Skripsi Hukum
Skripsi Hukum
SKRIPSI
Diajukan sebagai salahsatu syarat akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
Disusun Oleh :
Ade Sugiri
NPM 430200163251
SKRIPSI
Diajukan Oleh
Ade Sugiri
NPM 430200163251
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui/Menyetujui
KETUA
SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan oleh :
Ade Sugiri
NPM 430200163251
Penelaah
Mengetahui/Menyetujui
KETUA
SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
SKRIPSI
NIM : 430200163251
Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah asli dari hasil karya dari
penelitian saya, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan disebutkan dalam
daftar Pustaka.
Apabila skripsi ini terbukti merupakan hasil duplikasi atau plagiasi (jiplakan) dari
hasil karya penelitian orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
Yang Menyatakan
MATERAI
Ade Sugiri
iv
ABSTRAK
Ade Sugiri
PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM
PENGELOLAAN ANGGARAN DESA DI DESA PURWARAHAYU
KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN
UNDANG-UDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut terucap dari seorang makhluq selain ucapan syukur
Alhamdulillah kepada Kholiknya yang telah mewajibkan untuk sujud, dzikir dan
para sahabatnya dan kepada umatnya sampai akhir zaman termasuk kita semua.
Amin.
Desa”.
Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
1. Bapak Dwi Adhi Cahyadi SH.,M. Hum selaku Ketua Sekolah Tinggi Hukum
Galunggung Tasikmalaya.
2. Bapak H. Asep Yuyun Zakaria selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Hukum
Galunggung Tasikmalaya.
3. Bapak H. Aan Iskandar, SH., MH selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Hukum
4. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi
vi
5. Bapak Dr. H. Endang Kusaeni, S.H., M.Si,selaku Pembimbing II yang telah
6. Seluruh Staff Kantor dan para Kepala Lektor serta Lektor Sekolah Tinggi Hukum
Galunggung Tasikmalaya.
7. Istri dan anakku yang selalu ada dalam suka maupun duka dan menjadi
dan pengertiannya.
dan kasih sayangnya serta perhatian yang menjadi motivasi bagi penulis
9. Semua rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Pepatah mengatakan Tiada Gading Yang Tak Retak, namun penulis
bukanlah sebuah gading yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu bila
dalam penyajian, materi, atau hal lain yang mungkin tidak dapat dimengerti penulis
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama penyusunan Skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah.................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................9
E. Kerangka Pemikiran.................................................................................9
F. Metode Penelitian.....................................................................................14
A. Otonomi Daerah.......................................................................................18
B. Otonomi Desa...........................................................................................25
A. Pemerintahan Desa...................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN
viii
B. Hambatan dalam Pengawasan Anggaran Dana Desa......................79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................88
B. Saran......................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................90
115 ix
BAB I
PENDAHULUAN
usul, dan / atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system
tentang Desa menjelaskan bahwa desa memiliki kewenangan atau otoritas dalam
dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat setempat, namun harus
1
Wrihatnolo, Randy R, dan Nugroho, Riant. Manajemen Pembangunan Indonesia: Sebuah
Pengantar Panduan. Jakarta: Elekx Media Komputindo. 2006: Hlmn 24
1
Sebagai lembaga desa, fungsi dan kedudukan BPD semakin jelas, yaitu
BPD yang berkaitan dengan kepala desa, yaitu (1) membahas dan menyepakati
Kepala Desa.
pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah desa yang
akan berjalan dengan baik apabila terjadi kerjasama yang baik antara Aparat
Desa dengan BPD. Kapabilitas biasanya menunjukan potensi dan kekuatan yang
2
Maschab, Maschuri. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia. Yogyakarta: PolGov. 2013.
Hlmn 12
2
mempunyai wawasan yang luas baik pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan
sikap.3
adalah mitra kerja pemerintah Desa yang memiliki kedudukan yang sejajar dalam
Peraturan Desa. Dalam hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan memiliki
mensejahterakan masyarakat desa bersama dengan kepala desa. Salah satu fungsi
yang telah dibentuk dan disepakati bersama kepala desa berupa APBDes terkait
2014 pasal 55, BPD memiliki fungsi untuk melaksanakan pengawasan kinerja
pemerintahan desa yang berupa pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang kepala
3
Keuangan desa diperoleh dari beberapa sumber seperti, PAD, hibah, transfer
dari pemerintah pusat (APBN) yang berupa dana desa dan juga pendapatan lain-
lain yang diringkas menjadi APBDes yang juga digunakan untuk peraturan desa
agar dalam pelaksanaan kegiatan desa dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan perencanaan yang telah disepakati. Keuangan desa yang berupa anggaran
desa perlu diadakannya pengawasan dari pusat maupun dari desa itu sendiri.
2016 pasal 209 dinyatakan bahwa BPD berfungsi menetapakan peraturan Desa
Demikian juga dengan masa jabatan BPD, mereka hanya bisa menjabat paling
banyak 2 (dua) kali masa jabatan. Dari penjelasan di atas BPD hanya mempunyai
2 (dua) fungsi saja sebagai mana yang dijelaskanpasal 209. Berbeda dengan
terdapat dalam pasal 55, dijelaskan bahwa BPD mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu
nomor 32 tahun 2004 tidak memberikan legitimasi kepada BPD untuk melakukan
4
43 tahun 2014 Tentang pelaksanaan undang-undang No 6 tahun 2014 Tentang
Desa.
dimaksud pada ayat (1) merupakan evaluasi atas kinerja Kepala Desa selama 1
(satu) tahun anggaran. Hal ini juga selaras dengan Peraturan Daerah Kabupaten
pemerintahan secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran secara
peran dan potensi yang cukup besar dalam membangun dan mengelola
itu, Pemerintah Desa harus mampu membangun kemitraan, baik dengan BPD,
dan Fungsi (Tupoksi) untuk meningkatkan kinerja dari pemerintah desa agar
menjadi lebih baik, termasuk peranserta pengawasan yang optimal dari Badan
direncanakan oleh pemerintah desa berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh
5
karena itu, pemerintah desa saat ini menjadi salah satu objek perhatian
kerjasama yang baik antara Aparat Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Kapabilitas biasanya menunjukan potensi dan kekuatan yang ada dalam
Pemerintahan Desa, untuk itu Anggota BPD dituntut mempunyai wawasan yang
seseorang (Anggota BPD) dalam pengelolaan angagran desa dan dan dalam
kebutuhan yang akhirnya banyak aspirasi masyarakat yang tidak mampu terserap
6
Permusyawaratan Desa (BPD), sehingga para Anggota BPD belum mampu
akurat, tidak meratanya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh Anggota
BPD sehingga terjadi perbedaan dalam melihat dan memahami suatu persoalan.
sejalan dengan tugas dan fungsinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang
Desa, pembangunan desa serta pembinaan masyarakat desa, maka para Anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki sumber daya manusia yang
maksimal.
7
Anggaran Desa di Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapat
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut;
Tentang Desa.
8
D. Kegunaan Penelitian
wawasan kepada insan akademik pada khususnya dan masyarakat luas pada
2. Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi manfaat bagi:
a. Pemerintah
b. Masyarakat
c. Perguruan Tinggi
E. Kerangka Pemikiran
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sanse kerta, desa yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa
smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
9
dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
masyarakat”.4
di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu
sesuai dengan kondisi dan social budaya setempat, makaposisi Desa yang
Sistem tersebut dinilai kurang efektif karena terdapat pembangunan yang kurang
10
Badan Permusayawaratan Desa (BPD) sebagai badan perwakilan
dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Hal ini ditegaskan dalam Undang-
menyatakan bahwa :
“Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat”.5
Ketentuan yang mengatur dana desa adalah Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b
dan ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
2014 Pasal 11 ayat (3) mengatur bobot untuk jumlah penduduk sebesar 30%,
luas wilayah 20% dan angka kemiskinan sebesar 50% dan dikalikan dengan
5
Peraturan Pemerintah no 60 tahun 2014 tentangDesa
11
Indeks Kemahalan Kontruksi Kabupaten. Data-data yang digunakan adalah
sumber data dari perhitungan Alokasi Dana Umum (DAU). Kemudian Peraturan
sebesar 25%, luas wilayah 10%, angka kemiskinan 35% dan Indeks Kesulitan
dan pelaksana serta besarnya dana yang digunakan dalam pembiayaannya adalah
pemakaian dana desa sesuai dengan rencana maka Badan Permusyawaratan Desa
6
R.Terry, George, Prinsip-PrinsipManajemen, BumiAksara, jakarta, 2006. hal 7
12
menentukan dan mengukurp enyimpangan-penyimpangan sertamengambil
Siagian yaitu:
1. Pengawasan Langsung
a. Inspeksi langsung,
jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh
a. Tertulis, dan
b. Lisan7
7
Sondang P Siagian, FilsapatAdministrasi, BumiAksara, Jakarta, 2003, hal 15
13
nyata dan dekat di tingkat Desa, yang memainkan peran sebagai jembatan
adalah sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Hal ini ditegaskan
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
8
Aan Ari Dwipayana dan SutoroEko, MembangunGoogGovermenance di Desa, IRC Press,
Yogyakarta 2003, hal 25.
9
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2006. Hlmn 72
14
Pengumpulan data dilakukan dalam kondisi alamiah, sumber data
hukum, yakni :
10
Sugiyono 2011. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. HRD. Rhineka Cipta. Jakarta
15
a. Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang menjadi
acuan pokok.11
1945
Daerah,
Desa
Tentang Desa
kepemerintahan
11
Moh. Nasir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008 : Hlmn. 184
12
Ibid, Hlmn 188
16
Penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan wawancara
metode analisa kualitatif, dalam hal ini mengkaji secara mendalam bahan
hukum yang ada kemudian digabungkan dengan bahan hukum yang lain, dan
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, . Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta : Rajawali Pers. 2001. Hlmn. 122
17
BAB II
A. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi
otonomi kepada daerah atau desentralisasi yang sedikit mirip dengan negara
cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan
18
bertanggung jawab, utamanya dalam menggali, mengatur, dan memanfaatkan
otonomi daerah yang saat ini telah diterapkan di Indonesia. Jika sebelumnya
yang ada.15 Meskipun demikian, terdapat beberapa hal tetap diatur oleh
14
Wrihatnolo, Randy R, dan Nugroho, Riant. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia:
Sebuah Pengantar Panduan. Jakarta: Elekx Media Komputindo
15
Abe, Alexander, Perencanaan daerah partisipatif . Yogyakarta; Pembaharuan 2005. Hlmn
36
19
juga sebagai training ground dan pengembangan demokrasi dalam sebuah
sebenarnya ialah persiapan untuk karir politik level yang lebih tinggi yang
1945.
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
16
Juliantara, Wijaya, Pembaharuan kabupaten arah realisasi di era otonomi Daerah,
Yogyakarta, Pembaharuan
20
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian
isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah
dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah harus juga mampu menjamin
dorongan kepada daerah agar dapat melaksanakan otonomi secara efektif dan
21
pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang
Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan
pemerintahan.
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten atau kota dibagi
22
pada pemerintah pusat. Interpretasinya bahwa sistem sentralisasi itu adalah
oleh pemerintah daerah dan DPRD. Menurut asas otonomi dan tugas
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mana Gubernur,
pemerintah daerah.
mengatur dan mengurus rumah tangga ini mengandung tiga hal didalamnya,
maupun DPRD.
23
Kewenangan pemerintahan daerah, meliputi kewenangan membuat
daerah.
daerah, yaitu DPRD dan Kepala Daerah dan perangkat daerah serta
otonomi daerah berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 ini tetap dengan prinsip
yang dimiliki oleh suatu daerah, pelaksanaannya harus tetap dalam kerangka
17
Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ,Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada,2002,hlm. 76
24
otonomi daerah harus menjamin adanya hubungan yang serasi antara
B. Otonomi Desa
berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum
publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat
18
Ubedillah. Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani,,Jakarta ,Indonesia Center for
CivicEducation, 2000, hlm.170
19
Widjaya 2008 ,Otonomi Desa merupakan otonomi yang asli bulat dan utuh, PT Raja
Grafindo Persada
25
kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa
Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki
oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang
dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan
yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat
20
Arif, Saiful, Damanhuri, Warsa, Ronald J. Buku Seri Demokrasi 6”Budaya Politik
Demokrasi”. Averroes Press 2008. Hlmn. 68
26
pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang
Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada
kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena
yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak,
1. Pengertian Desa
Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, desa atau yang disebut
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem
21
Soekanto,Soerjono,Sosiologi suatu pengantar, PT.Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003
27
pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman,
yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepala desa
pemerintah tertentu.
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan desa itu sendiri.
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat
22
Amin Suprihartini, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Cet. I, Cempaka Putih,Klaten.
2007. Hlmn 56
28
Desa adalah wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup
bergotong royong, memiliki adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata
cermin atas sejauh mana aturan demokrasi diterapkan dalam Pemerintah Desa
setiap warganya.23
cara dan strategi yang berbeda-beda dengan tujuan agar masyarakat tersebut
yang paling bawah dan merupakan ujung tombak pemerintahan dan diatur
29
mengemukakan mengenai pengertian desa yaitu desa sebagai bentuk yang
asal usul yang bersifat istimewa dimana landasan pemikiran dalam mengenai
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa adalah:
a. Jumlah penduduk;
b. Luas wilayah;
d. Perangkat; dan
Jika Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi
30
pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan
baru diluar desa yang ada. Ungkapan "mengadakan desa baru" tidak berarti
31
Menteri tersebut ditindaklanjuti oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota
pembentukan Desa.
26
HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,
Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2003. Hlmn .14
32
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Pemerintahan Desa
1. Pengertian
dijelaskan secara jelas mengenai definisi dari Kepala Desa, kepala desa dapat
masyarakat Desa.
Alfian, Alfan M. Menjadi Pemimpin Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009.
27
Hlmn 19
33
desa bersama dengan kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa.
Selain itu tinjauan tentang desa juga banyak ditemukan dalam undang-
“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
“Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai administrasi penyelenggara
pemerintah desa”.
Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala
desa secara lebih rinci dan tegas yaitu bahwa pemerintah terdiri atas Kepala
Desa dan Perangkat Desa, adapun yang disebut perangkat desa disini adalah
34
Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, seperti Kepala Urusan, dan unsur
sendiri dan bukan dari atas kebawah seperti selama ini terjadi. Desa dapat
DPRD.29
ini karena tergantung dari kebutuhan dan keadaan desa masing-masing. Desa
28
Suparyo. Tugas dan Kedudukan BPD dalam UU Desa. Tersedia dari http://gedhe.or.id
2013. Hlmn 3 diakses Januari 2018
29
Arie Sudjito: UU Desa Perkuat Kewenangan Pemerintah Desa. 2017, Hlmn 4. Diakses
pada 17 Oktober 2020 melalui http://www.kabarwajo.com
35
memiliki pemerintahan sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa (yang meliputi kepala
desa dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lebih
a. Kepala desa
c. Sekretaris desa
berikut:
36
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pemeritah
desa merupakan betanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara
tersebut.30
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berwenang:
30
Huda, Ni’Matul. 2009. Otonomi Daerah (Filosofi,Sejarah Perkembangan dan
Problematika. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
37
g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
perundang-undangan; dan
perundang-undangan.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berhak:
dan
38
e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berkewajiban:
kepentingan di Desa;
39
n. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
anggaran; dan
anggaran.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016
40
(1) merupakan evaluasi atas kinerja Kepala Desa selama 1 (satu) tahun
anggaran.
aparatur desa, maka kepala desa dapat dikenai sanksi administratif, hal ini
pasal :
dalam Pasal 26 ayat (4) dan Pasal 27 dikenai sanksi administratif berupa
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
Selain memeiliki kewajiban dan tugasnya, kepala desa juga dilarang untuk
merugikan kepentingan umum, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pasal
29 yang berbunyi :
masyarakat tertentu;
41
f. Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
perundangan-undangan;
teguran tertulis.
42
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
Kepala desa dapat dipilih oleh masyarakat desa setempat, dalam pemilihan
kepaladesa telah diatur tata cara pemilihan calon kepala desa yaitu dalam
Kabupaten/Kota.
serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
disebutkan bahwa
Pasal 32
43
(2) Badan Permusyawaratan Desa membentuk panitia pemilihan Kepala
Desa.
(3) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(4) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
masyarakat Desa.
yaitu :
sederajat;
e. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;
44
i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara
dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
berulang-ulang;
k. Berbadan sehat;
l. Tidak pernah sebagai kepala desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan
Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
45
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh
Indonesia jauh sebelum bangsa ini terbentuk. Desa merupakan daerah yang
otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relative
Alfian, Alfan M. Menjadi Pemimpin Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009.
31
Hlmn 19
46
terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah
bahwa: 32
a. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
pemerintahan Negara Kesatuan Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat
Desa lainnya.
32
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
47
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, tujuan pembentukan
terendah dengan hak otonomi berbasis asal usul dan adat istiadatnya. Oleh karena
1. Pengertian BPD
Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya
Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
48
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
49
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
pemangku adat, golongan pirofesi, dan tokoh atau pemuka agama serta
enam tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk sekali masa jabatan
“parlemen”-nya desa. BPD merupakan lembaga baru didesa pada era otonomi
harus seragam pada seluruh desa di Indonesia dan dapat disebut dengan nama
lain.33
mufakat.34
33
Sudirwo, Daeng. Pembahasan pokok-pokok pemerintahan di daerah dan pemerintahan
desa. Bandung. Angkasa. 2008. Hlmn 18
34
Solekhan, Moch. Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Malang. Setara Pers. 2012. Hlmn.
53
50
dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala
kerjasama manusia sebagai unsur pokok dari apa yang disebut dengan
administrasi yang dilihat dari sisi terjadinya atau dibentuk terjadinya sebagai
51
lembaga legislatif di tingkat desa. Badan Permusyawaratan Desa merupakan
perubahan nama dari Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini.35
yang diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk
mufakat, berbagai konflik antara para elit politik dapat diselesaikan secara
jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus
masyarakat.36
aspirasi masyarakat dapat ditetapkan dalam bentuk peraturan desa tapi harus
35
Effendi, Bachtiar. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan, Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta. 2012. Hlmn. 34
36
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta:
Erlangga.
52
masyarakat yang dilakukan oleh BPD. Agregasi adalah proses
peraturan desa yang dilakukan oleh BPD atau oleh pemerintah desa. Dan
konsultasi adalah proses dialog bersama antara pemerintah desa dan BPD
dengan masyarakat.
dapat ditetapkan, hal ini dilakukan agar peraturan yang di tetapkan tidak
a. Landasan hukum materi yang di atur, agar peraturan desa yang diterbitkan
Yang dimaksud dengan wakil masyarakat dalam hal ini seperti ketua rukun
53
warga, pemangku adat dan tokoh masyarakat. Masa jabatan Badan
(satu) kali masa jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara penetapan anggota
dan pimpinan BPD diatur dalam Peraturan Daerah yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah Desa.
desa dan Badan Perwakilan Desa. Pertama, hubungan dominasi artinya dalam
pihak kedua menguasai pihak pertama, atau pihak kedua dengan sengaja
kemitraan artinya pihak pertama dan kedua selevel dimana mereka bertumpu
54
Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah Desa. Setelah BPD dan
peraturan desa, antara BPD dan Kepala Desa sama-sama memiliki peran yang
c. BPD membuat berita acara tentang Peraturan Desa yang baru ditetapkan;
dan
langsung untuk diketahui dan dipatuhi serta ditentukan pula tanggal mulai
pelaksanaannya.
berasal dari BPD maupun Kepala Desa dimana usulan tersebut dapat menjadi
55
Dalam tahap pembentukan Peraturan Desa, gagasan atau usulan usulan
lebih banyak berasal dari Kepala Desa dibandingkan dari pihak BPD. Hal ini
dikarenakan faktor pengetahuan dan wawasan BPD yang dirasa masih minim
dan juga karena Kepala Desa yang terpilih sudah lebih mengetahui tentang
keadaan dan kondisi desa tersebut. Proses pembuatan Peraturan Desa mulai
Nasional, Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 (pasal 64) tentang Desa,
eksekutif desa dan BPD sebagai lembaga legislative desa. Dalam rangka
56
kepentingan masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa
Desa, (2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa dan (3)
c. Fungsi Pengawasan
38
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa
57
Tugas dan fungsi pengawasan, meliputi: melaksanakan pengawasan
d. Fungsi Penganggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dengan fungsi ini BPD dengan
APBDes.
39
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang BPD Pasal 32
58
Siklus pengelolaan keuangan desa merupakan tanggung jawab dan
tugas dari kepala desa dan pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa
dari masyarakat.
yang berasal dari BPD maupun Kepala Desa dimana usulan tersebut dapat
Desa bahkan mitra kerja dari Kepala Desa, hal tersebut dimaksudkan agar
curiga antara Kepala Desa dan BPD sebagai Lembaga Legislasi yang
59
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Disinilah kemampuan
masyarakat.
40
Juliantara, Dadang. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam
Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. 2005. Hlmn 29
41
Misdyanti. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Jakarta.
Bumi Aksara. 2004. Hlmn 19
60
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan di
hormati.
diharapkan dapat tercapai dengan baik dan efektif. Dengan kata lain
(musdes) dengan peserta terdiri kepala desa, perangkat desa kelompok, dan
segala kebijakan tentang desa. Jika dilihat dari kedudukannya, kepala desa
selaku pemerintah desa dan BPD memiliki kedudukan yang sama, yakni
memiliki kedudukan yang sama, namun dengan fungsi yang berbeda. Bila
mempunyai visi dan misi yang sama dengan kepala desa sehingga BPD tidak
42
Nurcholis.H, 2011,Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta
Erlangga.
61
dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara demokratis oleh
masyarakat desa.43
4. Anggota BPD
Anggota BPD adalah masyarakat di desa setempat, hal ini tertuang dalam
Pasal 56 disebutkan :
secara demokratis.
(1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali
43
Sudjamiko, tanpa tahun, Isu-isu Strategis UU Desa, kkn.bunghatta.ac.id/ (online),
diakses (22 Oktober 2020).
62
d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;
Mengenai jumlah dari anggota BPD ditentukan paling sedikit 5-9 orang yang
didasarkan pada jumlah penduduk dan kemampuan dari desa itu sendiri.
gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang,
Keuangan Desa.
sebagai berikut:
63
selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai
lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa
kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
64
Pasal 60 disebutkan Badan Permusyawaratan Desa menyusun peraturan tata
Dalam menjalankan tugasnya, BPD memiliki hak yang telah diatur dalam
Pasal 62 yaitu
b. Mengajukan pertanyaan;
Beberapa hal yang menjadi kewajiban bagi Anggota BPD yang diatur Pasal
63 yaitu :
65
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
masyarakat Desa;
dan/atau golongan;
e. Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; dan
kemasyarakatan Desa.
Desa;
66
c. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
b. Mengajukan pertanyaan;
a. Kepala Desa dan BPD membahas dan menyepakati bersama peratura desa
tentang Desa);
masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa
tentang Desa);
67
f. Kepala Desa dan BPD membahas bersama pengelolaan kekayaan milik
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
c. Menyalahgunakan wewenang;
68
11. Mekanisme Musyawarah BPD
Dalam pasal 65 diatur mengenai tata cara atau mekanisme musyawarah yang
dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
mencapai mufakat;
Manila44 terdapat beberapa jenis hubungan antara pemerintah desa dan Badan
44
Manila, I.GK. . Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum. 2006. Hlmn 102
69
hubungan tersebut pihak pertama menguasai pihak kedua. Kedua, hubungan
diri tunduk pada kemauan pihak pertama. Ketiga, hubungan kemitraan artinya
pihak pertama dan kedua selevel dimana mereka bertumpu pada kepercayaan,
itu hubungan yang bersifat kemitraan anatara BPD dengan Pemerintah Desa
Pemerintah Desa.
45
Wasistiono, dkk. Memahami Asas Tugas Pembantuan (Melalui. Pandangan Teoretik,
Legalistik, dan Implementasi. Fokusmedia. Bandung.. 2006. Hlmn 39
70
Terdapat beberapa jenis hubungan antara pemerintah desa dan Badan
diri tunduk pada kemauan pihak pertama. Ketiga, hubungan kemitraan artinya
pihak pertama dan kedua selevel dimana mereka bertumpu pada kepercayaan,
180025'00" Bujur Timur, dengan ketinggian di atas permukaan laut berkisar dari
46
Wasistiono, dkk. Memahami Asas Tugas Pembantuan (Melalui. Pandangan Teoretik,
Legalistik, dan Implementasi. Fokusmedia. Bandung.. 2006. Hlmn 34
71
± 900 M dan rata-rata curah hujan mencapai 1.500 MM / tahun. Luas Wilayah
Dimulai dari awal mula lahir nya desa purwarahayu, ketika Gunung
Taraju dijadikan nama suatu desa, yang awal mulanya adalah desa Nangerang
dan dengan adanya musyawarah para tokoh desa, hingga akhirnya menjadikan
Bapak Kodir sebagai kepala desa pertama, pada awalnya warga di desa
Purwarahayu adalah keturunan dari Bale Desa Bani Copo, bani copo adalah suatu
panggilan untuk sebutan dari orang yang mahir dalam agama islam pada jaman
hindu. Adapun batas wilayah dari desa Purwarahayu adalah sebagai beirkut:
slah satunya Terdapat situs keputihan, yang didalamnya terdapat makam dari kiai
haji sakti darmajati, syaking rahmatullah, yaitu seorang tokoh penyebar agama
islam pada jaman hindu, dan terdapat peninggalan - peninggalan lainnya, seperti
kendi, batu, dan gentong, dan terdapat tempat dimana pada dulunya untuk
perkumpulan para wali - wali. dan situs ini sudah dibuka namun belum ada
72
Terkait dengan organisasi yang menunjang terhadap pemerintahan desa
73
BAB IV
PEMBAHASAN
tersebut.
berlaku bagi semua anggota BPD yang ada di setiap desa, tidak terkecuali di
mereka adalah yang nantinya akan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, untuk
itu penting dan merupakan suatu kewajiban bagi anggota BPD untuk mengetahui
74
BPD di Desa Purwarahayu tidak berjalan sesuai tungas dan fungsinya
selaku mitra desa dan penampung aspirasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena
ketidak tahuan kepada tugas dan fungsi Lembaga BPD itu sendiri, tidak adanya
menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan dalam setiap kebijakan pemerintah
desa.. Tapi dalam kenyatan di Desa Purwarahayu, lembaga BPD kurang di ikut
anggaran dana tidak sesuai dengan alokasi atau kebutuhan yang akhirnya banyak
aspirasi masyarakat yang tidak mampu terserap yang berdampak pada tingkat
maksimal.
75
efektifnya jalinan komunikasi antara Anggota Badan Permusyawaratan Desa
akurat, tidak meratanya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh Anggota
BPD sehingga terjadi perbedaan dalam melihat dan memahami suatu persoalan.
perjanjian tertulis, namun apabila ada unsur kesenagajaan BPD belum melakukan
perencanaan awal.
negara dan berlaku bagi seluruh warga negara yang berada dalam kawasan
dibuat oleh BPD ini berupa peraturan desa ataupun ketentuan desa yang
diberlakukan bagi segenap warga desa yang berada di desa yang bersangkutan.
76
kebutuhan masyarakat desa dan mampu mengartikulasikannya dalam suatu
sejalan dengan tugas dan fungsinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang
Desa, pembangunan desa serta pembinaan masyarakat desa, maka para Anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki sumber daya manusia yang
maksimal.
adalah pemerintah desa sedangkan anggota BPD hanya di aktifkan saat akan
mengesahkan saja, padahal sudah seharusnya BPD ikut serta mulai dari awal
rencana pembuatan APBDes, hal itu membuat anggota BPD tidak mengetahui
77
dan BPD itu sendiri dalam menyusun suatu kebijakan. Kenyataan yang terjadi
saat ini adalah masyarakat desa tidaklah mampu untuk menyelenggarakan sistem
Jika dilihat lebih mendalam, tugas yang harus dikerjakan oleh Pemerintah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dan terakhir Peraturan Desa
(Perdes).
Indonesia juga berdinamika dalam soal pengelolaan anggaran desa, baik dari
dana desa, bantuan provinsi, bantuan kementerian, bantuan kabupaten dan lain
permasalahan, seperti pengalokasian anggaran desa yang tidak tepat atau tidak
segera dan cermat, selain karena menyangkut hajat hidup dan kepentingan warga
78
desa, juga merupakan bentuk penegakan supremasi hukum, terutama dalam
sebagai mitra kerja pemerintah desa, sumber dana yang kurang, kedasadaran dan
motivasi dari anggota BPD. Kurangnya koordinasi antara pihak pemerintah desa
dengan BPD. Masih rendahnya pemahaman BPD mengenai peran dan fungsinya,
dilatarbelakangi oleh BPD yang bersifat pasif sehingga hubungan yang terjadi
antara BPD dengan masyarakat kurang terjalin dengan baik dan BPD yang
kinerja masing-masing.
Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan yang mendorong masuknya para anggota
79
orang dan ada juga yang berasal atas dasar kepentingan pribadi paska Pilkades
yang bukan atas dasar kemauan diri sendiri tersebut membuat etos kerja BPD
menjadi rendah serta menganggap menjadi anggota BPD hanya sebagai status
Profesi diluar menjadi anggota BPD yang menyita banyak kesibukan membuat
frekuensi kerja para anggota menjadi berkurang dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Sebagian anggota beprofesi sebagai pegawai swasta dan petani yang
berprofesi sebagai pedagang yang hanya memiliki waktu pagi hari sampai siang
hari untuk menuangkan tenaga dan pikirannya dalam memenuhi tanggung jawab
sebagai anggota BPD. Dari ketiga profesi yang dimiliki para anggota BPD tidak
terdapat keselarasan waktu antara anggota BPD satu dengan yang lainnya
secara jelas, sehingga pengelolaan BPD yang belum maksimal ini menjadikan
kinerja BPD Desa Purwarahayu Kabupaten Tasikmalaya tidak bisa efektif dan
efisien.
80
Sebagai lembaga desa, fungsi dan kedudukan BPD semakin jelas, yaitu
merencanakan anggaran, dan mengawasi pemerintahan desa. Pada pasal 55, Undang-
Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan sejumlah fungsi BPD yang
berkaitan dengan kepala desa, yaitu (1) membahas dan menyepakati Rancangan
Peraturan Desa bersama Kepala Desa; (2) menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat Desa; serta (3) mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan
terintegrasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dapat tercapai
Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam penyelenggaraan tugas pemerintah
2014 pasal 55, BPD memiliki fungsi untuk melaksanakan pengawasan kinerja kepala
81
desa. Pengawasan kinerja kepala desa menyangkut seluruh aspek pemerintahan desa
yang berupa pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang kepala desa. Adapun BPD
dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja kepala desa terkait dengan
keuangan desa.
rencana alokasi dana desa. Tahapan penyusunan rencana kegiatan anggaran dana
desa merupakan tahapan yang sangat penting dimana jika perencanaan yang dibuat
tidak sesuai dengan peruntukan maka secara otomatis hasil dari perencanaan tersebut
tidak dapat dilaksanakan, disinilah peran dari BPD untuk mengawasi tahapan dalam
pengelolaan anggaran dana desa agar program dan kegiatan yang dihasilkan sesuai
dengan peruntukan pengelolaan anggaran dana desa dan program dan kegiatan
tersebut benar-benar aspirasi dari masyarakat serta merupakan program dan kegiatan
khususnya pada pengawasan pada setiap tahapan dalam pengelolaan anggaran dana
desa dikarenakan kurangnya kerjasama yang baik antara Kepala Desa beserta
aparatur desa yang kooperatif dan menjadikan BPD sebagai mitra kerja yang solid
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian selanjutnya didapati bahwa
BPD kurang optimal dalam pengelolaan dana desa, dimana BPD bersifat pasif yaitu
hanya melakukan pengesahan saja tanpa terlibat dalam perencanaan anggaran dana
82
perkembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan. Kurabgnya melakukan
pelaksanaan pengawasan inilah BPD dapat melihat apakah kegiatan yang sedang
ataupun pengadaan barang dan jasa, BPD hanya mengevaluasi keberadaan fisik tanpa
menilai anggaran dana yang telah dikeluarkan, tidak melihat apakah ada kesesuaian
tentang badan permusyawaratan desa pasal 19 ayat (1) huruf b disebutkan bahwa
peraturan desa dan peraturan kepala desa. Pada pasal 109 disebutkan BPD
dilakukan berisfat pasif untuk melakukan pengesahan pada anggaran dana kurangnya
tidak langsung juga merupakan upaya pengawasan oleh BPD. Pengawasan yang
83
bersifat a-priori ini mengandung unsur pengawasan preventif yang bertujuan untuk
kinerja desa termasuk dalam pengelolaan anggaan dana desa. Kurang. optimalnya
pengelolaan dana desa dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam
Tasikmalaya.
kebanyakan tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang jelas tentang BPD,
dengan baik, hal itu disebabkan kurang nyaminat anggota BPD untuk mempelajari
dan memahami perannya sebagai BPD. Selain itu menurut keterangan dari beberapa
didominasi tamatan SMA. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
yang menyatakan bahwa minimal pendidikan BPD adalah dari sekolah menengah
84
Menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa
Pada Pasal 61 huruf a memberikan hak pada BPD untuk mengawasi penyelenggaraan
Pada ayat ketiga tersebut, biaya ooperasional BPD adalah dari APBDes,
dengan demikian tidak adanya dana alokasi khusus untuk anggota BPD seperti untuk
tunjangan maupun biaya lainnya. Undang-Undang No/ 6 tahun 2014 tentang Desa
Pada Pasal Pasal 62 disebutkan bahwa anggota BPD mendapat tunjangan dari
tetap, kebijakan selama ini hanya inisiatif dari ketua BPD, anggota BPD hanya
melaksanakan apa yang ditugaskan oleh ketua BPD. Berdasarkan wawancara dengan
ketua BPD mengatakan bahwa, anggota BPD masih dapat diajak untuk bekerja sama,
hal itu ditunjukkan dengan selalu mengusahakan hadir dalam setiap rapat, namun
rapat tersebut tidak dapat dilakukan terus menerus dikarenakan jarak tempat tinggal
anggota BPD yang berjauhan, sarana transportasi yang kurang memadai serta kondisi
jalan yang rusak saat hujan deras, sehingga anggota BPD dikondisikan sesuai dengan
keperluan.
85
sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai
dengan adat istiadat Desa; memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung; batas wilayah Desa yang
dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan
publik; dan tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya
diatas diperlukan orang-orang yang mampu berkomunikasi dengan baik serta mampu
Desa (BPD). Dengan tingginya derajat keilmuan yang dimiliki seseorang maka akan
semakin tinggi tingkat analisis terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi dalam suatu
BPD masih standar sehingga hal inilah yang menjadi faktor penghambat di dalam
yang menjadi anggota BPD. Dalam pemilihan anggota BPD ini tidak dilakukan
begitu saja. Tokoh-tokoh masyarakat juga melihat dan menilai orang-orang layak
86
menjadi anggota BPD. Orang-orang yang menjadi anggota BPD sudah memiliki
pengetahuan yang lebih dan wawasan yang bagus tentang pemerintahan sehingga
yang tinggi untuk dapat meramu dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada
Pemerintah Desa. Tingkat kapabilitas, motivasi dan pendidikan anggota BPD dalam
Selain masalah atau hambatan tersebut, terdapat juga faktor lain yang
demokratis (Pasal 1 angka 4). Namun para anggota BPD berasal dari orang
‘seadanya’, jarang ada yang minat untuk mendaftarkan diri sebagai BPD.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengelolaan anggaran desa Purwarahayu belum berjalan dengan baik, hal ini
tampak terlihat dari peran BPD sebagai legislasi belum optimal. BPD
B. Saran
akademisi, pemerintah daerah, maupun pihak yang ditunjuk. Selain itu perlu
88
adanya perhatian dari pemerintah terkait dengan tunjangan khusus untuk
anggota BPD.
pelayanan desa.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Alfan M. Menjadi Pemimpin Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2009. Hlmn 19
Ali, Madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan.Malang. Averroes Press.
Alfian, Alfan M. Menjadi Pemimpin Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2009. Hlmn 19
Arif, Saiful, Damanhuri, Warsa, Ronald J. Buku Seri Demokrasi 6”Budaya Politik
Demokrasi”. Averroes Press 2008. Hlmn. 68
HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,
Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2003. Hlmn .14
Huda, Ni’Matul. 2009. Otonomi Daerah (Filosofi,Sejarah Perkembangan dan
Problematika. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Moh. Nasir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008 : Hlmn. 184
Sugiyono 2011. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. HRD. Rhineka Cipta. Jakarta
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, . Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta : Rajawali Pers. 2001. Hlmn. 122
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang BPD Pasal 32
Widjaya 2008 ,Otonomi Desa merupakan otonomi yang asli bulat dan utuh, PT Raja
Grafindo Persada