Anda di halaman 1dari 2

Nama : Raden Muhammad Navis

NPM : 2106709806
Kelas : Sastra Arab A
Mata Kuliah : SMA Pra-Islam
Hyksos adalah salah satu dari bangsa Semit yang menetap di Mesir yang merupakan
imigran asal Palestina pada tahun 1782 SM di kota Avaris di Mesir Hilir. Nama Hyksos, yaitu
Heqau-khasut, yang artinya ‘Penguasa Negeri Asing' (diberikan oleh orang Yunani sebagai
Hyksos). Mereka membawa teknologi baru, seperti kuda dan kereta, busur majemuk, teknologi
dalam bertani, teknologi kapal yang terintegrasi dengan Keels, dan berbagai senjata logam yang
kuat. Kebanyakan dari mereka menetap di bagian timur Delta Nil, dimana mereka sangat
dominan dalam bidang perdagangan dengan Asia Barat. Dewa utama mereka adalah dewa badai
dan gurun Mesir, Seth, yang dikenal sebagai dewa yang jahat .
Kemudian, dimulailah era yang dikenal dalam sejarah Mesir sebagai Periode Menengah
Kedua (1782-1570 SM). Dinasti Ke-13 terbukti tidak mampu mempertahankan keutuhan
wilayah Mesir yang begitu luas, sehingga sebuah keluarga penguasa provinsi berkebangsaan
Kanaan yang berlokasi di kawasan rawa-rawa di sebelah timur muara di Avaris melepaskan diri
dari pemerintah pusat serta membentuk Dinasti Ke-14. Besar kemungkinan perpecahan wilayah
Mesir terjadi tak lama sesudah berkuasanya raja-raja perkasa dari Dinasti Ke-13, yaitu
Neferhotep I dan Sobekhotep IV sekitar 1720 SM. Jika Dinasti Ke-14 berkebangsaan Kanaan,
maka bangsa Hyksos pertama kali muncul dalam sejarah Mesir sekitar 1650 SM ketika mereka
mengambil alih kendali atas kota Avaris dan bergegas ke selatan menuju Memphis, dan dengan
demikian berakhirlah masa kekuasaan Dinasti Ke-13 dan Dinasti Ke-14.

Rangkuman riwayat-riwayat tradisional mengenai "invasi" bangsa Hyksos atas Mesir


terdapat dalam Aegyptiaca karya Manetho, yang menulis bahwa pada masa itu bangsa Hyksos
menguasai Mesir di bawah pimpinan Salitis, pendiri Dinasti Ke-15. Meskipun demikian,
sekarang ini telah muncul teori baru yang mendapat banyak dukungan bahwa sesungguhnya
yang terjadi hanyalah migrasi sederhana yang melibatkan sedikit atau tanpa kekerasan sama
sekali. Menurut teori ini, para penguasa Mesir dari Dinasti Ke-13 dan Dinasti Ke-14 tidak
sanggup mencegah masuknya para pendatang dari kawasan Levant setelah meninggalkan
kerajaan-kerajaan mereka yang tengah mengatasi berbagai permasalahan internal yang
kemungkinan besar juga meliputi bencana kelaparan dan wabah penyakit. Baik dengan kekuatan
senjata maupun secara damai, melemahnya kerajaan-kerajaan yang dikuasai Dinasti Ke-13 dan
Dinasti Ke-14 sudah cukup untuk menjelaskan mengapa kedua dinasti itu jatuh seiring
bangkitnya kekuasaan bangsa Hyksos.

Para penguasa dan petinggi yang berkebangsaan Hyksos berkuasa di daerah muara timur
Sungai Nil bersama-sama dengan para bawahan mereka yang berkebangsaan Mesir. Para
penguasa Hyksos dari Dinasti Ke-15 menetapkan Memphis sebagai ibu kota dan pusat
pemerintahan mereka, serta menjadikan Avaris sebagai tempat tinggal mereka selama musim
panas. Kerajaan bangsa Hyksos ini berpusat di bagian timur Delta Nil dan di Mesir tengah, tetapi
dengan gigih mereka menerobos ke selatan untuk merebut kendali atas wilayah tengah dan
Mark, J. J. (2017, February 15). Hyksos. World History Encyclopedia. Retrieved from https://www.worldhistory.org/Hyksos/
https://delphipages.live/id/sejarah-dunia/dinasti-keluarga-bersejarah/hyksos-egyptian-dynasty
https://www.wikiwand.com/id/Sejarah_Mesir_Kuno#/Zaman_Kerajaan_Baru
wilayah hulu negeri Mesir. Bersamaan waktunya dengan kejatuhan Memphis ke tangan bangsa
Hyksos, keluarga Mesir yang menguasai Thebes menyatakan kemerdekaannya dan menjadikan
dirinya sebagai Dinasti Ke-16. Ada pula keluarga penguasa lain di Mesir tengah yang melakukan
hal yang sama, yakni memanfaatkan kekosongan pemerintahan akibat keruntuhan Dinasti Ke-13
untuk membentuk dinasti baru. Dinasti yang berumur pendek ini dikenal sebagai Dinasti
Abydos. Sekitar 1600 SM bangsa Hyksos sudah berhasil bergerak ke selatan memasuki Mesir
tengah, menyingkirkan Dinasti Abydos, dan secara langsung menentang Dinasti Ke-16. Dinasti
ini terbukti tidak mampu bertahan dan Thebes pun jatuh ke tangan bangsa Hyksos dengan masa
yang singkat sekitar 1580 SM. Bangsa Hyksos bergegas mundur ke utara sehingga Thebes
kembali menikmati sedikit kemerdekaan di bawah kepemimpinan Dinasti Ke-17. Semenjak itu,
tampaknya hubungan bangsa Hyksos dengan kawasan selatan sebagian besar bersifat komersial,
meskipun tampaknya para penguasa Thebes mengakui kekuasaan raja-raja Hyksos dan sangat
mungkin pula mempersembahkan upeti kepada mereka selama beberapa waktu.

Dinasti Ke-17 memperjuangkan kemerdekaan Mesir dan kelak memimpin perang


pembebasan yang menghalau bangsa Hyksos kembali ke Asia. Dua raja terakhir dari dinasti ini
adalah Tao II, Sang Pemberani dan Kamose. Ahmose I merampungkan penaklukan serta
pengusiran bangsa Hyksos dari daerah muara Sungai Nil, memulihkan kekuasaan Thebes atas
seluruh tanah Mesir, dan berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mesir atas wilayah-wilayah
bekas jajahannya di Nubia dan Kanaan. Masa pemerintahan ini menandai permulaan masa
kekuasaan Dinasti Ke-18, yang didirikan oleh Ahmose I yang merupakan permulaan Periode
Kerajaan Baru Mesir.

Mark, J. J. (2017, February 15). Hyksos. World History Encyclopedia. Retrieved from https://www.worldhistory.org/Hyksos/
https://delphipages.live/id/sejarah-dunia/dinasti-keluarga-bersejarah/hyksos-egyptian-dynasty
https://www.wikiwand.com/id/Sejarah_Mesir_Kuno#/Zaman_Kerajaan_Baru

Anda mungkin juga menyukai