Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)


LBM 3 BLOK BIOMEDIK
“ADA APA DENGAN TUBUH LEE MIN HO SAAT
BERWISATA”

Disusun oleh :
Kelompok 10

Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031)

Tutor : Musyarrafah, S.Si., M. Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 3 yang berjudul “Ada Apa Dengan Tubuh Lee
Min Ho Saat Berwisata” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 3 yang berjudul “Ada Apa Dengan Tubuh Lee Min Ho Saat Berwisata”
meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan
makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Musyarrafah, S.Si.,M.Sc. Sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 10
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 25 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

1.1 Skenario ........................................................................................................ 4

1.2 Deskripsi Masalah ....................................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................... 6

2.1.Hipotalamus ................................................................................................. 6

2.2.Termoregulasi .............................................................................................. 8

2.3.Dehidrasi .................................................................................................... 13

2.4.Demam akibat Dehidrasi .......................................................................... 17

BAB II I ................................................................................................................ 18

3.1.Kesimpulan ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Lombok merupakan daerah wisata yang sangat diminati oleh turis
domestik maupun mancanegara. Keberagaman jenis wisata menjadi daya
tarik para wisatawan. Tak ketinggalan, actor tampan Lee Min Ho memilih
pulau Lombok sebagai tempat menghabiskan summer vacation. Sehari
sebelum liburan, kota tempat tinggal Lee Min Ho diselimuti salju dengan
suhu-4oC dan setibanya di Lombok, Lee Min Ho langsung menuju Pantai
Kuta Mandalika yang cuacanya sangat cerah dengan suhu 29oC. Tubuh
Lee Min Ho yang semula mencari mineral water dingin dan menggunakan
pakaian pantai. Lee Min Ho tidak menyangka bahwa hari pertama
liburannya harus dilewati di dalam kamar hotel karena mengalami
peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi. Setelah 4 hari menikmati liburan
di Lombok, Lee Min Ho Kembali ke kota asalnya dengan menempuh
penerbangan sekitar 6 jam perjalanan. Kondisi Lee Min Ho sudah lebih fit
dan siap menjalankan aktivitas syuting inddor dengan bantuan pemanas
ruangan.

1.2 Deskripsi Masalah


Fisiologi berkaitan erat dengan anatomi, ilmu tentang struktur tubuh.
Mekanisme-mekanisme fisiologis dapat berlangsung berkat desain
struktural dan hubungan berbagai bagian tubuh yang melaksanakan
masing-masing dari fungsi-fungsi tersebut. Seperti halnya fungsi sebuah
mobil bergantung pada bentuk, susunan, dan interaksi berbagai bagiannya,
struktur dan fungsi tubuh manusia juga tidak dapat dipisahkan. Salah satu
contoh fisiologi manusia adalah ketika kita kepanasan maka tubuh akan
mengeluarkan keringat sehingga tubuh lebih mendingin, hal tersebut
terjadi karena tubuh melakukan kompensasi dengan cara melakukan
homeostasis. Contoh lain misalkan tubuh kita kedinginan tubuh otomatis

4
melakukan gerakan menggigil untuk mengurangi rasa dingin inilah yang
disebut fisiologi homeostasis tubuh, mekanismenya ketika sel-sel saraf
peka suhu mendeteksi penurunan suhu tubuh, sel-sel tersebut memberi
sinyalke bagian otak yang berperan untuk mengatur suhu tubuh. Sebagai
responsnya, bagian otak ini mengaktifkan jalur-jalur saraf yang akhirnya
menyebabkan kontraksi otot involunter bolak-balik (yaitu, mengigil).
(Sherwood, L. 2014).

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Hipotalamus
A. Definisi
Hipotalamus adalah bagian kecil dari diensefalon yang terletak di
bawah talamus. Hipotalamus mengendalikan banyak aktivitas tubuh
dan merupakan salah satu regulator utama homeostasis. Impuls
sensorik yang berhubungan dengan indra somatik dan viseral
mengarah ke hipotalamus, seperti halnya impuls dari reseptor untuk
penglihatan, pengecapan, dan penciuman. Reseptor lain dalam
hipotalamus itu sendiri secara terus-menerus memonitor tekanan
osmotik, kadar glukosa darah, konsentrasi hormon tertentu, dan suhu
darah. Hipotalamus memiliki beberapa hubungan yang sangat penting
dengan kelenjar pituitari dan menghasilkan berbagai hormon
(Crossman, A. R., & Neary, D. 2015).
B. Fungsi
Fungsi penting dari hipotalamus adalah sebagai berikut (Crossman,
A. R., & Neary, D. 2015):
 Kontrol sistem saraf otonom. Hipotalamus mengontrol dan
mengintegrasikan kegiatan sistem saraf otonom, yang
mengatur kontraksi otot polos dan otot jantung serta sekresi
banyak kelenjar. Akson meluas dari nukleus hipotalamus
ke nukleus parasimpatik dan simpatetik di batang otak dan
sumsum tulang belakang. Melalui sistem saraf otonom,
hipotalamus adalah pengatur utama aktivitas viseral,
termasuk pengaturan detak jantung, pergerakan makanan
melewati saluran pencernaan, dan kontraksi kandung
kemih.

 Produksi hormon. Hipotalamus menghasilkan beberapa


hormon dan memiliki dua jenis koneksi penting dengan

6
kelenjar pituitari, kelenjar endokrin yang terletak di bawah
hipotalamus. Pertama, hormon hipotalamus yang dikenal
sebagai pelepas hormon dan hormon penghambat
dilepaskan ke jaringan kapiler di median eminence. Aliran
darah membawa hormonhormon ini langsung ke lobus
anterior hipofisis, yang akan menstimulasi atau
menghambat sekresi hormon hipofisis anterior. Kedua,
akson membentang dari nukleus paraventrikular dan
supraoptik melalui infundibulum ke lobus posterior
hipofisis. Badan sel dari neuron ini membuat satu dari dua
hormon (oksitosin atau hormon antidiuretik). Akson
tersebut mengangkut hormon ke hipofisis posterior.
 Pengaturan pola emosi dan perilaku. Bersama dengan
sistem limbik, hipotalamus berpengaruh dalam ekspresi
kemarahan, agresi, rasa sakit, kesenangan, dan pola
perilaku yang berhubungan dengan gairah seksual.
 Pengaturan makan dan minum. Hipotalamus mengatur
asupan makanan. Ini berisi pusat makan, yang mencetuskan
makan, dan pusat kenyang, yang menyebabkan sensasi
kenyang dan penghentian makan. Hipotalamus juga
mengandung pusat rasa haus. Sel-sel tertentu di
hipotalamus dirangsang oleh meningkatnya tekanan
osmotik dari cairan ekstraseluler, yang menyebabkan
sensasi haus. Asupan air dengan minum mengembalikan
tekanan osmotik ke normal, menghilangkan rangsangan dan
menghilangkan rasa haus.
 Kontrol suhu tubuh. Hipotalamus juga berfungsi sebagai
termostat tubuh. Jika suhu darah yang mengalir melalui
hipotalamus melebihi normal, hipotalamus mengarahkan
sistem saraf otonom untuk merangsang aktivitas yang
meningkatkan kehilangan panas. Ketika suhu darah di

7
bawah normal, sebaliknya, hipotalamus menghasilkan
impuls yang mendorong produksi dan retensi panas.

Pengaturan ritme sirkadian dan keadaan sadar. Nukleus


suprakiasmatikus hipotalamus berfungsi sebagai jam biologis
internal tubuh karena membentuk ritme sirkadian, pola aktivitas
biologis (seperti siklus tidurbangun) yang terjadi pada jadwal
sirkadian. Nukleus ini menerima input dari mata (retina) dan
mengirim output ke nukleus hipotalamus lainnya, formasi reticular,
dan kelenjar pineal.

2.2.Termoregulasi
A. Definisi
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan
integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk
mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau
hangat (Hall, J. E., & Hall, M. E. 2020), (Tortora, GJ., Derrickson, B.
2021
B. Faktor yang mempengaruhi
Perubahan suhu tubuh di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
menyebabkan setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara
fluktuatif. Hal - hal tersebut adalah (Sherwood, L. 2014):

 Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan


meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat
menjadi 20 x dari basal ratenya.
 Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah
pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon
lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan
dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
 Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress,
bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi.

8
Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine
(NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine
dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga
meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
 Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan
metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti
akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
 Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 %
metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
 Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status
malnutrisi.

C. Sumber suhu
Suhu tubuh dihasilkan dari (Sherwood, L. 2014):

1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)


2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
(termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin
dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon
pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine,
norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas
kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur
menurun.

D. Mekanisme pengaturan suhu


Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau
sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat
kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi air (Sherwood, L. 2014).

9
 Radiasi ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh
dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu
ruang.
 Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang
berbeda suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut.
 Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
 Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari
permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.
Imbangan panas yang terjadi dalam tubuh dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 1 Keseimbangan panas

Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis termoreseptor, satu di


kulit (peripheral thermoreceptors) dan satu lagi di hipotalamus,
medula spinalis, dll (central thermoreceptors). Termoreseptor sentral
memberi umpan balik yang penting dalam mempertahankan suhu inti

10
tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi. Hipotalamus
mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke
kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui
saraf motorik ke otot rangka. Suhu tubuh diatur oleh hipothalamus
(lihat Gambar 3) untuk mempertahankan suhu tubuh pada suhu
lingkungan antara 27,8° - 30°C. Kisaran suhu lingkungan ini disebut
thermoneutral zone (Sherwood, L. 2014)

Gambar 2 Reflek pengturan suhu


Suhu lingkungan yang lebih dari suhu tubuh dapat dipertahankan
dengan mekanisme vasokonstriksi atau vasodilatasi. Suhu lingkungan
di bawah atau di atas thermoneutral zone, tubuh harus meningkatkan
pembentukan panas dan selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran
panas (Hall, J. E., & Hall, M. E. 2020).

11
 Aklimatisasi suhu
Perubahan awal berkeringat, volume dan komposisi
keringat menentukan adaptasi terhadap suhu yang tinggi.
Kehilangan natrium melalui keringat diturunkan dengan
meningkatkan reabsorpsi natrium oleh sekresi aldosteron.
 Heat exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi
berat yang menyebabkan hipotensi akibat (Hall, J. E., & Hall,
M. E. 2020):
o berkurangnya volume plasma karena berkeringat
sehingga menyebabkan penurunan curah jantung, dan
o vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan
sehingga menyebabkan penurunan resistensi perifer.
Pada keadan heat exhaustion suhu inti tubuh berkisar
37,5-39°C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat
dan banyak berkeringat. Biasanya terjadi pada orang
yang aktif secara fisik pada suhu lembab, sehingga
tidak teraklimatisasi. Dapat juga terjadi pada lansia
yang sudah mengalami kerusakan pada kemampuan
pengaturan suhu tubuhnya.
 Heat Stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan
suhu tubuh yang lebih tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps,
delirium, kejang, dan penurunan kesadaran. Biasanya terjadi
karena lama terpapar udara/ suhu lingkungan yang panas. Pada
keadaan ini terjadi mekanisme umpan balik positif,
peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolisme dan
menghasilkan panas lebih banyak (Hall, J. E., & Hall, M. E.
2020)

12
2.3.Dehidrasi
A. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh
karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat,
atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air
lebih banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini
juga disertai dengan hilangnya elektrolit (Laksana, E. 2016).
Pada dehidrasi terjadi keseimbangan negatif cairan tubuh akibat
penurunan asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar
(lewat ginjal, saluran cerna atau insensible water loss/IWL), atau
karena adanya perpindahan cairan dalam tubuh. Berkurangnya volume
total cairan tubuh menyebabkan penurunan volume cairan intrasel dan
ekstrasel. Manifestasi klinis dehidrasi erat kaitannya dengan deplesi
volume cairan intravaskuler. Proses dehidrasi yang berkelanjutan
dapat menimbulkan syok hipovolemia yang akan menyebabkan gagal
organ dan kematian (Bahrudin, M., & Nafara, A. B. 2019).

B. Penyebab dehidrasi
Asupan cairan yang buruk, cairan keluar berlebihan, peningkatan
insensible water loss (IWL), atau kombinasi hal tersebut dapat
menjadi penyebab deplesi volume intravaskuler. Keberhasilan terapi
membutuhkan identifi kasi penyakit yang mendasari kondisi dehidrasi
(Laksana, E. 2016).
Beberapa faktor patologis penyebab dehidrasi yang
sering(Bahrudin, M., & Nafara, A. B. 2019):

 Gastroenteritis
Diare adalah etiologi paling sering. Pada diare yang
disertai muntah, dehidrasi akan semakin progresif.
Dehidrasi karena diare menjadi penyebab utama
kematian bayi dan anak di dunia.

13
 Stomatitis dan faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi
asupan makanan dan minuman lewat mulut.
 Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotik.
Berat badan turun akibat kehilangan cairan dan
katabolisme jaringan.
 Demam
Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan
nafsu makan.
Selain hal di atas, dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh
kondisi heat stroke, tirotoksikosis, obstruksi saluran cerna,
fibrosis sistik, diabetes insipidus, dan luka bakar.

C. Tipe Dehidrasi
a. Dehidrasi isotonik (isonatremik).
Tipe ini merupakan yang paling sering (80%). Pada
dehidrasi isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah
natrium yang hilang, dan biasanya tidak mengakibatkan
cairan ekstrasel berpindah ke dalam ruang intraseluler.
Kadar. natrium dalam darah pada dehidrasi tipe ini 135-145
mmol/L dan osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L
(Laksana, E. 2016).
b. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik).
Natrium hilang yang lebih banyak daripada air.
Penderita dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya
kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/L) dan
osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mOsml/L).
Karena kadar natrium rendah, cairan intravaskuler
berpindah ke ruang ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi
cairan intravaskuler. Hiponatremia berat dapat memicu

14
kejang hebat; sedangkan koreksi cepat hiponatremia kronik
(2 mEq/L/jam) terkait dengan kejadian mielinolisis pontin
sentral (Laksana, E. 2016).
c. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik).
Hilangnya air lebih banyak daripada natrium.
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar
natrium serum (lebih dari 145 mmol/L) dan peningkatan
osmolalitas efektif serum (lebih dari 295 mOsm/L). Karena
kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air dari
ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk
mengkompensasi, sel akan merangsang partikel aktif
(idiogenik osmol) yang akan menarik air kembali ke sel dan
mempertahankan volume cairan dalam sel. Saat terjadi
rehidrasi cepat untuk mengoreksi kondisi hipernatremia,
peningkatan aktivitas osmotik sel tersebut akan
menyebabkan influks cairan berlebihan yang dapat
menyebabkan pembengkakan dan ruptur sel; edema
serebral adalah konsekuensi yang paling fatal. Rehidrasi
secara perlahan dalam lebih dari 48 jam dapat
meminimalkan risiko ini (Laksana, E. 2016).

15
Gambar 3 Perbedaan Dehidrasi ((Laksana, E. 2016).

Tabel 1 Derajat dehidrasi (Laksana, E. 2016).

Tabel 2 Derajat dehidrasi menurut WHO (Laksana, E. 2016).

16
Tabel 3 Tanda Klinis Dehidrasi

2.4.Demam akibat Dehidrasi


Demam ialah peningkatan suhu tubuh karena ‘resetting’ termostat
di hipothalamus. Suhu tubuh selalu dipertahankan selama demam.
Demam disebabkan oleh infeksi atau stress. Peningkatan termostat tubuh
akan menyebabkan sensasi kedinginan. Vasokonstriksi dan menggigil
terjadi untuk mengimbangi peningkatan suhu tubuh. Jika termostat
dihapus dan demam hilang, seseorang akan merasa kepanasan, terjadi
vasodilatasi dan berkeringat (Tortora, GJ., Derrickson, B. 2021).
Perubahan termostat dilakukan oleh zat kimia yang disebut
endogenous pyrogen (EP), yang berisi interleukin 1 (IL-1) and IL6.
Keduanya dilepaskan oleh makrofag yang bekerja di hipothalamus.
Peningkatan suhu tubuh menstimulasi respons pertahanan tubuh
(Sherwood, L. 2014).
Peningkatan suhu tubuh yang bukan disebabkan oleh infeksi
disebut hipertermia. Hipertermia terjadi karena ketidakseimbangan antara
pembentukan panas dengan pengeluaran panas. Hipertermia biasanya
terjadi karena latihan fisik. Pada awal latihan fisik, suhu tubuh akan
meningkat karena panas yang dibentuk lebih banyak daripada panas yang
dilepaskan. Akibatnya suhu inti tubuh meningkat dan terjadi mekanisme
heat-lost (Sherwood, L. 2014).

17
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan kelompok SGD kami,
disimpulkan bahwa tubuh kita dalam melakukan pengaturan suhu diatur oleh
hipotalamus yang disebut dengan termoreseptor sentral, sedangkan yang
memberikan rangsangan terhadap hipotalamus adalah termoreseptor perifer yang
berada di kulit. Tubuh kita dalam membiasakan diri pada suhu lingkungan
memiliki 2 mekanisme yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif.
Pada saat suhu lingkungan meningkat tubuh akan mengeluarkan panas
melalui vasodilatasi pembuluh darah dan menyekresikan keringat, sedangkan
pada saat suhu lingkungan dingin tubuh menyimpan suhu dengan cara
vasokontriksi pembuluh darah, reflek menggigil yang dialkukan oleh otot rangka
yang diatur oleh hipotalamus, dan meningkatkan metabolisme tubuh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Crossman, A. R., & Neary, D. (2015). Buku ajar neuroanatomi (5th ed.).
ELSEVIER.

Bahrudin, M., & Nafara, A. B. (2019). Hubungan Dehidrasi Terhadap Memori


Segera/Atensi, 15(1).

Laksana, E. (2016). Jurnal tentang Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi, 42(1).

Hall, J. E. (2016). Guyton and hall textbook of medical physiology. Elsevier


Health Sciences.

Hall, J. E., & Hall, M. E. (2020). Guyton and hall textbook of medical physiology
E-book. Elsevier Health Sciences.

Tortora, GJ., Derrickson, B. (2021). Principles of Anatomy and Physiology 13th


Ed.Hoboken: John Wiley & Sons, Inc

19

Anda mungkin juga menyukai