Anda di halaman 1dari 26

PENANGANAN ODGJ

MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DI WILAYAH PUSKESMAS BALOWERTI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Kenaikan Pangkat III-c

Disusunoleh :
Sutrisno, S.Kep.,Ns
NIP.19790923 200902 1 002

Dinas Kesehatan Kota Kediri


Provinsi Jawa Timur
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat dan karunia Nya yang selalu tercurahkan pada kita semua. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “PENANGANAN ODGJ MELALUI
PENDEKATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI WILAYAH PUSKESMAS
BALOWERTI “
Secara garis besar, makalah ini menggambarkan tentang pendekaatan dan penanganan pada
ODGJ dan keluarga
Tak lupa kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya pada :
1. dr.Henry Mulyono Selaku Kepala Puskesmas Balowerti Kota Kediri
2. Bapak Ibu staf Puskesmas Balowerti
Yang telah meberikan dukungan pada kami dalam rangka penyusunan makalah ini
Dengan terseselainya penyusunan makalah ini dapat membantu pelaksanaan kegiaan program
ksehanatan jiwa di Puskesmas Balowerti Kota Kediri. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
masih banyak kekurangan maka dari itu kami mohon untuk kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan makalah ini

Kediri, April 2021

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang penulisan 1
B. Perumusan masalah 3
C. Tujuan penulisan 3
D. Metode 3
E. Manfaat 3

BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Uraian terori 3

BAB III 12
TINJAUAN KASUS 12
A. Pengkajian 12
B. Langkah Komunikasi Terapeutik 12

BAB IV 19
PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang dalam keadaan sehat secara kognitif,

efektif, fisiologis, perilaku, dan sosial sehingga mampu memenuhi tanggung jawab,

berfungsi secara efektif di lingkungannya di lingkungan secara interpersonal ( Keliat

& Pasaribu 2014)

Undang-Undang Kesehatan Jiwa Nomer 18 Tahun 2014 menyatakan Kesehatan jiwa

yaitu Kesehatan dimana individu menenyadri kemampuannya sendiri dapat

mengatasi tekanan dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan

kontribusi untuk komunikasi (Depkes, 2014).

Masalah Kesehatan jiwa dapat di katagorikan dalam ODMK,ODGJ dan Gangguan

Jiwa Berat. ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, ias

,pertumbuhan dan perkembangan kualitas hidup sehinga memiliki resiko

mengalami gangguan jiwa. ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam

pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala

atau perubahan prilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan

hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Ganguan Jiwa Berat

adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas

atau tilikan(insight) yang buruk

1
Data WHO pada tahun 2016 secara global terdapat sekitar 35 juta orang yang

mengalami depresi, 60 juta orang mengalami gangguan bipolar,21 orang mengalami

skizofrenia dan 47,5 juta orang dengan gangguan demensia. Sedang di Indoniseia

penderita ODGJ telah mencapai 6,8% jumlah penduduk dewasa di Indonesia dan

ODGJ berat sebanyak 0,19% dari jumlah ODGJ yang ada (Profil Kesehatan

Indonesia Kemenkes 2019). Jumlah kasus ODGJ dikota ias 505 skizofrenia, dan 7

kasus pasung, diwilayah kerja Pusksmas Balowerti 54 ODGJ dan 2 kasus pasung

(Dinkes Kota Kediri 2020)

Untuk penanganan kasus ODGJ supaya mencapai sasaran yang tepat harus

melibatkan banyak pihak teruma keluarga dan masyarakat. Peran perawat sangat

dibutuhkan dalam menjalin komunikasi dengan pasien,keluarga dan masyarakat

dalam rangka memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh.

Penatalaksanaan keperawatan Kesehatan Jiwa dilakukan berbasis pada komunitas

meliputi upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatit (Keliat dkk 2011).

Peran perawat dalam menangani ODGJ dengan memberikan pelayanan yang

menyeluruh tidak hanya di Rumah Sakit, namun juga mempersiapkan keluarga dan

masyarakat setelah ODGJ keluar dari Rumah Sakit dengan melibatkan perannya

secara langsung atau tidak langsung dalam penaganan ODGJ.

Penaganan kasus Kesehatan jiwa oleh perawat diperlukan komunikasi yang efektif

sebagai sarana untuk menggali permasalahan dan penaganan lebih lanjut dalam

memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga dan masyarakat.

2
B. Perumusan Masalah

Bagaimana respon penderita ODGJ yang mendapatkankan kunjungan dari sikap

menerima petugas dan kepatuhan pada kegiatan yang disepakati antara penderita

ODGJ, Keluarga ODGJ dan petugas kesehatan

C. Tujuan

Sebagai bahan ajuan penanganan atau pendekatan awal pada ODGJ dan Keluarga

oleh perawat di Puskesmas Balowerti Kota Kediri

D. Metode Penyusunan

Metode yang digunakan dalam makalah ini menggunakan metode penelitian secara

kualitatif dimana penulis akan mendiskripsikan tentang bagaimana kegiatan

komunikasi terapeutik pada penderita ODGJ dengan tujuan untuk pendekatan

sebagai sarana untuk pengobatan dan tindak lanjut.

E. Manfaat

1. Bagi penulis

Dapat mengetahui cara pendekatan terapeutik pada fase awal pada penderita

ODGJ dan kelurga ODGJ

3
2. Bagi profesi keperawatan

Sebagai pedoman untuk penangananan penderita ODGJ dan keluarga ODGJ

dengan penekatan pomunikasi pada keluarga dan dan penderita ODGJ

3. Bagi pelayanan kesehatan

Sebagai acuan dalam melakukan pendekatan pada pasien ODGJ dan keluarga

dalam rangka pemberian pelayanan secara optimal

4
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA

A. Uraian Teori

1. Gangguan Jiwa

a. Pengertian

Gangguan Jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku

akibat adanya distorsi emosi sehinga ditemukan ketidak wajaran dalam hal

bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi

kejiwaan(Akemat,Helena, Keliat 2011)Menurut Undang-Undang RI No

18 Thun 2014 orang dengan gangguan jiwa yang disingkat ODGJ adalah

orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan

yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perumahan

perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan

dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia

Tabel 1 tabel rentang sehat-sakit

Respon adaptif Sehat Masalah Respon


jiwa Psikososial Maladadptif
Gangguan Jiwa

Pikiran logis Pikiran kadang Waham


menyimpang

Persepsi akurat Ilusi halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan


mengendalikan
emosi

Perilaku sesuai Perilaku kadang Perilaku kacau


tidak sesuai

Hubungan ias Menarik diri Perilaku kacau


memuaskan isolasi sosial

5
Ciri-ciri gangguan jiwa (Akemat,Helena,Keliat&Nurhaeni 2011)

1) Sedih berkepanjangan

2) Tidak semangat dan cenderung malas

3) Marah tanpa sebab

4) Mengurung diri

5) Tidak mengenali orang

6) Bicara kacau

7) Bicara sendiri

8) Tidak mampu merawat diri

b. Tanda dan Gejala

Menurut Hartono dan Kusumawati (2010) terdapat beberapa tanda dan gejala

gangguan jiwa anara lain:

6
1) Gangguan kognisi

Kognisi adalah suatu proses mental dimana seseorang menyadari dan

mempertehanan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam

maupun lingkungan luarnya

a) Gangguan sensasi

Seseorang yang mengalami gangguan kesadaran akan suatu

rangsangan

b) Gangguan persepsi

Kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti atau ias juga juga

diartikan sebagai ensasi yang didapat dari proses interaksi dan asosiasi

macam macam rangsangan yang masuk.

2) Gangguan Asosiasi

Asosiasi adalah proses mental dimana perasaan, kesan atau gambaran

ingatan senderung menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon atau

konsep lain yang sebelumnya berkaitan dengannya

3) Gangguan perhatian

Perhatian adalah suatu proses kognitif yaitu pemusatan konsentrasi yang

terganggau

4) Gangguan ingatan

7
Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan serta

memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan terdiri atas

tiga unsur yaitu pencatatan penyimpanan pemanggilan data.

5) Gangguan psikomotor

Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa

meliputi kondisi perilaku ias c atau aspek ias c dari suatu perilaku.

Bentuk psikomotor dapat berupa aktivitas yang terganggu tidak sesuai,

aktivitas yang berulang ulang, otomatisme perintah tanpa disadari,

negativism dan aversi (reaksi agresif)

6) Gangguan kemauan

Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan lalu

diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan

7) Gangguan emosi dan efek

Emosi adalah pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada

aktivitas tumbuh dan menghasilkan sesai ias c. Sedangkan efek adalah

perasaan emosional seseorang yang menyenangkan atau tidak yang

menyertai suatu pikiran yang berlangsung lama. Emosi merupakan

manifestasi afek yang keluar disertai oleh komponen fisiologis.

c. Penyebab gangguan jiwa

8
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan

kontstitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik,

keluarga, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang

dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia dan sebagainya.

Meskipun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur

kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (Somatogenik).

Beberapa penyebab tersebut terjadi bersamaan lalu timbulah gangguan badan

ataupun jiwa (Yosep, 2010)

Sebaliknya seseorang dengan penyakit badaniah apabila mengalami

kelemahan, daya tahan psikologinya pun menurun sehingga ia mungkin

mengalami depresi, karena modern ini diketahui bahwa penyakit pada otak

sering mengakibatkan gangguan jiwa.

Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh ketiga unsur itu

secara terus menerus saling mempengaruhi yaitu:

1) Faktor fisik atau organobiologis

a) Neroanatomi

b) Nerofisiologis

c) Nerokimia

d) Timgkat kematangan dan perkembangan ias c

e) Faktor pre dan peri-natal

2) Faktor psikologis

a) Interaksi ibu-anak dan peran ayah

9
b) Persingan antara saudara

c) Intelegensi

d) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

e) Kehilangan, konsep diri pola adaptasi

f) Tingkat perkembangan emosi

3) Faktor sosio-budaya dan sosio-kultural

a) Kestabilan keluarga

b) Pola asuh anak

c) Timgkat ekonomi

d) Perumahan, perkotaan dan pedesaan

2. Komunikasi terapeutik

a. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah hubungan timbalbalik dengan tujuan untuk

mengoreksi pengalaman dan emosional pasien (Kesehatan Jiwa Stuart 2016)

b. Langkag-langkah

Berikut tahapan pada komunikasi terapeutik (Kesehatan Jiwa Stuart 2016)

1) Tahap pra interaksi

Tahap ini merupakan tahap awal sebelum perawat bertemu dengan

pasien. Pada tahap ini merupakan tahap persiapan yang dilakukan oleh

prawat sebelum brtemu dengan pasien

2) Tahap perkenalan

10
Tahap ini merupakan tahap pertama kali perawat bertemu dengan pasien.

Disini perawat akan memperkenalkan diri dengan keluarga dan pasien.

Perawat pada tahap ini juga akan menayakan pada keluarga tentang

pasien termasuk nama pasien. Prawat juga akan menanyakan keadaan

pasien selama ini dan usaha atau tindakan apa saja yang telah dilakukan

pada pasien serta membuat kontrak kesepakatan antara keluarga dan

pasien mengenai ias , waktu dan tempat pembicaraan

3) Tahap orientasi

Tahap ini merupakan tahap pertemuan pertama, kedua ketiga dan

seterusnya yang bertujuan untuk mengevaluasi pasien, memvalidasi

kemampuan pasien terhadap apa yang telah di ajarkan pada tahap awal

dan menyepakati rencana tindakan pada saat pertemuan

4) Tahap kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat pasien yang terkait erat

dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

5) Tahap terminasi

Merupakan tahap terakhir dari kegiatan tersebut, yang dalam hal ini di

bagi menjadi dua :

a) Terminasi sementara yaitu apa bila pasien dan keluarga belum ias

menyelesaikan permasalan dan akan dilakukan tindakan lanjutan

11
b) Terminasi akhir ini dilakukan apabila pasien dan keluarga mampu

menatasi permasalahannya

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Nama Px : Ny Rn

Umur : 56 th

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Balowerti Gg II Kota Kediri

Prekerjaan :-

Agama : Islam

B. Langkah Komunikasi Terapeutik

Pertemuan ke-1

1. Tahap pra interaksi

Perawat dan team melakukan koordinasi untuk melakukan kunjungan ke rumah Ny

Rn yang setiap hari jalan jalan di jalan Dhoho kemudian joget joget dipinggir

jalan,sambil teriak teriak tidak jelas pada pengguna jalan. Di rumah Ny Rn tinggal

bersama ibunya dan saudaranya laki-laki

2. Tahap perkenalan

a. Perkenalan dengan keluarga

 Petugas memperkenalkan diri ke ibu Ny Rn

 Menanyakan keadaan keluarga dan keadaan Ny Rn

“ keluraga menjelaskankeadaannya baik baik saja”

13
 Menanyakan perasaan keluarga dengan keberadaan Ny Rn yang

mengalami masalah gangguan jiwa dan tindakan apa yang dilakukan

selama ini

“keluarga merasa sedih dengan keadaan Ny Rn, keluarga juga

menceritakan sudah beberapa kali melakukan usaha yaitu mendatangi

orang pintar untk mengobati Ny Rn”.

 Minta ijin pada keluarga untuk bertemu dengan Ny Rn(tempat, waktu dan

topik pembicaraan)

“ keluarga mempersilahkan untuk menemui Yn Rn yang ada di kamarnya”

b. Perkenalan dengan pasien

 Petugas memperkenalkan diri ke Ny Rn

“Ny Rn mau menerima dan mau menyebutkan namanya”

 Menayakan kabar Ny Rn

“ Ny Rn menjelaskan keadaannya baik-baik saja”

 Menanyakan kesediaan ny Rn bercakap-cakap (tempat, waktu dan topik

pembicaraan)

“ Ny Rn bersedia untuk diajak ngobrol namun minta waktu 5 manit, dan

tempatnya di ruang tamu”

3. Tahap orientasi

 Menanyakan perasaan Ny Rn yang sering mondar mandir dijalan dan teriak

teriak pada orang yang lewat

14
“ Ny Rn menjelaskan bahwa tindakannya itu ada yang nyuruh lewat bisikan tiap

pagi disuruh ntuk mencari pelanggan usaha losmennya”

 Menjelaskan pada Ny Rn tentang apa yang di alami sebenarnya

“menjelaskan pada Ny. Rn bahwa yang dialami adalah sebuah halusinasi dan

itu tidak ada”

4. Tahap kerja

 Mengajarkan cara menghilangkan halusinasi pada Ny Rn dengan metode

menutup telinga dan bilang kalau semua itu hanya halusinasi setiap timbul

bisikan

 Tidak menuruti apa yang perintahkan lewat bisikan tersebur

 Menyarankan untuk membantu ibu dirumah saja jangan keluar di pinggir

jalan

 Memberikan arahan untun menyapu rumah dengan benar

 Menyuruh mengulangi cara menghilangkan halusinasi dengan metode

menutup telinga pada saat bisikan datang

5. Tahap terminasi

a. Pasien

 Menanyakan pada Ny. Rn apakah 1 minggu boleh berkunjung lagi

“ Ny Rn mengiyakan dengan rencana kunungan 1 minggu lagi”

15
 Meminta Ny Rn untuk mengulangi apa tugas yang harus dikerjakan tiap

hari

“Ny Rn menjelaskan tidak boleh keluar di pinggir jalan dan membantu ibu

dirumah”

b. Keluarga

 Menjelaskan pada keluarga bahwa 1 minggu akan berkunjung lagi

 Menjelaskan pada keluarga tentang apa yang sebenarnya dialam Ny Rn

adalah halusinasi dan telah diajarkan bagaimana cara mengatasinya.

 Keluarga untuk selalu mengingingatkan pada Ny RN untuk tidak keluar

dipinggir jalan dan disuruh membantu ibu dengan menyapu tiap hari

Pertemuan ke-2

1. Tahap orientasi

 Menanyakan perasaan Ny Rn selama satu minggu ini

“ Ny Rn menjelaskan bahwa masih sering mendengar suara yang berbisik

namun sudah tidak menuruti dan bisa mengatasinya dengan cara menutup

telinga”

“Ny Rn juga menjelaskan bahwa sudah tidak keluar rumah dan membantu

ibunya dirumah dengan menyapu seperti yang disepakati pada pertemuan

pertama satu minggu yang lalu”

 Memberikan pujian atas apa yang di capai Ny Rn tersebut

 Memberikan latihan tambahan berupa membantu memasak pada Ny Rn

16
2. Tahap kerja

 Memberikan pujian pada Ny Rn yang telah berhasil melakukan latihan yang

diberikan pada pertemuan tahap awal

 Selalu mengingatkan cara menghilangkan halusinasi dengan menutup

telinga

 Memberikan arahan pada Ny Rn untuk membantu memasak selain menyapu

3. Tahap terminasi

a. Pasien

 Menanyakan pada Ny. Rn apakah 1 minggu boleh berkunjung lagi

“ Ny Rn mengiyakan dengan rencana kunungan 1 minggu lagi”

 Meminta Ny Rn untuk mengulangi apa tugas yang harus dikerjakan tiap

hari

“Ny Rn menjelaskan tidak boleh keluar di pinggir jalan dan membantu ibu

dirumah memasak dan menyapu ”

b. Keluarga

 Menjelaskan pada keluarga bahwa 1 minggu akan berkunjung lagi

 Menjelaskan pada keluarga tentang apa yang sebenarnya dialam Ny Rn

adalah halusinasi dan telah diajarkan bagaimana cara mengatasinya.

 Keluarga untuk selalu mengingingatkan pada Ny RN untuk tidak keluar

dipinggir jalan dan disuruh membantu ibu dengan menyapu dan membantu

memasak tiap hari

17
 Menyarankan untuk memberikan pujian bila berhasil dalam latihan setiap

hari sebagai penghargaan pada Ny Rn

Pertemuan ke-3

1. Tahap orientasi

 Menanyakan perasaan Ny Rn selama satu minggu ini

“ Ny Rn menjelaskan perasaannya sudah tenang dan merasa senang karena

sudah jarang mendengar suara yang berbisik dan bisa mengatasinya dengan

cara menutup telinga”

“Ny Rn juga menjelaskan bahwa sudah tidak keluar rumah dan membantu

ibunya dirumah dengan menyapu dan memasak seperti yang disepakati pada

pertemuan kedua satu minggu yang lalu”

 Memberikan pujian atas apa yang di capai Ny Rn tersebut

2. Tahap kerja

 Memberikan pujian pada Ny Rn yang telah berhasil melakukan latihan

menyapu dan memasak membantu ibu

 Selalu mengingatkan cara menghilangkan halusinasi dengan menutup

telinga

 Memberikan arahan pada Ny Rn untuk tetap rutin minum obat dan kontrol

tiap bulan ke puskesmas

3. Tahap terminasi

a. Pasien

18
Memberikan pujian pada Ny Rn atas apa yang di capai saat ini, dan

mengingatkan harus rutin minum obat dan kontrol ke Puskesmas

b. Keluarga

 Menjelaskan pada keluarga perkembangan Ny Rn

 Menyarankan keluarga untuk memberikan pujian pada apa yang berhasil

dilakukan oleh Ny Rn

 Mengingatkan untuk tetap kontrol ke Puskesmas dan minum obat secara

teratur

19
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keberhasilan penanganan kasus ODGJ tidak hanya pengobatan secara farmakologi saja.

Tapi harus mencari akar permasalah yang mennyebabkan terejadinya masalah pemicu

terjadinya gangguan pola pikirnya.Maka petugas harus mampu melakukan pendekatan

pada keluarga dan pasien untuk mendapatkan informasi yang jelas untuk melakukan

peanganan lebih lanjut.

Masih banyak anggapan negati pada ODGJ dan dianggap aib bagi keluarga. Untuk

melakukan pendekatan pada keluarga dan ODGJ haruslah dilakukan dengan hati hati

dan penuh rasa kekeluargaan guna mendapatkan keterangan yang seakurat munkin.

Dengan cara menggunakan pendekatan terapeutik akan memudahkan kita dalam

memberikan arahan pada keluarga dan penderita ODGJ sehingga akan mempermudah

dalam penagn ODGJ

B. SARAN

Bagi keluarga dalam komunikasi diharapkan untuk memberikan keterangan yang

sebenar benarnya dan ikut peran aktif dalam memberikan pengawasan pada latihan

yang diberikan pada ODGJ untuk mendapatkan hasil pengobatan yang maksimal

Bagi tenaga kesehatan dalam pendekatan dengan komunikasi terapeutik harus

memberikan rasa nyaman pada keluarga dan ODGJ umtuk menjali rasa saling percaya

sehingga memudahkan untuk memberi pelatihan dan pengertian pada penderita ODGJ

dan keluargnya

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Kesehatan Jiwa No 18 Tahun 2014

Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019

Kemenkes RI, 2019,Infodatin Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia 2019

Prof. Dr. Budi Kaleat, S.Kep,M.App Sc Dkk (2013). Keperawatan Jiwa Jakarta : EGC.

Prof. Dr. Budi Kaleat, S.Kep,M.App Sc Dkk (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa,Jakarta :
EGC.

22
iv

Anda mungkin juga menyukai