com
BAB I
Tim Penulis:
Hasanatul Hamidah
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
Susi Fauziah
Rizma Angga Puspita
Reski Alam Gasalba
Nirwansyah
ISBN:
978-623-95683-1-3
E-ISBN:
978-623-95683-2-0 (PDF)
Penasihat:
Luh Anik Mayani
Penyumbang:
Esra Nelvi M. Siagian
Pengawas:
Itra Safitri
Tim Penulis:
Hasanatul Hamidah
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
Susi Fauziah
Rizma Angga Puspita
Reski Alam Gasalba
Nirwansyah
Desain dan Tata Letak:
Siti Khotami
Wahyu Gian Andiva
Penerbit:
SEAMEO QITEP dalam Bahasa
Alamat:
SEAMEO QITEP dalam Bahasa
Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan, 12640 Indonesia
Telp: +62 21 7888 4106, Fax: +62 21 7888 4073
www.qiteplanguage.org
Hak cipta dilindungi Undang-undang. Tidak ada bagian dari buku ini yang boleh
direproduksi dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit, kecuali untuk penyertaan
kutipan singkat dalam ulasan.
KATA PENGANTAR
SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL), sebuah Pusat yang tugas utamanya meningkatkan kualitas guru
bahasa di kawasan Asia Tenggara, merancang program berdasarkan kebijakan nasional yang
dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud) dan kebijakan daerah yang merupakan Renstra
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berorientasi pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015—2019 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN 2015—
2019)-II, dan Area Prioritas SEAMEO 7.
Kebijakan nasional RPJMN-III bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yaitu guru yang
memenuhi standar regional agar mampu bersaing dengan guru dari negara lain. Hal tersebut dapat
dicapai melalui perluasan layanan pendidikan yang berkualitas dengan menerapkan Kurikulum Bahasa
Indonesia 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan
profesionalisme menjadi target Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang
salah satu program prioritasnya adalah revitalisasi pendidikan guru.
Mengacu pada kebijakan nasional dan daerah, Pusdiklat melaksanakan Program Diklat Kecakapan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS) berbasis Metodologi Pengajaran Bahasa untuk meningkatkan profesionalisme guru
bahasa. Oleh karena itu, guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berorientasi HOTS, yang merupakan salah satu keterampilan yang dikembangkan dalam
pembelajaran 21NS-kurikulum abad. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan kreatif dengan mengembangkan HOTS dalam pembelajaran.
Akhirnya modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru, khususnya para peserta
pelatihan. Setiap saran dan saran untuk meningkatkan kualitas modul akan sangat dihargai
Bambang Indriyanto
NIK 19580910201701130
Dimulai pada tahun 2018 ketika Dr Bambang Indriyanto—Direktur SEAMEO QITEP in Language (Pusat)
(2017—2019)—berinisiatif untuk mengembangkan modul untuk pelatihan. Dengan wawasan dan
bimbingan yang intensif, tim penulis, yang merupakan staf Pusat, berhasil mengembangkan tiga
modul berorientasi HOTS yang berfokus pada tiga model pengajaran, yaitu pembelajaran penemuan,
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis teks.
Dari pengembangan modul hingga proses finalisasi, tim penulis telah mendapatkan bantuan dari
banyak pakar di bidang pendidikan bahasa, yaitu Prof. Dr Nurul Murtadho, Prof. Suwarsih Madya, PhD,
Dr Rd. Safrina, MA (pembelajaran berbasis proyek), Prof. Emi Emilia, PhD, Dr Tri Wiratno (pembelajaran
berbasis teks) serta Dr Sri Setyarini (pembelajaran penemuan).
Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada 27 guru bahasa dari Provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat yang telah memvalidasi keterbacaan modul dalam Workshop Pengembangan
Materi Pelatihan Metodologi Pengajaran Bahasa Berbasis HOTS (Batch 1 dan 2). Kami juga
sangat mengapresiasi sebanyak 41 guru bahasa dari Sumatera Utara dan Jawa Tengah yang
telah mengkaji kelebihan dan kekurangan modul dalam Workshop Uji Coba Materi Diklat
Metodologi Pengajaran Bahasa berbasis HOTS.
Modul-modul tersebut pertama kali ditulis dalam Bahasa Indonesia dan dimaksudkan untuk digunakan dalam Pelatihan
Metodologi Pengajaran Bahasa Berbasis HOTS yang diselenggarakan oleh Pusat tersebut. Namun, mengingat kebutuhan
guru bahasa di kawasan Asia Tenggara, Center bertekad untuk menerjemahkan modul dalam bahasa Inggris dan
menyebarluaskannya ke cakupan wilayah yang lebih luas. Oleh karena itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada editor bahasa dan penerjemah yang telah membantu kami untuk menghasilkan modul versi bahasa Inggris.
Akhir kata, kami juga mengucapkan terima kasih kepada jajaran direksi dan staf SEAMEO QITEP in
Language. Modul ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan dedikasi mereka kepada Pusat.
Desember 2020
KATA PENGANTAR
Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia memiliki karakteristik yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan Higher Order Thinking
Skills (HOTS) siswa. Oleh karena itu, untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, modul ini
disajikan sebagai panduan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran berorientasi HOTS dalam proses
pembelajaran bahasa.
Modul ini berfokus pada penerapan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir pada level HOTS. Untuk memberikan pemahaman tentang
bagaimana mencapai tujuan kegiatan pembelajaran di tingkat HOTS, modul ini dibagi menjadi tiga
bagian: 1) Konsep HOTS yang dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dengan mengacu pada
Taksonomi Revisi Bloom Anderson dan Krathwohl, dan strategi bertanya. sebagai cara untuk
merangsang peserta didik mencapai HOTS, 2) Konsep model pembelajaran berorientasi HOTS, dan 3)
Ilustrasi model pembelajaran berorientasi HOTS dalam bentuk RPP yang mengacu pada Kompetensi
Dasar (Kompetensi Dasar/KD) dan Indikator Kompetensi (Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK)
mengikuti Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia.
Bab pertama menjelaskan konsep HOTS, yang mengacu pada Revised Bloom's
Taxonomy (RBT) Anderson dan Krathwohl (2001), dan dapat dicapai dengan
menggunakan strategi bertanya. RBT mengklasifikasikan tujuan pembelajaran
berdasarkan proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri
dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari materi pembelajaran yang termasuk dalam
jenis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. HOTS tercapai
ketika siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menuntut mereka untuk mampu
menganalisis dan mengevaluasi materi pembelajaran, bahkan menciptakan suatu
produk sebagai hasil pembelajaran. Akhirnya, dalam praktik mengajar,
Bab kedua memperkenalkan model pembelajaran berbasis penemuan/teks/berbasis proyek untuk mencapai
21NS tengkorak pembelajaran dan inovasi abad, yaitu, 4C (pemikiran kritis dan pemecahan masalah,
komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas) (P21, 2011). Model pembelajaran ini dipilih karena memiliki
karakteristik pembelajaran yang bermakna, pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran aktif, dan
pembelajaran kolaboratif. Secara lebih rinci, bab ini membahas tentang konsep model pembelajaran, tahapan
pembelajaran, kelebihan, dan hambatan penerapan pembelajaran dan penilaiannya.
Bab ketiga menyajikan ilustrasi model pembelajaran dengan format RPP mengikuti
pedoman Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu
Pendahuluan, Penyusunan Indikator Kompetensi, dan Contoh RPP.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
KESIMPULAN 53
LAMPIRAN 54
Bab ini dibagi menjadi tiga subbagian, yaitu Definisi HOTS, Taksonomi Bloom Revisi, dan
Strategi Menanya. Ketiga bagian ini menjelaskan bagaimana konsep HOTS sebagai
tujuan pembelajaran, yang mengacu pada Revised Bloom's Taxonomy (RBT) Anderson,
dkk. (2001), dapat dicapai dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi
bertanya. Subbab pertama menjelaskan bahwa definisi HOTS yang digunakan dalam
modul ini mengacu pada RBT Anderson dkk. (2001), yang dikategorikan sebagai proses
transfer. Transfer adalah kemampuan siswa untuk tidak hanya mengingat, tetapi juga
memahami dan menggunakan bahan ajar di kelas untuk menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Dalam hal ini, transfer dikaitkan dengan pembelajaran yang bermakna,
Pada kategori pertama, tujuan pengajaran yang menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki HOTS adalah mereka dapat
melakukan proses transfer. Dengan kemampuan mentransfer, mereka dapat berpikir sehingga dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya ke dalam konteks yang baru. Yang baru di sini mengacu pada
hal-hal yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya.
Istilah transfer diambil dari Anderson et al. (2001), yang menyatakan bahwa transfer menuntut siswa untuk
tidak hanya mampu mengingat tetapi juga memahami dan menggunakan apa yang telah dipelajarinya.
Dalam hal ini, transfer dikaitkan dengan pembelajaran yang bermakna. Artinya materi yang dipelajari
siswa dapat dipraktikkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga materi tersebut
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kategori kedua, siswa dikatakan memiliki HOTS jika mereka dapat berpikir kritis, dan dengan itu, mereka harus
dapat membuat penilaian yang bijaksana atau menghasilkan kritik yang masuk akal. Oleh karena itu, mereka dapat
mengajukan alasan, merenungkan, dan membuat keputusan yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah
kemampuan siswa dalam mengevaluasi. Di zaman modern ini, dengan kekayaan informasi, mahasiswa diharapkan
mampu menilai kredibilitas suatu referensi apakah informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak.
Untuk kategori ketiga, siswa telah mencapai tingkat HOTS tertinggi jika mereka dapat mengenali dan memecahkan
masalah tidak hanya dalam tugas akademik tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Brookhart (2010) menyatakan
bahwa masalah terjadi ketika siswa ingin mencapai sesuatu, tetapi mereka tidak tahu bagaimana mencapainya. Jadi,
untuk mengatasi masalah ini, mereka harus menggunakan HOTS. Jika mereka menemukan masalah baru, mereka dapat
bekerja secara kreatif untuk menyelesaikannya. Dengan demikian, penekanannya adalah pada kemampuan untuk
menciptakan.
HOTS, sebagai proses transfer, adalah pendekatan yang paling umum dibandingkan dengan dua
kategori lainnya. HOTS adalah tiga tingkat teratas dalam Taksonomi Bloom dan Taksonomi Bloom
yang Direvisi. Tiga tingkat teratas Taksonomi Bloom meliputi Analisis, Sintesis, dan Evaluasi.
Sedangkan tiga level teratas dalam dimensi proses kognitif Revisi Bloom's Taxonomy meliputi Analyze,
Evaluate, dan Create. Dalam modul ini, HOTS dikategorikan sebagai proses transfer, dan acuan
utamanya adalah Anderson et al. (2001).
Pada tahun 2001, Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, dan timnya (lihat Anderson et al., 2001)
menerbitkan hasil revisi Tujuan Pembelajaran Pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom
dan timnya pada tahun 1956. Dalam taksonomi ini, dikenal sebagai Taksonomi Bloom, ada enam
kategori dimensi proses kognitif, seperti Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, dan
Evaluasi. Keenam kategori tersebut disusun secara hierarkis (tingkat) berdasarkan kerumitannya, dan
konkrit dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Taksonomi ini banyak digunakan
untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan bentuk penilaian.
Dalam Revised Bloom's Taxonomy (RBT), Anderson & Krathwohl memperkenalkan dua dimensi yang
membentuk tujuan pembelajaran: dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi
pengetahuan berisi konten utama yang diajarkan, sedangkan dimensi proses kognitif adalah
gambaran tindakan yang dilakukan terhadap materi yang diajarkan. Sederhananya, dimensi
pengetahuan digambarkan sebagai kata benda, sedangkan dimensi proses kognitif didefinisikan
sebagai kata kerja.
Dimensi pengetahuan dibagi menjadi empat jenis pengetahuan: pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Sebelum direvisi, dimensi
pengetahuan dalam Taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga yaitu dimensi faktual, konseptual, dan
prosedural.
Tabel (1.1) membandingkan perbedaan antara Taksonomi Bloom dan RBT. Ada tiga perbedaan
mendasar: (a) penggunaan kata benda dalam Taksonomi Bloom diubah menjadi kata kerja;
(b) pertukaran posisi kategori evaluasi dan sintesis, dan (c) istilah berubah dari sintesis
menjadi mencipta.
Diperbaiki
Bloom's Ingat Memahami Berlaku Menganalisa Evaluasi Membuat
Taksonomi
Penjelasan untuk masing-masing kategori dalam dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif dijelaskan
pada tabel 1.2 dan 1.3, yang diturunkan dari Anderson et al. (2001). Penulis menyusun contoh untuk
setiap kategori dengan menyesuaikan konteks dengan pengajaran bahasa. Selain itu, Kata Kerja
Operasional pada Tabel 1.3 diadaptasi dari Retnawati et al. (2017).
A. Pengetahuan Faktual –Unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa agar terbiasa dengan disiplin ilmunya
atau memecahkan masalah di dalamnya
2) Pengetahuan tentang detail dan elemen spesifik Abjad, Angka, Nama Hari, Nama Bulan
B. Pengetahuan Konseptual –Keterkaitan antar elemen dasar dalam struktur kesatuan yang lebih besar yang
memungkinkan setiap elemen berfungsi bersama
1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori Kelas kata: kata benda, kata kerja, kata sifat, dll.
2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi Penggunaan dan Aturan Pedoman Umum Sistem Ejaan
Bahasa Indonesia (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia/PUEBI)
3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur Teori Teks, Model Teks Tertulis, Kalimat Struktur
Aktif/Pasif
C. Pengetahuan Prosedural –Bagaimana melakukan sesuatu; Metode melakukan investigasi; dan kriteria untuk menggunakan
keterampilan, alur kerja, teknik, dan metode
1) Pengetahuan tentang keterampilan khusus subjek dan algo Keterampilan yang digunakan untuk membuat teks; cara membuat
rithms dialog
2) Pengetahuan tentang teknik dan metode khusus Teknik penyajian, skimming, scanning dan kritik
subjek sastra
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan jenis
D. Pengetahuan Metakognitif –Pengetahuan tentang bagaimana memperoleh pengetahuan secara umum dan kesadaran tentang
bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan
2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk Pengetahuan untuk dapat mengerjakan tes (lisan atau
pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai tulisan), dan tugas sekolah secara efektif
Menjelaskan
Contoh: Seri
Mengenal nama-nama hari dalam Menghitung
Label
Indeks
Pasangan
Nama
2) Mengingat Mengambil Ambil pengetahuan yang relevan dari memori tanda
jangka panjang Membaca
Menyadari
Contoh: Menghafal
Ingat cara menyapa dan menyapa Meniru
dalam bahasa asing Catatan
Mengulang
Reproduksi
Tinjauan
Negara
Mempelajari
Mentabulasi
Kode
Jejak
Menulis
ing, Mengkategorikan
subsuming Mengeksplorasi
Negara
Skema
Menentukan
Contoh: Melaksanakan
Roleplay (mensimulasikan dialog yang Menyesuaikan
ada) Menghitung
Memodifikasi
Menggolongkan
Menghitung
Membangun
Mengatur
Membiasakan
Mencegah
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Praktek
Menggali
Menyatakan
Menyesuaikan
Menyelidiki
Beroperasi
Pertanyaan
Konsep
Menjalankan
Meramalkan
Menghasilkan
Proses
Tautan
Menyusun
Melakukan
Contoh: Mentabulasi
D. Menganalisa- memecah materi menjadi beberapa bagian, dan menentukan korelasi antar bagian, dan
menghubungkannya dengan keseluruhan struktur atau tujuan.
Garis besar
Meringkaskan
3) Mengatribusikan Menghancurkan Tentukan sudut pandang, bias, nilai
Menyimpulkan
atau tujuan di balik materi yang
Menganalisa
telah disajikan
Menyimpulkan
Memerintah
Contoh: Tentukan sudut pandang
Sunting
penulis dalam teks editorial
Berhubungan
Memilih
Ukuran
Kereta
Transfer
diterapkan Mengkritik
Mempertimbangkan
Contoh: Memutuskan
Menetapkan
Menafsirkan
Menjaga
Detail
Ukuran
Meringkaskan
Membuktikan
Mengesahkan
Tes
Mendukung
Contoh:
Mengevaluasi kata-kata tertulis atau
lisan yang sesuai atau mudah dipahami
di antara beberapa pilihan
F. Membuat- menempatkan elemen bersama-sama dalam bentuk fungsional yang koheren atau keseluruhan; mengatur ulang elemen
menjadi pola atau struktur baru
Contoh: Mengumpulkan
pengamatan Kode
Menggabungkan
Contoh: Mengatasi
Garis besar kerangka esai, Menghubung
mengatur penulisan laporan Menciptakan
Membuat
Benar
3) Memproduksi Membangun Buat produk
Desain
Rencana
Contoh:
Mengeja
Menghasilkan teks lisan dan tulis
Menambah
dengan kreasi sendiri
Menjelaskan
Memudahkan
Membentuk
Merumuskan
Menyamaratakan
Kelompok
Mengintegrasikan
Membatasi
Menunjukkan
Mempersiapkan
Menghasilkan
Meringkaskan
Merekonstruksi
Membuat
proses berpikir logis. Oleh karena itu, untuk memahami strategi bertanya, bagian ini
dibagi menjadi tiga bagian: (a) Jenis Soal, (b) Teknik Soal, dan (c) Contoh Soal
A. Jenis Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa di kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori: (1)
pertanyaan tampilan dan (2) pertanyaan referensial (Darn, 2010).
Soal display diberikan oleh guru untuk memunculkan pengetahuan awal siswa dan mengecek
pemahamannya. Jenis pertanyaan ini biasanya berfokus pada bentuk atau struktur bahasa, dan guru
sudah tahu jawabannya. Tampilan soal biasanya berbentuk pertanyaan konvergen/tertutup yaitu
pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban benar atau salah sehingga jawaban yang dibutuhkan
mudah untuk dihafal, dan masih berpola pikir tingkat rendah. Pertanyaan-pertanyaan ini sering
digunakan dalam tes konvensional. Berikut ini adalah contoh soal tampilan.
Pertanyaan referensial bertujuan untuk merangsang siswa agar mampu memberikan informasi, pendapat, dan
klarifikasi dari suatu pernyataan. Dibandingkan dengan pertanyaan tampilan, pertanyaan referensial berfokus
pada istilah konten daripada struktur bahasa. Dengan demikian, jenis pertanyaan ini memerlukan pertanyaan
lanjutan atau investigasi yang jawabannya belum tentu diketahui oleh guru. Oleh karena itu, pertanyaan ini
seringkali berbentuk divergen/open-ended question, yaitu pertanyaan yang cakupannya luas sehingga tidak
ada jawaban yang benar atau salah. Pertanyaan divergen/terbuka umumnya membutuhkan jawaban yang
masuk akal. Pertanyaan divergen/terbuka ideal untuk mengembangkan pola pikir siswa tingkat tinggi,
terutama keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berikut ini adalah contoh pertanyaan
divergen/terbuka.
4. Jenis apa...?
5. Bagaimana ...?
B. Teknik Bertanya
Berikut adalah beberapa teknik bertanya yang dapat diterapkan dalam strategi bertanya (Department
of Program Development and Alignment, The School Board of Broward County, 2000).
4. Lakukan kontak mata dengan siswa yang ditanya dan selalu berusaha menanggapi
jawaban siswa
Saat menanggapi jawaban siswa, beri tahu mereka bahwa tidak ada jawaban yang benar untuk beberapa
pertanyaan.
C. Contoh Pertanyaan
Berikut adalah contoh soal yang dapat diajukan untuk semua tingkatan dimensi proses kognitif RBT
(Anderson et al., 2001) mulai dari kognitif 1 hingga kognitif 6. Untuk memudahkan guru dalam
memahami gradasi pertanyaan di bawah RBT, berikut ini adalah beberapa pertanyaan dan petunjuk
yang dapat diajukan dalam konteks pemberian teks naratif sebagai materi dalam pembelajaran.
Proses kognitif
Contoh Pertanyaan
Dimensi
C3 – Terapkan • Buatlah adegan dialog berdasarkan teks naratif antara karakter A dan
karakter B!
• Lakukan salah satu sikap karakter utama dalam cerita!
C5 – Evaluasi • Apakah menurut Anda sikap tokoh utama sudah benar? Menjelaskan!
• Sebagai karya naratif, menurut Anda, apa kelebihan dan kekurangan
cerita tersebut?
REFERENSI
Anderson, LW, dkk. (Ed). (2001).Sebuah taksonomi untuk belajar, mengajar, dan menilai: Sebuah revisi
taksonomi Bloom tentang tujuan pendidikan. New York: Longman.
Brookhart, SM (2010). Bagaimana menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi di kelas Anda.
Alexandria: ASCD.
Retnawati, H., dkk. (2017).laporan laporan hasil asesmen pendidikan di sekolah: Referensi
untuk pendidik, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Yogyakarta: Pers UNY.
Kata kerja aksi taksonomi Bloom yang direvisi Anderson & Krathwohl. Diambil dari https://www.
apu.edu/live_data/ files/333/blooms_taxonomy_action_verbs.pdf.
Revisi kata kerja proses taksonomi Bloom, penilaian, dan strategi bertanya. Diperoleh
dari https://www. cloud.edu/Assets/PDFs/assessment/revised-blooms-chart.pdf.
Pembelajaran berbasis proyek terdiri dari empat bagian utama, yaitu konsep, tahapan, kelebihan dan
hambatan, dan penilaian pembelajaran berbasis proyek. Penjelasan tentang pembelajaran berbasis proyek
adalah sebagai berikut.
Konsep pembelajaran berbasis proyek akan dijelaskan dalam tiga bagian, yaitu titik awal,
definisi dan prinsip sebagai berikut.
Tinjauan sejarah dalam Ulrich (2016) menyatakan bahwa konsep pembelajaran berbasis proyek berasal dari
ide-ide hebat seorang akademisi dan filsuf, John Dewey. Ia berpendapat bahwa siswa dapat memperoleh
pengetahuan praktis dan efisien ketika mengalami dan mempraktekkan hal-hal yang berkaitan dengan konteks
kehidupan nyata. Konsep Dewey lebih dikenal dengan “Learning by Doing”. Selain itu, Dewey juga
mengemukakan bahwa pengalaman adalah cara terbaik bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan
(Rostitawati, 2014).
Teori John Dewey telah banyak dikembangkan dalam berbagai konsep pembelajaran; salah satunya adalah
pembelajaran berbasis proyek yang digagas oleh William Kilpatrick (1871-1965). Pembelajaran berbasis proyek
dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai penelitian pembelajaran bahasa, salah satunya oleh Kovalyova et al.
(2016) yang melakukan penelitian tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek untuk keterampilan
berbicara bahasa Inggris. Hasil penelitian mengidentifikasi peningkatan dalam penguasaan kosakata,
pemahaman tata bahasa, dan keterampilan membaca dan menulis siswa.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buck Institute for Education (BIE) pada tahun
2016, terungkap bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat mengarahkan siswa untuk mencapai 21NS
keterampilan abad, yaitu keterampilan 4C (Komunikasi, Kolaborasi, Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah,
serta Kreativitas dan Inovasi), nilai karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, kita dapat
berasumsi bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam bahasa akan mendorong siswa untuk
memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, baik keterampilan berbicara maupun menulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu
mengakomodasi pencapaian tiga Kompetensi Dasar, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan
dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2013. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Selain mengetahui spesifikasi proyek dalam pembelajaran ini, guru juga harus memahami prinsip-
prinsip utama dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek di kelas. Menurut Larmer et al.
(2015), pembelajaran berbasis proyek memiliki tujuh standar utama sebagai prinsip utama, antara lain:
C. Prinsip Keaslian
Prinsip otentik dalam pembelajaran berbasis proyek adalah menghubungkan pembelajaran dengan
konteks kehidupan nyata.
Ada tiga hal untuk menerapkan prinsip otentik dalam pembelajaran berbasis proyek, antara
lain:
1. Otentik dalam proyek. Proyek yang dirancang oleh siswa didasarkan pada apa yang mereka
alami di dunia nyata. Misalnya, proyek pembuatan buku menu di restoran atau permainan
peran antara penjual dan pembeli.
2. Otentik dalam kegiatan dan peralatan yang digunakan dalam proyek. Selama proyek, siswa
melakukan kegiatan yang mirip dengan kehidupan nyata mereka, misalnya: menghitung anggaran
perjalanan atau menulis surat kepada editor majalah.
3. Otentik dalam dampak hasil proyek. Hasil proyek diharapkan dapat memberikan
dampak terhadap lingkungan, misalnya proyek pembuatan poster larangan atau
pemberitahuan di lingkungan sekolah yang berdampak pada kedisiplinan siswa.
e. Prinsip Refleksi
Prinsip refleksi dalam pembelajaran berbasis proyek tidak hanya untuk siswa, tetapi juga untuk guru.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengamati efektifitas kegiatan yang dilakukan dalam inkuiri
TTahapan pembelajaran berbasis proyek untuk pembelajaran bahasa secara garis besar terdiri dari tiga
tahapan utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan (Stoller, 2006). Selanjutnya, ketiga tahapan
utama pembelajaran berbasis proyek menghasilkan delapan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
A. Perencanaan
Perencanaan terdiri dari lima kegiatan, yaitu memilih topik proyek, kegiatan pra-komunikasi,
mengajukan pertanyaan penting, merancang rencana proyek dan membuat timeline proyek.
B. Penerapan
Pelaksanaannya terdiri dari satu kegiatan yaitu menyelesaikan proyek.
C. Pelaporan
Ada dua kegiatan dalam tahap ini, yaitu menilai hasil proyek dan mengevaluasi proyek serta
mengevaluasi hasil proyek dan kegiatan pembelajaran.
Skema berikut merupakan tahapan model pembelajaran berbasis proyek secara berurutan.
2. Pra-kom- 3. Bertanya
4. Merancang
1. Memilih
municative penting
topik proyek rencana proyek
kegiatan pertanyaan
Hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah memilih topik. Tahap ini bertujuan untuk membantu siswa
memahami topik dan tujuan pembelajaran.
C. Guru diharapkan dapat menentukan topik-topik yang berkaitan atau terkait dengan kehidupan
nyata siswa, misalnya: perjalanan, liburan, kebersihan sekolah, kehidupan remaja, hiburan (musik,
film, dan konser), teknologi dan olahraga.
Berikut adalah petunjuk atau pertanyaan dalam tahapan pemilihan topik untuk membimbing siswa
mencapai Higher Order Thinking Skills.
A. Guru mengikutsertakan siswa untuk menentukan topik dengan meminta mereka mengamati
fasilitas sekolah melalui pertanyaan-pertanyaan dari Lower Order Thinking Skills (LOTS) hingga
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Contoh soalnya adalah sebagai berikut:
B. Guru menayangkan video tentang bencana. Kemudian guru memberikan soal dari LOTS sampai HOTS.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Kegiatan pra komunikatif dilakukan oleh guru pada awal kegiatan pembelajaran,
termasuk pengenalan kosakata baru dan fitur bahasa yang dibutuhkan siswa dalam
mengerjakan proyek. Jika guru menganggap bahwa kegiatan pra komunikatif tidak
diperlukan, maka guru dapat langsung menuju ke tahap selanjutnya.
Kegiatan perancangan proyek meliputi pemilihan jenis proyek berdasarkan pertanyaan esensial dan
penentuan kegiatan dalam proses penyelidikan. Dalam proses ini, guru berperan sebagai fasilitator
untuk menjaga agar rencana proyek tetap rasional, logis dan dapat dilakukan oleh siswa.
Kegiatan perancangan proyek bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya melalui proses pemilihan jenis proyek, pemecahan masalah serta keterampilan
merencanakan kegiatan dalam proses inkuiri.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam merancang panning proyek adalah sebagai berikut.
Tabel berikut menggambarkan langkah pertama hingga keempat dari tahapan pembelajaran berbasis proyek
untuk membantu guru memahami detail kegiatan di setiap langkah.
Penting Pra-komuni-
Topik Proses Permintaan Hasil
Pertanyaan kegiatan katif
apa yang harus dilakukan
Apa itu?
Diskusi kelas Kosakata
rumah rumah ideal Poster
dan survei berhubungan dengan rumah
untuk kamu?
Apakah yang
terbesar
curah pendapat,
industri
penelitian online Kala Kini
di kamu Membuat
Iklan dan mengiklankan- dan imperatif
daerah, dan iklan
evaluasi- kalimat
Apakah yang
tion.
pemasaran
strategi?
Tujuan dari pembuatan timeline proyek adalah untuk membuat siswa memiliki keterampilan dalam manajemen waktu,
manajemen diri dan kerja tim.
Dalam menyusun timeline proyek, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, antara lain.
A. Siswa membuat garis waktu mulai dari perencanaan hingga pelaporan proyek dalam kelompok.
B. Jadwal yang disusun harus mencantumkan kegiatan, tenggat waktu dan penanggung jawab.
C. Setelah semua kelompok selesai menyusun jadwal, guru mengumpulkan lembar waktu proyek dari masing-
masing kelompok.
D. Lembar timeline proyek dapat digunakan oleh guru untuk memantau kemajuan proyek.
Tabel berikut ini menggambarkan timeline sederhana proyek brosur pariwisata dengan alokasi waktu
tiga minggu.
Tabel 2.3 Contoh Timeline Proyek
desain brosur di
internet
3 Menyusun perjalanan Semua anggota grup 7 & 8 Februari 2019
isi brosur
Menyelesaikan tahap proyek adalah inti dari pelaksanaan proyek. Siswa membuat proyek,
mulai dari proses inquiry hingga penyelesaian proyek.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mengolah data dan informasi,
memecahkan masalah, meningkatkan kemandirian, kerjasama tim dan keterampilan komunikasi antara
kelompok dan masyarakat yang terlibat dalam proyek.
Menilai hasil proyek bertujuan untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas hasil proyek mereka. Guru juga dapat mengevaluasi kinerja siswa dan hasil proyek sebagai
penilaian formatif.
Kegiatan yang dilakukan dalam menilai hasil proyek dijelaskan di bawah ini:
Mengevaluasi proyek adalah kegiatan dimana guru merefleksikan kegiatan dengan memberikan umpan balik terhadap
hasil proyek, sedangkan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.
Tahap ini bertujuan agar siswa berbagi kesulitan mereka selama proyek dan mengukur kemampuan mereka
untuk melakukan proyek.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi hasil proyek dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
A. Guru memberikan umpan balik terhadap proyek yang disajikan oleh siswa.
B. Guru mencerminkan kegiatan pembelajaran.
C. Siswa diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman saat mengerjakan proyek.
D. Siswa juga diberi kesempatan untuk merevisi hasil proyek.
Menurut Larmer et al. (2015), penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dalam
bentuk penilaian sumatif dan formatif.
Bahasa Jerman
KD.3.3 Menafsirkan tindak tutur terkait memberi dan meminta informasi, tindakan/waktu senggang
kegiatan/kegiatan yang dilakukan/terjadi di masa lalu, yang berkaitan dengan perjalanan/wisata
dalam teks interaksi transaksional lisan dan tulis berdasarkan konteks dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
Penilaian formatif dalam pembelajaran berbasis proyek dirumuskan berdasarkan tahapan-tahapan dalam
proses pembelajaran (Palupi, 2016). Penilaian dalam pembelajaran berbasis proyek dapat dilakukan dengan
mengacu pada skema berikut.
Berdasarkan skema di atas, penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan pada
semua tahapan dalam pembelajaran berbasis proyek. Penilaian formatif dalam pembelajaran berbasis
proyek dilakukan melalui observasi melalui instrumen dalam rubrik. Rubrik penilaian dapat ditulis
berdasarkan tahapan pembelajaran atau aspek penilaian (meliputi sikap, pengetahuan dan
keterampilan).
Untuk membantu guru lebih memahami dalam melakukan penilaian formatif, berikut adalah dua
contoh format rubrik sederhana untuk penilaian pembelajaran berbasis proyek.
Contoh 1
4 3 2 1
Siswa adalah Siswa adalah Siswa tidak Siswa masih
mampu mengatur mampu mengembangkan benar-benar mampu menyusun membutuhkan bimbingan dalam
Contoh 2
4 3 2 1
Siswa menunjukkan Siswa menunjukkan Siswa menunjukkan Siswa melakukan
Judul Proyek :
Nama Siswa :
Nilai :
Tidak. Aspek Skor (1-4)
1 Pengetahuan
2 sikap
3 Keterampilan
Total
Skor Maksimum 12
Pembelajaran berbasis proyek memiliki banyak manfaat dan kelebihan. Oleh karena itu, Singapura telah
menerapkan pembelajaran berbasis proyek sebagai tujuan nasional. Kementerian Pendidikan Singapura
mendorong para guru untuk mengadopsi pembelajaran berbasis proyek dengan motto “Teach Less, Learn
More” (Boss & Krauss, 2007). Manfaat pembelajaran berbasis proyek terangkum dalam beberapa poin sebagai
berikut.
Namun, guru juga diharapkan memperhatikan hal-hal berikut yang mungkin menjadi kendala dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.
A. Pilihan KD Terbatas
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan banyak waktu; Oleh karena itu, diharapkan guru dapat memilih KD yang tepat,
yang sesuai dengannya.
B. Keanekaragaman Kelompok
Pemilihan anggota kelompok yang tidak tepat dapat menjadi hambatan bagi siswa dalam melaksanakan
suatu proyek. Guru harus memastikan bahwa anggota setiap kelompok bersifat dinamis (anggota berubah
untuk proyek yang berbeda) dan beragam (kemampuan dan latar belakang anggota berbeda-beda).
Kendala tersebut dapat dihindari jika guru dan siswa dapat mempersiapkannya dengan matang. Selain itu,
kendala tersebut dapat dijadikan sebagai tantangan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran
bahasa dan meningkatkan kemampuan bahasa siswa untuk mencapai 21NS keterampilan abad.
BAB II
REFERENSI
Bos, S., Karaus, J. (2007). Menciptakan kembali pembelajaran berbasis proyek: Panduan lapangan Anda ke dunia nyata
proyek di era digital. Washington DC: Masyarakat Internasional untuk Teknologi dalam
Pendidikan.
Institut Pendidikan Buck (BIE). (2012).Apa itu PBL? Diperoleh dari http://www.bie.org
tentang/apa_apa_pbl.
Kovalyova, YY, dkk. (2016). Pembelajaran berbasis proyek dalam mengajarkan keterampilan komunikasi dalam bahasa Inggris
sebagai bahasa asing bagi mahasiswa teknik. Jurnal Internasional Teknologi Berkembang
dalam Pembelajaran, 7(4), 153-156.
Kubiatko, M. & Vaculova, I. (2011). Pembelajaran berbasis proyek: Karakteristik dan pengalaman
dengan aplikasi dalam mata pelajaran sains. Ilmu dan Teknologi Pendidikan Energi Bagian B: Ilmu
Sosial dan Pendidikan, 5(3), 65-74.
Larmer, J., dkk. (2015).Menetapkan standar untuk pembelajaran berbasis proyek: Pendekatan yang terbukti untuk
instruksi kelas yang ketat. AS: Institut Pendidikan Buck.
Mayer, A. (2016). Perbedaan antara proyek dan pembelajaran berbasis proyek. Diterima dari
https://www.teacht-hought.com/project-based-learning/difference-between-projectsand-
project-based-lear-ning, diambil pada 30 Juli 2018).
Ilustrasi Pembelajaran
Berbasis Proyek
3.1 Pendahuluan
Ilustrasi pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek di kelas terdiri dari tiga tahap utama, yaitu
perumusan Indikator Kompetensi (Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK) yang diturunkan dari
Kompetensi Dasar (Kompetensi Dasar/KD), perencanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-
langkah desain pembelajaran dan penilaian berbasis proyek.
Rumusan KD yang dipilih untuk dikembangkan dalam pembelajaran ilustrasi adalah sebagai berikut.
3.3 Menafsirkan tindak tutur yang berkaitan dengan memberi dan meminta informasi tindakan
waktu senggang/tindakan yang dilakukan/terjadi di masa lalu terkait dengan teks interaksi
transaksional lisan dan tulis wisata/wisata berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan yang tepat.
4.3 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana
terkait tindakan memberi dan meminta informasi terkait wisata/wisata dalam teks
interaksi transaksional lisan dan tulis berdasarkan konteks, dengan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar.
Untuk langkah pertama, unsur-unsur dalam rumus KD dijabarkan dan diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu kategori proses berpikir dan dimensi pengetahuan. Dalam rumus KD, dimensi proses
berpikir digambarkan dengan menggunakan kata kerja, sedangkan dimensi pengetahuan ditandai
dengan penggunaan kata benda.
Tabel di bawah ini menggambarkan hasil identifikasi dimensi pengetahuan dan proses berpikir yang
terdapat pada KD 3.3 dan KD 4.3.
kata kerja
Sasaran proses berpikir dari kedua KD di atas adalah menginterpretasikan (KD 3.3) dan mengarang
(KD 4.3) teks interaksi transaksional lisan dan tulis. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus
mampu mewadahi kegiatan pembelajaran yang mengarah pada pencapaian KD.
Pengetahuan dalam materi pembelajaran (KD 3.3 dan 4.3) berupa teks interaksi transaksional lisan dan
tulis untuk bertanya dan memberi informasi terkait dengan dua tema utama yaitu kegiatan rekreasi
dan wisata/wisata. Dalam ilustrasi ini, materi akan fokus pada tema perjalanan/pariwisata.
Langkah kedua adalah merumuskan IPK berdasarkan KD. Untuk merumuskan IPK, perlu dijelaskan
materi (dimensi pengetahuan) dan menentukan tahapan proses berpikir secara lebih spesifik.
Diharapkan guru dapat mengelaborasi target KD menjadi tahapan yang lebih konkrit dan aplikatif
dalam proses pembelajaran. Perumusan tahapan proses berpikir dapat memanfaatkan kata kerja
operasional yang disediakan dalam Taksonomi Bloom (Bab I).
Tabel berikut menunjukkan tahapan proses berpikir serta materi pembelajaran untuk
mencapai KD tersebut.
Langkah ketiga adalah menentukan IPK berdasarkan uraian yang tergambar pada tabel di atas. Berdasarkan
uraian tersebut, IPK dapat dirumuskan sebagai berikut.
KD 3.3
IPK 3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan tempat, kondisi cuaca, dan kegiatan dalam teks yang
IPK 3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja yang berbentuk Sempurna tense dalam teks yang berkaitan dengan tema
tema perjalanan/pariwisata.
IPK 3.3.3 Menyimpulkan isi teks teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana yang berkaitan
dengan perjalanan wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
benar.
KD 4.3
IPK 4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait pariwisata
perjalanan dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat. Merancang
IPK 4.3.2 teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait travel/pariwisata dengan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat. Menyusun teks transaksional lisan dan
IPK 4.3.3 tulis pendek dan sederhana terkait perjalanan/pariwisata dengan fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan yang benar.
Berdasarkan KD yang dipilih dan rumusan IPK di atas, maka kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan
menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Di bawah ini adalah contoh RPP untuk menggambarkan
pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek serta RPP.
Ilustrasi dalam RPP diperbolehkan untuk dimodifikasi. Jika Anda ingin menerapkan pembelajaran serupa, Anda
dapat menyesuaikan dan menyesuaikannya dengan konteks kelas Anda.
RENCANA BELAJAR
3.3 Menafsirkan tindak tutur yang 3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan nama
berkaitan dengan memberi dan tempat, kondisi cuaca dan kegiatan dalam teks yang
meminta keterangan tindakan/ berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata
kegiatan/tindakan senggang yang
3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja yang berbentuk Sempurna
dilakukan/terjadi di masa lalu yang
dalam teks yang berkaitan dengan tema tema
berkaitan dengan perjalanan/
perjalanan/pariwisata.
pariwisata dalam teks interaksi
transaksional lisan dan tulis 3.3.3 Menyimpulkan isi teks transaksional lisan
berdasarkan konteks, dengan fungsi dan tulis pendek dan sederhana yang
sosial, struktur teks, dan unsur berkaitan dengan perjalanan wisata dan
kebahasaan yang tepat tentang fungsi sosial, struktur teks, dan
unsur kebahasaan
4.3 Menyusun teks interaksi 4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis
transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait wisata/wisata
pendek dan sederhana terkait dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
tindakan memberi dan kebahasaan yang tepat.
meminta informasi terkait
4.3.2 Merancang teks transaksional lisan dan tulis
wisata/wisata dalam teks
pendek dan sederhana terkait wisata/wisata
interaksi transaksional lisan dan
dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
tulis berdasarkan konteks,
kebahasaan yang tepat.
dengan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan
yang benar
B. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa mampu menginterpretasikan teks-teks transaksional yang berkaitan
dengan perjalanan/pariwisata. Mereka juga mampu bekerja secara mandiri, disiplin dan bertanggung jawab dalam
menyusun teks-teks tersebut, dengan fungsi sosial dan unsur kebahasaan yang baik.
C. Materi Pembelajaran
Pengetahuan Bahan
Nyata Kosakata yang berkaitan dengan lokasi wisata, kondisi cuaca,
dan aktivitas saat bepergian
D. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
F. Sumber Pembelajaran
1. Teks dialog terkait tema pembelajaran yang diambil dari buku ajar.
2. Website seperti www.canva.com atau aplikasi komputer lainnya untuk memproduksi poster digital.
G. Tahapan Pembelajaran
Untuk setiap pertemuan, langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Proses pembelajaran berbasis proyek dibagi menjadi empat pertemuan dengan alokasi waktu 2x45
menit untuk setiap pertemuan. Adapun rincian proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Waktu
sehari-hari.
Sementara Kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Kegiatan Pra-komunikatif
1. Siswa mengamati dan mendiskusikan beberapa gambar tempat wisata 15 menit
terkenal di Indonesia yang ditampilkan di PPT.
sampel gambar:
Reisen
Ort
Aktifitas
10 menit
lebih basah
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Secara
berkelompok, mereka diminta untuk mencocokkan kata-kata dari dua set kartu yang berbeda.
Contoh kartu:
gereist reisen
bentuk tak terhingga). Sementara itu, kartu kuning memiliki kata kerja di memperkuat stu penyok
Sempurna membentuk (Partizip II). pengertian o f kata kerja
B. Kata kerja yang diberikan diprediksi akan muncul dalam teks untuk perubahan bentuk masuk
membantu siswa memahami teks, yang akan dibahas pada langkah Partizip II
berikutnya.
C. Waktu yang diberikan tergantung dari jumlah kartu permainan yang disediakan.
4. Siswa diberikan beberapa teks yang berkaitan dengan tema pembelajaran. Siswa 20 menit
mendiskusikan teks dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Dalam 25 menit
kelompok, siswa diminta untuk membuat dialog berdasarkan situasi yang
diberikan. Setelah itu, siswa memperagakannya di depan kelas, dan dapat
dijadikan sebagai penilaian keterampilan berbicara.
Contoh instruksi:
Heute ist der erste Tag in dem neuen Semester in der Schule.
Sie unterhalten sich mit Ihren Schulkameraden über letzte
Schulferien. Fragen Sie diese folgenden Fragen: A. Wo warst
du? (Kemana kamu pergi selama liburan sekolah?)
Pasca-kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Aktivitas dalam Detail
(menit)
1. Membimbing siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran. 10 menit
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.
Contoh:
Pada pertemuan berikutnya, Anda akan mengerjakan proyek yang berkaitan dengan tema
hari ini. Oleh karena itu, Anda akan bekerja dalam kelompok untuk membuat produk
tertentu. Pada pertemuan berikutnya, kita akan membahas lebih lanjut proyek tersebut
bersama-sama.
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Mengajukan Pertanyaan Penting
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima sampai enam orang. 15 menit
2. Menyajikan pertanyaan penting untuk menjadi dasar proyek. Pembagian grup
disesuaikan dengan c gadis
Contoh pertanyaan esensial:
kondisi.
Wie war eure Schulferien?
Bagaimana liburanmu?
ion
menganalisis situasi
5. Siswa berdiskusi dan membuat proyek dalam kelompok. ons
dan membuat keputusan
kemajuan siswa ss
Pasca-aksi kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
1. Membimbing siswa untuk melakukan refleksi atas pembelajaran pada 10 menit
pertemuan ini
Dalam ilustrasi ini, d atas
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya. proses pengumpulan adalah
dilakukan melalui
Pra-aktif itas
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
1. Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum 10 menit
memulai kegiatan pembelajaran.
Sementara Kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(menit)
Menyelesaikan Proyek
memanfaatkan instan
aplikasi perpesanan
sebagai sarana
Pasca-kegiatan
komunikasi
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
1. Membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran. 10 menit
2. Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.
Contoh:
Pada pertemuan berikutnya, Anda akan mempresentasikan poster
infografis yang telah Anda buat. Harap selesaikan poster sesuai dengan
tenggat waktu yang telah disepakati. Selain itu, perhatikan poin-poin yang
disepakati dan kriteria penilaian terkait presentasi poster.
Pra-kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
1. Mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum 10 menit
memulai kegiatan pembelajaran.
Sementara Kegiatan
Alokasi waktu
Tidak. Kegiatan
(Menit)
Menilai Hasil Proyek
1. Menjelaskan aturan dan kriteria penilaian presentasi hasil 45 menit
proyek
Contoh instruksi:
Pasca-kegiatan
Waktu
1. Teknik Penilaian
A. Penilaian Sikap : Observasi, penilaian sejawat :
B. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis
C. Penilaian Keterampilan : Pertunjukan
2. Jenis Penilaian
A. Penilaian Sikap : Jurnal observasi, lembar penilaian sejawat :
B. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis
C. Penilaian Keterampilan : Lembar penilaian keterampilan
D. Penilaian Proyek berbicara : Lembar penilaian proyek
Catatan:
a) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek
dengan teknik observasi. Selain itu, peer assessment juga dilakukan untuk mendukung
data yang diperoleh melalui proses observasi.
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan satu kali setelah kegiatan proyek berakhir. Penilaian
pengetahuan dalam bentuk tes tertulis mengukur tiga IPK berikut.
3.3.1 Mengidentifikasi kosakata yang berkaitan dengan nama situs, kondisi cuaca dan kegiatan
dalam teks yang berkaitan dengan tema perjalanan/pariwisata.
3.3.2 Mengidentifikasi kata kerja di Sempurna bentuk dalam teks yang berkaitan dengan tema perjalanan/
pariwisata.
3.3.3 Meringkas isi teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana
terkait perjalanan wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan yang benar.
c) Penilaian Keterampilan
Sebelum siswa menyusun teks secara mandiri melalui kegiatan proyek, siswa diminta untuk
memproduksi teks transaksional lisan berdasarkan situasi yang diberikan dan mempraktekkannya
di depan kelas. Berdasarkan tugas tersebut, guru mengambil skor keterampilan berbicara siswa.
4.3.1 Menerapkan teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
benar
d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan secara berkesinambungan selama tiga tahap pelaksanaan proyek, yaitu
perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, dan pelaporan proyek untuk menilai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan siswa. Meskipun proyek dilakukan secara berkelompok, penilaian tetap dilakukan
secara individu.
4.3.2 Merancang teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang tepat.
4.3.3 Menyusun teks transaksional lisan dan tulis pendek dan sederhana terkait
wisata/wisata dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang tepat.
Catatan:
Instrumen penilaian dan rubrik yang digunakan dalam ilustrasi ini terlampir.
REFERENSI
Koithan, U., dkk. (2013).Logis! deutsch für jugendliche, kursbuch a1. München: Klett-
Langenscheidt.
Niemann, RM & Kim, DH (2014). Studio d a1, deutsch als fremdsprache, sprachtraining. Jakarta:
Katalis.
Ratnawati, H., dkk. (2017).laporan laporan hasil asesmen pendidikan di sekolah: Referensi
untuk pendidik, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Yogyakarta: Pers UNY.
KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang memungkinkan siswa berdiskusi secara aktif dalam proses
pembelajaran melalui penerapan pengetahuan yang dimilikinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan pembelajaran ini, siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan sosial.
Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek cocok untuk situasi pembelajaran di Indonesia. Hal tersebut dinilai
mampu mendukung pencapaian tiga kompetensi inti, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap, seperti yang tertuang
dalam Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa juga dapat dikembangkan di hampir semua langkah pembelajaran
berbasis proyek. Guru dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi, seperti
pada tahapan penentuan topik, perencanaan dan penjadwalan proyek, proses inkuiri, dan analisis data. Selain
itu, siswa didorong untuk mampu menganalisis kondisi atau kebutuhannya, memberikan penilaian dan
argumentasi yang mendukungnya sehingga dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah.
Sesuai dengan namanya, pembelajaran berbasis proyek mengarahkan siswa untuk mengalami tahapan-
tahapan tertentu sehingga mereka dapat menciptakan sebuah produk di akhir proyek. Oleh karena itu, siswa
didorong untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru secara mandiri, berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh selama pembelajaran. Kreativitas dan kolaborasi siswa menjadi aspek penting
dalam proses produksi.
Melalui modul ini, diharapkan guru memahami konsep pembelajaran berbasis proyek. Selain itu,
ilustrasi pembelajaran yang diberikan dalam modul ini juga diharapkan dapat memperdalam
pemahaman guru dan membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek dalam
konteks pembelajarannya.
LAMPIRAN
Lampiran 1
LAMPIRAN 2
Kelas :
Tahun akademik :
Subjek :
Kejadian/ Sikap*
Tidak. Waktu Nama Pos (+)/ Neg (-) Menindaklanjuti
Sikap titik(*)
(*)Poin sikap meliputi sikap menghargai, menghormati, dan menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Poin-poin tersebut mengacu pada
poin-poin sikap yang tertuang dalam rumusan KI-2 untuk jenjang Sekolah Menengah Atas.
Berilah tanda centang (√) atau tanda silang (x) pada pernyataan yang tersedia yang sesuai dengan
pengamatan Anda selama proses pelaksanaan proyek.
Teman 2 (Nama:
Tidak. Indikator Pengamatan Teman 1 (Nama: ……)
……)
Teman saya mengungkapkan
kelompok
LAMPIRAN 3
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN 1.
Contoh Item Mencocokkan
Urlaubsaktivitäten
Catatan:
Pada instrumen A, siswa diminta untuk mencocokkan kata kerja dengan kata benda untuk membuat frasa yang
menggambarkan kegiatan saat bepergian. Sedangkan pada instrumen B, siswa diminta untuk mencocokkan frasa pada
bagian A dengan gambar yang disediakan.
Sumber gambar:
[1] https://pxhere.com/nl/photo/1168899 (diakses 26 April 2019)
[2] https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Schloss_ernstbrunn_07.JPG (diakses 26 April
2019)
[3] https://pxhere.com/de/photo/687800 (diakses 26 April 2019)
[4] https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/tourists-at-the-hotel-reception-vec
tor-13819027 (diakses 26 April 2019)
[5] https://tourismus.gera.de/index.php/gruppenangebote-stadtfuehrungen/
oeffentlichestadtrundgaenge (diakses 26 April 2019)
Paul und Melanie haben für die Schülerzeitung einen Artikel über die Sommerferien
geschrieben. Kebohongan dan Teks. Sind die Aussagen richtig oder falsch?
Der Sommer ist vorbei und unsere Freunde haben uns erzählt, adalah sie alles di den
Ferien gemacht haben. Sie haben sehr viel Interessantes unternommen. Die meisten
waren am Meer. Paul ist mit seinen Eltern und Großeltern nach gypten geflogen und
sie haben di einem Hotel übernachtet. Es war dort wunderschön. Er hat auch viele
neue Freunde kennengelernt dan ist abends sering mit ihnen in die Disco gegangen.
Melanie hat auf einem Campingplatz di Slowenien gezeltet. Sie ist auch viel
geschwommen. Auch Andreas hatte eine tolle Zeit. Sein Vater und er sind sering mit
dem Boot gefahren und haben viel geangelt.
Catatan: Siswa diminta untuk membaca teks pendek yang menceritakan pengalaman liburan karakter dan
memberi label pernyataan pada tabel “benar” atau “salah” berdasarkan deskripsi dalam teks.
Lesen Sie die Fragen und schreiben Sie die Antworten wie im Beispiel.Beispiel:
Wo waren Sie im Urlaub? (Insel Rügen) • Ich war auf der Insel Rügen.
1.Mein Mann, meine Tochter und ich ............... di den Schulferien mit dem Auto nach
sterreich ............. (fahren ) 2. Abends ............... wir Bregenz, unser Ziel, ............ . (erreichen)3
. Dort ............... wir ................ (zelten)4. Perang Das Wetter prima. Es ...............
nicht ............... . (regn)5. Wir ............... viel ............... (machen) und viel ............. .. . (erleben)
Catatan: Pada bagian 1, siswa diminta untuk menuliskan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan. Sedangkan pada bagian 2, siswa diminta untuk mengubah kata kerja yang telah disediakan berupa
Sempurna.
Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum
LAMPIRAN 4
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Heute ist der erste Tag in dem neuen Semester in der Schule. Sie unterhalten sich mit
Ihrem Schulkamerad/Ihrer Schulkameradin über Schulferien. Fragen Sie ihm/ihr diese
folgenden Fragen :
Catatan: Siswa diminta untuk membuat dialog yang menceritakan pengalaman liburan mereka. Siswa
diberikan situasi dan pertanyaan yang harus ditanyakan kepada pasangannya.
Lembar Penilaian
1 2 3 4
Cocok dengan Artikulasi Layak Tata bahasa
Tidak. Nama Terakhir
instruksi pilihan Kata ganti- (0-1)
Skor
(0-3) (0-3) kutipan
(0-3)
Skor total
Skor Akhir = x 100
10
LAMPIRAN 5
Judul Proyek :
Kelompok :
Nama Kelas Siswa :
:
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Pelaporan lisan
Total
Skor maksimum 16
Catatan :
Skor total
Skor = x 100
Skor Maksimum
4 3 2 1
Perencanaan • Siswa menunjukkan • Siswa menunjukkan • Siswa menunjukkan • Siswa melakukan
sangat baik bawahan yang baik- relatif tidak menunjukkan
mengumpulkan data.
kesimpulan.
gunakan yang tepat gunakan yang tepat gunakan yang tepat untuk menggunakan