Anda di halaman 1dari 72

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com
BAB I

ii Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


Modul Berorientasi HOTS:
Pembelajaran Berbasis Proyek

Tim Penulis:

Hasanatul Hamidah
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
Susi Fauziah
Rizma Angga Puspita
Reski Alam Gasalba
Nirwansyah

Penerbit SEAMEO QITEP dalam Bahasa


BAB I

Modul Berorientasi HOTS:


Pembelajaran Berbasis Proyek

ISBN:
978-623-95683-1-3
E-ISBN:
978-623-95683-2-0 (PDF)
Penasihat:
Luh Anik Mayani
Penyumbang:
Esra Nelvi M. Siagian
Pengawas:
Itra Safitri

Tim Penulis:
Hasanatul Hamidah
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
Susi Fauziah
Rizma Angga Puspita
Reski Alam Gasalba
Nirwansyah
Desain dan Tata Letak:
Siti Khotami
Wahyu Gian Andiva
Penerbit:
SEAMEO QITEP dalam Bahasa

Alamat:
SEAMEO QITEP dalam Bahasa
Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan, 12640 Indonesia
Telp: +62 21 7888 4106, Fax: +62 21 7888 4073
www.qiteplanguage.org

Edisi pertama: 2020

© 2020 SEAMEO QITEP dalam Bahasa

Hak cipta dilindungi Undang-undang. Tidak ada bagian dari buku ini yang boleh
direproduksi dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit, kecuali untuk penyertaan
kutipan singkat dalam ulasan.

ii Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

KATA PENGANTAR

SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL), sebuah Pusat yang tugas utamanya meningkatkan kualitas guru
bahasa di kawasan Asia Tenggara, merancang program berdasarkan kebijakan nasional yang
dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud) dan kebijakan daerah yang merupakan Renstra
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berorientasi pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015—2019 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN 2015—
2019)-II, dan Area Prioritas SEAMEO 7.

Kebijakan nasional RPJMN-III bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yaitu guru yang
memenuhi standar regional agar mampu bersaing dengan guru dari negara lain. Hal tersebut dapat
dicapai melalui perluasan layanan pendidikan yang berkualitas dengan menerapkan Kurikulum Bahasa
Indonesia 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan
profesionalisme menjadi target Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang
salah satu program prioritasnya adalah revitalisasi pendidikan guru.

Mengacu pada kebijakan nasional dan daerah, Pusdiklat melaksanakan Program Diklat Kecakapan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS) berbasis Metodologi Pengajaran Bahasa untuk meningkatkan profesionalisme guru
bahasa. Oleh karena itu, guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berorientasi HOTS, yang merupakan salah satu keterampilan yang dikembangkan dalam
pembelajaran 21NS-kurikulum abad. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan kreatif dengan mengembangkan HOTS dalam pembelajaran.

Sebagai pelengkap pelatihan, Pusat mengembangkan modul model pembelajaran.


Modul ini berisi konsep-konsep beserta model ilustratif praktis untuk digunakan guru
sebagai pedoman mengajar. Modul ini melalui beberapa proses dalam penyusunannya:
Focus Group Discussion dengan pakar pengajar, Workshop Validasi Modul dan Uji Coba,
yang diikuti oleh guru sebagai responden dan validator modul ini.

Akhirnya modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru, khususnya para peserta
pelatihan. Setiap saran dan saran untuk meningkatkan kualitas modul akan sangat dihargai

Jakarta, Februari 2019


Direktur,

Bambang Indriyanto
NIK 19580910201701130

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek aku aku aku


BAB I

UCAPAN TERIMA KASIH


Penerbitan modul ini tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak yang telah mendukung
kami selama proses produksi. Oleh karena itu, pada bagian ini kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut.

Dimulai pada tahun 2018 ketika Dr Bambang Indriyanto—Direktur SEAMEO QITEP in Language (Pusat)
(2017—2019)—berinisiatif untuk mengembangkan modul untuk pelatihan. Dengan wawasan dan
bimbingan yang intensif, tim penulis, yang merupakan staf Pusat, berhasil mengembangkan tiga
modul berorientasi HOTS yang berfokus pada tiga model pengajaran, yaitu pembelajaran penemuan,
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis teks.

Dari pengembangan modul hingga proses finalisasi, tim penulis telah mendapatkan bantuan dari
banyak pakar di bidang pendidikan bahasa, yaitu Prof. Dr Nurul Murtadho, Prof. Suwarsih Madya, PhD,
Dr Rd. Safrina, MA (pembelajaran berbasis proyek), Prof. Emi Emilia, PhD, Dr Tri Wiratno (pembelajaran
berbasis teks) serta Dr Sri Setyarini (pembelajaran penemuan).

Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada 27 guru bahasa dari Provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat yang telah memvalidasi keterbacaan modul dalam Workshop Pengembangan
Materi Pelatihan Metodologi Pengajaran Bahasa Berbasis HOTS (Batch 1 dan 2). Kami juga
sangat mengapresiasi sebanyak 41 guru bahasa dari Sumatera Utara dan Jawa Tengah yang
telah mengkaji kelebihan dan kekurangan modul dalam Workshop Uji Coba Materi Diklat
Metodologi Pengajaran Bahasa berbasis HOTS.

Modul-modul tersebut pertama kali ditulis dalam Bahasa Indonesia dan dimaksudkan untuk digunakan dalam Pelatihan
Metodologi Pengajaran Bahasa Berbasis HOTS yang diselenggarakan oleh Pusat tersebut. Namun, mengingat kebutuhan
guru bahasa di kawasan Asia Tenggara, Center bertekad untuk menerjemahkan modul dalam bahasa Inggris dan
menyebarluaskannya ke cakupan wilayah yang lebih luas. Oleh karena itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada editor bahasa dan penerjemah yang telah membantu kami untuk menghasilkan modul versi bahasa Inggris.

Akhir kata, kami juga mengucapkan terima kasih kepada jajaran direksi dan staf SEAMEO QITEP in
Language. Modul ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan dedikasi mereka kepada Pusat.

Desember 2020

Dr Luh Anik Mayani


Sutradara

iv Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia memiliki karakteristik yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan Higher Order Thinking
Skills (HOTS) siswa. Oleh karena itu, untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, modul ini
disajikan sebagai panduan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran berorientasi HOTS dalam proses
pembelajaran bahasa.

Modul ini berfokus pada penerapan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir pada level HOTS. Untuk memberikan pemahaman tentang
bagaimana mencapai tujuan kegiatan pembelajaran di tingkat HOTS, modul ini dibagi menjadi tiga
bagian: 1) Konsep HOTS yang dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dengan mengacu pada
Taksonomi Revisi Bloom Anderson dan Krathwohl, dan strategi bertanya. sebagai cara untuk
merangsang peserta didik mencapai HOTS, 2) Konsep model pembelajaran berorientasi HOTS, dan 3)
Ilustrasi model pembelajaran berorientasi HOTS dalam bentuk RPP yang mengacu pada Kompetensi
Dasar (Kompetensi Dasar/KD) dan Indikator Kompetensi (Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK)
mengikuti Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia.

Bab pertama menjelaskan konsep HOTS, yang mengacu pada Revised Bloom's
Taxonomy (RBT) Anderson dan Krathwohl (2001), dan dapat dicapai dengan
menggunakan strategi bertanya. RBT mengklasifikasikan tujuan pembelajaran
berdasarkan proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri
dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari materi pembelajaran yang termasuk dalam
jenis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. HOTS tercapai
ketika siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menuntut mereka untuk mampu
menganalisis dan mengevaluasi materi pembelajaran, bahkan menciptakan suatu
produk sebagai hasil pembelajaran. Akhirnya, dalam praktik mengajar,

Bab kedua memperkenalkan model pembelajaran berbasis penemuan/teks/berbasis proyek untuk mencapai
21NS tengkorak pembelajaran dan inovasi abad, yaitu, 4C (pemikiran kritis dan pemecahan masalah,
komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas) (P21, 2011). Model pembelajaran ini dipilih karena memiliki
karakteristik pembelajaran yang bermakna, pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran aktif, dan
pembelajaran kolaboratif. Secara lebih rinci, bab ini membahas tentang konsep model pembelajaran, tahapan
pembelajaran, kelebihan, dan hambatan penerapan pembelajaran dan penilaiannya.

Bab ketiga menyajikan ilustrasi model pembelajaran dengan format RPP mengikuti
pedoman Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu
Pendahuluan, Penyusunan Indikator Kompetensi, dan Contoh RPP.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek v


BAB I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii

BAB I PEMBELAJARAN BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR ORDER TINGGI 1


1.1 Definisi HOTS 3
1.2 Tabel Revisi Strategi 4
1.3 Menanyakan Taksonomi 9
REFERENSI 13

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK 15


2.1 Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek 17
2.1.1 Titik Awal Pembelajaran Berbasis Proyek Definisi 17
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Proyek Prinsip 17
2.1.3 Pembelajaran Berbasis Proyek 19
2.2 Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek 20
2.2.1 Memilih Topik Proyek 21
2.2.2 Kegiatan Pra-komunikasi 21
2.2.3 Mengajukan Pertanyaan Penting 22
2.2.4 Merancang Rencana Proyek 23
2.2.5 Membuat Garis Waktu Proyek 24
2.2.6 Menyelesaikan Proyek 25
2.2.7 Menilai Hasil Proyek 25
2.2.8 Mengevaluasi Proyek 25
2.3 Penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Proyek 26
2.3.1 Penilaian Sumatif 26
2.3.2 Penilaian Formatif 26
2.4 Kelebihan dan Kendala Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek 30
REFERENSI 21

BAB III ILUSTRASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK 33


3.1 pengantar 35
3.2 Perumusan IPK 35
3.3 Contoh Rencana Pembelajaran 38
REFERENSI 52

KESIMPULAN 53
LAMPIRAN 54

v Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(HOTS)-Pembelajaran Berorientasi
BAB I

Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir


Tingkat Tinggi (HOTS)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) melalui Kurikulum 2013


menekankan pentingnya 21NS keterampilan abad. Guru sebagai ujung tombak pendidikan diharapkan
mampu memfasilitasi siswa untuk memiliki 21NS pembelajaran abad dan keterampilan inovasi, yaitu,
4Cs (berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas) (P21, 2011). Oleh
karena itu, guru harus menggunakan metode pengajaran yang dapat mengasah Higher Order
Thinking Skills (HOTS) siswa.

Bab ini dibagi menjadi tiga subbagian, yaitu Definisi HOTS, Taksonomi Bloom Revisi, dan
Strategi Menanya. Ketiga bagian ini menjelaskan bagaimana konsep HOTS sebagai
tujuan pembelajaran, yang mengacu pada Revised Bloom's Taxonomy (RBT) Anderson,
dkk. (2001), dapat dicapai dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi
bertanya. Subbab pertama menjelaskan bahwa definisi HOTS yang digunakan dalam
modul ini mengacu pada RBT Anderson dkk. (2001), yang dikategorikan sebagai proses
transfer. Transfer adalah kemampuan siswa untuk tidak hanya mengingat, tetapi juga
memahami dan menggunakan bahan ajar di kelas untuk menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Dalam hal ini, transfer dikaitkan dengan pembelajaran yang bermakna,

Selanjutnya pada subbab kedua, RBT mengklasifikasikan tujuan pembelajaran berdasarkan


dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri dari
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan
dimensi pengetahuan terdiri dari materi pembelajaran yang termasuk dalam jenis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pada subbab ketiga, strategi
menanya dijelaskan sebagai strategi mengajar yang dapat diterapkan oleh guru di kelas untuk
merancang kegiatan pembelajaran yang berorientasi HOTS.

1.1 Definisi HOTS


Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa, Brookhart (2010) mengklasifikasikan
Higher Order Thinking Skills (HOTS) menjadi tiga kategori: (1) Transfer, (2) Berpikir kritis, dan (3)
Pemecahan masalah.

Pada kategori pertama, tujuan pengajaran yang menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki HOTS adalah mereka dapat
melakukan proses transfer. Dengan kemampuan mentransfer, mereka dapat berpikir sehingga dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya ke dalam konteks yang baru. Yang baru di sini mengacu pada
hal-hal yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya.

Istilah transfer diambil dari Anderson et al. (2001), yang menyatakan bahwa transfer menuntut siswa untuk
tidak hanya mampu mengingat tetapi juga memahami dan menggunakan apa yang telah dipelajarinya.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 3


BAB I

Dalam hal ini, transfer dikaitkan dengan pembelajaran yang bermakna. Artinya materi yang dipelajari
siswa dapat dipraktikkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga materi tersebut
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kategori kedua, siswa dikatakan memiliki HOTS jika mereka dapat berpikir kritis, dan dengan itu, mereka harus
dapat membuat penilaian yang bijaksana atau menghasilkan kritik yang masuk akal. Oleh karena itu, mereka dapat
mengajukan alasan, merenungkan, dan membuat keputusan yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah
kemampuan siswa dalam mengevaluasi. Di zaman modern ini, dengan kekayaan informasi, mahasiswa diharapkan
mampu menilai kredibilitas suatu referensi apakah informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak.

Untuk kategori ketiga, siswa telah mencapai tingkat HOTS tertinggi jika mereka dapat mengenali dan memecahkan
masalah tidak hanya dalam tugas akademik tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Brookhart (2010) menyatakan
bahwa masalah terjadi ketika siswa ingin mencapai sesuatu, tetapi mereka tidak tahu bagaimana mencapainya. Jadi,
untuk mengatasi masalah ini, mereka harus menggunakan HOTS. Jika mereka menemukan masalah baru, mereka dapat
bekerja secara kreatif untuk menyelesaikannya. Dengan demikian, penekanannya adalah pada kemampuan untuk
menciptakan.

HOTS, sebagai proses transfer, adalah pendekatan yang paling umum dibandingkan dengan dua
kategori lainnya. HOTS adalah tiga tingkat teratas dalam Taksonomi Bloom dan Taksonomi Bloom
yang Direvisi. Tiga tingkat teratas Taksonomi Bloom meliputi Analisis, Sintesis, dan Evaluasi.
Sedangkan tiga level teratas dalam dimensi proses kognitif Revisi Bloom's Taxonomy meliputi Analyze,
Evaluate, dan Create. Dalam modul ini, HOTS dikategorikan sebagai proses transfer, dan acuan
utamanya adalah Anderson et al. (2001).

1.2 Tabel Taksonomi yang Direvisi

Pada tahun 2001, Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, dan timnya (lihat Anderson et al., 2001)
menerbitkan hasil revisi Tujuan Pembelajaran Pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom
dan timnya pada tahun 1956. Dalam taksonomi ini, dikenal sebagai Taksonomi Bloom, ada enam
kategori dimensi proses kognitif, seperti Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, dan
Evaluasi. Keenam kategori tersebut disusun secara hierarkis (tingkat) berdasarkan kerumitannya, dan
konkrit dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Taksonomi ini banyak digunakan
untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan bentuk penilaian.

Dalam Revised Bloom's Taxonomy (RBT), Anderson & Krathwohl memperkenalkan dua dimensi yang
membentuk tujuan pembelajaran: dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi
pengetahuan berisi konten utama yang diajarkan, sedangkan dimensi proses kognitif adalah
gambaran tindakan yang dilakukan terhadap materi yang diajarkan. Sederhananya, dimensi
pengetahuan digambarkan sebagai kata benda, sedangkan dimensi proses kognitif didefinisikan
sebagai kata kerja.

Dimensi pengetahuan dibagi menjadi empat jenis pengetahuan: pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Sebelum direvisi, dimensi
pengetahuan dalam Taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga yaitu dimensi faktual, konseptual, dan
prosedural.

Tabel (1.1) membandingkan perbedaan antara Taksonomi Bloom dan RBT. Ada tiga perbedaan
mendasar: (a) penggunaan kata benda dalam Taksonomi Bloom diubah menjadi kata kerja;

4 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

(b) pertukaran posisi kategori evaluasi dan sintesis, dan (c) istilah berubah dari sintesis
menjadi mencipta.

Tabel1.1 Perubahan Dimensi Proses Kognitif


Bloom's
Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Analisis Perpaduan Evaluasi
Taksonomi

Diperbaiki
Bloom's Ingat Memahami Berlaku Menganalisa Evaluasi Membuat

Taksonomi

Penjelasan untuk masing-masing kategori dalam dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif dijelaskan
pada tabel 1.2 dan 1.3, yang diturunkan dari Anderson et al. (2001). Penulis menyusun contoh untuk
setiap kategori dengan menyesuaikan konteks dengan pengajaran bahasa. Selain itu, Kata Kerja
Operasional pada Tabel 1.3 diadaptasi dari Retnawati et al. (2017).

Tabel 1.2 Dimensi Pengetahuan

Jenis dan Sub-jenis Contoh

A. Pengetahuan Faktual –Unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa agar terbiasa dengan disiplin ilmunya
atau memecahkan masalah di dalamnya

1) Pengetahuan tentang terminologi Kosakata, Simbol Fonetik

2) Pengetahuan tentang detail dan elemen spesifik Abjad, Angka, Nama Hari, Nama Bulan

B. Pengetahuan Konseptual –Keterkaitan antar elemen dasar dalam struktur kesatuan yang lebih besar yang
memungkinkan setiap elemen berfungsi bersama

1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori Kelas kata: kata benda, kata kerja, kata sifat, dll.

2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi Penggunaan dan Aturan Pedoman Umum Sistem Ejaan
Bahasa Indonesia (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia/PUEBI)

3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur Teori Teks, Model Teks Tertulis, Kalimat Struktur
Aktif/Pasif

C. Pengetahuan Prosedural –Bagaimana melakukan sesuatu; Metode melakukan investigasi; dan kriteria untuk menggunakan
keterampilan, alur kerja, teknik, dan metode

1) Pengetahuan tentang keterampilan khusus subjek dan algo Keterampilan yang digunakan untuk membuat teks; cara membuat
rithms dialog

2) Pengetahuan tentang teknik dan metode khusus Teknik penyajian, skimming, scanning dan kritik
subjek sastra

3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan jenis

menggunakan prosedur yang tepat teks

D. Pengetahuan Metakognitif –Pengetahuan tentang bagaimana memperoleh pengetahuan secara umum dan kesadaran tentang
bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan

1) Pengetahuan strategis Pengetahuan untuk memahami novel dengan mudah dan


tepat, pengetahuan tentang cara membaca cepat

2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk Pengetahuan untuk dapat mengerjakan tes (lisan atau
pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai tulisan), dan tugas sekolah secara efektif

Pengetahuan tentang bagaimana mengenali kekuatan dan kelemahan


3) Pengetahuan diri
seseorang terkait dengan empat keterampilan berbahasa (membaca,
mendengarkan, menulis, berbicara)

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 5


BAB I

Tabel 1.3 Dimensi Proses Kognitif

Kategori & Alternatif Penjelasan Operasional


Proses kognitif Ketentuan dan Contoh kata kerja

A. Ingat- mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang

1) Mengenali mengidentifikasi Manfaatkan dengan baik pengetahuan yang Memilih


diambil dari memori jangka panjang menjadi Mengutip

bahan pembelajaran yang sesuai Menyebutkan

Menjelaskan

Contoh: Seri
Mengenal nama-nama hari dalam Menghitung

bahasa asing Mengenali


Daftar
Menunjukkan

Label
Indeks
Pasangan

Nama
2) Mengingat Mengambil Ambil pengetahuan yang relevan dari memori tanda
jangka panjang Membaca

Menyadari
Contoh: Menghafal
Ingat cara menyapa dan menyapa Meniru
dalam bahasa asing Catatan

Mengulang

Reproduksi
Tinjauan
Negara

Mempelajari

Mentabulasi

Kode
Jejak
Menulis

B. Memahami- mengembangkan makna berdasarkan pesan instruksional, termasuk komunikasi lisan,


tertulis, dan grafis

1) Menafsirkan mengklarifikasi, Mengubah satu bentuk ke bentuk lainnya (contoh: Memperkirakan

parafrase- mengubah bentuk numerik menjadi verbal) Menggambarkan

ing, Mengkategorikan

mewakili- Contoh: Menentukan

ing, dan Parafrase pidato, mengubah bentuk nominal Detail


menerjemahkan menjadi verbal Rekan
Membandingkan
2) Mencontohkan Ilustrasi Carilah contoh atau ilustrasi spesifik dari
Menghitung
dan instan- suatu konsep atau prinsip
Kontras
makan
Mengubah
Contoh:
Menjaga
Memberikan contoh untuk satu atau
Menjelaskan
beberapa jenis teks (tertulis)
Berjalin
3) Mengklasifikasikan Pengkategorian Memasukkan sesuatu ke dalam Membedakan
dan kategori (contoh: konsep atau prinsip) Membahas

subsuming Mengeksplorasi

Contoh: Mengklasifikasikan kata berdasarkan Memberikan contoh

kelas kata Menjelaskan

Negara

Skema

6 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

4) Meringkas Abstrak Tema umum abstrak atau poin kunci Memperpanjang

dan umum- Menyimpulkan

ukuran Contoh: Meramalkan

Tulis ringkasan acara di video Meringkaskan

5) menyimpulkan Penutup, Menyusun kesimpulan logis dari


ekstrapolasi- informasi yang diperoleh
ing, interpo-
lating, dan Contoh: Menyimpulkan aturan tata
memprediksi bahasa berdasarkan contoh yang
diberikan saat belajar bahasa asing

6) Membandingkan kontras, Mengidentifikasi korelasi antara


pemetaan, dua ide, objek, dll.
dan cocok-
ing Contoh:
Bandingkan struktur kalimat aktif
dan pasif

7) Menjelaskan Membangun Membangun model kausal dari suatu sistem


dan model
Contoh:
Jelaskan cara membentuk frasa
nomina berdasarkan kumpulan
contoh frasa yang telah dipelajari

C. Berlaku- melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam keadaan tertentu

1) Melaksanakan melaksanakan Menerapkan prosedur untuk menyelesaikan Menetapkan

tugas yang diketahui Menyortir

Menentukan
Contoh: Melaksanakan
Roleplay (mensimulasikan dialog yang Menyesuaikan

ada) Menghitung
Memodifikasi

Menggolongkan

Menghitung

Membangun

Mengatur
Membiasakan

Mencegah
Menggambarkan

Menggunakan

Menilai
Praktek
Menggali

Menyatakan

Menyesuaikan

Menyelidiki
Beroperasi
Pertanyaan
Konsep
Menjalankan

Meramalkan

Menghasilkan

Proses
Tautan

Menyusun

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 7


BAB I

2) Melaksanakan Menggunakan Menerapkan prosedur untuk menyelesaikan tugas Simulasikan


yang tidak diketahui Menyelesaikan

Melakukan
Contoh: Mentabulasi

Atur dialog dengan konteks baru

D. Menganalisa- memecah materi menjadi beberapa bagian, dan menentukan korelasi antar bagian, dan
menghubungkannya dengan keseluruhan struktur atau tujuan.

1) Membedakan Diskriminasi- Membedakan bagian yang relevan dan tidak Menganalisa

ing, membedakan relevan, atau bagian penting dan tidak Audit


memancar, penting dari materi yang telah disajikan Menyelesaikan

fokus, dan Menegaskan

memilih Contoh: Deteksi


Membedakan satu jenis teks Mendiagnosis

(tulisan) dari teks lain Pilih


Detail
Mencalonkan
2) Pengorganisasian Temuan Tentukan bagaimana elemen bekerja atau
Menggambar bagan
koherensi, berfungsi dalam suatu struktur
Menghubungkan
mengintegrasikan,
Merasionalisasikan
Contoh: Menentukan struktur teks,
menguraikan,
Tes
penguraian, dan menentukan penggunaan kata dan
mencerahkan
penataan pola kalimat untuk tujuan tertentu
Mengeksplorasi

Garis besar

Meringkaskan
3) Mengatribusikan Menghancurkan Tentukan sudut pandang, bias, nilai
Menyimpulkan
atau tujuan di balik materi yang
Menganalisa
telah disajikan
Menyimpulkan

Memerintah
Contoh: Tentukan sudut pandang
Sunting
penulis dalam teks editorial
Berhubungan

Memilih
Ukuran
Kereta
Transfer

e. Evaluasi- melakukan evaluasi berdasarkan kriteria dan standar

1) Memeriksa Koordinasi, Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan dalam Membandingkan

mendeteksi, suatu proses atau produk; menentukan proses Menyimpulkan

pemantauan, atau produk yang memiliki konsistensi internal; keledai


dan pengujian dan mendeteksi efektivitas prosedur yang Langsung

diterapkan Mengkritik
Mempertimbangkan

Contoh: Memutuskan

Periksa kebenaran isi tulisan; periksa Memisahkan

penggunaan kata, tata bahasa, Meramalkan

struktur yang digunakan dalam teks Menjelaskan

Menetapkan

Menafsirkan

Menjaga
Detail
Ukuran
Meringkaskan
Membuktikan

Mengesahkan

Tes
Mendukung

8 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

2) Mengkritik menilai Mendeteksi inkonsistensi antara produk Pilih


dan kriteria eksternal; menentukan Proyek
produk mana yang memiliki konsistensi
eksternal; mendeteksi kesesuaian
prosedur untuk masalah yang diberikan

Contoh:
Mengevaluasi kata-kata tertulis atau
lisan yang sesuai atau mudah dipahami
di antara beberapa pilihan

F. Membuat- menempatkan elemen bersama-sama dalam bentuk fungsional yang koheren atau keseluruhan; mengatur ulang elemen
menjadi pola atau struktur baru

1) Menghasilkan Berhipotesis Buatlah hipotesis alternatif Abstrak


berdasarkan kriteria Mengatur
Menghidupkan

Contoh: Mengumpulkan

Buatlah laporan berdasarkan Mengkategorikan

pengamatan Kode
Menggabungkan

2) Perencanaan Merancang Buat prosedur untuk menyelesaikan Mengatur


tugas Menyusun
Membangun

Contoh: Mengatasi
Garis besar kerangka esai, Menghubung
mengatur penulisan laporan Menciptakan

Membuat

Benar
3) Memproduksi Membangun Buat produk
Desain
Rencana
Contoh:
Mengeja
Menghasilkan teks lisan dan tulis
Menambah
dengan kreasi sendiri
Menjelaskan

Memudahkan

Membentuk

Merumuskan
Menyamaratakan

Kelompok

Mengintegrasikan

Membatasi

Menunjukkan

Mempersiapkan

Menghasilkan

Meringkaskan
Merekonstruksi
Membuat

1.3 Strategi Bertanya


Strategi bertanya merupakan strategi pengajaran yang paling sering digunakan untuk merangsang siswa agar dapat
mencapai pola pikir yang lebih tinggi. Dalam strategi ini, guru mengajukan pertanyaan (termasuk instruksi), yang
merangsang kemampuan berpikir siswa untuk dapat menjawab pertanyaan. Dengan demikian, pertanyaan yang
diajukan tidak akan menjadi pertanyaan ya/tidak yang sederhana, tetapi pertanyaan yang membutuhkan

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 9


BAB I

proses berpikir logis. Oleh karena itu, untuk memahami strategi bertanya, bagian ini
dibagi menjadi tiga bagian: (a) Jenis Soal, (b) Teknik Soal, dan (c) Contoh Soal

A. Jenis Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa di kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori: (1)
pertanyaan tampilan dan (2) pertanyaan referensial (Darn, 2010).

Soal display diberikan oleh guru untuk memunculkan pengetahuan awal siswa dan mengecek
pemahamannya. Jenis pertanyaan ini biasanya berfokus pada bentuk atau struktur bahasa, dan guru
sudah tahu jawabannya. Tampilan soal biasanya berbentuk pertanyaan konvergen/tertutup yaitu
pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban benar atau salah sehingga jawaban yang dibutuhkan
mudah untuk dihafal, dan masih berpola pikir tingkat rendah. Pertanyaan-pertanyaan ini sering
digunakan dalam tes konvensional. Berikut ini adalah contoh soal tampilan.

1. Apa arti dari kalimat/frasa/kata...?


2. Kapan kita menggunakan kalimat/frasa/kata...?

3. Kata/frasa/kalimat apa yang ditulis setelah ...?


4. Apa lawan kata/frasa/kalimat...?
5. Dimanakah penekanan pada kata/frasa/kalimat ini...?

Pertanyaan referensial bertujuan untuk merangsang siswa agar mampu memberikan informasi, pendapat, dan
klarifikasi dari suatu pernyataan. Dibandingkan dengan pertanyaan tampilan, pertanyaan referensial berfokus
pada istilah konten daripada struktur bahasa. Dengan demikian, jenis pertanyaan ini memerlukan pertanyaan
lanjutan atau investigasi yang jawabannya belum tentu diketahui oleh guru. Oleh karena itu, pertanyaan ini
seringkali berbentuk divergen/open-ended question, yaitu pertanyaan yang cakupannya luas sehingga tidak
ada jawaban yang benar atau salah. Pertanyaan divergen/terbuka umumnya membutuhkan jawaban yang
masuk akal. Pertanyaan divergen/terbuka ideal untuk mengembangkan pola pikir siswa tingkat tinggi,
terutama keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berikut ini adalah contoh pertanyaan
divergen/terbuka.

1. Apa pendapat Anda tentang ...?

2. Pernahkah Anda ... kapan/di mana ...?

3. Jika Anda memiliki ... apa ...?

4. Jenis apa...?
5. Bagaimana ...?

B. Teknik Bertanya

Berikut adalah beberapa teknik bertanya yang dapat diterapkan dalam strategi bertanya (Department
of Program Development and Alignment, The School Board of Broward County, 2000).

1. Ingat “waktu tunggu”


Setelah bertanya kepada siswa, tunggu 3-10 detik setelah setiap pertanyaan sebelum memanggil siswa
lain. Tunggu 3-10 detik setelah respons terakhir sebelum mengajukan pertanyaan baru.

10 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

2. Minta “tindak lanjut”


Setelah siswa memberikan jawaban, ajukan pertanyaan lebih lanjut. Misalnya: Mengapa? Apa kamu setuju? Bisakah
Anda menguraikan jawaban Anda? Bisakah Anda memberikan contoh jawaban Anda?

3. Panggil siswa secara acak


Coba tanyakan pada semua siswa. Usahakan tidak hanya memilih siswa yang mengangkat tangan.

4. Lakukan kontak mata dengan siswa yang ditanya dan selalu berusaha menanggapi
jawaban siswa
Saat menanggapi jawaban siswa, beri tahu mereka bahwa tidak ada jawaban yang benar untuk beberapa
pertanyaan.

5. Menahan diri dari menilai siswa


Merespon jawaban siswa dengan cara yang tidak evaluatif, yaitu tidak secara langsung membenarkan
atau menyalahkan jawaban.

6. Biarkan siswa mengajukan pertanyaan


Biarkan siswa mengembangkan pertanyaan mereka untuk mengeksplorasi topik lebih lanjut.

7. Dekati siswa yang biasanya tidak merespon


Membuat jarak lebih dekat dengan siswa akan mendorong mereka untuk berpartisipasi di kelas
(menjawab pertanyaan dari guru).

8. Menghargai semua jawaban dan tanggapan siswa


Jika jawaban siswa tidak lengkap, lanjutkan mengajukan pertanyaan atau parafrase
jawaban dari siswa dan meminta klarifikasi.

C. Contoh Pertanyaan

Berikut adalah contoh soal yang dapat diajukan untuk semua tingkatan dimensi proses kognitif RBT
(Anderson et al., 2001) mulai dari kognitif 1 hingga kognitif 6. Untuk memudahkan guru dalam
memahami gradasi pertanyaan di bawah RBT, berikut ini adalah beberapa pertanyaan dan petunjuk
yang dapat diajukan dalam konteks pemberian teks naratif sebagai materi dalam pembelajaran.

Tabel 1.4 Contoh Soal Menurut Tingkat Dimensi Proses Kognitif

Proses kognitif
Contoh Pertanyaan
Dimensi

C1 – Ingat • Siapa tokoh utama dalam cerita?


• Dimana setting dalam cerita?

C2 – Mengerti • Apa gagasan utama paragraf pertama cerita tersebut?


• Ceritakan kembali cerita tersebut dengan kata-kata/bahasa Anda sendiri!

C3 – Terapkan • Buatlah adegan dialog berdasarkan teks naratif antara karakter A dan
karakter B!
• Lakukan salah satu sikap karakter utama dalam cerita!

C4 – Analisis • Apa yang menyebabkan konflik dalam cerita?


• Apa yang dapat Anda simpulkan dari tokoh utama?

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 11


BAB I

C5 – Evaluasi • Apakah menurut Anda sikap tokoh utama sudah benar? Menjelaskan!
• Sebagai karya naratif, menurut Anda, apa kelebihan dan kekurangan
cerita tersebut?

C6 – Buat • Bagaimana Anda memodifikasi cerita?


• Jika Anda adalah tokoh utama, apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi masalah dalam
cerita tersebut?

12 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB I

REFERENSI

Anderson, LW, dkk. (Ed). (2001).Sebuah taksonomi untuk belajar, mengajar, dan menilai: Sebuah revisi
taksonomi Bloom tentang tujuan pendidikan. New York: Longman.

Brookhart, SM (2010). Bagaimana menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi di kelas Anda.
Alexandria: ASCD.

Darn, S. (2010). Menanyakan pertanyaan. Diperoleh dari https://www.teachingenglish.org.uk/article


menanyakan pertanyaan.

Departemen Pengembangan dan Penyelarasan Program, Dewan Sekolah Kabupaten Broward.


(2000). Taksonomi Bloom. Diperoleh dari http://webb.nmu.edu/Webb/ArchivedHTML/ UPCED/
mentoring/ docs/teachingstrategies.pdf.

Retnawati, H., dkk. (2017).laporan laporan hasil asesmen pendidikan di sekolah: Referensi
untuk pendidik, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Yogyakarta: Pers UNY.

Kata kerja aksi taksonomi Bloom yang direvisi Anderson & Krathwohl. Diambil dari https://www.
apu.edu/live_data/ files/333/blooms_taxonomy_action_verbs.pdf.

Revisi kata kerja proses taksonomi Bloom, penilaian, dan strategi bertanya. Diperoleh
dari https://www. cloud.edu/Assets/PDFs/assessment/revised-blooms-chart.pdf.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 13


BAB I

14 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB II
Pembelajaran Berbasis Proyek
BAB II

Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek terdiri dari empat bagian utama, yaitu konsep, tahapan, kelebihan dan
hambatan, dan penilaian pembelajaran berbasis proyek. Penjelasan tentang pembelajaran berbasis proyek
adalah sebagai berikut.

2.1 Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek

Konsep pembelajaran berbasis proyek akan dijelaskan dalam tiga bagian, yaitu titik awal,
definisi dan prinsip sebagai berikut.

2.1.1 Titik Awal Pembelajaran Berbasis Proyek

Tinjauan sejarah dalam Ulrich (2016) menyatakan bahwa konsep pembelajaran berbasis proyek berasal dari
ide-ide hebat seorang akademisi dan filsuf, John Dewey. Ia berpendapat bahwa siswa dapat memperoleh
pengetahuan praktis dan efisien ketika mengalami dan mempraktekkan hal-hal yang berkaitan dengan konteks
kehidupan nyata. Konsep Dewey lebih dikenal dengan “Learning by Doing”. Selain itu, Dewey juga
mengemukakan bahwa pengalaman adalah cara terbaik bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan
(Rostitawati, 2014).

Teori John Dewey telah banyak dikembangkan dalam berbagai konsep pembelajaran; salah satunya adalah
pembelajaran berbasis proyek yang digagas oleh William Kilpatrick (1871-1965). Pembelajaran berbasis proyek
dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai penelitian pembelajaran bahasa, salah satunya oleh Kovalyova et al.
(2016) yang melakukan penelitian tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek untuk keterampilan
berbicara bahasa Inggris. Hasil penelitian mengidentifikasi peningkatan dalam penguasaan kosakata,
pemahaman tata bahasa, dan keterampilan membaca dan menulis siswa.

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buck Institute for Education (BIE) pada tahun
2016, terungkap bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat mengarahkan siswa untuk mencapai 21NS
keterampilan abad, yaitu keterampilan 4C (Komunikasi, Kolaborasi, Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah,
serta Kreativitas dan Inovasi), nilai karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, kita dapat
berasumsi bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam bahasa akan mendorong siswa untuk
memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, baik keterampilan berbicara maupun menulis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu
mengakomodasi pencapaian tiga Kompetensi Dasar, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan
dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2013. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

2.1.2 Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas, khususnya
dalam bentuk proyek yang dapat mengarahkan siswa untuk mengalami proses inkuiri. Dengan demikian diharapkan
siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai dasar penilaian bagi guru (Thomas, 2000).
Meskipun demikian, tidak semua model pembelajaran yang menghasilkan suatu proyek dikategorikan sebagai
pembelajaran berbasis proyek.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 17


BAB II

2.1.3 Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Selain mengetahui spesifikasi proyek dalam pembelajaran ini, guru juga harus memahami prinsip-
prinsip utama dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek di kelas. Menurut Larmer et al.
(2015), pembelajaran berbasis proyek memiliki tujuh standar utama sebagai prinsip utama, antara lain:

A. Prinsip Menantang Masalah atau Pertanyaan


Prinsip yang mendasari problem assigning atau pertanyaan esensial adalah mampu merangsang siswa dalam
menemukan jawabannya. Pembelajaran dimulai dengan masalah dan pertanyaan yang akan memungkinkan siswa
untuk belajar tentang apa yang harus dipersiapkan dalam proses penyelidikan, jenis kegiatan penyelidikan yang
akan dipilih, alat yang harus disiapkan, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk memecahkan masalah.
atau menjawab pertanyaan.

B. Prinsip Penyelidikan Berkelanjutan


Ini adalah prinsip dari proses penyelidikan yang berkelanjutan. Pemberian masalah dan
pertanyaan pada awal pembelajaran merupakan titik awal dari proses inkuiri. Proses inkuiri dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan pemecahan masalah, kolaborasi, dan
pengelolaan diri.

C. Prinsip Keaslian
Prinsip otentik dalam pembelajaran berbasis proyek adalah menghubungkan pembelajaran dengan
konteks kehidupan nyata.

Ada tiga hal untuk menerapkan prinsip otentik dalam pembelajaran berbasis proyek, antara
lain:

1. Otentik dalam proyek. Proyek yang dirancang oleh siswa didasarkan pada apa yang mereka
alami di dunia nyata. Misalnya, proyek pembuatan buku menu di restoran atau permainan
peran antara penjual dan pembeli.
2. Otentik dalam kegiatan dan peralatan yang digunakan dalam proyek. Selama proyek, siswa
melakukan kegiatan yang mirip dengan kehidupan nyata mereka, misalnya: menghitung anggaran
perjalanan atau menulis surat kepada editor majalah.
3. Otentik dalam dampak hasil proyek. Hasil proyek diharapkan dapat memberikan
dampak terhadap lingkungan, misalnya proyek pembuatan poster larangan atau
pemberitahuan di lingkungan sekolah yang berdampak pada kedisiplinan siswa.

D. Prinsip Suara dan Pilihan Siswa


Prinsip suara dan pilihan siswa dalam pembelajaran berbasis proyek mengharuskan siswa untuk
mengekspresikan ide dan membuat pilihan mereka selama proses melakukan proyek. Dewey (1956)
menyatakan bahwa prinsip suara dan pilihan siswa merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Misalnya, siswa diberi lebih banyak kesempatan
untuk mengekspresikan ide atau memilih detail proyek, dan siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk
mengekspresikan tanggapan mereka ketika guru memberikan beberapa masalah atau pertanyaan
penting.

e. Prinsip Refleksi
Prinsip refleksi dalam pembelajaran berbasis proyek tidak hanya untuk siswa, tetapi juga untuk guru.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengamati efektifitas kegiatan yang dilakukan dalam inkuiri

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 19


proses, untuk mengetahui masalah yang dihadapi selama proyek dan cara mengatasi masalah yang
ditemukan selama proses. Refleksi ini juga membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
metakognitifnya dalam proses pembelajaran.

F. Prinsip Kritik dan Revisi


Prinsip kritik dan revisi merupakan hal yang biasa dilakukan selama proyek berlangsung. Kelompok, guru,
atau bahkan ahli dapat memberikan kritik dan saran untuk memudahkan siswa menemukan hal-hal yang
tidak sesuai dalam suatu hasil proyek dan merevisinya sesuai dengan itu.

G. Prinsip Produk Publik


Prinsip penerbitan suatu produk, yaitu hasil proyek. Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas atau bahkan di lingkungan yang lebih luas. Dengan
mempresentasikan hasil proyek mereka, siswa mendapatkan kepuasan dan motivasi untuk mempresentasikan
karyanya.

2.2 Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek

TTahapan pembelajaran berbasis proyek untuk pembelajaran bahasa secara garis besar terdiri dari tiga
tahapan utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan (Stoller, 2006). Selanjutnya, ketiga tahapan
utama pembelajaran berbasis proyek menghasilkan delapan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

A. Perencanaan
Perencanaan terdiri dari lima kegiatan, yaitu memilih topik proyek, kegiatan pra-komunikasi,
mengajukan pertanyaan penting, merancang rencana proyek dan membuat timeline proyek.

B. Penerapan
Pelaksanaannya terdiri dari satu kegiatan yaitu menyelesaikan proyek.

C. Pelaporan
Ada dua kegiatan dalam tahap ini, yaitu menilai hasil proyek dan mengevaluasi proyek serta
mengevaluasi hasil proyek dan kegiatan pembelajaran.

Skema berikut merupakan tahapan model pembelajaran berbasis proyek secara berurutan.

2. Pra-kom- 3. Bertanya
4. Merancang
1. Memilih
municative penting
topik proyek rencana proyek
kegiatan pertanyaan

8. Mengevaluasi 7. Menilai 6. Menyelesaikan 5. Membuat


proyek proyek proyek proyek
hasil linimasa
BAB II

Berikut adalah penjelasan dari delapan tahapan pembelajaran berbasis proyek.

2.2.1 Memilih Topik Proyek

Hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah memilih topik. Tahap ini bertujuan untuk membantu siswa
memahami topik dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan dalam memilih topik adalah sebagai berikut:

A. Guru dapat menggunakan topik-topik dalam Kompetensi Dasar (KD)


B. Guru merangsang siswa dengan menunjukkan gambar/video/cerita yang berhubungan dengan topik
Jika topik tidak dijelaskan dengan jelas dalam KD, guru dapat melibatkan siswa untuk memutuskan topik.

C. Guru diharapkan dapat menentukan topik-topik yang berkaitan atau terkait dengan kehidupan
nyata siswa, misalnya: perjalanan, liburan, kebersihan sekolah, kehidupan remaja, hiburan (musik,
film, dan konser), teknologi dan olahraga.

Berikut adalah petunjuk atau pertanyaan dalam tahapan pemilihan topik untuk membimbing siswa
mencapai Higher Order Thinking Skills.

A. Guru mengikutsertakan siswa untuk menentukan topik dengan meminta mereka mengamati
fasilitas sekolah melalui pertanyaan-pertanyaan dari Lower Order Thinking Skills (LOTS) hingga
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Contoh soalnya adalah sebagai berikut:

“Apa fasilitas di sekolah kita?” “Fasilitas apa


yang sering Anda gunakan?'' “Bagaimana
menurut Anda kondisi tersebut?” “Kenapa
kondisinya seperti itu?”
“Mengapa kita harus peduli dengan fasilitas sekolah?”

Selanjutnya, guru bersama siswa memutuskan topik.

B. Guru menayangkan video tentang bencana. Kemudian guru memberikan soal dari LOTS sampai HOTS.
Contohnya adalah sebagai berikut:

“Apa yang diceritakan video itu kepada kita?”


“Mengapa kita harus peduli dengan mitigasi bencana?”

2.2.2 Kegiatan Pra-komunikasi

Kegiatan pra komunikatif dilakukan oleh guru pada awal kegiatan pembelajaran,
termasuk pengenalan kosakata baru dan fitur bahasa yang dibutuhkan siswa dalam
mengerjakan proyek. Jika guru menganggap bahwa kegiatan pra komunikatif tidak
diperlukan, maka guru dapat langsung menuju ke tahap selanjutnya.

Tahapan kegiatan pra-komunikatif bertujuan untuk memungkinkan siswa berkomunikasi dalam


bahasa target dan mendukung mereka dalam menyelesaikan proyek.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 21


BAB II

2.2.4 Merancang Rencana Proyek

Kegiatan perancangan proyek meliputi pemilihan jenis proyek berdasarkan pertanyaan esensial dan
penentuan kegiatan dalam proses penyelidikan. Dalam proses ini, guru berperan sebagai fasilitator
untuk menjaga agar rencana proyek tetap rasional, logis dan dapat dilakukan oleh siswa.

Kegiatan perancangan proyek bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya melalui proses pemilihan jenis proyek, pemecahan masalah serta keterampilan
merencanakan kegiatan dalam proses inkuiri.

Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam merancang panning proyek adalah sebagai berikut.

A. Siswa memutuskan jenis proyek dalam kelompok.


B. Siswa memutuskan dan menulis kegiatan yang dilakukan dalam proses inkuiri dalam kelompok.
C. Hasil diskusi dan kesepakatan kelompok dituangkan dalam timeline proyek.

Tabel berikut menggambarkan langkah pertama hingga keempat dari tahapan pembelajaran berbasis proyek
untuk membantu guru memahami detail kegiatan di setiap langkah.

Tabel 2.2 Contoh Topik, Pertanyaan Esensial dan Kegiatan Pra-Komunikasi


yang Dapat Diimplementasikan oleh Guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Penting Pra-komuni-
Topik Proses Permintaan Hasil
Pertanyaan kegiatan katif
apa yang harus dilakukan

turis melakukan Penelitian daring, Bentuk lampau dan Presentasi,


Pariwisata Kapan survei dan interogatif poster, atau pariwisata

mengunjungi wawancara kalimat brosur


daerah Anda?

Apa itu?
Diskusi kelas Kosakata
rumah rumah ideal Poster
dan survei berhubungan dengan rumah
untuk kamu?

Apakah yang
terbesar
curah pendapat,
industri
penelitian online Kala Kini
di kamu Membuat
Iklan dan mengiklankan- dan imperatif
daerah, dan iklan
evaluasi- kalimat
Apakah yang
tion.
pemasaran
strategi?

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 23


2.2.5 Membuat Garis Waktu Proyek

Tujuan dari pembuatan timeline proyek adalah untuk membuat siswa memiliki keterampilan dalam manajemen waktu,
manajemen diri dan kerja tim.

Dalam menyusun timeline proyek, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, antara lain.

A. Siswa membuat garis waktu mulai dari perencanaan hingga pelaporan proyek dalam kelompok.

B. Jadwal yang disusun harus mencantumkan kegiatan, tenggat waktu dan penanggung jawab.
C. Setelah semua kelompok selesai menyusun jadwal, guru mengumpulkan lembar waktu proyek dari masing-
masing kelompok.
D. Lembar timeline proyek dapat digunakan oleh guru untuk memantau kemajuan proyek.

Tabel berikut ini menggambarkan timeline sederhana proyek brosur pariwisata dengan alokasi waktu
tiga minggu.
Tabel 2.3 Contoh Timeline Proyek

Tidak. Kegiatan Penanggung Jawab Tenggat waktu

1 Survei Semua anggota grup 2 Februari 2019


situs pariwisata

2 Mencari informasi Adi dan Silvi 4-6 Februari 2019


tentang pariwisata

desain brosur di
internet
3 Menyusun perjalanan Semua anggota grup 7 & 8 Februari 2019
isi brosur

4 Membeli alat tulis Maya dan Adi 9 Februari 2019

5 Guru Semua anggota grup 11 Februari 2019


konsultasi

6 Merevisi pariwisata Semua anggota grup 11 & 12 Februari


isi brosur 2019

7 Merancang gambar Silvi dan Ara 13 & 14 Februari


untuk brosur 2019

8 Mencetak brosur Maya dan Ara 15 Februari 2019

9 Mempresentasikan proyek Semua anggota grup 16 Februari 2019


hasil
BAB II

2.2.6 Menyelesaikan Proyek

Menyelesaikan tahap proyek adalah inti dari pelaksanaan proyek. Siswa membuat proyek,
mulai dari proses inquiry hingga penyelesaian proyek.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mengolah data dan informasi,
memecahkan masalah, meningkatkan kemandirian, kerjasama tim dan keterampilan komunikasi antara
kelompok dan masyarakat yang terlibat dalam proyek.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:


A. siswa melakukan kegiatan inkuiri berdasarkan timeline;
B. siswa mengelola data yang diperoleh dari proses inkuiri;
C. siswa membuat konten untuk proyek;
D. guru menyediakan setiap kelompok untuk berkonsultasi kemajuan mereka;

e. siswa merevisi (jika perlu) atau menyelesaikan proyek.

2.2.7 Menilai Hasil Proyek

Menilai hasil proyek bertujuan untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas hasil proyek mereka. Guru juga dapat mengevaluasi kinerja siswa dan hasil proyek sebagai
penilaian formatif.

Kegiatan yang dilakukan dalam menilai hasil proyek dijelaskan di bawah ini:

A. Siswa mempresentasikan hasil proyek dan menjelaskan proses produksi.


B. Presentasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa target.
C. Anggota kelompok lain dapat memberikan pertanyaan tentang hasil proyek.
D. Jika hasil proyek berupa drama, pada tahap ini siswa menampilkan drama yang telah mereka
siapkan.
e. Sementara itu, guru melakukan penilaian formatif untuk mengukur proses dan hasil
proyek pada rubrik.

2.2.8 Mengevaluasi Proyek

Mengevaluasi proyek adalah kegiatan dimana guru merefleksikan kegiatan dengan memberikan umpan balik terhadap
hasil proyek, sedangkan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.

Tahap ini bertujuan agar siswa berbagi kesulitan mereka selama proyek dan mengukur kemampuan mereka
untuk melakukan proyek.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi hasil proyek dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.

A. Guru memberikan umpan balik terhadap proyek yang disajikan oleh siswa.
B. Guru mencerminkan kegiatan pembelajaran.
C. Siswa diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman saat mengerjakan proyek.
D. Siswa juga diberi kesempatan untuk merevisi hasil proyek.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 25


2.3 Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Larmer et al. (2015), penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dalam
bentuk penilaian sumatif dan formatif.

2.3.1 Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif dilakukan untuk menilai kompetensi siswa berdasarkan indikator


Kompetensi (IPK) yang tertuang dalam RPP. Penilaian sumatif dapat dilakukan setelah
kegiatan pra-komunikatif, atau ketika proses pembelajaran berbasis proyek selesai. Di
bawah ini adalah contoh desain penilaian sumatif berdasarkan IPK.

Tabel 2.4 Contoh Desain Penilaian Proyek

Bahasa Jerman
KD.3.3 Menafsirkan tindak tutur terkait memberi dan meminta informasi, tindakan/waktu senggang
kegiatan/kegiatan yang dilakukan/terjadi di masa lalu, yang berkaitan dengan perjalanan/wisata
dalam teks interaksi transaksional lisan dan tulis berdasarkan konteks dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.

Penilaian Penilaian Penilaian


IPK Instrumen
Jenis Tujuan Teknik
3.3.1 Menyebutkan Pengetahuan Ukur Tes Tertulis
kosa kata yang ditemukan di siswa tes oleh
teks yang berkaitan dengan tidak menyenangkan cocok
perjalanan/pariwisata dari foto-foto
tema transaksi- dengan
teks nasional benar vo-
3.3.2 Mengklasifikasikan
berhubungan dengan cabulary
kosa kata yang ditemukan di
perjalanan/
teks yang berhubungan dengan
pariwisata
perjalanan/pariwisata
tema

2.3.2 Penilaian Formatif

Penilaian formatif dalam pembelajaran berbasis proyek dirumuskan berdasarkan tahapan-tahapan dalam
proses pembelajaran (Palupi, 2016). Penilaian dalam pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan
mengacu pada skema berikut.

- Memilih topik proyek


Perencanaan - Kegiatan pra-komunikasi
- Mengajukan pertanyaan penting
- Merancang rencana proyek
- Membuat timeline proyek 1. Penilaian sikap
2. Penilaian pengetahuan
Melaksanakan- - Kegiatan penyelidikan 3. Penilaian keterampilan
ing (pengumpulan dan pengolahan data)
- Penyelesaian proyek

Pelaporan Menilai hasil proyek

Skema 2.2 Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB II

Berdasarkan skema di atas, penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan pada
semua tahapan dalam pembelajaran berbasis proyek. Penilaian formatif dalam pembelajaran berbasis
proyek dilakukan melalui observasi melalui instrumen dalam rubrik. Rubrik penilaian dapat ditulis
berdasarkan tahapan pembelajaran atau aspek penilaian (meliputi sikap, pengetahuan dan
keterampilan).

Untuk membantu guru lebih memahami dalam melakukan penilaian formatif, berikut adalah dua
contoh format rubrik sederhana untuk penilaian pembelajaran berbasis proyek.

Contoh 1

• Skor penilaian berdasarkan langkah-langkah pembelajaran

Kriteria dan Skor


Aspek
Bagus sekali Bagus Adil Miskin

4 3 2 1
Siswa adalah Siswa adalah Siswa tidak Siswa masih
mampu mengatur mampu mengembangkan benar-benar mampu menyusun membutuhkan bimbingan dalam

proyek sistematis perencanaan proyek mempersiapkan proyek

Perencanaan perencanaan proyek secara sistematis dan rencana.

secara sistematis. perencanaan. itu tidak sesuai dengan

Namun, itu kriteria.

tidak sesuai dengan


kriteria.

Siswa mengumpulkan Siswa mengumpulkan Siswa mengumpulkan data Siswa mengumpulkan

data data seluruhnya sama sekali. data


sama sekali, dan Namun kurang tidak lengkap,
Data secara sistematis secara sistematis. sistematis dan tidak secara tidak sistematis
Koleksi dan cocok Namun, itu cocok untuk dan tidak
proyek tidak sesuai dengan tujuan proyek. sesuai dengan proyek

tujuan. proyek tujuan.


tujuan.
Siswa adalah Siswa adalah Siswa mampu Siswa adalah
mampu menganalisis mampu menganalisis menganalisis, tetapi tidak mampu
Data dan gunakan dan gunakan mereka tidak mampu menganalisis dan menggunakan

Proses- data data berdasarkan menggunakan data berbasis data


ing secara sistematis proyek berdasarkan proyek pada proyek
berdasarkan tujuan. tujuan. tujuan.
proyek Namun, itu adalah

tujuan. kurang sistematis.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 27


Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum
BAB II

Contoh 2

• Skor penilaian berdasarkan aspek penilaian (sikap, pengetahuan dan keterampilan)

Kriteria dan Skor


Aspek
Bagus sekali Bagus Adil Miskin

4 3 2 1
Siswa menunjukkan Siswa menunjukkan Siswa menunjukkan Siswa melakukan

sangat baik pemahaman yang baik- relatif baik tidak menunjukkan

Pengetahuan memahami ing materi dalam memahami bagus


dari bahan observasi materi dalam memahami
dalam fase. pengamatan dari bahan
pengamatan fase. dalam
fase. pengamatan
fase.
Siswa bisa Siswa dapat bekerja Siswa bisa Siswa adalah
bekerja sama, bersama, Bekerja dalam tim, tidak bisa
sangat mandiri dan tapi mereka tetap bekerja sama
sikap Mandiri mereka bisa menyelesaikan butuh bimbingan dan mereka masih

dan lengkap proyek tepat waktu. dalam menyelesaikan butuh bimbingan


proyek proyek tepat waktu. menyelesaikan

sebelum proyek aktif


tenggat waktu. waktu.

NS Hasil proyek Hasil proyek Proyek


hasil proyek adalah akurat, kreatif. tidak akurat. hasilnya adalah

Keterampilan akurat, sangat Namun, mereka Namun, tidak akurat, tidak


kreatif dan menyajikannya dengan siswa hadir kreatif dan adalah
mereka mempresentasikannya tidak pantas itu dengan tepat disajikan dengan
dengan yang tepat bahasa. siswa lan- tidak pantas
bahasa. mengukur bahasa.

Berdasarkan rubrik di atas, maka dibuat scoring sheet sebagai berikut.

Judul Proyek :

Nama Siswa :

Nilai :
Tidak. Aspek Skor (1-4)
1 Pengetahuan

2 sikap
3 Keterampilan

Total

Skor Maksimum 12

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 29


Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum

2.4 Manfaat dan Kendala Penerapan Pembelajaran Berbasis


Proyek

Pembelajaran berbasis proyek memiliki banyak manfaat dan kelebihan. Oleh karena itu, Singapura telah
menerapkan pembelajaran berbasis proyek sebagai tujuan nasional. Kementerian Pendidikan Singapura
mendorong para guru untuk mengadopsi pembelajaran berbasis proyek dengan motto “Teach Less, Learn
More” (Boss & Krauss, 2007). Manfaat pembelajaran berbasis proyek terangkum dalam beberapa poin sebagai
berikut.

A. Meningkatkan prestasi akademik siswa;


B. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemrosesan data dan informasi, pemecahan
masalah, kerja tim, komunikasi, dan manajemen diri;
C. Meningkatkan motivasi dan minat siswa; dan
D. Memberikan pengalaman belajar siswa berbasis kehidupan nyata.

Namun, guru juga diharapkan memperhatikan hal-hal berikut yang mungkin menjadi kendala dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.

A. Pilihan KD Terbatas
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan banyak waktu; Oleh karena itu, diharapkan guru dapat memilih KD yang tepat,
yang sesuai dengannya.

B. Keanekaragaman Kelompok

Pemilihan anggota kelompok yang tidak tepat dapat menjadi hambatan bagi siswa dalam melaksanakan
suatu proyek. Guru harus memastikan bahwa anggota setiap kelompok bersifat dinamis (anggota berubah
untuk proyek yang berbeda) dan beragam (kemampuan dan latar belakang anggota berbeda-beda).

C. Waktu Konsultasi Terbatas


Karena banyaknya tugas, guru kesulitan mengatur jadwal konsultasi di luar jam
pembelajaran. Sebelum menerapkan model ini, guru diharapkan merancang jadwal
konsultasi agar tidak menjadi kendala selama pengerjaan proyek. Guru juga dapat
menggunakan teknologi sebagai cara untuk berkonsultasi, misalnya membuat grup
WhatsApp untuk konsultasi.

Kendala tersebut dapat dihindari jika guru dan siswa dapat mempersiapkannya dengan matang. Selain itu,
kendala tersebut dapat dijadikan sebagai tantangan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran
bahasa dan meningkatkan kemampuan bahasa siswa untuk mencapai 21NS keterampilan abad.
BAB II

REFERENSI

Bos, S., Karaus, J. (2007). Menciptakan kembali pembelajaran berbasis proyek: Panduan lapangan Anda ke dunia nyata
proyek di era digital. Washington DC: Masyarakat Internasional untuk Teknologi dalam
Pendidikan.

Institut Pendidikan Buck (BIE). (2012).Apa itu PBL? Diperoleh dari http://www.bie.org
tentang/apa_apa_pbl.

Kovalyova, YY, dkk. (2016). Pembelajaran berbasis proyek dalam mengajarkan keterampilan komunikasi dalam bahasa Inggris

sebagai bahasa asing bagi mahasiswa teknik. Jurnal Internasional Teknologi Berkembang
dalam Pembelajaran, 7(4), 153-156.

Kubiatko, M. & Vaculova, I. (2011). Pembelajaran berbasis proyek: Karakteristik dan pengalaman
dengan aplikasi dalam mata pelajaran sains. Ilmu dan Teknologi Pendidikan Energi Bagian B: Ilmu
Sosial dan Pendidikan, 5(3), 65-74.

Larmer, J., dkk. (2015).Menetapkan standar untuk pembelajaran berbasis proyek: Pendekatan yang terbukti untuk
instruksi kelas yang ketat. AS: Institut Pendidikan Buck.

Mayer, A. (2016). Perbedaan antara proyek dan pembelajaran berbasis proyek. Diterima dari
https://www.teacht-hought.com/project-based-learning/difference-between-projectsand-
project-based-lear-ning, diambil pada 30 Juli 2018).

Palupi, DT (2016). Cara mudah memahami kurikulum. Surabaya: Jaring Pena.

Rostitawati, T. (2014). Konsep pendidikan John Dewey.Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,


2(2).

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 31


BAB II

32 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III
Ilustrasi Pembelajaran Berbasis Proyek
BAB III

Ilustrasi Pembelajaran
Berbasis Proyek

3.1 Pendahuluan

Ilustrasi pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek di kelas terdiri dari tiga tahap utama, yaitu
perumusan Indikator Kompetensi (Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK) yang diturunkan dari
Kompetensi Dasar (Kompetensi Dasar/KD), perencanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-
langkah desain pembelajaran dan penilaian berbasis proyek.

3.2 Perumusan IPK


Tahapan perumusan IPK untuk mencapai target dalam KD terdiri dari tiga langkah yaitu
mengidentifikasi dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan dalam KD, mendeskripsikan
materi dan menentukan tahapan proses berpikir dan menentukan kalimat IPK.

Rumusan KD yang dipilih untuk dikembangkan dalam pembelajaran ilustrasi adalah sebagai berikut.

Subjek : Bahasa Jerman


Tingkat/Kelas : Sekolah Menengah Atas/XII
Kompetensi Dasar :

3.3 Menafsirkan tindak tutur yang berkaitan dengan memberi dan meminta informasi tindakan
waktu senggang/tindakan yang dilakukan/terjadi di masa lalu terkait dengan teks interaksi
transaksional lisan dan tulis wisata/wisata berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan yang tepat.

4.3 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana
terkait tindakan memberi dan meminta informasi terkait wisata/wisata dalam teks
interaksi transaksional lisan dan tulis berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar.

1. Langkah-langkah Mengidentifikasi Dimensi Pengetahuan dan Proses Berpikir dalam Kompetensi


Dasar (KD)

Untuk langkah pertama, unsur-unsur dalam rumus KD dijabarkan dan diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu kategori proses berpikir dan dimensi pengetahuan. Dalam rumus KD, dimensi proses
berpikir digambarkan dengan menggunakan kata kerja, sedangkan dimensi pengetahuan ditandai
dengan penggunaan kata benda.

Tabel di bawah ini menggambarkan hasil identifikasi dimensi pengetahuan dan proses berpikir yang
terdapat pada KD 3.3 dan KD 4.3.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 35


BAB III

Tabel 3.1 Identifikasi Dimensi Pengetahuan dan Proses Berpikir dalam KD

kata kerja

KD (proses berpikir Kata benda (dimensi pengetahuan)


dimensi)
tindak tutur yang berhubungan dengan memberi dan meminta informasi
tentang tindakan/kegiatan rekreasi/tindakan yang dilakukan/terjadi di
3.3 Menafsirkan masa lalu terkait perjalanan/pariwisata dalam teks interaksi
transaksional lisan dan tulis berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat

teks interaksi transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana


berhubungan dengan tindakan memberi dan meminta informasi
4.3 Menulis terkait wisata/wisata dalam teks interaksi transaksional lisan dan
tulis berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial, struktur teks, dan
unsur kebahasaan yang tepat.

Sasaran proses berpikir dari kedua KD di atas adalah menginterpretasikan (KD 3.3) dan mengarang
(KD 4.3) teks interaksi transaksional lisan dan tulis. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus
mampu mewadahi kegiatan pembelajaran yang mengarah pada pencapaian KD.

Pengetahuan dalam materi pembelajaran (KD 3.3 dan 4.3) berupa teks interaksi transaksional lisan dan
tulis untuk bertanya dan memberi informasi terkait dengan dua tema utama yaitu kegiatan rekreasi
dan wisata/wisata. Dalam ilustrasi ini, materi akan fokus pada tema perjalanan/pariwisata.

2. Langkah Menguraikan Materi Pembelajaran dan Memutuskan Tahapan Proses Berpikir

Langkah kedua adalah merumuskan IPK berdasarkan KD. Untuk merumuskan IPK, perlu dijelaskan
materi (dimensi pengetahuan) dan menentukan tahapan proses berpikir secara lebih spesifik.
Diharapkan guru dapat mengelaborasi target KD menjadi tahapan yang lebih konkrit dan aplikatif
dalam proses pembelajaran. Perumusan tahapan proses berpikir dapat memanfaatkan kata kerja
operasional yang disediakan dalam Taksonomi Bloom (Bab I).

Tabel berikut menunjukkan tahapan proses berpikir serta materi pembelajaran untuk
mencapai KD tersebut.

36 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

Tabel 3.2 Detail Material dan Proses Kognitif

Proses kognitif Pengetahuan


KD
Target Tahapan Pengetahuan/Materi Pembelajaran

1. Mengidentifikasi Kosakata yang berkaitan dengan tempat,


kondisi cuaca, dan aktivitasdijelaskan
dalam teks yang terkait dengan tema
perjalanan/pariwisata

2. Mengidentifikasi Kata kerja dalam Sempurna tegang dalam teks yang


3.3 Menafsirkan
berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata.

3.Penutup Isi dari teks transaksional yang berkaitan


dengan perjalanan/pariwisata
tentang fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
1. Menerapkan Lisan dan tertulis teks transaksional
berkaitan dengan perjalanan/pariwisata
4.3 Menulis 2. Merancang
tentang fungsi sosial, teks
3. Menulis struktur dan fitur bahasa.

3. Langkah Menentukan Kalimat IPK

Langkah ketiga adalah menentukan IPK berdasarkan uraian yang tergambar pada tabel di atas. Berdasarkan
uraian tersebut, IPK dapat dirumuskan sebagai berikut.

KD 3.3
IPK 3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan tempat, kondisi cuaca, dan kegiatan dalam teks yang

berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata.

IPK 3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja yang berbentuk Sempurna tense dalam teks yang berkaitan dengan tema
tema perjalanan/pariwisata.
IPK 3.3.3 Menyimpulkan isi teks teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana yang berkaitan
dengan perjalanan wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
benar.

KD 4.3
IPK 4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait pariwisata
perjalanan dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat. Merancang
IPK 4.3.2 teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait travel/pariwisata dengan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat. Menyusun teks transaksional lisan dan
IPK 4.3.3 tulis pendek dan sederhana terkait perjalanan/pariwisata dengan fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan yang benar.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 37


BAB III

3.3 Contoh Rencana Pembelajaran

Berdasarkan KD yang dipilih dan rumusan IPK di atas, maka kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan
menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Di bawah ini adalah contoh RPP untuk menggambarkan
pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek serta RPP.

Ilustrasi dalam RPP diperbolehkan untuk dimodifikasi. Jika Anda ingin menerapkan pembelajaran serupa, Anda
dapat menyesuaikan dan menyesuaikannya dengan konteks kelas Anda.

RENCANA BELAJAR

Sekolah : SEAQIL Upper Secodary


Subjek School : Bahasa Jerman
Kelas/Semester : XII/2

Alokasi Waktu : Empat kali pertemuan (satu kali pertemuan = 2 x 45 menit)

A. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar Indikator Kompetensi

3.3 Menafsirkan tindak tutur yang 3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan nama
berkaitan dengan memberi dan tempat, kondisi cuaca dan kegiatan dalam teks yang
meminta keterangan tindakan/ berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata
kegiatan/tindakan senggang yang
3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja yang berbentuk Sempurna
dilakukan/terjadi di masa lalu yang
dalam teks yang berkaitan dengan tema tema
berkaitan dengan perjalanan/
perjalanan/pariwisata.
pariwisata dalam teks interaksi
transaksional lisan dan tulis 3.3.3 Menyimpulkan isi teks transaksional lisan
berdasarkan konteks, dengan fungsi dan tulis pendek dan sederhana yang
sosial, struktur teks, dan unsur berkaitan dengan perjalanan wisata dan
kebahasaan yang tepat tentang fungsi sosial, struktur teks, dan
unsur kebahasaan

4.3 Menyusun teks interaksi 4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis
transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait wisata/wisata
pendek dan sederhana terkait dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
tindakan memberi dan kebahasaan yang tepat.
meminta informasi terkait
4.3.2 Merancang teks transaksional lisan dan tulis
wisata/wisata dalam teks
pendek dan sederhana terkait wisata/wisata
interaksi transaksional lisan dan
dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
tulis berdasarkan konteks,
kebahasaan yang tepat.
dengan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan
yang benar

38 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

4.3.3 Menyusun teks transaksional lisan dan tulis


pendek dan sederhana terkait perjalanan/
pariwisata dengan fungsi sosial, struktur teks,
dan fungsi sosial yang baik;
fitur bahasa

B. Tujuan Pembelajaran

Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa mampu menginterpretasikan teks-teks transaksional yang berkaitan
dengan perjalanan/pariwisata. Mereka juga mampu bekerja secara mandiri, disiplin dan bertanggung jawab dalam
menyusun teks-teks tersebut, dengan fungsi sosial dan unsur kebahasaan yang baik.

C. Materi Pembelajaran

Pengetahuan Bahan
Nyata Kosakata yang berkaitan dengan lokasi wisata, kondisi cuaca,
dan aktivitas saat bepergian

Konseptual Sempurna dan kata kerja dalam bentuk Partizip II.

Prosedural Ungkapan meminta dan memberi informasi terkait lokasi


wisata, kondisi cuaca dan aktivitas saat berwisata

D. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran

Pembelajaran berbasis proyek

E. Media/Alat dan Materi Pembelajaran

1. PPT sampel lokasi wisata


2. Kartu kata kerja (dalam bentuk tak terhingga dan Partizip II)
3. Lembar Kerja
4. Lembar perencanaan proyek
5. Poster penilaian proyek
6. Proyektor
7. Laptop
8. Modem

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 39


BAB III

F. Sumber Pembelajaran

1. Teks dialog terkait tema pembelajaran yang diambil dari buku ajar.
2. Website seperti www.canva.com atau aplikasi komputer lainnya untuk memproduksi poster digital.

G. Tahapan Pembelajaran

Untuk setiap pertemuan, langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Proses pembelajaran berbasis proyek dibagi menjadi empat pertemuan dengan alokasi waktu 2x45
menit untuk setiap pertemuan. Adapun rincian proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pertemuan pertama : Alokasi waktu 2 x 45 menit


Pra Kegiatan

Waktu

Tidak. Kegiatan Alokasi


(menit)
Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum 10 menit
1
memulai kegiatan pembelajaran.

2 Mengecek daftar hadir siswa


3 Pemberian apersepsi berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan tema
pembelajaran yaitu wisata/wisata dan mengajukan pertanyaan untuk merangsang
rasa ingin tahu siswa terhadap tema pembelajaran.
sampel gambar:

40 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

Contoh soal untuk siswa:


A. “Was seht ihr auf dem Bild?“ (Apa yang kamu lihat di
gambar itu?)
B. “Apakah werden wir heute lernen??“ (Apa yang akan kita pelajari hari ini?)

4 Memberikan gambaran tentang manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan

sehari-hari.

5 Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Sementara Kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Kegiatan Pra-komunikatif
1. Siswa mengamati dan mendiskusikan beberapa gambar tempat wisata 15 menit
terkenal di Indonesia yang ditampilkan di PPT.
sampel gambar:

Gambar 1. Pura Tanah Lot, Bali


(sumber: https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=35107303)

Gambar 2. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, DI Yogyakarta


(Sumber: https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=6898102)

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 41


BAB III

Contoh pertanyaan untuk siswa:


A. “Was seht ihr auf dem Bild?“ (Apa yang kamu lihat di gambar itu?)
B. “Wo liegt es??" (Di mana letaknya?)
C. “Wie findet ihr es?“ (Apa pendapat Anda tentang situs itu?)
D. “Wer war schon mal da?“ (Siapa yang pernah mengunjungi situs itu?)
e. “Apakah hast du dort gemacht??" (Apa yang kamu lakukan di sana?)
F. “Ingin bist du dort gefahren?" (Kapan kamu pergi ke sana?)
G. “Wie war das Wetter?" (Bagaimana cuacanya?)

2. Siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gambar menggunakan


bahasa Indonesia atau bahasa Jerman. Guru menulis kata atau kalimat yang
diucapkan dalam bahasa Jerman di papan tulis denganAssoziogram(peta pikiran).

Contoh peta pikiran (Assoziogram):

Reisen
Ort
Aktifitas
10 menit
lebih basah

3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Secara

berkelompok, mereka diminta untuk mencocokkan kata-kata dari dua set kartu yang berbeda.

Contoh kartu:

gereist reisen

Cara bermain: Selain memperkayaing


kosa kata siswa Ular
A. Ada dua set kartu dengan warna berbeda (misalnya: hijau dan kuning). vel
terkait dengan lalu lintas

tema, ini g saya


Kartu hijau berisi kata kerja dalam bentuk infinitif (tidak terkonjugasi/
juga bertujuan untuk Hai

bentuk tak terhingga). Sementara itu, kartu kuning memiliki kata kerja di memperkuat stu penyok
Sempurna membentuk (Partizip II). pengertian o f kata kerja

B. Kata kerja yang diberikan diprediksi akan muncul dalam teks untuk perubahan bentuk masuk

membantu siswa memahami teks, yang akan dibahas pada langkah Partizip II

berikutnya.
C. Waktu yang diberikan tergantung dari jumlah kartu permainan yang disediakan.

D. Guru memberikan pasangan kata yang benar setelah permainan selesai.


Siswa membandingkan jawaban kelompoknya dengan jawaban yang
benar.

42 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

e. Di akhir kegiatan, siswa diminta untuk menuliskan pasangan kata


di buku catatan mereka.

4. Siswa diberikan beberapa teks yang berkaitan dengan tema pembelajaran. Siswa 20 menit
mendiskusikan teks dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Contoh (dikutip dari Logisch! A1)


Jika teks memberikan
n ada di dalam

bentuk audio atau video,


Julia : Wohin bist du in den Ferien gefahren? guru harus aku juga
Markus : Ich bin mit meinen Eltern nach sterreich, an den Neu- berikan transkrip ion dari
siedler Lihat gefahren teks.
Julia : Tol! Wie war das Wetter di sterreich?
Markus : Es perang usus. Die Sonnetopi tag jeden geschienen.
Julia : Und waskebiasaan ihr da gemacht?
Markus : Wir haben gecamp. Und was tergesa-gesa du gemacht?
Julia : Ichtempat sampah nach Balkonien gefahren. Markus :
Balkonien? Wo liegt denn das?
Julia: Gila! Ichtempat sampah nicht weg gefahren. Ich tempat sampah nur Guru harus ld
zu Hause geblieben. satu
menyediakan lebih dari
teks, jadi siswa c NS
memperoleh berbagai
Contoh pertanyaan: terkait kosa kata ke
A. “Wie heißen die Leute im Text?“ (Apa nama tema, analisis ng
isi masing-masing H
karakter dalam teks ini?
dan menganalisis ini e
B. “Worüber besprechen die Leute im Text?“ (Apa yang
struktur dan sosial Al
dibicarakan karakter dalam teks?) fungsi te xt
C. “Wohin ist ... di den Ferien gegangen?“ (Ke mana ...
pergi selama liburan?)
D. “Wie war das Wetter?" (Bagaimana cuacanya?)
e. “Apakah topi? ... di dalam ... gemacht?“ (Apa yang ... dilakukan di ...?)

F. “Wo steht die Informasi im Teks?“ (Di mana Anda dapat


menemukan informasi dalam teks?)
G. “wenn du ... terakhir, adalah yang terpanas di den Ferien gemacht?“ (Jika
Anda ..., bagaimana Anda akan menghabiskan liburan Anda?)

5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Dalam 25 menit
kelompok, siswa diminta untuk membuat dialog berdasarkan situasi yang
diberikan. Setelah itu, siswa memperagakannya di depan kelas, dan dapat
dijadikan sebagai penilaian keterampilan berbicara.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 43


BAB III

Contoh instruksi:

Machen Sie einen Dialog dan spielen Sie ihn aus.

Heute ist der erste Tag in dem neuen Semester in der Schule.
Sie unterhalten sich mit Ihren Schulkameraden über letzte
Schulferien. Fragen Sie diese folgenden Fragen: A. Wo warst
du? (Kemana kamu pergi selama liburan sekolah?)

B. Wie war es? (Bagaimana itu?)


C. Wie war das Wetter? (Bagaimana cuacanya?)
D. Apakah hast du dort gemacht?? (Apa yang kamu lakukan di sana?)

Pasca-kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Aktivitas dalam Detail
(menit)
1. Membimbing siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran. 10 menit
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.

Contoh:
Pada pertemuan berikutnya, Anda akan mengerjakan proyek yang berkaitan dengan tema

hari ini. Oleh karena itu, Anda akan bekerja dalam kelompok untuk membuat produk

tertentu. Pada pertemuan berikutnya, kita akan membahas lebih lanjut proyek tersebut

bersama-sama.

3. Menutup kegiatan pembelajaran dan salam.

44 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

2. Pertemuan Kedua : Alokasi Waktu 2 x 45 menit Pra


Kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
1. Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa 15 menit
sebelum memulai kegiatan pembelajaran.

2. Mengecek daftar hadir siswa.


3. Membimbing siswa untuk mengingat materi pembelajaran dari pertemuan
sebelumnya dan menghubungkannya dengan pertemuan ini.

4. Memberikan arahan mengenai kegiatan pembelajaran untuk pertemuan


ini.
Contoh:

“Ihr werdet in einer Gruppe arbeiten und zusammen ein Projekt


zum Thema Unsere Semesterferien´ machen. Am Anfang zeige
ich euch die Sinnfrage. Danach, basierend auf der Frage, plant
ihr zusammen das Projekt und bringt am Ende etwas zu Stande
.“

(Dalam kelompok, Anda akan mengerjakan proyek dengan tema "Liburan


Semester Kita". Pertama, saya akan memberikan beberapa pertanyaan
penting proyek. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan ini, Anda akan
membuat rencana proyek dan menghasilkan sesuatu di akhir proyek. .)

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 45


BAB III

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Mengajukan Pertanyaan Penting

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima sampai enam orang. 15 menit
2. Menyajikan pertanyaan penting untuk menjadi dasar proyek. Pembagian grup
disesuaikan dengan c gadis
Contoh pertanyaan esensial:
kondisi.
Wie war eure Schulferien?
Bagaimana liburanmu?

Merancang Rencana Proyek

3. Melalui bimbingan guru, siswa menentukan proyek. 30 menit


4. Siswa merencanakan dan menentukan beberapa hal mengenai proyek di Dalam proyek ini, siswa nts
akan membuat poster
bawah bimbingan guru. infografis digital t Hai
menggambarkan turis
tujuan dan
Contoh: kegiatan yang dilakukan oleh eir
A. Teknik pengumpulan data, responden selama G
istirahat semester.
B. Jumlah responden,
C. Deskripsi yang disebutkan dalam poster,
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian poster, Hal ini dimaksudkan Hai
e. Kriteria penilaian, untuk mempersiapkan siswamasuk

ion
menganalisis situasi
5. Siswa berdiskusi dan membuat proyek dalam kelompok. ons
dan membuat keputusan

berdasarkan anal ysis


Contoh: hasil.
Menentukan kegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan
proyek (proses pengumpulan data, analisis data, pembuatan
poster, dll). Dalam ilustrasi ini,dia
A. Menentukan peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan poster.
proyek t selesai d untuk
empat pertemuan.
B. dll.

Membuat Garis Waktu Proyek

6. Menampilkan tabel jadwal proyek, menginformasikan alokasi waktu


proyek, dan memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dan membuat
timeline proyek.

Contoh instruksi guru:


Kami akan melaksanakan proyek ini dalam empat pertemuan, mulai dari
pertemuan ini. Dalam pertemuan ini, Anda akan bekerja dalam kelompok untuk
merencanakan dan menjadwalkan proyek. Pada pertemuan keempat, Anda
diharapkan telah menyelesaikan produk dan mempresentasikannya di depan Rencana proyek ing
kelas. Sekarang, kita akan membahas dan menyepakati target yang harus dicapai
lembar dikumpulkan oleh
guru sebagai referensi ence
pada pertemuan kedua dan ketiga.
untuk memantau ini e

kemajuan siswa ss

7. Membagikan lembar perencanaan proyek (terlampir) untuk


diisi oleh siswa.

46 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

8. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan hal-hal berikut dan


menuliskannya dalam lembar perencanaan proyek.
A. Jadwal,
B. Batas waktu untuk menyelesaikan kegiatan tertentu,
C. Penanggung jawab, dan
D. Pembagian tugas antar anggota kelompok.

Pasca-aksi kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
1. Membimbing siswa untuk melakukan refleksi atas pembelajaran pada 10 menit
pertemuan ini
Dalam ilustrasi ini, d atas
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya. proses pengumpulan adalah

dilakukan melalui

Contoh: teknik wawancara ue


di luar kelas h kita
Seperti yang telah kita sepakati sebelumnya, pada pertemuan berikutnya,
Anda akan menganalisis data yang telah dikumpulkan melalui proses
wawancara dan mulai membuat poster infografis digital. Jadi, harap
membawa laptop, modem, atau perangkat lain yang Anda perlukan untuk
Untuk memantau prosesta
memudahkan proses diskusi dan pembuatan poster. pengumpulan da S,
guru bisa bertanya
siswa untuk mencatat
3. Menutup kegiatan pembelajaran dan salam. kegiatan dalam bentuk
video
3. t pertemuan ketiga: Alokasi waktu 2 x 45 menit

Pra-aktif itas
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
1. Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum 10 menit
memulai kegiatan pembelajaran.

2. Mengecek daftar hadir siswa.


3. Membimbing siswa untuk mengingat kembali materi pertemuan sebelumnya
dan mengaitkannya dengan pertemuan hari ini.

4. Memberikan arahan kegiatan pembelajaran pada pertemuan hari ini.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 47


BAB III

Sementara Kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Menyelesaikan Proyek

1. Memantau kemajuan proyek masing-masing kelompok. 70 menit


2. Siswa bekerja dalam kelompok Guru harus pr melihat

untuk a. desain konsep poster, masukan yang mendorong usia


siswa untuk berpikir kritis dan secara
B. mengolah data hasil wawancara, dan
mengarahkan siswa untuk o pecahkan
C. memvisualisasikan data hasil wawancara ke dalam poster masalah mereka sendiri MS.
infografis.
Memantau kemajuan
3. Siswa dapat berkonsultasi tentang kemajuan proyek dan dari proyek c menjadi
hambatan yang dihadapi, baik dalam hal teknis maupun dilakukan di luar t dia kelas
bahasa, dengan guru. jam, salah satu dari w ini menurut

memanfaatkan instan

aplikasi perpesanan
sebagai sarana
Pasca-kegiatan
komunikasi
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
1. Membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran. 10 menit
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.

Contoh:
Pada pertemuan berikutnya, Anda akan mempresentasikan poster
infografis yang telah Anda buat. Harap selesaikan poster sesuai dengan
tenggat waktu yang telah disepakati. Selain itu, perhatikan poin-poin yang
disepakati dan kriteria penilaian terkait presentasi poster.

3. Menutup kegiatan pembelajaran dan salam.

4. Pertemuan Keempat : Alokasi Waktu 2 x 45 menit

Pra-kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
1. Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum 10 menit
memulai kegiatan pembelajaran.

2. Mengecek daftar hadir siswa


3. Membimbing siswa untuk mengingat materi sebelumnya pada pertemuan
sebelumnya dan menghubungkannya dengan pertemuan hari ini

4. Memberikan arahan kegiatan pembelajaran pada pertemuan hari ini

48 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

Sementara Kegiatan

Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
Menilai Hasil Proyek
1. Menjelaskan aturan dan kriteria penilaian presentasi hasil 45 menit
proyek

Poster 2. Siswa mempresentasikan poster infografis secara berurutan


diproduksi
Mengevaluasi Proyek
oleh siswa
dapat 3. Siswa melakukan penilaian sejawat untuk menilai sikap setiap 25 menit
dicetak atau
anggota kelompok selama proses proyek.
ditampilkan
menggunakan sebuah 4. Siswa mengevaluasi seluruh kegiatan proyek dengan menempelkan
proyektor stiker pada poster penilaian yang telah disiapkan oleh guru.

Contoh Poster Penilaian:


Ich habe das Ich habe das Ich habe das
Proyek Nicht Proyek Nicht Proyek sehr
menarik sangat menarik menarik
gefunden gefunden gefunden

Contoh instruksi:

kanIhr solltet diese Projekt-Aktivität bewerten. An der Wand habe


ich ein Poster schon angeklebt. Dort gibt es drei Aussagen. Das sind
'Ich habe das Projekt nicht interessant gefunden', 'Ich habe das
Projekt nicht so interessant gefunden' dan 'Ich habe das Projekt
sehr interessant gefunden'. Steckt den Sticker in der passenden
Säule. Zum Beispiel, wenn ihr die Aktivität sehr mögt, dann klebt
das Sticker in die dritte Säule an.“
(Saya telah melampirkan poster evaluasi kegiatan. Ada tiga kalimat
di sana, yaitu “Bagi saya, proyek ini tidak menarik”, “Bagi saya,
proyek ini cukup menarik", dan 'Bagi saya, proyek ini sangat
menarik”. Anda harus menilai kegiatan proyek yang telah Anda
lakukan dengan menempelkan stiker pada kolom pernyataan yang
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah
sesuai dengan pendapat Anda. Misalnya, jika Anda sangat
diminta untuk menggali lebih dalam
menyukai kegiatan proyek, harap lampirkan stiker di kolom ketiga.) ke dalam siswa
5. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya terkait keefektifan pendapat tentang
kegiatan proyek.
pembelajaran berbasis proyek terhadap pemahamannya tentang
Sempurnakonsep kalimat.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat dirujuk. A. “..., apakah
hast du beim Unterricht gut gefunden? Und was nicht?“ (..., bagian
pembelajaran mana yang menurut Anda paling baik? Dan bagian mana
yang menurut Anda kurang baik?)
B. “Apakah ist schwer für euch beim Projekt?“ (Menurut Anda,
apa kesulitan dalam menyelesaikan proyek?)

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 49


BAB III

C. “..., kannst du das Perfekt gut verstehen und im richtigen Kontext


benutzen?“
(..., apakah kamu sudah mengerti Sempurna tegang dan dapatkah Anda menerapkannya

pada konteks yang tepat?)

Pasca-kegiatan

Waktu

Tidak. Kegiatan Alokasi


(menit)
1. Mintalah siswa untuk menyimpulkan pembelajaran selama empat pertemuan terakhir dan 10
menyampaikan hal-hal positif yang telah mereka peroleh melalui pembelajaran tersebut. menit
2. Menyampaikan rencana yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.

3. Menutup kegiatan pembelajaran dan salam

6. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian
A. Penilaian Sikap : Observasi, penilaian sejawat :
B. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis
C. Penilaian Keterampilan : Pertunjukan

2. Jenis Penilaian
A. Penilaian Sikap : Jurnal observasi, lembar penilaian sejawat :
B. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis
C. Penilaian Keterampilan : Lembar penilaian keterampilan
D. Penilaian Proyek berbicara : Lembar penilaian proyek

Catatan:

a) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek
dengan teknik observasi. Selain itu, peer assessment juga dilakukan untuk mendukung
data yang diperoleh melalui proses observasi.

b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan satu kali setelah kegiatan proyek berakhir. Penilaian
pengetahuan dalam bentuk tes tertulis mengukur tiga IPK berikut.

3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan nama situs, kondisi cuaca dan kegiatan
dalam teks yang berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata.
3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja di Sempurna bentuk dalam teks yang berkaitan dengan tema perjalanan/

pariwisata.

3.3.3 Meringkas isi teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana
terkait perjalanan wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan yang benar.

50 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

c) Penilaian Keterampilan

Sebelum siswa menyusun teks secara mandiri melalui kegiatan proyek, siswa diminta untuk
memproduksi teks transaksional lisan berdasarkan situasi yang diberikan dan mempraktekkannya
di depan kelas. Berdasarkan tugas tersebut, guru mengambil skor keterampilan berbicara siswa.

Berikut adalah target IPK untuk penilaian keterampilan

4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
benar

d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan secara berkesinambungan selama tiga tahap pelaksanaan proyek, yaitu
perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, dan pelaporan proyek untuk menilai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan siswa. Meskipun proyek dilakukan secara berkelompok, penilaian tetap dilakukan
secara individu.

Berikut IPK yang dinilai melalui penilaian proyek

4.3.2 Merancang teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang tepat.
4.3.3 Menyusun teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang tepat.
Catatan:

Instrumen penilaian dan rubrik yang digunakan dalam ilustrasi ini terlampir.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 51


BAB III

REFERENSI

Bettermann, C., dkk. (2005).Studio d A1, deutsch als fremdsprache, unterrichtsvorbereitung.


Berlin: Cornelsen.

Koithan, U., dkk. (2013).Logis! deutsch für jugendliche, kursbuch a1. München: Klett-
Langenscheidt.

Niemann, RM & Kim, DH (2014). Studio d a1, deutsch als fremdsprache, sprachtraining. Jakarta:
Katalis.

Ratnawati, H., dkk. (2017).laporan laporan hasil asesmen pendidikan di sekolah: Referensi
untuk pendidik, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Yogyakarta: Pers UNY.

52 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang memungkinkan siswa berdiskusi secara aktif dalam proses
pembelajaran melalui penerapan pengetahuan yang dimilikinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan pembelajaran ini, siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan sosial.
Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek cocok untuk situasi pembelajaran di Indonesia. Hal tersebut dinilai
mampu mendukung pencapaian tiga kompetensi inti, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap, seperti yang tertuang
dalam Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa juga dapat dikembangkan di hampir semua langkah pembelajaran
berbasis proyek. Guru dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi, seperti
pada tahapan penentuan topik, perencanaan dan penjadwalan proyek, proses inkuiri, dan analisis data. Selain
itu, siswa didorong untuk mampu menganalisis kondisi atau kebutuhannya, memberikan penilaian dan
argumentasi yang mendukungnya sehingga dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah.

Sesuai dengan namanya, pembelajaran berbasis proyek mengarahkan siswa untuk mengalami tahapan-
tahapan tertentu sehingga mereka dapat menciptakan sebuah produk di akhir proyek. Oleh karena itu, siswa
didorong untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru secara mandiri, berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh selama pembelajaran. Kreativitas dan kolaborasi siswa menjadi aspek penting
dalam proses produksi.

Melalui modul ini, diharapkan guru memahami konsep pembelajaran berbasis proyek. Selain itu,
ilustrasi pembelajaran yang diberikan dalam modul ini juga diharapkan dapat memperdalam
pemahaman guru dan membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek dalam
konteks pembelajarannya.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek 53


BAB III

LAMPIRAN

Lampiran 1: Contoh Poster Infografis Digital Lampiran 2:


Contoh Instrumen Penilaian Sikap Lampiran 3: Contoh
Instrumen Penilaian Pengetahuan Lampiran 4: Contoh
Instrumen Penilaian Keterampilan Lampiran 5: Contoh
Instrumen Penilaian Proyek

54 Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

Lampiran 1

CONTOH POSTER INFOGRAFIS DIGITAL

©SEAMEO QITEP dalam Bahasa, 2018

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek vii


BAB III

LAMPIRAN 2

CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP 1.


Jurnal Observasi

Kelas :
Tahun akademik :
Subjek :

Kejadian/ Sikap*
Tidak. Waktu Nama Pos (+)/ Neg (-) Menindaklanjuti
Sikap titik(*)

(*)Poin sikap meliputi sikap menghargai, menghormati, dan menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Poin-poin tersebut mengacu pada
poin-poin sikap yang tertuang dalam rumusan KI-2 untuk jenjang Sekolah Menengah Atas.

2. Lembar Penilaian Sejawat

Nama resensi : ………………………

Berilah tanda centang (√) atau tanda silang (x) pada pernyataan yang tersedia yang sesuai dengan
pengamatan Anda selama proses pelaksanaan proyek.

Teman 2 (Nama:
Tidak. Indikator Pengamatan Teman 1 (Nama: ……)
……)
Teman saya mengungkapkan

pendapatnya dengan sopan

Teman saya mengerjakan tugasnya

berdasarkan pembagian tugas dalam

kelompok

Teman saya menghargai


pendapat orang lain yang
berbeda dengan idenya

Teman saya membantu teman-


teman lain yang memiliki
masalah

vii Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

LAMPIRAN 3
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN 1.
Contoh Item Mencocokkan

Urlaubsaktivitäten

a) Welches Verb lewat (am besten)? Ordnen Sie zu.saya


terdampar 1
ein Schloss 2 A besichtigen
Spazieren 3 B machen
ein Picknick 4 C gehen
saya Hotel 5 D bawahan

durch die Altstadt 6 e übernachten


eine Radtour 7 F sial
di Teater 8

b) Schreiben Sie die passenden Aktivitten unter die Bilder.

1............................ 2............................ 3............................ 4............................

5............................ 6............................ 7............................ 8............................


(Diambil dari Studio D A1 Sprachtraining)

Catatan:

Pada instrumen A, siswa diminta untuk mencocokkan kata kerja dengan kata benda untuk membuat frasa yang
menggambarkan kegiatan saat bepergian. Sedangkan pada instrumen B, siswa diminta untuk mencocokkan frasa pada
bagian A dengan gambar yang disediakan.

Sumber gambar:
[1] https://pxhere.com/nl/photo/1168899 (diakses 26 April 2019)
[2] https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Schloss_ernstbrunn_07.JPG (diakses 26 April
2019)
[3] https://pxhere.com/de/photo/687800 (diakses 26 April 2019)
[4] https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/tourists-at-the-hotel-reception-vec
tor-13819027 (diakses 26 April 2019)
[5] https://tourismus.gera.de/index.php/gruppenangebote-stadtfuehrungen/
oeffentlichestadtrundgaenge (diakses 26 April 2019)

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek ix


BAB III

[6] https://www.strandblick.de/rhapsodie-in-raps-radeln-an-der-ostseekueste/ (diakses 26


April 2019)
[7] https://www.badische-zeitung.de/lahr/ins-kino-gehen-ganz-ohne-mitdenken--62072885.
html diakses 26 April 2019)
[8] https://www.maedchen.de/life/kalorienverbrauch-beim-spazierengehen (diakses 26
April 2019)

2. Contoh Item Benar-Salah

Paul und Melanie haben für die Schülerzeitung einen Artikel über die Sommerferien
geschrieben. Kebohongan dan Teks. Sind die Aussagen richtig oder falsch?

Der Sommer ist vorbei und unsere Freunde haben uns erzählt, adalah sie alles di den
Ferien gemacht haben. Sie haben sehr viel Interessantes unternommen. Die meisten
waren am Meer. Paul ist mit seinen Eltern und Großeltern nach gypten geflogen und
sie haben di einem Hotel übernachtet. Es war dort wunderschön. Er hat auch viele
neue Freunde kennengelernt dan ist abends sering mit ihnen in die Disco gegangen.
Melanie hat auf einem Campingplatz di Slowenien gezeltet. Sie ist auch viel
geschwommen. Auch Andreas hatte eine tolle Zeit. Sein Vater und er sind sering mit
dem Boot gefahren und haben viel geangelt.

No. Australia Richtig Falsch

1 Die Schüler waren di den Bergen.

2 Zwei Mädchen sind nach Australien geflogen.

3 Melanie war an der slowenischen Küste.

4 Andreas topi geangelt.

5 Der Vater von Andreas ist alleine mit dem Boot


gefahren.

(Diambil dari http://eucbeniki.sio.si/nem9/2962/index5.html)

Catatan: Siswa diminta untuk membaca teks pendek yang menceritakan pengalaman liburan karakter dan
memberi label pernyataan pada tabel “benar” atau “salah” berdasarkan deskripsi dalam teks.

x Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

3. Contoh Soal Jawaban Singkat

Lesen Sie die Fragen und schreiben Sie die Antworten wie im Beispiel.Beispiel:
Wo waren Sie im Urlaub? (Insel Rügen) • Ich war auf der Insel Rügen.

1. • Wo warst du in den Ferien? (Berge) •...................................................

2. • Wie war das Wetter? (usus sehar) •........................................................

3. • Apakah kutil ihr im Urlaub? (Meer) •........................................................

4. • Perang apa? (super) •........................................................

5. • Wo waren deine Eltern im Urlaub? (Win) •........................................................

6. • Wie war das Wetter? (sering geregnet) •........................................................

1.Mein Mann, meine Tochter und ich ............... di den Schulferien mit dem Auto nach
sterreich ............. (fahren ) 2. Abends ............... wir Bregenz, unser Ziel, ............ . (erreichen)3
. Dort ............... wir ................ (zelten)4. Perang Das Wetter prima. Es ...............
nicht ............... . (regn)5. Wir ............... viel ............... (machen) und viel ............. .. . (erleben)

(Diambil dari Studio D A1 Unterrichtsvorbereitung)

Catatan: Pada bagian 1, siswa diminta untuk menuliskan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan. Sedangkan pada bagian 2, siswa diminta untuk mengubah kata kerja yang telah disediakan berupa
Sempurna.

Skor akhir siswa, dihitung dengan pedoman penilaian berikut:

Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum

LAMPIRAN 4
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN

Machen Sie einen Dialog dan spielen Sie ihn aus.

Heute ist der erste Tag in dem neuen Semester in der Schule. Sie unterhalten sich mit
Ihrem Schulkamerad/Ihrer Schulkameradin über Schulferien. Fragen Sie ihm/ihr diese
folgenden Fragen :

1. Wo warst du in den Schulferien? (Di mana Anda selama liburan sekolah?)


2. Perang Wie deine Ferien? (Bagaimana liburan Anda?)
3. Wie war das Wetter? (Bagaimana cuacanya?)
4. Apakah hast du dort gemacht? (Apa yang kamu lakukan di sana?)

Catatan: Siswa diminta untuk membuat dialog yang menceritakan pengalaman liburan mereka. Siswa
diberikan situasi dan pertanyaan yang harus ditanyakan kepada pasangannya.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek xi


BAB III

Berikut ini adalah lembar penilaian keterampilan berbicara siswa.

Lembar Penilaian

1 2 3 4
Cocok dengan Artikulasi Layak Tata bahasa
Tidak. Nama Terakhir
instruksi pilihan Kata ganti- (0-1)
Skor
(0-3) (0-3) kutipan
(0-3)

Skor total
Skor Akhir = x 100
10

LAMPIRAN 5

CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK

Judul Proyek :
Kelompok :
Nama Kelas Siswa :
:

Tidak. Aspek yang Dinilai Skor (1-4)


1. Perencanaan

2. Pengumpulan data

3. Pengolahan data

4. Pelaporan lisan

Total

Skor maksimum 16

Catatan :
Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum

xii Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek


BAB III

Aspek Kriteria dan Skor

4 3 2 1
Perencanaan • Siswa menunjukkan • Siswa menunjukkan • Siswa menunjukkan • Siswa melakukan
sangat baik bawahan yang baik- relatif tidak menunjukkan

memahami berdiri dari baik di bawah- baik di bawah-


dari bahan. bahan. berdiri dari berdiri dari
bahan. konsep.

• Siswa • Siswa • Siswa adalah • Siswa masih


bisa bisa bisa berdiskusi butuh banyak
Mandiri- Mandiri- secara mandiri. bimbingan dalam

ly diskusikan ly diskusikan Namun, mereka mendiskusikan dan

persiapan rencana- rencana sistematis belum pernah mengatur sistem-


ransum yaitu persiapan tapi mampu membuat rencana tematik-
sistematis dan tidak cocok untuk sistematis ning, yaitu
cocok untuk kriteria. perencanaan, cocok dengan
kriteria. yang kriteria.
cocok untuk
kriteria.

Data • Siswa • Siswa • Siswa • Siswa


koleksi menerapkan mereka menerapkan mereka menerapkan mereka masih membutuhkan

pengetahuan dalam pengetahuan dalam pengetahuan dalam bantu kapan


mengumpulkan data mengumpulkan data mengumpulkan data menerapkan mereka

sangat baik. dengan baik. cukup baik. pengetahuan dalam

mengumpulkan data.

• Siswa • Siswa • Siswa mengumpulkan • Siswa


mengumpulkan data mengumpulkan data pilih datanya mengumpulkan data

sama sekali sama sekali sama sekali. tidak lengkap-


dan sistematis- dan sistematis Namun, ly dan tidak
secara alami. Ini dengan senang hati. Namun, datanya kurang secara sistematis.
juga cocok dengan datanya tidak sistematis dan Selain itu, itu adalah

objektif. cocok dengan tidak cocok tidak cocok


objektif. dengan objek- dengan objek-
tif. tif.

Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek xiii


BAB III

Data • Siswa • Siswa • Siswa • Siswa


pengolahan menganalisis data menganalisis menganalisis menganalisis
berdasarkan data berdasarkan data tapi kurang data, tetapi
tujuan, objektif, cocok untuk data tidak
dan mereka bisa dan mereka objektif cocok untuk
membuat relevan mampu meng- dan membuat objektif,
kesimpulan. termasuk, tapi itu kurang relevan dan mereka membuat

tidak relevan. kesimpulan. tidak relevan

kesimpulan.

• Siswa membayar • Siswa melakukan • Siswa • Siswa melakukan

perhatian untuk tidak juga memperhatikan tidak juga


yang seimbang pertimbangkan seimbang pertimbangkan
komposisi seimbang komposisi. komposisi
dan kesesuaian posisi. Bagaimana- Namun, stu- dan kesesuaian
diantara pernah, siswa penyok ketinggalan diantara
penggunaan gambar masih menganggap kesesuaian penggunaan gambar

dan teks di kesesuaian diantara dan teks dalam vi-

memvisualisasikan data diantara penggunaan gambar menyesuaikan data

menjadi digital penggunaan gambar dan teks di menjadi digital

infografis dan teks dalam vi- memvisualisasikan infografis


poster. menyesuaikan data data menjadi digit- poster.
menjadi digital talinfografis
infografis poster.
poster.
Lisan • Siswa • Siswa • Siswa • Siswa adalah
pelaporan bisa bisa bisa tidak benar-benar bisa

gunakan yang tepat gunakan yang tepat gunakan yang tepat untuk menggunakan

aturan bahasa, aturan lagu, bahasa lan yang tepat-


mengucapkan dan mereka aturan. Namun, aturan pengukur,

jelas, dan percaya diri. siswa adalah tidak benar-benar bisa

yakin Namun, kurang mampu mengucapkan


saat hadir- siswa adalah mengucapkan jelas, dan
proyek kurang mampu jelas, dan mereka kekurangan

hasil mengucapkan mereka kekurangan kepercayaan diri

jelas kapan kepercayaan diri saat hadir-


menyajikan saat hadir- mengerjakan proyek

hasil proyek mengerjakan proyek hasil


hasil

xiv Modul Berorientasi HOTS: Pembelajaran Berbasis Proyek

Anda mungkin juga menyukai