Anda di halaman 1dari 33

WASPADA…..

WAHABI MERUBAH KITAB


KH HASYIM ASY'ARI TENTANG SYIAH
DAN KITAB PARA ULAMA AHLUS
SUNNAH WALJAMAAH
(BAGIAN 1)

Wahabi dan Simpatisannya Merubah Kitab KH Hasyim Asy'ari tentang Syiah

MusliModerat.Com ~ Ini adalah bukti scan kitab asli karya Pendiri NU yang berjudul Risalah Ahlussunnah
wal Jama'ah. Wahabi mengatakan bahwa para Ketua NU seperti Gus Dur, KH. Hasyim Muzadi, dan KH.
Said Aqil Siradj yang ‚bersahabat‛ dengan Muslim Syiah yang lurus sebagai berkhianat terhadap pendiri
NU, KH. Hasyim Asy’ari. Sebagai bukti, Wahabi menerbitkan kitab ‚Risalah Ahlussunnah aal Jama’ah‛
susunan KH. Hasyim Asy’ari yang sayangnya sudah diubah/ditahrif oleh Wahabi. Sehingga kata-kata
Rafidhi (Syiah Rafidhah yang sesat karena menghina sahabat), diubah oleh Wahabi sebagai Syi’i (semua
Syi’ah) sebagai sesat. Jadi Syiah yang lurus yang tidak menghina sahabat pun dianggap sesat oleh Wahabi.

Nah sebagian ustadz muda NU yang ilmu dan wawasannya masih rendah, tertipu oleh "kitab palsu"
Wahabi tersebut. Sehingga ikut-ikutan menganggap semua Syiah sesat. Mereka akhirnya suudzan terhadap
ulama sepuh NU, termasuk Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, seolah-olah Kiai Said Aqil ini Syiah
atau pembela Syiah yang tidak menganggap semua Syiah itu sesat.
Sama halnya dengan Wahabi, ulama muda yang masuk NU Garis Lurus ini akhirnya tercemar paham
Khawarij yang meragukan keadilan ulama NU yang sudah sepuh. Ini adalah hasil scan kitab ‚Risalah
Ahlussunnah wal Jama’ah" karya KH. Hasyim Asy’ari yang asli:

Perhatikan yang dikecam oleh KH. Hasyim Asy’ari adalah Rafidhah yang menghina sahabat seperti
Abu Bakar dan Umar. Kemudian juga di halaman berikutnya yang dikecam adalah Muhammad bin Abdul
Wahab an-Najdi, Ibnu Taimiyyah, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha. Ibnul Qayim, dst. Jika kita teliti lebih
lanjut, sebenarnya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari telah mengurutkan antara firqah-firqah yang
berbahaya itu. Dan yang terletak di urutan pertama dan paling berbahaya ialah Wahabi.
NU itu didirikan terutama untuk membendung paham Wahabi. Sebelum NU didirikan, para ulama
pendiri NU membentuk Komite Hijaz untuk membela kebebasan bermadzhab di Mekkah. Saat itu Kerajaan
Najd dengan bantuan Zionis Inggris menyerang dan menguasai Kerajaan Hijaz tahun 1925.
Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid’ah
namun secara membabi-buta dan melalui kekerasan. Beberapa tempat bersejarah, seperti rumah Nabi
Muhammad Saw. dan sahabat, termasuk makam Nabi Muhammad pun hendak dibongkar. Umat Islam
Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) merasa sangat prihatin kemudian
mengirimkan utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.
Komite Hijaz ini merupakan sebuah panitia kecil yang dipimpin oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah.
Setelah berdiri, Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Suud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan
beberapa permohonan, seperti meminta Hijaz memberikan kebebasan kepada umat Islam di Arab untuk
melakukan ibadah sesuai dengan madzhab yang mereka anut. Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan
adanya organisasi yang formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara
formal mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud.
Adapun lima permohonan yang disampaikan oleh Komite Hijaz, yaitu:

1. Memohon diberlakukan kemerdekaan bermadzhab di negeri Hijaz pada salah satu dari madzhab empat
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Atas dasar kemerdekaan bermadzhab tersebut hendaknya
dilakukan giliran antara imam-imam shalat Jum’at di Masjidil Haram dan hendaknya tidak dilarang
pula masuknya kitab-kitab yang berdasarkan madzhab tersebut di bidang tasawuf, aqidah maupun fikih
ke dalam negeri Hijaz, seperti karangan Imam Ghazali, Imam Sanusi dan lain-lainnya yang sudaha
terkenal kebenarannya.
2. Memohon untuk tetap diramaikan tempat-tempat bersejarah yang terkenal. Sebab tempat-tempat
tersebut diwaqafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fathimah dan bangunan Khaezuran dan
lain-lainnya berdasarkan firman Allah; ‚Hanyalah orang yang meramaikan masjid Allah orang-orang
yang beriman kepada Allah‛, dan firmanNya, ‚Dan siapa yang lebih aniaya daripada orang yang
menghalang-halangi orang lain untuk menyebut nama Allah dalam masjidnya dan berusaha untuk
merobohkannya?‛
3. Memohon agar disebarluaskan ke seluruh dunia, setiap tahun sebelum datangnya musim haji menganai
tarif/ketentuan biaya yang harus diserahkan oleh jamaah haji kepada syaikh dan muthawwif dari mulai
Jedah sampai pulang lagi ke Jedah. Dengan demikian orang yang akan menunaikan ibadah haji dapat
menyediakan perbekalan yang cukup buat pulang-perginya dan agar supaya mereka tidak dimintai lagi
lebih dari ketentuan pemerintah.
4. Memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk undang-undang agar
tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.
5. Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) memohon balasan surat dari Yang Mulia yang menjelaskan bahwa
kedua orang delegasinya benar-benar menyampaikan surat mandatnya dan permohonan-permohonan
NU kepada Yang Mulia dan hendaknya surat balasan tersebut diserahkan kepada kedua delegasi
tersebut.

Dari situ kita tahu pendirian NU erat kaitannya dengan paham Wahabi. Berkat kegigihan para kiai
yang tergabung dalam Komite Hijaz, aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal
Jama'ah diterima oleh Raja Ibnu Saud. Makam Nabi Muhammad yang akan dibongkar pun tidak jadi
dihancurkan. (Disarikan dari kabarislamia.com/Oleh: Muslimedianews.com)
Berikut Kutipan Risalah Ahlusunnah wal Jamaah tentang bahaya wahabi, Syi’ah Rafidloh dan firqah
lainnya:
1. Fatwa Tentang Bahaya Wahabi
Di dalam kitab ‚Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah‛ karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari (pendiri
pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama) halaman 9-10
diterangkan sebagai berikut:

, ‫ مذحدي املأٔذذ و املرشب‬, ‫كد اكن مسمل و ا ٔلكعار اجلاوًة ىف ا ٔلزمان اًساًفة اخلاًَة مذفلي الاراء و املذُب‬
‫ و ىف ٔأضول …ادلٍن ؿىل مذُب الامام ٔأىب‬, ‫فلكِم ىف اًفلَ ؿىل املذُب اًيفُس مذُب الامام محمد بن ادرٌس‬
‫ و ىف اًخطوف ؿىل ظذُب الامام اًغزايل و الامام ٔأىب احلسن اًشاذيل ريض هللا ؾهنم‬, ‫احلسن ا ٔلشـري‬
‫ٔأمجـني‬
ARTINYA:
Pada masa lalu Umat Islam di Jawa sepakat dalam berpendapat dan bermadzhab dengan satu rujukan dan
pegangan, yaitu dalam bidang fiqih mengikuti kepada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, dalam
masalah ushuluddin mengikuti kepada madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, dan dalam bidang tasawuf
mengikuti kepada Imam Al-Ghozali dan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili.

‫كال اًـالمة اًش َخ‬


‫ مفهنم‬, ‫ و رخال مذجاذبة‬, ‫ و ٔأكوال مذضاربة‬, ‫ و ٔأراء مذدافـة‬, ‫مث اهَ حدث ىف ؿام ٔأًف و زالمثائة و زالزني ٔأحزااب مذيوؿة‬
‫ و حمبة ٔأُي اًبُت‬, ‫ و اٍمتسم ابًىذب املـخربة املخداوةل‬, ‫سَفِون فامئون ؿىل ما ؿَََ ٔأسالفِم من اٍمتذُب ابملذُب املـني‬
‫ و اؾخلاد اًشفاؿة و‬, َ‫ و اًطدكة ؾي‬, ‫ و ثَلني املَت‬, ‫ و زايرة اًلبور‬, ‫ و اًخربك هبم ٔأحِاء و ٔأموات‬, ‫و ا ٔلوًَاء و اًطاحلني‬
‫هفؽ ادلؿاء و اًخوسي و غري ذكل‬
ARTINYA:
Kemudian pada tahun 1330 H muncul bermacam-macam golongan, pendapat-pendapat yang bertentangan,
pikiran-pikiran yang berseberangan , dan para tokohnya saling tarik-menarik (kontroversi). Dari mayoritas
para tokoh, ada para ulama salaf yang konsisten terhadap kesalafan-nya, yang mengikuti terhadap madzhab
yang telah ditentukan, dan berpegang teguh pada kitab-kitab yang dianggap presentatif (mu’tabaroh) yang
biasa beredar (masyhur). Mencintai ahli bait (keluarga Nabi Muhammad SAW), mencintai para wali dan
orang-orang yang shaleh, mengambil berkah kepada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dunia, ziarah kubur, men-talqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya syafa’at
(pertolongan), manfa’at do’a, wasilah dan lain-lain.

‫ و ٔأمحد بن حميَة و‬, ‫ و ًأٔذذون من بدؿة محمد بن ؾبد اًوُاب اًيجدي‬, ‫و مهنم فركة ًدبـون ر ٔأي محمد ؾبدٍ و رش َد رضا‬
‫ و ُو اًسفر ًزايرة كرب رسول هللا ضىل هللا ؿَََ و‬, َ‫ حفرموا ما ٔأمجؽ املسَمون ؿىل هدب‬, ‫ثَمَذٍ ابن اًلمي و ابن ؾبد اًِادى‬
‫ و اذا سفر الؾخلادٍ ٔأهنا ٔأي زايرة كرب اًييب فىل هللا ؿَََ و سمل‬: ًَ‫ كال ابن حميََ ىف فذاو‬, ٍ‫ و ذاًفو مه فامي ذهر و غري‬, ‫سمل‬
. َ‫ فطار اًخحرمي من ا ٔلمر امللعوع ب‬, ‫ اكن ذكل حمرما ابحٌلع املسَمني‬, ‫ظاؿة‬
ARTINYA:
Sebagian lagi ada golongan yang mengikuti kepada pendapat Muhammad Abduh dan Rosyid Ridho.Mereka
mengikuti kepada perbuatan bid’ah Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi, Ahmad Ibnu Taimiyah, dan
kedua muridnya, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abdil Hadi. Golongan ini mengharamkan apa yang telah disepakati
oleh mayoritas umat Islam untuk dilaksanakan sebagai sunnah Nabi, seperti berziarah ke makam Rasulullah.
Mereka menolak semua hal yang telah disebutkan di atas dan hal-hal lainnya.
Ibnu Taimiyah dalam kitab ‚Fatawi‛-nya berpendapat: Apabila seseorang melakukan ziarah ke
makam Rasulullah, karena yakin bahwa ziarah itu perbuatan taat, ziarah yang dianggapnya menurut Ibnu
Taimiyah adalah haram yang telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ziarahnya adalah perbuatan yang
haram secara pasti.
‫ و ُذا اًفرًق كد ابخًل‬: ‫كال اًـالمة اًش َخ محمد خبَت احليفي املعَـي ىف رساًخَ املسٌلة ثعِري اًفؤاد من دوس الاؾخلاد‬
‫ فاكهوا ومصة و زَمة ىف املسَمني و ؾضوا فاسدا جيب كعـَ حىت ال ًـدى اًباىق ف…ُو‬, ‫املسَمون بىثري مهنم سَفا و ذَفا‬
‫ اهنم غري مـطومني فال ًًبغى‬: ‫ و ًلوًون‬, ‫ ًذمون اًـٌَلء سَفا و ذَفا‬, ‫ فاهنم فرًق ًَـبون بدٍهنم‬, ٌَ‫اكجملذوم جيب اًفرار م‬
‫ و ًذروهنا ىف ؾَون بطائر اًضـفاء‬, ‫ و ًعـيون ؿَهيم و ًَلون اًش هبات‬, ‫ ال فرق ىف ذكل بني ا ٔلحِاء و ا ٔلموات‬, ‫ثلََدمه‬
‫ ًلوًون‬, ‫ حبَوهلم اجلو و ٌسـون ىف ا ٔلرض فسادا‬, ‫ ًلطدون بذكل اًلاء اًـداوة و اًبغضاء‬, ‫ًخـمى ٔأبطارمه ؾن ؾَوب ُؤالء‬
‫ حاضون اًياس ؿىل اثباع اًرشع‬, ‫ ٍزمعون ٔأهنم كامئون اب ٔلمر ابملـروف و اٍهنيي ؾن امليىر‬, , ‫ؿىل هللا اًىذب و مه ًـَمون‬
‫ كال اًلاىض ؾَاض ىف‬, ‫ و ًـي وهجَ ٔأهنم من ٔأُي اًبدع و ا ٔلُواء‬: ‫ كَت‬, ‫ و هللا ٌشِد اهنم ًاكذبون‬, ‫و احذياب اًبدع‬
‫ و كد ًدذي ىف ٔأمور ادلهَا مبا ًَلون بني املسَمني من اًـداوة ادلًًِة اًىت جرسى‬, ‫ و اكن مـؼم فسادمه ؿىل ادلٍن‬: ‫اًشفاء‬
‫ امنا ٍرًد‬: ‫ و كد حرم هللا ثـاىل امخلر و املُرس ًِذٍ اًـةل نٌل كال ثـاىل‬: َ‫ كال اًـالمة مال ؿىل اًلارى ىف رشح‬, ‫دلهَامه‬
‫اًش َعان ٔأن ًوكؽ بٌُنك اًـداوة و اًبغضاء ىف امخلر و املُرس‬
ARTINYA:
Menurut Al-‘Allamah Syeikh Muhammad Bahit Al-Hanafi Al-Muthi’i dalam kitabnya yang bernama
‚Tathirul Fu’adi min Danasil I’tiqod‛ (Mensucikan Hati Dari Keyakinan Yang Kotor), ia berpendapat:
‚Bahwa golongan ini merupakan cobaan besar bagi umat Islam yang salaf (tempo dulu) maupun yang kholaf
(modern)‛. Mereka adalah aib, pemecah belah umat, dan sebagai organ yang rusak yang harus dipotong,
sehingga tidak menular ke organ lainnya. Ia bagaikan penyakit kusta yang harus dihindari. Mereka adalah
golongan menjadikan agama sebagai permainan. Mereka mencaci maki ulama salaf dan ulama kholaf,
mereka sambil berkata: Mereka semuanya tidak ma’shum (tidak terpelihara dari perbuatan dosa), maka
tidak layak untuk mengikutinya dan tidak ada bedanya yang hidup dan yang mati.
Golongan tersebut mendiskreditkan ulama dan menciptakan persoalan-persoalan syubhat, kemudian
menyebarkannya secara luas ke masyarakat awam supaya orang awam tidak mengerti terhadap kekuarangan
yang ada pada golongan tersebut. Tujuan mereka… adalah menebar permusuhan dan kebencian. Mereka
berkeliling di atas muka bumi untuk menciptakan kerusakan. Mereka berkata bohong tentang Allah,
padahal mereka tahu tentang hal yang sebenarnya. Mereka berdalih sedang melakukan ‚amar ma’ruf nahyi
munkar‛ (memerintah kebaikan dan mencegah kemunkaran). Mereka mengajak manusia mengikuti agama
yang mereka jalankan dan menjauhkan bid’ah (menurut mereka). Padahal, Allah tahu bahwa mereka adalah
para pendusta. Menurut pendapat saya, sangat mungkin mereka adalah para pelaku bid’ah yang selalu
mengikuti hawa nafsu mereka.
Imam Qadhi ‘Iyadh berkata: Kehancuran terbesar dalam agama sampai urusan dunia adalah karena
ulah perbuatan mereka dengan menimbulkan permusuhan antar umat Islam, yang menyebabkan mereka
terperangkap dalam masalah urusan dunia.
Al-‘Allamah… Ali Al-Qori dalam penjelasannya berkata: Allah SWT telah mengharamkan khamar
(minuman keras yang memabukkan) dan judi dengan alasan ini, sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S.
Al-Ma’idah : 91

‫امنا ٍرًد اًش َعان ٔأن ًوكؽ بٌُنك اًـداوة و اًبغضاء ىف امخلر و املُرس‬
Artinya: ‚Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang. Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).‛

2. Fatwa Tentang Bahaya Syi’ah Rafidloh

Inilah pandangan Pendiri Nahdhatul Ulama, Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (1292-1366 H,
1875-1947 M) Tentang Syi’ah Rafidloh, tercantum dalam karangan beliau Risalah Ahlis Sunnah Wal
Jama’ah
‫ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺭﺍﻓﻀﻴﻮﻥ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﺎ ﻳﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﻳﻜﺮﻫﻮﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ‬
:‫ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻘﺎﻣﻮﺱ‬.‫ﻭﻳﺒﺎﻟﻐﻮﻥ ﻫﻮﻯ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻠﻲ ﻭﺃﻫﻞ ﺑﻴﺘﻪ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ‬
.‫ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﻭﺑﻌﻀﻬﻢ ﻳﺮﺗﻘﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﺍﻟﺰﻧﺪﻗﺔ ﺃﻋﺎﺫﻧﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻨﻬﺎ‬:‫ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻔﺎ‬
‫ ﻟّﻠﻪَ ﺍﻟّﻠﻪَ ﻓﻲ َﺃﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﺍﻟّﻠﻪَ ﺍﻟّﻠ َﻪ ﻓﻲ‬:‫ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﻐﻔّﻞ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝُ ﺍﻟّﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ َﻭﻣَ ْﻦ‬،ْ‫ َﻭﻣَﻦْ ﺃَْﺑﻐَﻀَﻬُﻢْ ﻓَﺒُِﺒﻐْﻀِﻲ ﺃَْﺑﻐَﻀَﻬُﻢ‬،ْ‫ ﻻ ﺗَﺘّﺨِﺬﻭﻫُﻢْ َﻏﺮَﺿﺎً َﺑﻌْﺪِﻱ ﻓَﻤَﻦْ َﺃﺣَﺒّﻬُﻢْ ﻓَﺒِﺤُﺒّﻲ َﺃﺣَﺒّﻬُﻢ‬،‫َﺃﺻْﺤَﺎﺑِﻲ‬
‫{ ﻭﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝُ ﺍﻟّﻠﻪِ ﺻﻠﻰ‬،‫ َﻭﻣَﻦْ ﺁﺫَﻯ ﺍﻟّﻠﻪَ ﻳُﻮْﺷِﻚُ ﺃَﻥْ ﻳَ ْﺄﺧُﺬَﻩ‬،َ‫ َﻭﻣَﻦْ ﺁﺫَﺍﻧِﻲ َﻓﻘَﺪْ ﺁﺫَﻯ ﺍﻟّﻠﻪ‬،‫ﺁﺫَﺍﻫُﻢْ َﻓﻘَﺪْ ﺁﺫَﺍﻧِﻲ‬
ُ‫ َﻻ َﻳﻘْﺒَﻞ‬،َ‫ ﻓَﻤَﻦْ ﺳَﺒَّﻬُﻢْ َﻓﻌَﻠَْﻴﻪِ َﻟﻌَْﻨﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﻤَﻼَِﺋ َﻜﺔِ ﻭَﺍﻟﻨَﺎﺱِ َﺃﺟْ َﻤﻌِﻴْﻦ‬،‫ } َﻻ َﺗﺴُﺒُّﻮﺍ َﺃﺻْﺤَﺎﺑِﻲ‬:‫ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬
ِ‫ﺠﻰْﺀُ ﻗَ ْﻮﻡٌ ِﻓﻲْ ﺁﺧِﺮ‬ِ َ‫ ﻓﺈﻧﻪُ ﻳ‬،‫ }ﻻَ َﺗﺴُﺒُّﻮﺍ َﺃﺻْﺤَﺎﺑِﻲ‬:‫{ ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬،ً‫ﺻﺮْﻓﺎً ﻭﻻَ ﻋَ ْﺪﻻ‬ َ ُ‫ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِْﻨﻪ‬
ْ‫ ﻭَﺇِﻥ‬،ْ‫ َﻭﻻَ ﺗُﺠَﺎِﻟﺴُﻮْﻫُﻢ‬،ْ‫ َﻭﻻَ ﺗﻨﺎﻛِﺤُﻮْﻫُﻢ‬،ْ‫ َﻭﻻَ ﺗُﺼَﻠَﻮّﺍ َﻣﻌَﻬُﻢ‬،ْ‫ﺍﻟ َﺰﻣَﺎﻥِ َﻳﺴُﺒُّﻮْﻥَ َﺃﺻْﺤَﺎِﺑﻲْ ﻓَﻼَ ﺗُﺼَﻠﻮّﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ‬
‫ﺿﺮِﺑُﻮْﻩ ﻭﻗﺪ ﺃﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺒﻲ‬ ْ ‫ } ﻣَﻦْ َﺳﺐَّ َﺃﺻْﺤَﺎِﺑﻲْ ﻓَﺎ‬:‫{ ﻭﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬، ‫َﻣ ِﺮﺿُﻮْﺍ ﻓَﻼَ َﺗﻌُ ْﻮﺩُﻭْﻫُﻢ‬
َ‫ }ﻻ‬:‫ ﻓﻘﺎﻝ‬،‫ ﻭﺁﺫﻯ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﺮﺍﻡ‬،‫ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻥ ﺳﺒﻬﻢ ﻭﺃﺫﺍﻫﻢ ﻳﺆﺫﻳﻪ‬
‫ } ﻻ ﺗﺆﺫﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺭﺿﻲ‬:‫{ ﻭﻗﺎﻝ‬،ْ‫ ﻣَﻦْ ﺁﺫَﺍﻫُﻢْ َﻓﻘَﺪْ ﺁﺫَﺍِﻧﻲ‬،ْ‫ﺗُ ْﺆﺫُﻭْﻧﻲ ِﻓﻲْ َﺃﺻْﺤَﺎِﺑﻲ‬
.} ‫ ﻳﺆﺫﻳﻨﻲ ﻣﺎ ﺁﺫﺍﻫﺎ‬،‫ ﺑﻀﻌﺔ ﻣﻨﻲ‬:‫ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ‬
Terjemahan : Termasuk dalam katagori gerakan baru yang muncul di pulau Jawa adalah sekte Syi’ah
Rafidloh, yakni golongan yang mencela sahabat Abu Bakar al – Shiddiq dan Sayyidina Umar Bin Khattab
RA, golongan ini juga membenci para sabahat RA, dan berlebih-lebihan dalam mencintai dan fanatik
terhadap Sayyidina Ali RA dan Ahli bait. Sayyid Muhammad Di dalam syarah Al – Qomus al – Munith
berkata : sebagian dari mereka telah beridentitas sebagai kafir Zindiq, mudah-mudahan Allah menjaga kita
dan kaum Muslimin semuanya. Al – Qodli ‘Iyad di dalam kitab Al– Syifa’ juga meriwayatkan sebuah hadits
dari Abdullah bin Mughoffah RA ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda : ‚Takutlah kalian semua kepada
Allah SWT, takutlah kalian semua kepada Allah SWT dan berhati – hatilah kalian semua dalam menyikapi
para sahabatku, mudah-mudahan Allah memberikan penjagaan kepada para sahabatku, janganlah kalian
semua bermaksud buruk dan menganiaya mereka setelah kematianku. Barang siapa mencintai mereka maka
dengan sepenuh hati aku mencintainya, Barang siapa membenci mereka maka dengan segala kebencianku
pula aku membencinya. Barang siapa membenci dan menyakiti mereka berarti ia menyakitiku, barang siapa
menyakitiku maka berarti menyakiti Allah, dan barang siapa menyakiti Allah maka bersiaplah untuk
menerima adzhab Allah‛. Dan Rasulullah Saw bersabda : ‚Janganlah kalian semua mencaci maki para
sahabatku, karena sesungguhnya akan datang di akhir zaman nanti, sekelompok kaum yang mencela
sahabat-sahabat ku, maka janganlah kalian semua mensholati janazah mereka, janganlah kalian semua
sholat bersama mereka, janganlah kalian semua menjalin pernikahan dengan mereka. Jangan pula kalian
berdiskusi bersama mereka, jika mereka sakit, maka jangan jenguk mereka‛. Dan dari Rasulullah Saw.
Beliau bersabda : ‚Barang siapa mencela sahabat-sahabatku maka bunuhlah dia‛ Pernyataan keras nabi ini
menjelaskan kepada kita bahwa siapa saja yang menyakiti para sahabatnya maka berarti ia menyakiti nabi,
dan menyakiti nabi Saw adalah haram‛. Rasulullah Saw bersabda : ‚Janganlah kalian semua menyakitiku
melalui para sahabatku, barang siapa menyakiti sahabat-sahabatku berarti ia menyakitiku, dan nabi juga
bersabda, jangalah kalian menyakitiku dengan cara menyakiti Aisyah dan nabi bersabda pula ; janganlah
pula dengan cara menyakiti diri Fatimah RA karena ia adalah keratan darah dagingku, menyakitiku segala
yang menyakitkan dirinya.
Wahabi memalsukan kitab-kitab rujukan Islam
Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Bukti Wahabi Saudi memalsukan Kitab shahih Bukhary : Hadits Mutasyabihat ‚Pinggang Arrahman‛
diubah / dipalsukan
Kitab umat muslim paling shahih setelah Al-Quran tak luput dari ulah jahil tangan-tangan wahabi.
Mereka menggunting sebagian teks dari hadits dalam kitab shahih Bukhari.
Wahabi terkenal dengan doktrinya yang anti takwil, hamper semua ayat-ayat dan hadits-hadits shifat ia
haramkan untuk ditakwil, menurut mereka takwil itu ta’thil yaitu meniadakan sifat-sifat Allah. Mereka
tutup mata dan telinga dari kenyataan pentakwilan sebagian ulama salaf terhadap ayat-ayat shifat, entah
karena mempertahankan doktrin tajsimnya atau memang sengaja menyesatkan umat muslim dari kebenaran.
Berikut salah satu redaksi hadits shahih riwayat imam Bukhari yang merupakan mutasyabih dan tak ada
jalan untuk memahaminya kecuali dengan metode ulama salaf sholeh yaitu tafwidh al-ma’na bilaa kaifin
walaa tasubiihin wa laa tamtsilin atau disebut takwil ijmali dan metode takwil tafsili yaitu memebrikan
makna yang layak bagi sifat keagungan dan kesempurnaan Allah. Namun hadits ini karena wahabi
merasakan kebuntuan di dalam memahaminya dan dapat menyebabkan runtuhnya serta terkuaknya doktrin
tajsim mereka, maka dengan sengaja mereka membuang teks tersebut. Berikut bukti akurat yang akan saya
tampilkan : Inilah redaksi hadits aslinya : Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
:‫ كَا َل‬.‫ ُذا َملَا ُم اًْ َـائِ ِذ ب َِم ِم َن اًْلَ ِع َْ َـ ِة‬:‫ كَاً َ ْت‬.َْ‫ َم‬:‫ فَََ َّما فَ َر َغ ِمٌْ َُ كَا َم ِت َّاًر ِح ُم فَأَذ ََذ ْت ِ َحب ْل ِو اًرمحن فَلَا َل ًََِا‬،‫َذََ َق هللا اًْ َخَْ َق‬
‫ فَِ َْي‬:‫ ِا ْك َر ُء ْوا ا ْن ِشئْ ُ ُْت‬:َ‫ كَا َل َأبُ ْو ُ َُرٍْ َرة‬.‫ فَ َذ ِاك َ ِكل‬:‫ كَا َل‬،‫ ب َ َىل َاي َر ِ ّب‬:‫ كَاً َ ْت‬.‫َل َو َأ ْك َع َؽ َم ْن كَ َع َـ ِم‬ ِ َ ‫َأ َال حَ ْرضَ ْ َني َأ ْن َأ ِض َي َم ْن َو َض‬
ِ
‫ؾ ََسُْ ُ ُْت ان ث ََوً َّ َْ ُ ُْت َأن ثُ ْف ِسدُ وا ِِف ْا َل ْر ِض َوثُلَ ِّع ُـوا َأ ْر َحا َم ُ ْنك‬
‛Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim, ia berpegang
ِ
kepada pinggang ar-Rahman. Allah berfirman kepadanya : ‚Diamlah‛. Ia menjawa : ‚Ini adalah kesempatan
berlindung kepadaMu dari pemutusan‛. Allah berfirman : ‚Apakah kamu tidak rela Aku menyambung orang
yang menyam-bungmu dan memutus orang yang memutusmu?‛. Ia menjawab : ‚Ya, ya Rabbi‛. Allah
berfirman : ‚Itu untukmu‛. Abu Hurairah berkata : ‚’Bacalah kalau kamu mau : ‚Maka apakah jika kamu
berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?‛ (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1696, dan Mukhtashar
Shahih Muslim, no. 1764, shohih bukhary no. 4455, bab 2945 Surat Muhar).
‛PINGGANG ARRAHMAN‛ DITAFSIRKAN OLEH ULAMA SUNNI = ‚PINGGANG YANG
DIMULIAKAN ARRAHMAN‛.
SEPERTI ‚BAITULLAH‛ = ‚RUMAH YG DIMULIAKAN ARRAHMAN‛
NAQATALLAH = ‚ONTA BETINA YANG DIMULIAKAN ALLAH‛
Teks asli tersebut (belum digunting) ada pada 4 terbitan :
1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha
2. Terbitan Dar Tauqun Najah
3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah
4. Terbitan Dar Ibn Katisr
Dan telah ditahrif oleh terbitan Dar As-Salam Riyadh milik wahabi :
Dan berikut scan kitab yang ditahrif wahabi :
Dalam scan kitab terbitan Dar As-Salam tsb teks ‚ ‫ ‚ بحقو للرحمن‬telah digunting wahabi dan tidak akan
ditemukan dalam terbitan itu.
Bandingkan dengan keempat terbitan milik sunni berikut :
1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha :

Dalam terbitan ini teks ” “ ‫للرحمن‬ ‫ “ بحقو‬ditetapkan (tidak dibuang).


2. Terbitan Dar Tauqun Najah :

Dalam terbitan ini pun teks ” “ ‫للرحمن‬ ‫بحقو‬ “ ditetapkan (tidak dibuang).
3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah :

Dalam terbitan ini pun teks ” “ ‫للرحمن‬ ‫ “ بحقو‬ditetapkan (tidak dibuang).


4. Terbitan Dar Ibn Katsir :

Dalam terbitan Dar Ibn Katsir juga teks “ ‫للرحمن‬ ‫ “ بحقو‬juga ditetapkan (tidak dibuang).
Inilah bukti pengkhianatan ilmiyyah dan kejahatan yang sudah biasa dilakukan wahabi-salafi demi melancarkan doktrin-doktrin sesat
mereka.

Wahabi Mesir Memalsukan Kitab Nihayah al-Qaul al-Mufid fi Ilm at-Tajwid : Meng hilangkan
keterangan mushanif sebagai pengikut “Thareqat syadzilii”

Ini adalah kitab Nihayah al-Qaul al-Mufid fi Ilm at-Tajwid karya Syaikh Muhammad Makki Nashr al-
Juraisi, Imam Masjid az-Zahid Kairo Mesir. Buku ini ditahkik oleh Syaikh al-‘Allamah ad-Dhabba’ dan
dicetak pada awal abad ke-14 Hijriah dengan versi cetakan lama. Namun pada cetakan baru terbitan
Maktabah ash-Shafa yang terletak di Darbu al-Atrak di samping Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, dengna
pentahkiknya Syaikh Thaha Abdur R’uf Sa’ad, buku itu mengalami perubahan teks asli.
Ucapan Syaikh Muhammad Makki Nashr al-Juraisi dipalsukan. Diduga, pemalsuan ini dilakukan oleh
pihak penerbit, yaitu Maktabah ash-Shafa, yang memang kencang menerbitkan buku-buku berfaham Salafi
Wahabi di Mesir. Di dalam buku yang dipalsukan itu, mereka enggan untuk menulis dan mengakui—sesuai
teks aslinya—bahwa Syaikh Muhammad Makki Nashr al-Juraisi adalah seorang sufi yang menempuh jalan
tarekat (thariqah) Imam Sadzily, bahkan beliau menyelam dan basah kuyup di dalam tarekat sufinya itu.
Inilah scan teks dari buku Nihayah al-Qaul al-Mufid fi Ilm at-Tajwid versi asli sebelum dipalsukan
(silakan cermati redaksi yang digarisbawah):

Sedangkan gambar di bawah ini adalah versi palsu berikut perubahan teksnya:
Anda dapat membandingkan tulisan tersebut, antara versi yang telah diubah (palsu) dengan versi asli, khususnya yang
tulisannya ditandai dengan garis. Lebih jelasnya, penulis salinkan tulisan di versi asli tersebut sebagai berikut:
‫ٌيس مودلا واًشافـي‬ّ ‫فِلول ٔأسري اًشِوات نثري اًِفوات اًرا يخ من موالٍ اًفوز واًيرص اًفلري محمد ميك هرص اجلر‬
‫إن ٔأويل ما شغي اًـبد بَ ًساهَ ومعر بَ كَبَ وحٌاهَ و ٔأفضي ماًلوسي بَ إيل هَي اًغفران‬. ‫مذُبا اًشاذيل ظرًلة ومرشاب‬
‫و ٔأؾؼم ماًخو ضي بَ إيل ددول اجليان كراءة نخاب هللا اجلَد‬
‚Telah berkata-orang yang digelari-sang Pemenjara Syahwat, sang Banyak Hikmah, sang Pengharap
Pertolongan dan Kemenangan dari Tuhannya, yaitu al-Faqir Muhammad Makki Nashr yang dilahirkan di
Jurais, bermazhab Syafi’i, bertarekat Syadzili dan menyelam di dalamnya: ‚Sesungguhnya kesibukan
seorang hamba yang paling utama dari lidah, hati dan pikirannya, dan tawasul yang paling afdal untuk
memperoleh ampunan Allah, serta wasilah yang paling agung untuk masuk ke dalam surga-Nya adalah
membaca Al-Qur’ an yang mulia…‛
Sedangkan tulisan pada versi palsunya tertulis:
ّ ‫فِلول ٔأسري اًشِوات نثري اًِفوات اًرا يخ من موالٍ اًفوز واًيرص اًفلري محمد ميك هرص اجلر‬
. ‫ٌيس مودلا واًشافـي مدُبا‬
‫إن ٔأويل ما شغي اًـبد بَ ًساهَ ومعر بَ كَبَ وحٌاهَ و ٔأفضي ماًلوسي بَ إيل هَي اًغفران و ٔأؾؼم ماًخو ضي بَ إيل ددول‬
‫اجليان كراءة نخاب هللا اجلَد‬
‚Telah berkata-orang yang digelari-sang Pemenjara Syahwat, sang Banyak Hikmah, sang Pengharap
Pertolongan dan Kemenangan dari Tuhannya, yaitu al-Faqir Muhammad Makki Nashr yang dilahirkan di
Jurais, bermazhab Syafi’i, * * * ** kalimat di sini menghilang* * * * *: ‚Sesungguhnya kesibukan seorang
hamba yang paling utama dari lidah, hati, dan pikirannya, dan tawasul yang paling afdal untuk memperoleh
ampunan Allah, serta sarana yang paling agung untuk masuk ke dalam surga- Nya adalah membaca Al-
Qur’an yang mulia…‛
Dengan penghapusan dan pemalsuan tersebut, sepertinya Salafi Wahabi merasa takut sekali jika umat
Islam mengamalkan nilai-nilai ajaran tasawuf. Padahal, nilai-nilai tasawuf itu pada hakikatnya dari
Rasulullah Saw. Pada masa Rasul, sebagaimana masyhur adanya, kata tasawuf sebagai istilah tentang ilmu
tertentu belum muncul, namun hakikat dan spiritnya sudah ada dalam kehidupan sehari-hari beliau.
Demikian pula istilah fikih, ilmu kalam, dan lain-lain. Sebaiknya, biarkan saja teks-teks tulisan ulama
berada di buku itu seperti apa adanya, tidak perlu diubah, apalagi dipalsukan. Sebab, tasawuf ada dalilnya
dari ajaran Rasulullah Saw., dan karenanya perlu disampaikan, bukan ditutup-tutupi. Biarkan saja umat
yang menilai, mana yang baik dan mana yang buruk. Toh Rasulullah Saw telah menjamin bahwa umatnya
tidak akan mudah tergelincir ke dalam jurang kemusyrikan, sebagaimana disinggung pada sebuah hadis:
‫ا ّّٕن ُاؾعَت مفاثَح دزثڽ ا ٔلرض ٔأومفاثَح ا ٔلرض وٕا ّّن وهللا ما ٔأذاف ؿََنك ٔأن جرشهوا بـدي وًىن ٔأذاف ؿََنك ٔأن ثيافسوا‬
‫فهيا‬
“Sesungguhnya aku telah diberikan berbagai kunci gudang-gudang dunia—atau kunci-kunci dunia—dan
sesungguhnya aku tidak takut (sama sekaii) kalian akan musyrik setelah wafatku. Namun, yang aku
takutkan terhadap kalian adalah kalian saling memperebutkan dunia.‛ (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad,
Baihaqi, Thabarani, Ibnu Hibban dan lainnya).
‫ُذا اًىذاب ‪ :‬هناًة اًلول املفِد من ٔأؾؼم نخب اًخجوًد اًيت ػِرت ِف ٔأول اًلرن اًرابؽ ؾرش اًِجري إن مل ٍىن ٔأؾؼمِا‪،‬‬
‫وكد ظبؽ اًىذاب ِف مرص ظبـات كدمية بـياًة اًـالمة اًضباع‪ً ،‬ىن ُياك ظبـة خدًدة بخحلِق ا ٔلس خاذ اًـامل ظَ‬
‫ؾبداًرؤوف سـد درحت ؾن دار اًطفا ُذٍ ضورهتا‬

‫‪:‬‬
‫وكد خاء ِف ملدمهتا اًيص اًخايل‪:‬‬
‫—اضغط ؿىل اًطورة ملشاُدهتا حبجمِا اًعبَـي‬

‫ُذا اًيص خاء ِف اًعبـات اًلدمية ُىذا‪:‬‬


‫—اضغط ؿىل اًطورة ملشاُدهتا حبجمِا اًعبَـي‬

‫—‬
‫وا ٔلس خاذ ظَ ؾبداًرؤوف سـد رفِؽ امللام ؾن مثي ُذا اًفـي‪ ،‬وال ٔأػن ثَل ادلار اًاكئية بدرب ا ٔلحراك ِف‬
‫ا ٔلزُر ثخـمد مثي ُذا اًخحرًف فال بد ٔأن ٍىون مثت ؾيرص دسُس مٌدس ِف ثَل ادلار كام هبذا اًزتوٍر‬
‫وحذف وس بة اًرخي ٕاىل اًعرًلة اًشاذًَة‪ ،‬وال هـرف ٔأحدا هيمَ االٕكدام ؿىل مثي ُذا اًزتوٍر إال ظائفة واحدة‬
‫مـادًة ٔلُي اًخطوف يه اًوُابَة‪ ،‬فاًرخاء من ظَبة اًـمل ابًلاُرة مذابـة املوضوع واًخحري فَِ وٕافادثيا ؾن سبب‬
‫مثي ُذا اًخحرًف اًبـَد ؾن هوهَ جمرد سلط سِوا وموافاثيا مبا ثفِدٍ ٕادارة ثَل ادلار ومن ُو اًـيرص املسؤول‬
‫ؾن ُذا اًزتوٍر؟؟؟؟ وؿىل ٔأبياء اًعرًلة اًشاذًَة ابذلات ثلؽ مسؤوًَة الاهخطار ٔلحد ٔأؾؼم و ٔأخي امليدس بني‬
‫ٌَمدرسة اًسَوهَة اًشاذًَة‪ ،‬فباؾخبار اًـالمة محمد ميك هرص اجلرٌيس إمام اًلراءات واًخجوًد ِف وكذَ شاذًَا حيمي‬
‫إدواهَ ِف اًعرًق فرًضة الاهخطار هل ورد اًخحرًف ؾيَ‪ ،‬فَخـلد مش َخة اًعرًلة اًشاذًَة جلية حتلِق ثخوىل‬
‫مساءةل ادلار ؾن سبب ُذا اًزتوٍر مث ورش هخاجئ ثَل اًخحلِلات‪ ،‬وؿىل ادلار املذهورة ٔأن ثخرب ٔأ من ُذا وجسامه‬
‫ِف وشف احللِلة فإن مل ثخرب ٔأ ادلار من ذكل اًزتوٍر وجسـى ِف وشف احللِلة اًخطق هبا اًـار واًش يار‪ ،‬وؿىل‬
‫ظَبة اًـمل ا ٔلزُرًني الاهخطار ملهنج ا ٔلزُر احلق بدرء مثي ُذٍ احملاوالت اًفاشةل ًدشوًَ ضورة ؿامل ٔأزُري‬
‫ومىذبة ودار جتاور ا ٔلزُر وجس متد من ٔأهوراٍ اًباُرة‪ ،‬وؿىل اًلرًبني من ا ٔلس خاذ احمللق ظَ ؾبداًرؤوف سـد‬
‫إؿالمَ هبذا اًخغَري ومعاًبخَ ابًسـي ًىشف من وراءٍ ٔلن مسؤوًَخَ ُو هكحلق واحضة وحنن ال هؼن بَ إال ذريا‬
‫ومك ذدم اًرتاث االٕساليم وحراث ٔأُي اًس ية وادلاؿة بشلك ذاص فال هؼن إال ٔأن ًدا دبَثة وُابَة جسََت إىل‬
‫ثَل ادلار ومعَت ِف اخلفاء‪.‬‬
‫اًالكم ؿىل ظبـة ٔأدرى فهيا يشء‪:‬‬
‫وُذٍ يه ظبـة دار مىذبة الٓداب اًيت ٔأرشف ؿىل حتلِلِا واًـياًة هبا ٔأمحد ؿًل حسن املدكق ابدلار املذهورة‪ ،‬ظاًـهتا‬
‫فوخدهتا ظبـة ٔأمِية‪ ،‬وُذا غالفِا‪:‬‬
‫ًىن وخدت ِف اًطفحة رمق ‪ 23‬مهنا ضورة متثَََة خملارج احلروف يه ُذٍ‪:‬‬

‫ًىن دون ثيبَِ وال إشارة إىل ٔأن ُذٍ اًطورة اًواكـة ِف اًطفحة املذهورة ال ؿالكة ًِا ابًىذاب و ٔأهنا مدرخة فَِ ٌَخوضَح‬
‫ومثي ُذا ال جيوز فٌمتىن من املدكق املذهور اًخيبَِ ؿىل ُذا ِف ظبـة الحلة‬
.

Bukti (scan kitab) Pemalsuan Kitab Minhajussunnah annabawiyah (Ibnu Taymiyah) yang
menafikan arah bagi Allah
Lenyapnya Teks Ibnu Taymiyyah Yang Menafikan Arah Bagi Allah
TIDAK HANYA AL-ASY’ARI, TEKS IBN TAIMIYYAH PUN LENYAP
Semoga kesalahan ini hanya kesalahan dipercetakan, bukan unsur kesengajaan. Dan semoga
bermanfaat bagi ikhwah Salafi maupun ikhwah sarungan/tradisional dapat mengambil manfaat. Dan selalu
memunculkan sikap kritis dan teliti dalam membaca Karya Para Ulama. Di bagian akhir catatan ini
dicantumkan munaqasyah dengan perkataan Imam Abu Khanifah, Imam Sufyan Ibn ‘Uyainah, Imam
Hammad Ibn Zaid, al-Hafizh Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hafizh al-Khithabi, Imam Abu Muhammad al-
Muzni (guru Imam al-Hakim), al-Hafizh al-Baihaqi dan al-Hafizh Ibn al-Jawzi.
Bermula dari bolak-balik buku karya Ibn Taimiyyah di kamar asrama; Minhaj al-Sunnah al-
Nabawiyyah, guna mencari bahan tugas akhir kuliah. Kejanggalan teks tiba-tiba terasa, pertama antara
pembahasan sebelumnya agak terasa rancu dan tidak selaras dengan pembahasan setelahnya, kedua antara
kata sebelum dengan sesudah terjadi jarak yang agak mencolok. Minhaj al-Sunnah ini adalah milik
Perpustakaan Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darussunnah.
Rasa penasaran itu membawa hasrat untuk memastikan hal ini. Sorenya langsung berangkat ke
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Akhirnya kitab yang sama ditemukan, namun
dengan cetakan berbeda. Cetakan yang dimiliki perpustakaan Darussunnah adalah Dar al-Kutub al-
’Ilmiyyah (sama dengan cetakan al-Ibanah yang kehilangan teks) 2 jilid font kecil, sementara yang dimiliki
UIN adalah cetakan Mu’assasah Qurthubi 8 jilid font besar. Sedikit rumit melakukan pencarian lantaran
daftar isi tampil beda antara dua cetakan. Alhamdulillah hal yang dicari ditemukan. POSITIF, dengan
perbandingan dua kitab, ternyata teks itu betul-betul hilang. Dengan analisa awal barangkali teks itu tidak
banyak, namun fakta berkata lain.
Teks yang hilang (Ibn Taimiyyah membenarkan penafian Jihat -arah-) dalam kitab Minhâj al-Sunnah
al-Nabawiyyah (dengan Hâmisy Bayân Muwâfaqah Sharîh al-Ma‘qûl li Shahîh al-Manqûl), cetakan Dâr al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, juz.1, hal.217, (teks yang benar-benar panjang untuk dilenyapkan mencapai 210 kata,
833 huruf), na‘ûdzu billah;
Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah Cetakan Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah. Milik Perpustakaan Pesantren Luhur Ilmu Hadis
Darussunnah. Perhatikan Baris Ke Tiga Dari Atas (teks yang di dalam), dilingkari pensil. Di situlah posisi lenyapnya teks,
antara kata
َََ‫ؿال ؿ‬ dan kata
‫وٕاذا اكن‬
Teksnya sebagai berikut;

‫وهفاة ًفغ اجلِة ًذهرون من ٔأدٍهتم ٔأن اجلِات لكِا خمَوكة و ٔأهَ اكن كبي اجلِة و ٔأهَ من كال إهَ ِف هجة ًَزمَ اًلول‬
‫بلدم يشء من اًـامل ٔأو ٔأهَ اكن مس خغيَا ؾن اجلِة مث ضار فهيا وُذٍ ا ٔلكوال وحنوُا إمنا ثدل ؿىل ٔأهَ ًُس ِف يشء‬
‫ فإهَ س بحاهَ مزنٍ ؾن ٔأن حتَط بَ اخملَوكات ٔأو ٔأن ٍىون‬،‫من اخملَوكات سواء مسى هجة ٔأو مل ٌسم وُذا حق‬
‫مفذلرا إىل يشء مهنا اًـرش ٔأو غريٍ ومن ػن من اجلِال ٔأهَ إذا ىزل إىل سٌلء ادلهَا نٌل خاء احلدًر ٍىون اًـرش‬
‫فوكَ وٍىون حمطورا بني ظبلذني من اًـامل فلوهل خماًف الٕحٌلع اًسَف خماًف ٌَىذاب واًس ية نٌل كد بسط ِف‬
‫موضـَ ونذكل ثوكف من ثوكف ِف هفى ذكل من ٔأُي احلدًر فإمنا ذكل ًضـف ؿَمَ مبـاىن اًىذاب واًس ية‬
‫ ًىن ؿامهتم ال‬،‫ ومن هفى اجلِة و ٔأراد ابًيفي هون اخملَوكات حمَعة بَ ٔأو هوهَ مفذلرا إٍهيا فِذا حق‬،‫و ٔأكوال اًسَف‬
َ‫ًلذرصون ؿىل ُذا بي ًيفون ٔأن ٍىون فوق اًـرش رب اًـاملني ٔأو ٔأن ٍىون محمد ضىل هللا ؿَََ وسمل ؾرج ب‬
َ‫إىل هللا ٔأو ٔأن ًطـد إًََ يشء وًزنل مٌَ يشء ٔأو ٔأن ٍىون مباًيا ٌَـامل بي اترة جيـَوهَ ال مباًيا وال حماًثا فِطفوه‬
‫بطفة املـدوم واملمخيؽ واترة جيـَوهَ حاال ِف لك موحود ٔأو جيـَوهَ وحود لك موحود وحنو ذكل مما ًلوهل ٔأُي‬
.‫اًخـعَي و ٔأُي احلَول‬
Teks ini terdapat dalam cetakan Mu’assasah Kordoba, cet.1, vol.1, hal.189.

Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah Cetakan Mu’assasah Qurthubi

Teks yang yang hilang…


‚Kalangan yang menafikan lafaz al-Jihah (arah penjuru) menyebutkan -berdasarkan dalil-dalil mereka-
bahwa semua al-Jihât (arah penjuru) adalah makhluk, sementara Allah telah ada sebelum adanya al-Jihah.
Dan orang yang mengatakan bahwa Allah berada pada Jihat, sama artinya bahwa bagian dari alam ini ada
sesuatu yang Qadîm (karena Jihat adalah Makhluk/Hâdits), atau pada sisi lain dia mengatakan bahwa Allah
sebelumnya tidak butuh Jihat yang kemudian Dia berjihat (hal ini sama dengan mengatakan Allah akan
eksis bila ada Jihat, tentunya ini Bathil). Ungkapan-ungkapan ini dan lain sebagainya mengindikasikan
bahwa Allah tidak berada pada sesuatupun (‫ًُس ِف ش ئي‬
) daripada makhluk-Nya, baik dengan

menyebutkan Jihat atau tidak, INI BENAR. Karena Allah subhanahu wa ta‘ala tidak diliputi oleh makhluk
dan tidak membutuhkannya seumpama ‘Arasy atau selainnya (seperti langit, kursi). Jika ada kalangan tak
terdidik mengira bahwa apabila Allah Nuzûl ke langit dunia -sebagaimana terdapat dalam hadis- lalu ‘Arasy
berada di atas-Nya dan Dia berada di antara dua komponen alam (di antara langit dan ‘arasy, atau di antara
bumi dan ‘arasy), maka dia telah menyelisihi konsensus kalangan salaf, al-Qur’an dan al-Sunnah,
sebagaimana telah tertera di tempat (pembahasannya). Begitu juga sebagian ahli hadis ada yang bersikap
tawaqquf dalam menafikan Jihat, hanyasaja hal itu lantaran tidak begitu mengetahui makna-makna al-
Qur’an, al-Sunnah, dan statemen-statemen kalangan salaf (Allâhu A‘lam apa yang dimaksudkan oleh Ibn
Taimiyyah dengan statemen ini bahwa ahli hadis tidak mengetahui). Dan orang yang menafikan Jihat dan
bermaksud menafikan Allah diliputi oleh makhluk atau menafikan bahwa Allah membutuhkannya, MAKA
INI ADALAH BENAR. Namun ada kalangan yang menafikan Jihat, tidak mencukupkan sampai disini
(seperti Mu‘atthilah Mu‘tazilah), bahkan (secara muthlak) mereka menafikan fawqiyyah Tuhan semesta
alam atas ‘Arasy, menafikan mi‘rajnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Nya, atau naik atau
turunnya sesuatu dari-Nya (seperti turunnya rahmat), atau di antara mereka ada yang menafikan keberadaan
Allah Mubâyinan terhadap alam, bahkan terkadang mereka menjadikan Allah tidak Mubâyin/Muhâyits
(Mufâriq -al-Mu‘jam al-Wasîth- atau Muqâbil *berhadapan), sehingga mereka mensifatinya dengan sifat
ketiadaan dan kemustahilan. Dan terkadang ada yang menjadikan-Nya menempati segala yang mawjûd
(seperti al-Murji’ah), atau mereka menjadikan Allah sebagai wujud dari segala wujud (seperti al-
Muttahidah) dan lain sebagainya dari ungkapan-ungkapan Ahl al-Ta‘thîl dan Ahl al-Hulûl‛.
*Begitulah bagaimana Ibn Taimiyyah membenarkan penafian Jihat dari Allah, karena konsekuensi
Jihat adalah keberadaan Allah diliputi oleh alam, karena jika Allah berjihat, sementara jihat adalah makhluk
ciptaannya, maka ini adalah hulul, yaitu Allah berada pada jihat. Atau dengan ungkapan agak menipu logika
seperti pada Azali Allah tidak berjihat, lalu setelah Dia menciptakan makhluk maka Dia berjihat. Benarlah
apa yang diungkapkan Abu Ja‘far al-Thahawi;
‫ال حتوًَ اجلِات اًست‬
(Allah tidak diliputi enam penjuru; atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri).
Manakala Allah bersifat Baqâ’ (kekal), maka segala sifat-Nya pun turut kekal tanpa berubah Min
Bidâyatin Lâ Awwala Lahâ ilâ Nihâyatin Lâ Âkhira Lahâ. Sementara ada kalangan yang menganggap hal
ini tidak logis dan sama saja mengatakan Allah itu tiada, karena semua wujud pasti ada jihat. Ungkapan ini
adalah penganalogian Allah dengan makhluk, karena yang terbayang dalam benak mereka adalah
keberadaan diri mereka berada pada jihat, dan mereka juga ingin mengatakan Allah berjihat seperti wujud
mereka, konsekuensi hal ini adalah keberadaan hadd (batas) bagi Allah, maka cukuplah perkataan Imam ‘Ali
‫من زمع ٔأن إًِيا حمدود فلد هجي اخلاًق املـبود‬
(siapa yang beranggapan bahwa Allah berbatas dimensi, dia tidak mengenal Allah sang pencipta yang
maha disembah)‫ز‬
juga ungkapan Abu Ja‘far al-Thahawi
‫وثـاىل ؾن احلدود واًغاايت‬
(Allah maha suci dari batas dan batas akhir -dzat maupun sifat-).
*Ibn Taimiyyah menafikan konsekuensi nuzul yang berakibat keberadaan-Nya ada pada dua
komponen alam yaitu ‘Arasy dan Langit ke 2,3,4,5,6 dan 7, karena langit dunia adalah langit pertama. Maka
tidak sah jika nuzûl Allah aadalah Nuzûl berpindah dari atas ke bawah, akan tetapi Nuzûl sebagaimana
layaknya bagi Dzat Allah ta‘âlâ. Jika turun cara makhluk adalah dari atas ke bawah, maka Nuzûl Allah tidak
sebagaimana turunnya makhluk, karena turun dari atas ke bawah adalah ciri khas makhluk. Oleh karena itu
Abu Ja‘far al-Thahawi berkata
‫من وضف هللا مبـىن من مـاىن اًبرش فلد نفر‬
(siapa yang menyifati Allah dengan sebuah makna atau ciri dari ciri-ciri makhluk, maka dia telah
ingkar/fasiq).
Begitu juga al-Hâfizh al-Khithâbî (guru al-Hâfizh al-Hâkim) berkata bahwa Allah tidak disifati
dengan bergerak, perpindah karena dua hal ini adalah ciri-ciri makhluk (Lihat al-Asma’ wa al-Shifat
Baihaqi, cet.Darul Hadis, hal.446), al-Hafizh al-Baihaqi pun menegaskan bahwa turun dari atas ke bawah
adalah ciri khas makhluk, karena bentuk ini adalah sebuah kayfiyyah, dan Allah maha suci dari segala
kayfiyyah (al-Asma’ wa al-Shifat,hal.466). Abu Hanifah ketika ditanya tentang Nuzûl, maka beliau jawab
‫( ينزل بال كيف‬Allah nuzul tanpa Kayf, lihat al-Asma’ wa al-Shifat, hal.447). Karena segala bentuk gerak
adalah Kayf. Lebih dari itu Imam Hammad Ibn Zaid berkata ‫( نزوله إقباله‬al-Iqbâl, lihat al-Asma’ wa al-
Shifat,hal.447). Imam Abu Muhammad al-Muzni, juga guru Imam Hakim berkata
‫ بي ٌُل ضفذان من‬،‫اجملئي واًزنول ضفذان مٌفِخان ؾن هللا ثـاىل من ظرًق احلرنة والاهخلال من حال إىل حال‬
‫ خي هللا ثـاىل ؾٌل ًلول املـعةل ًطفاثَ واملش هبة هبا ؿَوا هبريا‬،َِ‫ضفات هللا ثـاىل بال جشب‬
(datang dan turun adalah dua sifat yang ternafi dari Allah ta‘ala -jika dipahami- dengan bergerak dan
berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain, akan tetapi keduanya adalah dua sifat dari sifat-sifat Allah
ta‘ala tanpa Antropomorphism, maha suci Allah dari anggapan Mu‘atthilah (yang menafikan nuzul) dan
dari anggapan Musyabbihah (yang mengatakan nuzul dengan bergerak dan berpindah, lihat al-Asma’ wa al-
Shifat, hal.447). Inilah pendapat salaf yang telah dikuatkan oleh al-Baihaqi.
Munaqasyah;
Fawqiyyah
Al-Hafizh Ibn al-Jawzi menegaskan bahwa Fawqiyyah Allah ta‘ala adalah Fawqiyyah yang bukan
Fawqiyyah Hissiyyah (fawqiyyah fisik/inderawi), karena al-Fawq dan al-‘Uluw pada Dzat Allah adalah
‘Uluw al-Martabah (al-Hâfizh Ibn al-Jawzî, Daf‘u Syubhah al-Tasybîh bi Akuff al-Tanzîh bi man Yantahilu
Madzhab al-Imâm Ahmad, al-Maktabah al-Tawfîqiyyah, hal.41). Fawqiiyah Hissiyyah adalah sebuah Hadd,
Jihât, potensi Tahayyuz, Allah maha suci dari ciri khas makhluk.
Naiknya amalan shaleh
Al-Hafizh al-Baihaqi telah menuturkan, bahwa naiknya amal kebaikan adalah sebagai ibarat/istilah
amalan itu diterima oleh Allah dengan baik. Sementara naiknya malaikat adalah ke tempat mereka di langit,
kerena langit adalah tempat mereka. (lihat al-Asma’ wa al-Shifat, hal.425).
Mubâyin/Mujâwir
Al-Hafizh Ibn al-Jawzi menegaskan bahwa Mubâyin & Mujâwir (berhadapan antara Allah dan
makhluk dengan Jihat dan Masâfah) mustahil bagi Zat Allah, karena dari sana Allah akan berbatas dan
berjihat. (Lihat Daf‘u Syubhah al-Tasybîh bi Akuff al-Tanzîh bi man Yantahilu Madzhab al-Imâm
Ahmad, hal.41).
———————
*Dapat disimpulkan, jika Allah tidak diliputi oleh Jihât, Masafah, Hadd, maka benarlah sikap
Salafusshaleh; ketika muncul ayat Istiwâ’, mereka tidak memaknainnya dengan duduk, Julus atau Istiqrar,
namun Istiwâ’ yang layak bagi keagungan Allah. Allah nuzul, tanpa menyerupai makhluk yang harus
berpindah dari atas ke bawah, namun Allah nuzul sebagaimana yang tertera dalam nash. Dia tidak butuh
bergerak. Maka jika ada nash2 mutasyabihat, hal yang harus dipahami oleh seorang muslim adalah
ungkapan Sufyan Ibn ‘Uyaynah; َ‫كراءث‬/َ‫ثالوث‬ ‫( تفسيره‬tafsirnya adalah bacaan itu sendiri),

tidak perlu dibuat ungkapan-ungkapan ‚dari atas ke bawah, duduk, bersemayam, dll‛. Maka madzhab
yang lebih benar adalah Madzhab Salaf, yaitu Tafwîdh, dan dengan tafwidh ini semua syubhat-syubhat
Karramiyyah, Hisyamiyyah, Mujassimah, Musyabbihah, Hasyawiyyah akan terbantahkan. Namun jika ada
sebagian kalangan yang mengingkari Tafwîdz, adakalanya mereka adalah Musyabbihah, adakalanya
Mu‘atthilah. Rasulullah bersabda
‫ و ٔأهت اًباظن فَُس دوهم ش ئي‬،‫و ٔأهت اًؼاُر فَُس فوكم ش ئي‬ ;

(Engkau maha Zhahir, maka tiada sesuatu pun di atas-Mu, Engkau maha Bathin, maka tiada sesuatu
pun di bawah-Mu).
Al-Hafizh al-Baihaqi menjelaskan hadis ini; jika di atas maupun di bawah-Nya tiada sesuatu pun
maka Allah tidaklah bertempat (al-Asma’ wa al-Shifat, hal.406). Seperti Istiwâ’, tidak boleh dipahami
dengan Istiqrâr atau menempati ‘Arasy.
Wajar Syeikh al-Albani membantah Syeikh Abu Zahrah ketika mengatakan bahwa Ibn Taimiyyah
mengatakan bahwa Allah Istiwâ’ dengan makna Istiqrâr, kata beliau;
‫فأٍٔن ر ٔأًت ابن حميَة ًلول ابالس خلرار ؿىل اًـرش ؿٌَل بأٔهَ ٔأمر زائد ؿىل اًـَو وُو مما مل ٍرد بَ اًرشع‬
.‫وذلكل ر ٔأًيا مؤًفٌا احلافغ اذلُيب كد ٔأىىر ؿىل بـظ اًلائَني بطفة اًـَو اًخـبري ؾهنا ابالس خلرار‬
Perhatikan bagaimana Syeikh al-Albani tidak menyetujui Istiqrâr, lihat (Muhammad Nâshiruddîn al-
Albani, Mukhtashar al-‘Uluw, Beirut: al-Maktab al-Islamî, cet.1, 1401 H, hal.41).
‚Tipuan logika musyabbihah; mengatakan Allah tiada berjihat sama saja mengatakan Allah tidak ada.
Al-Hâfizh Ibn al-Jawzi menjawab; Jika sebuah wujud dapat disifati dengan al-ittishâl dan al-Infishâl, maka
engkau benar. Namun jika sebuah wujud tidak disifati dengan keduanya, maka tidak mesti sesuatu wujud
itu menjadi tidak ada (Lihat Daf‘u Syubhah al-Tasybîh bi Akuff al-Tanzîh bi man Yantahilu Madzhab al-
Imâm Ahmad, hal.43). Dapat kita contohkan tentang Ittishal dan Infishalnya dua sifat yang memang tidak
dimiliki oleh sebuah wujud, seperti sebuah BATU. Kita katakan bahwa batu tidak dapat melihat, di lain sisi
batu ini juga tidak buta. Apakah hal ini kita katakan sebuah kontradiksi sehingga batu itu menjadi mustahil
adanya? Jawabannya tidak, kerena persoalan melihat dan kebutaan bukan sifat batu. Begitu juga jika
dikatakan Allah tidak di luar maupun di dalam alam, karena luar dan dalam bukan dimensi dan sifat Allah.
Lalu apakah ini sebuah kontradiksi? Jawabannya iya jika hal ini dinisbatkan kepada makhluk. Karena
makhluk tidak terlepas dari dua dimensi ini atau pun salah satunya, karena pada hakikatnya makhluk adalah
alam‛.
*Sebelum Allah menciptakan alam, tidak ada istilah luar dan dalam karena Rasulullah bersabda:
ٍ‫غري‬/‫اكن هللا ومل ش ئي كبهل‬
(Allah ada sejak azali, tiada sesuatupun sebelum-Nya/selain-Nya)
‘Ali ibn Abi Thalib berkata:
‫اكن هللا وال ماكن‬
(Allah ada sejak azali tanpa tempat).
Setelah Allah menciptakan alam, Dia tetap sebagaimana ada-Nya, sebagaimana ‘Ali bin Abi Thalib
berkata:
‫وُو الٓن ؿىل ما ؿَََ اكن‬
(Dia sekarang ada sebagaimana adanya -pada azali-).
Mari kita pahami, dan kita bedakan istilah ‫ بالنسبة إلى هللا‬dan ‫بالنسبة إلى المخلوق‬. Tidak adanya dimensi
luar dan dalam sangat mustahil Bi al-Nisbah ilâ al-Makhlûk. Namun ketiadaan keduanya tidak mustahil Bi
al-Nisbah ilâ Allah subhânahû wa ta‘âlâ, karena jika Allah tidak menghendaki adanya makhluk maka Allah
akan tetap sebagaimana adanya, begitupun jika Allah menghendaki untuk melenyapkan alam, Dia akan
tetap sebagaimana adanya tanpa Jihat, Ruang dan Waktu. Dimensi luar dan dalam mengikut kepada
makhluk, maka jika makhluk atau alam dilenyapkan oleh Allah, dua dimensi ini pun akan lenyap. Untuk
pendekaan memahami ini, dalam Fiqh ada sebuah kaedah kulliyyah yang tidak menyentuh hal-hal juz’iyyah,
yaitu kaedah ke empat yang berbunyi‫( التابع تابع‬sesuatu yang mengikut, pasti mengikuti-yang diikuti-, lihat
al-Mawâhib al-Saniyyah), dalam hal ini dimensi luar maupun dalam adalah al-Tâbi‘u, sedangkan status
keduanya adalah sebagai Tâbi‘un kepada alam. Dari sini dapat kita pahami perbedaan antara Khalik dengan
Makhluk.
Ibnu ‘Abbas berkata, ‫ًُس ِف ادلهَا مما ِف اجلية إال ا ٔلسٌلء‬,
dan nash lain ‫ال ٌش بَ يش ٌء مما ِف اجلية ما ِف‬
‫ادلهَا إال ٔأ ٔلسٌلء‬
(tiada sesuatu pun perserupaan antara apa yang ada di dunia dengan apa yang ada di surga melaikan
hanya nama).
Manakala antara sesama makhluk hanya ada perserupaan nama saja, maka antara khalik dan makhluk
lebih utama untuk itu. Begitulah Istiwâ’, Nuzûl, Wajah, Yad, ‘Ain. Jangan kita bersikap ghuluw dalam
Itsbat, metode salaf adalah paling baik, yaitu menyerahkan maksudnya kepada Allah sembari mengimani,
tanpa Takyîf. Maka janganlah hendaknya kita mengharapkan agar Ahwâl Allah serupa dengan kita, harus
berjihat, berdimensi ruang dan waktu, Allah maha suci dari ini semua. Jangan kita mengkhianati Lisan yang
berkata:
‫ وهَف ؾيَ مرفوع‬,‫ بال حىَِف‬,‫بال هَف‬
namun pemahaman kita tetap memberikan Kaifiyyah kepada Allah meski tidak kita sadari. Apalagi
jika Lisan kita sering mengucapkan firman Allah ‫ًُس هكثهل ش ئي‬
, namun pada prakteknya pemahaman kita

tetap memberikan Tasybiih kepada Allah meski tidak kita sadari. Sudah cukup kiranya kefasihan al-Qur’an
yang menampilkan penafian perserupaan dengan menggunakan dua adat Tasybîh dalam ayat itu,
yaitu‫اًاكف‬ dan ‫مثي‬
, Semoga kita dapat diberi pemahaman oleh Allah subhanahu wa ta‘ala. Amin

‫همٌل ثطورت بباكل فاهلل خبالف ذكل‬

Bukti Kejahatan Wahabi Mengubah Kitab Ash Shobuni dengan kedok Tharij/ Tahrif = Ziarah
Kubur Nabi Menjadi Ziarah masjid nabi
Tahrif Kitab Ash Shobuni
Tujuan : Pembenaran faham Wahhabi sebagai faham Salafy. Pada bukti kali ini anda akan saya bawa
kepada fakta bahwa mereka memang suka mentahrif kitab kitab ‘Ulama, jika kaum Yahudi terkenal sebagai
kaum yang suka merubah rubah isi kitab sucinya para Rasul, maka mereka sangat hoby mentahrif kitab
‘ulama, dan kali ini yang menjadi korban tahrif itu adalah Kitab Ash Shobuni. Tahrif Kitab Ash Shobuni ini
disertai bukti yang kuat melalui scen kitab asli dan palsunya, betapa tahrif kitab ash shobuni ini dalam
rangka mendukung fatwa farwa mufti yang ada di kerajaannya. Berikut adalah Cover Edisi ‚pemalsuan‛
pertama cetakan tahun 1397 H.:

Edisi pertama ini adalah cetakan ad-Dar as-Salafiyah Kuwait. berikut adalah isu kajian yang
dipalsukan:
perhatikan, pada halaman ini komentator menjelaskan (sekaligus memperlihatkan) perubahan kata ‚ziyarat
qabri‚ pada kata ‚ziyarat masjidi‛. Menurutnya, kata ‚ziyarat qabri‚ adalah salah (walaupun naskah aslinya
seperti itu).
Lalu beberapa tahun kemudian, tahun 1404 H. terbit edisi baru: ini adalah edisi cetakan pada
percetakan yang sama. dengan komentator Badar al-Badar (yang mungkin lebih amanah dari edisi
sebelumnya), coba perhatikan pada isu yang sama:

pada halaman ini, terlihat bahwa kata ‚ziyarat qabri‛ tertulis sebagaimana aslinya. walaupun si
komentator memberikan komentar sesuai dengan keyakinannya, bahwa kata ‚ziyarat qabri‛ itu salah.
D. Tafsir Shawi Bongkar Kejahatan Wahabi
Di dalam kitab tafsir ‚Ash-Shawi ‘ala Tafsir Al-Jalalain‛ yang masih asli dan belum ditahrif oleh
Wahabi Salafi cetakan ‚Darul Fikr‛ jilid 5 halaman 119-120 (lihat dan simak tulisan yang ada di foto kedua
& ketiga di bagian baris 1, 2, dan 3 dari bawah, dan foto keempat di bagian baris 5 dan 6 dari atas)
diterangkan sebagai berikut
٧( ٌ‫اب َش ِدً ٌ۬ ٌد َوأ َّ ِذل ٍَن َءا َمٌُو ْا َو َ ِمعَُو ْا أ ًَّط ٰـ َِ َح ٰـ ِت ًَُِم َّم ۡغ ِف َر ٌ۬ ٌة َو َأ ۡح ٌ۬ ٌر َنبِري‬
ٌ ٌ۬ ‫أ َّ ِذل ٍَن َن َف ُرو ْا ًَِ ُۡم ؿَ َذ‬
Artinya:Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Qur’an Surat Fathir: 7)

Tulisan yang ada di foto kedua dan ketiga, sebagai berikut


‫ و ٌس خحَون بذكل دماء املسَمني و‬, ‫ ُذٍ ا ٔلًة ىزًت ِف اخلوارج اذلٍن حيرفون ثأٔوًي اًىذاب و اًس ية‬: ‫و كِي‬:
‫ ملا ُو مشاُد ا ٔلن ىف هؼائرمه و مه فركة بأٔرض احلجاز ًلال هلم اًوُابَة حيس بون ٔأهنم ؿىل ش ئي‬, ‫ٔأمواهلم‬
Artinya:‚Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-
orang yang suka mentahrif (merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan
darah dan harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian pada bangsa mereka
saat ini. Mereka adalah golongan orang-orang yang berasal dari tanah Hijaz (sekarang Mekkah). Golongan
tersebut dinamakan ‚Wahabiyyah‛. Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas sesuatu.‛…
Tulisan yang ada sebagai beriku

‫ ٔأال ان حزب اًش َعان مه‬, ‫ اوًئم حزب اًش َعان‬, ‫ فأٔوسامه ذهر هللا‬, ‫ اس خحوذ ؿَهيم اًش َعان‬, ‫ ٔأال ٔأهنم مه اًاكذبون‬t:
‫ وسأٔل هللا اًىرمي ٔأن ًلعؽ دابرمه‬, ‫اخلارسون‬
Artinya:‚Ingatlah ! Mereka adalah golongan para pembohong, yang telah dikuasai oleh hawa nafsu setan.
Dan setan itu berusaha melupakan agar mereka tidak ingat atau dzikir kepada Allah swt. Mereka adalah
termasuk golongan setan. Sedangkan, golongan setan itu adalah golongan orang-orang yang merugi. Kami
memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, semoga Allah membinasakan mereka !.‛
BANDINGKAN:
Kitab tafsir Ash-Shawi yang asli.
tafsir ‚Ash-Shawi ‘ala Tafsir Al-Jalalain‛ yang masih asli dan belum ditahrif oleh Wahabi Salafi
cetakan pertama ‚Darul Fikr‛ th 1988 jilid 5 halaman 119, tertulis:
‫ و ٌس خحَون بذكل دماء املسَمني و‬, ‫ ُذٍ ا ٔلًة ىزًت ِف اخلوارج اذلٍن حيرفون ثأٔوًي اًىذاب و اًس ية‬: ‫و كِي‬
‫ ملا ُو مشاُد ا ٔلن ىف هؼائرمه و مه فركة بأٔرض احلجاز ًلال هلم اًوُابَة حيس بون ٔأهنم ؿىل ش ئي‬, ‫ٔأمواهلم‬
‚Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang
suka mentahrif (merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan darah dan
harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian pada bangsa mereka saat ini.
Mereka adalah golongan orang-orang yang berasal dari tanah Hijaz (sekarang Mekkah). Golongan tersebut
dinamakan ‚Wahabiyyah‛. Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas sesuatu.‛
Kitab tafsir Ash-Shawi yang dipalsu wahabi
tafsir ‚Ash-Shawi ‘ala Tafsir Al-Jalalain‛ yang masih sudah dipalsukan dan dihapus oleh Wahabi
Salafi cetakan ‚Darul Fikr‛ tahun 1993 jilid 3 halaman 397, Tertulis
‫ و ٌس خحَون بذكل دماء املسَمني و‬, ‫ ُذٍ ا ٔلًة ىزًت ِف اخلوارج اذلٍن حيرفون ثأٔوًي اًىذاب و اًس ية‬: ‫و كِي‬
‫ حيس بون ٔأهنم ؿىل ش ئي‬..…………‫ ملا ُو مشاُد ا ٔلن ىف هؼائرمه‬, ‫ٔأمواهلم‬
‚Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang
suka mentahrif (merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan darah dan
harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian pada bangsa mereka saat
ni………………………………………….. Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas sesuatu.‛

Sekte wahabi salafi menghapus kalimat:


‫و مه فركة بأٔرض احلجاز ًلال هلم اًوُابَة‬
Mereka adalah golongan orang-orang yang berasal dari tanah Hijaz (sekarang Saudi). Golongan tersebut
dinamakan ‚Wahabiyyah‛.
CATATAN PENTING:
Kitab tafsir ‚Ash-Shawi ‘ala Tafsir Al-Jalalain‛ yang saat ini beredar di seluruh dunia, asbabun nuzul
(sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat suci Al-Qur’an) ayat tersebut di atas yang menerangkan tentang
‚Wahabiyah‛ dihapus dan dihilangkan oleh kelompok Wahabi. Karena, kalau tidak dihilangkan akan
merugikan dan membahayakan bagi mereka, bahkan bisa menjadi ancaman bagi Saudi Arabia dalam rangka
tetap menjaga dan memelihara eksistensi kerajaannya di dunia internasional.
Tafsir hasyiah asowi yang lain :

DI ATAS ADALAH COVER BAGI KITAB “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN” KARANGAN SYEIKH
AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.
YANG TELAH DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.CETAKAN DAR KUTUB ILMIAH PADA TAHUN 1420H IAITU SELEPAS
CETAKAN YANG ASAL TELAH PUN DIKELUARKAN PADA TAHUN 1419H.
INI ISU KANDUNGAN DALAM KITAB YANG TELAH DIPALSUKAN:

ISI KITAB DI ATAS YANG TELAH DIPALSUKAN & TIDAK BERSANDARKAN PADA NASKHAH YANG ASAL DAN DIUBAH
PELBAGAI ISI KANDUNGAN ANTARANYA PENGARANG KITAB TELAH MENYATAKAN WAHHABI ADALAH KHAWARIJ
KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM TANPA HAK. TETAPI DIPALSUKAN OLEH WAHHABI LANTAS DIBUANG
KENYATAAN TERSEBUT. INI MERUPAKAN KETIDAK ADANYA AMANAH DALAM ILMU AGAMA DISISI KESEMUA
PUAK WAHHABI.
NAH…!
INILAH KITAB TAFSIR TERSEBUT YANG ORIGINAL LAGI ASAL:

DI ATAS INI ADALAH COVER KITAB SYARHAN TAFSIR ALQURAN BERJUDUL “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA
TAFSIR JALALAIN”.KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.CETAKAN INI
ADALAH CETAKAN YANG BERSANDARKAN PADA NASKHAH KITAB TERSEBUT YANG ASAL.DICETAK OLEH DAR IHYA
TURATH AL-’ARABY. PERHATIKAN PADA BAHAGIAN BAWAH SEBELUM NAMA TEMPAT CETAKAN TERTERA IANYA
ADALAH CETAKAN YANG BERPANDUKAN PADA ASAL KITAB.CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN 1419H IAITU
SETAHUN SEBELUM KITAB TERSEBUT DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.
INI ISI KANDUNGAN DALAM KITAB TERSEBUT PADA JUZUK 5 MUKASURAT
78:

DI ATAS INI ADALAH KENYATAAN SYEIKH AS-SOWI DARI KITAB ASAL MENGENAI WAHHABI DAN BELIAU
MENYIFATKAN WAHHABI SEBAGAI KHAWARIJ YANG TERBIT DI TANAH HIJAZ.
BELIAU MENOLAK WAHHABI BAHKAN MENYATAKAN WAHHABI SEBAGAI SYAITAN KERANA MENGHALALKAN DARAH
UMAT ISLAM, MEMBUNUH UMAT ISLAM DAN MERAMPAS SERTA MENGHALALKAN RAMPASAN HARTA TERHADAP
UMAT ISLAM.LIHAT PADA LINE YANG TELAH DIMERAHKAN.
Inilah Wahhabi. Bila ulama membuka pekung kejahatan mereka Wahhabi akan bertindak ganas
terhadap kitab-kitab ulama Islam. Awas..sudah terlalu banyak kitab ulama Islam dipalsukan oleh Wahhabi
kerana tidak sependapat dengan mereka.
Semoga Allah memberi hidayah kepada Wahhabi dan menetapkan iman orang Islam.
Kaum Wahabi Telah Mengoyak Kitab al Adzkar Karya Imam An Nawawi
(Mengungkap Kejahatan Wahabi)
Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi
terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di
bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia(LAJNAH AL BUHUTS AL
ILMIYYAH WA AD DA’WAH WA AL IRSYAD‛.), telah di-tahrifsebagian judul babnya dan sebagian
isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah
SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan
Rasulullah saw, juga dibuang. Anda tahu apa yang dilakukan oleh lajnah al buhuts at takfiriyyah ini????
Mereka ‚mengoyak‛ tulisan Imam an Nawawi; lihat.. sebuah bab semula berjudul:
‫فطي ِف زايرة كرب رسول هللا ضًل هللا ؿَََ وسمل‬
Pasal: Dalam menjelaskan tentang ziarah ke makam Rasulullah ]]]]]
(Anda tahu; kandungan makna dari penamaan bab ini?? adalah berisi ungkapan betapa besar Imam an
Nawawi mencintai dan mengagungkan Rasulullah….!!!)
Tapiiii…. ternyata; kaum Wahabiyyah Talafiyyah telah merubah judul bab tersebut menjadi:
‫فطي ِف زايرة مسجد رسول هللا ضًل هللا ؿَََ وسمل‬
[[[[ Pasal: Dalam menjelaskan ziarah ke masjid Rasulullah ]]]]
(Anda tahu dengan pemalsuan tangan-tangan jahat Wahabi ini betapa besar ‚luka‛ yang ditorekan mereka
kepada ‚hati‛ seorang Imam terkemuka sekelas Imam an Nawawi??? Apakah anda tidak merasakan bahwa
tangan-tangan jahat tersebut tidak hanya melukai seorang Imam an Nawawi… tapi; PERHATIKAN…
bukankah itu melukai Rasulullah???? Lalu apakah anda sebagai umat Rasulullah tidak merasa dilukai ketika
Rasulullah dilukai oleh tangan-tangan jahat itu???
Apakah anda tahu bahwa Rasulullah besabda:
ٍ‫ رواٍ اًزبار وغري‬/ ‫من زار كربي وحبت هل شفاؾيت‬
‚Barangsiapa yang datang berziarah ke makamku maka wajiblah ia mendapatkan syafa’atku‛ (HR. al
Bazzar dan lainnya)
Orang-orang Wahabi yang tidak tahu diri itu harus menjawab ‚pertanyaan panjang‛ ini, dan harus
mempertanggungjawabkan itu semua di hadapan Rasulullah kelak; [ ]
Sedangkan pada cetakan wahabi yang lain, kisah utbiy tidak dihilangkan tapi “Pasal ziarah ke kubur Nabi” tidak ditulis
dalam daftar isi kitab padahal setiap pasal yang lain ditulis. Sedangkan “Bab Apa apa yang bermanfaat bagi si mayyit dari
bacaan selainnya/ bab maa yafna’u lmayyit min qauli ghirihi” SUDAH DIHILANGKAN. Dibawah ini adalah scan kitab
annawawi yang masih asli:
Maka tersebutlah di dalam kitab ‚al-Adzkar‛ yang masyhur karya ulama waliyUllah terbilang, Imamuna an-
Nawawi ‘alaihi rahmatul Bari, pada halaman 258, antara lain:-
‚…. Dan para ulama telah berbeza pendapat mengenai sampainya pahala bacaan al-Quran (kepada si mati).
Maka pendapat yang masyhur daripada mazhab asy-Syafi`i dan sekumpulan ulama bahawasanya pahala
bacaan al-Quran tersebut tidak sampai kepada si mati. Imam Ahmad bin Hanbal serta sekumpulan ulama
yang lain dan sekumpulan ashab asy-Syafi`i (yakni para ulama mazhab asy-Syafi`i) berpendapat bahawa
pahala tersebut SAMPAI. Maka (pendapat) yang terpilih adalah si pembaca al-Quran tersebut hendaklah
berdoa setelah bacaannya : ‚Ya Allah sampaikanlah pahala apa-apa yang telah aku bacakan kepada si
Fulan.‛
Bait Diwan Imam Syafe’i yang dihilangkan oleh wahabi ****
BAIT YANG HILANG DARI DIWAN IMAM SYAFI’I !
‫فلهيا و ضوفِا فىن ًُس واحدا * فإّن و حػػػق هللا ٕاًـــاك ٔأهػػػػطح‬
‫فذاكل كاس مل ًـــذق كـَــبَ ثلى * وُذا هجول هَف ذواجلِي ًطَح‬
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan
janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat
merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari
ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]
COBA DOWNLOAD DARI (Diwan syafii yang dipalsukan) :

Syaikh Albani wahabi mengubah Kitab Jami’ushaghir


Imam Suyuti

Kitab Al-Jamius Shaghir ditulis oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Nama lengkap beliau adalah
Jalaluddin abdurrahman ibn Kamaluddin Abi Bakr ibn Muhammad al-Suyuthi. Beliau lahir tahun 849 H
atau tahun 1445 M di Asyuth Mesir dari keturunan orang-orang terkemuka di negeri itu dan wafat tahun
911 H atau 1505 M. Ayah beliau wafat pada waktu beliau berumur 6 tahun, sehingga beliau tumbuh sebagai
anak yatim.
Untuk memuaskan dahaganya akan ilmu, maka selain di negerinya sendiri, beliau pun mencari ilmu
dan merantau ke negeri-negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India, Maghribi, dan negeri-negeri lain; serta
berguru pada para ulama terkenal yang menguasai berbagai disiplin ilmu saat itu, yang jumlahnya kurang
lebih 150 orang. Di antara ulama itu ialah Syaikh Syihabuddin al-Syarmasahi, Syaikhul Islam Alamuddin
al-Bulqini, putera al-Bulqini, Syaikhul Islam Syarafuddin al-Manawi, Taqiyuddin al-Syibli, Muhyiddin al-
Khafiji, Syaikh al-Hanafi, dan lain-lain. Bidang keilmuan yang beliau kuasai sangat luas, antara lain Tafsir,
Hadits, Fiqh, Nahwu, Ma’ani, Bayan, dan Badi’ menurut cara orang Arab yang baligh, bukan menurut cara
orang Ajam (non-Arab) dan ahli-ahli filsafat (keterangan ini dapat diperoleh dalam kitab beliau Husnul
Muhaadlarah).
Sesungguhnya kitab hadits Al-Jami’ Ash-Shaghir karangan Al-Hafidz As-Suyuthi merupakan salah
satu kitab hadits yang paling lengkap pokok pembahasannya, paling banyak manfaatnya, paling sederhana
penyusunannya. dan yang menjadi kekhasan kitab ini adalah hadits-hadits yang tercantum diurutkan
berdasarkan urutan huruf hijaiyah.Kitab jamius Shaghir beliau selesaikan pada tahun 907 H, 4 tahun
sebelum beliau wafat (911 H). Dan ini sungguh suatu jihad yang dilakukan oleh seorang ulama untuk
mengumpulkan dan menyusun sebuah kitab sehingga manfa’atnya dapat dirasakan oleh ummat setelahnya.
Beliau juga menyusun secara terpisah appendix (lampiran) bagi kitabnya ini dengan judul Ziyaadah Al
Jami’. Dalam salah satu tulisannya beliau berkata,‛Ini adalah appendix bagi kitab karangan saya yang
bernama Al Jamius Shaghir Min hadits Al basyir An Nadzir, dan saya memberinya nama Az Ziyadah Al
Jami’. Kode yang terdapat dalam appendix ini sam dengan kode dalam kitab Al Jami’, dan susunannya pun
sama dengan yang terdapat dalam kitab Al jami’‛
Akan tetapi masih banyak koreksi hadits dari para ulama yang lain diantaranya Al-Imam Al-Mannawi
-rahimahullah- dalam kitabnya Al-Faidhul Qodir Syarh Al-Jamius Shaghir, juga Appendix kitab Al-jami’,
yakni Az-Ziyadah Al-Jami’ juga beliau komentari dalam kitabnya Miftah As-Sa’dah bi Syarhi Az-Ziyadah.
Dalam kitabnya ini, Beliau berupaya mengkritisi derajat hadits yang terkandung dalam kitab Al-Jamius
Shaghir, namun sayangnya tidak semua hadits beliau teliti.
Entah dengan alasan tersebut atau maksud lain, maka seorang yang katanya ulama hadits tapi belum
punya julukan AL-HAFIZH tetapi berani membuat KITAB TANDINGAN JAMI’US SHAGHIR. Orang ini
namanya tersohor dikalangan WAHABI SALAFI tapi keulama’annya terdengar ANEH ditelinga
Ahlussunnah wal Jama’ah pada umumnya. Siapa dia kalau bukan Nashiruddin Al-Albani yang mengklaim
dirinya telah menyempurnakan kitab Jami’us Shaghir dengan LABEL SHAHIH AL-JAMI’ ASH-
SHAGHIR WA ZIYADATUH. Juga begitu beraninya Al-Bani ini mendho’ifkan banyak hadits shahih
Imam Bukhari.
Untuk membedakan mana Kitab Jami’us Shaghir milik Ahlussunnah Imam Suyuthi dan Kitab Jami’us
Shaghir milik WAHABI SALAFI karangan Al-Bani perhatikan gambar dibawah ini.
Jami’us Shaghir As-Suyuthi syahadatnya memakai kata ‚SAYYIDINA.‛ Dan tidak melabelkan kata
SHAHIH. Hal ini menggambarkan katawadhuan beliau akan kekurangan-dan kelemahan sebagai manusia
yg tidak bisa terlepas dari kesalahan.
Bandingkan dengan Jami’us Shaghir karangan Al-Bani yang dengan bangganya melabelkan kata
‚SHAHIH‛ yang dimana secara nalar sehat menggambarkan kegeniusan dan hapalannya akan ilmu dan
hadits-hadits Nabi, meskipun dia belum memiliki julukan AL-HAFIZH (banyak menghapal hadits-hadits
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam), dan juga tidak mau menyebutkan kata ‚SAYYIDINA‛ dalam membaca
syahadat Rasul.
hati-hati dan waspada dengan propaganda ulama-ulama WAHABI SALAFI yg bisanya hanya
menyalahkan, mendho’ifkan kitab-kitab ulama salaf dan hadits-hadits Nabi, sementara mereka tidak lain
hanyalah ulama pemecahbelah umat islam, terutama NASHIRUDIN AL-ALBANI tukang servis jam beralih
menservis HADITS SHAHIH menjadi HADITS DHO’IF. Wallohul musta’an wa bish-shawab.

BERSAMBUNG……………..

Anda mungkin juga menyukai