Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB. I PENDAHULUAN
Pelanggaran HAM
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh,
seperti :
warga sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur politis.
penembakan.
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-
(1996)
yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik
merdeka.
dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya
dan anak-anak.
9. Hak wanita
HAM
adalah:
a. Individu e. LSM
Kemasyarakatan lainnya
lainnya
lain:
Organazation)
syarat telah memiliki alasan dan bukti yang kuat bahwa hak
sesama manusia
mencintai sesama
a. Perlindungan fisik
Setiap korban pelaggaran HAM yang berat dan atau ahli warisnya
menjadi tanggungjawabnya.
dapat berupa :
dan kolektivisme);
DI
INDONESIA“STUDIKASUS:SAMPITSEBAGAIKEJAHATANGE
NOSIDA”
Oleh
:Tantri
Septina(18.021.
111.132)
HUKUMFAKULTAS
HUKUMUNIVERSITAS DARMA
AGUNGMEDAN
2021
KATAPENGANTAR
PujisyukursayapanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsayangtelahmenganugerahkan
banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.Makalah ini berisi
tentang uraian hasil riset dan studi pustakamengenai pelanggaran HakAsasiManusia(HAM)
yang adadiIndonesia salah satunya kasus Sampit.
Makalah ini saya buat juga berkat banyak pihak yang memberikan sumbangsih
baiklewat pikiran dan waktu luang untuk berdiskusi. Oleh karena itu saya sampaikan terima
kasihataswaktu, tenagadan pikirannyayang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil makalah ini masih
jauhdari kata sempurna. Sehingga saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yangmembangundari pembacasekalian.
Akhir kata semoga makalah tentang HAM ini dapat memberikan manfaat untuk
parapembaca,mahasiswalainnya, aktivis,danmasyarakatdiseluruhIndonesia.
Medan,24November2021
Penulis
Tantri
Septina(18.021.1
11.132)
ii
DAFTARISI
KATAPENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTARISI.........................................................................................................................................iii
BABI.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 LatarBelakangMasalah................................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................................................5
1.3 TujuanPenelitian..........................................................................................................................5
1.4 ManfaatPenelitian........................................................................................................................5
BABII....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................................7
2.1KasusSampitdiIndonesiaSebagaiSalahSatu PelanggaranHAM.....................................................7
BABIII.................................................................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................................20
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................................21
BAB
IPENDAHULUA
1.1 LatarBelakangMasalah
Indonesiamerupakansalahsatunegaradiduniayangsangatmajemukdilihatdariberbagai
dimensi. Salah satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman etnisatau suku
bangsa yangdimilikinya. Dalam sejarahnya,kelompok etnistertentu biasanyamendiami atau
tinggal di sebuah pulau sehingga tiap pulau seringkali identik dengan etnistertentu.
Keragaman etnis di satu sisi dipandang sebagai kekayaan dari suatu bangsa yangtidak ternilai
harganya, tetapi di sisi lain kemajemukan tersebut memiliki potensi yang cukupbesar bagi
munculnya konflik antar etnis. Etnis adalah tiap kebudayaan yang hidup dalamsuatu
masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, kota, kelompok kekerabatanatau
adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang
luaryangbukan wargamasyarakat bersangkutan.
Etnis juga merupakan suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitasakan “kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali
dikuatkanoleh kesatuan bahasa juga (Koentjaraningrat, 1979). Etnis adalah suatu golongan
manusiayanganggota-
anggotanyamengidentifikasikandirinyadengansesamanya,biasanyaberdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama dan ditandai oleh pengakuan dari orang lainakan ciri khas
kelompok tersebut juga adanya kesamaan budaya, bahasa, agama perilaku atauciri-ciri
biologis. Di Indonesia, bahwa sejak kemerdekaan pada tahun 1945 hingga dasawarsa1980an
tidak kurang ada delapan perang dan pertentangan antar etnis telah terjadi (Ec. AmuLanu A.
Lingu) Pulau Kalimantan misalnya, khususnya wilayah Kalimantan Tengah yangsebagian
wilayahnya merupakan tanah datar dan sebagian merupakan daerah berbukit danbergunung.
Disamping orang Dayak yang merupakan penduduk asli, ada pula keturunan
pendatangyang mendiami wilayah tersebut yang terdiri dari orang Melayu, Banjar, Bugis,
Jawa, Sunda,Madura, Arab dan Cina. Dalam kenyataannya, hubungan antar etnis tidak selalu
1
berjalanmulus dan tidak selalu terjadi kerjasama yang baik, ada kalanya mereka berbenturan
(konflik)karenaberbagaisebab,baikyangbersifatbiasamaupunyangserius.MenurutSoemardjan
2
(2001) dimana ada dua atau beberapa suku hidup sebagai tetangga dekat yang
memilikikebudayaanberbedadanselamahubunganantarmerekaituterjalinmakatidakdapatdihind
arkanakantumbuhnyabibit-bibitkonfliksosialdankonflikbudaya.MenurutSoekanto, 2002
mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu interaksi antara orang-orang ataukelompok yang
merasakan adanya tujuan yang bertentangan dan mengganggu satu sama laindalammencapai
tujuan itu.
MenurutArkanudin(2005)dalammasyarakatyangterdiridariberbagaietniskecenderungan
akan terjadinya hubungan yang tidak harmonis sulit untuk dihindari. Hal yangsenada juga
dikemukakan oleh Schwitzer (1994) yang menyatakan bahwa masyarakat atauindividu
dimanapun di dunia ini selalu terjadi hubungan-hubungan yang tidak harmonis atauserasi
atau bermusuhan antar kelompok warganya. Konsekuensi atas hubungan tersebut
padaakhirnya tidak jarang menimbulkan pertentangan diantara sesama warga masyarakat
yangmenjuruskearahkonfliksosial.KonflikantaretnisdiKotaSampitkhususnyaantaramasyarakat
etnis Dayak dengan masyarakat etnis Madura, Arafat (1998) mencatat bahwasejak 1993
sampai dengan 1997 telah terjadisetidaknya 10 kalikonflik kekerasan. Darisekian banyak
konflik antar etnis yang terjadi di Kota Sampit, konflik antara masyarakat
etnisDayakdenganmasyarakatetnisMadurayangpalingmencekamdanmenakutkankarena
selalu memakan korban yang sangat banyak dan meninggalkan kesan traumatik bagi
semuapihak.
Konflik itu diikuti dengan tindak kekerasan yang melampaui batas nilai
kemanusiaanberupa pembakaran rumah dan harta milik, pengusiran tempat tinggal, bahkan
pemenggalankepalakorbandiikutidenganmemakandagingdanmeminumdarahnyahidup-
hidup(Alqadrie dalam Andasputra, 1999; Petebang et al; 2000; Bahari, 2005). Berdasarkan
faktayang dikemukakan tersebut, bahwa sejarah konflik antar masyarakat etnis Dayak
denganmasyarakat etnis Madura di Kota Sampit suatu sejarah yang panjang dan terus
berulang-ulangdan cenderung semakin membesar. Konflik antar masyarakat etnis Dayak dan
masyarakatetnisMadurasemulayanghanyabersifatlaten(tertutup)denganberjalannyawaktu,men
jadikan konflik laten ini cukup kuat untuk meledak menjadi konflik manifest (terbuka)yang
diwujudkan dengan permusuhan disertai kekerasan yang tidak terkendalikan. MenurutBahari
(2005) konflik yang dialami oleh masyarakat etnis Dayak dengan masyarakat
etnisMaduraitubermacam-
macam,misalnyapihakpemerintahtermasukaparatkeamananmenduga terjadinya konflik sosial
dengan kekerasan antar etnis itu disebabkan oleh adanyadalangyang menggunakan unsur
SARA sebagai pemicunya.
Tujuannyaadalahuntukmengacaukanstabilitaspolitiknasionaldanmengganggudinamika
pembangunan. Kesenjangan ekonomi dan budaya, konflik yang muncul sebagaireaksi
emosional masyarakat akibat dari ketidakmampuan pemerintah menyelesaikan
konfliksebelumnya.HaltersebutlahsehinggasangatmudahnyamasyarakatetnisDayakdenganmas
yarakatetnisMaduramelakukanpertikaian.MasyarakatetnisDayakinimemilikikebiasaan hidup
yang sangat sederhana, monoton, kurang kreatif dan tidak berani mengambilinisiatif. Lebih
banyak menunggu, pasrah, menerima nasib, banyak mengalah, mengharapkanbelas kasihan
orang lain, lugu dan polos. Cepat puas, kurang atau sedikit jiwa bertarung ataukompetensi.
Melihat sesuatu secara lurus saja, tanpa mendukung liku-likunya, mereka
mudahemosihanyadipicuolehpersoalanyangsangatsepelesehinggadenganmudahmembangkitk
ankemarahan komunal (Alif, 1993).
Keadaan ini yang membuat masyarakat etnis Dayak selalu tertinggal dalam segala
aspekkehidupan. Masyarakat etnis Madura yang datang ke Kota Sampit dengan maksud
untukmencari lahan-lahan yang lebih subur dibandingkan dengan daerah asalnya di pulau
Madura(Achadiyat, 1989). Karakteristik dan kepribadian masyarakat etnis Madura ini antara
lainberani,kuatsecarafisik,kerjakeras,ulet,percayadiri,sederhana,hemat,tidakmemilihjenis
pekerjaan, bersedia diupah rendah dan patuh pada pimpinan tradisional dan agama
(Alqadrie,1999). Disamping karakter tersebut,terdapatbeberapakarakter miringyaitu keras
kepala,maumenangsendiri,cenderungmemaksakehendak,sombong,menyelesaikanmasalahden
gan kekerasan, kurang tertarik pada tradisi dan adat istiadat setempat. Dengan
karaktertersebut masyarakat etnis Madura ini cenderung tidak mematuhi prinsip budaya
dimana bumidipijak disitu langit dijunjung. Konflik antar masyarakat etnis Dayak dan
masyarakat etnisMaduraitu sudah kerap terjadi di Kalimantan Tengah.
Konflik awal terjadi pada tahun 1999, tepatnya 23 September malam, sebuah
perkelahianditempatkaraokeyangberlokasidiperbatasanTumbangSambamenewaskanIbaTue,s
eorang Dayak Ma’anyan yang dibantai oleh sekelompok suku Madura. Masyarakat
etnisDayak yang kesal karena Iba Tue yang tidak bersalah telah meninggal, kemudian
masyarakatetnis Dayak melakukan pembalasan dengan membakar rumah dan ternak suku
Madura diTumbang Samba. Tanggal 6 Oktober 2000, terjadi pengeroyokan oleh sekelompok
orangMadura terhadap seorang warga Dayak bernama Sendung di sebuah lokalisasi kilometer
19Katingan. Sendung tewas dengan kondisi mengenaskan. Merasa marah, suku Dayak
akhirnyamelakukansweepingterhadapsukuMadura,kaliinikuantitaskorbanjauhlebihbesardarip
adatahun1999.Keadaanpunmulaimereda,namunhalituhanyaberselangselamaempat bulan.
Tepatnya pada tanggal 18 Februari 2001, pertikaian dengan skala besar punterjadidi Kota
Sampit.
Di tengah perang yang mulai berkecamuk, pada senin malam, serangan balik dari
etnisDayak dilancarkan. Seminggu penuh aksi balas itu berlangsung, tidak terhitung berapa
rumahterbakar dan leher terpenggal selama perang itu terjadi. Seminggu setelah terjadinya
konflikbesartersebut,masyarakatetnisMadurapundiungsikan.Jumlahtotalwargayangmengungsi
mencapai57.000jiwa.Permasalahan-permasalahantersebutyangmenjadipemicudanpenyebab
utama konflik antar masyarakat etnis Dayak dan masyarakat etnis Madura di
KotaSampit.Halitumemberikandampakyangcukupbesarjugabagiwilayah-wilayahdisekitarnya
antara lain adalah kota Palangkaraya. Hal yang ditunjukkan oleh masyarakat etnisDayak
terhadap masyarakat etnis Madura memang sangat ekstrim sehingga masyarakat etnisDayak
berupaya untuk mengusir masyarakat etnis Madura dari bumi Kalimantan Tengah
danmasyarakat etnis Dayak tidak memberikan sedikitpun peluang bagi masyarakat etnis
Madurauntuk kembali ke Kota Sampit. Menyikapi masalah konflik antar masyarakat etnis
DayakdenganmasyarakatetnisMaduradiKota Sampit,masyarakatetnisMadura
berpendapatbahwa konflik tersebut merupakan tragedi besar yang bercorak kebiadaban dari
masyarakatetnisDayakyangtidakbermoraldantidakmengenalperikemanusiaansertamelanggarid
eologiPancasiladan agama.
1.2 RumusanMasalah
Identifikasimasalahpadapenelitianmakalahiniadalahbagaimanamengetahuisertapenangana
nterhadap kasus pelanggaran HAMyang disebatkan oleh etnosentrisme.
1.3 TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat etnis Dayak yang ada di
KotaSampitterhadapmasyarakatetnisMadurapascakonflikyangterjadidiKotaSampitberdasarka
npadakomponen-komponen sikap yaitukognitif, afektif dan konatif.
1.4 ManfaatPenelitian
1 Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain bila ingin meneliti lebih lanjut mengenai hal-
halyangberhubungandengansikapmasyarakatetnisDayakterhadapkembalinyamasyarakatet
nis Madura pascakonflik yangterjadi di KotaSampit.
2 Memberikan informasi kepada masyarakat etnis Dayak di Kota Sampit mengenai
sikapmerekaterhadapmasyarakatetnisMadurasebagaibahanevaluasimengenaipermasalahan
dan dampak yang ditimbulkan olehkonflik antarakeduaetnis.
3 Memberikan gambaran kepada Lembaga Adat Dayak di Propinsi Kalimantan
Tengahuntuk mengetahui hal-hal yang bisa memunculkan kembalinya konflik antar
masyarakatetnisMaduradi Kalimantan Tengah khususnyaKota Sampit.
4 Memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) di Kota Sampit
mengenaisikapmasyarakatetnisDayakterhadapmasyarakatetnisMaduragunamengetahuima
syarakatetnisDayaksudahmampuatautidakuntukmenerimamasyarakatetnisMadurakembali
keKotaSampit.
BAB
IIPEMBAHAS
AN
2.1KasusSampitdiIndonesiaSebagaiSalahSatuPelanggaranHAM
Undang – undang dasar 1945 sebagai basic law atau norma hukum tertinggi
telahmemuat pasal – pasal yang menjamin perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhanHAM. Karena letaknya dalam konstitusi, maka ketentuan – ketentuan mengenai
HAM harusdihormati dan dijamin pelaksanaanya oleh Negara maupun kelompok individu.
Hak untukHidup, Hak atas Kesejahteraan, dan Hak memperoleh keadilan.Pada UU RI Nomor
39 tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia, bagian keenam Hak atas Rasa Aman, pasal 33 dan
pasal 35jelas disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan,
penghilangan paksadannyawa,sertahidup damai, tentram,dan aman.
Contoh pelanggaran pasal tersebut adalah “Perang Sampit’’ antara suku Dayak
danMadura. Perang ini sungguh mengerikan. Ada banyak versi penyebab perang ini. Tidak
adarasa hormat suku Madura terhadap suku dayak , persoalan tanah, penebangan hutan
yangmenyebabkansukudayaksemakindidorongkedalamhutan.SelainhaltersebutSukupendatan
g yang lebih maju menimimbulkan kecemburuan sosial serta ekonomi suku dayak.Perang ini
juga terjadi karena aparat penegak hukum yang tidak menindak langsung ataumengabaikan
penebangan hutan serta penambangan intan di tanah adat suku dayak.
EtnismadurayangjugapunyalatarbelakangbudayakekerasanmenurutmasyarakatDayakdianggap
tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Seringterjadi kasus
pelanggaran “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulandidominasi
oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnisDayak-
Madura.
Daricaramerekamelakukanusahadalambidangperekonomiansaja,merekaterkadang
dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan
masyarakatBanjarsekalipun.Banyakcara-carapemaksaanuntukmendapatkanhasilusahakepada
konsumen mereka. Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Namun, tidak semua
sukuMadura bersifat seperti ini. Berita atau anggapan tentang kecemburuan sosial-ekonomi
yangmenjadi penyebab pecahnya “perang” tersebut dari hasil pengamatan dan penilaian versi
lainini adalah tidak benar.
Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura
danDayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan
inilahyangmendasarisolidaritasantar-
anggotasukudiKalimantan.Situasitersebutdiperparaholehsukumadurayangselalumembawacelu
ritatauparangsepertiorangyangsiapberkelahi. Budaya tersebut berbenturan dengan budaya
suku dayak yang hanya membawasenjata tajam ketika akan berperang atau berburu. Saat
terjadi pembantaian di Sampit entahbagaimana cara mereka (Etnis Dayak) yang tengah di
rasuki kemarahan membedakan sukuMaduradengansuku-sukulainnya,yangjelassuku-
sukulainnyaluputdari“seranganberingas”orang-
orangDayak.Kejadianinibanyakmelahirkanorang–orangyangtakbernyawatanpakepala.
Dari kasus Sampit itu kita dapat menyimpulkan bahwa perang Sampit
merupakansalah satu pelanggaran HAM dikarenakan banyaknya korban yang berjatuhan
dalam jumlahyang banyak atau biasa disebut sebagai Genosida. Mengapa demikian?
Genosida, sebagaisuatu istilah, secara resmi belum terdapat dalam kosakata Kamus Besar
Bahasa Indonesia,terbitan Balai Pustaka, setidak-tidaknya sampai tahun 1990. hal ini berarti
istilah genosida(genocide) dapat dikatakan tergolong baru, belum lagi makna yang
terkandung di dalamnyabelumbanyak awam yang memahaminya.
Oleh karena itu kehadiran buku berbahasa Indonesia mengenai seluk beluk
genosidamenjadi penting untuk menambah wawasan kita semua, khususnya aparat yang
duduk dalampemerintahan, TNI, Polri, legislatif maupun yudikatif. Undang-Undang republik
IndonesiaNomor 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia pada pasal 7
menyebutkan,“Kejahatan genosida” adalah pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Di
dalam pasal 8disebutkan, “Kejahatan genosida sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 tersebut
adalah
setiapperbuatanyangdilakukandenganmaksuduntukmenghancurkanataumemusnahkanseluruh
atausebagiankelompokbangsa,ras,kelompoketnis,kelompokagama,dengancara:a.membunuh
anggota kelompok; b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang beratterhadap
anggota-anggota kelompok; c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang
akanmengakibatkankemusnahansecarafisikbaikseluruhatausebagiannya;d.memaksakantindak
an-tindakanyangbertujuanmencegahkelahirandidalamkelompok;ataue.memindahkan secara
paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. Pasal 8 UU26/2000 di atas tidak
mengatur secara tegas kapan dilakukan kejahatan genosida di waktudamai atau di saat
perang, tetapi secara konsisten memberi ancaman hukuman kepada
pelaku.Padapasal3KonvensitentangPencegahandanPenghukumanKejahatanGenosidadisebutk
an ada lima perbuatan yang dapat dihukum yaitu: (a) Genosida; (b) Persengkokolanuntuk
melakukan genosida; (c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukangenosida;
(d)Mencobamelakukangenosida;
(e)Keterlibatandalamgenosida.IndonesiasampaisaatinibelummelakukanpengesahanKonvensiP
encegahandanPenghukumanKejahatan Genosida. Padahal Indonesia mempunyai falsafah
Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945 yang ‘hitam di atas putihnya’ sangat menjunjung
tinggi harkat dan martabatmanusia.
MenurutKiplagat,diantara53negaradibenuaAfrika,ada35negaraanggotaOrganisasi
Persatuan Afrika-OAU (Organization of African Unity) yang menderita konflik.Mayoritas
dari konflik adalah kategori pemberontakan menentang negara, yang
diorganisirolehkelompok-
kelompokyangberbasiskedaerahan,ideologi,rasatauetnisyangmengangkatsenjatamelawanpem
erintah/Negara.Konflik-
konfliktersebut,bukanhanyaterjadidibenuaAfrika,tetapijugadiseluruhbelahandunia6.Konfliket
nis,selaindisebabkan oleh pertentangan etnis (dan agama), juga banyak dipicu oleh
masyarakat sipil.
Disisilain,penyebabkonfliketnisadalahproliferasisenjata,ekonomi,danperkembanganpolitik
demokratis melalui disintegrasi sosial. Penyebab konflik tersebut, lebih
dititikberatkanpadafaktorpolitisdankebijakanpemerintah.Samasepertilatarbelakangsuku/etnis,
agama
jugamenjadipemicuterjadinyakonflik.Littlemengidentifikasi3wilayahkhususdalammana
agama dan keluhan-keluhan lain berhubungan dengan menjadi penyebab intensitaskonflik,
yaitu (1) membantu melegitimir kaum insurgensi; (2) membantu dan merekrut
kauminsurgensi;dan(3)memperkenalkanobyek-obyekkritisdanwilayah-
wilayahsengketa,seperti penempatan tempat-tempat yang suci, dan akomodasi bagi keyakinan
dan praktekagama.
KejahatangenosidadankejahatanyangberkaitandenganSARA,diaturdalamberbagaiatura
n,baikhukuminternasional(khususnyaperjanjianinternasionaldanyurisprudensi),maupunhukum
nasional.Ketentuan-ketentuanhukumtersebutakandibahasdibawah ini, yakni 8 :
1. DeklarasiTentangHakAsasiManusia (Deklarasiinidikenaldengan“The
UniversalDeclarationofHumanRights),Ketentuanhukumyangberkaitandenganras,sukuatauaga
ma, diatur dalam Pasal 2 Deklarasi ini, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
atassemuahakdankebebasanyangdimuatdalamdeklarasiinitanpapengecualianapapun,seperti
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain,asal
usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun status lainnya.
AdasejumlahformulasihukumdalamKonvensiini,yangberkaitandenganpenghormatanterhadaps
uku,agamaatau ras.
e. Pasal5yangmenyebutkanbahwaNegara-negara,berdasarkankonstitusinyamasing-
masing,harusmembuatperundang-undanganyangdiperlukanuntukmemberlakukanketentuan-
ketentuandalamKonvensiini,danterutamauntukmenjatuhkanhukuman-
hukumanyangefektifbagiorang-
orangyangbersalahmelakukankejahatangenosidaatautiapperbuatan lain yangdisebutkan dalam
Pasal 3.
Dari pembahasan diatas patut kita uraikan apa yang menjadi pengertian
pelanggaranHAM. Menurut standar HAM internasional, ada empat jenis pelanggaran HAM
berat yangdiatur dalam Pasal 5 Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional atau Rome
Statute of theInternationalCriminalCourt(ICC).
EmpatkategoripelanggaranHAMberattersebutyaitu:
Kejahatan perang, yaitu pelanggaran terhadap hukum perang, baik oleh militer
maupunsipil.Bentuknya dapat berupa:
o menyerangwargasipil dantenagamedis;
o perkosaan,perbudakanseksual,pemaksaanprostitusi,pemaksaankehamilan,pemaksaan
sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang memiliki bobot yangsetara;
o menyerangpihakyangtelahmengibarkanbendera putihtandamenyerah.
Agresi, yaitu perilaku yang bertujuan menyebabkan bahaya atau kesakitan terhadap
targetserangan.
DalamaturanhukumIndonesia, Undang-
UndangNomor26Tahun2000tentangPengadilanHakAsasiManusia
menetapkankejahatangenosidadankejahatanterhadapkemanusiaan sebagai pelanggaran HAM
berat.Khusus untuk perkarapelanggaran HAMberat, ada Statuta Roma, perjanjian
internasional di bawah wewenangMahkamah PidanaInternasional. Sayangnya, sampai
sekarang Indonesia belum meratifikasi Statuta Roma. Ditingkat nasional, ada Undang-undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yangmengatur perlindungan HAM dan
Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang PengadilanHAM yang mengatur pengadilan
bagi kasus pelanggaran HAM. Ada juga Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dan berbagai undang-undang lainnya yang
secaraspesifikmelindungikitadariberbagaibentuk kejahatanyangbisamengancamhak asasikita.
Dalam kasus Sampit ada beberapa hal yang semestinya dipenuhi oleh
PemerintahIndoensia.Bagaimanapun,kasusinimenyisakanbanyaklukadansewaktu-waktudapat
menjadibomwaktubagiparakorbanyangmengalaminya.Pemenuhanhakkorbanjugadiaturdalam
Undang-Undang. Apasajaitu?Berikut penjelasannya:
Negara wajib memberi informasi kepada para korban, keluarga korban, dan
masyarakatumum tentang penyebab peristiwa pelanggaran HAM. Informasi ini harus
mencakup alasan,situasi pelanggaran, kemajuan hasil investigasi dan proses hukum, serta
identitas pelaku.Misalnya, dalam kasus penghilangan paksa, negara wajib menginformasikan
keberadaan dankeadaankorban.
Hak atas kebenaran penting bagi korban serta keluarga korban pelanggaran HAM
untukmemastikan akurasi fakta dan mencegah hilangnya bukti. Masyarakat juga memiliki
hak
atasinformasitentangsejarahnyasendirisehinggamerekamemahamidampakpelanggaranHAM.
Hakuntukmengakseskeadilan
Negara
bertanggungjawabmenjaminhakkorbanuntukmengakseskeadilandenganprosesyangtransparan,
adil,dantidakmemihak.Negaraharusmelindungikorbandarigangguanterhadapprivasimerekadan
memastikanmerekaamandariintimidasidanpembalasan sebelum, selama, dan setelah proses
pengusutan peristiwa pelanggaran HAMberat. Kepastian hukum penting untuk memutus
rantai impunitas dan menjamin hak ataskebenarandan pemulihan bagi korban dan
keluargakorban.
Hakreparasiataskerugianyangdiderita
Negara wajib memenuhi hak atas reparasi bagi korban pelanggaran HAM dan
kerugianyangdideritakorban. Reparasi termasuk:
Restitusi,yaituupayamengembalikankorbankesituasisebelumpelanggaranHAMberatterjadi.
Kompensasi,yaituupaya mengembalikankerusakansecaraekonomi.
Rehabilitasi,mencakupperawatanmedisdanpsikologis sertalayananhukumdansosial.
Hakataspemulihan,termasukinformasiyangrelevantentangmekanismereparasiyangjel
as
Negara wajibmengusahakanpengembaliansituasisepertisebelumpelanggaranHAMterjadi
dengan bertanggung jawab atas kerugian seperti hilangnya kesempatan
pekerjaan,pendidikandan tunjangan bantuan sosial hingga bantuan psikologis.
Hakataspemulihantermasuklangkah-
langkahselainpenggantianuang,sepertipermintaanmaafkepadapubliksertakorbandankeluargak
orbanpelanggaranHAM,termasukpengakuan di depan umum mengenai fakta-fakta yang
benar.
DiIndonesia, mekanismepenyelesaiankasuspelanggaranHAMberatdiaturdalamUndang-
undangNo.26tahun2000tentangPengadilanHAM.KomnasHAMakanmelakukanpenyelidikan
danmenentukan unsurpelanggaran HAMdalam suatu kasus.
Lalu,JaksaAgungselakupenyidikmenentukantersangka,membuattuntutan,danmemproses
kasus di pengadilan. Kasus kemudian disidang di pengadilan HAM oleh 5 orangMajelis
Hakim, 3 di antaranya dari tim Ad Hoc. Tim Ad Hoc dibentuk atas usul DPR
dandisahkanmelalui Keputusan Presiden.
1. Prosedurpelaporansesuaiperjanjianinternasional:
Tapi,sebenarnyaadasituasiterbatasketikaICCmemilikikewenanganmengadilikejahatanyang
dilakukanolehwarganegaradarinegara-
negarayangbelumbergabungdenganStatutaRoma.Initermasuksaatseorangwarganegaradarineg
aranon-anggotaperjanjianmelakukan pelanggaranHAMberat diwilayahnegaraanggotaICC.
Kurangnya kemauan pihak-pihak tertentu dalam menyelesaikan kasus, hukum hukum
dibeberapa negara yang kurang memadai untuk mengadili pelaku, hingga proses politik
saratkepentinganmenjadi hambatan-hambatanutamapenuntasankasus pelanggaranHAM.
Relasikuasapihak-pihakyangberkuasaseringkalilebihkuathinggamenempatkankepentingan
politik di atas kemanusiaan, sementara pelanggaranHAMterus terjadi, dansemakin banyak
korban menderita. Di Indonesia, bolak-balik pengembalian berkas antaraKomnas HAM
(penyelidik) dan Jaksa Agung (penyidik dan penuntut), menjadi penghambatpenyelesaian
kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat. Kejaksaan Agung kerap menyebutkurangnya
bukti dalam penyelidikan sebagai hukum yang menghambat penuntasan kasus-
kasuspelanggaran HAMberat.
Selainitu,beberapaterdugapelakupelanggaranHAMberatmalahmenjadipejabatpemerintah.P
adahal, pelakuatauterdugapelaku tidakseharusnyaterlibat
aktifdalammenentukankebijakanhukum.Misalnya,jikamerekamemanipulasipenegakan18oku
muntuk menguntungkan mereka atau membuat mereka bisa lolos dari hukuman, mereka
jadisulit dihukum. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah pelanggaran HAM berat
kembaliterjadi?
Kolaborasiinternasional:
MemperkuatmekanismeinternasionaluntukmencegahdanmenuntaskanpelanggaranHAMber
at secaratransparan danefektif
MembantumendampinginegaraanggotauntukmenghentikanpelanggaranHAMdinegaranyad
engan persetujuan dari negaratersebut
Mendorongpengarusutamaankebijakan,aturan,danpraktikpenegakanhukumnasionalyangtra
nsparan gunamencegahdan mengurangipelanggaran HAM
Pemerintah:
MemintapertanggungjawabanpemerintahataspenuntasankasuspelanggaranHAMberatagark
eadilan dan kepastianhukum dapat tercapai
Membantudanmendukungkorbandankeluargakorbanmelaluipesansolidaritas,aksi,danlainny
a.
BABIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan dalam masalah ini, penulis dapat
menyimpulkanbeberapa hal terkait kasus pelanggaran HAM di Indonesia khususnya dalam
melihat perangSampityang terjadi, yakni :
3.2 Saran
AdamJones&MaryAnna Warren,“Gendericide
AsAPartofGenocide”,JournalofGenocideResearch, 2:2 (June2000), hlm. 185,dalam
www.hukumonline.
DevySondakh,PeradilanMahkamahInternasionalADHocDenHaagParaPenjahaterangDi
Wilayah Bekas Yugoslavia Dan Kemungkinan Penerapannya di Indonesia,
esis,UniversitasPadjadjaran,Bandung, 1999.
IWayanParthiana,HukumPidanaInternasional, YramaWidya,Bandung,2003
M.CherifBasiouni,InternationalCriminalLaw,VolumeI(Crimes),TransnationalPublishers.Inc.
DobbsFerry,NewYork,1987,hlm.301-302,dalamwww.hukumonline.com.
RomliAtmasasmita,PengantarHukumPidanaInternasional,CetakanKedua,CitraAdityaBakti,Ban
dung, 2003.
Hassanah,Hetty,KejahatanGenosidaDalamKetentuanHukumNasionalSebagaiKejahatanTradisi
onal.UniversitasKomputerBandung. Bandung, 2015.
https://www.amnesty.id/apa-itu-pelanggaran-ham-berat/
https://repository.maranatha.edu/12791/3/0830172_Chapter1.pdf