Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggota merupakan salah satu pihak yang menentukan keberhasilan
sebuah Koperasi, karena berapapun besarnya biaya pembinaan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, tidak akan membuat sebuah koperasi berkembang tanpa adanya
partisipasi aktif dari para anggotanya. Kedudukan anggota dalam koperasi sangat
penting karena anggota sebagai pemilik (owners) dan juga merupakan pelanggan
(users) bagi koperasi yang menentukan maju dan mundurnya koperasi.
Partisipasi merupakan faktor yang paling pening dalam mendukung
keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Dalam kehidupan koperasi,
sukses tidaknya, berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya, dan maju
mundurnya suatu koperasi akan sangat tergantung sekali pada peran partisipaspi
aktif dari para anggotanya.
Dalam partisipasi, harus ada kesusaian antara anggota dan program yaitu
adana kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran program koperasi.
Kesusaian antara manajemen dan anggota adalah jika anggota mempenyuai
kemampuan dan kemauan dalam mngemukakan hasrat kebutuhannya yang
kemudian harus direflesikan atau diterjemahkan dalam keputusan menajemen.
Keseuaian antara program dan manajemen adalah tugas dari program harus sesuai
dengan kemampuan manajemen untuk melaksankan dan menyelesaikannya.
Keberhasilan suatu koperasi tidak lepas dari partisipasi seluruh anggota
baik partisipasi modal, partisipasi dalam kegiatan usaha, maupun partisipasi
pengambilan keputusan karena partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam
memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam sebuah
koperasi. Dengan demikian partisipasi anggota dalam koperasi diibaratkan darah
dalam tubuh manusia, karena pada kenyataannya untuk mempertahankan diri,
pengembangan dan pertumbuhan suatu koperasi tergantung pada kualitas dan
partisipasi anggota-anggota koperasi. Masalah yang timbul pada pertumbuhan
koperasi di negara kita yaitu pertumbuhan kuantitas koperasi tidak diimbangi
dengan kualitas yang baik sehingga banyak koperasi yang tidak aktif. Salah satu
kendalanya disebabkan oleh karena masih banyak anggota yang kurang
berpartisipasi aktif di dalam kehidupan berkoperasi, padahal partisipasi anggota
dalam koperasi sangat penting peranannya untuk memajukan dan
mengembangkan koperasi.
Partispasi merupakan peran serta anggota dalam mengawasi jalannya
usaha, permodalan dan menikmati keuntungan usaha serta keterlibatan anggota
dalam mengevaluasi hasil-hasil kegiatan koperasi. Tanpa adanya partisipasi
anggota, koperasi tidak akan ada artinya, dan tidak dapat bekerja secara efisien
dan efektif. Partisipasi anggota terdiri dari beberapa jenis, baik partisipasi dalam
kegiatan usaha Koperasi (transaksi jual beli/simpan pinjam dengan Koperasi),
partisipasi dalam pemupukan modal (kesadaran anggota dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya, yaitu membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela), partisipasi dalam pengambilan keputusan (mengikuti rapat-
rapat anggota) dan partisipasi pengawasan. Kurangnya partisipasi anggota dalam
kehidupan berkoperasi akan mengakibatkan koperasi tidak dapat menjadi
organisasi mandiri, karena kemandirian disini tidak diartikan secara sempit dalam
bentuk materiilnya saja akan tetapi juga dalam wujud mental dan spiritual yang
dimiliki oleh seluruh anggota koperasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari koperasi ?
2. Apa arti penting dari koperasi ?
3. Bagaimana menciptakan ransangan bagi partisipasi ?
4. Bagaimana cara meningkatkan partisipasi anggota koperasi ?
5. Bagaimana pembiayaan partisipasi ?
6. Bagaimana model kesesuaian dalam partisipasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari koperasi
2. Untuk mengetahui arti penting dari koperasi
3. Untuk mengetahui cara menciptakan ransangan bagi partisipasi
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan partisipasi anggota koperasi
5. Untuk mengetahui pembiayaan partisipasi
6. Untuk mengetahui model kesesuaian dalam partisipasi
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian partisipasi
Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang
artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Seorang pimpinan
akan berhasil dalam melaksanakan tugasnya bilamana pimpinan tersebut mampu
meningkatkan partisipasi semua komponen atau unsur yang ada. Oleh karena itu
seorang pimpinan dalam bidang apapun, mulai dari tingkat paling atas sampai
tingkat paling bawah harus mampu meningkatkan partisipasi semua komponen
atau unsur yang ada.
Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukan
peran serta (keikutsertaan) seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas
tertentu. Isbandi (2007) mengemukakan bahwa partisipasi merupakan
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi
yang ada dalam masyarakat pemilihan dan pengambilan keputusan tentang
alternatif solusi mengenai masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasian perubahan yang terjadi.
Partisipasi anggota dalam koperasi berarti mengikutsertakan anggota
koperasi itu dalam kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama. Widianti
(1996) mengemukakan bahwa partisipasi anggota dapat diukur dari kesedian
anggota untuk memiliki kewajiban dan menjalankan hak keanggotaannya secara
bertanggung jawab, dengan demikian maka partisipasi anggota dapat dikatakan
baik akan tetapi jika ternyata hanya sedikit anggota yamg menunaikan kewajiban
dan melaksanakan haknya secara bertanggung jawab maka partisipasi anggota
dapat dikatakan rendah.
Istilah partisipasi mempunyai banyak dimensi, hal tersebut tergantung
pada sudut pandang yang digunakan, berikut adalah dimensi-dimensi dari
partisipasi:
2.1.1 Dimensi Partisipasi Dipandang Dari Sifatnya
Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa partisipasi yang
dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Partisipasi sukarela
terjadi bila manajemen memulai gagasan tertentu dan para bawahan menyetujui
untuk berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut. jika tidak dipaksa oleh
situasi dan kondisi, partisipasi yang di paksakan (forced) tidak sesuai dengan
prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela serta menajemen yang
demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat
sukarela. Sifat kesukarelaan ini menunrut kemampuan manajemen koperasi dalam
merangsang aktivitas partisipasi anggota. Tanpa ransangan partisipasi yang
efektif, partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.

2.1.2 Dimensi Partisipasi Dipandang Dari Bentuknya


Dipandang dari sifat keformalannya, parsitipasi dapat bersifat formal
(formal participation) dan dapat pula bersifat informal (informal participation).
Partisipasi yang bersifat formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal
dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan misalnya
serikat pekerja, dewan pengurus. Pada partisipasi yang bersifat informal hanya
terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang
partisipasi. Pada koperasi kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksankan secara
bersama-sama.

2.1.3 Partisipasi Dipandang Dari Pelaksanaannya


Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara
langsung dan tidak langsung. Partisipasi langsumg terjadi apabila setiap orang
dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan
secara langsung terhadap keinginan orang lain. Seseorang dapat secara langsung
menyampaikan ide-ide yang diinginkan kepada pihak yang menjadi pimpinannya
tanpa harus melalui dewan perwakilan. Sedangkan partisipasi tidak langsung
terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya kariawan
atau anggota, wakil tersebut akan berbicara atas nama karyawan. Pada koperasi
partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat dilaksanakan secara
bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta aturan yang berlaku.
Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas koperasi (
membeli atau menjual pada koperasi ), memberikan saran-saran atau informasi
dalam rapat-rapat, memberikan konstribusi modal, memilih pengurus dll.
Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota terlampau banyak,
anggota terbesar diwilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau koperasi yang
terintegrasi, sehingga diperlukan perwkilan-perwakilan untuk menyampaikan
aspirasinya

2.1.4 Dimensi Partisipasi Dipandang Dari Segi Kepentingannya


Dari segi kepentingannya partisipasi dalm koperasi dapat berupa
partisipasi kontributif ( contributif participation )dan partisipasi insentif ( incentif
participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Dalam kedudukannya
sebagai pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan
dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan dan
mengambil bagian dalam penetapan tujuan pembuatan keputusan dan proses
pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini
disebut partisipasi kontributif. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan atau
pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan
oleh perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam
ini disebut partisipasi insentif.

2.2 Arti Pentingnya Partisipasi


Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung
keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek
yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan.
Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemn perlu memperoleh
dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi. Tanpa
dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan program-program
manajemen tidak akan berhasil dengan baik.
Dalam koperasi, semua program manajemen harus memperoleh dukungan
dari anggota. Untuk keperluan itu pihak manajemen memerlukan berbagai
informasi yang berasal dari anggota, khususnya informasi tentang kebutuhan dan
kepentingan anggota. Informasi ini hanya mungkin di peroleh jika partisipasi
dalam koperasi berjalan dengan baik.
Pada koperasi anggota ini lah yang menjadi titik awal yang menentukan
proses partisipasi berlangsung. Sebagai pemilik anggota koperasi menginginkan
koperasi menjadi sumber yang mampu meningkatkan usaha individunya. Sebagai
pemilik anggota juga menginginkan koperasi mempunyai kemampuan dalam
melayani kepentingannya melalui usaha-usaha yang efektif dan efisien. Untuk
menunjang harapan tersebut anggota memberikan informasi kontribusi
permodalan, menentukan program-program yang harus dilaksanakan pihak
manajemen dalam mengawasi jalannya koperasi.
Bagi seorang pemimpin, keikutsertaan semua unsur atau komponen adalah
penting untuk menunjang atau mendukung program-program yang ditetapkan.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemajuan dan kemampuan
bawahan dalam berpartisipasi terhadap berbagai aktifitas yang mendukung
pencapaian tujuan organisasi.
Dalam peningkatan pertisipasi tersebut setidak-tidanya harus mampu
meningkatkan rasa harga diri, menimbulkan rasa ikut memiliki atau rasa ikut
andarbeni. bila hal ini dapat berhasil, maka diharapkan semangat dan kegairahan
serta rasa ikut tanggung jawab bawahan akan dapat ditingkatkan sehingga
rencana-renacan dan keputusan-keputusan yang dibuat akan dapat dilaksanakan
dan direalisasikan dengan lebih baik.
Partisipasi merupakan salah satu cara untuk memotivasi yang mempunyai
ciri khas yang lain dari pada yang lain. Hal ini disebabkan peningkatan partisipasi
lebih di tekankan pada segi psikologi dari pada segi materi. Peningkatan
partisipasi dalam usaha memotivasi merupakan suatu cara yang tidak terlalu
banyak membutuhkan pengorbanan materi bila dibandingkan dengan cara-cara
lain dalam usaha memotivasi.
Mengenai pentingnya partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan
bahwa koperasi adalah badan usaha yang pemilik dan pelanggannya adalah sama
yaitu para anggotanya dan inimerupakan prisip identitas koperasi yang sering
digambarkan dalam lambang segitiga (triangel identity of cooperative). Apa yang
dijelaskan diatas sebenarnya sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang ayat 5
tahun 1992tentang perkoperasian yang menyebutkan bahwa anggota koperasi
adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi.
Seperti dikemukakan diatas, partisipasi memegang peranan yang
menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota koperasi
tidak akan dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena alasan itulah partisipasi
diikut sertakan dalam akses komparatif koperasi. Suatu koperasi bisa berhasil
dalam kompetisi (bersaing dengan perusahaan non koperasi), tetapi tidak ada
artinya bila anggota tak memanfaatkan keunggulan yang dimiliki tersebut.
Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan yang buruk dari
koperasi, menghilangkan salah tindak pihak manajemen dan membuat kebijakan
pengelola di perhitungkan, partisipasi sering dipandang baik sebagai suatu jalan
ke arah pengembangan koperasi atau suatu akhir dari sebuah koperasi. Beberapa
penulis menganggap partisipasi sebagai kebutuhan dasar dan hak manusia (hak
dasar manusia).
Partisipasi dalam koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses
kegiatan pelaksanaan non koperasi dalam memperoleh informasi. Jika suatu
perusahaan non koperasi menjual suatu pelayanan atau jasa dalam suatu pasar
bebas, akan memperoleh umpan balik dari pelanggannya agar dapat bersaing
dengan berhasil. Feed back atau umpat balik ini terutama terdiri atas informasi
tentang jumlah atau kuantitas dan kualitas produk yang dijual. Bila pelanggan
tidak puas, mereka akan membeli sedikit dengan bertindak demikian pelanggan
menjadi memberi perusahaan tersebut suatu informasi yang berharga dalam
meningkatkan mutu pelayanannya.
Dalam suatu koperasi, intensitas partisipasi dapat jauh lebih banyak karena
fakta bahwa anggota tidak hanya pelanggan tetapi juga pemilik dari suatu
perusahaan. Para anggotanya dapat mempengaruhi dan mengendalikan
manajemen tidak hanya memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan yang
diberikan tetapi juga bila diperlukan dapat memberhentikan pihak manajemen dari
fungsi yang diddudukinya.

2.3 Rangsangan Partisipasi


Pada dasarnya, setiap anggota atau calon anggota akan menilai
keputusannya untuk memasuki dan untuk mempertahankan/memelihara secara
aktif hubungannya dengan suatu organisasi koperasi, jika seluruh insentif atau
perangsang yang diperoleh lebih besar atau sekurang-kkurangnya sama besar
dengan kontribusi (sumbangan) yang harus diberikan. Dalam hal ini insentif
merupakan lawan dari kontribusi. Berbagai perangsang dan sumbangan itu akan
dievaluasi oleh anggota sesuai dengan kebutuhan kepentingan dan tujuan pribadi
yang dirasakannya secara subjektif. Krbutuhan yang dimaksud disini tidak hanya
kebutuhan yang berisfat ekonomis tapi bisa juga kebutuhan non ekonomi seperti
kebutuhan akan keamanan, cinta kasih, dan kebutuhan sosial dll.
Menurut Hanel (1989) insentif dan kontribusi anggota perseorangan
terhadap koperasinya dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh
perusahaan koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk
turut memberikan kontribusinya bagi pertumbuhan dan pembentukan
koperasi. Dalam hal ini intensitas perangsang yang dikehendaki para anggota
itu sangat berkaitan erat dengan seberapa jauh barang dan jasa tersebut:
b. Memenuhi kebutuhan secara subjektif dirasakan oleh masing-masing
anggota, sehingga dapat meningkatkan kepentingan rumah tangga, usahatani,
dan unit usaha nya.
1. Sama sekali tidak tersedia dipasar atau tidak disediakan oleh lembaga-
lembaga pemerintah.
2. Disediakan dengan harga dan kualitas atau kondisi yang lebih
menguntungkan dibanding dengan barang atau jasa yang ditawarkan
dipasr atau badan-badan pemerintah.
Barang dan jasa yang disediakan oleh suatu perusahaan koperasi yang
tidak memenuhi kebutuhan para anggotanya atau yang disediakan lebih tinggi
atau dengan kondisi yang lebih jelek daripada yang ditawarkan dipasar tentusaja
bukan merupakan perangsang bagi anggota untuk berpartisipasi terhadap
koperasi.
c. Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan perusahaan
koperasi dalam bentuk sarana keuangan akan dinilai oleh mereka atas dasar
biaya oportunitas yang mungkin akan mahal bagi para anggota yang miskin,
terutama yang menyangkut sarana keuangan.
Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan seperti dalam penetapan tujuan
dan dalam pengawasan tata kehidupan koperasinya dapat merupakan suatu
perangsang:
1. Apabila apabila dapat memasukkan tujuan-tujuannya kedalam koperasi
menjadi tujuan kelompok koperasi dan oerganisasi koperasi yang
bersangkutan, maka mereka mungkin akan menganggap pertisipasi itu
sebagai suatu perangsang.
2. Jika partisipasi dalam rapat-rapat dan diskusi-diskusi kelompok
memakan waktu dan akhirnya menimbulkan pula sejumlah beban biaya
perjalanan dan sebagainya, maka anggota akan mempertimbangkan pula
biaya oportunitas yang bekaitan dengan itu.
Oleh karena itu, ditinjau dari sudut pandang para anggota perseorangan yang
menilai keinginannya maka dimensi partisipasi akan saling berkaitan satu dengan
lain dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Para anggota perseorangan akan berpartisipasi dalam pelayanan
perusahaan koperasi jika kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
2. Jika pelayanan itu ditawarkan dengan harga mutu atau syarat-syarat
yang lebih menguntungkan dari pada yang diperolahnya dari pihak-
pihak lain diluar koperasi.
d. Untuk maksud tersebut para anggota harus menyetujui dan harus digerakkan
melalui ketentuan-ketentuan organisasi untuk berperan serta dalam
membiayai perusahaan koperasi. Yang harus berusaha secara efisien,
memiliki kapasitas yang cukup dan struktur organisasi yang sesuai serta
manajemn yang profesioanl.
e. Hal itu berarti bahwa para anggota harus memiliki hak dan ketetapan serta
termotivasi dan sanggup berpartisipasi dalam mengambil keputusan
mengenai tujuan yang hendak dicapai dan dalam mengendalikan atu
mengawasi prestasi organisasi koperasi dan perusahaan koperasinya.

2.4 Cara Meningkatkan Partisipasi


2.4.1 Meningkatkan Partisipasi Insentif
Partisipasi insentif sendiri merupakan jenis yang paling penting dan
menjadi akar dari aktivitas partisipasi dalam koperasi. Untuk meningkatkan
partisipasi yaitu perlunya manajemen koperasi meningkatkan rangsangan-
rangsangan insentid kepada anggota melalui peningkatan manfaat keanggotaan.
a. Menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggota
yang relatif lebih baik
b. Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota, misalnya :
1) Menetapkan harga jual yg relatif lebih murah dari harga umum
2) Harga beli yg relatif lebih tinggi dari harga umum
3) Pemberian bunga kredit yg lebih rendah dari bunga umum
4) Pemberian bunga tabungan minimal sama dengan tingkat bunga
umumdisertai pelayanan yg lebih baik
5) Pemberian diskon atau potongan harga untuk anggota.
c. Menyediakan barang-barang yg tidak tersedia dipasar bebas wilayah koperasi
atau tidak disediakan leh pemerintah.
d. Berusaha memberikan defident peranggota (SHU peranggota) yg meningkat
dari waktu kewaktu.
e. Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis koperasi dengan non anggota
melalui pemberian kredit dengan bunga yg relatif lebih murah dan jangka
waktu pengembalian relatif lama.
f. Menyediakan berbagai tunjangan (bila mampu) kenaggotaan, seperti
tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, dan lain sebagainya.

2.4.2 Meningkatkan Partisipasi Kontributif


Meningkatkan partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengn cara mengikutsertakan semua komponen atau
unsur (terutama anggota) dalam proses pembuatan perencanaan daan pengambilan
keputusan.
a. Menjelaskan tentang maksud, tujuan perencanaan dan keputusan yg akan
dikeluarkan.tujuan dari penjelasan ini adalah agar anggota dan semua
komponen atau unsur dalam koperasi mengetahui bidang-bidang partisipasi
yg harus dilakukan dan cara melakukannya.
b. Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yg akan
dikeluarkan. Supaya keputusan yg diambil dapat diimplementasikan dan
mendapat dukungan dari anggota atau komponen lainnya, maka pihak
manajemen harus membuka kesemptan yg luas kepada anggota atau
komponen lainnya untuk memberikan tanggapan dan saran yg bermanfaat
bagi organisasi koperasi.
c. Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua anggota dalam usaha
membuat keputusan dan mengambil keputusan. Salah satu alasan mengapa
partisipasi itu penting bagi manajemen koperasi adalah keperluannya untuk
mendapatkan informasi tentang kebutuhan dan keinginan anggota sebagai
dasar kegiatan operasional melayani kepentingan anggota.
d. Memberikan kesempatan yg sama kepada semua naggota dalam pengambilan
keputusan. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anggota yang
ada untuk dapat terlihat dalam proses pembuatan perencanaan dan
pengambilan kepurusan, semua anggota akan merasa mempunyai peranan dan
harga diri yg akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melaksanakan
dan merealisasikan rencana dan keputusan yang telah diambil.

2.4.3 Meningkatkan Partisipasi Kontributif Keuangan Dapat Dilaksanakan


Bersamaan Dengan Meningkatkan Partisipasi Insentif.
a. Memperbesar peranan koperasi dalam usaha anggota dengan menciptakan
manfaat ejonomi yang meningkat dari waktu ke waktu.
b. Memperbesar rate of return melalui usaha yang sungguh-sungguh dan
profesionil.
c. Membangun dan meningkatkan kepercayaan anggota terhadap manajemen
koperasi melalui:
1) Pemilihan pengurus dan pengelola yang mempunyai kemampuan
manajemen dan dapat dipercaya.
2) Melaksanakan catatan pembukuan yang jelas dan transparan dan
3) Memperbesar kepentingan anggota untuk mengaudit koperasi.

2.5 Biaya Partisipasi


Biaya partisipasi adalah biaya yang timbul sebagai dampak keikutsertaan
dalam pengelolaan koperasi. Biaya ini tidak saja termasuk biaya penyelenggaraan
dan biaya perjalanan dalam ragka partisipasi, tetapi juga biaya oportunitas
(opportunity cost) karena ada partisipasi. Biaya oportunitas yang dimaksud adalah
kesempatan melaksankan proses produksi yang hilang karena adanya proses
partisipasi.
Koperasi yang efektif akan memperhitungkan besarnya biaya partisipasi
dan membandingkannya dengan manfaat (benefit) yang ditimbulkan oleh
partisipasi itu. Semakin besar selisih manfaat dengan biaya partisipasi yang
dikeluarkan semakin efisien pelaksanaan paetisipasi pada koperasi tersebut. Tetapi
tidak hanya efisien yang perlu diperhatikan dalam partisipasi. Kopeeasi juga
membutuhkan keefektifan dalam partisipasi. Efektif disini dimasukkan bahwa
tujuan yang hendak dicapai oleh partisipasi dapat terlaksana dengan baik.
Partisipasi yang paling berhasil adalah yang efisien an efektif.
Efektivitas dan efisiensi pada koperasi pada dasarnya sangat ditentukan
oleh ukuran koperasi, struktur keanggotaan dan fungsinkoperasi. Semakin besar
ukuran koperasi, partisipasi akan semakin tidak efektif dan efisien hal ini
disebabkan :
Semakin besar ukuran koperasi akan semakin banyak amggotanya. Biaya
partisipasi akan semakin besar karena efektivitas rapat akan semakin rendah.
Misalnya biaya rapat untuk 20 anggota akan jauh lebih rendah dari pada 3000
angota. Demikian pula ide-ide yang datang dari 20 anggota akan lebih mampu
direalisasikan dalam program kerja koperasi dari pada ide yang datang dari 3000
anggota.
Ukuran koperasi yg besar memungkinkan anggota tersebar dimana-mana.
Semakin besar koperasi masalah ruang lingkup koperasi makin luas sehingga
jarak menjadi masalah dan membawa dampak kepada waktu, energi dan sumber-
sumber. Bagi anggota yg jauh pusat kjoperasi akan dibebani oleh biaya partisipasi
yang lebih besar dari pada anggota yang dekat dengan pusat koperasi. Semakin
jauh anggota dsri pusat koperasi akan semakin banyak biaya transpoirtasi yang
dikeluarkan dalam rangka partisipasi. Bila ini terjadi, saran, pendapatat, dan ide-
ide dari anggota akan tidak efektif, sehingga biaya partisipassi anggota akan
semakin besar.
Semakin besar ukuran koperasi, akan semakij kompleks permsalahan
dalam koperasi itu. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan manajemen yang
profesional dibidang koperasi. Akibatnya hubungan anggota dengan pihak
manajemen akan semakin renggang. Pola pengambilan keputusan yang semula
mengikutsertkan anggota, sedikit demi sedikit terkurangi sampai akhirnya
manajemen semakin berperan dalam pengambilan keputusan.
Semakin besar ukuran koperasi, semakin banyak anggota yang menjadi anggota
tidak aktif. Mereka akan menjadi pembonceng atau “free riders” yakni berusaha
memperoleh manfaat dengan mengurangi partisipasi.
Semakin heterogen keanggotaan pada koperasi akan semakin tidak efektif
dalam proses partisipasi karena ada sebagian anggota yang terpenting
kebutuhannya tetapi sebagian yang lain tidaknterpenuhi kebutuhannya. Bagi
anggota yang tidak terpenuhi kebutuhannya, partisipasi tidak akan efektif dan
biaya yang ditanggung bila ikut verpartisipasi akan semakin besar karena adanya
opportunity cost. Sebaliknya bila kebutuhan anggota terpenuhoi, partisipasi
anggota pada koperasi akan efektif dan biaya yang ditimbulkanakibat adanya
partisipasi relatif lebih rendah. Dalam kondisi seperti ini, opportunity cost yang
timbul akibat ikut berpartisipasi dapat diimbangi dengan manfaat yang diperoleh
dari partisipasi tersebut.
Pengalama empiris membuktikan bahwa semakin heterogen keanggotaan
semakin besar boiaya partisipasi karena heteregonitas anggota membawa dampak
kepada perbedaan kepentingan dan prioritas yang harus dipenuhi dan
mengakibatkan kemungkinan konfluk kepentingan yang semakin besar yang
berarti pula waktu, energi dan sumber-sumber yg harus dikeluarkan semakin besar
pula.
Koperasi yg mempunyai anggota relatif homogen, partisipasi anggota akan
sangat efektif. Homogenitas dalam anggota dalam hal pemcapaian tujuan
memungkinkan konflik antar anggota dengan pighak manajemen akan dapat
ditekan serendah mungkin. Hal ini berarti pada koperasi yg anggotnya relatif
homogen tdk akan banyak bertentangan dan dangat mudah dlm pengambilan
keputusan dan penentuan kebijksanaan. Biaya yg timbul jaren ahilangnya
kesempatan untuk melaksanakan proses produksi dapat terkompensasi oleh
kebijaksanaan yg menguntungkan.
Sifat keanggotaan yg heterogen dalam hal kekayaan, pendidikan dan
kekuasaan menyebabkan biaya partisipasi masing0masing anggota menjadi
bervariasi. Anggota koperasi yg kaya akan menilai besarnya biaya partisipasi
sesuai dengan kekayaannya sehingga menurut pandangannya biaya tersebut relatif
lebih murah. Tetapi nbagi anggota yg miskin biaya partisipasi akan menjadi
sangat tinggi karena adanya opportunity cost. Kehilangan beberapa rupiah saja
bagi petani miskin anggotakoperasi akan dinilai sebagai kerugian yang besar
baginya. Mungkin bagi petani kaya partisipasi tidak akan menjadi persoalan
penting, sebab ia akan tetap melaksanakan proses produksi dengan menyewa
tenaga kerja . jadi ia tidak mempunyai opportuniity cost yg besar. Bagi petani
miskin yang tidak menyewa tenaga kerja akan menilai poartisipasi memakan
biaya yg besar. Dengan demikian biaya partisipasi anggota yg lebih kaya relatif
lebih rendah diobandingkan anggota yg miskin.
Bagi anggota yang berpendidikan lebih tinggi akan memanfaatkan
partisipasi sebagain sarana penyaluran ide dan gagasan, khususnya bagi
kepentingannya dirinya. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pengetahuan yang
dimiliki anggota tersebut melebihi anggota yg lainnya. Anggotanya dengan
tingkat pendiudikan yang tinggi akan mendominasi dalam partisipasi kontributif
yg berhubungan dengan pengambiolan keputusan, penetapan kebijaksanaan, dan
pengawsan jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi anggota yg berpendidikan
lebih tinggi akan lebih efektif dibandingkan anggota yg berpendidikan rendah.
Faktor lain yang mempengaruhi efesiensi dan efektifitas adalah fungsi
koperasi. Fungsin koperasi dalam hal ini diartikan sebagai kegiatan yang
dilaksanakan oleh ko[perasi itu sendiri seperti penyediaan saran produksi, kredit,
pelayanan jasa kelistrikan, pertokoan dan lainlain. Semakin banyak fungsi
koperasi akan semakin tidak efektif partisipasi itu karena kan bertambah banyak
konflik dalam kopersi. Oleh karena itu koperasi multi purpose biasanya lebih
mengandung konflik dari pada koperasi yang singgle-purpose.
Dalam koperasi multi purpose ada kemungkinan anggota harus mengikuti
kegiatan yang tidak diperlukan sehingga biaya partisipasi semakin
besar.sebagagai gambaran diberikan contoh sebagai berikut koperasi mempunyao
satu fungsi misalnya menyimpan uang saja akan leboh efektif daripada koperasi
yang mempinyai 2 fungsi, misalnya disamping menyimpan uang juga
menminjamkan uang (koperasi kredit).konflik ini timbil karena pada dasrnya
anggota yang menyimpan uang menginginkan tingkat bunga yang tinggi,
sedangkan yang meminjam menginginkan tingkat bunga yang rendah.bila fungsi
itu ditambah ,misalnya menyediakan sarana produksi pertanian dan penjualan dan
hasil produksi anggota.konflik itu akan bertambah karena ada anggota yang
mengharapkana memperolah sarana produksi pertanian dengan harga yang relatif
lebih murah, sedangkan anggota yang menjual hasil produksi mengharapkan
harga jual yang relatif tinggi.lagi pula perbedaan kepentingan antara para
peminjam uang,para penjual produk koperasi,dan para pembeli produk dari
koperasi akan melahirkan ide ide yang bervariasi yang memungkinkan kesulitan
manajemen koperasi dalam menetukan kebijakan yang tepat yang dapat mewakili
anggotanya.

2.6 Model Kesesuaian Dalam Partisipasi


Menutur Ropke (1985) pada dasarnya kualitas partispasi tergantung pada
interaksi 3 variabel yaitu :
a.Para Anggota
b.manajemen koperasi
c.program.
Partispasi dalam melaksanakn pelayanan yang disediakan koperasi akan
berhasil apabila ada kesesuian (fit) antar anggota, program dan
manajemen.kesuaian antara anggota program adalah adanya kesepakatan antara
kebutuhan anggota dan keluaran (output) program koperasi. Program ini
dimaksudkan sebagai kegiatan usaha utama yang dipilih atau ditentukan oleh
manajemen, seperti penyediaan sarana produksi, pembelian hasil produksi
annggota, penjualan barang konsumsi, penyediaan barang fasilutas perkreditan,
pelayanan jasa jasa seperti penerimaan pembayaran rekening listrik, telepon,
PAM, dan lain sebagainya selanjutnya kesesuain antara anggota dan manajemen
akan terjadi apabila anggota mempunyai kemampuan (kompetensi) dan motivasi
dalam mengemukakan hasrat kebutuhan nya (permintaan)yang kemudian harus
direfleksikan atau diterjemahkan dalam keputusan manajemen.disamping itu
anggota diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat,saran dan kritik yang
membangun untuk pertumbuhan organisasi.
Terakhir harus ada kesesuain antara program dan manajemen dimana tugas
dari program harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan
dan menyelesaikannya. Jadi efektivitas partisipasi merupakan fungsi dari timgkat
kesesuain antara anggota manajemen dan program atau
P=f (a.m.p)

Dimana :
p = Partisipasi
a= Anggota
m =Manajemen

P =Program
Partisipasi bisa dikatakan efektif apabila :
1. manajemen mampu melaksanakan tugas dari program yang bditetpkan
2. keputusan program manjemen mencerminkan hasrat permintaan para anggota
3. .hasrat permintaaan anggota akan tercermin dalam keputusan program
manajemen
4. kesesuain antara program,manjemen dan kebutuhan anngota akan terjadi
apabila mekanisme pengendalian (partisipasi) voice,vote,dan exit dapat
berjalan disamping itu mekanisme partisipasi akan berfungsi apabila
pengaruh lingkungan yaitu peranan pemerintah dan persaingan pasar dapat
berjalan sesuai dengan penerapan yang konsisten dari prinsip keanggotaan
terbuka dan suka rela peserta prinsip manajemen demokrasi.
Di indonesia, koperasu unit desa (KUD) tidak lagi disangkal bahwa
semakin mengarah ke koperasi multi purpose, multi fungsi dan multi
anggota.menurut Ropke koperasi serba usaha seperti KUD yang memiliki jumlah
anggota yang besar dan daerah kerja yang lebih luas dapat mengakibatkan:
1. Adanya pertentangan diantara anggota yang dapat memperkokoh kedudukan
anggota yang lebih kuat dan lebih kaya.
2. Banyak pertentngan antara pengelola manajmen dengan angota,yang akan
memperkokoh kedudukan pengelola atau manajmen.
3. Pertentangan antara KUD dengan PUSKUD yang akan memperkokoh
kedudukan PUSKUD.
Bagi KUD yang banayak mengalami pertentanagn diantara pelaku
pelakunya,keputusan keputusan penting akan berada pada tangan yang lebih atas,
yang lebih berkuasa,yang kaya atau yang banyak memiliki modal.akibatnya
partisipasi dari sebagian besar anggota tidak dapat diharapkan. Hal ini disebabkan
oleh:
1. Pemilik modal yang lebih banyak akan menentukan keputusan program
usaha.dalam kondisi ini berarti tidak ada perbedaan antara koperasi PT.
2. Partisipasi tidak lagi sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan
sukarela serta prinsip manajemen yang demokratis
3. Hasil/output program manajemen tidak sesuai dengan kebutuhan permintaan
kebanyakan anggota. Perusahaan koperasi akan lebih banyak berusaha
dengan pihak non anggota demi keuntungan mereka.
Bila demikian peranan pemerintah akan cenderung terus diperlukan agar
KUD tetap tumbuh dan berkembang.dengan memanfaatkan tangan tangan
berkuasa, KUD mungkin akan dapat meningkatkan daya saing sampai mencapai
posisi pemegang monopoli, tetapi manfaatnya bagi anngota akan sangat minim.
Apalagi kalo mekanisme voice, vote, dan exit tidak berjalan.
Dengan alasan alasan tersebut,Menurut Yuyun Wirasasmita (1991),untuk
memperbaiki partisipasi anggota agar efektif perlu dipertimbangkan hal hal
sebagai berikut:
1. Perlunya kebijaksanaan untuk mengurai komplesitas organisasi dan
manajemen dengan menerapkan tekbologi manajemen tepatb guna
2. Perlunya bantuan externsl audit untuk beberapa KUD yang belum mampu
membayar.
3. Perlunya pengembanagn sistem audit internal untuk evaluasi sendiri.
4. Audit external harus meliputi audit tentang pelaksanaan prinsip prinsip
koperasi,rencana koperasi tentang promosi anggotadan laporan pelaksanaan
sampai serta hasil promosi anggota.
5. Perlu ada desentralisasi dalam KUD dengan membentuk sub sub koperasi
berdasarkan kesamaan,kebutuhan pelayanan.
6. Dimungkinkan adanya lebih dari satu KUD dalam suatu kecamatan dimana
para anngota
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa meningkatkan partisipasi
anggota adalah suatu upaya yang baik dalam mewujudkan koperasi mandiri,
karena dengan adanya partisipasi anggota dalam posisi sebagai pemilik ataupun
sebagai pemakai jasa secara optimal, maka kemandirian koperasi akan tercapai,
namun hal tersebut tidak mudah dilakukan karena tentu memerlukan waktu yang
cukup panjang untuk mencapainya.
Meningkatkan kualitas partisipasi anggota dengan cara mengubah sikap
anggota koperasi untuk yakin dan percaya bahwa sebagai induvidu mereka
mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dirinya melalui kerjasama dan
kesetiakawanan dalam wadah koperasi, merupakan salah satu upaya yang harus
dilakukan oleh manajemen untuk mencapai koperasi mandiri yaitu dengan cara
membuat program operasional koperasi yang senantiasa memenuhi keinginan dan
kebutuhan anggota sehingga anggota akan melaksanakan partisipasi total untuk
koperasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. koperasi: teori dan praktek. Jakarta :

Erlangga. 2001.

Suwandi. Koperasi Organisasi Ekonomi Yang Berwatak Sosial. FEUI. Jakarta.

1998.

Anda mungkin juga menyukai