Acara 11 - Yuliana Rizka Handayani - 20.464063.SV.18382
Acara 11 - Yuliana Rizka Handayani - 20.464063.SV.18382
ACARA XI
MONITORING KESEHATAN HUTAN
(TERESTRIAL)
Disusun Oleh :
I. PENGANTAR
Monitoring kesehatan hutan merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
memantau kondisi ekosistem hutan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi hutan saat ini, perubahan, dan kecenderungan yang mungkin dapat
terjadi. Hal tersebut penting dalam mendukung pencapaian pengelolaan hutan
yang lestari. Monitoring kesehatan hutan perlu dilakukan secara berkala agar
diperoleh informasi yang menyeluruh.
Pada praktikum ini, monitoring kesehatan hutan dilakukan dengan metode
Forest Health Monitoring yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi praktikum.
Terdapat 3 parameter yang diukur untuk menentukan tingkat kesehatan tegakan,
yaitu:
1. Produktivitas pohon
2. Kerusakan pohon
3. Kondisi tajuk pohon
II. TUJUAN
Mampu menguasai teknik monitoring kesehatan tegakan hutan secara terestrial.
b. Kerusakan Pohon
Ada 3 hal yang diamati untuk menentukan kerusakan pohon yaitu:
lokasi, tipe, dan tingkat keparahan kerusakan.
Lokasi kerusakan
Tiap lokasi kerusakan memiliki kode-kode tertentu yang akan
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pengukuran di
lapangan. Kode dan deskripsi lokasi kerusakan disajikan pada Tabel 1,
sedangkan ilustrasi lokasi kerusakan ditampilkan pada Gambar 1.
1 Akar dan tunggak muncul (12 inci/30 cm tingginya titik ukur diatas
tanah)
6 Batang tajuk (batang utama didalam daerah tajuk hidup, diatas dasar
tajuk hidup)
9 Daun
Tipe kerusakan
Setiap tipe kerusakan pohon juga memiliki kode serta ambang
batas kerusakan. Tipe kerusakan dinyatakan sebagai data
sampel apabila telah memenuhi nilai ambang kerusakan yang
telah diketahui. Apabila kerusakan tidak memenuhi kriteria nilai
ambang kerusakan yang ada, maka kerusakan tersebut tidak
dijadikan sebagai data sampel. Tipe dan nilai ambang batasnya
ditampilkan pada Tabel 2.
Kode
Bobot Kode tipe Bobot Bobot
lokasi Tingkat
lokasi kerusaka Tipe Tingkat
kerusaka keparahan
kerusakan n Kerusakan keparahan
n
0 0 11 2.0 1-9% 1
01, 02 2.0 01 1.9 10–19% 1.1
03, 04 1.8 02, 06 1.7 20–29% 1.2
05 1.6 12 1.6 30–39% 1.3
03, 04,
06 1.2 1.5 40–49% 1.4
13
07, 08, 09 1.0 21 1.3 50–59% 1.5
07, 20,
22, 23,
1.0 60–69% 1.6
24,
25, 31
70–79% 1.7
80–89% 1.8
≥ 90% 1.9
Parameter pengukuran kondisi kerusakan pohon (tipe kerusakan, lokasi
kerusakan dan tingkat keparahan) dirumuskan dalam sebuah Indeks
Kerusakan (IK) sebagai berikut:
Klasifikasi
Parameter
Baik (nilai Sedang (nilai 2) Jelek (nilai 1)
3)
Nisbah Tajuk Hidup >40% 20‒35% 5‒15%
Kerapatan Tajuk >55% 25‒50% 5‒20%
Transparansi Tajuk 0‒45% 50‒70% >75%
Dieback 0‒5% 10‒25% >30%
Diameter Tajuk >10.1 m 2.5‒10 m <2.4
28 20.8 16.3 8.4 2.4 2.6 2.1 1.6 5 1.6 5 1.7 8 1.0 2.720
29 15.0 12 6.3 1.8 3.2 4.2 2.8 2 2.0 3 1.5 21 1.2 3.600
30 19.0 15.7 7.6 4.6 3.8 4.1 3 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
31 18.4 15 7 2.4 2.4 2.1 2.5 4 1.8 6 1.7 28 1.2 3.672
32 19.7 15.6 7.6 3.5 3 2 2.2 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
33 14.4 10 5 2.6 2.1 1.6 2 2 2.0 3 1.5 12 1.1 3.300
34 19.3 16 8.2 3.5 3 2.6 2 7 1.0 1 1.9 17 1.1 2.090
35 18.4 15.3 6.8 1.5 2 2 1.7 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
36 17.9 14.2 7 3.2 3 4.2 3 9 1.0 24 1 27 1.2 1.200
37 18.8 15 6.8 2 3 2 1.5 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
38 15.6 12 6 3 3.2 2.2 2.4 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
39 16.8 13.6 7.4 4 3.3 4.2 2.4 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
40 19.0 15.5 7.7 1.5 1.8 2 2.4 5 1.6 6 1.2 11 1.1 2.112
41 16.9 13.7 6.7 2 2 1.6 2.4 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
42 19.8 15.8 7.8 2.5 2 3.1 3 7 1.0 22 1 18 1.1 1.100
43 19.7 15.6 7.5 2.4 1.8 3 1.4 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
44 19.8 15.8 7 2.5 2.7 3.4 2.8 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
45 18.4 14.9 7 2 3 4.4 3.2 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
46 15.0 12 6.4 3.4 3 3 2 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
47 19.6 15.6 8 3 2 2 1.5 3 1.8 4 1.5 25 1.2 3.240
48 20.7 17 8 3 2 4 5 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
49 16.2 14.5 6.5 2.3 2 1.5 6 7 1.0 22 1 18 1.1 1.100
50 16.8 14.7 7.4 4 2 1.4 2.2 0 0.0 0 0 0 0.0 0.000
51 20.6 16.6 8.4 1.5 1.8 2.2 2 4 1.8 1 1.9 12 1.1 3.762
52 14.3 11.4 6 2 2 2.3 2.5 6 1.2 6 1.7 24 1.2 2.448
53 16 12 6.5 1.7 2.2 2.8 3 8 1.0 21 1.3 0.8 0.0 0.000
48.4663 3 0 3 35 3 65 3 4.35 2 3 0.0339794661
47.5000 3 0 3 32 3 68 3 6 2 3 0.0176714587
51.5924 3 0 3 18 3 82 3 7.75 2 3 0.0283528737
53.3333 3 0 3 20 3 80 3 4.7 2 3 0.0265904402
51.2821 3 0 3 33 3 67 3 5.35 2 3 0.0304805173
50.0000 3 0 3 23 3 77 3 4.15 2 3 0.0162860163
48.7500 3 0 3 41 3 59 3 5.55 2 3 0.0292552962
55.5556 3 0 3 54 2 46 2 3.6 2 3 0.0265904402
50.7042 3 30 1 60 2 40 2 6.7 2 2 0.0251649426
54.6667 3 0 3 45 3 55 3 4.25 2 3 0.0277591127
50.0000 3 0 3 30 3 70 3 5.4 2 3 0.0191134497
45.5882 3 0 3 28 3 72 3 6.95 2 3 0.0221670778
50.3226 3 0 3 32 3 68 3 3.85 2 3 0.0283528737
51.0949 3 0 3 39 3 61 3 4 2 3 0.0224317569
50.6329 3 0 3 32 3 68 3 5.3 2 3 0.0307907496
51.9231 3 0 3 25 3 75 3 4.3 2 3 0.0304805173
55.6962 3 0 3 20 3 80 3 5.7 2 3 0.0307907496
53.0201 3 0 3 18 3 82 3 6.3 2 3 0.0265904402
46.6667 3 0 3 18 3 82 3 5.7 2 3 0.0176714587
48.7179 3 0 3 30 3 70 3 4.25 2 3 0.0301718558
52.9412 3 0 3 20 3 80 3 7 2 3 0.0336535259
55.1724 3 0 3 30 3 70 3 5.9 2 3 0.0206119894
49.6599 3 0 3 28 3 72 3 4.8 2 3 0.0221670778
49.3976 3 0 3 45 3 55 3 3.75 2 3 0.0333291565
47.3684 3 0 3 36 3 64 3 4.4 2 3 0.0160606070
45.8333 3 0 3 48 3 52 2 4.85 2 3 0.0201061930
RATA-RATA IK 1.103735849 VCR 2.943396 0.0253381599 RATA-RATA PRODUKTIVITAS
MAX 4.00 0.0343069772 MAX
MIN 0 0.0160606070 MIN
INTERVAL 0.40 0.0018246370 INTERVAL
NISBAH TAJUK HIDUP LCR BOBOT CROWN DIEBACK (%) BOBOT TRANSPARANSI TAJUK (%) BOBOT KERAPATAN TAJUK (%) BOBOT DIAMETER TAJUK BOBOT VCR PRODUKTIVITAS (m2)
NISBAH TAJUK HIDUP LCR BOBOT CROWN DIEBACK (%) BOBOT TRANSPARANSI TAJUK (%) BOBOT KERAPATAN TAJUK (%) BOBOT DIAMETER TAJUK BOBOT VCR PRODUKTIVITAS (m2)
UTSB (m)
NO POHON DBH (cm) TINGGI (m) TBBC (m) LOKASI KERUSAKAN BOBOT TIPE KERUSAKAN BOBOT TINGKAT KERUSAKAN (%) BOBOT IK
U T S B
1 16.7 13 7 2.0 2 4 3 2 2 2 1.7 20 1.2 4.08
2 15.3 12 9 1.0 1 2 1 8 1 20 1 26 1.2 1.2
3 20.5 14 10 3.0 4 4 3 0 0 0 0 0 0 0
4 15.5 12 8 4.0 1 3 4 0 0 0 0 0 0 0
5 20.3 14 8 3.0 1 3 2 1 2 3 1.5 20 1.2 3.6
6 17.8 14 9 1.0 2 1 1 9 1 24 1 30 1.3 1.3
7 18.5 13 8 4.0 1 3 4 6 1.2 5 1.7 30 1.3 2.652
8 20.6 14 10 3.0 2 4 2 8 1 20 1 22 1.2 1.2
9 18.9 14 10 1.0 3 2 1 1 2 11 2 25 1.2 4.8
10 16.2 13 6 4.0 4 1 3 0 0 0 0 0 0 0
11 19.5 13 9 2.0 2 3 4 6 1.2 5 1.7 30 1.3 2.652
12 19.7 14 10 2.0 2 2 3 0 0 0 0 0 0 0
13 19.9 14 8 4.0 2 4 4 7 1 22 1 21 1.2 1.2
14 18.8 14 8 3.0 4 2 3 6 1.2 5 1.7 10 1.1 2.244
15 18.7 13 6 3.2 3.2 2.1 1.5 9 1 24 1 40 1.4 1.4
16 17 16 7.5 3.0 2.1 1.7 4.1 5 1.6 4 1.5 20 1.2 2.88
17 19.8 18 7 1.3 1.7 2.6 2.4 6 1.2 6 1.7 25 1.2 2.448
18 18.5 18 6 1.4 1.7 1.6 1.4 0 0 0 0 0 0 0
19 16.3 18 8 3.0 1.6 2 1.3 0 0 0 0 0 0 0
20 17.1 16 7 2.9 1.2 1.3 1.6 2 2 5 1.7 30 1.3 4.42
21 16 15 7.5 1.2 3.2 3.2 2.4 2 2 5 1.7 25 1.2 4.08
22 17.1 16 8 1.4 2.7 2.6 2.1 5 1.6 4 1.5 10 1.1 2.64
23 18 15 7 3.0 2 1.4 3.2 6 1.2 6 1.7 15 1.1 2.244
24 15.6 12 6.5 2.9 1.2 2.4 1.6 3 1.8 5 1.7 20 1.2 3.672
25 17.4 16 8.5 2.3 3.2 2.3 2 6 1.2 4 1.5 25 1.2 2.16
26 16 15 7 1.4 2.7 2.6 2.1 6 1.2 4 1.5 40 1.4 2.52
27 19.2 17 8 2.9 2.3 1.4 3.2 4 1.8 3 1.5 15 1.1 2.97
NISBAH TAJUK HIDUP LCR BOBOT CROWN DIEBACK (%) BOBOT TRANSPARANSI TAJUK (%) BOBOT KERAPATAN TAJUK (%) BOBOT DIAMETER TAJUK BOBOT VCR PRODUKTIVITAS (m2)
Skoring
No. PU Rata-Rata Produktivitas Rata-Rata IK Rata-Rata VCR Total
PU 1 5 8 7 20
- INDIKATOR PK 2
Indikator
Produktivitas (LBDS) Kerusakan Pohon (IK) Kondisi Tajuk (VCR) Skor
0.033979 - 0.0321 0 - 0.41 4 - 3.8 10
0.032221 - 0.0303 0.4081 - 0.82 3.7 - 3.5 9
0.030362 - 0.0284 0.8161 - 1.22 3.4 - 3.2 8
0.028504 - 0.0265 1.2241 - 1.63 3.1 - 2.9 7
0.026645 - 0.0247 1.6321 - 2.04 2.8 - 2.6 6
0.024787 - 0.0228 2.0401 - 2.45 2.5 - 2.3 5
0.022928 - 0.0210 2.4481 - 2.86 2.2 - 2 4
0.021070 - 0.0191 2.8561 - 3.26 1.9 - 1.7 3
0.019211 - 0.0173 3.2641 - 3.67 1.6 - 1.4 2
0.017352 - 0.0154 3.6721 - 4.08 1.3 - 1.1 1
Rata-Rata
No. PU Rata-Rata IK Rata-Rata VCR
Produktivitas
PU 2 0.0240 1.423 2.885
Skoring
Rata-Rata
No. PU Rata-Rata IK Rata-Rata VCR Total
Produktivitas
PU 2 5 7 7 19
- INDIKATOR PK 3
Indikator
Produktivitas (LBDS) Kerusakan Pohon (IK) Kondisi Tajuk (VCR) Skor
0.033654 - 0.0318 0 - 0.41 4 - 3.8 10
0.031928 - 0.0300 0.4081 - 0.82 3.7 - 3.5 9
0.030102 - 0.0282 0.8161 - 1.22 3.4 - 3.2 8
0.028276 - 0.0263 1.2241 - 1.63 3.1 - 2.9 7
0.026450 - 0.0245 1.6321 - 2.04 2.8 - 2.6 6
0.024624 - 0.0227 2.0401 - 2.45 2.5 - 2.3 5
0.022798 - 0.0209 2.4481 - 2.86 2.2 - 2 4
0.020972 - 0.0190 2.8561 - 3.26 1.9 - 1.7 3
0.019146 - 0.0172 3.2641 - 3.67 1.6 - 1.4 2
0.017320 - 0.0154 3.6721 - 4.08 1.3 - 1.1 1
Skoring
No. PU Rata-Rata Produktivitas Rata-Rata IK Rata-Rata VCR Total
PU 3 5 7 7 19
- INDIKATOR PK 4
Indikator
Produktivitas (LBDS) Kerusakan Pohon (IK) Kondisi Tajuk (VCR) Skor
0.033329 - 0.0317 0 - 0.48 4 - 3.8 10
0.031817 - 0.0301 0.4801 - 0.96 3.7 - 3.5 9
0.030204 - 0.0285 0.9601 - 1.44 3.4 - 3.2 8
0.028591 - 0.0269 1.4401 - 1.92 3.1 - 2.9 7
0.026979 - 0.0253 1.9201 - 2.40 2.8 - 2.6 6
0.025366 - 0.0237 2.4001 - 2.88 2.5 - 2.3 5
0.023754 - 0.0220 2.8801 - 3.36 2.2 - 2 4
0.022141 - 0.0204 3.3601 - 3.84 1.9 - 1.7 3
0.020529 - 0.0188 3.8401 - 4.32 1.6 - 1.4 2
0.018916 - 0.0172 4.3201 - 4.80 1.3 - 1.1 1
Skoring
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
No. PU Total
Produktivitas IK VCR
PU 4 5 6 7 18
- REKAP DATA SKORING
Rata-Rata Rata-Rata
No. PU Rata-Rata IK Total Kategori
Produktivitas VCR
PU 1 5 8 7 20 Tinggi
PU 2 5 7 7 19 Tinggi
PU 3 5 7 7 19 Tinggi
PU 4 5 6 7 18 Sedang
2. Pembahasan
Praktikum acara 11 yang berjudul “Monitoring Kesehatan Hutan
(Terestrial)” membahas mengenai monitoring kesehatan hutan yang
dilakukan secara terrestrial. Terrestrial sendiri memiliki pengertian yang
berkaitan dengan tanah atau permukaan tanah. Sehingga dalam konteks ini
monitoring kesehatan hutan secara terrestrial memiliki pengertian sebagai
proses pemantauan kesehatan hutan yang tumbuh pada tanah kawasan
hutan. Tumbuhan terrestrial adalah tumbuhan yang hidup diatas permukaan
tanah yang mana biasanya didominasi oleh jenis tanaman yang berupa
pohon. Dalam monitoring kesehatan hutan kali ini menggunakan tegakan
jati yang terdiri dari 4 petak ukur.
Perumusan jaminan kualitas (mutu) indikator ekologis kesehatan
hutan yang dikemukakan oleh Supriyanto et al. (2001), yaitu produktivitas,
biodiversitas, vitalitas, dan kualitas tapak perlu dilakukan pengujian
dengan cara melakukan wawancara terhadap para pakar (seseorang yang
mempunyai pengetahuan dan pengalaman spesifik dalam suatu bidang).
Pengolahan dan analisis data dilakukan terhadap hasil pengukuran
parameter dari indikator ekologis kesehatan hutan. Pertumbuhan pohon
dihitung sebagai pertumbuhan luas bidang dasar (LBDS). Kondisi
kerusakan pohon dihitung berdasarkan indeks kerusakan (Mangold, 1997;
USDA-FS, 1999; Nuhamara et al., 2001; Nuhamara & Kasno, 2001) yang
diperhitungkan dalam dua tingkat, yakni pada tingkat pohon (Tree Level
Index/TLI) dan tingkat klaster (Cluster Level Index/CLI). Kondisi tajuk
diperoleh dari hasil penggabungan parameter kondisi tajuk (Nuhamara &
Kasno, 2001) yang dikumpulkan kedalam peringkat penampakan tajuk
(Visual Crown Rating/VCR). Kualitas tapak diperoleh dari data tingkat
kesuburan tanah yang diwakili oleh nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation)
hasil dari analisis tanah.
Produktivitas ditentukan oleh dua faktor, yaitu kondisi tapak tumbuh
dan vitalitas tegakan (Supriyanto et al., 2001). Gintings & Nuhamara
(2001) menyatakan bahwa kualitas tapak menjadi salah satu indikator
kesehatan hutan yang penting karena merupakan suatu pengukuran yang
mengacu kepada kemampuan tapak tumbuh, terutama tanah untuk
menyokong pertumbuhan tanaman. Vitalitas merupakan suatu hal yang
dapat menggambarkan tingkat kesuburan suatu spesies dalam
perkembangannya sebagai respon terhadap lingkungan (Pranata, 2012).
Vitalitas dapat dijelaskan atau dicirikan oleh kondisi kerusakan pohon dan
kondisi tajuk. Vitalitas pohon yang ditunjukkan oleh kondisi kerusakan
pohon dan kondisi tajuk pohon adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan pohon sehingga akan mempengaruhi kuantitas dan
kualitas kayu olahan yang akan dihasil-kan (Putra et al., 2010).
Pertumbuhan pohon adalah perkembangan yang dinyakan dalam
pertumbuhan ukuran suatu sistem organik selama jangka waktu tertentu
(Riyanto, 2009) dan dapat diukur dengan menggunakan berbagai
parameter. Parameter pertumbuhan pohon antara lain adalah diameter
pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Philip (1994) bahwa pertumbuhan
diameter pohon merupakan parameter pertumbuhan pohon yang mudah
dalam pengukurannya dan memiliki tingkat konsistensi yang tinggi.
Pertumbuhan diameter pohonmenurut Cline (1995) dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan pertumbuhan LBDS pohon. Dampak dari
kerusakan pohon akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan yang menurun,
kondisi tajuk yang rendah, kehilangan biomassa, dan terutama kematian;
serta akan berdampak pada kesehatan hutan secara keseluruhan (Nuhamara
et al., 2001).
Kerusakan pohon akan sangat berperan sebagai peringatan dini, dan
akan memberikan informasi tentang kelenturan, kelestarian, produktivitas
dan kelestarian hutan. Nilai indeks kerusakan pada tingkat pohon dibagi
dalam dua tingkat yang berbeda, yaitu pada tingkat pohon dan tingkat plot.
Menurut Mangold (1997) menyatakan bahwa konsep penilaian kesehatan
hutan menurut kerusakannya ditentukan oleh tingkat kesehatan pohon
penyusunnya dan dipengaruhi oleh penyebab dan tipe kerusakan yang
terjadi pada pohon tersebut. Tipe kerusakan pohon, lokasi terjadinya
kerusakan pada pohon, dan tingkat keparahan yang ditimbulkan dapat
menggambarkan kerusakan pohon, sedangkan nilai indeks kerusakan
tingkat klaster merupakan dasar untuk mengetahui kondisi kerusakan suatu
vegetasi.
Kondisi tajuk pohon diukur berdasarkan parameter-parameter
sebagai berikut rasio tajuk hidup, Kerapatan tajuk, transparansi tajuk,
Diameter tajuk, dan dieback (Nuhamara & Kasno 2001). Parameter-
parameter kondisi tajuk tersebut dikumpulkan dalam sebuah peringkat
penampakan tajuk (Visual Crown Rating/VCR) dengan nilai VCR pada
masing-masing klaster plot. Berdasarkan klasifikasi VCR (1 = sangat
rendah, 2 = rendah, 3 = sedang, dan 4 = tinggi), maka VCR pada semua
klaster plot termasuk sangat rendah dan rendah. Kondisi tajuk pohon akan
sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis sehingga apabila tajuk
pohon mengalami kerusakan, maka unsur hara yang diperlukan untuk
proses fotosintesis akan terhambat atau hanya sedikit yang diangkut ke
bagian daun dan bagian pohon lainnya. Nilai VCR merupakan penjumlahan
lima parameter pengukuran tajuk, yaitu rasio tajuk hidup, transparasi tajuk,
kerapatan tajuk, diameter tajuk dan dieback (Nuhamara & Kasno, 2001).
Dengan demikian, nilai VCR tersebut dipengaruhi oleh kelima parameter
pengukuran tajuk tersebut. Rasio tajuk hidup (Live Crown Ratio / LCR)
menunjukkan proporsi panjang tajuk terhadap tinggi pohon. (Safe’i, dkk.
2015)
Rata-rata rasio tajuk hidup pada sebagian besar klasterplot
mengalami penurunan. Kerapatan tajuk (Crown density / Cden) meliputi
jumlah bagian dari tanaman, seperti daun, cabang, dan buah, yang
memblokir datangnya sinar matahari yang masuk melalui kanopi pohon.
Jadi kerapatan tajuk menunjukkan persentase dari total cahaya yang
diblokir oleh pepohonan. Rata-rata kerapatan tajuk pada sebagian
klasterplot menunjukkan kecenderungan terjadi peningkatan. (Safe’i, dkk.
2015)
Nilai kerapatan tajuk yang tinggi menunjukkan bahwa pohon
memiliki sejumlah besar dedaunan yang tersedia untuk fotosintesis. Nilai
kerapatan tajuk yang rendah menunjukkan pohon tersebut miskin
dedaunan, tajuk yang tipis, atau tajuk meranggas yang disebabkan oleh
kerusakan karena serangan serangga dan penyakit atau faktor lingkungan
lainnya seperti kekeringan, angin, persaingan, atau pemadatan tanah.
Diameter tajuk merefleksikan panjang aktual tajuk. Rata-rata diameter
tajuk pada klasterplot mengalami peningkatan. Angka diameter tajuk yang
cenderung meningkat menunjukkan kondisi tajuk yang lebar dan lebat.
Tajuk yang lebar dan lebat dapat memfasilitasi proses fotosintesis yang
mendorong laju pertumbuhan pohon. Pada tajuk yang kecil dan jarang
menunjukkan kondisi tapak tumbuh yang tidak atau kurang mendukung
pertumbuhan atau ada persoalan disistem perakaran pohon. (Safe’i, dkk.
2015)
Program monitoring kesehatan hutan merupakan Program yang
dirancang untuk menentukan status, perubahan, dan tren dalam indikator
kondisi hutan pada dasar tahunan. Program FHM menggunakan data dari
petak tanah dan survei, survei udara, dan biotik lainnya dan sumber data
abiotik dan mengembangkan pendekatan analitis untuk mengatasi masalah
kesehatan hutan yang mempengaruhi keberlanjutan ekosistem hutan. Pada
monitoring kesehatan hutan secara terrestrial ini komponen-komponen
yang perlu diamati adalah produktivitas, kerusakan pohon, dan kondisi
tajuknya. Pada produktivitas pohon yang diukur adalah nilasi LBDS atau
luas bidang dasarnya. Kemudian untuk kerusakan pohon yang akan diamati
dan diukur adalah lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat kerusakan.
Dan yang terakhir pada kondisi tajuk yang akan diamati dan di ukur adalah
kerapatan tajuk, crown dieback, transparasi, kerapatan tajuk, dan diameter
tajuk.
Untuk lokasi kerusakan pohon sendiri memiliki kode dari angka 0-
9 yang mana lokasi kerusakannya berbeda-beda tergantung dengan
keterangan kode yang sudah ada. Untuk tipe kerusakan pohon sendiri
memiliki beberapa kode diantaranya 01, 02, 03, 04, 05, 06, 11, 12, 13, 20,
21, 22, 23, 24, 25, 31. Setiap kode-kode tersebut memiliki keterangan tipe-
tipe kerusakan/penyakit yang menyerang pada tanaman. Selanjutnya
tingkat keparahannya kerusakan pohon dinyatakan dalam bentuk persen
(%). Parameter pengukuran kondisi kerusakan pohon (tipe kerusakan,
lokasi kerusakan dan tingkat keparahan) dirumuskan dalam sebuah Indeks
Kerusakan (IK). Dimana IK memiliki rumus, IK = bobot lokasi
kerusakan x bobot tipe kerusakan x bobot tingkat keparahan.
Kemudian untuk kondisi tajuk tepatnya bagian nisbah tajuk hidup
(live crown ratio-LCR), yaitu nisbah panjang batang pohon yang tertutup
daun terhadap tinggi total pohon. Kerapatan tajuk (crown density-CDen),
yaitu berapa presentase cahaya matahari yang tertahan oleh tajuk yang
tidak mencapai permukaan tanah. Crown dieback (CDB), yaitu kematian
pada pucuk tajuk pohon atau cabang dan ranting yang baru saja mati
dimana bagian yang mati dimulai dari bagian ujung yang merambat ke
bagian pangkal. Transparansi tajuk (foliage transparency-FT) yaitu jumlah
presentase cahaya matahari yang melewati tajuk dan dapat mencapai di
permukaan tanah. Dan yang terakhir, diameter tajuk-Cd (Crown diameter
width-CdWd dan crown diameter at 900 -CD90), yaitu nilai rata-rata dari
pengukuran panjang dan lebar tajuk yang bersangkutan. Setelah diperoleh
seluruh data kondisi tajuk, kemudian dilakukan penilaian persentase
kriteria kondisi tajuk dan dilanjutkan penetapan nilai peringkat Visual
Crown Rating (VCR) individu pohon.
Pada kondisi tajuk tepatnya pada kelima parameter yakni nisbah
tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparasi tajuk, crown dieback, dan diameter
tajuk. memiliki tiga klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah baik yang
memiliki nilai 3. Kemudian klasifikasi kedua adalah sedang yang memiliki
nilai 2. Dan yang terakhir klasifikasi jelek yang memiliki nilai 1. Pada
kaitannya dengan nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparasi tajuk,
crown dieback, dan diameter tajuk memiliki rentang klasifikasi dari baik
hingga jelek dengan bentuk persen.
Nisbah tajuk hidup klasifikasi baik memiliki angka >40%, untuk
klasifikasi sedang memiliki rentang angka 20-35%, dan untuk klasifikasi
jelek memiliki rentang angka 5-15%. Untuk kerapatan tajuk klasifikasi baik
memiliki angka >55%, untuk klasifikasi sedang memiliki rentang angka
25-50%, dan untuk klasifikasi jelek memiliki rentang angka 5-20%.
Kemudian pada transparasi tajuk klasifikasi baik memiliki angka >0-45%,
untuk klasifikasi sedang memiliki rentang angka 50-70%, dan untuk
klasifikasi jelek memiliki rentang angka >75%. Pada crown dieback
klasifikasi baik memiliki angka 0-5%, untuk klasifikasi sedang memiliki
rentang angka 10-25%, dan untuk klasifikasi jelek memiliki rentang angka
>30%. Dan yang terakhir pada diameter tajuk klasifikasi baik memiliki
angka >10.1%, untuk klasifikasi sedang memiliki rentang angka 2.5-10%,
dan untuk klasifikasi jelek memiliki rentang angka <2.4%.
Nilai VCR memiliki empat tingkatan yakni tinggi, sedang, rendah,
dan sangat rendah. Tinggi memiliki kode 4, sedang diberi kode 3, rendah
dengan kode 2, dan yang terakhir sangat rendah memiliki kode 1.
Dikatakan memenuhi kategori tinggi apabila seluruh parameter kondisi
tajuk bernilai 3, atau hanya 1 parameter yang memiliki nilai 2, tidak ada
parameter yang bernilai 1. Selanjutnya dikatakan sedang apabila memnuhi
kriteria lebih banyak kombinasi antara 3 dan 2 pada parameter tajuk, atau
semua bernilai 2, tetapi tidak ada parameter yang bernilai 1. Dikatakan
kategori rendah jika kriterianya setidaknya 1 parameter bernilai 1, tetapi
tidak semua parameter. Dan yang terakhir dikategorikan sangat rendah
apabila seluruh parameter kondusi tajuknya bernilai 1.
Berdasarkan data yang telah dihitung dapat diketahui bahwa pada
petak ukur 1 memiliki jumlah pohon 53, petak ukur 2 memiliki jumlah
pohon 52, PU 3 memiliki jumlah pohon 51, dan pada PU 4 memiliki jumlah
pohon 52. Untuk seluruh PU penilaian kesehatan pohon yang ada pada data
harus selalu ditentukan bobotnya. Dimana pada seluruh komponen kondisi
tajuk dan kerusakan pohon harus di tentukan bobotnya sesuai dengan
ketentuan yang tertera pada cara kerja. Pada kondisi tajuk yang telah
dihitung IK ya memiliki rata-rata IK pada masing-masing PU secara
berurut-urut sebagai berikut : 1.103735849, 1.4226538, 1.5777647,
1.9487308. Dan rata-rata produktivitasnya dari PU 1 hingga PU 4 secara
berturut-turut : 0.0253381599, 0.0239755477, 0.0236483233, dan
0.0252752306.
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka akan dilakukan skoring
atau penilaian kesehatan tegakan hutan didapatkan berdasarkan data
produktivitas, kondisi kerusakan, dan kondisi tajuk pohon. Nilai skor
diperoleh melalui penentuan nilai selang (interval) terhadap nilai setiap
parameter. Skoring untuk setiap indikator diberikan interval 0‒ 10.
Indicator produktivitas diurutkan dari atas mulai dari LBDS tetinggi hingga
LBDS terendah, kemudian untuk indicator kerusakan pohon diurutkan dari
IK terendah hingga IK tertinggi, dan untuk kondisi tajuk diurutkan dari
VCR tertinggi hingga VCR terendah.
Nilai akhir kesehatan hutan didapat dari jumlah skoring dari seluruh
indikator (skor produktivitas + skor kerusakan pohon + skor kondisi tajuk)
dengan interval 0‒30. Semakin tinggi nilai skor menunjukkan tingkat
kesehatan yang semakin tinggi. Kondisi kesehatan tegakan ditentukan
berdasarkan nilai berikut: 1 ‒ 6 : sangat rendah; 7 – 12 : rendah; 13 ‒ 18 :
sedang 19 ‒ 24 : tinggi (sehat); 25 – 30 : sangat tinggi (sangat sehat).
Berdasarkan rekap data hasil skoring kondisi kesehatan tegakan pada PU 1
memiliki skor total 20 yang menunjukkan bahwa kesehatan tegakan dalam
kawasan tersebut relative tinggi. Kemudian kondisi tegakan pada PU 2
memiliki total skor sebanyak 19 yang menunjukkan bahwa kesehatan
tegakan dalam kawasan tersebut relative tinggi. Kondisi tegakan pada PU
3 memiliki total skor sebanyak 19 yang menunjukkan bahwa kesehatan
tegakan dalam kawasan tersebut relative tinggi. Dan yang terakhir kondisi
tegakan pada PU 4 memiliki total skor sebanyak 18 yang menunjukkan
bahwa kesehatan tegakan dalam kawasan tersebut sedang.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara 11 yang berjudul “Monitoring Kesehatan
Hutan (Terestrial)” maka dapat disimpulkan bahwa teknik monitoring kesehatan
tegakan hutan secara terrestrial dilakukan dengan menggunakan data dari petak
tanah dan survei, survei udara, dan biotik lainnya dan sumber data abiotik dan
mengembangkan pendekatan analitis untuk mengatasi masalah kesehatan hutan
yang mempengaruhi keberlanjutan ekosistem hutan. Pada monitoring kesehatan
hutan secara terrestrial ini komponen-komponen yang perlu diamati adalah
produktivitas, kerusakan pohon, dan kondisi tajuknya. Pada produktivitas pohon
yang diukur adalah nilasi LBDS atau luas bidang dasarnya. Kemudian untuk
kerusakan pohon yang akan diamati dan diukur adalah lokasi kerusakan, tipe
kerusakan, dan tingkat kerusakan. Dan yang terakhir pada kondisi tajuk yang akan
diamati dan di ukur adalah kerapatan tajuk, crown dieback, transparasi, kerapatan
tajuk, dan diameter tajuk.
Parameter pengukuran kondisi kerusakan pohon (tipe kerusakan, lokasi
kerusakan dan tingkat keparahan) dirumuskan dalam sebuah Indeks Kerusakan
(IK). Dimana IK memiliki rumus, IK = bobot lokasi kerusakan x bobot tipe
kerusakan x bobot tingkat keparahan. Pada kondisi tajuk tepatnya pada kelima
parameter yakni nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparasi tajuk, crown
dieback, dan diameter tajuk. memiliki tiga klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah
baik yang memiliki nilai 3. Kemudian klasifikasi kedua adalah sedang yang
memiliki nilai 2. Dan yang terakhir klasifikasi jelek yang memiliki nilai 1. Pada
kaitannya dengan nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparasi tajuk, crown
dieback, dan diameter tajuk memiliki rentang klasifikasi dari baik hingga jelek
dengan bentuk persen.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Cline, S.P. (1995). FHM: Environmental monitoring and assessment program.
Washington D.C.: U.S. Environmental Protection Agency, Office of
Research and Development.
Gintings, A.N., & Nuhamara, S.T. (2001). Soil indicator: Present status of site
quality. Di dalam: Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability
of Indonesian Tropical Rain Forest. Volume I. Bogor: ITTO, Japan and
SEAMEO-BIOTROP.
Nuhamara, S.T. & Kasno. (2001). Present status of crown indicators. Dalam Forest
Health Monitoring to Monitor The Sustainability of Indonesian Tropical
Rain Forest. Volume I. Bogor: ITTO,JapanandSEAMEO-BIOTROP.
Nuhamara, S.T., & Kasno. (2001). Present Status of Forest Vitality. Dalam Forest
Health Monitoring to Monitor The Sustainability of Indonesian Tropical
Rain Forest. Volume II. Bogor: ITTO, Japan and SEAMEO-BIOTROP.
Nuhamara, S.T., Kasno, & Irawan, U.S. (2001). Assessment on Damage Indicators
in Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability of Indonesian
Tropical Rain Forest. Dalam: Forest Health Monitoring to Monitor The
Sustainability of Indonesian Tropical Rain Forest. Volume II. Bogor: ITTO,
Japan and SEAMEO-BIOTROP.
Philip, M.S. (1994). Measuring trees and forest. CAB Int. Wallingford.
Pranata, R.A. (2012). Ekologi tumbuhan: Vitalitas. Akses tanggal 15 Juli 2013
pada: http://rianbio. wordpress.com/ rianhilyawan12-2/page/4/.
Putra, E.I., Supriyanto, & Purnomo, H. (2010). Metode penilaian kesehatan hutan
alam produksi berbasis indikator ekologis. Prosiding seminar nasional
Kontribusi Litbang dalam Pening-katan Produktivitas dan Kelestarian
Hutan; Bogor, 29 November 2010. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas
Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kemen-terian
Kehutanan. Bogor. p. 89-94.