Anda di halaman 1dari 18

OLEOKIMIA

FATTY ALCOHOL

TITA ARI UTAMI / 150405002

SUNDARI PRATIWI / 150405035

HAZIMA ASNI / 150405047

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fatty Alcohol (RCH2OH) merupakan suatu dasar utama oleokimia yang memiliki
laju pertumbuhan yang telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kemajuan standar hidup masyarakat banyak. Fatty Alcohol terus meningkat sebagai
bahan baku surfaktan karena sifatnya yang dapat diurai dan dapat diperbaharui.
Permintaan dunia akan Fatty Alcohol meningkat 4% tiap tahun, pada tahun 2000 saja
mencapai 1.500.000 MT(2).
Fatty Alcohol dapat diproduksi dari minyak bahan alami, atau sintetis dari
petrokimia. Persediaan Fatty Alcohol dunia sekarang ini dapat dibagi menjadi alami dan
buatan. Perbandingan penggunaan alami : sintetik bervariasi di masing-masing negara.
Sebagai contoh, pada tahun 1995 di Amerika Utara memiliki perbandingan 30 : 70,
Eropa Barat 52,5 : 47,5, Jepang 86 : 14 (2) dan diharapkan perbandingan ini setiap tahun
akan lebih berimbang. Karena hal ini dapat meningkatkan persediaan dan stabilitas
harga dari minyak lauric. Sumber utama dari minyak lauric terdapat di daerah Asia
bagian Tenggara.
Hal mendasar yang melatar belakang di buatnya makalah ini adalah agar dapat
menambah pengetahuan tentang hal – hal yang berkaitan dengan Fatty Alcohol, tahap-
tahap prosesnya, kondisi operasinya, dan lain- lain.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa yang Dimaksud dengan Fatty Alcohol ?
2. Bagaimana Proses Pembuatan Fatty Alcohol ?
3. Apa Itu Lauril Alkohol dan Fungsinya?
4. Bagaimana Hubungan Fatty Alcohol dengan Heavy Cut, Middle Cut, Light
Cut?
5. Apa Hasil Umum dari Fatty Alcohol ?
6. Apa Kegunaan Fatty Alcohol Secara Umum ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk Memahami Apa yang Dimaksud dengan Fatty Alcohol.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Pembuatan Fatty Alcohol.
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Lauril Alkohol dan Apa Fungsinya.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Fatty Alcohol dengan Heavy Cut,
Middle Cut, Light Cut.
5. Untuk Mengetahui Hasil Umum dari Fatty Alcohol.
6. Untuk Mengetahui Kegunaan Fatty Alcohol Secara Umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fatty alkohol


Fatty alkohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan
dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian dari asam lemak
dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah genap.
Molekul yang kecil digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam
industri. Molekul yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Karena sifat
amphiphatic mereka, fatty alkohol berkelakuan seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol
dapat digunakan sebagai emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik
dan makanan.
Contoh fatty alkohol :
1. Capryl alkohol (1-octanol) -- 8 carbon atoms
2. Pelargonic alkohol (1-nonanol) -- 9 carbon atoms
3. Capric alkohol (1-decanol, decyl alkohol) -- 10 carbon atoms
4. 1-dodecanol (lauryl alkohol) -- 12 carbon atoms
5. Myristyl alkohol (1-tetradecanol) -- 14 carbon atoms
6. Cetyl alkohol (1-hexadecanol) -- 16 carbon atoms
7. Palmitoleyl alkohol (cis-9-hexadecan-1-ol) -- 16 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)8OH
8. Stearyl alkohol (1-octadecanol) -- 18 carbon atoms
9. Isostearyl alkohol (16-methylheptadecan-1-ol) -- 18 carbon atoms, branched,
(CH3)2CH-(CH2)15OH
10. Elaidyl alkohol (9E-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)8OH
11. Oleyl alkohol (cis-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated
12. Linoleyl alkohol (9Z, 12Z-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
13. Elaidolinoleyl alkohol (9E, 12E-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
14. Linolenyl alkohol (9Z, 12Z, 15Z-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
15. Elaidolinolenyl alkohol (9E, 12E, 15-E-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
16. Ricinoleyl alkohol (12-hydroxy-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms,
unsaturated,
diol, CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)8OH99
17. Arachidyl alkohol (1-eicosanol) -- 20 carbon atoms
18. Behenyl alkohol (1-docosanol) -- 22 carbon atoms
19. Erucyl alkohol (cis-13-docosen-1-ol) -- 22 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)12OH
20. Lignoceryl alkohol (1-tetracosanol) -- 24 carbon atoms
21. Ceryl alkohol (1-hexacosanol) -- 26 carbon atoms
22. Montanyl alkohol, cluytyl alkohol (1-octacosanol) -- 28 carbon atoms
23. Myricyl alkohol, melissyl alkohol (1-triacontanol) -- 30 carbon atoms
24. Geddyl alkohol (1-tetratriacontanol) -- 34 carbon atoms

2.1.1 Jenis Fatty Alcohol


Alkohol lemak, berdasarkan sumber terbentuknya, terbagi menjadi 2 macam,
yaitu :
1. Alkohol Lemak Alami (Natural Fatty Alcohol)
Alkohol lemak alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui yang
terdapat di alam. Alkohol jenis ini selalu berada dalam bentuk gabungan daripada
rantai bebas (senyawa murni). Alkohol gabungan yang penting adalah gliserol
TAG (triasil gliserol) yang mengandung asam lemak yang memilki panjang
rantai karbon C12-C18 yang di pertukarkan ( metil ester menjadi alcohol
lemak). Contoh: Lemak, minyak dan lilin dari tumbuhan dan hewan, serilsesoat
dalam lilin erna dan mirisil palmit dalam lilin lebah.
2. Alkohol Lemak Dari Sumber Lainnya
Untuk mendapatkan Alkohol lemak dengan bentuk seperti ini, dapat
menggunakan beberapa metode berikut :
 hydrolysislilin ester menggunakan lemak hewani
 proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak
 proses Ziegler menggunakan ethylene
 proses oxo menggunakan hydrogenation olefin
 katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan minyak
 hydrogenation langsung lemak dan minyak

2.2 Metode Pembuatan Fatty Alcohol


Untuk menmproduksi Alkohol Lemak dapat menggunakan beberapa metode
berikut :
1. Hidrolisis lilin ester menggunakan lemak hewani
2. Proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak
3. Proses Ziegler menggunakan etilen
4. Proses oxo menggunakan hydrogenation olefin
5. Katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan minyak
6. Hidrogenasi lansung lemak dan minyak
7. Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
Deskripsi tentang metoda pertama dijelaskan sebagai acuan historis awal mula
proses produksi alkohol lemak di dunia. Deskripsi tentang metoda kedua dam metoda
keenam dijelaskan sebagai metode perkembangan dari metode yang pertama. Metoda
ketiga dan keempat menggunakan bahan baku yang berasal dari petrokimia dan akan
dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan saja dalam makalah ini. Bagaimanapun,
harus diketahui bahwa kira-kira 50% persediaan alkohol lemak dunia di produksi
melalui dua cara ini.
2.2.1 Hidrolisis dari lilin ester
Alkohol lemak pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal dari
binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Namun sejak adanya peraturan
tentang larangan perburuan atas ikan paus, sumber dan metode ini tidak lagi digunakan.
Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan NaOH pekat
diatas 3000C, lalu alkohol didistilasi dari sabun dan air yang terbentuk. Hasil Sulingan
(distilat) mengandung alcohol tak jenuh C16-C20. Untuk mencegah terjadinya auto-
oksidasi, distilat ini dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik. Alkohol yang diperoleh
mencapai yield 35 %. Produk utama terdiri dari : cetyl, oceyl, dan alcohol arachidyl.

2.2.2 Proses Reduksi Sodium


Pada tahun 1909, Beauvault dan Blanc menemukan proses reduksi sodium untuk
memproduksi alcohol lemak dari kelapa ester. Pabrik alcohol lemak yang dibentuk pada
tahun 1930an menggunakan proses ini. Sedangkan proses dasarnya relative sederhana,
sebenarnya operasi pabrik banyak menangani produk dan reaktan yang kompleks.
Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan ester kering
dan alcohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit , oksida nya dipecahdengan
pengadukan dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi.
Penambahan Alkohol R’ (sebaiknya alcohol sekunder), bertindak sebagai donor
hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium bias jadi di atas 20 % dari
kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan hidrokarbon dari
isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap.

2.2.3 Proses Zieglar Menggunakan Etilen


Alkohol lemak dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan alcohol
lemak alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses Alfol dan proses Epal.
A. Proses Alfol.
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut, proses ini melalui lima tahap yaitu :
1). Hidrogenasi
2 Al(CH2CH3)3 + Al + 1,5 H2 → 3 Hal(CH2CH3)3
2). Etilasi
3 HAl(CH2CH3)3 + 3 CH2=CH2 →3 Al(CH2CH3)3
2/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya lansung
masuk ke reaksi perkembangan
3). Reaksi perkembangan (growth Reaction)
4). Oksidasi
5). Hidrolisa

B. Proses Epal
Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan proses alfol.
Fleksibilitas Proses ini lebih besar dibandingkan dengan prose alfol.
Alkohol dan α- olefin yang terbentuk bisa dipasarkan. Namun modal dan biaya
yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses control yang lebih
kompleks dan penambahan olefin dan alcohol rantai bercabang.

2.2.4 Proses Oxo Menggunakan Olefin


Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan campuran gas
H2-CO dan katalis yang cocok.
Reaksi ini ditemukan oleh O.Roelen pada tahun 1938.
CH3
2R – CH=CH2 + 2CO + 2H2 → R-CH2CH2-CHO + R-CH2OH
Yield α- olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan
bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
o Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)4
o Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil – phosphine
o Proses menggunakan Katalis Rhodium
Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo , pemisahan katalis dan
regenerasi , hidrogenasi aldehid dan distilasi alcohol.
Proses antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :
Perbandingan Proses OXO
Klasik Shell Unio Carbide
Katalis Cobalt Carbonil Cobalt Carbonil Rhodium
Phosphine Carbonil
Complex Phospine
complex
Konsentrasi 0,1 – 1,0 0,5 0,001 - 0,1
katalis
CO2 : H2 1,1 – 1,2 1,2 – 2,5 Excess hidrogen
Temperatur (0C) 150 – 180 170 – 210 100 - 120
Tekanan (MPa) 20 – 30 5 – 10 2-4
LHSV 0,5 – 1,0 0,1 – 1,2 0,1 – 0,25
Produk Primer Aldehid Alkohol aldehid
Linearitas (%) 40 – 50 80 – 85 90
Pada proses shell, alcohol diperoleh lansung karena bagusnya aktifitas katalis
sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak di perlukan lagi, kelemahan proses ini adalah,
adanya olefin yang hilang dari proses.
Sedangkan proses yang menggunakan katalis Rhodium dapat dilakukan pada P
dan T yang rendah, karena tingginya aktifitas katalis . Kelemahannya adalah
memerlukan biaya yang tinggi karena mahalnya harga Rhodium.

2.2.5 Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak


Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami dapat diperoleh dari metil
ester atau asam lemak. Kedua metode ini memiliki persamaan dan sangat kompetitif
dibandingkan dengan metode lainnya. Secara umum proses pembutan alkohol lemak
secara langsung dari minyak dan lemak dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.1 Rute pembentukan Alkohol Lemak dari minyak dan lemak

Proses hidrogenasi langsung mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya :


1. Menghasilkan produk samping bernilai tinggi gliserin yang justru mengalami proses
hidrogenasi lanjut menghasilkan propilen glikol yang bernilai rendah.
2. Komsumsi gas hidrogen yang cukup tinggi
3. Penggunaan katalis dalam jumlah besar

2.2.6 Hidrogenasi Katalitik dari Asam Lemak dan Metil Ester


Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam lemak.
Katalis, CuCr
R-COOCH3 + 2H2 R-CH2OH + CH3OH
Metil ester Hidrogen Alkohol lemak Metanol
Katalis, CuCr
RCOOH +2H2 RCH2OH + H2O
Asam lemak Hidrogen Alkohol lemak Air
Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri besar karena
kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield yang lebih rendah
dan karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih
dahulu menjadi ester sebelum dihidrogenasi.
Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan dasar
metil ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol lebih tinggi.
Dalam reaksi hidrogenasi dapat terbentuk.
RCH2COCOH + 2H2 ----------------> RCH2CH2OH + CH3OH
RCH2COOH + RCH2CH2OH ------> RCH2COOCH2CH2R + CH3OH
RCH2COOCH2CH2R + H2 --------> 2 RCH2OH
Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi
RCH2CH2OH ----------> RHC=CH2`
RCH=CH2 + H2 ---------> RCH2CH3 (parafin)

Fatty alcohol dengan bahan baku metil ester atau fatty acids
- proses ini menghendaki kelebihan H2 400 kali dari teoritis
- kelebihan hidrogen untuk mempertahankan lapisan tipis katalis sebagai jaminan
reaksi esterifikasi dengan fatty acids
- suhu reaksi 230 – 280oC
- tekanan reaktor 200 – 300 bar
- katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen panas
- konversi dapat mencapai 91%.

Gambar 2.2 Skema Pembuatan Fatty alcohol Dari Metil Ester


2.2.7 Proses Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
Proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi ini terbagi 2 metode yaitu suspension
process dan fixed bed process:
A. Suspension Process
Gambar 2.3 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester – Proses
Suspens
Proses:
 Bahan baku yang digunakan adalah asam lemak dengan hidrogen
 Katalis yang digunakan berbentuk slurry
 Kondisi operasi proses ini dalah pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan temperatur
250-300 0C.
 Reaksi yang terjadi:
RCOOH + 2 H2 RCH2OH + H2O ( dengan katalis CuCr )
Asam lemak Hidrogen Alkohol lemak Air
 Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga pada proses ini diperlukan
kontrol temperatur sehingga mencegah terjadinya pembentukan hidrokarbon
yang tidak diinginkan.
 Hidrogenasi terjadi di dalam reaktor suhu tinggi di mana bahan dipanaskan
terlebih dahulu.
 Panas dari sisa campuran produk reaktor diperoleh dengan resikulasi gas
hidrogen pada alat penukar panas setelah satu produk dipisahkan dengan dua
tingkat pendinginan ekspansi.
 Pada fase gas ( yang mengandung gas hidrogen, uap alkohol dalam jumlah kecil
dan reaksi air) dipisahkan dari alkohol cair pada hot separator ( pemisah panas)
 Campuran didinginkan lebih lanjut di separator pendingin, dimana uap alkohol
dan air hasil reaksi dikondensi dan dipisahkan. Kelebihan gas hidrogen direcycle.
 Alkohol cair yang berasal dari separator panas dipompakan ke flashdrum dimana
hidrogen dilarutkan direcycle dengan meningkatkan gas hidrogen.
 Katalis dipisahkan dari alkohol lemak kasar dengan menggunakan pemisah
aktivitas dan resikulasi dengan alkohol lemak.
 Ukuran fase clear dari pemisah sentrifugal adalah “passed through” yaitu
penyaring halus untuk memindahkan semua sisa suspensi padat hasil dari produk
(alkohol lemak kasar).
 Untuk memurnikan alkohol lemak kasar dapat dilakukan dengan distilasi lebih
lanjut untuk menghilangkan hidrokarbon dan dapat mengalami fraksinasi jika
diinginkan.

B. Fixed Bed Process

Gambar 2.4 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester


Proses Fixed Bed
Pada metode fixed bed process, hal yang membedakannya dengan suspension
process adalah katalisnya fixed (tetap) dalam reaktor.
 Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah ester dan hidrogen
 Reaksi yang terjadi :
RCOOCH3 + 2 H2 RCH2OH + CH3OH
Ester Hidrogen Alkohol lemak Metanol
 Reaksi ini dilakukan pada fase uap dimana sebagian umpan organik diuapkan
dengan gas hidrogen ( 20 – 25 mol ) melalui suatu alat peak heater sebelum
dialirkan ke fixed katalis bed.
 Proses hidrogenasi dengan metode ini dilakukan pada kondisi 20.000-30.000
Kpa dan temperatur 200-250 0C.
 Kemudian campuran didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan fasa cair.
Pada fasa gas sebagian besar merupakan gas hidrogen dan di recycle.
 Fasa cairan diekspansi pada flash tank untuk menghilangkan metanol dari
alkohol lemak.

Perbandingan Alkohol Lemak hasil Proses Fixed bed dan Proses Suspensi
Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu
dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat untuk
volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi dilain sisi
memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis, distilasi alcohol lemak
mentah dan mengolah lagi metil ester.
Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang banyak
dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Alkohol lemak yang dihasilkan dari proses
fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun begitu, kualitas dari alkohol lemak
yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa juga ditingkatkan ke tingkat yang sama
dengan distilasi selanjutnya.

2.3 Lauril Alkohol dan Fungsinya


Lauril akohol memiliki rumus molekul CH 3 (CH 2) 11 OH. Lauril alkohol bersifat
padat berwarna yang diperoleh dari asam lemak minyak kelapa, memiliki bau bunga,
dan mendidih pada 2590C digunakan dalam deterjen, minyak pelumas, dan farmasi.
Adapun parameter lauryl alcohol dalam produk sabun cair adalah sebagai berikut :
2.4 Heavy Cut, Middle Cut, Light Cut
1. Heavy Cut
Alcoltex 1698 - Alkohol Lemak C16 (Cair)
Alcoltex 1899 - Alkohol Lemak C18 (Cair)
Alcoltex 1618 (30:70) - Alkohol Gemuk C16-C18 (Cair)
Alcoltex 1618 (50:50) - Alkohol C16-C18 (Cair)
Alcoltex 1618 (70:30) - Alkohol Lemak C16-C18 (Cair)
Kegunaan sebagai pharma, sintesis, desinfektan, pengolahan pulp dan kertas,
penghilangan kotoran, penggunaan pertanian dalam pestisida dan kondisioner tanah.
2. Middle Cut
Alcoltex 1299 - Alkohol Lemak C12
Alcoltex 1214 - Alkohol Lemak C12-C14
Alcoltex 1216 - Alkohol Lemak C12-C16
Alcoltex 1498 - Alkohol Lemak C14
Kegunaan sebagai pelarut industri, desinfektan, pengolahan pulp dan kertas,
penghilangan kotoran, penggunaan pertanian dalam pestisida dan tanah, kondisioner.
3. Light Cut
Alcoltex 899 - Alkohol C8 Lemak
Alcoltex 1055 - Alkohol C8-C10 Lemak
Alcoltex 1098 - Alkohol Gemuk C10
Alcoltex 1099 - Alkohol Gemuk C10
Kegunaan sebagai sintesis, agricolture, petroleum, wood treatment, coating dan industri
pengolahan mineral.

2.5 Hasil Umum dari Fatty Alkohol


Fatty alkohol merupakan oleokimia dasar yang paling banyak digunakan sebagai
bahan baku surfaktan seperti fatty alkohol sulfat (FAS), fatty alkohol etoksilat (FAE)
dan fatty alkohol etoksi sulfat (FAES). Sekitar 70% fatty alcohol digunakan untuk
membuat surfaktan nonionic dan anionic. Fatty alkohol dapat dibuat dengan asam lemak
maupun metal ester dengan cara hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi menggunakan
katalis kimia. Selanjutnya dilakukan distilasi untuk menghasilkan fatty alkohol dengan
kemurnian tinggi. Fatty alkohol menghasilkan banyak produk turunan seperti poliglikol
eter, fatty alkhohol sulfat, etoksilat, sulfosusinat, eter posfat, eter sulfat dan alkoksilat.

2.6 Kegunaan Fatty Alkohol Secara Umum


Fatty alcohol merupakan bahan dasar utama pembuat surfaktan untuk kebutuhan
detergen dan personal care, pada pertumbuhannya penggunaan fatty alkohol menjadikan
kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Fatty alkohol ini sangat
difavoritkan untuk menjadi sumber utama pembuat surfaktan karena sifatnya yang
biodegradable dan renewable, sebetulnya fatty alkohol pun dapat dibuat dari minyak
bumi, karena tren perminetaan lebih ke arah minyak nabati, yang berasal dari asam
laurat, yang sekarang banyak dikembangkan di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Selain sebagai surfaktan fatty alcohol digunakan untuk kebutuhan lain seperti Plasticizer
untuk memisahkan fraksi C8-C10, Pengemulsi , Pelumas, Bahan Anti Busa, Softener,
Kosmetik untuk pembuatan macam-macan cream, Makanan sebagai anti oksidan,
Produk Intermediate, Parfum dan dan industri di bidang farmasi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah penulisan adalah
1. Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan
dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian dari
asam lemak dan fatty aldehid. Fatty alcohol biasanya mempunyai atom karbon
dalam jumlah genap.
2. Berdasarkan sumber terbentuknya Alkohol lemak terbagi menjadi 2 macam,
yaitu : alkohol lemak alami (natural fatty alcohol) dan alkohol lemak dari sumber
lainnya.
3. Fatty alkohol menghasilkan banyak produk turunan seperti poliglikol eter, fatty
alkhohol sulfat, etoksilat, sulfosusinat, eter posfat, eter sulfat dan alkoksilat.
4. Fatty alcohol memiliki kegunaan secara umum yaitu: surfaktan, detergen,
plasticizer untuk memisahkan fraksi C8-C10, pengemulsi , pelumas, bahan anti
busa, softener, kosmetik untuk pembuatan macam-macan cream, makanan
sebagai anti oksidan, produk intermediate, parfum dan dan industri di bidang
farmasi

3.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan fatty alcohol digunakan teknologi selain teknologi
yang disebutkan dalam makalah ini misalnya Metoda Lurgi Fatty Acid Hydrogenation
sebagai perbandingan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Pembuatan Plasticiser Alkohol Ester dari Minyak Nabati dan


Formulasinya Dengan Resin Polivinil Klorid. http://www.bic.web.id/in/lain-
lain/207-pvc-dari-minyak-sawit.html. Diakses 15 November 2017.
Hui, Y. H. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New York: John
Willey & Sons Inc
Lestari, Dewi Yuanita. 2012. Pemilihan Katalis yang Ideal. Jurusan Pendidikan Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Yernisa. 2015. Oleokimia Dasar : Fatty Alcohol.

Anda mungkin juga menyukai