Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Tujuan Permasalahan

1.3 Identifikasi Masalah

BAB. II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengertian Pelanggaran HAM

2.2 Macam Pelanggaran HAM

2.3 Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia

2.4 Upaya Pemerintah dalam Penegakan HAM

2.5 Peran serta Masyarakat dalam Penegakan HAM

2.6 Macam-macam Perlindungan Terhadap Korban

Pelanggaran HAM

2.7 Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM

BAB. III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh,

merampas harta milik orang lain, menjarah dan lain-lain.

Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi

antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga

masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat

pemerintah dengan masyarakat. Apabila dilihat dari

perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa

besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat

perhatian yang tinggi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia,

seperti :

1.Kasus Tanjung Priok (1984)

Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan

warga sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur politis.

Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana

terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan

penembakan.

2.Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur

Putera Surya Porong, Jatim (1994)

Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-

hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia

meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban

pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan


pembunuhan.

3.Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas

(1996)

Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang

wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh

orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.

4.Peristiwa Aceh (1990)

Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak

memakan korban, baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil

yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik

dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh

merdeka.

5.Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)

Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa

(penculikan) terhadap para aktivis yang menurut catatan Kontras

ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang

lainnya masih hilang).

D. UPAYAH PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HAM

Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai

perwujudan faham individualisme dan liberalisme. Hak asasi

manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai hak-hak yang

inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar

belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan

pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang berasumsi

negatif terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat


perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius

dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya

pemerintah sebagai berikut;

a. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam

upaya menegakkan HAM di seluruh dunia atau di setiap negara

dan Indonesia sangat merespons terhadap pelanggaran HAM

internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden

atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini

contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga

memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah

menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita

dan anak-anak.

b.Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan

HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan

Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan

kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal

kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi

Anti Kekerasan terhadap perempuan

c. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak

asasi manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang

pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang belum

tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.

Menjadi titik berat adalah hal-hal yang tercantum dalam UU nomor

39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia adalah sebagai berikut;

1. Hak untuk hidup.


2. Hak berkeluarga.

3. Hak memperoleh keadilan.

4. Hak atas kebebasan pribadi.

5. Hak kebebasan pribadi

6. Hak atas rasa aman.

7. Hak atas kesejahteraan.

8. Hak turut serta dalam pemerintahan.

9. Hak wanita

10. Hak anak

Hal-hal tersebut sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak

main-main dalam penegakan HAM

E. PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PENEGAKAN

HAM

Peran serta masyarakat dalam penegakan HAM telah diatur dalam

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM antara lain yaitu :

1. Pihak yang berhak berpatisipasi dalam penegakan HAM

adalah:

a. Individu e. LSM

b. Kelompok f. Perguruan Tinggi

c. Organisasi politik g. Lembaga Studi

d. Organisasi masyarakat h. Lembaga

Kemasyarakatan lainnya

2. Peran serta dalam penegakan HAM yang dapat dilakukan


adalah

a. Menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM

kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam

rangka perlindungan dan pemajuan HAM

b. Memajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang

berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM dan atau lembaga

lainnya

c. Secara sendiri-sendiri maupun bekerja bersama-sama dengan

Komnas HAM dapat melakukan penelitian , pendidikan dan

penyebarluasan informasi megenai HAM

3. Wujud peran serta masyarakat dalam penegakan HAM antara

lain:

a. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam

hubungan dengan pemerintah, antara lain:

1. Mendirikan LSM atau NGO (Non Government

Organazation)

2. Mengajukan laporan atau pengaduan, baik lisan atau tertulis

kepada Komnas HAM untuk meminta perlindungannya dengan

syarat telah memiliki alasan dan bukti yang kuat bahwa hak

asasinya telah dilanggar.

3. Menyampaikan pendapat dimuka umum atas terjadinya suatu

kasus pelanggaran HAM sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 1998

tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

4. Menyampaikan kritik atau saran kepada pemerintah,

tentang pelaksanaan HAM

5. Melakukan penelitian dan menyampaikan hasil penelitian atas


suatu kasus pelanggaran HAM secara professional dan

proporsional, dan lain-lain.

b. Wujud partisipasi warga Negara dalam penegakan HAM dalam

hubungan dengan sesama warga Negara dalam pergaulan hidup

sehari-hari, antara lain:

1. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban

sesama manusia

2. Mengembangkan sikap saling menghormati dan

mencintai sesama

3. Bersikap tenggang rasa terhadap orang lain

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain

5. Bersikap adil terhadap sesama manusia

6. Berani membela kebenaran dan keadilan

F. MACAM-MACAM PERLINDUNGAN TERHADAP

KORBAN PELANGGARAN HAM

Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM yang berat

mendapatkan hak perlindungan dari aparat dan aparat keamanan .

Ada dua macam perlindungan yang diberikannya yaitu:

a. Perlindungan fisik

b. Perlindungan mental dari ancaman , gangguan, teror dan

kekerasan dari pihak manapun.

Setiap korban pelaggaran HAM yang berat dan atau ahli warisnya

dapat memperoleh kompensasi, restitusi dan rehabilitasi.

1. Kompensasi adalah imbala yang dierikan oleh Negara karena


tidak mampu memberikan ganti rugi yang sepenuhnya

menjadi tanggungjawabnya.

2. Restitusi adalah ganti rugi yang diberikan pada korban

atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga. Restitusi

dapat berupa :

a. Pengembalian harta milik

b. Pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan

c. Pengganti biaya untuk tindakan tertentu

3.Rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula, misal

nama baik, jabatan, kehormatan dan hak-hak lainnya

G. PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN HAM

Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi

manusia antara paham yang memandang HAM bersifat universal

(universalisme) dan paham yang memandang setiap bangsa

memiliki paham HAM tersendiri berbeda dengan bangsa yang lain

terutama dalam pelaksanaannya (partikularisme);

Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan

mengancam kepentingan umum (dikhotomi antara individualisme

dan kolektivisme);

Kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi,

jaksa dan pengadilan); dan

Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil

maupun militerPELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DI

INDONESIA“STUDIKASUS:SAMPITSEBAGAIKEJAHATANGE
NOSIDA”

Oleh

:Tantri

Septina(18.021.

111.132)

PROGRAM STUDI ILMU

HUKUMFAKULTAS

HUKUMUNIVERSITAS DARMA

AGUNGMEDAN

2021
KATAPENGANTAR

PujisyukursayapanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsayangtelahmenganugerahkan
banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.Makalah ini berisi
tentang uraian hasil riset dan studi pustakamengenai pelanggaran HakAsasiManusia(HAM)
yang adadiIndonesia salah satunya kasus Sampit.

Makalah ini saya buat juga berkat banyak pihak yang memberikan sumbangsih
baiklewat pikiran dan waktu luang untuk berdiskusi. Oleh karena itu saya sampaikan terima
kasihataswaktu, tenagadan pikirannyayang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil makalah ini masih
jauhdari kata sempurna. Sehingga saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yangmembangundari pembacasekalian.

Akhir kata semoga makalah tentang HAM ini dapat memberikan manfaat untuk
parapembaca,mahasiswalainnya, aktivis,danmasyarakatdiseluruhIndonesia.

Medan,24November2021

Penulis

Tantri

Septina(18.021.1

11.132)

ii
DAFTARISI

KATAPENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTARISI.........................................................................................................................................iii
BABI.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 LatarBelakangMasalah................................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................................................5
1.3 TujuanPenelitian..........................................................................................................................5
1.4 ManfaatPenelitian........................................................................................................................5
BABII....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................................7
2.1KasusSampitdiIndonesiaSebagaiSalahSatu PelanggaranHAM.....................................................7
BABIII.................................................................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................................20
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................................21
BAB

IPENDAHULUA

1.1 LatarBelakangMasalah
Indonesiamerupakansalahsatunegaradiduniayangsangatmajemukdilihatdariberbagai
dimensi. Salah satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman etnisatau suku
bangsa yangdimilikinya. Dalam sejarahnya,kelompok etnistertentu biasanyamendiami atau
tinggal di sebuah pulau sehingga tiap pulau seringkali identik dengan etnistertentu.
Keragaman etnis di satu sisi dipandang sebagai kekayaan dari suatu bangsa yangtidak ternilai
harganya, tetapi di sisi lain kemajemukan tersebut memiliki potensi yang cukupbesar bagi
munculnya konflik antar etnis. Etnis adalah tiap kebudayaan yang hidup dalamsuatu
masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, kota, kelompok kekerabatanatau
adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang
luaryangbukan wargamasyarakat bersangkutan.

Etnis juga merupakan suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitasakan “kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali
dikuatkanoleh kesatuan bahasa juga (Koentjaraningrat, 1979). Etnis adalah suatu golongan
manusiayanganggota-
anggotanyamengidentifikasikandirinyadengansesamanya,biasanyaberdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama dan ditandai oleh pengakuan dari orang lainakan ciri khas
kelompok tersebut juga adanya kesamaan budaya, bahasa, agama perilaku atauciri-ciri
biologis. Di Indonesia, bahwa sejak kemerdekaan pada tahun 1945 hingga dasawarsa1980an
tidak kurang ada delapan perang dan pertentangan antar etnis telah terjadi (Ec. AmuLanu A.
Lingu) Pulau Kalimantan misalnya, khususnya wilayah Kalimantan Tengah yangsebagian
wilayahnya merupakan tanah datar dan sebagian merupakan daerah berbukit danbergunung.

Disamping orang Dayak yang merupakan penduduk asli, ada pula keturunan
pendatangyang mendiami wilayah tersebut yang terdiri dari orang Melayu, Banjar, Bugis,
Jawa, Sunda,Madura, Arab dan Cina. Dalam kenyataannya, hubungan antar etnis tidak selalu

1
berjalanmulus dan tidak selalu terjadi kerjasama yang baik, ada kalanya mereka berbenturan
(konflik)karenaberbagaisebab,baikyangbersifatbiasamaupunyangserius.MenurutSoemardjan

2
(2001) dimana ada dua atau beberapa suku hidup sebagai tetangga dekat yang
memilikikebudayaanberbedadanselamahubunganantarmerekaituterjalinmakatidakdapatdihind
arkanakantumbuhnyabibit-bibitkonfliksosialdankonflikbudaya.MenurutSoekanto, 2002
mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu interaksi antara orang-orang ataukelompok yang
merasakan adanya tujuan yang bertentangan dan mengganggu satu sama laindalammencapai
tujuan itu.

Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahan-permasalahan


mendesakmengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, danteritorial antara dua komunitas etnis
ataulebih (Brown, 1997). Konflik budaya adalah pertarungan antara dua prinsip dan
pandanganhidup tentang apa yang bisa membawa manusia pada kemakmuran. Kota sampit
merupakansalahsatukotayangadadiPropinsiKalimantanTengah.SampitadalahibukotaKotawari
nginTimurdanterletakditepisungaiMentaya.KotaSampittermasukpusatperekonomian
Kalimantan Tengah, sehingga banyak pendatang dari etnis lain yang mengadunasib di kota
ini dan salah satunya adalah etnis Madura. Dalam sejarah masyarakat
danmasalahetnisitasdiKotaSampithubunganantaretnisyangsatudenganetnislainberlangsungden
ganbaik.Terjadipembaurandansalingmenghargaibahkanperkawinanantaretnispunsudahbiasadi
jumpaidalamkehidupanmasyarakatdiKotaSampit.Keanekaragaman penduduk yang tinggal di
Kota Sampit yang ditandai dengan kemajemukanetnis, agama, budaya, asal-usul daerah
tersebut tidak selamanya berjalan baik, dalam
artikerjasama,persatuanatauintegritastetapijugadapatmenimbulkanbentukpersainganpertentan
ganatau konfliksosial.

MenurutArkanudin(2005)dalammasyarakatyangterdiridariberbagaietniskecenderungan
akan terjadinya hubungan yang tidak harmonis sulit untuk dihindari. Hal yangsenada juga
dikemukakan oleh Schwitzer (1994) yang menyatakan bahwa masyarakat atauindividu
dimanapun di dunia ini selalu terjadi hubungan-hubungan yang tidak harmonis atauserasi
atau bermusuhan antar kelompok warganya. Konsekuensi atas hubungan tersebut
padaakhirnya tidak jarang menimbulkan pertentangan diantara sesama warga masyarakat
yangmenjuruskearahkonfliksosial.KonflikantaretnisdiKotaSampitkhususnyaantaramasyarakat
etnis Dayak dengan masyarakat etnis Madura, Arafat (1998) mencatat bahwasejak 1993
sampai dengan 1997 telah terjadisetidaknya 10 kalikonflik kekerasan. Darisekian banyak
konflik antar etnis yang terjadi di Kota Sampit, konflik antara masyarakat
etnisDayakdenganmasyarakatetnisMadurayangpalingmencekamdanmenakutkankarena
selalu memakan korban yang sangat banyak dan meninggalkan kesan traumatik bagi
semuapihak.

Konflik itu diikuti dengan tindak kekerasan yang melampaui batas nilai
kemanusiaanberupa pembakaran rumah dan harta milik, pengusiran tempat tinggal, bahkan
pemenggalankepalakorbandiikutidenganmemakandagingdanmeminumdarahnyahidup-
hidup(Alqadrie dalam Andasputra, 1999; Petebang et al; 2000; Bahari, 2005). Berdasarkan
faktayang dikemukakan tersebut, bahwa sejarah konflik antar masyarakat etnis Dayak
denganmasyarakat etnis Madura di Kota Sampit suatu sejarah yang panjang dan terus
berulang-ulangdan cenderung semakin membesar. Konflik antar masyarakat etnis Dayak dan
masyarakatetnisMadurasemulayanghanyabersifatlaten(tertutup)denganberjalannyawaktu,men
jadikan konflik laten ini cukup kuat untuk meledak menjadi konflik manifest (terbuka)yang
diwujudkan dengan permusuhan disertai kekerasan yang tidak terkendalikan. MenurutBahari
(2005) konflik yang dialami oleh masyarakat etnis Dayak dengan masyarakat
etnisMaduraitubermacam-
macam,misalnyapihakpemerintahtermasukaparatkeamananmenduga terjadinya konflik sosial
dengan kekerasan antar etnis itu disebabkan oleh adanyadalangyang menggunakan unsur
SARA sebagai pemicunya.

Tujuannyaadalahuntukmengacaukanstabilitaspolitiknasionaldanmengganggudinamika
pembangunan. Kesenjangan ekonomi dan budaya, konflik yang muncul sebagaireaksi
emosional masyarakat akibat dari ketidakmampuan pemerintah menyelesaikan
konfliksebelumnya.HaltersebutlahsehinggasangatmudahnyamasyarakatetnisDayakdenganmas
yarakatetnisMaduramelakukanpertikaian.MasyarakatetnisDayakinimemilikikebiasaan hidup
yang sangat sederhana, monoton, kurang kreatif dan tidak berani mengambilinisiatif. Lebih
banyak menunggu, pasrah, menerima nasib, banyak mengalah, mengharapkanbelas kasihan
orang lain, lugu dan polos. Cepat puas, kurang atau sedikit jiwa bertarung ataukompetensi.
Melihat sesuatu secara lurus saja, tanpa mendukung liku-likunya, mereka
mudahemosihanyadipicuolehpersoalanyangsangatsepelesehinggadenganmudahmembangkitk
ankemarahan komunal (Alif, 1993).

Keadaan ini yang membuat masyarakat etnis Dayak selalu tertinggal dalam segala
aspekkehidupan. Masyarakat etnis Madura yang datang ke Kota Sampit dengan maksud
untukmencari lahan-lahan yang lebih subur dibandingkan dengan daerah asalnya di pulau
Madura(Achadiyat, 1989). Karakteristik dan kepribadian masyarakat etnis Madura ini antara
lainberani,kuatsecarafisik,kerjakeras,ulet,percayadiri,sederhana,hemat,tidakmemilihjenis
pekerjaan, bersedia diupah rendah dan patuh pada pimpinan tradisional dan agama
(Alqadrie,1999). Disamping karakter tersebut,terdapatbeberapakarakter miringyaitu keras
kepala,maumenangsendiri,cenderungmemaksakehendak,sombong,menyelesaikanmasalahden
gan kekerasan, kurang tertarik pada tradisi dan adat istiadat setempat. Dengan
karaktertersebut masyarakat etnis Madura ini cenderung tidak mematuhi prinsip budaya
dimana bumidipijak disitu langit dijunjung. Konflik antar masyarakat etnis Dayak dan
masyarakat etnisMaduraitu sudah kerap terjadi di Kalimantan Tengah.

Konflik awal terjadi pada tahun 1999, tepatnya 23 September malam, sebuah
perkelahianditempatkaraokeyangberlokasidiperbatasanTumbangSambamenewaskanIbaTue,s
eorang Dayak Ma’anyan yang dibantai oleh sekelompok suku Madura. Masyarakat
etnisDayak yang kesal karena Iba Tue yang tidak bersalah telah meninggal, kemudian
masyarakatetnis Dayak melakukan pembalasan dengan membakar rumah dan ternak suku
Madura diTumbang Samba. Tanggal 6 Oktober 2000, terjadi pengeroyokan oleh sekelompok
orangMadura terhadap seorang warga Dayak bernama Sendung di sebuah lokalisasi kilometer
19Katingan. Sendung tewas dengan kondisi mengenaskan. Merasa marah, suku Dayak
akhirnyamelakukansweepingterhadapsukuMadura,kaliinikuantitaskorbanjauhlebihbesardarip
adatahun1999.Keadaanpunmulaimereda,namunhalituhanyaberselangselamaempat bulan.
Tepatnya pada tanggal 18 Februari 2001, pertikaian dengan skala besar punterjadidi Kota
Sampit.

Pada Minggu subuh masyarakat etnis Madura melakukan pembalasan dengan


mengepungrumahSehanyangbertempattinggaldiKelurahanKetapangdanDahurdiKelurahanMe
ntawa Baru Hilir. Kelurahan Ketapang dan Kelurahan Mentawa Hilir merupakan
pusatlokasidimanaterjadinyakonflikantaretnisdiKotaSampit.Keduanyamerupakanmasyarakat
etnis Dayak. Sehan adalah purnawirawan TNI pada saat itu. Pengepungan ituberakhir dengan
dibakarnya rumah Sehan dan Dahur, keduanya (beserta keluarga)
tewasterbakar.Totalsepuluhorangtewaspadapagiitu.Konflikpunpecah,pembakaran,pembantaia
nterjadisepanjanghariitu.PolresdanTNIbekerjasamamengungsikanmasyarakatetnis
DayakkePalangkaraya.

Di tengah perang yang mulai berkecamuk, pada senin malam, serangan balik dari
etnisDayak dilancarkan. Seminggu penuh aksi balas itu berlangsung, tidak terhitung berapa
rumahterbakar dan leher terpenggal selama perang itu terjadi. Seminggu setelah terjadinya
konflikbesartersebut,masyarakatetnisMadurapundiungsikan.Jumlahtotalwargayangmengungsi
mencapai57.000jiwa.Permasalahan-permasalahantersebutyangmenjadipemicudanpenyebab
utama konflik antar masyarakat etnis Dayak dan masyarakat etnis Madura di
KotaSampit.Halitumemberikandampakyangcukupbesarjugabagiwilayah-wilayahdisekitarnya
antara lain adalah kota Palangkaraya. Hal yang ditunjukkan oleh masyarakat etnisDayak
terhadap masyarakat etnis Madura memang sangat ekstrim sehingga masyarakat etnisDayak
berupaya untuk mengusir masyarakat etnis Madura dari bumi Kalimantan Tengah
danmasyarakat etnis Dayak tidak memberikan sedikitpun peluang bagi masyarakat etnis
Madurauntuk kembali ke Kota Sampit. Menyikapi masalah konflik antar masyarakat etnis
DayakdenganmasyarakatetnisMaduradiKota Sampit,masyarakatetnisMadura
berpendapatbahwa konflik tersebut merupakan tragedi besar yang bercorak kebiadaban dari
masyarakatetnisDayakyangtidakbermoraldantidakmengenalperikemanusiaansertamelanggarid
eologiPancasiladan agama.

Masyarakat etnis Madura juga mendesak pada Pemerintah di Jakarta agar


memberikansanksi yang keras terhadap masyarakat etnis Dayak karena telah melecehkan
moral
bangsadanmelecehkanpersatuandankesatuanbangsa,memberikanperlindungankepadamasyara
kat etnis Madura apabila suatu saat nanti mereka kembali ke Kalimantan Tengah
danmengutuk sekeras-kerasnya bahwa tindakan pengusiran terhadap masyarakat etnis
Madurakeluar dari Kota Sampit merupakan tindakan yang disengaja untuk memecah belah
persatuandankesatuanbangsa.CarasepertiitubukancirimoralbangsaIndonesiayangbersemboyan
kanBhinekaTunggalIka.

1.2 RumusanMasalah
Identifikasimasalahpadapenelitianmakalahiniadalahbagaimanamengetahuisertapenangana
nterhadap kasus pelanggaran HAMyang disebatkan oleh etnosentrisme.

1.3 TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat etnis Dayak yang ada di
KotaSampitterhadapmasyarakatetnisMadurapascakonflikyangterjadidiKotaSampitberdasarka
npadakomponen-komponen sikap yaitukognitif, afektif dan konatif.

1.4 ManfaatPenelitian
1 Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain bila ingin meneliti lebih lanjut mengenai hal-
halyangberhubungandengansikapmasyarakatetnisDayakterhadapkembalinyamasyarakatet
nis Madura pascakonflik yangterjadi di KotaSampit.
2 Memberikan informasi kepada masyarakat etnis Dayak di Kota Sampit mengenai
sikapmerekaterhadapmasyarakatetnisMadurasebagaibahanevaluasimengenaipermasalahan
dan dampak yang ditimbulkan olehkonflik antarakeduaetnis.
3 Memberikan gambaran kepada Lembaga Adat Dayak di Propinsi Kalimantan
Tengahuntuk mengetahui hal-hal yang bisa memunculkan kembalinya konflik antar
masyarakatetnisMaduradi Kalimantan Tengah khususnyaKota Sampit.
4 Memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) di Kota Sampit
mengenaisikapmasyarakatetnisDayakterhadapmasyarakatetnisMaduragunamengetahuima
syarakatetnisDayaksudahmampuatautidakuntukmenerimamasyarakatetnisMadurakembali
keKotaSampit.
BAB

IIPEMBAHAS

AN

2.1KasusSampitdiIndonesiaSebagaiSalahSatuPelanggaranHAM
Undang – undang dasar 1945 sebagai basic law atau norma hukum tertinggi
telahmemuat pasal – pasal yang menjamin perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhanHAM. Karena letaknya dalam konstitusi, maka ketentuan – ketentuan mengenai
HAM harusdihormati dan dijamin pelaksanaanya oleh Negara maupun kelompok individu.
Hak untukHidup, Hak atas Kesejahteraan, dan Hak memperoleh keadilan.Pada UU RI Nomor
39 tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia, bagian keenam Hak atas Rasa Aman, pasal 33 dan
pasal 35jelas disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan,
penghilangan paksadannyawa,sertahidup damai, tentram,dan aman.

Contoh pelanggaran pasal tersebut adalah “Perang Sampit’’ antara suku Dayak
danMadura. Perang ini sungguh mengerikan. Ada banyak versi penyebab perang ini. Tidak
adarasa hormat suku Madura terhadap suku dayak , persoalan tanah, penebangan hutan
yangmenyebabkansukudayaksemakindidorongkedalamhutan.SelainhaltersebutSukupendatan
g yang lebih maju menimimbulkan kecemburuan sosial serta ekonomi suku dayak.Perang ini
juga terjadi karena aparat penegak hukum yang tidak menindak langsung ataumengabaikan
penebangan hutan serta penambangan intan di tanah adat suku dayak.
EtnismadurayangjugapunyalatarbelakangbudayakekerasanmenurutmasyarakatDayakdianggap
tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Seringterjadi kasus
pelanggaran “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulandidominasi
oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnisDayak-
Madura.

Daricaramerekamelakukanusahadalambidangperekonomiansaja,merekaterkadang
dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan
masyarakatBanjarsekalipun.Banyakcara-carapemaksaanuntukmendapatkanhasilusahakepada
konsumen mereka. Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Namun, tidak semua
sukuMadura bersifat seperti ini. Berita atau anggapan tentang kecemburuan sosial-ekonomi
yangmenjadi penyebab pecahnya “perang” tersebut dari hasil pengamatan dan penilaian versi
lainini adalah tidak benar.

Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura
danDayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan
inilahyangmendasarisolidaritasantar-
anggotasukudiKalimantan.Situasitersebutdiperparaholehsukumadurayangselalumembawacelu
ritatauparangsepertiorangyangsiapberkelahi. Budaya tersebut berbenturan dengan budaya
suku dayak yang hanya membawasenjata tajam ketika akan berperang atau berburu. Saat
terjadi pembantaian di Sampit entahbagaimana cara mereka (Etnis Dayak) yang tengah di
rasuki kemarahan membedakan sukuMaduradengansuku-sukulainnya,yangjelassuku-
sukulainnyaluputdari“seranganberingas”orang-
orangDayak.Kejadianinibanyakmelahirkanorang–orangyangtakbernyawatanpakepala.

Bentuk HAM tersebut seharusnya dipenuhi, dijamin perlindunganya dan


penegakanyaserta dijalankandenganbaiksesuaiundang–
undang1945.Jikabentukhamtersebut,dijamin perlindunganya dan penegakanya serta
dijalankan dengan baik hal seperti tragedi
‘’PerangSampit’’tidakakanterjadi.Pembantaiantersebuttidakmencerminkansebagaimanusiaya
ngme,milikiakalsehatpadahalsetiaporangberhakhidup,memperolehkeamanan,bebasdaripenyik
saan.Tanpaadanyapemenuhan,dijaminperlindungan,penegakan HAM maka rakyat tidak akan
percaya lagi kepada Negara tempat rakyat tinggal.Tidak adanya peri kemanusiaan dan peri
keadilan terjadi di Negara ini. Padahal hal tersebutsangatbertentangan dengan pembukaan
undang –undang dasar 1945.

Saling bertoleransi, menghormati sesama rakyat sangat dibutuhkan, dengan aspek –


aspek tersebut pelanggaran HAM serta Negara yang memberikan rasa aman bagi rakyat –
rakyatnya pelanggaran HAM dapat ditekan. Selain peran rakyat yang penting. Yang
tidakkalahpentingyalagiadalahpenegakhukum.Tanpaadanyaapararatpenegakhukumbagaimana
HAM dapat dipenuhi dan ditegakan. Dengan penegak hukum yang adil
denganpedomanundang undangdasar 1945makarakyat akan tentramdi Negaraini.
Kasus Sampit adalah kerusuhan antaretnis yang terjadi di Sampit pada awal
Februari2001.Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah yang kemudian meluas
keseluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.Konflik ini terjadiantarasuku Dayakasli
dan warga migran Madura.Kala itu, para transmigran asal Madura telah membentuk
21persenpopulasiKalimantanTengah.Akibatnya,KalimantanTengahmerasatidakpuaskarena
terus merasa disaingi oleh Madura.Karena adanya permasalahan ekonomi ini,
terjadikerusuhan antara orang Madura dengan suku Dayak.Penyerangan ini lantas membuat
1.335orang Madura harus mengungsi. Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001 bukanlah
sebuahinsiden pertama yang terjadi antara suku Dayak dan Madura.Sebelumnya sudah
terjadiperselisihan antara keduanya.Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan
Tengahtahun1930dibawahprogramtransmigrasiyangdicanangkanpemerintahkolonialBelanda.
Hingga tahun 2000, transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen
populasiKalimantan Tengah.Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan persaingan yang
terusdatangdari Madura.

Hukum baru juga telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol


terhadapbanyakindustrikomersialdiprovinsitersebut,sepertiperkayuan,penambangan,danperke
bunan.Haltersebutmenimbulkanpermasalahanekonomiyangkemudianmenjalarmenjadikerusuh
anantarkeduanya.Insidenkerusuhanterjaditahun2001.Kericuhanbermulasaatterjadiseranganpe
mbakaransebuahrumahDayak.MenurutrumorwargaMaduralahyangmenjadipelakupembakaran
rumahDayaktersebut.Sesaatkemudian,warga Dayak pun mulai membalas dengan membakar
rumah-rumah orang Madura.ProfesorUsop dari Asosiasi MasyarakatDayak mengklaim
bahwa pembantaianoleh suku Dayakdilakukan guna mempertahankan diri setelah beberapa
warga Dayak diserang.
DisebutkanjugabahwaseorangwargaDayakdisiksadandibunuholehsekelompokwargaMadurase
telahsengketajudi di DesaKerengpani pada17 Desember2000.

Situasi kericuhanantarasuku Dayak dengan Madura diperparah dengan kebiasaandan


nilai-nilai berbeda yang dimiliki keduanya. Seperti adat orang Madura yang membawaparang
atau celurit ke mana pun, membuat orang Dayak berpikiran bahwa tamunya ini
siapuntukberkelahi.KonflikSampitsendiridiawalidenganperselisihanantaraduaetnisinisejak
akhir 2000.Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Maduraterjadidi
DesaKereng Pangi,membuat hubungankeduanyamenjadi bersitegang.
Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat
hiburandi desa pertambangan emas Ampalit.Seorang etnis Dayak bernama Sandong, tewas
akibatluka bacok yang ia dapat.Kejadian ini kemudian membuat keluarga dan tetangga
Sandongmerasa sangatmarah.Dua hari setelah peristiwa tersebut,300 wargaDayak
mendatangilokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang pelaku.Tak berhasil menemukan
pelakunya,kelompok warga Dayak melampiaskan kemarahannya dengan merusak sembilan
rumah, duamobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik warga Madura. Penyerangan ini
lantasmembuat1.335orangMaduramengungsi.Pada18Februari2001sukuDayakberhasilmengua
sai Sampit.Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satudalang di
balik serangan ini.Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam
oranguntukmemprovokasikerusuhandiSampit.Kemudian,ribuanwargaDayakmengepungkanto
rpolisidiPalangkarayasembarimemintapembebasanparatahanan.Permintaanmereka dikabulkan
oleh polisi pada 28 Februari 2001, militer berhasil membubarkan
massaDayakdarijalanan.DariKonflikSampitinisedikitnya100wargaMaduradipenggalkepalany
aolehsukuDayak.KonflikSampitsendirimulaimeredasetelahpemerintahmeningkatkankeamana
n,mengevakuasiwarga,danmenangkapprovokator.Untukmemperingatiakhirkonflikini,dibuatla
hperjanjiandamaiantarasukuDayakdanMadura.Gunamemperingatiperjanjiandamaitersebut,ma
kadibentuksebuahtuguperdamaiandi Sampit.

Dari kasus Sampit itu kita dapat menyimpulkan bahwa perang Sampit
merupakansalah satu pelanggaran HAM dikarenakan banyaknya korban yang berjatuhan
dalam jumlahyang banyak atau biasa disebut sebagai Genosida. Mengapa demikian?
Genosida, sebagaisuatu istilah, secara resmi belum terdapat dalam kosakata Kamus Besar
Bahasa Indonesia,terbitan Balai Pustaka, setidak-tidaknya sampai tahun 1990. hal ini berarti
istilah genosida(genocide) dapat dikatakan tergolong baru, belum lagi makna yang
terkandung di dalamnyabelumbanyak awam yang memahaminya.

Oleh karena itu kehadiran buku berbahasa Indonesia mengenai seluk beluk
genosidamenjadi penting untuk menambah wawasan kita semua, khususnya aparat yang
duduk dalampemerintahan, TNI, Polri, legislatif maupun yudikatif. Undang-Undang republik
IndonesiaNomor 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia pada pasal 7
menyebutkan,“Kejahatan genosida” adalah pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Di
dalam pasal 8disebutkan, “Kejahatan genosida sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 tersebut
adalah
setiapperbuatanyangdilakukandenganmaksuduntukmenghancurkanataumemusnahkanseluruh
atausebagiankelompokbangsa,ras,kelompoketnis,kelompokagama,dengancara:a.membunuh
anggota kelompok; b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang beratterhadap
anggota-anggota kelompok; c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang
akanmengakibatkankemusnahansecarafisikbaikseluruhatausebagiannya;d.memaksakantindak
an-tindakanyangbertujuanmencegahkelahirandidalamkelompok;ataue.memindahkan secara
paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. Pasal 8 UU26/2000 di atas tidak
mengatur secara tegas kapan dilakukan kejahatan genosida di waktudamai atau di saat
perang, tetapi secara konsisten memberi ancaman hukuman kepada
pelaku.Padapasal3KonvensitentangPencegahandanPenghukumanKejahatanGenosidadisebutk
an ada lima perbuatan yang dapat dihukum yaitu: (a) Genosida; (b) Persengkokolanuntuk
melakukan genosida; (c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukangenosida;
(d)Mencobamelakukangenosida;
(e)Keterlibatandalamgenosida.IndonesiasampaisaatinibelummelakukanpengesahanKonvensiP
encegahandanPenghukumanKejahatan Genosida. Padahal Indonesia mempunyai falsafah
Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945 yang ‘hitam di atas putihnya’ sangat menjunjung
tinggi harkat dan martabatmanusia.

Bahkan seharusnya kita berani mengakui kejahatan genosida dan kejahatan


terhadapkemanusiaan telah pernah mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, khususnya selama
OredeBaru berkuasa dan ramifikasi genosida khususnya yang berkaitan dengan agama masih
terusdijalankanhinggakini(tahun2003).Keberanianpenulisuntukmengungkapkanbentuk-
bentuk baru genosida (ramifikasi) beserta penelitian yang dilakukan terhadap kasus-
kasusyang dapat dikategorikan sebagai genosida patut dihargai, dan sekaligus membuka
wawasankitabahwaapayang terdapat dalam pasal 8 UU26 tahun 2000 itu belumlah memadai.

MenurutKiplagat,diantara53negaradibenuaAfrika,ada35negaraanggotaOrganisasi
Persatuan Afrika-OAU (Organization of African Unity) yang menderita konflik.Mayoritas
dari konflik adalah kategori pemberontakan menentang negara, yang
diorganisirolehkelompok-
kelompokyangberbasiskedaerahan,ideologi,rasatauetnisyangmengangkatsenjatamelawanpem
erintah/Negara.Konflik-
konfliktersebut,bukanhanyaterjadidibenuaAfrika,tetapijugadiseluruhbelahandunia6.Konfliket
nis,selaindisebabkan oleh pertentangan etnis (dan agama), juga banyak dipicu oleh
masyarakat sipil.
Disisilain,penyebabkonfliketnisadalahproliferasisenjata,ekonomi,danperkembanganpolitik
demokratis melalui disintegrasi sosial. Penyebab konflik tersebut, lebih
dititikberatkanpadafaktorpolitisdankebijakanpemerintah.Samasepertilatarbelakangsuku/etnis,
agama
jugamenjadipemicuterjadinyakonflik.Littlemengidentifikasi3wilayahkhususdalammana
agama dan keluhan-keluhan lain berhubungan dengan menjadi penyebab intensitaskonflik,
yaitu (1) membantu melegitimir kaum insurgensi; (2) membantu dan merekrut
kauminsurgensi;dan(3)memperkenalkanobyek-obyekkritisdanwilayah-
wilayahsengketa,seperti penempatan tempat-tempat yang suci, dan akomodasi bagi keyakinan
dan praktekagama.

KejahatangenosidadankejahatanyangberkaitandenganSARA,diaturdalamberbagaiatura
n,baikhukuminternasional(khususnyaperjanjianinternasionaldanyurisprudensi),maupunhukum
nasional.Ketentuan-ketentuanhukumtersebutakandibahasdibawah ini, yakni 8 :

1. DeklarasiTentangHakAsasiManusia (Deklarasiinidikenaldengan“The
UniversalDeclarationofHumanRights),Ketentuanhukumyangberkaitandenganras,sukuatauaga
ma, diatur dalam Pasal 2 Deklarasi ini, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
atassemuahakdankebebasanyangdimuatdalamdeklarasiinitanpapengecualianapapun,seperti
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain,asal
usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun status lainnya.
AdasejumlahformulasihukumdalamKonvensiini,yangberkaitandenganpenghormatanterhadaps
uku,agamaatau ras.

a. Ketentuan Pasal 1, yang mewajibkan tiap Negara untuk menguatkan bahwa


kejahatangenosida, apakah dilakukan pada masa damai atau pada waktu perang, merupakan
kejahatanmenuruthukuminternasional,dimanamerekaberusahauntukmencegahdanmenghukum
nya.

b. Pasal 2 yang menyebutkan bahwa genosida dimaksudkan sebagai perbuatan-


perbuatanyangditujukanuntukmenghancurkan,baikkeseluruhanatausebagian,suatukelompokba
ngsa, etnis, rasial atau agama dengan cara : (a) Membunuh para anggota kelompok;
(b)Menyebabkan luka-luka pada tubuh atau mental para anggota kelompok; (c) Dengan
sengajamenimbulkan Kesusahan pada kelompok tersebut yang setelah diperhitungkan
menyebabkankerusakanfisik,baikkeseluruhanatausebagian;(d)Melakukantindakan-
tindakanyangdimaksudkan untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok tersebut; dan (e)
Dengan paksamemindahkananak-anakdari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
c. Pasal 3 yang menyebutkan bahwa tindakan-tindakan yang juga dapat dihukum
sebagaikejahatan genosida adalah : (a) Kejahatan genosida; (b) Persekongkolan untuk
melakukankejahatan genosida; (c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukan
kejahatangenosida; (d) Mencoba melakukan kejahatan genosida; dan (e) Keterlibatan dalam
kejahatangenosida

d. Pasal 4 yang menyebutkan bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan genosida


atautiap perbuatan-perbuatan lain yang disebutkan dalam Pasal 3 harus dihukum, apakah
merekaadalah penguasa yang bertanggung jawab secara konstitusional, para pejabat Negara,
atauindividu-individubiasa.

e. Pasal5yangmenyebutkanbahwaNegara-negara,berdasarkankonstitusinyamasing-
masing,harusmembuatperundang-undanganyangdiperlukanuntukmemberlakukanketentuan-
ketentuandalamKonvensiini,danterutamauntukmenjatuhkanhukuman-
hukumanyangefektifbagiorang-
orangyangbersalahmelakukankejahatangenosidaatautiapperbuatan lain yangdisebutkan dalam
Pasal 3.

Dari pembahasan diatas patut kita uraikan apa yang menjadi pengertian
pelanggaranHAM. Menurut standar HAM internasional, ada empat jenis pelanggaran HAM
berat yangdiatur dalam Pasal 5 Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional atau Rome
Statute of theInternationalCriminalCourt(ICC).
EmpatkategoripelanggaranHAMberattersebutyaitu:

 Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu kejahatan meluas dan sistematik yang


ditujukankepada warga sipil, yang tidak manusiawi dan menyebabkan penderitaan fisik
dan mental.Bentukperbuatannyadapat berupa:
o pembunuhan di luarhukum;
o penyiksaandanhukuman kejam,tidakmanusiawi ataumerendahkanmartabat;
o penghilanganpaksa;
o perbudakandanpraktikserupaperbudakan;
o deportasiatau pemindahanpenduduk secarapaksa;
o perkosaan,perbudakanseksual,pemaksaanprostitusi,pemaksaankehamilan,pemaksaanster
ilisasi,ataubentukkekerasanseksuallainyangmemilikibobotsetara;
o dandiskriminasisistematis,khususnyaberdasarkanras,etnis,ataujeniskelamin,melalui
aturan hukum dan kebijakan yang bertujuan mempertahankan subordinasi
suatukelompok.
 Genosida,yaitu
pembantaianbrutaldansistematisterhadapsekelompoksukubangsadengantujuanmemusnahka
nseluruhatausebagianbangsatersebut.Bentuknyadapatberupa:
o pembunuhananggotakelompok;
o penyiksaandanhukuman kejam,tidakmanusiawi ataumerendahkanmartabat;
o sengajamenciptakankondisihidupyang memusnahkan;
o mencegahkelahiran;
o danmemindahkananak-anaksecarapaksa.

 Kejahatan perang, yaitu pelanggaran terhadap hukum perang, baik oleh militer
maupunsipil.Bentuknya dapat berupa:
o menyerangwargasipil dantenagamedis;
o perkosaan,perbudakanseksual,pemaksaanprostitusi,pemaksaankehamilan,pemaksaan
sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang memiliki bobot yangsetara;
o menyerangpihakyangtelahmengibarkanbendera putihtandamenyerah.

 Agresi, yaitu perilaku yang bertujuan menyebabkan bahaya atau kesakitan terhadap
targetserangan.

DalamaturanhukumIndonesia, Undang-
UndangNomor26Tahun2000tentangPengadilanHakAsasiManusia
menetapkankejahatangenosidadankejahatanterhadapkemanusiaan sebagai pelanggaran HAM
berat.Khusus untuk perkarapelanggaran HAMberat, ada Statuta Roma, perjanjian
internasional di bawah wewenangMahkamah PidanaInternasional. Sayangnya, sampai
sekarang Indonesia belum meratifikasi Statuta Roma. Ditingkat nasional, ada Undang-undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yangmengatur perlindungan HAM dan
Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang PengadilanHAM yang mengatur pengadilan
bagi kasus pelanggaran HAM. Ada juga Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dan berbagai undang-undang lainnya yang
secaraspesifikmelindungikitadariberbagaibentuk kejahatanyangbisamengancamhak asasikita.

Dalam kasus Sampit ada beberapa hal yang semestinya dipenuhi oleh
PemerintahIndoensia.Bagaimanapun,kasusinimenyisakanbanyaklukadansewaktu-waktudapat
menjadibomwaktubagiparakorbanyangmengalaminya.Pemenuhanhakkorbanjugadiaturdalam
Undang-Undang. Apasajaitu?Berikut penjelasannya:

 Hak atas kebenaran

Negara wajib memberi informasi kepada para korban, keluarga korban, dan
masyarakatumum tentang penyebab peristiwa pelanggaran HAM. Informasi ini harus
mencakup alasan,situasi pelanggaran, kemajuan hasil investigasi dan proses hukum, serta
identitas pelaku.Misalnya, dalam kasus penghilangan paksa, negara wajib menginformasikan
keberadaan dankeadaankorban.

Hak atas kebenaran penting bagi korban serta keluarga korban pelanggaran HAM
untukmemastikan akurasi fakta dan mencegah hilangnya bukti. Masyarakat juga memiliki
hak
atasinformasitentangsejarahnyasendirisehinggamerekamemahamidampakpelanggaranHAM.

 Hakuntukmengakseskeadilan

Negara
bertanggungjawabmenjaminhakkorbanuntukmengakseskeadilandenganprosesyangtransparan,
adil,dantidakmemihak.Negaraharusmelindungikorbandarigangguanterhadapprivasimerekadan
memastikanmerekaamandariintimidasidanpembalasan sebelum, selama, dan setelah proses
pengusutan peristiwa pelanggaran HAMberat. Kepastian hukum penting untuk memutus
rantai impunitas dan menjamin hak ataskebenarandan pemulihan bagi korban dan
keluargakorban.

 Hakreparasiataskerugianyangdiderita

Negara wajib memenuhi hak atas reparasi bagi korban pelanggaran HAM dan
kerugianyangdideritakorban. Reparasi termasuk:

 Restitusi,yaituupayamengembalikankorbankesituasisebelumpelanggaranHAMberatterjadi.
 Kompensasi,yaituupaya mengembalikankerusakansecaraekonomi.
 Rehabilitasi,mencakupperawatanmedisdanpsikologis sertalayananhukumdansosial.
 Hakataspemulihan,termasukinformasiyangrelevantentangmekanismereparasiyangjel
as

Negara wajibmengusahakanpengembaliansituasisepertisebelumpelanggaranHAMterjadi
dengan bertanggung jawab atas kerugian seperti hilangnya kesempatan
pekerjaan,pendidikandan tunjangan bantuan sosial hingga bantuan psikologis.

Hakataspemulihantermasuklangkah-
langkahselainpenggantianuang,sepertipermintaanmaafkepadapubliksertakorbandankeluargak
orbanpelanggaranHAM,termasukpengakuan di depan umum mengenai fakta-fakta yang
benar.

Negara juga harus menginformasikan kepada masyarakat umum dan, khususnya,


korbanpelanggaran HAM berat, tentang hak dan pemulihan medis, psikologis, sosial,
administrasi,dansemua layanan lainnyayang berhak diakses oleh korban.

Penuntasan kasus pelanggaran HAM secara menyeluruh, termasuk pemenuhan hak


korbandanpenghukumanpelakusecaraefektifmelaluipengadilanHAMsangatpenting.Kalaukasu
spelanggaranHAMtidakdiusuttuntas,pelanggaranHAMserupaakanterusberulang.

DiIndonesia, mekanismepenyelesaiankasuspelanggaranHAMberatdiaturdalamUndang-
undangNo.26tahun2000tentangPengadilanHAM.KomnasHAMakanmelakukanpenyelidikan
danmenentukan unsurpelanggaran HAMdalam suatu kasus.

Lalu,JaksaAgungselakupenyidikmenentukantersangka,membuattuntutan,danmemproses
kasus di pengadilan. Kasus kemudian disidang di pengadilan HAM oleh 5 orangMajelis
Hakim, 3 di antaranya dari tim Ad Hoc. Tim Ad Hoc dibentuk atas usul DPR
dandisahkanmelalui Keputusan Presiden.

Tapi, pada praktiknya, pengadilan HAM belum dilaksanakan secara efektif di


Indonesia.Misalnya,padakasusTanjungPriok(1984),pengadilanHAMAdHoctingkatpertamame
mutus bersalah terdakwa pelaku pelanggar HAM. Tapi, para terdakwa melakukan
bandingkePengadilanTinggidandiputusbebasolehpengadilan.Putusanbebasitujugamenggugurk
ankewajibannegarauntuk memberi gantirugi danpemulihan kepadakorban.
Di lingkup internasional, jika terjadi pelanggaran HAM, PBB
telahmengakomodirbeberapamekanismepelaporan:

1. Prosedurpelaporansesuaiperjanjianinternasional:

 Komunikasi individu: seorang korban yang terdampak langsung oleh pelanggaran


HAMberat dapat langsung mengadukan ke badan-badan perjanjian di bawah Dewan HAM
PBB.Negara perlu meratifikasi perjanjian internasional terkait pelanggaran yang dialami
orangtersebut.

 Keluhan negara-ke-negara: Dilakukan oleh negara pihak terhadap negara pihak


lainnyayang dianggap melanggar kewajiban perjanjian. Negara yang diadukan wajib
memberitanggapan.
 Pertanyaan:KomitedapatmenginvestigasidugaanpelanggaranHAMberatyangdilakukanneg
arapihakperjanjian.Temuandikirimkankenegaratersebutbesertakomentardanrekomendasi.N
egarapihakdimintamenyampaikanpendapattentangtemuan komite dalam waktu paling
lambat enam bulan setelah menerima temuan, untukmenginformasikantindakan
yangdiambil untukmenanggapi penyelidikan tersebut.

2. Prosedur pengaduan di luar hukum badan perjanjian – melalui Prosedur Khusus


DewanHak Asasi ManusiadanProsedurPengaduan Dewan Hak AsasiManusia.

Khusus untuk empat kejahatan berat seperti genosida, kejahatan terhadap


kemanusiaan,kejahatanperang,dan agresi menjadi wewenang Mahkamah Pidana
InternasionalatauInternational Criminal Court(ICC).

Sayangnya, meski Indonesia kerap gagal menuntaskan pelanggaran HAM dan


membawasemuahukumpelanggaranHAMuntukdiadilididalamnegeri,Indonesiajugabelummera
tifikasiStatuta Roma.

Tapi,sebenarnyaadasituasiterbatasketikaICCmemilikikewenanganmengadilikejahatanyang
dilakukanolehwarganegaradarinegara-
negarayangbelumbergabungdenganStatutaRoma.Initermasuksaatseorangwarganegaradarineg
aranon-anggotaperjanjianmelakukan pelanggaranHAMberat diwilayahnegaraanggotaICC.
Kurangnya kemauan pihak-pihak tertentu dalam menyelesaikan kasus, hukum hukum
dibeberapa negara yang kurang memadai untuk mengadili pelaku, hingga proses politik
saratkepentinganmenjadi hambatan-hambatanutamapenuntasankasus pelanggaranHAM.

Relasikuasapihak-pihakyangberkuasaseringkalilebihkuathinggamenempatkankepentingan
politik di atas kemanusiaan, sementara pelanggaranHAMterus terjadi, dansemakin banyak
korban menderita. Di Indonesia, bolak-balik pengembalian berkas antaraKomnas HAM
(penyelidik) dan Jaksa Agung (penyidik dan penuntut), menjadi penghambatpenyelesaian
kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat. Kejaksaan Agung kerap menyebutkurangnya
bukti dalam penyelidikan sebagai hukum yang menghambat penuntasan kasus-
kasuspelanggaran HAMberat.

Selainitu,beberapaterdugapelakupelanggaranHAMberatmalahmenjadipejabatpemerintah.P
adahal, pelakuatauterdugapelaku tidakseharusnyaterlibat
aktifdalammenentukankebijakanhukum.Misalnya,jikamerekamemanipulasipenegakan18oku
muntuk menguntungkan mereka atau membuat mereka bisa lolos dari hukuman, mereka
jadisulit dihukum. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah pelanggaran HAM berat
kembaliterjadi?

Kolaborasiinternasional:

 MemperkuatmekanismeinternasionaluntukmencegahdanmenuntaskanpelanggaranHAMber
at secaratransparan danefektif
 MembantumendampinginegaraanggotauntukmenghentikanpelanggaranHAMdinegaranyad
engan persetujuan dari negaratersebut
 Mendorongpengarusutamaankebijakan,aturan,danpraktikpenegakanhukumnasionalyangtra
nsparan gunamencegahdan mengurangipelanggaran HAM

Pemerintah:

 Menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM melalui pembuatan kebijakan,


legislasi,regulasi,danhukumpengadilanyangmemadaidanefektifuntukmenuntaskankasuspel
anggaranHAM
 Menghapusataumerevisiaturan huumyangberpotensimelanggarHAM
 Mereformasi hukum penegakanhukumagarberorientasiHAM
Individu/masyarakatsipil:

 MemintapertanggungjawabanpemerintahataspenuntasankasuspelanggaranHAMberatagark
eadilan dan kepastianhukum dapat tercapai
 Membantudanmendukungkorbandankeluargakorbanmelaluipesansolidaritas,aksi,danlainny
a.
BABIII

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan dalam masalah ini, penulis dapat
menyimpulkanbeberapa hal terkait kasus pelanggaran HAM di Indonesia khususnya dalam
melihat perangSampityang terjadi, yakni :

 Bahwa kasus Perang Sampit merupakan kasuspelanggaran HAM yangdilindungioleh


Undang-Undang Dasar bahkan konvesi Internasional yang ada. Bahwa
kasusSampitmerupakansalahsatubentukGenosidadimanabanyaknyakorbanyangberjatu
han dalam jumlah yang sangat banyak terutama isu yang diangkat adalah
isutentangetnis dan agama.
 PelanggaranHAMyangdiakibatkanolehperbedaanetnisdanagamamerupakansalahsatuta
nggungjawabpemerintahdanharussegeradiselesaikanagartidakmenimbulkandendam
dan kasus akan terulangserupakedepannya
 Bahwa perang Sampit merupakan salah satu perang etnis yang disebabkan
denganadanyaperbedaanpendapatatauetnosentrismedaribeberapaetnisyangadadiKalim
antan.

3.2 Saran

 Pemahaman akan pelanggaran HAM khususnya yang disebabkan adanya


perbedaanpendapatdaribeberapaetnis,harussegeradipelajaridansemakindisosialisasikan
bagi banyak kalangan. Ini berguna agar kasus seperti Perang Sampit tidak terjadi
lagiuntukkedepannya.
 Pemahaman akan hukum dan aturan-aturan yang berlaku terhadap penanganan
kasuspelanggaranHAMpunjugaharussemakinditingkatkanagarsemualapisanmasyaraka
tmelekhukumdanmampumemahamidanmelakukannyadalamkehidupansehari-
hariterutamadalamkehidupanetnis,agamayang berbeda-beda.
DAFTARPUSTAKA

AdamJones&MaryAnna Warren,“Gendericide
AsAPartofGenocide”,JournalofGenocideResearch, 2:2 (June2000), hlm. 185,dalam
www.hukumonline.

DevySondakh,PeradilanMahkamahInternasionalADHocDenHaagParaPenjahaterangDi
Wilayah Bekas Yugoslavia Dan Kemungkinan Penerapannya di Indonesia,
esis,UniversitasPadjadjaran,Bandung, 1999.

IWayanParthiana,HukumPidanaInternasional, YramaWidya,Bandung,2003

M.CherifBasiouni,InternationalCriminalLaw,VolumeI(Crimes),TransnationalPublishers.Inc.
DobbsFerry,NewYork,1987,hlm.301-302,dalamwww.hukumonline.com.

RomliAtmasasmita,PengantarHukumPidanaInternasional,CetakanKedua,CitraAdityaBakti,Ban
dung, 2003.

Hassanah,Hetty,KejahatanGenosidaDalamKetentuanHukumNasionalSebagaiKejahatanTradisi
onal.UniversitasKomputerBandung. Bandung, 2015.

https://www.amnesty.id/apa-itu-pelanggaran-ham-berat/

https://repository.maranatha.edu/12791/3/0830172_Chapter1.pdf

Anda mungkin juga menyukai