Anda di halaman 1dari 9

RECORDING PADA USAHA TERNAK PERAH

1. Pengantar
Setiap usaha yang sukses, baik usaha pertanian maupun nonpertanian, selalu memerlukan suatu sistim
penanganan catatan (record-keeping system) agar dapat melaksanakan manajemen dan evaluasi usaha secara
efektif. Hal yang sama juga berlaku dalam usaha ternak perah.
Catatan (records) yang lengkap dan akurat adalah ibarat tulang punggung bagi pengelolaan suatu usaha
ternak perah yang menguntungkan. Dengan adanya penggunaan rekording yang lengkap dalam pengambilan
keputusan-keputusan dapat mengubah usaha ternak yang merugi menjadi menguntungkan dan bahkan
mengubah usaha yang menguntungkan menjadi jauh lebih menguntungkan. Berdasarkan pengamatan selama
bertahun-tahun dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab utama yang membuat sebuah usaha ternah perah
merugi bahkah bangkrut adalah tidak adanya rekording yang baik.
Tujuan utama menyediakan rekording pada usaha ternak perah adalah untuk menyediakan informasi yang
lengkap dan terperinci tentang ternak sapi secara baik individu maupun secara kelompok (herd), yang diperlukan
dalam rangka (1) pengambilan keputusan sehari-hari (misalnya jumlah pemberian konsentrat bagi setiap sapi
dan untuk menentukan secara tepat kapan mengawinkan, mengeringkan atau mengafkir seekor sapi serta
bagaimana memberi pengobatan/penanganan bagi seekor ternak yang sakit atau menunjukkan kelainan); (2)
evaluasi terhadap manejemen yang sedang dijalankan; dan (3) perencanaan jangka panjang. Berdasarkan
informasi yang diringkas dari record secara bulanan, semi-annual atau annual akan sangat berguna bagi
pengelola usaha ternak perah untuk menentukan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness) dan keuntungan
(profitability) dari saha ternaknya.
Syarat-syarat rekording usaha ternak perah yang baik adalah sederhana/ praktis, lengkap, akurat, up-to-
date, mudah dimengerti serta memerlukan waktu yang minimum untuk mengerjakannya.
Tanpa rekording yang akurat, ternak-ternak produktif akan dipandang sama posisinya dengan ternak yang
jelek produksinya, paling tidak dalam pikiran si peternak tadi. Dengan demikian pengadaan rekording adalah
suatu keharusan dalam suatu usaha ternak perah yang berorientasi bisnis modern.
Sistem pencatatan dalam kegiatan usaha sapi perah berkembang dengan pesat di negara
Eropa maupun Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh suatu organisasi yang berlokasi di
negara Denmark pada tahun 1895, selanjutnya system pencatatan ini berkembang dan saat ini
memegang peranan yang cukup penting di negara-negara tersebut dan dengan keuntungan yang
cukup besar pula.

2. Identifikasi Sapi Perah


Salah satu fungsi penting dari program rekording adalah menyediakan indentitas bagi setiap sapi dalam
kelompoknya. Keputusan-keputusan manajemen harian yang berkaitan dengan breeding, pemberian pakan,
seleksi, penanganan kebuntingan/beranak dan pengafkiran akan sanngat tergantung kepada identifikasi ternak
secara akurat.

2.1. Kegunaan Identifikasi


Merencanakan suatu sistim identifikasi yang dapat membantu memperoleh, mencatat dan
mengorganisasikan informasi adalah langkah pertama dalam mengembangkan setiap jenis sistim recording.
Setiap nama atau nomor dari seekor ternak harus dicatat pada masing-masing recordnya. Hal ini akan
memudahkan dalam menemukan record dan menjamin bahwa record tidak saling campur aduk.
Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan nama atau nomor, tergantung pada kebutuhan
peternak. Penggunaan nama lebih sering dignakan pada kelompok kecil dan pada sapi-sapi terdaftar (registered).
Nomor yang digunakan dapat berupa nomor kandang, nomor anting-anting telinga (ear tag) atau sistim
penomoran lain yang dapat dipilih oleh peternak. Sistim edentifikasi yang baik terutama sangat membantu bila
pengerjaan recording ditangani oleh lebih dari satu orang. Sebagai contoh, dapat digunakan untuk menandai
seekor sapi yang perlu perhatian khusus saat pemerahan.
Peternak yang memiliki sapi ras murni (purebreed) memerlukan sistim identifikasi yang baik untuk
mendaftarkan ternak-ternaknya. Asosiasi breed dapat memberi rekomendasi dan menunjukkan segala sesuatu
yang diperlukan untuk registrasi. Peternak dituntut agar bersungguh-sungguh dalam menuliskan setiap informasi
ini.

2.2. Merencanakan Sistim Identifikasi


Peternak yang mencatatkan informasi ketika peristiwanya berlangsung biasanya memiliki record yang baik.
Menunda pencatatan sampai hari berikutnya membuat peternak akan condong melupakan beberapa fakta yang
bermanfaat. Cara yang baik adalah memberi seekor pedet identitas segera sesudah ia dilahirkan. Hal ini akan
memperkecil kemungkinan terjadinya kebingungan bila lebih dari satu ekor pedet lahir dalam satu hari. Selain
memberi identitas berupa nama atau nomor, peternak juga harus menuliskan tanggal lahir pedet, nama tetua
jantannya (ayah) dan nama induknya. Fakta- fakta ini dapat dicatat pada sebuah record identitas yang
sederhana. Sebagian sistim identifikasi kurang cocok digunakan bagi pedet yang baru lahir. Oleh sebab itu adalah

1
baik bila seorang peternak berkonsultasi dengan peternak lain menngenai pengalaman mereka dengan sistin
identifikasi pedet.
Ada dua kategori sistim identifikasi - temporer dan permanen -yang dibedakan berdasarkan mudah
tidaknya identitas tersebut hilang.
Anting-anting (ear tag), rantai leher dan gelang kaki (ankle tag) termasuk penanda (mark) temporer karena
ternak mudah menghilangkannya. Yang termasuk penanda permanen (sulit hilang) antara lain adalah cap panas
(hot brand), cap beku (freeze brand), tato dan fotograf.
Tidak satupun dari sistim identifikasi di atas yang sempurna. Cap panas, walau permanen dan mudah
dilihat, sulit diaplikasikan. Tato dan fotograf, walau mudah dibuat, sulit digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Karena alasan ini, peternak lebih menyukai sistim kombinasi yaitu memakai sistim temporer yang mudah
diaplikasikan untuk pencatatan sehari-hari dan sistim permanen sebagai cadangan bila penanda temporer
hilang.
Sebagian peternak lebih suka menggunakan angka berurutan (seperti 1, 2, 3 dst) dalam sistim identifikasi.
Angka berurutan memiliki keunggulan karena tidak akan pernah terduplikasi. Namun, pada kelompok sapi yang
besar cara ini sulit ditangani karena jumlahnya menjadi sangat besar. Nomor yang sangat besar kemungkinan
sekali tidak muat pada anting-anting atau gelang kaki. Angka berurutan tidak digunakan pada penanda berupa
cap panas atau beku karena angka yang besar sulit diaplikasikan dan mendatangkan rasa sakit berlebihan saat
dicapkan. Sebagian penanda temporer seperti anting-anting atau gelang kaki dari plastik dapat dinomori secara
berurutan dengan tinta khusus.
Cara lain yang juga sering digunakan dalam identifikasi ternak adalah dengan nomor kode. Sebagai contoh,
nomor 966 dapat berarti anak sapi ke-66 yang lahir pada tahun 1989, sementara nomor A966 dapat berarti anak
sapi ke-66 yang lahir pada tahun 1989 dimana bapaknya adalah jantan dengan kode huruf "A". Kode-kode
seperti ini sering digunakan pada kelompok besar dengan beberapa ekor pejantan, untuk mengidentifikasi
pejantan mana yang menghasilkan anak-anak terbaik. Kode yang sederhana dengan jumlah nomor sama atau
kurang dari empat lebih disukai.

2.3. Metode-metode Identifikasi

a. Label Kandang (Barn Nameplates). Pada usaha ternak perah yang menggunakan kotak kandang (stall barn),
nomor kotak kandang sering digunakan sebagai identititas sapi perah. Label yang paling sering digunakan
adalah yang berukuran lebar 6 - 8 inci (9 - 12 cm) dan panjang 14 - 18 inci (35 - 45 cm) dari bahan kertas
tebal, plastik, papan atau plywood. Untuk memperoleh keseragaman, label tersebut biasanya diberi garis-
garis sebagai tempat untuk menuliskan nama atau nomor sapi, umur, tanggal kawin, tanggal melahirkan,
produksi susu, kandungan lemak susu, tipe ransum dan data lain yang dianggap perlu yaitu yang merupakan
informasi dasar mengenai seekor ternak.
b. Tato Telinga (Ear Tattoos). Tato telinga dibuat dengan membuat lobang-lobang kecil menggunakan jarum
khusus di sekitar bagian dalam telinga lalu lobang- lobang tersebut diolesi dengan tinta khusus. Sebuah tang
khusus dibunakan untuk melobangi kulit telinga dalam bentuk huruf atau nomor tertentu. Sebelum
dilobangi, bagian dalam telinga dibersihkan terlebih dulu untuk mencegah infeksi dan menjamin agar
pelumeran tinta tidak sampai terhalang oleh kotoran yang melekat pada telinga. Tinta ini tidak bisa dihapus
kalau luka sudah sembuh, sehingga nomor atau huruf yang terbentuk menjadi permanen. Guna memperoleh
nomor/huruf tato yang berbeda-beda digunakan tang tato yang kepalanya dapat berputar.
c. Foto dan Sketsa (Photograph and Sketches). Identifikasi dengan foto dan sketsa dapat digunakan untuk sapi-
sapi yang memiliki warna bulu yang tidak seragam seperti sapi FH, Guernsey dan Ayrshire. Pola penyebaran
warna bulu (broken colot pattern), sama seperti sidik jari, adalah besifat khas untuk setiap ekor sapi sehingga
dapat digunakan sebagai identitas yang unik. Banyak di antara format rekor/file ternak yang dilengkapi
dengan sket/gambar sapi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan pola penyebaran warna seekor sapi.
Atau bila memungkinkan, dapat juga digunakan foto ternak tersebut yang diambil dari sisi kiri dan sisi kanan.
Kelemahan utama cara ini adalah tidak menyediakan banyak informasi terutama yang bersifat harian.
d. Cap Panas (Hot Brands). Cap panas termasuk metode pemberian tanda (marking) permanen dan mudah
dibaca. Namun demikian banyak peternak kurang menyukainya karena cara ini dapat mengubah
penampakan sapi, antara lain merusak kulit. Selain itu, cara ini memerlukan peralatan khusus untuk
memegang ternak saat pemberian cap panas. Selanjutnya, di beberapa negara cara ini tidak
direkomendasikan karena dianggap menyakiti ternak.
e. Cap Beku (Freeze Brands). Cap beku dibuat dengan peralatan khusus yang harganya mahal sehingga banyak
peternak menganggapnya kurang ekonomis. Namun di beberapa tempat pembuatan cap beku ini dilayani
oleh ahli veteriner atau penyedia jasa IB. Sebelum dicap, bulu di areal yang akan dicap digunting lalu dicuci
dengan alkohol. Branding iron (pembuat cap) yang umum digunakan memiliki kepala dari tembaga,
aluminium atau baja sedang untuk pembeku digunakan nitrogen cair atau campuran es kering. Setelah
didinginkan, besi pencap (branding iron) dilekatkan erat-erat ke kulit ternak selama 40 - 60 detik sehingga
kulit mengalami pembekuan. Faktor-faktor seperti jenis logam dan pendingan yang digunakan, umur ternak
serta banyak tidaknya bulu di tempat yang mau dicap akan mempengaruhi lama waktu yang diperlukan
untuk pelekatan besi pencap ke kulit ternak. Lima sampai enam minggu kemudian, kulit telah sembuh dari
pengaruh pembekuan dan bulu di atasnya tumbuh menjadi putih. Cap seperti ini bersifat permanen dan
harus ditaruh pada bulu berwarna gelap agar mudah kelihatan. Kesulitan dalam menyediakan peralatan
penjerat sapi serta alat dan bahan yang mahal membuat cara ini kurang populer.
f. Anting-anting Logam (Metal Ear Tags). Anting-anting logam merupakan bentuk identifikasi yang paling
umum digunakan. Mereka dilekatkan ke telinga dengan tang khusus. Di negara-negara maju, peternak bisa
memperoleh anting-anting logam yang sudah dilengkapi dengan nomor atau kode; namun peternak juga
dapat merancangnya sendiri menggunakan tinta khusus. Kelemahan cara ini adalah nomor atau kode agak
susah dibaca kecuali ternaknya sangat jinak sehingga mudah didekati atau kalau tidak ternak perlu dikurung
lebih dulu.
g. Anting-anting Plastik (Plastic Ear Tags). Selain dari logam, anting-anting ada juga yang terbuat dari plastik,
baik yang sudah dilengkapi dengan nomor/kode maupun yang masih kosong. Di pasaran tersedia anting-
anting plastik dengan warna dan bentuk yang berbeda-beda. Cara aplikasinya sama seperti anting-anting
logam yaitu menggunakan tang khusus.
h. Rantai dan Ikat Leher dengan Label Bernomor (Neck Chains and Straps with Numbered Tags). Berbagai
jenis label logam atau plastik dapat dilekatkan ke sebuah rantai, tali (rope) atau tali kulit (leathe strap) lalu
diikatkan ke sekitar leher. Yang paling umum digunakan adalah rantai leher. Cara ini terutama sangat cocok
bila ternak ditempatkan dalam kandang kotak (stall).
i. Label Pergelangan Kaki dan Ekor (Ankle and Tail Tags). Pergelangan kaki dan ekor dapat diberi gelang lalu
dilengkapi dengan label. Kelemahannya adalah label sering tertutupi oleh kotoran sehingga sulit dibaca.

2.4. Contoh-contoh Penggunaan Informasi Identitas


Terdapat banyak waktu di mana peternak memerlukan informasi tentang seekor ternak, antara lain :
- Ketika akan menseleksi pejantan, terutama ketika ada keraguan-raguan akan kemungkinan terjadinya kawin
sedarah (inbreeding).
- ketika seekor dara akan dikawinkan dan umurnya perlu diketahui.
- ketika sapi-sapi dara dievaluasi untuk dikawinkan dan satu dari sekian banyak jantan yang ada harus dipilih
sebagai pemacek terbaik.
- ketika mengevaluasitatalaksana pemeliharaan dan ketika menentukan apakah seekor sapi memiliki ukuran
tubuh yang tepat sesuai umurnya.
- ketika mengevaluasi performan reproduksi dan mengevaluasi umur birahi pertama seekor sapi dara.
- ketika mencek garis keturunan untuk menentukan sapi mana yang akan terus dipelihara dan mana yang akan
dijual.
- ketika akan mengafkir sapi dan perlu mengetahui umur sapi tersebut.

3. Recording
3.1 Tipe-tipe Records
Berdasarkan pembuat dan penyimpannya maka redords dapat dibedakan menjadi dua tipe : (1) hand-kept
records yaitu records yang dibuat dan disimpan sendiri oleh peternak, dan (2) officially-kept records yaitu
rekords yang disusun dan disimpan oleh badan atau lembaga khusus seperti dinas peternakan, asosiasi peternak
atau lembaga/perusahaan pelayanan IB. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, New Zeland
dan negara-negara Eropah para peternak membentuk atau masuk menjadi anggota suatu asosiasi; biasanya di
antara para peternak yang memelihara suatu ras sapi perah seperti Asosiasi Peternak FH, Asosiasi Peternak
Ayrshire dll. Asosiasi inilah yang menangani pembuatan record bagi para peternak anggotanya dengan
mengirimkan secara rutin petugasnya ke lapangan untuk mengambil data dari masing-masing ternak. Sayangnya
lembaga seperti ini belum ada beroperasi di Indonesia sehingga peternaklah sendirilah yang harus
bertanggungjawab membuat dan menyimpan record usahanya.
Hand-kept records berisi paling tidak informasi-informasi berikut dari tiap sapi :
a. Tanggal lahir dan tetua; paling tidak induk dan bapak dan kalau bisa juga kakek dan nenek.
b. Produksi susu; produksi mingguan atau bulanan dan perkiraan produksi total dalam satu masa laktasi.
c. Informasi reproduksi; birahi, perkawinan dan melahirkan.
d. Informasi kesehatan.

Selain itu, informasi berikut juga perlu dicatat :


a. Uji periodik tentang kandungan lemak susu dan komponen lain serta informasi-informasi lain tentang
prosuksi susu dalam satu masa laktasi yang turut dipertimbangkan dalam penentuan nilai/harga susu.
b. Konsumsi konsentrat data pakan khusus lainnya.
Informasi-informasi di atas dapat dimuat dalam berbagai bentuk buku seperti buku biasa (permanen-
page books), loose-leaf books atau map (separate folders) untuk masing-masing sapi. Masing-masing bentuk
buku ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Buku biasa unggul dalam hal kepraktisannya untuk dijaga (tidak
mudah hilang atau tepisah-pisah) sedangkan kelemahaanya adalah sulit memasukkan lembaran tambahan kalau
ada format/lembaran baru yang perlu ditambahkan. Keunggulan loose-leaf book adalah adanya kemudahan
untuk mengelompokkan lembaran-lembaran catatan sesuai kelompok sapi misalnya kelompok sapi dara, sapi
laktasi, sapi kering, sapi yang mati/sakit dan lain-lain; sedangkan kelemahannya adalah lembaran-lembaran
catatan
mudah lepas sehingga beresiko mudah hilang. Keunggulan sebuah map (separate folder) untuk setiap sapi
adalah kemudahan untuk lembaran-lembaran baru ke record setiap sapi misalnya kuitansi biaya IB atau
pengobatan; sedang kelemahannya antara lain adalah jumlah map harus disesuaikan dengan jumlah sapi
sehingga pada usaha ternak perah yang besar volume record menjadi sangat besar.

3.2 Jenis-jenis Records


a. Breeding Records
Breeding records atau catatan perkawinan merupakan salah satu sumber informasi penting dalam
pengelolaan ternak perah. Oleh sebab itu, catatan ini tidak boleh hanya dimuat dalam satu buku catatan
yang disimpan di lemari arsip melainkan harus ada juga duplikatnya di kandang sehingga dapat dilihat
dengan mudah setiap saat. Catatan perkawinan yang lengkap dan akurat sangat diperlukan untuk
menentukan kapan perkawinan dilakukan agar sapi dapat melahirkan sekali setahun, memberikan periode
istrahat yang cukup bagi seekor sapi setiap satu periode laktasi dan menentukan kapan pemberian
konsentrat dimulai sebelum laktasi berikutnya. Secara lebih lengkap kegunaan dari breeding record antara
lain adalah :
- Menentukan kapan seekor sapi mulai dikeringkan
- menaksir kapan seekor sapi akan melahirkan
- berguna dalam mengevaluasi fertilitas seekor pejantan
- berguna dalam mendiagnosis masalah/penyakit reproduksi
- menentukan kapan seekor sapi akan dikawinkan
- menentukan kapan saatnya pemeriksaan kebuntingan dilakukan
- berguna dalam merancang program pemberian pakan yang tepat, dan
- berguna sebagai sumber informasi tentang tetua seekor pedet.
Breeding record yang baik harus memiliki ciri-ciri : datanya selalu diperbaharui (kept up-to-date) dan
memuat semua informasi yang diperlukan. Mengingat waktu sangat mahal bagi peternak perah maka record
harus praktis (simple) dikerjakan dan mudah digunakan. Breeding record harus disimpan di tempat
yang bersih dan kering di tempat yang mudah dilihat dan dicapai dalam kandang serta dilewati beberapa kali
dalam sehari sehingga peternak/pekerja diingatkan agar menuliskan langsung informasi/data yang baru
diperoleh secepatnya. Breeding record yang lengkap memuat informasi-informasi berikut :
Identitas Ternak. Nama dan nomor identitas ternak ditulis di bagian atas lembaran catatan. Cara ini akan
meudahkan dalam mencari catatan masing-masing ternak. Tanggal lahir, nama bapak dan induk ditulis di
bawahnya. Pencatatan tanggal lahir akan membantu dalam mengidentifikasi sapi-sapi yang ukuran
tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya dan menentukan kapan seekor sapi dara harus dikawinkan.
Informasi-informasi seperti ini harus dicatat secepat mungkin segera setelah kelahiran seekor pedet.
Nama dan Identitas Bapak. Informasi ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perkawinan sedarah
(inbreeding). Peternak yang menggunakan metode IB perlu ekstra hati-hati dalam hal catatan nama
pejantan ini mengingat dengan metode IB maka semen dari pejantan tertentu dapat digunakan selama
bertahun-tahun sehingga meningkatkan kemungkinan seekor pejantan mengawini anak betinanya. Jenis
inbreeding lain yang mungkin terjadi adalah perkawinan antara jantan dan betina seayah; walau efeknya
tidak sejelek inbreeding ayah-anak, perkawinan antara ternak satu ayah tidak begitu diinginkan.
Tanggal Birahi dan Catatan Khusus (Heat Dates and Comment). Peternak harus mencatat tanggal birahi
dari setiap sapi (induk maupun dara) walaupun ternak tersebut belum akan dikawinkan pada saat
tersebut (kecuali sapi yang akan dijual atau dipotong). Dengan mengetahui tanggal birahi terakhir maka
tanggal birahi berikutnya dapat diperkirakan secara lebih akurat. Selanjutnya, dengan mengetahui tanggal
birahi secara tepat maka ternak dapat dikawinkan pada saat yang tepat. Mencatat ciri-ciri khas birahi
masing-masing sapi juga berguna untuk membantu peternak mengingat sapi-sapi yang menunjukkan
birahi lemah (weak heat), birahi pendek (short heat) atau ciri-ciri birahi lain yang memerlukan perhatian
khusus.
Tanggal Melahirkan dan Catatan Khusus (Calving Dates and Comment). Data tanggal melahirkan
diperlukan untuk menentukan seberapa cepat seekor sapi akan dikawinkan kembali setelah partus.
Sebagian besar sapi harus dikawinkan kembali 50 - 60 hari setelah partus. Interval waktu seperti ini akan
memberi kesempatan bagi saluran reproduksi untuk mencapai kesembuhan sempurna dari luka akibat
partus namun tepat dapat mencapai target melahirkan sekali setahun. Mengawinkan sapi terlalu cepat
setelah partus bukanlah praktek yang dianjurkan. Sapi-sapi yang alat reproduksinya mengeluarkan lendir
setelah partus atau menunjukkan kelainan lainnya perlu mendapat perhatian khusus bahkan sebaiknya
mendapat pemeriksanaan oleh ahli veteriner.
Tanggal Kawin/Inseminasi (Service Information). Data tanggal kawin/inseminasi diperlukan untuk
memperkirakan tanggal melahirkan dan mencatat identitas pejantan. Bila ternak tidak mengalami
kebuntingan pada perkawinan/inseminasi pertama dan mengalami birahi kembali, maka
perkawinan/inseminasi kedua juga harus dicatat. Teknisi IB perlu mengetahui sapi mana yang termasuk
repeat breeders (kawin berulang) agar dapat menentukan teknik paling tepat untuk menginseminasi
mereka.
Pemeriksaan Kebuntingan (Pregnancy Examination). Dengan adanya data tanggal perkawinan maka
akan dapat ditentukan kapan pemeriksanaan kebuntingan paling cepat bisa dilakukan. Untuk
memperoleh informasi ini peternak perlu berkonsultasi dengan ahli veteriner. beberapa ahli veteriner
dapat memeriksa kebuntingan 30 - 40 hari setelah perkawinan/inseminasi, sementara yang lain
menunggu lebih lama agar hasilnya lebih akurat. Cara paling praktis, namun kurang akurat, adalah
dengan pemeriksaan muncul tidaknya birahi setelah kawin/inseminasi pada hari yang yang disesuaikan
dengan lama siklus birahi sapi bersangkutan.
Tanggal Akan Melahirkan (Calf Due Date). Dalam memperkirakan tanggal partus, peternak dapat
menggunakan tabel masa bunting (gestasion table). Untuk itu tanggal kawin harus diketahui. Beberapa
peternak menambahkan selama 9 bulan 10 hari ke tanggal kawin untuk menaksir tanggal partus.
Perkiraan tanggal partus boleh dituliskan setelah peternak mengetahui secara pasti bahwa ternaknya
sudah bunting.
Tanggal Masa Kering (Dry-off Date). Pada tanggal ini peternak harus menghentikan pemerahan seekor
sapi. Dianjurkan untuk mengeringkan seekor sapi 50 - 60 hari minggu sebelum partus berikutnya. Masa
kering memberi kesempatan bagi sapi untuk beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuhnya bagi
periode laktasi berikutnya. Sekiranya seekor sapi diperah lebih lama dari yang seharusnya maka peternak
harus memeriksa ulang tanggal kawinnya. Selalu ada kemungkinan bahwa seekor sapi dikawinkan lebih
lama dari waktu yang tercatat (hal ini sering terjadi pada sapi yang dikawinkan lebih dari satu kali di mana
tanggal perkawinan pertama tidak diganti dengan tanggal perkawinan kedua). Bila seekor sapi
dikeringkan lebih awal dari yang seharusnya karna kesalahan pencatatan tanggal kawin maka peternak
akan kehilangan masa produksi paling tidak selama 3 minggu. Sebaliknya, peternak yang lalai mencatat
dan/atau memeriksa tanggal kawin akan memerah seekor sapi lebih lama dari yang seharusnya sehingga
sapi tersebut tidak memperoleh masa kering yang cukup.
Catatan Tambahan (Remarks). Berbagai informasi lain yang dianggap perlu oleh peternak, di luar
berbagai informasi di atas, dapat disisipkan ke breeding record seperti informasi daerah/peternak asal
ternak, kuitansi biaya IB dll.
Dari kejadian reproduksi dapat dihitung ukuran-ukuran efisiensi reproduksi, seperti:
 masa kosong sejak tanggal beranak sampai tanggal kawin terakhir yang menghasilkan kebuntingan
 service per conception jumlah kawin per kebuntingan
 calving interval sejak tanggal beranak sampai beranak berikutnya
 conception rate nilai keberhasilan IB

b. Milk Production Records


Guna memperoleh tingkat keuntungan maksimum maka produksi susu masing- masing sapi harus
diteliti. Tingkat produksi susu yang rendah dari satu atau dua ekor sapi saja dapat mempengaruhi tingkat
keuntungan total yang dihasilkan oleh sekelompok sapi perah. Oleh sebab itu sapi-sapi yang berproduksi
rendah ini harus secepatnya dievaluasi dan bila perlu diafkir. Guna mencapai keputusan yang akurat
mengenai tingkat produksi dan keuntungan maka penting secara periodik menimbang dan memeriksa
kandungan susu yang dihasilkan masing-masing sapi.
Biaya pakan merupakan biaya produksi paling besar yang dihabiskan oleh masing-masing sapi. Oleh
sebab itu, adalah sangat penting bahwa masing- masing sapi menerima zat makanan yang tepat (jenis dan
jumlahnya), namun dengan biaya seefisien mungkin. Untuk itu tingkat produksi dari masing- masing sapi
perku diketahui. Sapi dengan tingkat produksi susu tinggi memerlukan lebih banyak zat makanan dibanding
sapi yang berproduksi rata- rata, apalagi dibanding yang berproduksi rendah; bahkan sapi-sapi berproduksi
rendah harus segera diafkir.
Record produksi yang baik dapat menaikkan nilai jual seekor atau sekelompok sapi perah. Hal ini
terutama berlaku bagi sapi-sapi yang (registered dairy herds). Bila ada bukti-bukti bahwa seekor sapi berasal
dari kelompok berproduksi tinggi maka nilai jualnya akan lebih tinggi.
Informasi dari record produksi dapat digunakan sebagai dasar atau patokan dalam (1) mengalokasikan
pemberian konsentrat bagi masing-masing sapi sesuai tingkat produksinya, (2) mengevaluasi performans
masing-masing sapi berdasarkan produksi harian atau bulanan, (3) menentukan sapi yang akan diafkir dan
(4) menseleksi sapi pengganti (replacement heifers).
Sebagian peternak mengisi record produksi dengan data produksi harian. Catatan seperti ini sangat
ideal karena adanya variasi harian dalam produksi susu dapat diikuti/diamati dan penyimpangan
(abnormalitas) pada produksi dapat segera diketahui. Namun di sisi lain, pencatatan produksi susu setiap hari
sangat merepotkan karena memerlukan banyak waktu serta tenaga sehingga banyak peternak lebih
menyukai pencatatan sekali sebulan dan mengamati produksi harian menggunakan weigh jar (wadah dengan
volume yang sudah diketahui) atau dengan milk meter.
Informasi mengenai prosuksi susu dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan melakukan sendiri
pengukuran produksi susu (biasanya jumlah produksi dan kadar lemak - kadang-kdang juga kandungan
protein - susu) yang hasilnya disebut home-kept record atau oleh badan resmi yang hasilnya disebut official
records. Seperti disebutkan sebelumnya, cara kedua yaitu pengukuran oleh badan resmi belum ada di
Indonesia sehingga satu-satunya pilihan bagi peternak adalah home-kept record.
Pembuatan home-kept record seringkali gagal karena peternak tidak disiplin melakukan pencatatan.
Pada awalnya peternak bisa saja sangat antusias mengisi catatan ini namum umumnya kemudian kehilangan
minat setelah beberapa bulan. Oleh sebab itu adalah penting menghunjuk seorang petugas khusus, beserta
seorang pendampingnya sebagai cadangan, untuk melakukan pencatatan ini dari hari ke hari. Dua contoh
record produksi susu yang lazim digunakan disajikan di bawah ini. Contoh pertama adalah format yang hanya
memuat jumlah produksi saja; sedangkan uji kandungan dan total prosuksi lemak susu tidak diikutkan.
Format ini menyediakan tempat bagi produksi total bulanan masing-masing sapi sehingga memudahkan
dalam menentukan total produksi susu seekor sapi dalam satu masa laktasi.
Informasi tentang produksi susu merupakan data paling penting dan paling umum ditemukan pada
semua jenis usaha ternak perah. Kegunaannya juga sangat penting dan sangat beragam, antara lain:
Pertama untuk penyusunan program pemberian pakan yang ekonomis (economic feeding). Data
produksi susu merupakan dasar yang sangat ideal dalam penyusunan program pemberian pakan bagi
seekor atau sekelompok ternak perah. Data ini memungkinkan pemberian pakan diatur sesuai dengan
kuantitas susu yang dihasilkan masing-masing ternak perah. Ternak yang produksinya tinggi perlu
diimbangi dengan pemberian pakan yang lebih tinggi pula (kuantitas dan kualitas) sedang ternak yang
produksinya rendah pakannya dikurangi sedemikian rupa sehingga masih tetap menguntungkan. Biaya
pakan mencapai sekitar 60% dari total biaya operasional pada suatu usaha ternak perah komersil
sehingga pemberian pakan yang tepat akan menghindarkan pemborosan dan meningkatkan keuntungan
suatu usaha ternak perah.
Kedua untuk penentuan harga jual yang realistis (realising proper prices). Performan seekor ternak
perah dan induknya selalu digunakan oleh pembeli ternak perah sebagai bahan pertimbangan dan
mereka biasanya bersedia membayar lebih mahal bagi ternak yang data performannya diketahui secara
akurat. Kapasitas produksi seekor ternak yang tidak punya rekording terpaksa didasarkan pada penilaian
eksterior yang sering mengandung variasi (bias) yang tinggi dan bila ini terjadi maka yang menerima
resiko adalah pembeli.
Ketiga untuk mempertahankan kontak dengan ternak perah (keeping in tuoch with cows). Adanya
rekording produksi susu dan pakan dengan sendirinya menjaga adanya kontak terus-menerus antara
peternak dengan masing-masing ternaknya. Dalam kondisi seperti ini setiap penurunan atau kelainan lain
produksi susu dari setiap ekor ternak perah dapat diketahui secara cepat dan tepat sehingga peternak
dapat dengan mudah memperhatikan kemungkinan adanya gangguan penyakit atau kekurangtepatan
pengelolaan yang dialami seekor ternak perah. Hal ini akan memberi kesempatan bagi peternak untuk
menngatasinya sedini mungkin.
Keempat untuk mengetahui silsilah (pedigree) ternak perah. Silsilah adalah salah satu register (daftar)
penting dalam usaha ternak perah. Untuk melengkapi daftar ini agar data produksi susu seekor ternak
perah dicatat secara teratur.
Kelima untuk seleksi pejantan (selection of bulls). Adanya rekording produksi susu akan memampukan
peternak pembibit (breeder) untuk memilih pejantan yang baik yaitu yang produksi susu turunannya
tinggi. Dengan bantuan rekording ini maka uji progenitas seekor pejantan dengan sendirinya telah
dilakukan.
Teknik pencatatan produksi susu dapat dilakukan setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali,
sebulan sekali, atau dua bulan sekali. Pencatatan produksi yang ideal adalah setiap hari pagi dan sore selama
laktasi. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan susu dengan jumlah sapi yang terbatas atau oleh Pusat
Pembibitan Ternak, pencatatan selengkap ini dilakukan karena merupakan persyaratan mutlak demi
ketepatan seleksinya. Namun, untuk perusahaan susu yang besar, hal ini sering merupakan masalah, karena
sangat merepotkan dan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, di luar negeri telah dilakukan
metode pencatatan yang lebih praktis dan tidak terlalu membutuhkan biaya, tetapi masih dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Umumnya dilakukan pencatatan produksi susu sebulan sekali
(WaDaM, Weight a Day a Month), seperti yang dianjurkan oleh Dairy Herd Improvement Association (DHIA)
di Amerika. Cara dan frekuensi pencatatan produksi susu dapat dilakukan sebagai berikut:
 Official Dairy Herd Improvement. Pencatatan dilakukan satu kali dalam sebulan, dilakukan oleh
supervisor dari asosiasi yang mengunjungi peternak secara bergilir. Pencatatan meliputi: produksi susu
per ekor per hari (pagi dan sore), disertai pengambilan contoh untuk analisis kadar lemaknya.
 Dairy Herd Improvement Registry. Kegiatannya sama dengan Official Dairy Herd Improvement, hanya
dalam hal ini dilakukan oleh supervisor dari asosiasi peternakan bangsa murni.
 Owner Sampler. Pencatatan dilakukan sebulan sekali, pagi dan sore, tetapi pencatatan dan pengambilan
sampel susu dilakukan sendiri oleh peternak, yang kemudian dilaporkan ke Dairy Record Processing
Center (DRPC). Hal ini dimaksudkan untuk menghemat biaya, karena tidak melibatkan supervisor.
 AM-PM Recording. Pencatatan dilakukan sekali sebulan, pada bulan tertentu dilakukan pencatatan
terhadap produksi susu pagi hari (AM), sedangkan pada bulan berikutnya dilakukan pencatatan produksi
susu sore hari (PM). Pencatatan dan pengambilan sampel dapat dilakukan oleh peternak atau supervisor.
 Weight a Day a Month, WaDaM. Dalam metode ini, peternak melakukan pencatatan produksi susu sapi
perahnya sekali sebulan, pagi dan sore, tanpa melakukan pengambilan sampel.
Dalam mengukur produksi susu, sebaiknya menggunakan timbangan kilogram agar produksi susu
dapat diukur lebih akurat.

b. Rekording Pakan (Feed Register)


Untuk mengetahui berapa banyak keuntungan yang disumbangkan seekor ternak perah maka perlu
diketahui bukan hanya produksi susunya tapi juga jumlah pakan yang dikonsumsinya. Selain itu, terutama
untuk usaha ternak perah berskala besar, juga perlu dibuatkan daftar tentang berapa banyak pakan yang
seharusnya diberikan kepada masing-masing ternak perah. Dengan populasi ternak yang banyak, hampir
tidak mungkin bagi seorang peternak mengingat jumlah pakan yang harus diberikan kepada masing-masing
ternak perah setiap harinya. Biasanya daftar ini diubah setiap minggu sesuai dengan perubahan kebutuhan
seekor ternak dikaitkan dengan tingkat produksi atau fase hidupnya. Daftar ini harus diisi sesuai dengan
jumlah produksi susu masing-masing ternak perah. Jumlah konsentrat yang disebutkan dalam daftar harus
betul-betuk ditimbang setiap pemberian pakan, sedangkan jumlah hijauan tidak perlu ditimbang setiap hari
tapi cukup sekali sebulan agar jumlah pemberian hijauan dapat dikontrol.
Informasi yang perlu dicatat mengenai hal-hal yang terkait dengan bahan pakan yang digunakan di
suatu peternakan sapi perah, antara lain:
jenis hijauan
bahan baku konsentrat yang diberikan pada ternak
sumber bahan baku pakan
harga/biaya pakan
jumlah pakan yang diberikan/dikonsumsi ternak

c. Health Records
Observasi harian harus dilakukan terhadap kondisi kesehatan setiap ekor sapi. Hasilnya dicatat dalam
catatan kesehatan. Data tentang diagnosis dan pengobatan setiap masalah kesehatan yang dialami setiap
sapi harus dimasukkan dalam catatan permanen sebagai informasi dasar dalam menilai kepekaan seekor sapi
terhadap serangan penyakit tertentu. Demikian juga jenis dan waktu vaksinasi yang telah diterima seekor
sapi perlu dicatat, termasuk tanggal vaksinasi ulang.

d. Rekording Latarbelakang (Sejarah) dan Silsilah Ternak Perah


Lembaran latar belakang atau sejarah diisi dengan beberapa informasi tentang kehidupan seekor
ternak perah antara lain, nama, nomor, performan, penyakit yang diderita atau pernah dialami dan alasan
pengafkirannya atau penyebab kematiannya. Sedangkan lembaran silsilah diisi dengan data tentang silsilah
seekor ternak perah.

e. Catatan Kesehatan (Health Record)


Sangat penting memiliki rekording kesehatan bagi satu usaha ternak perah. Informasi yang perlu
dicatat antara lain adalah uji TBC, uji abortus, uji mastitis, pemeriksaan kesehatan secara umum dan lain-lain.
Seringkali dengan mempelajari atau mengamati catatan kesehatan alasan atau penyebab terjadinya suatu
kelainan atau penyimpangan dapat diketahui.
Informasi yang perlu dicatat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan ternak,
antara lain:
gejala sakit
pemeriksaan dokter hewan
vaksinasi
pengobatan
f. Catatan Anak (Calf Register)
Bagi setiap anak ternak perah yang lahir harus dibuatkan catatan tentang nomor tatonya, hari dan
tanggal lahir, jenis kelamin, berat lahir dan lain- lain. Di dalam daftar ini juga harus dicatatkan apakah seekor
anak dipelihara seterusnya atau dijual.

g. Catatan Keuangan (Financial Record)


Dari semua catatan yang dibuatkan dalam suatu usaha ternak perah maka catatan keuangan seperti
cash book, stock book dan lain-lain merupakan catatan paling bernilai untuk mengetahui untung-rugi yang
dialami suatu usaha ternak perah komersil.
Informasi yang perlu dicatat mengenai volume, harga, biaya produksi, dan penerimaan perusahaan,
antara lain:
harga susu
biaya produksi
penjualan susu
penjualan ternak (pedet, sapi afkir)
penjualan kotoran

Dari keseluruhan informasi yang sudah dicatat, kemudian ditabulasikan untuk dievaluasi minimal setahun
sekali. Sesuai dengan fungsi pencatatan yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk program seleksi sapi
perah betina dapat dihitung nilai pemuliaannya atau daya produksi susu (MPPA) dengan terlebih dahulu
menduga nilai heritabilitas dan ripitabilitas produksi susunya.

Tabulasi Data Hasil Pencatatan Berdasarkan Performans Individu


Tabulasi Data Hasil Pencatatan Berdasarkan Performans Peternakan

EVALUASI PARAMETER TEKNIS DAN EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai