Anda di halaman 1dari 1

leadership in response to the economic crisis

Memimpin sebuah organisasi apalagi Negara merupakan hal yang sangat sulit. Hal ini
dikarenakan, tidak semua manusia yang lahir ke bumi ini memiliki sifat – sifat seorang
pemimpin. Statement di atas sejalan dengan Great Man Theory yang mengatakan bahwa
pemimpin besar tidak dibuat melainkan dilahirkan. Syarat untuk menjadi seorang pemimpin
yang pertama adalah kekuasaan. Apa itu kekuasaan? Kekuasaan adalah otoritas atau kewenangan
yang dimiliki oleh pemimpin untuk menggerakkan para anggotanya dalam melakukan sesuatu.
Menggerakkan semua anggota tidaklah mudah karena membutuhkan kharisma seorang
pemimpin yang kuat agar mereka mau mengerjakan tugas tersebut dengan baik. 
syarat yang kedua adalah kewibawaan. Seseorang yang memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin
akan menciptakan sebuah kepemimpinan yang efektif. Wibawa adalah sifat seseorang yang bisa
mempengaruhi orang lain untuk hormat dan mengikutinya. Dengan wibawa yang tinggi, bawahan
akan hormat dan akan menaati semua keputusan atau pun perintah yang dikeluarkan oleh
pemimpin. Syarat yang ketiga adalah kemampuan. Kemampuan memimpin mutlak harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Mereka harus tahu bagaimana cara memimpin yang baik. Kemampuan
tersebut seperti daya tahan, kesanggupan, manajerial, dan kecakapan secara teknis maupun sosial
yang baik dan lebih dari anggotanya.Membuat keputusan di tengah ketidakpastian: Berhenti
sejenak untuk menilai dan mengantisipasi, lalu bertindak Menunggu terkumpulnya fakta yang
lengkap sebelum memutuskan tindakan merupakan kesalahan umum yang dilakukan para
pemimpin dalam masa krisis. Karena krisis melibatkan banyak kejutan dan hal yang belum
diketahui, bisa saja fakta yang terkumpul belum cukup jelas saat tenggat pengambilan keputusan.
Namun, para pemimpin sebaiknya juga tidak menggunakan intuisi mereka sendiri. Pemimpin
lebih baik mengatasi ketidakpastian dan perasaan jamais vu dengan terus mengumpulkan
informasi seiring perkembangan krisis dan dengan mengamati seberapa baik respon yang telah
diberikan berhasil. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa para pemimpin secara rutin perlu
melakukan jeda (pause) dalam mengendalikan krisis, menilai situasi dari berbagai sudut
pandang, mengantisipasi kemungkinankemungkinan selanjutnya, kemudian mengambil tindakan.
Siklus jeda-menilai-mengantisipasibertindak harus terus berlangsung, karena hal ini akan
membantu pemimpin untuk mempertahankan kondisi tenang (deliberate calm) dan menghindari
reaksi berlebihan terhadap informasi baru. Meskipun ada beberapa saat dalam masa krisis yang
menuntut tindakan cepat tanpa adanya waktu untuk menilai atau mengantisipasi, namun pada
akhirnya pemimpin akan menemukan kesempatan untuk berhenti, introspeksi, dan berpikir ke
depan sebelum membuat keputusan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai