PENGERTIAN PARTISIPASI
Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya
mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin akan berhasil dalam
melaksanakan tugasnya bilamana pimpinan tersebut mampu meningkatkan partisipasi semua
komponen atau unsur yang ada. Oleh karena itu seorang pimpinan harus mampu meningkatkan
partisipasi semua komponen atau unsur yang ada. Istilah partisipasi dikembangkan untuk
menyatakan atau menunjukkan peran serta (keikutsertaan) seseorang atau sekelompok orang
dalam aktivitas tertentu.
Istilah partisipasi mempunyai dimensi banyak, tergantung dari sudut kita memandang.
Partisipasi bisa dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dari peran serta
perorangan/sekelompok orang. Dimensi-dimensi partisipasi dijelaskan sebagai berikut :
a. Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya
Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa, partisipasi yang dipaksakan
(forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Pada beberapa negara banyak pekerja
dipaksa oleh undang-undang atau keputusan pemerintah untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Partisipasi sukarela terjadi
bila manajemen memulai gagasan tertentu dan para bawahan menyetujui untuk
berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut.
Jika tidak dipaksa oleh situasi dan kondisi, partisipasi yang dipaksakan (forced)
tidak sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela serta manajemen
yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat
sukarela. Sifat kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalam
merangsang aktivitas partisipasi anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif,
partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.
b. Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat bersifat formal (formal
participantion) dan dapat pula bersifat informal (informal participation). Pada partisipasi
yang bersifat formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan
keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan (misalnya serikat kerja, dewan
pengurus). Pada partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat persetujuan
lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi.
Pada koperasi kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama-
sama. Manajemen koperasi bisa merangsang partisipasi anggota secara formal maupun
informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan partisipasi yang diberlakukan.
c. Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya
Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dalam dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat
mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan secara
langsung terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. Seseorang dapat secara
langsung menyampaikan ide-ide, informasi, keinginan, harapan, saran dll kepada pihak
yang menjadi pimpinannya tanpa harus melalui dewan perwakilan. Sedangkan partisipasi
tidak langsung terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya
karyawan atau anggota. Wakil yang terpilih tersebut akan berbicara atas nama karyawan
atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya (manajer atau pengurus).
Pada koperasi partisipasi langsung dan tidak langsung dapat dilaksanakan secara
bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta aturan yang berlaku. Partisipasi
langsung dapat dilakukan dengan memanfaatlan fasilitas koperasi, memberikan saran-
saran atau informasi dalam rapat, memberikan kontribusi modal, memilih pengurus dll.
Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota terlampau banyak, anggota
terebar di wilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau koperasi yang berintegrasi,
sehingga diperlukan perwakilan-perwakilan untuk menyampaikan aspirasinya.
d. Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya
Dari segi kepentingannya partisipasi dalam koperasidapat berupa partisipasi
kontributif (contributif participation) dan partisipasi insentif (incentive participation).
Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan
sekaligus sebagai pelanggan.
Dalam kedudukannya sebagai pemilik, (1) para anggota memberikan
kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam
bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan
sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koerasi), dan (2) mengambil
bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap
jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif.
Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai, para anggota memanfaatkan
berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi dalam menunjang
kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi insentif.
Antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insentif terdapat hubungan yang sangat erat.
a. Dalam rangka membiayai pertumbuhan koperasi, kontribusi keuangan baik yang berupa
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela maupun yang berasal dari usaha
sendiri para anggota (partisipasi kontribusi keuangan) sangat diperlukan.
b. Setelah dana yang terkumpul tersebut digunakan oleh perusahan koperasi, proses
pengambilan keputusan mengenai penetapan tujaun dan kebijaksanaan saat proses
pengawasan jalannya perusahaan koperasu harus melibatkan anggota karena anggota
sebagai pemilik perusahaan koperasi (partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan
keputusan).
c. Tetapi untuk mendukung pertumbuhan koperasi anggota sebagai pelanggan/pemakai
harus memanfaatkan pelayanan koperasi, manfaat yang diperoleh anggota tersebt akan
semakin banyak, dan bila ini terjadi, kesadaran dalam pelaksanaan partisipasi kontributif
akan semakin meningkat. Oleh karena itu anggota perlu dirangsang dengan pelayanan-
pelayanan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
Dimensi Koperasi
Gambar 5.1
Dimensi Partisipasi
Kebutuhan
Pelayanan
Gambar 5.2
Arti Partisipasi
Gambar 5.1 menunjukkan ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi
meningkatkan pelayanan kepada anggotanya. Pertama adalah adanya tekanan persaingan dari
organisasi lain (terutama organisasi nonkoperasi ), dan kedua adalah perubahan kebutuhan
manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Perubahan kebutuhan ini akan
menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh
koperasi. Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota
yang lebih besar daripada pesaingnya, maka tingkat patisipasi anggota terhadap koperasinya
akan meningkat. Partisipasi pada koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses kegiatan
perusahaan nonkoperasi dalam memeroleh informasi. Jika suatu perusahaan nonkoperasi menjual
suatu pelayanan/jasa dalam suatu pasar bebas, akan memperoleh umpan balik dari para
pelanggannya agar dapat bersaing dengan berhasil. Feedback ( umpan balik ) ini terutama terdiri
atas informasi tentang jumlah ( kuantitas ) dan kualitas produk yang dijual. Bila pelanggan tidak
puas, mereka akan membeli sedikit dan dengan bertindak demikian pelanggan memberi
perusahaan tersebut suatu informasi yang berharga dalam meningkatkan mutu pelayanannya.
Para pelanggan bahkan bisa memberikan informasi langsung seperti keluhan dan saran yang
berharga bagi peningkatan mutu pelayanan. Sehingga dalam suatu koperasi, intensitas partisipasi
dapat jauh lebih banyak karena fakta bahwa anggota bukan hanya pelanggan tetapi juga pemilik
dari suatu perusahaan. Para anggotanya dapat mempengaruhi dan mengendalikan manajemen
tidak hanya memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan yang diberikan tetapi juga bila
diperlukan dapat memberhentikan pihak manajemen dari fungsi yang didudukinya.
3. Rangsangan Pasrtisipasi
Oleh karena itu, maka dimensi partisipsi akan saling berkaitan satu dengan yang lain dengan
ketentuan anggota perseorangan akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan jika
kegiatannya sesuai dengan kebutuhannya atau kegiatan tersebut ditawarkan dnegan harga, mutu
atau syarat-syarat lain yang lebih menguntungkannya. Dengan begitu, anggota harus menyetujui
dan mengikuti ketetuan-ketentuan organisasi yang telah ditetapkan. Sehingga, anggota harus
memiliki hak dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup berpartisipasi dalam mengambil
keputusan dan mengendalikan prestasi organisasi koperasi dan perusahaan koperasinya.