Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi Wilayah Kesesuaian Tambang Lempung di Kabupaten Subang

Naufal Hafizh Adriansyah

Departemen Geografi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia

Abstrak

Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat dengan
batas koordinat yaitu antara 1070 31' - 1070 54' Bujur Timur dan 60 11' - 60 49' Lintang Selatan.
Luas Wilayah Kabupaten Subang adalah 205.176 hektar. Batu lempung merupakan jenis batuan yang
terbentuk dari proses pelapukan batuan, baik itu batuan metamorf, ataupu batuan endapan. Batu
lempung memiliki sifat yang liat atau plastis. Sifat batu lempung yang liat banyak dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai jenis benda, seperti keramik dan genteng. Batuan ini
memiliki kuantitas yang tinggi, karena proses pembentukannya yang terjadi setiap waktu.

Kata Kunci: lempung, wilayah kesesuaian, Kabupaten Subang.

PENDAHULUAN
Batu lempung merupakan salah satu jenis batuan yang memiliki manfaat yang cukup
banyak. Batuan jenis ini umumnya memiliki struktur yang padat karena tersusun atas mineral
yang baanyak mengandung silika. Batu lempung yang terdapat di alam memiliki bentuk yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Batuan jenis ini sangat sulit diteliti karena
kandungan mineral oksida besinya serta aktif secara elektrokimiawi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber daya lempung, serta
mengkaji persebaran berbagai jenis batu lempung yang ada di Kabupaten Subang
Fungsi dari evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang
hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan
berhasil. Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi
suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
penggunaan lahan yang akan dilakukan. Hal ini penting terutama apabila perubahan
penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan perubahan-perubahan besar
terhadap keadaan lingkungannya.
Prediksi yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk berbagai bentuk produksi,
masukan dan pengelolaan yang diperlukan dan konsekuensi perubahan-perubahan terhadap
lingkungan akan memberikan makna yang besar bagi program pembangunan. Melalui
prediksi ini juga, konsekunsi-konsekuensi sebaliknya dapat diramalkan sehingga dapat
memberikan peringatan-peringatan terhadap lahan yang seharusnya tidak digunakan sebagai
pertambangan

METODOLOGI
Wilayah Penelitian
Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat
dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31' – 1070 54' Bujur Timur dan 60 11' – 60 49'
Lintang Selatan.
Adapun batas-batas wilayah secara geografis adalah sebagai berikut:
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung Barat.
 Sebelah Barat : Kabupaten Purwakarta dan Karawang.
 Sebelah Utara : Laut Jawa.
 Sebelah Timur : Kabupaten Indramayu dan Sumedang.
Luas Wilayah Kabupaten Subang adalah 2.051,76 km2 atau sekitar 6,34 persen dari luas
Provinsi Jawa Barat. Adapun ketinggian antara 0 - 1500 m dpl

Gambar 1. Lokasi Kabupaten Sudang


Variabel Penelitian
Penelititan ini menggunakan tiga variabel untuk menentukan wilayah kesesuaian tambang
lempung yang digunakan berdasarkan karakteristik bahan tambang serta syarat kelayakan
tambang.

Tabel 1. Variabel dan Sumber Data


Variabel Tahun Sumber Data
Jenis Tanah 2013 Food And Agriculture Organization
of United Nations
Kelerengan 2010 DEM (Badan Informasi Geospasial)
Ketinggian 2010 DEM (Badan Informasi Geospasial)

Jenis tanah merupakan konsep klasifikasi tanah yang didasarkan pada karakteristik –
karakteristik tertentu tanah dan kaitannya dengan proses pembentukan

Kelerengan merupakan bentuk permukaan bumi yang memiliki sudut kemiringan tertentu
terhadap bidang horizontal permukaan bumi. Variabel kelerengan digunakan berdasarkan
salah satu persyaratan kelayakan tambang yaitu stabilitas lereng agar tidak terjadi bencana
longsor atau kerusakan – kerusakan yang lainnya

Ketinggian merupakan posisi vertikal suatu objek terhadap suatu titik tertentu. Variabel ini
dipilih berdasarkan proses pembentukan batu lempung. Lempung terbentuk residu batuan
sedimen. Proses pertama batu lempung terbentuk karena proses pelapukan/alterasi batuan
beku. Setelah melewati alterasi atau pelapukan, material lempung melalui proses diagenesa
atau mengalami perubahan kimia, fisika dan biologi batuan sedimen. Setelah itu barulah
menjadi batu lempung dari proses sedimentasi batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi, sehingga diketahui bahwa batuan lempung kebanyakan
terbentuk pada lokasi dengan jumlah hilir yang banyak, yaitu wilayah dataran rendah

Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Penelitian yang dilakukan dalam menentukan wilayah kesesuaian tambang lempung di


Kabupaten Subang dengan menggunakan metode vektor overlay. data yang diperlukan dalam
penelitian ini berupa berupa data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber studi
pustaka dan instansi terkait dengan data yang dibutuhkan, seperti yang telah dijelaskan di
tabel 1.
Dalam menentukan wilayah kesesuaian habitat babirusa, terdapat beberapa area yang
tidak sesuai untuk tempat tinggal babirusa yaitu area dengan penggunaan tanah dengan
intensitas kegiatan manusia yang tinggi seperti pemukiman, perkebunan, pertanian, sawah,
dan ladang. Sedangkan, area yang sesuai yaitu adalah lahan dengan penggunaan tanah Hutan
dan rawa.

Tabel 2. Skoring parameter penggunaan tanah (Manansang J. et al., 1996; IUCN, 2008)
Jenis Tanah Kelas Keterangan

Andosol, Fluvisol Sesuai Andosol terbentuk dari materi erupsi vulkanik dengan
kandungan lempung yang tinggi
Fluvisol berasal dari endapan baru, hanya mempunyai
horison penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan
organik menurun tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-
lapis.
Acrisol, Nitosol ,Vertisol Cukup Sesuai Acrisol adalah tanah dengan horison argillik, dengan
kandungan liat lebih dari 20 % pada daerah horison
penimbunan liat maksimum.
Nitosol secara teknis ditentukan oleh akumulasi tanah liat
yang signifikan (30 persen atau lebih berdasarkan massa
dan memanjang hingga 150 cm [5 kaki] di bawah
permukaan) dan oleh struktur agregat berbentuk kotak.
Vertisol adalah jenis tanah mineral yang mempunyai warna
abu kehitaman, bertekstur liat dengan kandungan lempung
lebih dari 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman
50 cm yang didominasi jenis lempung montmorillonit
sehingga dapat mengembang dan mengerut

Tabel 3. Skoring Parameter Lereng (Macdonald dan Johansson, 2017)

Lereng Keterangan Keterangan


0%-25% Datar Sesuai
25%-75% Landai Cukup Sesuai
>75% Curam Tidak sesuai

Lereng merupakan kemiringan dari lahan terhadap bidang horizontal. Klasifikasi


kesesuaian habitat terhadap lereng didasarkan pada pada persyaratan wilayah pertambangan
lempung berdasarkan keamanan tambang serta probabilitas terjadinya tanah longsor.
Kemiringan lereng yang sesuai untuk tambang lempung adalah wilayah yang datar hingga
landai.

Tabel 4. Skoring Parameter Ketinggian (Kementrian Kehutanan, 2013; Arini, 2012; Pratiwi et al., 2012)
Ketinggian (mdpl) Kelas kesesuaian
0 - 150 Sesuai
150 - 300 Cukup Sesuai
>300 Tidak sesuai
Ketinggian merupakan posisi vertikal suatu objek terhadap suatu titik tertentu Klasifikasi
kesesuaian habitat terhadap ketinggian dan lereng bersumber sama dengan klasifikasi
kesesuaian ketinggian, yaitu didasarkan pada pada persyaratan wilayah pertambangan
lempung berdasarkan keamanan tambang serta probabilitas terjadinya tanah longsor.
Kemiringan lereng yang sesuai untuk tambang lempung adalah wilayah yang datar hingga
landai.

Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang dianalisis berbentuk vektor, sehingga metode yang digunakan
untuk meng-overlay seluruh variabel adalah vektor overlay.

Tabel 5. Matriks kesesuaian


Kelas Kesesuaian Lereng Ketinggian Jenis Tanah
Sangat Sesuai 0%-25% 0 - 150 Andosol, Fluvisol
Cukup Sesuai 25%-75% 150 - 300 Acrisol,
Nitosol,Vertisol
Tidak Sesuai >75% >300 -

QUERY
 Sangat Sesuai : (“Lereng” = “0 – 25%”) AND (“Jenis Tanah” = “Andosol” OR
“Jenis Tanah” = “Fluvisol”) AND “Ketinggian” = “0 – 150”
 Cukup Sesuai : (“Lereng” = “25 – 75%”) AND (“Jenis Tanah” = “Acrisol” OR
“Jenis Tanah” = “Fluvisol”) AND “Ketinggian” = “0 – 150”
 Tidak Sesuai : (“Lereng” = “0 – 25%”) AND “Ketinggian” = “0 – 150”

Gambar 2. Modeling GIS Untuk Wilyaha Keseuaian Tambang Lempung


HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel lereng dan ketinggian dibagi menjadi 3 kelas, dengan kelas kesesuaian dari
yang tidak sesuai hingga sangat sesuai. Sementara untuk variabel jenis tanah hanya memiliki
kelas, yaitu sangat sesuai dan cukup sesuai. Hal ini dikarenakan karakteristik tanah yang ada
di Kabupaten Subang mengandung komposisi – komposisi pembentuk lempung.

Gambar 3. Peta Jenis Tanah


Peta Jenis Tanah dari Kabupaten Subang berdasarkan data FAO tahun 2008,
menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Subang terdiri dari 5 jenis tanah, yaitiu Andosol,
Acrisol, Fluvisol, Nitosol, Vertisol. Wilayah Acrisol, Fluvisol, dan Nitosol memiliki luas
yang relatif sama, dan merupakan jenis tanah yang mendominasi wilayah Kabupaten
Subang. Sementara terdapat sebagian kecil jenis tanah Andosol di wilayah selatan
Kabupaten Subang, dan jenis tanah Vertisol
Berdasarkan sistem klasifikasi tanah FAO, diketahui bahwa jenis tanah di Kabupaten
Subang yang memiliki kandungan lempung terbesar yaitu jenis tanah Andosol dan
Fluvisol. Sementara kandungan lempung pada jenis tanah Acrisol, Vertisol, dan Nitosol
termasuk dalam kategori sedang
Tabel 6. Luas jenis tanah
Jenis Tanah Luas (ha)
Andosol 9.253
Fluvisol 66.295,13
Acrisol 69.809,52
Vertisol 13.314,29
Nitosol 58.059,11
Sumber: (Proyeksi UTM Zone 48S)

Gambar 4. Peta Lereng


Dari peta lereng yang ditunjukkan, diketahui bahwa wilayah Kabupaten Subang didominasi dengan
kemiringan lereng yang datar, dengan cakupan sekitar 95% dari wilayah Kabupaten Subang. Sementara
kemiringan lereng lebih dari 25% terletak pada wilayah Kabupaten Subang yang memiliki ketinggian lebih
dari 150 meter

Tabel 7. Luas wilayah kelerengan


Kelerengan Luas (ha)
0%-25% 193.348,53
25%-75% 11.345,85
>75% 1.079,52
Sumber: (Proyeksi UTM Zone 48S)
Gambar 5. Peta Ketinggian
Dari data ketinggian yang didapatkan, diketahui bahwa lebih dari 50% dari wilayah
Kabupaten Subang memiliki ketinggian kurang dari 150 meter. Sementara wilayah
dengan ketinggian lebih dari 475 meter terletak di bagian selatan dari Kabupaten Subang,
berbatasan dengan Bukit Tunggul yang merupakan bagian dari wilayah dataran tinggi
Jawa Barat
Tabel 8. Luas wilayah ketinggian
Tinggi Luas (ha)
0 - 150 113.517,44
150 - 300 38.965,24
>300 54.637,97
Sumber: (Proyeksi UTM Zone 48S)
Gambar 3. Peta Kesesuaian Lempung
Dari hasil overlay, didapatkan wilayah kesesuaian tambang lempung yang sangat
sesuai terletak pada keseluruhan wilayah jenis tanah fluvisol yang terletak pada bagian utara
dari Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sementara untuk kelas
kesesuaian cukup sesuai dan tidak sesuai terletak padada bagian selatan dari wilayah
Kabupaten Subang

Tabel 9. Luas wilayah kesesuaian


Kelas Kesesuaian Luas (ha)
Sangat Sesuai 66.295,13
Cukup Sesuai 13.846,81
Tidak Sesuai 1.448,37
Sumber: (Proyeksi UTM Zone 48S)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan overlay data jenis tanah, kemiringan lereng, dan
ketinggian, dapat disimpulkan bahwa wilayah kesesuaian dengan klasifikasi tambang
lempung yang sangat sesuai mendominasi wilayah Kabupaten Subang, dengan luas 66.295
hektar. Dari total luasan wilayah Kabupaten Subang, yaitu 205.176 hektar, persentase luasan
dari klasifikasi adalah 32,3% dari wilayah Kabupaten Subang sangat sesuai, 6,7% dari
wilayah Kabupaten cukup sesuai, , dan dari wilayah Kabupaten Subang, hanya 0,7% tidak
sesuai. Dari peta yang didapatkan, diketahui bahwa wilayah dari kelas kesesuaian sangat
sesuai terletak pada bagian utara dari Kabupaten Subang yang berbatasan dengan laut,
sementara kelas kesesuaian lainnya terletak pada bagian selatan.
Meskipun memiliki kandungan tanah liat yang cukup besar, potensi pertambangan
lempung dari Kabupaten Subang relatif kurang. Hal ini dikarenakan banyaknya lahan di
wilayah Kabupaten Subang yang memiliki kelerengan serta ketinggian yang tidak sesuai
untuk pertambangan
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. (2012, 5 Maret). Letak Geografis Subang
Diakses pada 25 Juni 2021 dari https://www.subang.go.id/profil/letak-geografis

Citra. (2016, 23 November). Batu Lempung: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya.


Diakses pada 25 Juni 2021 dari https://ilmugeografi.com/geologi/batu-lempung

Rezkia, Salsabila. (2020, 10 September). Data Analisis : 2 Jenis Metode yang Penting Untuk
Kamu Tahu dalam Analisis Data. Diakses pada 25 Juni 2021 dari https://www.dqlab.id/data-
analisis-pahami-2-metode-analisis-data

Mulyawan, O.B., Syahrulyati, Teti, Ritma, H.S.. (2018). Geologi dan Potensi Batulempung
Sebagai Bahan Industri Daerah Tajug dan Sekitarnya. Bogor; Universitas Pakuan

Ansori, Chusni. (2010). Analisis Cadangan, Kualitas dan Dampka Penambangan Lempung
Sebagai Bahan Baku Genteng Soka dan Bata, Di Kebumen. Kebumen; Peneliti LIPI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. (2016). Modul 05 Survei
Kesesuaian Lahan. Bandung; Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan
Konstruksi

Pradana, Bayu. (2013). Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian Terhadap Komoditas


Pertanian Kabupaten Cilacap. Yogyakarta; Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai