Anda di halaman 1dari 22

11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Catatan Faiq Sulaifi


A topnotch WordPress.com site

Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal


manhaj
6 Maret 2016
1 Komentar
(Fenomena Neo-Khawarij dan Haddadiyah)

Daftar Isi

Mukaddimah 2

Kemiripan antara Haddadiyah dan Khawarij 3

Terinspirasi oleh Abu Muhammad al-Maqdisi 3

Sikap asy-Syaikh Muqbil rahimahullah 4

Antara al-Maqdisi dan al-Pasimy 6

Tabdi’ yang Membabi Buta 7

Ilzam yang Batil 11

Antara Maslahat dan Mafsadat 13

Kebutuhan akan Ijazah Formal 17

Qiyas ma’al Fariq versi Khawarij 23

Bermuamalah dengan Pemerintah 26

Antara Sekolah dan Pasar 29

Menggugat Istilah Salafy Sejati 34

Hakekat Haddadiyah dan Khawarij 35

Bolehkah Ngaji kepada Mereka? 36

Mukaddimah

‫ من يهده الله فال‬، ‫ ومن سيئات أعمالنا‬، ‫ ونعوذ بالله من شرور أنفسنا‬، ‫إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره‬
‫ وأشهد أن محمد عبده ورسوله‬، ‫ وأشهد أن ال إله إال الله وحده ال شريك له‬، ‫ ومن يضلل فال هادي له‬، ‫مضل له‬.

(Amma ba’du)

Di waktu akhir-akhir ini kita (Salafiyin) dikejutkan dengan berbagai kegiatan pembubaran sekolah-sekolah
formal yang didirikan oleh saudara kita salafiyin. Pembubaran tersebut disertai dengan paksaan dan ancaman
boikot dan tahdzir bagi yang membangkang. Ini terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Mereka yang
memaksakan pembubaran sekolah formal dan segala yang berkaitan dengannya ternyata sudah terkomando dari
ustadz ‘kibar’ mereka yang berpusat di Jember Jawa Timur. Mereka mengaku-aku bahwa kegiatan ini sudah
berkonsultasi dengan ‘ulama kibar’.

Kegiatan pembubaran secara paksa terhadap sekolah formal yang banyak dilakukan oleh mereka yang mengaku
sebagai ‘salafy sejati’ ini ternyata meniru dan menyerupai gerakan-gerakan Khawarij. Yang demikian karena
mereka menentang Pemerintah Indonesia dengan UU Sisdiknas 2003 yang memerintahkan gerakan wajib
belajar dan juga UUD 1945 pasal 31 ayat 2 yang berbunyi: “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Gerakan mereka ini juga ‘seolah-olah’ menentang Gerakan Anti
Putus Sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. (Tentang gerakan anti putus sekolah ini silakan
dilihat: https://nasional.tempo.co/read/news/2013/02/11/079460436/gerakan-anti-putus-sekolah-dimulai-tahun-
ini (https://nasional.tempo.co/read/news/2013/02/11/079460436/gerakan-anti-putus-sekolah-dimulai-tahun-
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 1/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

ini)).

Mereka -di dalam situs-situs dan ceramah mereka- berusaha menjauhkan anak-anak salafiyyin dari sekolah
formal dengan gambaran bahwa seakan-akan sekolah formal merupakan racun yang harus disingkirkan.

(Lihat situs: http://www.thalabilmusyari.web.id/2015/06/nasehat-untuk-mereka-yang-masih-memilih.html


(http://www.thalabilmusyari.web.id/2015/06/nasehat-untuk-mereka-yang-masih-memilih.html))

Tulisan ini dibuat agar kaum muslimin berhati-hati terhadap sikap ghuluw di dalam menyikapi sesuatu sehingga
terjatuh pada bid’ah Haddadiyah dan Khawarij.

Babat, 25 Jumadil Awal 1437 H

dr. M Faiq Sulaifi

Kemiripan antara Haddadiyah dan Khawarij

Tentang bahayanya virus Haddadiyah dan Khawarij dalam gerakan-gerakan semacam ini, asy-Syaikh Usamah
Athaya al-Utaibi hafizhahullah mengingatkan:

‫ وكثرة الخوض في تأصيالتهم البدعية الطعن في طائفتين من الناس‬،‫لقد نتج عن انتشار مذهب الحدادية‬:
‫ بل ورموهم باإلرجاء إما‬،‫ أو عدم االعتناء بالعقيدة‬،‫ حيث رموهم بالضعف في العقيدة‬.‫ العلماء‬:‫الطائفة األولى‬
‫لمخالفتهم لما أصله الحدادية…الخ‬
‫الخ‬..‫ حيث كفروا أكثرهم بسبب مسألة تحكيم القوانين الوضعية‬.‫ الحكام‬:‫الطائفة الثانية‬

“Dari hasil tersebarnya madzhab Haddadiyah dan banyaknya pembicaraan tentang cara mereka membuat-buat
kaedah yang bid’ah, muncullah celaan terhadap dua (2) kelompok:

Pertama: Para ulama. Mereka mencela para ulama dengan lemahnya akidah atau tidak mementingkan akidah
(sebagaimana celaan kelompok ‘salafi sejati’ ini kepada Ibnu Utsaimin, Abdul Muhsin al-Abbad dan Abdur
Razzaq al-Abbad dengan lemahnya manhaj, pen). Bahkan mereka menuduh para ulama dengan murji’ah,
adakalanya karena tidak sesuai dengan pokok-pokok kelompok Haddadiyah..dst.”

Kedua: Pemerintah. Mereka meng-kafirkan kebanyakannya dengan sebab masalah berhukum dengan undang-
undang buatan (seperti dalam masalah sekolah formal ini dengan UU Sisdiknas sebagaimana yang akan kita
bahas, pen)..dst.” (Kasyful Astar an Madzhabil Haddadiyah al-Asyrar wa Alaqatuhum bid Dawa’isy al-Fujjar:
8-9).

Terinspirasi oleh Abu Muhammad al-Maqdisi

Ternyata gerakan pembubaran sekolah formal secara paksa ini merupakan syiar khawarij masa kini yang
dipelopori oleh tokohnya yaitu Abu Muhammad al-Maqdisi. Dia menulis buku-buku yang bermanhaj
khawarij. Di antaranya adalah ‘al-Kawasyif al-Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyah’ (Menyingkap
dengan Jelas terhadap Kafirnya Negara Arab Saudi) dan ‘I’dadul Qadah al-Fawaris bi Hajri Fasadil Madaris’
(Mempersiapkan Para Pemimpin yang Jago Berkuda dengan cara Menjauhi Rusaknya Sekolah Formal).

Para ulama dakwah Salafiyah sudah membantah dan memperingatkan bahayanya Abu Muhammad al-Maqdisi
ini. Di antara mereka adalah asy-Syaikh Dr. Muhammad Umar Bazmul hafizhahullah. Beliau menulis ‘ar-Radd
ala Kitab al-Kawasyif al-Jaliyyah’ (Bantahan atas Kitab al-Kawasyif al-Jaliyyah). Di antara mereka adalah asy-
Syaikh Usamah Athaya al-Utaibi hafizhahullah. Beliau menulis ‘al-Hujajul Qawiyyah fi Wujubid Difa’ anid
Daulah as-Su’udiyah’ (Hujah yang Kuat tentang Wajibnya Membela Daulah Su’udiyah).

Di antara ucapan al-Maqdisi ini adalah pengkafirannya terhadap ulama Ahlussunnah di Saudi. Ia menyatakan:

، ‫وتعرف على كذب هذه الدولة الخبيثة ( يعني السعودية ) التي أفسدت على الناس دينهم وشوهت توحيدهم‬
‫وتعرف على كذب وضالل سدنتها من علماء السالطين‬

“Dan kamu mengetahui kedustaan Daulah Jelek ini (yaitu Saudi) yang telah merusak agama manusia dan
mengotori tauhid mereka. Dan kamu juga mengetahui kedustaan dan kesesatan para juru kuncinya yaitu para
ulama penjilat penguasa..dst.” (al-Kawasyif tanpa halaman karena di situs internet halamannya berubah-ubah).

Sikap seperti ini tidaklah asing dari Khawarij dan ahlul bid’ah yang lainnya yang suka melecehkan ulama
sunnah.

Al-Imam Abu Hatim ar-Razi rahimahullah berkata:


https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ ‫أل‬ ‫أ‬ ‫أ‬ 2/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

‫وعالمة أهل البدع الوقيعة في أهل األثر‬

“Tanda dari ahlul bid’ah adalah melecehkan ulama ahlul hadits.” (Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal
Jama’ah: 321 (1/179)).

Sikap asy-Syaikh Muqbil rahimahullah

Pada awalnya al-Allamah Muqbil al-Wadi’i rahimahullah memberikan rekomendasi untuk membaca kitab
‘I’dadul Qadah al-Fawaris bi Hajri Fasadil Madaris’ tulisan al-Maqdisi ini sebagai pedoman di dalam
menyikapi sekolah formal. Beliau berkata:

، ‫وهناك كتاب قيم أنصح بقرأءته و أظنه لم ينشر بعد كما أنني أنصح المؤلف أن يعدل بعض ما نصحه به إخوانه‬
‫ (إعداد القادة الفوارس بهجر فساد المدارس) هذا الكتاب كتاب طيب إال أنه يحتاج إلى بعض التعديل و‬: ‫والكتاب‬
‫المؤلف محتاج إلى أن يجلس إلى عالم من أهل السنة‬

“Di sana ada sebuah kitab yang lurus yang mana aku menasehatkan untuk dibaca, aku kira kitab tersebut sudah
tidak terbit lagi, sebagaimana aku menasehatkan penulisnya (yakni al-Maqdisi, pen) untuk memperbaiki isinya
sesuai dengan nasehat dari saudaranya. Kitab tersebut adalah ‘I’dadul Qadah al-Fawaris bi Hajri Fasadil
Madaris’. Kitab ini adalah kitab yang bagus hanya saja masih membutuhkan sebagian perbaikan. Dan
penulisnya perlu duduk di majelis seorang ulama dari ahlus sunnah…dst.” (Ijabatus Sa’il ala Ahammil Masa’il:
259).

Akan tetapi di akhir hidup asy-Syaikh Muqbil dan terlebih-lebih setelah mengetahui sepak terjang al-Maqdisi
al-Khariji ini, maka beliau berlepas diri darinya. Beliau pernah ditanya:

‫ يا شيخ ما صحة‬،‫ وأنكم ذكرتم هذا في المقدمة له‬،‫يوجد مقولة أنكم قَّدمتم لكتاب في تكفير الدولة للمقدسي‬
‫هذا؟‬
،‫ خرجت وأنا ال أكفر الدولة السعودية‬،‫ وبعد السجن في المدينة وفي الرياض‬،‫ وأنا إذ كنت من المدينة‬، ‫هذا َكِذٌب‬
،))‫ َفقْد َباَء بها أحُدُهما‬، ‫ يا كافُر‬:‫ ((َمن َقاَل ألخيِه‬:‫ يقول‬-‫صلى الله عليه وعلى آله وسلم‬- ‫فكيف أكفرها؛ فإن الرسول‬
‫فال يجوز لنا أن نكفرها وهي دولة مسلمة والله المستعان‬.
‫ما رأيكم في المدعو أبومحمد المقدسي؟ وهل هو من أهل العلم؟‬
‫ في ذات مرة أرسل لنا بكتاب لعله والله أعلم «أعداد القادة‬.‫ وكتبه كثيرة األخطاء‬،‫هذا الرجل يكتب كتابات‬
،‫الفوارس بترك المدارس» هو أو غيره وليس بكتاب «الكواشف الجلية»؛ فإنه كان ال يعترف بأنه له فأعطاني أنظره‬
،‫ نصحًا لله سبحانه وتعالى‬،‫ وبَّين ما فيه من الخطأ‬،‫ فأعطيته األخ الناقد البصير عبدالعزيز البرعي‬،‫وأنا ما لدي وقت‬
‫ أتركه وال ينبغي أننا‬،‫ هذا رجل جاهل مكابر‬:‫ فقلت له‬،‫ فإذا هو يريد أن يرد على عبدالعزيز البرعي‬،‫فوصلت إليه‬
‫ والله المستعان‬.‫نشتغل به‬.

“Ditemukan dalam sebuah ucapan bahwa anda memberikan taqdim (pengantar) terhadap sebuah kitab tentang
pengkafiran Negara Arab Saudi. Dan anda menyebutkan ini dalam pengantar kitab tersebut. Wahai Syaikh,
apakah benar ini?”

Beliau menjawab: “Ini adalah kedustaan. Aku semenjak pulang dari Madinah, setelah dipenjara di Madinah dan
di Riyadh (karena kasus Juhaiman, pen), dan setelah keluar dari Negeri Arab Saudi, aku tidak pernah
mengkafirkannya. Maka bagaimana aku mengkafirkannya, padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda:

“Barangsiapa berkata kepada saudaranya: “Wahai Kafir!”, maka ucapan tersebut akan kembali kepada salah
satu dari keduanya (yakni penuduh atau yang dituduh, pen).” Maka kita tidak boleh mengkafirkan negeri ini
karena negeri ini merupakan negeri yang muslim.”

Beliau ditanya: “Apa pendapat Anda tentang orang yang bernama Abu Muhammad al-Maqdisi ini? Apakah ia
termasuk ulama?”

Beliau menjawab: “Ia menulis banyak tulisan dan tulisan-tulisannya mengandung banyak kesalahan. Pada suatu
kesempatan ia mengirimkan tulisannya kepadaku, mungkin –wallahu a’lam- kitab yang berjudul ‘I’dadul
Qadah al-Fawaris bi Hajri Fasadil Madaris’ atau kitab lainnya, yang pasti bukan kitab ‘al-Kawasyif al-
Jaliyyah fi Kufri ad-Daulah as-Su’udiyah’. Ia (al-Maqdisi) tidak mau mengakui bahwa kitab itu adalah hasil
tulisannya. Kemudian ia memberikannya kepadaku untuk aku teliti, tetapi aku tidak mempunyai waktu. Maka
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 3/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

tulisan tersebut aku berikan kepada saudaraku kritikus yang teliti, yaitu Abdul Aziz al-Bura’i agar menjelaskan
kekeliruan-kekeliruan di dalamnya dalam rangka nasehat untuk Allah ta’ala. Kemudian aku menghubunginya
dan ternyata ia membantah Abdul Aziz al-Bura’i. Maka aku berkata kepada al-Bura’i: “Ini adalah orang
bodoh yang sombong, maka tinggalkanlah! Kita tidak perlu menyibukkan diri dengan orang ini.
Wallahul musta’an.” (Musyahadati fil Mamlakah al-Arabiyah as-Su’udiyah: 13).

Yang demikian karena tulisan-tulisan dari Abu Muhammad al-Maqdisi ini berisi ajaran-ajaran khawarij yang
mendorong para pembacanya untuk menentang penguasa mereka.

Antara al-Maqdisi dan al-Pasimy

Mereka yang merasa ‘salafy sejati’ dan membubarkan sekolah-sekolah formal milik salafy terinspirasi oleh
tulisan Abu Dawud al-Pasimy (thullab di Fiyusy Yaman dan murid Ust Luqman Ba’abduh –penggagas gerakan
anti sekolah formal-) yang berjudul ‘Fenomena Pendirian Sekolah Formal di Kalangan Ahlussunnah’.
Tulisan tersebut banyak beredar dan di-copas dalam dunia maya.

(Lihat situs: http://walis-net.blogspot.co.id/2014/10/seputar-fenomena-pendirian-sekolah_29.html (http://walis-


net.blogspot.co.id/2014/10/seputar-fenomena-pendirian-sekolah_29.html)).

(Lihat pula: https://faidahsalaf.wordpress.com/2014/01/22/fenomena-pendirian-sekolah-formal-di-kalangan-


ahlussunnah-bag-1/#more-344 (https://faidahsalaf.wordpress.com/2014/01/22/fenomena-pendirian-sekolah-
formal-di-kalangan-ahlussunnah-bag-1/#more-344)).

Sebenarnya sedikit banyak Abu Dawud al-Pasimiy –dalam tulisannya- ini terpengaruh dengan pemikiran Abu
Muhammad al-Maqdisi -tokoh khawarij modern- dalam tulisannya ‘I’dadul Qadah al-Fawaris bi Hajri Fasadil
Madaris’.

Dari sisi penyebutan dalil-dalil, tulisan al-Maqdisi al-Khariji ini lebih baik dan lebih banyak dalilnya daripada
tulisan Abu Dawud al-Pasimy yang mengaku ‘salafy sejati’ ini. Al-Maqdisi menyebutkan kemungkaran-
kemungkaran dalam sekolah formal seperti musik, gambar bernyawa, ikhtilath dan sebagainya lengkap disertai
dalil-dalilnya. Sedangkan al-Pasimy tidak menyebutkan dalil-dalilnya sehingga kurang ilmiyah.

Hanya saja al-Maqdisi secara terang-terangan mengkafirkan pemerintah kaum muslimin yang mendirikan
sekolah formal. Ia menyebut pemerintah kaum muslimin dengan istilah ‘thaghut’. Al-Maqdisi berkata:

‫الطواغيت ال يرضون ولن يرضوا أبدا بإقامة مدارس على منهاج النبوة في بالدنا التي يحكمونها بقوانينهم الكافرة‬
‫ويتحكمون بسياساتها ويتسلطون على شعوبها ويطوعونهم لخدمة أسيادهم من الغربيين الكفرة‬

“Para thaghut (yaitu pemerintah kaum muslimin seperti Indonesia, pen) tidak rela dan tidak akan rela
dengan pendirian sekolah-sekolah di atas manhaj Nubuwah di negeri-negeri kita yang berhukum dengan
sistem hukum kafir, dan berhukum serta bersandar di dalam sistem perpolitikan dan kebangsaan dari hukum
kafir. Mereka juga membebek dalam rangka mengikuti majikan-majikan mereka dari kalangan bangsa barat
yang kafir.” (I’dadul Qadah al-Fawaris: 1).

Jika al-Maqdisi berani mengkafirkan kaum muslimin –baik rakyat maupun penguasa mereka- yang
berhubungan dengan sekolah formal, maka al-Pasimy dan mereka yang mengaku ‘salafy sejati’ ini tidak berani
mengkafirkan, tetapi cukup meng-hizbi-kan dan men-tabdi’ pelakunya saja.

Tabdi’ yang Membabi Buta

Sekte Khawarij dan sekte Haddadiyah mempunyai persamaan di dalam hal ‘ghuluw’ (melampaui batas) dalam
tabdi’ (membid’ahkan), tahzib (meng-hizbi-kan) dan bahkan takfir (mengkafirkan).

Kita melihat sikap dan perbuatan mereka yang mengaku ‘salafy sejati’ ini. Mereka mudah sekali menyatakan
‘Fulan Hizbi’, ‘Fulan Mubtadi’ hanya karena tidak sesuai dengan ucapan dan perbuatan mereka. Mereka
seringkali menyatakan: “Fulan adalah hizbi karena ia mendirikan sekolah formal.” Mereka juga menyatakan:
“Fulan adalah mubtadi’ karena tidak ikut meng-hizbikan Syaikh Alan sebagaimana mereka mentabdi’ syaikh
tersebut.” Dan sebagainya.

Al-Allamah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata tentang sifat sekte Haddadiyah:

‫ًال أ أ‬ ‫أ‬ ‫أ‬


https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 4/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

،‫ عند فالن أشعرية مثًال أو أشعري‬:‫ وال يكفي عندهم أن تقول‬،‫تبديع من ال يبدع من وقع في بدعة وعداوته وحربه‬
‫ مبتدع وإال فالحرب والهجران والتبديع‬:‫بل البد أن تقول‬

“(Di antara ciri mereka) adalah membid’ahkan orang lain yang tidak ikut membid’ahkan seseorang yang
terjatuh pada suatu kebid’ahan, memusuhi dan memerangi orang yang tidak ikut membid’ahkan tersebut.
Dan menurut mereka, tidak cukup dikatakan bahwa Fulan di dalamnya terdapat Asy’ariyah atau Fulan adalah
Asy’ari, sebagai contoh. Tetapi menurut mereka kamu harus mengatakan bahwa Fulan itu mubtadi’ (ahlul
bid’ah). Jika ia tidak mau membid’ahkan Fulan, maka kamu akan diperangi, diboikot dan ikut dibid’ahkan
juga.” (Mumayyizatul Haddadiyah: 2).

Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah menambahkan:

‫أّن ُكّل من وقع في الِبْدَعة َفُهو ُمبتدع ضاٌّل‬

“Bahwa (menurut Haddadiyah) barangsiapa terjatuh dalam kebid’ahan, maka ia adalah mubtadi’ (Ahlul
Bid’ah) yang sesat.” (Fadl-hul Firqatil Haddadiyah: 2).

Mengapa mereka demikian?

Ini karena mereka mengikuti langkah kaum Khawarij di dalam mengkafirkan. Orang-orang Khawarij
meletakkan ayat-ayat untuk orang-orang kafir kemudian digunakan untuk mengkafirkan kaum muslimin yang
terjatuh pada kemaksiatan.

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah berkata:

‫ َفَجَعُلوَها َعَلى اْلُمْؤِمِنيَن‬، ‫ ِإَّنُهُم اْنَطَلُقوا ِإَلى آَياٍت َنَز َلْت ِفى اْلُكَّفاِر‬: ‫ َوَقاَل‬، ‫َوَكاَن اْبُن ُعَمَر َيَر اُهْم ِش َر اَر َخ ْلِق الَّلِه‬

“Adalah Ibnu Umar radliyallahu anhuma menganggap kaum Khawarij sebagai makhluk Allah yang paling
jelek. Beliau berkata: “Sesungguhnya mereka (Khawarij, pen) berjalan terhadap ayat-ayat yang diturunkan
tentang orang-orang kafir, kemudian mereka menjadikannya untuk (mengkafirkan, pen) kaum mukminin.”
(Atsar riwayat al-Bukhari secara ta’liq dengan shighat jazm, Kitab Istitabatul Murtaddin, Bab Qitalul Khawarij:
21/250).

Model ini rupanya sudah melekat pada kaum Khawarij. Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani al-Asy’ari (wafat
tahun 403 H) rahimahullah berkata:

‫ وهي ألهل الكفر والضالل‬،‫أنتم وإخوانكم من الخوارج دأبكم أبدًا أن تجعلوا آيات العذاب في أهل اإليمان والتوحيد‬
‫دون المؤمنين‬

“Kalian dan teman-teman kalian dari kalangan Khawarij, watak kalian selama-lamanya adalah menjadikan
ayat-ayat adzab untuk mengkafirkan orang-orang yang beriman dan bertauhid. Padahal ayat-ayat tersebut
sebenarnya untuk orang-orang kafir dan sesat.” (Al-Inshaf lil Baqilani: 67).

Dan model ini rupanya ditiru oleh sekte Haddadiyah –termasuk juga kelompok anti sekolah formal ini- di dalam
melakukan tabdi’ (pembid’ahan), penghizbian dan boikot terhadap ahlus sunnah yang terjatuh pada kesalahan
dan kebid’ahan. Haddadiyah menggunakan hadits atau atsar tentang tahdzir dan hajr Ahlul Bid’ah
untuk membid’ahkan Ahlus Sunnah yang tergelincir. Padahal ayat dan hadits tersebut sebenarnya untuk
memboikot ahlul bid’ah yang menyimpang.

Asy-Syaikh Dr. Ahmad Bazmul hafizhahullah berkata:

‫ أّنهم ُينِّز ُلوَن آثار الّس لف في أهل البدع واالبتداع‬:‫ولذلك من أشِّد أوصاف الحّدادّية وُهَو أمر يدّل على ما سَبق‬
‫ُينِّز لونها على أهل الُّس ّنة!! من أشِّد أوصاِفِهم! وهذا الظاهر هو معنى قول الّش يخ ُمحّمد بن هادي شيخنا الشيخ‬
‫ أّنُهم ُيغاُلوَن في اآلثار! أّنُهم ُينِّز ُلوَن آثار الّس لف وأحكامهم على أهل‬-‫ُمحّمد بن هادي المدخلي –حفظه الله تعالى‬
‫!البدع في أهل الُّس ّنة! وهذا من أشِّد أوصاِفِهم‬

“Oleh karena itu, termasuk sifat yang paling keras dari sekte Haddadiyah –yaitu perkara yang menunjukkan
point terdahulu- adalah bahwa mereka (Haddadiyah) menempatkan atsar as-Salaf tentang Ahlul Bid’ah
dialamatkan kepada Ahlus Sunnah. Inilah sifat yang paling keras dari mereka. Ini yang jelas dari makna
ucapan asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah bahwa mereka bersikap melampaui batas

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 5/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

terhadap atsar as-Salaf. Sekte Haddadiyah menempatkan atsar as-Salaf dan penghukuman mereka terhadap
Ahlul Bid’ah dialamatkan kepada Ahlus Sunnah.” (Fadl-hul Firqatil Haddadiyah: 4).

Sebagai contoh adalah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:


‫ُأْل‬
‫اْلَقَدِرَّيُة َمُج وُس َهِذِه ا َّمِة ِإْن َمِرُضوا َفاَل َتُعوُدوُهْم َوِإْن َماُتوا َفاَل َتْش َهُدوُهْم‬

“Kaum Qadariyah adalah Majusi umat ini. Jika mereka sakit, maka kalian jangan menjenguk mereka dan jika
mereka mati, maka kalian jangan menyaksikan jenazah mereka.” (HR. Abu Dawud: 4071 dan Ibnu Majah: 89
dan di-hasan-kan oleh al-Albani dalam Takhrij Misykatil Mashabih: 107 (1/23)).

Juga hadits:
‫َأ‬
‫َل ا ُتَج اِلُس وا ْهَل اْلَقَدِر َواَل ُتَفاِتُح وُهْم‬

“Janganlah kalian bermajelis dengan Qadariyah dan janganlah memulai salam atau membuka pembicaraan
dengan mereka.” (HR. Abu Dawud: 4087 dan Ahmad: 201 dari Umar radliyallahu anhu dan di-dhaif-kan oleh
al-Albani dalam Dhaiful Jami’: 6193).

Maka kaum Haddadiyah berhujjah dengan hadits di atas dan semisalnya untuk membid’ahkan, meng-hizbikan
dan meng-hajr Ahlus Sunnah yang tergelincir dalam kebid’ahan. Padahal hadits di atas menjelaskan kepada
kita agar meng-hajr Ahlul Bid’ah (seperti kaum Qadariyah sebagai Ahlul Bid’ah yang dikafirkan), bukannya
meng-hajr Ahlus Sunnah yang tergelincir.

Al-Allamah Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan tentang hadits di atas:

‫ وعلى الحقيقة على قول من‬،‫ هو محمول على الزجر والتنفير عن اعتقادهم على قول من لم يحكم بكفرهم‬:‫قيل‬
‫حكم بكفرهم إذ الفاسق ال منع وال كراهة في شهود جنازته‬،

“Dikatakan: Larangan dalam hadits ini difahami atas larangan keras dan upaya ancaman dari keyakinan mereka
bagi ulama yang tidak mengkafirkan mereka (sekte Qadariyyah, pen). Dan dipahami sebagai larangan
(menjenguk dan menyaksikan jenazah mereka) secara hakiki bagi ulama yang mengkafirkan mereka,
karena orang fasiq (yang tidak kafir) tidak dilarang dan juga tidak dibenci untuk disaksikan jenazahnya.”
(Mir’atul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 1/195-196).

Beliau juga menjelaskan:

‫ والله أعلم‬،‫فالظاهر أن إنكار القدر وتكذيبه من البدع المكفرة‬

“Yang jelas, bahwa mengingkari takdir dan mendustakannya adalah termasuk bid’ah yang dikafirkan.
Wallahu a’lam.” (Mir’atul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 1/194).

Sehingga dari hadits di atas, hajr dan boikot itu disyariatkan kepada Ahlul Bid’ah dengan bid’ah mukaffirah
(yang mengeluarkan seseorang dari islam, pen).

Al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

‫ وإذا كانت دون ذلك فإننا نتوقف في‬،‫ فإذا كانت البدعة مكفرة وجب هجره‬،‫أما هجرهم فهذا يترتب على البدعة‬
‫ وذلك أن األصل في المؤمن تحريم‬،‫ وإن لم يكن فيه مصلحة اجتنبناه‬،‫هجره؛ إن كان في هجره مصلحة فعلناه‬
‫ « ال يحل لرجل مؤمن أن يهجر أخاه فوق ثالث » فكل مؤمن وإن كان‬:- ‫َصَّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم‬- ‫هجره لقول النبي‬
‫ أما‬،‫ فإذا كان في الهجر مصلحة هجرناه؛ ألن الهجر حينئذ دواء‬،‫فاسًقا فإنه يحرم هجره ما لم يكن في الهجر مصلحة‬
‫ فإن ما ال مصلحة فيه تركه هو المصلحة‬،‫إذا لم يكن فيه مصلحة أو كان فيه زيادة في المعصية والعتو‬.

“Adapun menghajr mereka (ahlul bid’ah), maka tergantung dari tingkat bid’ahnya. Jika bid’ahnya menyebabkan
kafir, maka wajib dihajr (diboikot). Jika bid’ahnya lebih ringan daripada itu, maka kami bertawaqquf (berdiam
diri, pen) dari menghajr mereka. Jika di dalam menghajr terdapat kemaslahatan, maka kami menghajrnya dan
jika tidak ada faedahnya, maka kami menjauhi sikap hajr. Ini karena hukum asal seorang mukmin adalah haram
diboikot karena sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Tidak halal bagi seorang mukmin untuk menghajr
saudaranya lebih dari 3 hari.” Maka setiap mukmin meskipun fasiq, haram diboikot jika tidak ada manfaatnya
ketika di boikot. Jika terdapat manfaat ketika diboikot, maka kami menghajrnya, karena hajr ketika itu adalah
obat. Adapun jika tidak ada manfaatnya atau ia bertambah maksiat dan penyimpangannya, maka tidak ada
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 6/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

gunanya dihajr.” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin: 2/294).

Jika terhadap ahlul bid’ah dengan bid’ah yang tidak dikafirkan saja kita harus melihat maslahat dan
mafsadatnya ketika memboikot, apalagi terhadap ahlus sunnah yang terjatuh kepada kebid’ahan. Wallahul
musta’an.

Ilzam yang Batil

Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah menerangkan di antara sifat Haddadiyah:

‫من خالفهم فهو حزبي مبتدع‬

“Barangsiapa menyelisihi mereka (seperti dalam sekolah formal dan pembid’ahan terhadap orang lain, pen),
maka ia (dianggap) sebagai seorang hizbi mubtadi’ (ahlul bid’ah).” (Mumayyizatul Haddaddiyah: 3).

Mereka seringkali menyatakan bahwa ustadz salafy yang tidak mau membubarkan sekolah formal harus
ditahdzir dan disikapi sebagai seorang hizbi. Seorang salafy yang masih menyekolahkan anaknya ke sekolah
formal harus disikapi sebagai hizbi. Demikian kurang lebihnya ucapan mereka.

Sifat-sifat Haddadiyah di atas merupakan warisan dari pendahulu mereka yaitu sekte Khawarij. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ْأ َأ‬
‫َوَلِكْن ِمْن َش ِن ْهِل اْلِبَدِع َّنُهْم َيْبَتِدُعوَن ْقَوااًل َيْجَعُلوَنَها َواِج َبًة ِفي الِّديِن َبْل َيْجَعُلوَنَها ِمْن اِإْليَماِن اَّلِذي اَل ُبَّد ِمْنُه‬
‫ َوَأْهُل الُّس َّنِة اَل‬. ‫َوُيَكِّفُر وَن َمْن َخاَلَفُهْم ِفيَها َوَيْس َتِح ُّلوَن َدَمُه َكِفْعِل اْلَخ َواِر َواْلَج ْهِمَّية َوالَّر اِفَضِة َواْلُمْعَتِزَلِة َوَغْيِرِهْم‬
‫ِج‬ ‫َأ َأ‬
‫َيْبَتِدُعوَن َقْواًل َواَل ُيَكِّفُر وَن َمْن اْجَتَهَد َف ْخ َط َوِإْن َكاَن ُمَخاِلًفا َلُهْم ُمْس َتِح اًّل ِلِدَماِئِهْم َكَما َلْم ُتَكِّفْر الَّصَح اَبُة اْلَخ َواِرَج َمَع‬
‫َتْكِفيِرِهْم ِلُعْثَماِن َوَعِلٍّي َوَمْن َوااَل ُهَما َواْس ِتْح اَل ِلِهْم ِلِدَماِء اْلُمْس ِلِميَن اْلُمَخاِلِفيَن َلُهْم‬

“Akan tetapi termasuk sebagian keadaan ahlul bid’ah adalah bahwa mereka itu mengada-adakan pendapat-
pendapat yang mereka jadikan sebagai kewajiban dalam agama (seperti pembubaran sekolah formal, pen),
bahkan mereka menjadikannya termasuk keimanan yang harus dilakukan. Mereka juga mengkafirkan
orang yang menyelisihi mereka dalam perkara tersebut dan menghalalkan darahnya seperti perbuatan sekte
Khawarij, Jahmiyah, Rafidhah, Mu’tazilah dan lainnya. Sedangkan Ahlussunnah tidaklah mengada-ada suatu
pendapat pun, tidak mengkafirkan orang yang ber-ijtihad, kemudian keliru, meskipun menyelisihi Ahlussunnah,
dan juga tidak menghalalkan darah mereka, sebagaimana para sahabat tidak mengkafirkan Khawarij, padahal
Khawarij telah mengkafirkan Utsman, Ali dan orang-orang yang berwala’ kepada keduanya dan mereka juga
menghalalkan darah kaum muslimin yang menyelisihi mereka.” (Majmu’ul Fatawa: 19/212).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata:

‫ َواْلُمَوااَل ُة َعَلْيِه َواْلُمَعاَداُة َعَلى‬،‫ َوِإْلَز اُم الَّناِس ِبِه َوِإْكَر اُهُهْم َعَلْيِه‬، ‫ إْحَداُث َقْوٍل َأْو ِفْعٍل‬، ‫َوِلَهَذا َكاَن ِمْن ِشَعاِر َأْهِل اْلِبَدِع‬
،‫ َوَأْلَز َمْت الَّناَس ِبِه‬،‫ َواْبَتَدَعْت الَّر اِفَضُة َر ْأَيَها‬.‫ َوَأْلَز َمْت الَّناَس ِبِه َوَواَلْت َوَعاَدْت َعَلْيِه‬،‫ َكَما اْبَتَدَعْت اْلَخ َواِرُج َر ْأَيَها‬،‫َتْر ِكِه‬
‫َأ‬ ‫ْأ‬
‫َوَواَلْت َوَعاَدْت َعَلْيِه َواْبَتَدَعْت اْلَج ْهِمَّيُة َر َيَها َو ْلَز َمْت الَّناَس ِبِه َوَواَلْت َوَعاَدْت َعَلْيِه‬

“Oleh karena itu, termasuk syiar Ahlul Bid’ah adalah mengada-ada suatu pendapat atau perbuatan (seperti
haramnya sekolah formal, pen), dan meng-ilzam serta memaksa manusia untuk mengikutinya, berloyal
atasnya dan memusuhi jika meninggalkannya, sebagaimana Khawarij membuat suatu bid’ah pemikiran,
kemudian memaksa manusia atasnya, serta berloyal dan memusuhi atasnya. Demikian pula Rafidhah juga
membuat suatu bid’ah pemikiran, kemudian memaksa manusia atasnya, serta berloyal dan memusuhi atasnya.
Demikian pula Jahmiyah juga membuat suatu bid’ah pemikiran, kemudian memaksa manusia atasnya, serta
berloyal dan memusuhi atasnya.” (Al-Fatawa al-Kubra: 6/339).

Demikian pula kelompok ‘salafy Sejati’ ini, mereka menjadikan permasalahan sekolah formal sebagai dasar
dalam menegakkan al-wala’ wal bara’.

Antara Maslahat dan Mafsadat

Di antara ciri kaum Haddadiyah yang ada dalam kelompok ‘salafy sejati’ ini adalah tidak bisa membedakan dan
menimbang antara maslahat dan mafsadat. Asy-Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah
berkata:
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ ‫أ‬ ‫أ‬ 7/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

‫ رفضوا أصول أهل السنة في مراعاة المصالح والمفاسد‬: ‫الوجه الرابع‬

“Sisi keempat (dari kemiripan antara Haddadiyah dan Rafidhah, pen) adalah bahwa mereka membuang pokok-
pokok Ahlussunnah di dalam menjaga (baca: menimbang) maslahat dan mafsadat.” (Khuthuratul Haddadiyah
al-Jadidah wa Aujahusy Syubah bainaha wabainar Rafidhah: 3).

Sisi kemiripan Abu Muhammad al-Maqdisi dan Abu Dawud al-Pasimy adalah di dalam mengharamkan
sekolah formal secara mutlak tanpa menimbang maslahat dan mafsadatnya. Mereka menyatakan bahwa
sekolah formal di dalamnya terdapat banyak kemungkaran. Ada kemungkaran A, kemungkaran B dan
sebagainya. Maka hukumnya haram menurut mereka, walaupun itu berupa SDIT milik salafy. Titik. Selesai.
Tanpa menimbang wajibnya ta’awun dengan pemerintah kaum muslimin, kebutuhan duniawi dari anak-anak
kaum muslimin dan sisi dakwah kepada kaum muslimin.

Pemikiran al-Maqdisi dan al-Pasimi di atas dapat dibantah dari beberapa segi:

Pertama: pendirian sekolah-sekolah formal termasuk bagian dari kemaslahatan umum yang dibiayai oleh
negara atau pemerintah.

Al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

‫ وإعطاء الفقراء‬،‫ وبناء المدارس‬،‫ كبناء المساجد‬،‫ يصرف في المصالح العامة‬،‫الفيء يكون في بيت المال‬

“Harta Fai’ itu ditempatkan di dalam Baitul Mal. Pemerintah dapat menggunakannya untuk kemaslahatan
umum, seperti membangun masjid, sekolah-sekolah dan menyantuni fakir miskin.” (Asy-Syarhul Mumti’:
11/308).

Maka kemaslahatan umum tidak bisa dirusak dan dibubarkan dengan semacam gerakan model al-Maqdisi dan
al-Pasimi. Gerakan ini dapat dikategorikan sebagai makar terhadap pemerintah selaku penanggungjawab
kemaslahatan umum.

Kedua: pendirian sekolah formal tergantung tujuannya. Al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

،‫ ويؤلفون الكتب وينسخونها‬،‫ كما أن المسلمين ال زالوا ـ وإلى اآلن ـ يبنون المدارس‬،‫والوسائل لها أحكام المقاصد‬
‫وفي األزمنة األخيرة صاروا يطبعونها في المطابع‬

“Hukum perkara wasilah adalah seperti hukum tujuannya sebagaimana kaum muslimin sampai sekarang
selalu membangun sekolah, menulis buku dan menyalinnya. Bahkan di jaman akhir-akhir ini mereka
mencetaknya di percetakan-percetakan.” (Asy-Syarhul Mumti’: 2/94).).

Maka mendirikan sekolah formal untuk memperdalam agama Islam adalah perkara yang diwajibkan.
Sedangkan membangun sekolah formal untuk mencetak insinyur, dokter, apoteker dan ahli ekonomi juga
merupakan fardhu kifayah. Adapun mendirikan sekolah formal untuk mencetak penyanyi, pemain musik dan
pembuat patung, maka hukumnya haram.

Ketiga: maslahat dan madharat yang diterangkan oleh al-Pasimi bersifat khusus. Bisa jadi di sebuah sekolah
ditemukan perkara yang dituduhkan tetapi di sekolah lain tidak terdapat perkara tersebut. Maka maslahat dan
mafsadat ini tidak bisa menyebabkan dilarangnya atau dibubarkannya sekolah formal secara umum.

Al-Imam Abu Ishaq asy-Syathibi (wafat tahun 790 H) rahimahullah memberikan alasan:

‫لأن المصالح العامة مقدمة على المصالح الخاصة‬

“Ini karena kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan khusus.” (Al-Muwafaqat fi Ushulisy
Syari’ah: 3/57).

Demikian juga al-Imam al-Izz bin Abdis Salam (wafat tahun 660 H) rahimahullah menyatakan:

‫لأن اعتناء الشرع بالمصالح العامة أوفر وأكثر من اعتنائه بالمصالح الخاصة‬

“Ini karena perhatian syariat terhadap kemaslahatan umum itu lebih banyak dan lebih ditekankan daripada
perhatiannya terhadap kemaslahatan khusus.” (Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam: 2/75).

Keempat: al-Maqdisi dan al-Pasimi menutup mata dari usaha saudara-saudara mereka di dalam meminimalisir
kerusakan dan kemungkaran dalam sekolah formal dengan membentuk sekolah formal se-Islami mungkin
sesuai kemampuan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
‫ِإْل‬ ‫ْل‬ ‫ْك‬
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ ‫ْل‬ ‫َّش‬ 8/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

‫َف ِإَّن الَّش ِريَعَة َج اَءْت ِبَتْحِصيِل اْلَمَصاِلِح َوَتْكِميِلَها َوَتْعِطيِل اْلَمَفاِسِد َوَتْقِليِلَها ِبَح َس ِب اِإْلْمَكاِن‬

“Sesungguhnya syariat ini datang dengan menghasilkan banyak kemaslahatan serta menyempurnakannya, dan
juga datang untuk meniadakan kerusakan atau meminimalkan jumlahnya semampu mungkin.” (Majmu’ul
Fatawa: 23/343).

Allah ta’ala berfirman:

‫َف اَّتُقوا الَّلَه َما اْس َتَطْعُتْم َواْسَمُعوا َوَأِطيُعوا‬

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian dan dengarlah serta taatlah kalian.” (QS.
At-Taghabun: 16).

Kelima: perbuatan al-Maqdisi dan al-Pasimi yang mengharamkan kemaslahatan umum –yang dalam hal ini
adalah sekolah formal- tanpa menimbang maslahat dan madharat merupakan kebodohan yang paling nyata.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengingatkan kekeliruan cara berfikir model al-Maqdisi dan al-
Pasimy ini. Beliau berkata:

‫ إَّن‬: ‫ َلْيَس اْلَعاِقُل اَّلِذي َيْعَلُم اْلَخ ْيَر ِمْن الَّش ِّر َوِإَّنَما اْلَعاِقُل اَّلِذي َيْعَلُم َخ ْيَر اْلَخ ْيَر ْيِن َوَش َّر الَّش َّر ْيِن َوَيْنُش ُد‬: ‫َك َما ُيَقاُل‬
‫ُأْل‬ ‫َأْل‬
‫الَّلِبيَب إَذا َبَدا ِمْن ِجْس ِمِه َمَر َضاِن ُمْخَتِلَفاِن َداَوى ا ْخ َطَر ا َوَهَذا َثاِبٌت ِفي َس اِئِر ا ُموِر‬

“Sebagaimana dikatakan: “Tidaklah disebut orang yang berakal, orang yang hanya mengenal kebaikan dari
kejelekan. Sesungguhnya orang berakal adalah orang yang bisa memilih perkara yang terbaik di antara dua
kebaikan dan bisa menghindari perkara yang terjelek di antara dua kejelekan. Dan dikatakan: “Sesungguhnya
orang yang cerdik, jika tampak dalam tubuhnya dua penyakit yang berbeda, maka ia akan mengobati penyakit
yang lebih berbahaya terlebih dahulu. Dan kaedah ini berlaku dalam segala bidang urusan.” (Majmu’ul Fatawa:
20/54).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menimbang maslahat dan mafsadat di dalam dakwah beliau. Beliau
berkata kepada Aisyah radliyallahu anha:

‫َأَلْم َتَرْي َأَّن َقْوَمِك َلَّما َبَنْوا اْلَكْعَبَة اْقَتَصُر وا َعْن َقَواِعِد ِإْبَر اِهيَم َفُقْلُت َيا َر ُس وَل الَّلِه َأاَل َتُر ُّدَها َعَلى َقَواِعِد ِإْبَر اِهيَم َقاَل‬
‫َلْواَل ِح ْدَثاُن َقْوِمِك ِباْلُكْفِر َلَفَعْلُت‬

“Apakah kamu tidak melihat, bahwa ketika kaummu membangun Ka’bah, mereka tidak mengikutkan pondasi
Ibrahim ke dalamnya?” Maka aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah engkau tidak mengembalikan pondasi
Ibrahim (ke dalam Ka’bah, pen)?” Beliau menjawab: “Seandainya kaummu bukanlah kaum yang baru masuk
Islam, niscaya aku akan melakukannya.” (HR. Al-Bukhari: 1480, Muslim: 2368 dan an-Nasai: 2851).

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

‫وفي هذا الحديث دليل لقواعد من األحكام منها اذا تعارضت المصالح أو تعارضت مصلحة ومفسدة وتعذر الجمع بين‬
‫فعل المصلحة وترك المفسدة بدئ باألهم الن النبي صلى الله عليه و سلم أخبر أن نقض الكعبة وردها إلى ما كانت‬
‫عليه من قواعد ابراهيم صلى الله عليه و سلم مصلحة ولكن تعارضه مفسده أعظم منه وهي خوف فتنة بعض من‬
‫أسلم قريبا وذلك لما كانوا يعتقدونه من فضل الكعبة فيرون تغييرها عظيما فتركها صلى الله عليه و سلم‬

“Di dalam hadits ini terdapat dalil bagi kaedah-kaedah hukum. Di antaranya: jika beberapa maslahat saling
bertentangan atau jika maslahat dan mafsadat saling bertentangan, dalam keadaan sulit dikompromikan antara
melakukan maslahat dan menghindari mafsadat, maka dimulai dengan melakukan hal yang paling penting.
Ini karena Nabi shallallahu alaihi wasallam memberitahukan bahwa memugar Ka’bah dan mengembalikannya
kepada bangunan Ibrahim alaihissalam adalah suatu kemaslahatan. Akan tetapi kemaslahatan ini ditentang oleh
kerusakan yang lebih besar, yaitu takutnya fitnah yang akan menimpa seseorang yang baru masuk Islam. Yang
demikian, karena mereka mempunyai keyakinan tentang keutamaan Ka’bah dan mereka menganggap bahwa
pemugarannya merupakan sesuatu yang besar. Maka beliau tidak jadi memugarnya.” (Syarhun Nawawi ala
Muslim: 9/89).
Dan apakah kelompok ‘salafy sejati’ ini tidak berfikir sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
melangkah? Apakah mereka tidak berfikir bahwa gerakan anti sekolah formal merupakan ‘sesuatu yang
besar’ bagi pemerintah Indonesia, juga ‘sesuatu yang besar’ bagi mayoritas kaum muslimin Indonesia?
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 9/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Wallahul musta’an.
Keenam: ketidakmampuan menimbang antara maslahat dan madharat ini menjadi ciri khas sekte Khawarij dan
Haddadiyah. Ini disebabkan oleh lemahnya akal mereka dan ketidakmampuan mereka di dalam memahami
dalil-dalil yang ada.

Al-Imam Abu Ishaq asy-Syathibi rahimahullah menjelaskan tentang 2 kesesatan pokok Khawarij. Beliau
berkata:

‫ والقطع بالحكم به ببادئ الرأي والنظر‬،‫ اتَّباع ظواهر القرآن على غير تدبر وال نظر في مقاصده ومعاقده‬:‫أحدهما‬
‫ ومعلوم أن هذا الرأي يصد عن‬، ”‫ “يَقرءوَن القرآن ال يُج اوُز حناجرهم‬:‫ وهو الذي نبه عليه قوله في الحديث‬،‫األول‬
:‫ وقال‬،‫ ومن هنا ذم بعض العلماء رأي داود الظاهري‬،‫ ويضاد المشي على الصراط المستقيم‬،‫اتباع الحق المحض‬
‫ وتعارضت في‬،‫ أال ترى أن من جرى على مجرد الظاهر تناقضت عليه السور واآليات‬، ‫إنها بدعة ظهرت بعد المائتين‬
‫يديه األدلة على اإلطالق والعموم‬

“Salah satu dari kesesatan Khawarij adalah hanya mengikuti zhahir dari teks al-Quran tanpa berusaha
memahami dan melihat pada tujuan dan penempatan ayat (baik dari sisi maslahat maupun madharat
penerapannya, pen), serta memutuskan suatu perkara dengan ayat tersebut hanya berdasarkan
pemahaman yang dangkal dan pandangan pertama saja. Inilah yang diperingatkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dalam hadits, “Mereka (Khawarij, pen) membaca al-Quran, tetapi tidak sampai
melewati tenggorokan mereka.” (HR. Al-Bukhari: 3095, Muslim: 1761, Abu Dawud: 4136 dan an-Nasai: 2531
dari Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu anhu). Dan sudah dimaklumi bahwa pemikiran ini bisa menghalangi dari
mengikuti kebenaran yang murni dan berlawanan dengan jalan yang lurus. Dari sinilah sebagian ulama mencela
pemikiran Dawud azh-Zhahiri dan berkata: “Ini adalah bid’ah yang muncul setelah tahun 200 Hijriyah.
Tidakkah kamu melihat kepada orang yang hanya berpegang pada zhahir teks ayat? Ia akan mengalami
kontradiksi di dalam surat dan ayat-ayat. Ia juga akan dibingungkan dengan adanya pertentangan berbagai dalil
di depannya. Mana yang termasuk dalil muthlaq dan mana dalil umum (dan mana dalil yang
mengkhususkannya, pen).” (Al-Muwafaqat fi Ushulisy Syari’ah: 5/149-150).

Kebutuhan akan Ijazah Formal

Mereka dengan seenaknya menyatakan bahwa sekolah formal bukanlah perkara dharurat dan bukan pula
perkara hajat. Mereka juga menyatakan bahwa kita tidak membutuhkan ijazah dll.

Ini adalah salah satu pemikiran Haddadiyah dalam diri mereka. Mereka menolak adanya rukhsah hajat dan
rukhsah dharurat.

Al-Allamah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata:

‫ رفضوا أصول أهل السنة في األخذ بالرخص في األصول والواجبات ورفضوا أقوال علماء السنة‬: ‫الوجه الخامس‬
‫في بيان األحوال التي يرخص فيها الشرع الحكيم وتجاهلوا النصوص القرآنية والنبوية في مراعاة المصالح‬
‫والمفاسد واألخذ بالرخص وأرادوا تكبيل المنهج السلفي وأهله بآصارهم وأغاللهم المهلكة‬

“Sisi kelima (dari keserupaan antara Haddadiyah dan Rafidhah, pen) adalah bahwa mereka menolak pokok-
pokok Ahlussunah di dalam mengambil rukhsah di dalam perkara usul dan kewajiban. Mereka juga menolak
ucapan-ucapan ulama as-Sunnah di dalam penjelasan tentang keadaan yang mana syariat yang bijaksana ini
memberikan rukhsah. Mereka juga berpura-pura bodoh terhadap teks al-Quran dan as-Sunnah di dalam
menimbang maslahat dan mafsadat. Mereka juga menginginkan untuk mengikat Manhaj Salafi dan
pengikutnya dengan ikatan yang kencang dan beban yang berat yang membinasakan.” (Khuthuratul
Haddadiyah al-Jadidah wa Aujahusy Syubah bainaha wabainar Rafidhah: 4).

Dan telah benar asy-Syaikh Rabi’, mereka beranggapan bahwa menjadi seorang salafi itu tidak boleh memasuki
sekolah formal. Menjadi salafi itu tidak boleh menjadi pegawai negeri, tidak boleh menjadi insinyur, tidak boleh
menjadi dokter, tidak boleh punya ijazah formal, tidak boleh ini dan itu dan lain sebagainya. Sungguh berat
menjadi salafi itu.

Jawaban:

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 10/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Pertama: Mereka –para pengaku salafy sejati itu- telah menyelisihi jalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dan para sahabat beliau yang selalu membuat kemudahan kepada kaum muslimin.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫َف ِإَّنَما ُبِعْثُتْم ُمَيِّس ِريَن َوَلْم ُتْبَعُثوا ُمَعِّس ِريَن‬

“Kalian hanyalah diutus untuk memberikan kemudahan dan tidak diutus untuk memberikan kesulitan.” (HR.
Al-Bukhari: 213, Abu Dawud: 324, at-Tirmidzi: 137 dan an-Nasai: 56 dari Abu Huraiarah radliyallahu anhu).

Dari hadits di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan kaedah umum:

‫َف ُكُّل َما اَل َيِتُّم اْلَمَعاُش إاَّل ِبِه َفَتْح ِريُمُه َح َر ٌج َوُهَو ُمْنَتٍف َش ْر ًعا‬

“Segala perkara yang mana penghidupan (mata pencaharian) manusia tidak akan sempurna kecuali dengan
perkara tersebut (seperti ijazah dan sekolah formal, pen), maka mengharamkan perkara tersebut adalah
sesuatu yang memberatkan. Dan pengharaman ini adalah sesuatu yang ditolak secara syariat.” (Majmu’ul
Fatawa: 29/64).

Beliau juga menerangkan:

‫َف ُكُّل َما اْحَتاَج الَّناُس إَلْيِه ِفي َمَعاِش ِهْم َوَلْم َيُكْن َس َبُبُه َمْعِصَيًة – ِهَي َتْر ُك َواِجٍب َأْو ِفْعُل ُمَح َّر ٍم – َلْم ُيَح َّر ْم َعَلْيِهْم ؛‬
‫َأِلَّنُهْم ِفي َمْعَنى اْلُمْضَطِّر اَّلِذي َلْيَس ِبَباٍغ َواَل َعاٍد‬

“Segala perkara yang dibutuhkan oleh manusia di dalam mata pencaharian mereka, sedangkan faktor penyebab
perkara tersebut bukan suatu kemaksiatan –baik berupa meninggalkan kewajiban ataupun melakukan perbuatan
haram-, maka perkara tersebut tidaklah diharamkan atas mereka, karena mereka (di dalam perkara tersebut)
termasuk dalam makna orang yang terpaksa yang tidak melampaui batas.” (Majmu’ul Fatawa: 29/64).

Dan kaum muslimin yang awam pun mengerti bahwa faktor penyebab seseorang untuk bergabung ke dalam
sekolah formal, atau menjadi pegawai negeri, atau menjadi dokter bukanlah suatu kemaksiatan.

Kedua: pada diri mereka terdapat ciri khas kaum Khawarij dan Haddadiyah, yaitu ‘membuat berat dalam
urusan agama’.

Al-Allamah Abus Sa’adat Ibnul Atsir al-Jazari (wafat tahun 606 H) rahimahullah berkata:

‫ طائفة من الخوارج ُنِس بوا إلى َح ُر وَر اء بالمِّد والقْصر وهو موضع قريب من الكوفة كان أّول ُمْجَتَمَعهم‬: ‫الَح ُر ورية‬
‫وتحكيمهم فيها وهم أَحُد الخوارج الذين قاَتلهم علٌّي كرم الّله وجهه وكان عندهم من الَّتَش دد في الدين ما هو‬
‫معروف‬

“Haruriyah adalah suatu kelompok dari sekte Khawaruj. Mereka dinisbatkan kepada Harura’, suatu tempat di
dekat Kufah. Awal perkumpulan dan tahkim mereka adalah di tempat tersebut. Mereka termasuk kelompok
Khawarij yang diperangi oleh Ali radliyallahu anhu. Pada diri mereka dikenal adanya sifat tasyaddud
(memberat-beratkan) dalam urusan agama.” (An-Nihayah fi Gharibil Hadits: 1/931).

Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah berkata:

‫الخ‬..‫ لّما ذَكر الخوارج‬-‫ ولذلَك يصُدُق عليهم حديُث الّنبّي –صّلى اللُه عليِه وسّلم‬،‫َفُهم أهل ُغُلّو وشّدة‬

“Maka mereka (Haddadiyah, pen) adalah orang yang suka berbuat ghuluw (melampaui batas) dan keras. Oleh
karena itu mereka mencocoki hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang Khawarij..dst.” (Fadl-hul Firqatil
Haddadiyah: 2).

Ketiga: Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mau menerima adanya ‘rukhsah’ yang ditetapkan oleh syariat
yang mulia ini.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan:


‫َأ‬
‫ِإَّن الِّديَن ُيْس ٌر َوَلْن ُيَش اَّد الِّديَن َحٌد ِإاَّل َغَلَبُه‬

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 11/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

“Sesungguhnya agama ini adalah mudah. Dan seseorang tidaklah memperberat diri dalam agama ini kecuali ia
akan terkalahkan olehnya.” (HR. Al-Bukhari: 38, dan an-Nasai: 4948 dari Abu Hurairah radliyallahu anhu).

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

‫وقد يستفاد من هذا اإلشارة إلى األخذ بالرخصة الشرعية فإن األخذ بالعزيمة في موضع الرخصة تنطع‬

“Dan dapat diambil faedah dari isyarah hadits ini tentang disyariatkannya mengambil rukhsah syar’iyyah,
karena mengambil azimah (hukum asal) di tempat hukum rukhsah termasuk perbuatan yang melampaui
batas.” (Fathul Bari bi Syarh Shahihil Bukhari: 1/94).

Apakah rukhsah itu?

Al-Imam Abul Baqa’ Ibnun Najjar al-Hanbali (wafat tahun 898 H) rahimahullah berkata:

“ ‫ َما َثَبَت َعَلى ِخ الِف َدِليٍل َش ْر ِع ٍّي ِلُمَعاِرٍض َر اِج ٍح‬:‫”َو” الُّر ْخ َصُة “َش ْر ًعا‬.

“Pengertian ‘rukhsah’ secara syar’i adalah sesuatu yang tetap dengan keadaan menyelisihi dalil syar’i karena
adanya penghalang yang kuat.” (Syarh al-Kaukabil Munir: 1/478).

Al-Allamah Badruddin az-Zarkasyi asy-Syafi’i (wafat tahun 794 H) rahimahullah juga berkata tentang
‘rukhsah’:

‫اْلُح ْكُم الَّثاِبُت على ِخ اَل ِف الَّدِليِل ِلُعْذٍر مع َكْوِنِه َح َر اًما في َح ِّق َغْيِر اْلَمْعُذوِر‬

“(Yaitu) hukum yang ditetapkan dengan menyelisihi dalil (al-Quran dan as-Sunnah, pen) karena suatu udzur,
padahal perkara tersebut hukumnya haram bagi orang yang tidak mempunyai udzur.” (Al-Bahrul Muhith fi
Ushulil Fiqh: 1/262).

Kemudian kita juga harus mengetahui bahwa kondisi dharurat (terpaksa) dan hajat (membutuhkan) itu termasuk
bagian dari ‘rukhsah’. Tentang perbedaan antara keadaan dharurat dan keadaan hajat, al-Allamah al-Faqih Ibnu
Utsaimin rahimahullah berkata:

‫ والحاجة هي التي تكون ِمن‬.‫الحاجُة دون الَّضرورة؛ ألَّن الَّضرورَة هي التي إذا لم يقم بها اِإلنساُن أصابه الَّضرر‬
‫ وليس في ضرورة إليها‬،‫مكِّمالت مراده‬

“Hajat (kebutuhan) itu lebih ringan daripada dharurat (keterpaksaan), karena dharurat itu jika tidak
ditegakkan oleh manusia, maka ia akan mendapatkan bahaya. Sedangkan hajat adalah perkara yang menjadi
penyempurna keinginannya dan ia tidak mengalami keterpaksaan atasnya.” (Asy-Syarhul Mumti’: 4/305).

Kemudian al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah juga berkata:

‫وقد ذكر أهُل العلم أن ما ُح ِّر َم تحريم الوسائل أباحته الحاجة‬

“Para ulama menyebutkan bahwa perkara yang diharamkan dengan pengharaman wasilah, maka itu
diperbolehkan oleh keadaan hajat (kebutuhan).” (Asy-Syarhul Mumti’: 2/215).

Di antara contoh perkara hajat adalah perhiasan emas yang dipakai kaum wanita, meskipun harus melakukan
tindik (membuat luka) pada telinga yang hukum asalnya haram. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata:

‫َوُكَّلَما َج َّوَز ِلْلَح اَجِة اَل ِللَّضُر وَر ِة َكَتَح ِّلي الِّنَس اِء ِبالَّذَهِب َواْلَح ِريِر َوالَّتَداِوي ِبالَّذَهِب َواْلَح ِريِر َفِإَّنَما ُأِبيَح ِلَكَماِل ااِل ْنِتَفاِع ؛‬
‫اَل َأِلْج ِل الَّضُر وَر ِة اَّلِتي ُتِبيُح اْلَمْيَتَة َوَنْح َوَها ؛ َوِإَّنَما اْلَح اَج ُة ِفي َهَذا َتْكِميُل ااِل ْنِتَفاِع ؛ َفِإَّن اْلَمْنَفَعَة الَّناِقَصَة َيْح ُصُل َمَعَها‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َو َّما الَّضُر وَر ُة اَّلِتي َيْح ُصُل ِبَعَدِمَها ُح ُصوُل َمْوٍت ْو َمَر ٍض ْو‬. ‫ َفَهِذِه ِهَي اْلَح اَج ُة ِفي ِمْثِل َهَذا‬. ‫َعَوٌز َيْدُعوَها إَلى َكَماِلَها‬
‫اْلَعْجُز َعْن اْلَواِج َباِت َكالَّضُر وَر ِة اْلُمْعَتَبَر ِة ِفي َأْكِل اْلَمْيَتِة َفِتْلَك الَّضُر وَر ُة اْلُمْعَتَبَر ُة ِفي َأْكِل اْلَمْيَتِة اَل ُتْعَتَبُر ِفي ِمْثِل َهَذا‬
‫َأ‬
‫ َوَالَّلُه ْعَلُم‬.

“Dan segala perkara yang diperbolehkan karena hajat (kebutuhan), bukan karena dharurat (terpaksa), seperti
berhiasnya wanita dengan emas dan sutra, berobat dengan emas dan sutra (bagi laki-laki, pen), maka hanyalah
diperbolehkan sebatas menyempurnakan pemanfaatan, bukan karena dharurat (terpaksa) yang
memperbolehkan makan bangkai dan semisalnya. Hajat (kebutuhan) dalam perkara ini adalah untuk
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 12/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

menyempurnakan pemanfaatan. Maka manfaat yang kurang ini bisa menjadi butuh untuk disempurnakan. Inilah
yang disebut hajat. Adapun dharurat yang jika terjadi bisa muncul kematian, sakit atau kelemahan dari
perbuatan-perbuatan wajib seperti dharurat mu’tabarah di dalam makan bangkai, maka ini tidak bisa dianggap
(diterapkan) pada keadaan hajat. Wallahu a’lam.” (Majmu’ul Fatawa: 31/225).

Jika kesempurnaan wanita itu dihiasi dengan perhiasan emas, perak dan sutera, maka kesempurnaan anak-anak
di masa ini adalah dengan adanya ijazah. Jika ada anak yang menginjak usia dewasa yang tidak mempunyai
ijazah, maka ini akan mengurangi kesempurnaan hidup sang anak. Ini menunjukkan bahwa ‘ijazah’ merupakan
perkara hajat (kebutuhan).

Bahkan kebanyakan perusahaan dan instansi memberikan tingkatan gaji (remunerasi) kepada pekerjanya sesuai
dengan tingkatan ijazah mereka. Oleh karena itu al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah melarang kita
mencontek ketika ujian untuk mendapatkan ijazah. Beliau berkata:

)‫ (من غشنا فليس منا‬:‫وإذا كان كذلك فإنه ال يحل للطالب أن يغش فيها؛ لقول النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم‬
‫وهذا عام في كل غش؛ وألن والة األمر رتبوا على هذه الشهادات أشياء معينة كالرواتب والمراتب وما أشبه ذلك‬،

“Jika keadaannya demikian, maka tidak halal bagi pelajar untuk mencontek dalam ujian, karena ucapan Nabi
shallallahu alaihi wasallam: “Barangsiapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami.” Dan ini
bersifat umum untuk segala penipuan. Dan karena pemerintah juga mengurutkan berdasarkan ijazah-ijazah ini
terhadap tingkatan gaji, pangkat pegawai dan lain sebagainya..dst.” (Liqa’ul Babil Maftuh: 61/13).

Ironisnya, mereka yang katanya anti sekolah formal dan anti ijazah ini, ketika ustadz-ustadz lulusan ma’had
mereka diterjunkan di daerah-daerah, maka tidak jarang menjadi beban pendanaan bagi ikhwan di daerah
tersebut, karena ketidakmandirian mereka dalam hal duniawi. Bahkan di antara mereka ada yang terjatuh pada
tasawul (meminta-minta).

Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ِإَّنَك ْن َتَذَر َوَر َثَتَك ْغِنَياَء َخ ْيٌر ِمْن ْن َتَذَر ُهْم َعاَلًة َيَتَكَّفُفوَن الَّناَس‬

“Sesungguhnya kamu, jika meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (tercukupi), maka itu lebih baik
daripada meninggalkan mereka dalam keadaan fakir miskin, meminta-minta kepada manusia.” (HR. Al-
Bukhari: 1213, Muslim: 3076, at-Tirmidzi: 2042, an-Nasai: 3567, Abu Dawud: 2480 dan Ibnu Majah: 2699 dari
Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu).

Orang tua pada jaman dahulu mungkin mempunyai berhektar-hektar tanah dan berkilo-kilo emas untuk
diwariskan kepada keturunannya. Adapun di jaman ini, maka jarang yang demikian. Maka alternatif
pelaksanaan hadits di atas adalah dengan memberikan kepada anak tentang keterampilan duniawi beserta
ijazahnya. Wallahu a’lam.

Qiyas ma’al Fariq versi Khawarij

Mereka –‘salafy sejati’- menyatakan bahwa keadaan di Arab Saudi berbeda dengan kondisi di Indonesia. Di
Arab Saudi diperbolehkan mendirikan sekolah formal karena manhaj pemerintahnya lurus. Sedangkan di
Indonesia tidak diperbolehkan mendirikan sekolah formal, karena sistem pendidikannya berkebalikan dengan
Arab Saudi. Meng-qiyaskan antara keduanya berarti qiyas ma’al fariq. Demikian kurang lebih kutipan al-
Pasimy dari sang ‘ustadz ‘ gurunya.

Jawaban:

Pertama: jawaban sang guru tersebut mengandung pemikiran Khawarij yang membedakan antara
penguasa yang adil dan penguasa yang zalim dalam hal ketaatan dan bekerjasama. Ahlussunnah tidaklah
membedahkan antara keduanya.

Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah berkata:

‫ وأرى وجوب السمع والطاعة ألئمة المسلمين ؛ برهم وفاجرهم مما لم يأمروا بمعصية الَّله‬.

“Aku berpendapat wajibnya mendengar dan taat kepada penguasa kaum muslimin, dengan tidak membedakan
apakah mereka itu penguasa yang baik ataukah penguasa yang jelek, selagi tidak diperintahkan untuk berbuat
maksiat kepada Allah.” (Ushulul Iman lil Imam Muhammad bin Abdil Wahhab: 13).

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 13/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Adapun orang-orang yang mempunyai pemikiran Khawarij, maka mereka tidak mau taat dan bekerjasama –baik
dalam masalah pendidikan, zakat, jihad dan sebagainya- kecuali dengan penguasa yang baik (semisal Saudi).
Adapun dengan pemerintah yang menyimpang (seperti Indonesia menurut mereka), maka mereka tidak mau
berta’awun.

Asy-Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah berkata:

‫الطاعة في الحج والجهاد وما فيه مصلحة عامة للمسلمين وما هو‬- ‫وممن يشبه الخوراج في ذلك من لم ير الطاعة‬
‫ إال مع اإلمام الصالح الذي ليس عنده فساد أو ليس‬-‫من البر والتقوى والجهاد واألمر بالمعروف والنهي عن المنكر‬
‫عنده محرمات‬.

“Termasuk orang yang menyerupai Khawarij dalam hal ini adalah orang yang berpendapat tidak perlunya taat –
yaitu taat dalam masalah haji, jihad dan perkara yang menjadi kemaslahatan kaum muslimin serta perkara yang
diperlukan untuk berta’awun di atas kebaikan, takwa, jihad dan amar ma’ruf dan nahi mungkar- kecuali
bersama penguasa yang shalih yang tidak mempunyai kerusakan dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang haram.” (Ithafus Sa’il bi Ma minath Thahawiyah minal Masail: 36/20).

Kedua: Sebenarnya perbedaannya bukanlah pada boleh atau tidaknya membangun sekolah formal.
Perbedaannya hanyalah pada bolehnya mengambil ‘rukhsah’ ataukah tidak. Di Arab Saudi, tidak ada
rukhsah sedikit pun bagi kaum muslimin untuk memasukkan anak-anak mereka ke dalam sekolah yang
menyimpang, karena sudah banyak tersedia sekolah yang bermanhaj lurus. Sedangkan di Indonesia, belum
didapatkan sekolah islami yang tidak mengandung kemungkaran sedikit pun seperti di Saudi. Maka di
Indonesia, kita boleh mengambil rukhsah tersebut, yaitu bolehnya menyekolahkan anak-anak ke sekolah
tersebut dengan dipilih yang paling islami dengan sekedar untuk mendapatkan ijazah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ِإَّن الَّلَه ُيِح ُّب ْن ُتْؤَتى ُر َخ ُصُه َكَما َيْكَر ُه ْن ُتْؤَتى َمْعِصَيُتُه‬

“Sesungguhnya Allah menyukai perbuatan melaksanakan rukhsah-Nya sebagaimana membenci perbuatan


mendatangi maksiat kepada-Nya.” (HR. Ahmad: 5600, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya: 2027 (3/259) dan
Ibnu Hibban dalam Shahihnya: 3568 (8/333) dan di-shahih-kan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’: 1886).

Al-Allamah al-Amir ash-Shan’ani rahimahullah berkata:

‫والمراد بها هنا ما سهله لعباده ووسعه عند الشدة من ترك بعض الواجبات وإباحة بعض المحرمات‬

“Yang dimaksud ‘rukhsah’ di sini adalah perkara yang dimudahkan dan dijadikan longgar oleh Allah untuk
hamba-hamba-Nya ketika terjadi kesulitan, yang berupa meninggalkan sebagian kewajiban dan
membolehkan sebagian perkara yang haram (seperti ikhtilat, sebagian materi yang menyimpang dsb dalam
sekolah, pen)..dst.” (Subulus Salam: 2/38).

Dan terdapat kaedah fikih bahwa perkara yang diharamkan secara wasilah itu boleh dilanggar dengan alasan
memenuhi kebutuhan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

‫الخ‬..‫ ِفي َأَّن َما َكاَن ِمْن ” َباِب َس ِّد الَّذِريَعِة ” إَّنَما ُيْنَهى َعْنُه إَذا َلْم َيْحَتْج إَلْيِه‬: ‫َوَهَذا َأْصٌل َأِلْح َمَد َوَغْيِرِه‬

“Dan ini adalah pokok dalam madzhab Ahmad dan lainnya: bahwa perkara yang termasuk dalam ‘Bab
menutup pintu wasilah’ hanyalah dilarang ketika tidak ada hajat (kebutuhan) atasnya..dst.” (Majmu’ul
Fatawa: 23/214).

Demikian pula menurut Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau berkata:

‫ولما حرم عليهم الميتة لما فيها من خبث التغذية أباحها لهم للضرورة ولما حرم عليهم النظر إلى األجنبية أباح منه‬
‫ما تدعو إليه الحاجة للخاطب والمعامل والشاهد والطبيب‬

“Ketika Allah mengharamkan bangkai atas mereka karena adanya kotoran makanan padanya, maka Allah
memperbolehkannya ketika dharurat. Dan ketika Allah mengharamkan melihat wanita asing bagi mereka, maka
Allah memperbolehkannya karena hajat (kebutuhan) seperti bagi pelamar nikah, orang yang bermu’amalah,
saksi dan dokter.” (I’lamul Muwaqqi’in: 2/26).

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 14/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Kaedah di atas diterapkan oleh para ulama kontemporer di dalam menetapkan hajat (kebutuhan) untuk
menyekolahkan anak. Di negeri Arab Saudi sudah banyak terdapat sekolah formal yang bermanhaj lurus
sehingga tidak diperbolehkan lagi menyekolahkan anak ke sekolah yang menyimpang.

Al-Allamah Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata:

‫لقد كان لكم في مدارس مملكتكم غنية كبرى عن سفركم إلى المدارس المنحرفة التي ال تعود عليكم إال بكل شر‬.

“Sungguh telah ada bagi kalian (wahai warga Saudi, pen) di dalam sekolah-sekolah kerajaan kalian ini
kecukupan yang besar dari bepergiannya kalian ke sekolah-sekolah yang menyimpang yang tidak kembali
kepada kalian kecuali dengan segala kejelekan.” (Al-Madaris al-Alamiyah al-Ajnabiyah: 50).

Adapun di negeri yang belum menerapkan syariat Islam secara sempurna, maka tetaplah diperbolehkan untuk
bersekolah di sekolah formal yang paling ‘Islami’ yang ada dengan sekedar kebutuhan atau hajat. Al-Allamah
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

‫فعلى كل حال نقول أيها األخ يجب عليك أن تتطلب مدرسًة ليس هذا وضعها فإن لم تجد مدرسًة إال بهذا الوضع‬
‫وأنت محتاٌج إلى الدراسة فإنك تدرس وتحرص بقدر ما تستطيع على البعد عن الفاحشة والفتنة بحيث تغض بصرك‬
‫وتحفظ لسانك وال تتكلم مع النساء وال تمر إليهن‬

“Apa pun keadaannya, kami katakan: “Wahai Saudara! Wajib atasmu untuk mencari sekolah yang bukan seperti
ini keadaannya (yaitu menerapkan system ikhtilat, pen). Maka jika kamu tidak menjumpai sekolah kecuali
dengan system ini, sedangkan kamu membutuhkan untuk belajar (di dalamnya), maka kamu bisa belajar di situ
dan bersemangat semampumu untuk menjauhi dari perbuatan keji dan fitnah, dengan cara menundukkan
pandanganmu, menjaga lesanmu, tidak mengobrol dengan kaum wanita dan tidak mondar-mandir kepada
mereka.” (Fatawa Nur alad Darb, bab Fatawa al-Muallimin wath Thullab: 12).

Mungkin menurut pemikiran kelompok ‘salafy sejati’ yang haddadi ini, pendapat kedua ulama di atas termasuk
pendapat yang bermudah-mudahan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa menghadapi perbedaan ijtihad kita
harus berlapang dada, bukannya meng-ilzam orang lain yang tidak sependapat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:


‫َأ‬
‫ إَّن ِمْثَل َهِذِه‬: ‫َوِلَهَذا َقاَل اْلُعَلَماُء اْلُمَصِّنُفوَن ِفي اَأْلْمِر ِباْلَمْعُر وِف َوالَّنْهِي َعْن اْلُمْنَكِر ِمْن ْصَح اِب الَّش اِفِعِّي َوَغْيِرِه‬
‫َأِل َأ‬
‫اْلَمَس اِئِل ااِل ْج ِتَهاِدَّيِة اَل ُتْنَكُر ِباْلَيِد َوَلْيَس َحِد ْن ُيْلِزَم الَّناَس ِباِّتَباِعِه ِفيَها ؛ َوَلِكْن َيَتَكَّلُم ِفيَها ِباْلُحَج ِج اْلِعْلِمَّيِة َفَمْن َتَبَّيَن‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َلُه ِصَّح ُة َحِد اْلَقْوَلْيِن َتِبَعُه َوَمْن َقَّلَد ْهَل اْلَقْوِل اآْل َخ ِر َفاَل إْنَكاَر َعَلْيِه‬

“Oleh karena itu, para ulama yang menulis dalam masalah amar ma’ruf dan nahi munkar dari kalangan
Syafi’iyah dan lainnya berkata: “Sesungguhnya permasalahan ijtihadiyah seperti ini tidak boleh diingkari
dengan tangan. Dan tidak diperbolehkan bagi seorang pun untuk meng-ilzam (memaksa) manusia mengikutinya
dalam masalah ijtihadiyah. Akan tetapi ia membahas masalah tersebut dengan argumentasi ilmiyah.
Barangsiapa telah jelas baginya kebenaran salah satu dari kedua pendapat, maka ia mengikutinya. Dan
barangsiapa ber-taklid pada pendapat selain itu, maka tidak boleh diingkari.” (Majmu’ al-Fatawa: 30/80).

Maka bagi yang ingin mondok, ya silakan. Dan bagi yang ingin bersekolah formal kemudian ikut program
diniyah sore, ya monggo. Bagi yang memaksakan pendapat, maka ia terkena ‘virus Haddadiyah’.

Bermuamalah dengan Pemerintah

Mereka –‘para pengaku salafy sejati’- menyatakan bahwa orang-orang yang mendirikan sekolah formal salafy
pastilah mengadakan tipu muslihat kepada pemerintah seperti berpura-pura upacara bendera padahal diganti
dengan tausiyah, berpura-pura mengajarkan kurikulum pemerintah padahal mengganti sebagian kurikulum
dengan yang sesuai dengan as-sunnah dan sebagainya. Ini –menurut para pengaku salafy sejati- termasuk
berdusta kepada penguasa.

Jawaban:

Ini adalah akibat virus Haddadiyah yang tertanam kuat pada diri mereka karena menolak adanya upaya
menimbang maslahat dan mafsadat.

Seorang mudir yang cerdik haruslah pandai memilih perkara yang paling baik di antara pilihan maslahat dan
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 15/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

juga harus pandai menghindari perkara yang paling buruk di antara beberapa mafsadat. Sebenarnya para Salaf
kita juga pernah melakukan hal yang serupa dengan kejadian di atas. Mereka pernah berpura-pura gila dalam
rangka menghindari tawaran jabatan dari penguasa.

Muhammad bin Yahya al-Bashri berkata:

،‫ أنا أتحامق فيكم فأقال وأتخلص‬:‫ فقال أبو حنيفة‬،‫دعا المنصور أبا حنيفة والثوري ومسعرًا وشريكا ليوليهم القضاء‬
‫ وأما شريك فيقع‬،‫ وأما سفيان فيهرب‬،‫وأما مسعر فيتجان ويتخلص‬

“Raja al-Manshur pernah memanggil Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Mis’ar bin Kudam dan Syuraik untuk
menjadi qadhi (hakim negara, pen). Maka Abu Hanifah berkata: “Aku akan berpura-pura menjadi orang
dungu di antara kalian sehingga aku bisa terlepas.” Adapun Mis’ar, maka ia berpura-pura menjadi gila,
sehingga terbebas. Adapun Sufyan, maka ia lari. Adapun Syuraik, maka ia terjatuh..dst.” (Atsar riwayat Ibnu
Habib an-Naisaburi dalam Uqala’ul Majanin: 11).

Mereka berpura-pura –padahal termasuk jenis kedustaan- dalam rangka menghindari mafsadat yang lebih besar.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫َمْن ُج ِعَل َقاِضًيا َبْيَن الَّناِس َفَقْد ُذِبَح ِبَغْيِر ِس ِّكيٍن‬


“Barangsiapa diangkat menjadi qadhi (hakim) di antara manusia, maka ia benar-benar disembelih tanpa pisau.”
(HR. Abu Dawud: 3101, at-Tirmidzi: 1247, ia berkata hasan gharib dan Ibnu Majah: 2299 dari Abu Hurairah
radliyallahu anhu. Di-shahih-kan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’: 6190).

Kelompok ‘salafy sejati’ ini juga menyatakan: “Demikian pula ketika ada petugas penilik (pengawas) sekolah
datang, mereka langsung memasang gambar burung garuda dan presiden. Dan ketika penilik pulang, mereka
mencopot lagi gambar tersebut. Ini juga termasuk bentuk tipu daya dan pelecehan kepada penguasa.”

Jawaban:

Ini juga termasuk upaya cerdas di dalam menggabungkan berbagai maslahat dan menghindari mafsadat yang
paling buruk. Di antaranya adalah sangsi pidana dari pihak penguasa.

Para Salaf juga ada yang demikian agar terhindar dari pidana dan penjara dari pihak penguasa. Al-Imam Yahya
bin Ma’in rahimahullah berkata:

‫ عنيت به قرآن بنت تمام‬،‫لما أدخلت على الخليفة قال لي ما تقول في القرآن ؟ قلت مخلوق‬.

“Ketika aku dihadapkan ke depan khalifah (yang mu’tazilah, pen), khalifah bertanya kepadaku: “Apa
pendapatmu tentang al-Quran?” Aku menjawab: “Makhluk.” Maksudku adalah Qur’an bintu Tamam (nama
seorang wanita, pen).” (Atsar riwayat Ibnu Habib an-Naisaburi dalam Uqala’ul Majanin: 12).

Muhammad bin Muhammad bin Abdirrahman as-Sulami berkata:

:‫دعا الخليفة أيام المحنة محمد بن مقاتل الرازي وأبا الصلت عبد السالم بن صالح الفهندري فقال لمحمد بن مقاتل‬
‫ التوراة واالنجيل والزبور والفرقان فإن هذه األربعة مخلوقة وأشار إلى أصابعه‬:‫ما تقول في القرآن ؟ قال أقول‬
” ‫ فقال ألبي الصلت ما تقول ؟ قال تعز يا أمير المؤمنين قال عمن ويلك ؟ قال عن ” قل هو الّله أحد‬،‫ فنجا‬،‫األربع‬
‫ فاخرج فنجا‬،‫ قال فكيف ؟ قال إن كان مخلوقًا فإنه يموت ! فقال مجنون اخرجوه‬.‫فإنه مات‬

“Pada masa cobaan, khalifah (yang mu’tazilah) memanggil Muhammad bin Muqatil ar-Razi dan Abush Shalt
Abdus Salam bin Shalih al-Fahandari. Maka khalifah bertanya kepada Muhammad bin Muqatil: “Apakah
pendapatmu tentang al-Quran?” Muhammad bin Muqatil berkata: “Aku jawab: “Taurat, Injil, Zabur dan al-
Quran, maka keempat-empatnya ini adalah makhluk.” Beliau sambil menunjuk keempat jari beliau (karena jari-
jari memang makhluk, pen).” Maka beliau selamat (dari penjara, pen). Kemudian khalifah bertanya kepada
Abush Shalt: “Apa pendapatmu?” Abush Shalt berkata: “Mari bertakziyah wahai Amirul Mukminin!” Khalifah
bertanya: “Bertakziyah untuk siapa, celaka kau?” Abush Shalt menjawab: “Bertakziyah atas ‘Qul Huwallahu
Ahad’, karena ia telah mati.” Khalifah bertanya: “Bagaimana bisa?” Abush Shalt menjawab: “Jika ia makhluk,
maka ia telah mati.” Khalifah berkata: “Ini orang gila. Keluarkan ia dari sini!” Maka ia dikeluarkan dan selamat
dari penjara.” (Atsar riwayat Ibnu Habib an-Naisaburi dalam Uqala’ul Majanin: 12).

Yahya bin Ma’in, Abush Shalt dan Muhammad bin Muqatil tidak bisa dikatakan sebagai orang yang lembek
(mumayyi’) sebagaimana menurut kacamata mereka yang mengaku ‘salafy sejati’ ini. Ini karena tidak semua
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 16/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

ulama itu bersikap tegar setegar al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Al-Imam Abu Sa’id Ahmad bin Dawud al-Wasithi rahimahullah pernah menjenguk al-Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah dalam penjara. Beliau berkata:

‫يا أبا عبد الله عليك عيال ولك صبيان وأنت معذور كأني أسهل عليه اإلجابة فقال لي أحمد بن حنبل إن كان هذا‬
‫عقلك يا أبا سعيد فقد استرحت‬

“Wahai Abu Abdillah! Engkau masih mempunyai keluarga, masih mempunyai anak-anak dan engkau pun
masih diberi udzur (jika melakukan tauriyah bahwa al-Quran itu makhluk, pen). Seolah-olah aku menganggap
mudah jawaban beliau. Maka Ahmad bin Hanbal menjawab: “Jika hanya demikian akalmu, wahai Abu Sa’id,
aku akan beristirahat (daripada mendengar ajakanmu, pen).” (Thabaqat al-Hanabilah: 1/42).

Pelajaran penting dari kisah-kisah di atas:

Pertama: para ulama dalam kisah di atas ber-ijtihad untuk menimbang maslahat dan mafsadat. Maslahat dan
mafsadat antara keluarga atau pribadi dengan pemerintah. Antara pemerintah dengan maslahat agama. Mana
yang paling kuat itulah yang dipilih oleh mereka.

Kedua: menimbang antara maslahat dan mafsadat antara ulama satu dengan ulama lain terkadang tidak sama
karena termasuk dalam ranah ‘ijtihad’.

Ketiga: para ulama di atas tidak meng-ilzam dan memaksa ulama lainnya agar mengikuti langkah dan
ijtihadnya.

Antara Sekolah dan Pasar

Sekali lagi, untuk menguji seberapa besar kemampuan mereka yang mengaku ‘salafy sejati’ ini di dalam
‘ta’shilul ilmi’ dan menimbang maslahat dan mafsadat, kita perlu mengupas permasalahan pasar. Kenapa harus
pasar? Ya, karena pasar sudah ada sejak jaman kenabian sedangkan sekolah formal baru muncul belakangan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫َأَحُّب اْلِباَل ِد ِإَلى الَّلِه َمَس اِج ُدَها َوَأْبَغُض اْلِباَل ِد ِإَلى الَّلِه َأْس َواُقَها‬

“Bagian negeri yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya. Dan bagian negeri yang paling
dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim: 1076 dan al-Baihaqi dalam al-Kubra: 5182 (3/65)
dari Abu Hurairah radliyallahu anhu).

Al-Allamah Abdur Rauf al-Munawi asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan beberapa alasan mengapa pasar
menjadi tempat yang paling dibenci oleh Allah ta’ala. Beliau berkata:

( ‫وأبغض البالد إلى الله أسواقها ) ألنها مواطن الغفلة والحرص والغش والفتن والطمع والخيانة واأليمان الكاذبة‬
‫الخ‬.. ‫واألعراض الفانية‬

“Sabda beliau “Dan bagian negeri yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.” Karena pasar
merupakan tempat kelalaian (dari ibadah, pen), tempat ketamakan, tempat penipuan, tempat fitnah, tamak,
khianat, sumpah dusta dan kehormatan yang rusak.” (Faidhul Qadir bi Syarh al-Jami’ish Shaghir: 1/221).

Bahkan pasar di jaman sekarang memiliki banyak kemungkaran di dalamnya. Ada ikhtilat, tersingkapnya aurat,
musik, jual beli jimat dan sebagainya.

Jika kita menggunakan kaidah batil dari kelompok ‘anti sekolah formal’ ini, maka bermuamalah di pasar
hukumnya haram karena di dalamnya terdapat banyak kemungkaran, sebagaimana mereka telah
mengharamkan sekolah formal karena alasan yang sama, yaitu ditemukannya banyak penyimpangan di
dalamnya.

Akan tetapi pendapat yang benar bahwa datang ke pasar adalah sesuatu yang mubah atau diperbolehkan. Allah
ta’ala berfirman:
‫َأل‬ ‫ْأ‬ ‫َأ‬
‫َوما ْر َس ْلَنا َقْبَلَك ِمَن اْلُمْر َس ِليَن ِإَّال ِإَّنُهْم َلَي ُكُلوَن الَّطَعاَم َوَيْمُش وَن ِفي ا ْس َواِق‬

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 17/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan
di pasar-pasar.” (QS. Al-Furqan: 20).

Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:

،‫ ولتذكرة الخلق بأمر الله ودعوته‬،‫ وكان عليه السالم يدخلها لحاجته‬.‫دخول األسواق مباح للتجارة وطلب المعاش‬
‫ لعل الله أن يرجع بهم إلى الحق‬،‫ويعرض نفسه فيها على القبائل‬.

“Memasuki pasar adalah perkara mubah, untuk berdagang dan mencari penghidupan. Adalah nabi shallallahu
alaihi wasallam memasuki pasar untuk memenuhi kebutuhan (hajat) beliau dan juga untuk mengingatkan
manusia tentang perintah Allah dan beliau mendatangi kabilah-kabilah di dalamnya, semoga Allah
mengembalikan mereka kepada kebenaran.” (Tafsir al-Qurthubi: 13/5).

Bahkan al-Allamah Syihabuddin al-Qasthalani rahimahullah berkata:

(‫باب) جواز التبايع في (األسواق التي كانت في الجاهلية) قبل اإلسالم (فتبايع بها الناس في اإلسالم) ألن أفعال‬
‫الجاهلية ومواضع المعاصي ال يمتنع أن يفعل فيها الطاعات قاله ابن بطال‬.

“Bab’ bolehnya kegiatan jual beli di pasar-pasar yang ada di masa Jahiliyah (yakni masa sebelum Islam),
kemudian manusia berjual beli di pasar-pasar tersebut ketika Islam, karena perbuatan jahiliyah dan tempat-
tempat maksiat tidak menghalangi perbuatan ketaatan di dalamnya. Demikian pendapat Ibnu Baththal.”
(Irsyadus Sari li Syarh Shahihil Bukhari: 4/37).

Jika mereka yang mengaku ‘salafy sejati’ ini masih bingung dengan kaedah batil mereka, kok bisa ya,
tempat yang dibenci oleh Allah ta’ala seperti pasar karena banyak kemungkarannya, kok tetap masih
diperbolehkan melakukan kegiatan jual beli di dalamnya?

Maka al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjawab:

‫وإذا تأملت شرائع دينه التي وضعها بين عباده وجدتها ال تخرج عن تحصيل المصلحة الخالصة أو الراجحة بحسب‬
‫ وتعطيل المفاسد الخالصة أو الراجحة بحسب اإلمكان‬، ‫ وإن فاتت أدناها‬، ‫ وإن تزاحمت قدم إهمها وأجلها‬، ‫اإلمكان‬
، ‫ وهي دالة عليه‬، ‫ وعلى هذا وضع أحكم الحاكمين شرائع دينه‬، ‫ وإن تراحمت عطل أعظمها فسادًا باحتمال أدناهما‬،
‫ وإحسانه إليهم‬، ‫ ولفظه بعباده‬، ‫شاهدة له بكمال علمه وحكمته‬

“Jika kamu memperhatikan syariat agama-Nya yang Ia letakkan untuk hamba-hamba-Nya, maka kamu akan
mendapatkannya tidak akan keluar dari maslahat yang murni atau maslahat yang lebih kuat sesuai dengan
kemampuan (seperti pasar dsb, pen). Jika berbagai maslahat tersebut saling bertubrukan, maka didahulukan
maslahat yang paling besar dan paling penting, meskipun harus kehilangan maslahat yang paling kecil. Dan
(syariat juga tidak akan keluar dari) menghilangkan mafsadat murni atau mafsadat yang lebih kuat sesuai
dengan kemampuan. Jika berbagai mafsadat saling bertubrukan, maka dihilangkanlah mafsadat yang paling
kuat dengan melakukan mafsadat yang lebih kecil. Atas demikianlah Allah yang paling Bijaksana meletakkan
syariat agama-Nya. Syariat tersebut menunjukkan atas-Nya, menyaksikan atas kesempurnaan ilmu dan hikmah-
Nya, atas kelembutan dan kebaikan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya.” (Miftahu Daris Sa’adah: 2/22).

Ini karena maslahat pasar bagi kaum muslimin itu lebih besar daripada mafsadatnya sehingga syariat pun
membolehkan bermuamalah di pasar-pasar.

Dan akhirnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun mendirikan pasar yang lebih baik lagi. Atha’ bin
Yasar rahimahullah berkata:

‫ ثم جاء سوق المدينة‬،‫لما أراد رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يجعل للمدينة سوقا أتى سوق بني قينقاع‬
‫ وال يؤخذ فيه خراج‬،‫ فال يضيق‬،‫ ” هذا سوقكم‬:‫“ فضربه برجله وقال‬

“Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hendak mendirikan pasar untuk kota Madinah, maka beliau
melakukan studi banding ke pasar Bani Qainuqa’. Kemudian beliau mendatangi pasar Madinah. Maka beliau
menghentakkan kaki beliau dan berkata: “Inilah pasar kalian. Maka orang yang berjual beli jangan dipersulit
dan janganlah dipungut pungutan (semacam pajak, pen).” (Atsar riwayat Ibnu Syubbah dalam Akhbar Madinah:
1/183 dan as-Samhudi dalam Khulashatul Wafa’ bi Akhbari Daril Mushthafa: 176).

Dari beberapa penjelasan tentang perubahan pasar Jahiliyah menjadi pasar Islami di atas, maka hendaknya kita
mendukung dan mengapresiasi saudara-saudara kita yang mendirikan sekolah-sekolah yang lebih mendekati
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 18/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Manhaj Salaf seperti SDIT atau SMPIT Salafy, meskipun di sana sini masih ditemukan kekurangan.

Dan di sinilah kita diwajibkan menimbang permasalahan-permasalahan yang ada pada sekolah-sekolah formal.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan kaedah di dalam menimbang permasalahan
kontemporer. Beliau berkata:

‫َوَعَلى َهَذا إَذا َكاَن الَّش ْخ ُص َأْو الَّطاِئَفُة َج اِمَعْيِن َبْيَن َمْعُر وٍف َوُمْنَكٍر ِبَحْيُث اَل ُيَفِّر ُقوَن َبْيَنُهَما ؛ َبْل إَّما َأْن َيْفَعُلوُهَما‬
‫َأ َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َفِإْن َكاَن اْلَمْعُر وُف ْكَثَر َمَر ِبِه‬: ‫ َلْم َيُجْز ْن ُيْؤَمُر وا ِبَمْعُر وِف َواَل ْن ُيْنُهوا ِمْن ُمْنَكٍر ؛ َيْنُظُر‬: ‫َجِميًعا ؛ ْو َيْتُر ُكوَها َجِميًعا‬
‫َأ‬
‫ َوَلْم َيْنَه َعْن ُمْنَكٍر َيْس َتْلِزُم َتْفِويَت َمْعُر وٍف ْعَظَم ِمْنُه ؛ َبْل َيُكوُن الَّنْهُي ِح يَنِئٍذ‬. ‫؛ َوِإْن اْس َتْلَزَم َما ُهَو ُدوَنُه ِمْن اْلُمْنَكِر‬
‫ِمْن َباِب الَّصِّد َعْن َسِبيِل الَّلِه َوالَّس ْعِي ِفي َز َواِل َطاَعِتِه َوَطاَعِة َر ُس وِلِه َوَز َواِل ِفْعِل اْلَح َس َناِت‬

“Oleh karena itu, jika seseorang atau suatu kelompok (organisasi atau lembaga seperti sekolah formal, pen)
itu mengandung perkara yang baik dan juga perkara yang mungkar serta sulit untuk memisahkan
antara keduanya, -dengan gambaran bahwa ia harus terjun ke dalam lembaga tersebut atau ia meninggalkan
sama sekali-, maka tidak boleh untuk dilakukan amar makruf dan nahi mungkar terhadap lembaga tersebut
(yaitu dengan pembubaran sekolah atau melarang bersekolah di situ, pen). Maka harus dilihat dulu. Jika
kebaikannya lebih banyak daripada penyimpangannya, maka silakan dianjurkan meskipun harus
melakukan beberapa penyimpangan. Maka tidak boleh melarang suatu kemungkaran yang dapat menghilangkan
kebaikan yang lebih besar daripadanya. Maka melarang dari perkara tersebut (seperti melarang pendirian
sekolah salafy, pen) termasuk menghalangi dari jalan Allah dan termasuk usaha untuk menghilangkan ketaatan
kepada Allah dan rasul-Nya serta menghilangkan banyak kebaikan.” (Majmu’ul Fatawa: 28/129).

Maka kaum muslimin -baik penyelenggara maupun peserta sekolah formal- hendaknya berta’awun untuk
meminimalkan penyimpangan semampu mereka. Syaikhul Islam berkata:

‫َأ َظ ْل َل‬ ‫ُل‬ ‫ْل‬ ‫ُل‬ ‫ْل‬ ‫َأ ْل‬


‫َّن ا َواِج َب َتْحِصيُل ا َمَصاِلِح َوَتْكِمي َها ؛ َوَتْعِطيُل ا َمَفاِسِد َوَتْقِلي َها َفِإَذا َتَعاَر َضْت َكاَن َتْحِصيُل ْع ِم ا َمْص َح َتْيِن‬
‫ ُهَو اْلَمْش ُر وُع‬: ‫ِبَتْفِويِت َأْدَناُهَما َوَدْفُع َأْعَظِم اْلَمْفَس َدَتْيِن َمَع اْح ِتَماِل َأْدَناَها‬

“Bahwa yang wajib adalah mempertahankan kemaslahatan-kemaslahatan dan menyempurnakannya (seperti


mendirikan sekolah yang paling islami sesuai dengan kemampuan, pen) serta menghilangkan kerusakan-
kerusakan atau meminimalkannya (sesuai kemampuan, pen). Jika terjadi pertentangan, maka hendaknya
mempertahankan kemaslahatan yang paling besar dengan mengalahkan kemaslahatan yang lebih ringan dan
menolak kerusakan yang paling besar dengan melakukan kerusakan yang lebih kecil. Inilah yang disyariatkan.”
(Majmu’ul Fatawa: 28/284).

Sehingga kita tanyakan kepada mereka yang melarang kaum muslimin belajar di sekolah formal, atau melarang
ijazah formal atau melarang seseorang bekerja sebagai pegawai negeri: Apakah benar bahwa larangan tersebut
sesuai dengan syariat ataukah hanya semata-mata sikap ghuluw (melampaui batas) yang memberatkan kaum
muslimin?

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫َيِّس ُر وا َواَل ُتَعِّس ُر وا…الخ‬

“Permudahlah urusan mereka, janganlah kalian persulit!” (HR. Al-Bukhari: 67 dan Muslim: 3264 dari
Anas bin Malik radliyallahu anhu).

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

)‫فلو اقتصر على (يسروا) لصدق ذلك على من يسر مرة أومرات وعسر في معظم الحاالت فإذا قال (وال تعسروا‬
‫انتفى التعسير في جميع األحوال من جميع وجوهه وهذا هو المطلوب‬

“Seandainya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya mencukupkan dengan kata “Permudahlah urusan
mereka”, maka ini hanya sesuai dengan seseorang yang mempermudah urusan kaum muslimin dalam sekali
waktu atau 2 kali waktu, tetapi ia mempersulit di sebagian besar waktunya. Maka ketika beliau bersabda:
“janganlah kalian persulit!”, maka hilanglah kesulitan di segala keadaan dari berbagai sisinya. Inilah yang
dimaksud (dengan hadits di atas, pen).” (Syarh an-Nawawi ala Muslim: 12/41).

Menggugat Istilah Salafy Sejati


https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 19/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

Mereka dengan bangganya menyatakan bahwa mereka adalah ‘Salafy Sejati’ karena tidak mendirikan sekolah
formal yang di dalamnya terdapat penyimpangan –menurut persangkaan mereka-. Mereka juga menyatakan
bahwa kebenaran itu bersama ustadz Fulan yang berpusat di kota Allan. Adapun selainnya, maka masih
bercampur dengan kebatilan.

Jawaban:

Pertama: Ini merupakan ciri khas Ahlul Bid’ah yang merasa bahwa kelompok merekalah yang paling benar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan:

‫ َوُيْش ِعُر ِبَأَّن ُكَّل َمْن َخاَلَفَها ِفي َش ْي ٍء‬, ‫َف َأَّما َأْن ُيْفِرَد اِإْلْنَس اُن َطاِئَفًة ُمْنَتِسَبًة إَلى َمْتُبوٍع ِمْن اُأْلَّمِة َوُيَسِّمَيَها َأْهَل اْلَح ِّق‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َوَلْيَس َهَذا ِمْن ِفْعِل ْهِل الُّس َّنِة‬. ‫ َفَهَذا َح اُل ْهِل اَأْلْهَواِء َواْلِبَدِع َكاْلَخ َواِرِج َواْلُمْعَتِزَلِة َوالَّر اِفَضِة‬, ‫َفُهَو ِمْن ْهِل اْلَباِطِل‬
‫َأ‬
‫ َقاَل الَّلُه‬, ‫َواْلَج َماَعِة َفِإَّنُهْم اَل َيِصُفوَن َطاِئَفًة ِب َّنَها َصاِح َبَة اْلَح ِّق ُمْطَلًقا إاَّل اْلُمْؤِمِنيَن اَّلِذيَن اَل َيْجَتِمُعوَن َعَلى َضاَل َلٍة‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ { َذِلَك ِب َّن اَّلِذيَن َكَفُر وا اَّتَبُعوا اْلَباِطَل َو َّن اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتَبُعوا اْلَح َّق ِمْن َر ِّبِهْم‬: ‫} َتَعاَلى‬

“Adapun jika seseorang menganggap bahwa hanya kelompok yang dipimpin oleh salah seorang dari umat ini
(seperti ustadz Fulan di kota Allan, pen) itulah yang disebut dengan Ahlul Haq (atau pemilik kebenaran atau
Salafy Sejati, pen) sedangkan kelompok yang menyelisihinya dengan sedikit penyelisihan disebut dengan Ahlul
Batil, maka ini adalah keadaan Ahlul Bid’ah seperti Khawarij, Mu’tazilah dan Rafidhah. Ini bukanlah perbuatan
Ahlus Sunnah wal Jamaah, karena mereka tidaklah menyifati salah satu kelompok manapun (baik Hanafiyah,
Malikiyah, Syafi’iyah ataupun Hanabilah, pen) bahwa salah satu kelompok itu adalah Ahlul Haqq secara
mutlak, kecuali kaum Mukminin yang tidak bersepakat di atas kesesatan. Allah ta’ala berfirman: “Yang
demikian itu karena sesungguhnya orang-orang kafir itu mengikuti kebatilan dan sesungguhnya orang-orang
beriman itu mengikuti kebenaran dari Rabb mereka.” (QS. Muhammad: 3).” (Al-Fatawa al-Kubra: 6/608).

Kedua: menganggap diri sebagai ‘Salafy Sejati’ merupakan bentuk kesombongan dan menyalahi prinsip
‘tawadhu’. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َوِإَّن الَّلَه ْوَح ى ِإَلَّي ْن َتَواَضُعوا َحَّتى اَل َيْفَخ َر َحٌد َعَلى َحٍد َواَل َيْبِغ َحٌد َعَلى َحٍد‬

“Sesungguhnya Allah memberikan wahyu kepadaku; “Bertawadhu’lah kalian sampai tidak ada lagi seseorang
yang membanggakan diri terhadap orang lain dan sampai tidak ada lagi seseorang yang menzalimi orang lain.”
(HR. Muslim: 5109 dan Ibnu Majah: 4169 dari Iyadh bin Khimar radliyallahu anhu).
Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

‫الَّتَواُضُع َأْن َتْخ ُر َج ِمْن َمْنِزِلك َفاَل َتْلَقى ُمْس ِلًما إاَّل َر َأْيَت َلُه َعَلْيك َفْضاًل‬

“Tawadhu’ adalah kamu keluar dari rumahmu dan tidaklah bertemu dengan seorang muslim pun kecuali
kamu menganggapnya lebih utama darimu.” (Atsar riwayat Ibnu Abid Dunya dalam at-Tawadhu’ wal
Khumul:116 (152)).

Hakekat Haddadiyah dan Khawarij

Pada hakekatnya kelompok Khawarij dan kelompok Haddadiyah ini adalah kumpulan orang-orang yang dungu.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫َيْأِتي ِفي آِخ ِر الَّز َماِن َقْوٌم ُحَدَثاُء اَأْلْس َناِن ُس َفَهاُء اَأْلْح اَل ِم َيُقوُلوَن ِمْن َقْوِل َخ ْيِر اْلَبِرَّيِة…الخ‬

“Akan muncul di akhir zaman suatu kaum yang muda usia mereka tetapi dungu pemikiran mereka. Mereka
berkata dengan ucapan sebaik-baik manusia (yakni hadits Nabi, pen)..dst.” (HR. Al-Bukhari: 3345, Muslim:
1771, Abu Dawud: 4138 dan an-Nasai: 4033 dari Ali radliyallahu anhu).

Al-Imam Badruddin al-Aini al-Hanafi (wafat tahun 855 H) rahimahullah berkata:

‫قوله (سفهاء األحالم) يعني عقولهم رديئة واألحالم جمع حلم بكسر الحاء وكأنه من الحلم بمعنى األناءة والتثبت في‬
‫األمور وذلك من شعار العقالء‬

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 20/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

“Sabda beliau ‘dungu pemikiran mereka” maksudnya adalah bahwa (kualitas) akal mereka adalah jelek. Kata
‘ahlam’ merupakan bentuk jamak dari ‘hilm’ dengan arti sikap santun (tidak tergesa-gesa) dan sikap tasabbut
(memutuskan dengan kokoh dan bisa dipertanggungjawabkan) di dalam berbagai urusan. Ini adalah syiar
(tanda) orang-orang yang berakal.” (Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari: 34/420).

Sifat mereka yang dungu ini dibuktikan dengan adanya tahdzir serampangan dari pihak mereka,
ketidakmampuan menimbang maslahat dan mafsadat, ketidakmampuan untuk ta’shilul ilmi, menolak adanya
rukhsah dan sebagainya.

Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah menambahkan:

‫ وشُعورهم بأّنهم أهٌل للُح كِم على الغير مع جهلِهم وعدم‬،‫ تصّدُر هم في قياَدة الّناس ودعوِتِهم‬:‫أيًضا من سماِتِهم‬
‫!علمِهم‬

“Satu lagi dari ciri kaum Haddadiyah: Berani tampil di dalam memimpin dakwah salafiyah kepada manusia
(sebagaimana yang terjadi di Indonesia, pen) dan mereka merasa bahwa mereka berhak menghukumi orang lain,
padahal mereka adalah orang jahil dan tidak berilmu!” (Fadl-hul Firqatil Haddadiyah: 3).
Sehingga dengan sebab sifat ‘sufaha’ dan kejahilan pada diri mereka, maka mereka telah mengambil sifat-sifat
kaum Khawarij terdahulu.

Asy-Syaikh Adil Manshur hafizhahullah berkata:

‫ (أن هؤالء هم‬: ‫حفظه الله – أنه قال عن الحدادية‬- ‫ عن شيخنا صالح اللحيدان‬-‫بدر البدر‬- ‫فقد حدثنا أخونا الشيخ‬
‫رحمه الله تعالى – الخوارج فقال‬- ‫ وذكر العالمة الشيخ أحمد بن يحي النجمي‬، )‫من سيحملون راية الخوارج غدا‬
‫رحمه الله – في سلسلة الهدى والنور بعض شبه محمود الحداد‬- ‫ وذكر الشيخ األلباني‬، ) ‫(وهم الحدادية والتكفيريون‬
‫وطريقة الحدادية فقال ( هؤالء يسيرون أو ينهجون نهج الخوارج األولى‬

“Telah menceritakan kepada kami saudara kami, asy-Syaikh Badr al-Badr dari Syaikh kami Shalih al-Luhaidan
hafizhahullah bahwa beliau berkata tentang kelompok Haddadiyah: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang akan membawa bendera kelompok Khawarij besok hari.” Al-Allamah asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-
Najmi rahimahullah pernah menyebutkan kelompok Khawarij: “Mereka adalah kelompok takfiriyun (yang suka
mengkafirkan, pen) dan Haddadiyah (yang suka membid’ahkan, pen).” Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah
pernah menyebutkan sebagian syubhat Mahmud al-Haddad dan jalan Haddadiyah dalam ‘Silsilah al-Huda wan
Nur’: “Mereka itu berjalan dan bermanhaj dengan manhaj kelompok Khawarij pertama.” (Alaqatul Haddadiyah
bid Dawa’isy al-Khawarij: 2).

Bolehkah Ngaji kepada Mereka?

Kita tidak dianjurkan menghadiri kajian mereka yang terindikasi virus Haddadiyah karena virus tersebut berasal
dari virus Khawarij yang bersikap ghuluw dalam ibadah, ghuluw dalam takfir, ghuluw dalam tabdi’ dan suka
mencela ulama as-Sunnah.

Jika mereka mengadakan kajian ‘Kitabut Tauhid’, ‘Bulughul Maram’, ‘Ushulus Sunnah’ dan lainnya, maka
kajian-kajian tersebut tidaklah memberikan faedah kepada mereka sedikit pun, baik dalam mendekatkan diri
kepada Allah ataupun dalam ber-akhlak dengan masyarakat. Ini karena mereka telah mengambil akhlak-akhlak
kaum Khawarij.

Al-Imam Abu Bakar al-Ajurri (wafat tahun 360 H) rahimahullah berkata:

‫ وإن صلوا‬، ‫لم يختلف العلماء قديما وحديثا أن الخوارج قوم سوء عصاة لله تعالى ولرسوله صلى الله عليه وسلم‬
‫ وليس‬، ‫ ويظهرون األمر بالمعروف والنهي عن المنكر‬، ‫ نعم‬، ‫ فليس ذلك بنافع لهم‬، ‫ واجتهدوا في العبادة‬، ‫وصاموا‬
، ‫ ويموهون على المسلمين وقد حذرنا الله تعالى منهم‬، ‫ذلك بنافع لهم ؛ ألنهم قوم يتأولون القرآن على ما يهوون‬
‫ وحذرناهم الصحابة رضي الله عنهم ومن‬، ‫ وحذرناهم الخلفاء الراشدون بعده‬، ‫وحذرنا النبي صلى الله عليه وسلم‬
‫ ومن كان على مذهبهم من سائر الخوارج يتوارثون هذا‬، ‫ والخوارج هم الشراة األنجاس األرجاس‬، ‫تبعهم بإحسان‬
‫المذهب قديما وحديثا‬

“Para ulama terdahulu dan sekarang tidaklah berselisih bahwa Khawarij adalah kaum yang jelek, durhaka
kepada Allah ta’ala dan rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Walaupun mereka melakukan shalat, berpuasa
dan bersungguh-sungguh dalam ibadah. Itu semua tidaklah memberikan manfaat kepada mereka. Iya. Mereka
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 21/22
11/30/21, 4:01 PM Mewaspadai Gerakan Anti Sekolah Formal | Catatan Faiq Sulaifi

menampakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Itu juga tidak memberikan manfaat kepada mereka. Ini karena
mereka mentakwilkan al-Quran sesuai dengan hawa nafsu mereka. Mereka juga membuat kerancuan kepada
kaum muslimin. Allah ta’ala telah memperingatkan kita dari mereka. Nabi shallallahu alaihi wasallam juga
memperingatkan, para khulafaur rasyidin, para sahabat lainnya dan tabi’in juga memperingatkan. Khawarij
adalah kaum yang jelek lagi kotor dan najis. Demikian pula orang yang mengikuti madzhab mereka dari sekte
Khawarij lainnya (seperti Takfiriyah, Jihadiyah dan Haddadiyah, pen) akan saling mewariskan madzhab ini baik
terdahulu maupun sekarang.” (Asy-Syariah lil Ajurri: 41).

Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah juga menyatakan:

‫ وال بحسن ألفاظه في العلم‬، ‫ وال بدوام صيامه‬، ‫ وال بطول قيامه في الصالة‬، ‫فال ينبغي له أن يغتر بقراءته للقرآن‬
‫إذا كان مذهبه مذهب الخوارج‬

“Maka tidak seharusnya seorang muslim tertipu dengan bacaan al-Quran seseorang yang indah, panjangnya
dalam shalat, lamanya berpuasa dan juga bagusnya penyampaian ilmu, jika madzhabnya adalah Madzhab
Khawarij.” (Asy-Syariah lil Ajurri: 48).

Jika mereka mengadakan kajian semisal kitab ‘Lammud Durril Mantsur’ atau tema ‘Mewaspadai Penyusup
Manhaj Salaf’ dan sebagainya, maka mereka akan membacakan berbagai atsar as-Salaf tentang dibencinya
bid’ah dan kewajiban memboikot Ahlul Bid’ah di sesi pertama. Ketika memasuki sesi kedua atau sesi tanya
jawab, ustadz atau pembicara tersebut akan menerapkan manhaj Haddadiyah pada Ahlus Sunnah. Si ustadz
akan menyatakan ustadz A adalah hizbi karena demikian dan ustadz B juga hizbi mumayyi’ karena demikian.
Padahal ustadz-ustadz yang dibicarakan itu dikenal sebagai da’i-dai sunnah. Itulah ciri khas kajian mereka.

Akhirnya asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berpesan:

‫فافهموا هذا واضبطوا صفات الحدادية فمن وجدت فيه فهو من الحدادية أو شبيه بهم أو أسوأ منهم‬

“Maka fahamilah ini dan hafalkanlah sifat-sfat Haddadiyah! Barangsiapa ditemukan dalam dirinya sifat-sifat
tersebut, maka ia termasuk Haddadiyah, atau mirip mereka, atau bahkan lebih jelek daripada mereka.” (Fatawa
fil Aqidah wal Manhaj: 29).

Semoga Allah ta’ala melindungi kita semua dari fitnah Khawarij dan Haddadiyah. Amien.

‫ َأْس َتْغِفُر َك َوَأُتوُب ِإَلْيَك‬، ‫ َأْش َهُد َأَّن َال ِإَلَه ِإَّال َأْنَت‬، ‫ُس ْبَح اَنَك الَّلُهَّم َوِبَح ْمِدَك‬

Satu komentar di “Mewaspadai Gerakan Anti


Sekolah Formal”

1. abu sulaiman
21 April 2016 pukul 13.33 Reply
Terkait sekolah formal, mereka pun berani menyembunyikan fatwa syekh ubaid yang membolehkan.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

https://tulisansulaifi.wordpress.com/2016/03/06/mewaspadai-gerakan-anti-sekolah-formal/ 22/22

Anda mungkin juga menyukai