Anda di halaman 1dari 8

Syaikh bin Baz:

Wahhabi adalah kelompok yang berasal dari Najd


:



Seseorang bertanya kepada Syaikh:
Sebagian manusia menamakan Ulama-Ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi
[Wahabiyyah], adakah Anda ridho dengan nama tersebut ?
Dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan Anda dengan nama tersebut ?
Syaikh Ibnu Baz menjawab sebagai berikut :
Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejd [Najd], mereka
menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab, karena
dia berdakwah di akhir abad 12 Hijriyah.
Lalu beliau melanjutkan:

Dan itu adalah nama yang sangat mulia nan agung.

Jadi, menurut Syaikh bin Baz, Wahabi adalah nama yang sudah masyhur digunakan sebagai
nama untuk kelompok yang mengikuti pendapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
berasal dari Najd, di Jazirah Arab.
Teks asli jawaban Syaikh bin Baz:
http://www.binbaz.org.sa/node/4726

Banyak kalangan dari salafy wahaby yang merasa gerah atas penisbatan golongan (wahabi)
mereka dengan Muhammad bin Abdul Wahhab, dan dikarenakan image yang miring tentang
sekte ini, mereka sering bergonta-ganti nama, yang terakhir ini mereka menggunakan nama
salafy. Namun, meskipun mereka berganti-ganti nama, namun tetaplah esensinya sama, yaitu
sebagai pengikut doktrin Syech Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan tidak sedikit pula dari
kalangan mereka yang berusaha untuk mencoba membelokkan fakta penisbatan wahhabi ini
kepada tokoh lain yaitu Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum seorang tokoh khawarij
dari abad 2 H.
Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan mereka:

Mengenai fatwa Al-Lakhmi, maka yang dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin
Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafatnya Al-Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy-
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M.
Amatlah janggal bila ada orang yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang yang hidup
berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, maka dia
meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya.
Berikutnya, Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah
Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi, hubungan antara Najd
dengan Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin
menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yang diperingatkan Al-Lakhmi adalah Wahhabiyyah
Rustumiyyah, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Lebih dari itu, sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap kelompok Khawarij
sangatlah tegas. Beliau berkata dalam suratnya untuk penduduk Qashim: Golongan yang
selamat itu adalah kelompok pertengahan antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir,
pertengahan antara Murji`ah dan Waidiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah
Subhanahu wa Taala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mutazilah serta antara
Murji`ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan pertengahan antara Syiah
Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam. (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal 117). Dan masih
banyak lagi pernyataan tegas beliau tentang kelompok sesat Khawarij ini.
(Sumber: http://darussalaf.or.id/stories.php?id=130)
Sebenarnya, Wahabi merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad
kedua hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab -ed), yaitu sebutan
Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat
tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, sangat
membenci syiah dan sangat jauh dari Islam. (Sumber:http://muslim.or.id/manhaj/wahabisme-
versus-terorisme.html)
Meskipun mereka berusaha mengalihkan fakta penisbatan wahhabi kepada seorang tokoh
khawarij Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dengan menggunakan pendapat dari al-
Lakhmi diatas, namun kenyataan berkata lain, sebab menurut Syekh Bin Baaz penisbatan
Wahhabi sejatinya adalah ditujukan untuk para pengikut ajaran Syech Muhammad bin Abdul
Wahhab bukan Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum seperti yang ditulis oleh Al-Ustadz
Ruwaifi bin Sulaimi Lc.

Mari kita lihat apa yang disampaikan oleh Syech Bin Baaz di dalam kitabnya Majmu Fatawa
Wa Maqolat Mutanawwiatun Juz 9 Halaman 230:
Artinya yang saya beri tanda kotak merah:

Al-wahhabiyah adalah penisbatan kepada syech al-imam muhammad bin abdul wahab (wafat
1206 H), Beliau adalah orang yang berupaya mengajak kepada jalan Allah Taala di Najd.
(Kitab ini dapat didownload di situs perpustakaan digital
wahabi http://waqfeya.net/book.php?bid=1749)
Demikianlah apa yang disampaikan oleh Syech Bin Baaz tentang siapa jati diri sekte
Wahhabiyyah ini, beliau menyatakan bahwa kaum wahhabiyyah adalah dinisbatkan kepada
Syech Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi. Dan pernyataan beliau ini juga mengokohkan
tentang pendapat memang benar bahwa Najd itu berada di Hijjaz bukan di Iraq, karena Syech
Muhammad bin Abdul Wahhab berasal dari daerah Najd dan bukan berasal dari Iraq (ingat
tentang hadits bahwasanya Najd tempat munculnya Qarn asy-Syaithaan?)

Rasulullaah Shollallaah alaih wa sallam bersabda:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan
kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun dari
Nafi dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu alaihi wasallam] bersabda Ya Allah
berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami. Para sahabat berkata
dan juga Najd kami?. Beliau bersabda disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
akan muncul tanduk setan [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Dan sudah bukan rahasia lagi, bahwasanya awal mula lahirnya sekte wahhabiyyah ini diwarnai
kekejaman demi kekejaman yang ditujukan kepada orang-orang dan ulama-ulama yang
berseberangan dengan ajaran sekte ini. Rekaman sejarah kekejaman sekte ini banyak ditulis oleh
ulama-ulama ahlussunnah wal jamaah, diantaranya adalah:

1. Syech Ahmad bin Muhammad ash-Shawi al-Maliki

Beliau menuliskannya di dalam karyanya Hasyiyah ash-Shawi alaa Tafsiir al-Jalaalain, halaman
255, Tafsir ayat 7 dan 8 Surat Al-Fathir:
Saya tulis ulang teks yang bergaris bawah:


,
, , , ,
,

Dikatakan, ayat ini turun terkait kaum khawarij yang telah mengubah tawilan Al Quran dan
Sunnah, dan dengan itu mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Sebagaimana hal
serupa juga kita saksikan saat ini, khususnya pada suatu kelompok yang ada di tanah Hijjaz,
yang mana mereka dikenal dengan sebutan Wahhabi. Mereka mengira bahwa mereka berpijak di
atas dalil yang kokoh. Ketahuilah, sesungguhnya mereka adalah para pendusta. Syaithon telah
mengalahkan mereka, sehingga membuat mereka lupa dari mengingat Allah. Mereka itulah
kelompok syaithon. Ketahuilah, sesungguhnya kelompok syaithon adalah orang-orang yang
benar-benar merugi. Kita memohon kepada Allah Yang Maha Mulia untuk membinasakan
mereka.

Catatan khusus mengenai kitab Hasyiyah ash-Shawi ini


Mengenai karya al-Imam Ahmad bin Muhammad ash-Shawi al-Maliki ini pada tahun 1420 H
melalui penerbit Dar al-Kutub al-ilmiyyah, Beirut, Libanon, kaum salafy-wahabi berusaha
melakukan tahrif/mengubah atas kitab ini dengan tujuan untuk menyembunyikan jati diri wahabi
sebenarnya.
Berikut ini adalah nukilan dari teks yang dipalsukan:
Hasyiyyah ash-Shawi alaa Tafsir al-Jalalain (cetakan Dar al-Kutub al-ilmiyyah, Beirut,
Libanon. Tahqiiq: Muhammad Abdul Salam Syahin)

,
, , , ,
,

Ayat ini turun terkait kaum khawarij yang telah mengubah tawilan Al-Quran dan Sunnah,
dengan itu mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Syaithon telah mengalahkan
mereka, sehingga membuat mereka lupa dari mengingat Allah. Mereka itulah kelompok
syaithon. Ketahuilah, sesungguhnya kelompok syaithon adalah orang-orang yang merugi.
Kitamemohon kepada Allah Yang Maha Mulia untuk membinasakan mereka.
Perhatikanlah, bahwasanya kaum Salafy-Wahabi memotong/menghilangkan kalimat:

Yang artinya: Sebagaimana hal serupa juga kita saksikan saat ini, khususnya pada suatu
kelompok yang ada di tanah Hijjaz, yang mana mereka dikenal dengan sebutan Wahhabi.
Mereka mengira bahwa mereka berpijak di atas dalil yang kokoh. Ketahuilah, sesungguhnya
mereka adalah para pendusta.
Jadi demi munutupi sejarah kekejian di masa awal-awal sekte ini dimunculkan, maka kalangan
elit dari Wahabi melakukan tahrif atau pemalsuan atas kitab ulama ahlussunnah wal jamaah ini.

2. al-Imam ibn Abidin al-Hanafi

Salah seorang ulama di kalangan madzhab Hanafiyyah, al-Imam ibn Abidin al-Hanafi
rahimahullah memberikan penjelasan khusus mengenai sekte Wahhabiyyah (pengikut ajaran
Muhammad ibn Abdul Wahhab an-Najdi) yang tertuang di dalam kitab karya beliau yang
berjudul Hasyiyah Radd al-Muhtar Ala ad-Durr al-Mukhtar (halaman 413). Disitu dijelaskan
secara gamblang bahwasanya kaum pengikut Muhammad ibn Abdul Wahhab an-Najdi adalah

Khowarij di masa kini.


Pembahasan tentang Pengikut Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai Golongan
Khawarij di Zaman Kita
Adapun perkataan [Mereka (khawaarij) mengafirkan para shohabat Nabi Shollallaah alaih wa
sallam]; Aku memahami bahwasanya hal ini bukanlah syarat di dalam penamaan kelompok
Khowarij, akan tetapi hal ini (penyebutan khawarij) menjelaskan bagi siapa saja bagi mereka
yang keluar dari barisan Sayyidinaa Ali radhiyallaah anhu, jika memang tidak demikian maka
cukuplah dengan mengkafirkan siapa saja yang menyelisihi pendapat mereka, seperti halnya
yang dapat ditemui di zaman kita saat ini, yaitu sekelompok pengikut Abdul Wahhab dari Nejd
(Muhammad ibn Abdul Wahhab an-Najdi) yang menguasai secara paksa dua tanah suci (al-
haramain) dan mereka mengaku-ngaku bermadzhabkan Hanbaliyyah, bahwasanya mereka
menganggap kelompok mereka adalah muslimin yang sebenarnya, dan yang menentang
kelompoknya adalah musyrikin. Oleh sebab itu mereka membolehkan membunuh (memerangi)
kaum ahlussunnah wal jamaah dan membunuh (memerangi) pula para ulama ahlussunnah wal
jamaah. Hingga kemudian Allah menghancurkan kekuatan mereka dan membumihanguskan
tempat tinggal mereka hingga mereka dikuasai oleh balatentara orang-orang Islam, yaitu pada
tahun seribu dua ratus tiga puluh tiga hijriyah (tahun 1233 H).

Anda mungkin juga menyukai