya
sakit membuat
asuhan pasien
<90%.

lebih aman
dalam pemberian
obat.
Kerangka Teoritis

12 Benar Medication
obat Error

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis

Pemberian Keselamatan Tingkat


obat pasien pengetahuan

Hak Pendidikan Keselamatan program Peran Pendidikan Komunika


Pasien Pasien dan Pasien dan peningkatan Kepemimpinan Staf si antara
Kesinambung keselamatan staf
keluarga an Pelayanan pasien

Anda mungkin juga menyukai