Anda di halaman 1dari 23

Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah

Pembuktian Rasional secara Klasik


Al-Farabi’s Philosophical Thinking and Aristotle's Logic: A Classical
Rational Proofment
Bunyamin
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia
bunyamin@staisyamsululum.ac.id

Abstrak
Orang beranggapan bahwa logika yang berkembang di dunia Islam hanya diambil
begitu saja dari logika Yunani, khususnya logika Aristoteles. Hal ini tentu sama sekali
tidak benar, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengembangan
pemikiran filsafat al-Farabi yang didasarkan pada logika aristoteles. Penelitian ini
mengguanakn metode penelitian historis atau metode sejarah. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik kepustakaan dan dokumentasi. Kemudian data-
data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknis analisis data
kualitatif. Dari hasil kajian ditemukan bahwa sumbangan al-Farabi terhadap logika
Aristoteles ialah syarat “kesatuan yang delapan” bagi pembentukan hubungan
kontradiksi. Selain itu al-Farabi menolak syarat arus-balik dalam proposisi hubungan
kausal yang ternyata hanya berlaku kalau kebetulan dan menggantinya dengan
merumuskan tiga bentuk kemestian mutlak. Berdasarkan hasil kajian dapat
disimpulkan bahwa al Farabi tidak menerima Logika Aristoteles begitu saja,
melainkan menolak sebagian, merevisi, melengkapi, dan menambahinya dengan yang
baru serta mengklasifikasikannya ke dalam susunan yang lebih logik.
Kata Kunci: Al-Farabi, Aristoteles, Filsafat & Logika

Abstract
People assume that the logic that developed in the Islamic world was taken from
Greek logic, especially Aristotle's logic. This is certainly not true at all, therefore this
study aims to explain the development of al-Farabi's philosophical thinking which is
based on Aristotelian logic. This research uses historical research methods or
historical methods. Data collection techniques used are library and documentation
techniques. Then the data collected has been analyzed using qualitative data analysis
techniques. From the results of the study it was found that al Farabi's contribution to
Aristotle's logic was "The eight unity" condition for the formation of contradictory
relations. In addition, al Farabi rejects the condition of backflow in the proposition
of causal relations which turns out to only apply if by chance and replaces it by
formulating three forms of absolute necessity. Based on the results of the study it can
be concluded that al Farabi did not accept Aristotelian logic just like that, but rejected
some, revised, supplemented, and added to the new one and classified it into a more
logical arrangement.
Keywords: Al-Farabi, Aristotle, Philosophy & Logic

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 18


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

I. PENDAHULUAN pengetahuan itu beribu kepada


Studi Sejarah Kebudayaan logika.
memberikan kesan kepada kita Kebudayaan tidak akan
bahwa ilmu pengetahuan itu berkembang kalau tidak didukung
berinduk kepada filsafat. Filsafat oleh kerja akal yang logik. Bangsa
menghadapi segala masalah yang tidak mau berlogika, alam
dengan pemikiran radikal, berusaha pemikirannya akan mandeg,
mengungkap hakekat sesuatu kebudayaannya akan beku.
obyek secara tuntas, hingga Kalaupun terjadi kontak budaya
diperoleh kebenaran hakiki. dengan bangsa lain, tiada mampu
Kemudian berangsur-angsur mengolah dan
muncul berbagai cabang ilmu mengadaptasikannya kepada
pengetahuan, yang taraf pemikiran norma budayanya sendiri.
untuk memperolehnya tidak Sekiranya diterima, penerimaannya
seradikal pemikiran filsafat. Corak secara mentah, utuh tiada terolah,
dan sebutan ilmu pengetahuan itu dan mungkin begitu saja diakui
bergantung kepada macam obyek sebagai miliknya sendiri.
forma yang menjadi acuan Kebanyakan orang Barat, yang
memandangnya. pada umumnya beragama Nasrani,
Cara kerja filsafat dan ilmu yang barangkali melupakan
pengetahuan itu terikat oleh suatu sejarah, bahwa gereja mereka
syarat yang sama, ialah sifat ilmiah. pernah menyengsarakan ummatnya
Yakni jalan pemikiran yang harus yang menerima filsafat Yunani dan
menampilkan hubungan ketat logika Aristoteles secara
antara sebab dan akibat, anteseden keseluruhan, sering menuduh
dan konsekuen, mukaddimah dan bahwa orang Islam hanya
natijah, antara alasan dan menjiplak kebudayaan Barat saja.
kesimpulan. Semuanya itu diatur Antara lain, J. W. M. Bakker S.Y.
oleh logika, suatu ilmu yang dalam bukunya Sejarah Filsafat
memberi aturan cara kerja akal agar Dalam Islam mengatakan: “Corak
runtut dan benar. Oleh karena itu keislaman dan filsafat ini hanya
wajarlah apabila orang berkata, lahir dan tidak langsung” (Bakker,
bahwa filsafat dan ilmu 1978). Artinya hanya lahirnya saja,
hanya tempelan, tidak langsung

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 19


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

tumbuh dari benih Islam sendiri. (pengumpulan data dan informasi


Dalam bidang logika antara lain dengan bantuan bermacam-macam
Nicholas Rescher menyatakan: matrial yang terdapat di ruang
“Logika Arab, sebagaimana lain- perpustakaan seperti Koran,
lain ilmu pengetahuan serta filsafat naskah, catatan-catatan kisah
Arab pada abad Tengah, sejarah, dokumentasi dan
seluruhnya bersifat Barat, dan sama sebagainya) dan dokumentasi.
sekali tidak berhubungan dengan Kemudian data-data yang telah
filsafat Timur” (Edwards, 1972). terkumpul dianalisis dengan
Benarkah bahwa logika yang menggunakan teknis analisis data
berkembang dalam kalangan kualitatif.
bangsa Arab khususnya dan dunia Secara lebih rinci untuk
Islam pada umumnya itu memecahkan masalah penelitian
seluruhnya hanya diambil begitu mula-mula dibicarakan logika
saja dari logika Yunani, atau Aristoteles dan perkembangannya
tegasnya logika Aristoteles? Inilah hingga abad ketiga Masehi.
masalah yang hendak dikaji dalam Kemudian hendak diungkapkan
pembahasan ini. nasib logika Aristoteles di dunia
II. METODE PENELITIAN Kristen pada abad-abad ketiga
Penelitian ini mengguanakn hingga kelima. Lalu disajikan
metode penelitian historis atau bagaimana perlakuan dunia Islam
metode sejarah. Tujuan penelitian terhadapnya pada abad-abad
sejarah adalah membuat ketujuh hingga kesepuluh.
rekonsruksi masa lampau secara Akhirnya pembahasan khusus
obyektif dan sistematis dengan tentang tanggapan al Frabi terhadap
mengumpulkan, mengevaluasi, logika Aristoteles tadi.
serta menjelaskan dan Demikianlah urutan pembahasan
mensintesiskan bukti-bukti untuk ini.
menegakkan fakta dan menarik III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kesimpulan secara tepat (Nasir, A. Logika Aristoteles dan
2003). Perkembangannya
Teknik pengumpulan data Logika ialah suatu ilmu “
yang digunakan dalam penelitian yang mempelajari hukum-hukum
adalah teknik Kepustakaan memikir yang harus ditaati agar

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 20


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

kita berfikir dengan benar dan 2. De Interpretatione atau


mencapai kebenaran” (Driyarkara, Perihermenias, dua jilid, berisi
tt), atau “studi yang sistematik pembahasan tentang bentuk-bentuk
tentang cara-cara yang baku proposisi mantiki, yang dalam
dipergunakan untuk membedakan tatabahasa sama dengan kalimat
pemikiran yang benar dengan yang berita.
salah” (Edwards, 1977). Orang 3. Prior Analytics, dua jilid,
yang mula-mula menyusun ilmu ini membicarakan bentuk-bentuk baku
secara formal ialah filosuf Yunani sillogisme yang dipergunakan
Kuno, Aristoteles (384-322 SM). orang dalam berhujjah atau
Keistimewaan Aristoteles berargumen; sillogisme modalitet;
yang terbesar ialah bahwa tanpa teoni-teori opposisi (pertentangan
ada yang mendahului, dan antara dua proposisi) dan konversi,
tergantung hampir keseluruhannya yakni pemutaran letak term subyek
pada kekuatan pemikirannya, ia dan predikatnya dalam proposisi
menciptakan ilmu baru, itulah ilmu kategorik.
logika, Demikian pengakuan Dr. 4. Posterior Analytics, dua
Will Durant dalam buku The Story jilid, membahas tentang hakikat
of Philosophy (Durant, 1957). ilmu pengetahuan ilmiah.
Kepeloporan dan kecermatannya 5. Topics, ada delapan jilid,
berfikir mengklasifikasi ilmu menelaah tentang hukum-hukum
pengetahuan pada masanya perbantahan secara dialektik,
menyebabkan ia memperoleh gelar semacam pedoman berdiskusi yang
sebagai Guru pertama ataupun melibatkan argumentasi yang harus
Filosuf Pertama (Benton, 1965). valid atau sahih.
Adapun semua karya logik 6. De Sophisticis Elenchis,
Aristoteles itu setelah disusun oleh berisi kupasan yang rumit tentang
para muridnya, ada enam macam argumen-argumen yang
(Edwards, 1972): menyesatkan, seperti dilemma dan
1. Categories, mengupas paradoks. Sebagian ini merupakan
tentang pembagian ungkapan- kelanjutan isi buku Topics.
ungkapan linguistik menjadi Kemudian karya-karya lain
ungkapan proposional dan yang erat sekali penggunaannya
ungkapan non-proposisional. dengan logika, oleh para muridnya

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 21


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

dimasukkan pula ke dalam mereka berpendapat bahwa logika


kelompok logika yaitu buku itu merupakan alat untuk
Rhetoric, yang mengemukakan berfilsafat.
tentang seni pidato, dan buku Dalam Prior Analytics,
Poetics, teon menggubah sajak, Aristoteles hanya mengemukakan
yang hams menampung tiga macam bentuk baku
pengertian-pengertian yang benar sillogisme-kategorik dengan rumus
lagi bernas. Oleh para pengulasnya bentuk sebagai berikut:
kedelapan buku tadi dinamai
Organon, yang berarti alat, karena
Tabel 1 Macam-Macam Bentuk Baku Sillogisme-Kategorik
Bentuk I Bentuk II Bentuk III
MP PM MP
SM SM MS
SP SP SP
(Sub-Pre) (Bis-Pre) (Bis-Sub)

Padahal masih ada sebuah subyek dalam premis-mayor. Jadi


kemungkinan lagi, yaitu pasangan persis merupakan kebalikan dari
yang term M menempati predikat Bentuk I. Kemudian ini dinamai
dalam premis-minor dan pada Bentuk IV, yang rumus bentuknya:

Tabel 2 Bentuk Baku Sillogisme-Kategorik IV


Bentuk IV
P M
M S
S P
(Pre-Sub)

Hal tersebut diketahui oleh mengandung kontradiksi dalam


murid Aristoteles, Theophrastus dirinya” dan sifat asasi sesuatu
dan Eresus (321-286 SM). natijah ialah “harus mengikuti
Selanjutnya ia melengkapi unsur terlemah yang ada pada
pengertian tentang yang mungkin premis-premisnya” (Benton,
yaitu “sesuatu yang tidak 1965). Ia juga menambahkan tiga

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 22


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

buah bentuk sillogisme-hipotetik olehAristoteles yaitu sebagai


yang belum dibicarakan berikut:
Tabel 3 Tambahan Bentuk Sillogisme-Hipotetik
I II III
Jika A maka B Jika A maka B Jika A maka C
Jika B maka A Jika bukan maka C Jika B maka bukan C

Maka: Maka: Maka:


Jika A maka C Jika bukan B maka C Jika A maka bukan B

atau Atau atau


Jika bukan C maka Jika bukan C maka B Jika B maka bukan A
bukan A

Dengan demikian segala SM) murid Socrates, demikian pula


kemungkinan bentuk sillogisme oleh pengikut aliran Stoa, yang
dalam argumentasi sehari-hari dipelopori oleh Zeno (336264 SM)
telah tercakup dan tertampung serta para pengulas yang lain
ketentuan hukumnya. seperti: Cicero (106-43 SM), Philo
Aristoteles pun belum (25 SM- 50), Senecca (4 SM - 65),
mengemukakan adanya beberapa Galenus (150 - 200) dan Origen
buah sillogisme-subaltern, yaitu (185 - 254).
ubahan sillogisme valid yang Sejak abad ketiga hingga abad
kesimpulannya universal dijadikan kedua sebelum Masehi, yang
partikular tetapi tetap masih valid. berkembang ialah pembahasan
Ini berupa ikatan-ikatan yang tentang “Lira Paradox” yaitu
bermodus Barbari, Celaront, sejenis kontradiksi yang serba
Cesaro, Camestros dan Camenos. salah, melebihi dilemma yang
Ikatan-ikatan sillogisme-subaltern ruwet. Paradox jenis ini
tersebut diungkapkan oleh Ariston, ditampilkan oleh Eubulides mund
seorang Peripatetik Alexandria Euclides, dan bahannya diambil
pada abad pertama sebelum Masehi dari rumusan Aristoteles sendiri
(Ibid.). Logika ini dipelajari terus dalam buku De Sophisticis
oleh para logisi aliran Negara yang Elenchis.Lama setelah itu tidak ada
didirikan oleh Euclides (430-360 perkembangan apa-apa, karena

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 23


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

orang tenggelam dalam perpecahan dan pertentangan terus-


pembahasan paradoks-pembohong menerus.
tadi. Atas prakarsa Konstantin :272-
Barulah pada abad ketiga 337, pada tahun 325
Masehi ada tambahan karya berlangsunglah Sidang Agung
penjelas yang dikarang oleh Gereja atau Konsili yang pertama
Porphynius: 233 - 306), yang di Nicaea, yang bertujuan hendak
berjudul Eisagoge, sebagai menyelesaikan pertentangan
pengantar bagi buku pertama keyakinan antara Arianisme (aliran
Aristoteles, Categories. Buku Anus) di Iskandaria dengan aliran
Eisagoge ini membahas Alexander di Konstantinopel.
lingkungan-lingkungan subtansi Arianisme berpendirian bahwa zat
dan acciden yang kini disebut Yesus Kristus itu berbeda dengan
klasifikasi. Dengan memasukkan Zat Tuhan Allah. Sedangkan aliran
Eisagoge ini ke dalam Organon, Alexander berpendapat bahwa
maka logika Aristoteles menjadi Yesus Kristus dan Tuhan Allah itu
sembilan buah buku. zatnya sama. Dengan pengaruh
Pada waktu itu alam fikiran Kaisar, maka Konsili Nicaea ini
Yunani, termasuk logika mengesahkan aliran Alexander
Aristoteles, tersebar di tempat- sebagai Agama Negara, dan
tempat pusat kegiatan berilmu menindas Arianisme. Keputusan
pengetahuan, yakni di kota-kota yang lain di antaranya:
Athena, Antiokia, Iskandaria dan 1. Di Athena dan Antiokia
Roma, tanpa mengalami orang dilarang mempelajari
perkembangan baru. filsafat, alam fikiran Yunani. Di
B. Logika Aristoteles di Dunia Iskandaria sendiri, karena di situ
Kristen Pada Abad Ke III-IV juga berkembang filsafat Neo-
Filsafat Yunani dan Logika Platonisme, padahal ajaran Plotinus
Aristoteles mempengaruhi pula itu sesuai dengan ajaran Kristen
pemikiran orang-orang Kristen, yang sah, maka penduduknya boleh
terutama sehubungan dengan berfilsafat itu.
Ketuhanan Yesus Kristus. 2. Pembatasan keizinan
Sedikitnya ada dua faham yang mempelajari logika Aristoteles.
saling berbeda, sehingga terjadi Dalam hal ini orang hanya

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 24


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

diizinkan mempelajari kitab-kitab Pada tahun 381


Eisagoge, Categories dan DE diselenggarakan pula Konsili
Interpretatione saja. Selain itu, Konstantinopel. Aliran Anus yang
yang benar-benar membahas tadinya telah direhabilitasi,
argumentasi dan berfikir kritik, dinyatakan terlarang lagi. Para
dinyatakan sebagai bab-bab pengikutnya menyelamatkan diri
terlarang. mengungsi ke Timur, memelihara
Bagi keamanan ajaran Kristen, dan mengembangkan ajarannya di
memang tepatlah larangan situ. Gerakan hijrah ini kian besar-
mempelajari buku-buku yang besaran lagi setelah berlangsung
membahas tentang sillogisme, Konsili Ephesus tahun 431, dengan
hukum-hukumnya dan kaidah- keputusan antara lain (Syarif,
kaidah berfikir kritik itu, karena 1979):
pada dasarnya konsepsi 1. Aliran Nasaret (Nestorians)
ketahanannya irrasional. Untuk dinyatakan sesat (heresy =bid’ah).
mengenal dan memisahkan 2. Mereka dihukum buang ke
kebenaran dan kepalsuan, orang kota Antiokia dan negeri-negeri di
harus berpengetahuan tentang sekitar Syria.
premis dan argumen. Hal ini Di tanah pengasingan itu
termuat dalam Prior Analytics, mereka tetap mengembangkan
Posterior Analytics dan filsafat Yunani dan ajaran aliran
selanjutnya, yang justru dinyatakan mereka dan malah mendirikan
sebagai bab-bab terlarang tadi. perguruan di kota Nasibis, di
Putusan Konsili Nicaea itu daerah kekuasaan Persia. Karena
berakibat buruk terhadap nasib Kisra-kisra Persia melindungi
Alam Pikiran Yunani dan Logika usaha mereka, maka amanlah
Aristoteles, juga bagi ummat mereka dan bersemangat
Kristen yang memerangi aliran menyebarkan keyakinan, sekaligus
yang dinyatakan terlarang. membela filsafat Yunani di daerah
Payahnya lagi karena Kaisar tiada Timur ini.
tetap pendiriannya, berbolak-balik Sementara itu di Iskandaria
cenderung kepada aliran yang timbul aliran baru, madzhab
semula memusuhinya. Yakobis, yang kemudian diusir
oleh pemerintah Roma. Merek

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 25


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

berpendirian bahwa Yesus Kristus Interpretatione. Dalam tulisan


itu manusia biasa, tetapi tulisannya itu ditemukan, bahwa
mempunyai sifat Ketuhanan. ini logika Aristoteles disajikan dalam
bertentangan dengan madzhab suatu istilah dan cara yang pada
resmi, yang meyakini bahwa Yesus waktu sekarang dikenal sebagai
Kristus itu mempunyai sifat logika Tradisional, Sillogisme
kekekalan dan keabadian Allah, dinyatakan dalam bentuk argumen-
Kaum Yakobis ini hijrah ke argumen, bukannya dalam bentuk
Qannasrin, Syria Utara. Di situ kondisional, hingga di sini
mereka mendirikan perguruan, berakhirlah logika Aristoteles
yang akhirnya terkenal menjadi (Benton, 1965).
pusat ajaran Filsafat Yunani, dan Boethius dijatuhi hukuman
menyelenggarakan gerakan mati oleh gereja pada tahun 524,
penerjemahan ke dalam bahasa karena tulisannya melampaui bab-
Suryani. Demikianlah, berulang bab terlarang. Semenjak itu
kali terjadi pertentangan dalam menjadi mati pulalah filsafat
duma Kristen sesudah itu. Berulang Yunani dan logika Aristoteles di
gelombang pelarian ke Timur bawah kekuasaan Gereja Kristen.
berlangsung. Sembari mencari Eropa diselubungi Abad Kegelapan
keselamatan, mereka menyebarkan selama 1000 tahun lamanya.
faham serta ilmu di Asia. Kota-kota Bagaimanakah nasib kedua ilmu
Jundhisapur wilayah Persia, tadi di dunia Islam?
Madam (selencia) dan Harran C. Logika Aristoteles Di Dunia
menjadi pusat ilmu pengetahuan. Islam Pada Abad ke VII-X
Di Eropa kegiatan Sebagaimana telah disinggung
mempelajari filsafat dan logika tadi, Filsafat Yunani dan Logika
hanya terdapat di Roma, tetapi Aristoteles berkembang di Timar
hanya sedikit sekali yang diizinkan. oleh kaum emigran Kristen Barat
Semenjak itu hanya ada seorang akibat pertentangan madzhab sejak
pengulas logika yaitu Boethius abad ke-III Masehi. Diantara
(480-524). Dia menulis buku De mereka ada yang mendirikan
Syllogismo Hypothetico, De tempat-tempat perguruan filsafat di
Syllogismo Categorico dan ulasan- Qannasrin (Syria), Harran (daerah
ulasan terhadap buku De Irak) dan Jundhisapur (Persia).

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 26


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

Yang di Syria kaum Yakobis, dan ilmuwan tadi lebih mempergairah


yang di Irak serta Persia kaum ummat Islam dalam mempelajari
Nestorians. Keduanya termasuk ilmu-ilmu ‘akli ini. Kejadian ini
golongan rasionalis. Mereka yang berlangsung setelah wilayah dan
datang di Persia mendapat pemerintahan Islam stabil,
perlindungan keamanan Kisra. terutama pada masa pemerintahan
Bahkan Kisra Anusyirwan (531- Bani Abbas.
578) memberikan kehormatan Pada tahun 762 Al Mansur
tinggi kepada mereka di mendirikan kota Baghdad Baru. Ia
lingkungan istana. Perguruan sendiri gemar kepada ilmu
Filsafat Jundhisapur berdiri dengan pengetahuan. Para menteri dan
restu Kisra tadi. penguasa andalannya mengikuti
Dengan demikian ketika jejak khalifah, sehingga ada yang
perluasan wilayah Islam mengatakan, bahwa pada masa ini
berlangsung pada abad ke-VIl, terjadi demam ilmu pengetahuan
telah bertebaranlah perguruan secara merata. Al Mansur
filsafat itu di beberapa tempat merangsang kegiatan
sekitar jazirah Arabia, dengan penerjemahan berbagai ilmu
usaha penerjemahannya ke dalam pengetahuan ke dalam bahasa
bahasa Suryani, Parsi dan Arab, termasuk Filsafat Yunani dan
sebahagian ke dalam bahasa Arab, Logika Aristoteles. Perguruan
terutama yang ada di wilayah Irak. Juridhisapur dibantu, para
Tidaklah sedikit diantara para ilmuwannya dimanfaatkan dalam
filosuf Kristen ataupun Arianisme, usaha penerjemahan tadi.
Nestorians dan Yakobis serta Langkah al Mansur itu diikuti
sebahagian kaum Sabian Yahudi. oleh Harun al Rasyid, al Makmun
Benih-benih jiwa ajaran Islam yang serta para penggantinya. Pada masa
rasional dan menempatkan akal di al Makmun bahkan dibentuk tim
tempat yang tinggi, merupakan khusus melawat ke negeri-negeri
dorongan bagi kaum muslimin sekitar, untuk mencari buku-buku
untuk mempelajari ilmu mereka, ilmu pengetahuan apa saja yang
antara lain untuk memperkuat pantas dikembangkan dan
hujjah dalam da’wah Islam. diterjemahkan ke dalam bahasa
Masuknya Islam di antara para Arab (Hasymi, 1975).

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 27


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

Harun Al Rasyid mendirikan IX telah paripurna keseluruhan


Perguruan Tinggi Baitul Hikmah di buku Organon yang sembilan buah.
Baghdad. Oleh al Makmun (785- Terjemahan ke dalam bahasa
833) diperbesar lagi dengan Suryani rampung sebelum tahun
keharusan mengajarkan seluruh 800, dan ke dalam bahasa Arab
jenis ilmu naqli dan ‘aqli. Pada selesai sebelum tahun 850. Dalam
perkembangan selanjutnya hal ini peranan al Farabi sangat
berdirilah semacam Fakultas besar sekali, yang dengan
Logika yang dipimpin oleh Abu kemahiran berbahasanya
Bisyr Matta ibn Yunus, ahli logika memperbaiki kekurang telitian
Syria yang terkenal. Para penerjemahan ke dalam bahasa
penerusnya ialah al Farabi dan Arab.
Yahya ibn ‘ady serta para murid Adapun para penerjemah dan
mereka. Demikian tulis Nicholas flama-flama buku terjemahan
Rescher (Edwards, 1972). Organon itu sebagai berikut
Mengenai penerjemahan (Zaidan, 1967):
logika Aristoteles, hingga abad ke-
Tabel 4 Penerjemah Dan Flama-Flama Buku Terjemahan Organon
Nama Yunani Nama Arab Nama Penerjemah
Eisagoge Al Isaghuji Abu Bisyr Matta ibn
Yunus
Categories Al Maqulat Hunain ibn Ishaq
Hermeneutics De Al‘Ibarah Talil Al Ishaq ibn Hunain
Interpretatione Qiyas Theodorus dan Hu nain
ibn lshaq
Prior Analytics Al Burhan Abu Bisyr Matta ibn
Yunus
Posterior Analytics Al Jadal Yahya ibn ‘Ady
Topics Al Mughalathat/Al Yahya ibn ‘Ady
Safsathah
De Sophisticis Elenchi Al Khithabah Ishaq ibn Hunain

Rhetorics Al Syi’r Ibrahim ibn Abdullah


Poetics Abu Bisyr Matta ibn
Yunus

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 28


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

Selain itu juga ada komentar- munculnya golongan Mu’tazilah


komentar terhadap karya dalam rangka mempertahankan
Aristoteles sendiri maupun keyakinan terhadap serangan
tambahan para muridnya. Apabila rivalnya, terutama dari pihak
diikhtisarkan, prestasi karya ummat Kristen. Golongan
Fakultas Logika Baghdad itu ada Mu’tazilah itulah yang mula-mula
tiga macam (Edwards, 1972): mempraktekkan filsafat Yunani,
a. Menerjemahkan seluruh menggunakan Logika Aristoteles
karya-karya Logika Yunani ke dalam berhujjah (Nashr, 1970).
dalam bahasa Arab; Gerakan rasionalisme ini kian
b. Menerbitkan karya-karya berkembang, setelah pada tahun
komentar al Farabi yang 827 Khalifah Al Makmun
mengagumkan terhadap buku-buku menjadikan Mu’tazilah sebagai
Logika Aristoteles; dan madzhab negara dan menyisihkan
c. Kritik yang cermat lagi golongan Ahlussunnah. Dan
tajam oleh al Farabi dan Abu Bisy gerakan ini kemudian muncullah
Matta terhadap karya-karya tokoh-tokoh filosuf dan ahli logika
tambahan para murid Aristoteles muslim. Di antaranya ialah Al
yang dimasukkan ke dalam Kindi (wafat tahun 872), pelopor
Organon. Misalnya tentang teori penerjemah Logika Aristoteles ke
kondisional atau sillogisme- dalam bahasa Arab. Tetapi
sillogisme hipotetik, disyunktif dan penerjemahan dan ulasan Al Kindi
reduksi sillogistik mengenai modus ini belum sampai kepada buku
induktif argumen. Prior Analytics, Posterior Analytics
Di sini telah kelihatan peranan dan selanjutnya. Usaha ini kelak
dan sumbangan pemikiran Al- diteruskan oleh al Farabi.
Farabi, satu-satunya logisi muslim Di Andalusia akhirnya
dalam Fakultas Logika di Baghdad berkembang juga studi logika ini.
itu, terhadap karya Aristoteles. Muhammad ibn ‘Abdun (930-995)
Sebenarnya gerakan yang dulu belajar filsafat dan ilmu
menggunakan pemikiran filsafat kedokteran di Baghdad. Kemudian
itu, khususnya kebutuhan mengembangkan pengajaran
berlogika, mulai hidup di kalangan logika Aristoteles sesuai dengan
kaum muslimin semenjak langkah Fakultas Logika di

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 29


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

Baghdad. Pusatnya di universitas menyusun klasifikasi ilmu-ilmu


Cordoba. pengetahuan dengan sangat
D. Tanggapan al-Farabi terperinci, sistematik dan logik,
terhadap Logika Aristoteles melebihi karya klasifikasi
Abu Nashr Muhammad ibn Aristoteles. Atas dasar itulah,
Muhammad ibn Ozluq ibn Turkhan ditambah lagi dengan bukti
al-Farabi lahir pada tahun 870 di kesanggupannya mengulas dan
kampung Wasij daerah Farab, yang melengkapi karya-karya logika
kini termasuk wilayah Turkistan, Aristoteles, maka pada masa-masa
bagian Republik Uzbekistan, kebangkitanan kembali dunia
Rusia. Eropa, ia digelari orang sebagai
Mula-mula ia mempelajari Filosuf atau Guru Kedua. Selain
ilmu-ilmu pengetahuan agama dan dalam bidang-bidang tersebut di
berbagai bahasa yaitu bahasa Arab, atas, al Farabi juga berkarya dalam
Turki, Parsi dan bahasa-bahasa ilmu-ilmu fisika, matematika, etika
lokal di Asia Tengah. Selanjutnya dan terkenal pula sebagai teoritikus
ia tertarik kepada filsafat dan ilmu- musik.
ilmu rasional. Ia melawat ke Sebuah karya al Farabi ialah
Baghdad, ke Harrar dan kembali kitab Ikhsha’ al ‘Ulum, yang di
lagi ke Baghdad. Setelah 20 tahun dunia Barat dikenal sebagai De
di Baghdad ia lalu mengembara ke Scientiis, terjemahan bahasa Latin
daerah Syria, Mesir dan kemudian oleh Gerard dan Cremona. Al
ke Damaskus. Farabi menggolongkan seluruh
Dalam bidang filsafat, ilmu ketika itu menjadi lima
pemikiran al Farabi dekat dengan kelompok. Ikhtisarnya sebagai
Al Kindi. Tetapi al Farabi, selain berikut (Nasr, 1970):
merupakan filosuf yang 1. Ilmu Bahasa meliputi
membangun filsafat politik di sintaksis, tatabahasa, pelafalan dan
kalangan Islam, juga cenderung kemampuan berbicara, serta puisi.
kepada Sufi, tetapi kebesarannya 2. Logika, (akan dibicarakan
yang menonjol ialah dalam bidang khusus di belakang nanti).
logika. Dengan ilmunya yang lus 3. Ilmu-ilmu Propaedeuti
ensikiopedik dan kecerdasannya meliputi ilmu hitung (teori dan
yang mengagumkan, ia mampu praktik), ilmu ukur (teonri dan

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 30


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

praktik), ilmu optika, ilmu angkasa, salah satu di antara nama-namanya


musik, ilmu ukuran, takaran dan ialah a1-haq.
timbangan dan ilmu kerajinan. 5. Ilmu pengetahuan
4. Ilmu Fisika dan Metafisika. masyarakat meliputi yurisprudensi
Ilmu fisika (ilmu-ilmu pengetahuan (hukum Islam) dan retorika
alam) meliputi pengetahuan Di antara lima kelompok di
pnnsip-prinsip yang mendasari atas, kelompok kedualah yang akan
benda-benda alam, pengetahuan diungkapkan secara terperinci di
sifat dasar dan ciri unsur-unsur sini. Al Farabi membahas Logika
serta pengetahuan tentang prinsip ke dalam lima bagian yang pokok.
pembentukan benda, ilmu generasi Kelima bagian logika yang pokok
dan perubahan benda, ilmu itu ialah:
reaksipreaksi yang dialami oleh 1. Pembahasan tentang syarat-
unsur-unsur agar membentuk syarat utama premis yang akan
persenyawaan, ilmu campuran mengarahkan sesuatu sillogisme
benda-benda yang terbentuk dari menuju ke penemuan atau
empat unsur dan sifat-sifatnya, kesimpulan pengetahuan tertentu.
ilmu bahan-bahan tambang, ilmu ini mirip dengan Posterior
tumbuh-tumbuhan dan ilmu Analytics Aristoteles, sedangkan
binatang. Sedangkan ilmu Prior Analyticsnya digabungkan
Metafisika (ilmu tentang secara implisit, karena
Ketuhanan dan asas-asas makhluk) hubungannya erat sekali,
meliputi pengetahuan tentang merupakan keharusan.
hakikat makhluk, pengetahuan 2. Pembahasan tentang
tentang dasar-dasar ilmu ketentuan-ketentuan sillogisme
pengetahuan khusus dan yang yang berfaedah dan cara-cara
diperoleh dengan observasi, menemukan bukti secara dialektik.
pengetahuan tentang makhluk- Bagian ini senada dengan topics
makhluk yang abstrak, tak Aristoteles.
berbadan, sifat-sifat dan 3. Pembahasan mengenai
kekhususannya, yang akhirnya pengujian kepalsuan atau
menuju kepada pengetahuan kekeliruan pada bukti-bukti
tentang yang benar, yaitu pembicaraan; penemuan premis-
pengetahuan mengenai tuhan, yang premis yang hilang atau sengaja

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 31


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

ditinggalkan, serta kesalahan- 1. Kutubu li Manthiqi al


kesalahan yang dilakukan orang. Tsamaniyat. Kitab ini salman
dalam penyimpulan, dan cara-cara lengkap buku Organon Aristoteles
mengatasinya. ini paralel dengan selain Eisagoge tambahan
isi De Sophisticis Elenchis Porphyrius. Kecuali berupa
Aristoteles. terjemahan, juga berisi ulasan
4. Pembahasan tentang ulasan dan penjelasan terperinci
kaidah-kaidah seni-pidato, path bagian-bagian yang sukar
berhubungan dengan sillogisme- difahami.
sillogisme yang dipergunakan 2. Muqaddamat Isaghuji
untuk membawakan sesuatu Allati Wadla ‘aha Purpurius. Ini
pembicaraan di depan publik. Ini terjemahan Eisagoge Purphyrius
sama dengan kandungan Rhetoric tentang klasifikasi, dengan ulasan
Aristoteles. panjang lebar untuk menolong
5. Kuliah Perpajakan, orang yang mulai mempelajari
membahas bagaimana seharusnya logika.
sajak atau puisi itu diselaraskan 3. Risalat fì al Manthiqi, al
dengan pokok persoalannya; Qaulu fi Syaraithi li Yaqin. Di sini
menerangkan kesalahan-kesalahan al Farabi membahas tentang
dan cacat-cela yang biasa kontradiksi, merumuskan syarat-
dilakukan orang, Pembahasan ini syaratnya dan sumbangannya
dapat disamakan dengan Poetics sendiri untuk melengkapi tulisan
Aristoteles. Aristoteles.
Demikianlah susunan 4. Risalatf i al Qzyas,
Kelompok Logika versi al Farabi. Fushulun Yuhtajju Ilaiha fi Shina
Perbedaan isinya dengan karya ‘ati al Manthiqi. Kitab ini
Aristoteles akan jelas apabila kita membahas sillogisme,
telah mengetahui sumbangan al merumuskan hukum-hukum dan
Farabi terhadap karya Aristoteles. syarat-syaratnya. Sumbangannya
Adapun karyatulis Logika al sangat berharga untuk
Farabi tidak kurang dan 70 buah, memecahkan kesulitan yang
dan separuhnya terdiri atas ilmu beberapa abad sebelumnya menjadi
logika, di antaranya ialah (Syarif, musykilat yang tiada kunjung
1979): terpecahkan (Syou’eb, 1966).

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 32


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

5. lkhsha’al ‘Ulum. Ini tentang penggunaan sillogisme


merupakan ensiklopedi ilmu kategorik dalam berargumen secara
pengetahuan, antara lain memuat analogi atau perbandingan;
klasifikasi ilmu pengetahuan 4. Perlakuannya yang teliti
sebagaimana disebutkan di depan. terhadap “masalah ketaktentuan
6. Al Shirat al Fadlilah. Kitab yang akan datang” (problem of
ini berisi ulasan tentang segi-segi future contingent).
etika yang ada dalam Organon Contoh-contoh berikut akan
Aristoteles. lebih memudahkan penilaian kita
Dalam kitab-kitab karyanya terhadap pemikiran al Farabi:
tersebutlah kita dapat menilai, 1. Sebagai penengah antara
apakah al Farabi sebagai salah Plato dan Aristoteles. Perbedaan
seorang filosuf muslim itu hanya pemikiran antara Plato dan
membeo atau menjiplak saja karya Aristoteles mengenai hakikat
pemikiran Aristoteles dalam realita itu terus berkembang tiada
bidang logika, ataukah membawa kunjung rampung, juga oleh para
perubahan-perubahan ke arah pengikut masing-masing. Plato
penyempurnaan. berpendirian bahwa realita yang
Menurut pengakuan Nicholas sesungguhnya itu hanya ada pada
Rescher (Edwards, 1972), pengertian dalam budi, tidak akan
sumbangan orisinal al Farabi dalam kena kerusakan, berupa idea yang
bidang logika ialah: abstrak. Sedangkan Aristoteles
1. Pemikiran yang menyatakan bahwa realita yang
menekankan sangat pentingnya sebenarnya itu ada pada masing-
ecthësis, yakni pengaturan term- masing diri yang dapat diindera,
term sebagai suatu prinsip reduksi yang mempunyai nama (nomina).
sillogistik; Terhadap perbedaan faham tadi al-
2. Tambahannya mengenai Farabi merumuskan jalan tengah
macam-macam tipe sillogisme sebagai penyelesaiannya dngan
non-kategorik yang meliputi tipe menulis buku “Al Jam’u Baina
sillogisme bipotetik dan disyunktif; Ra’yai al hakimain”. Ia membagi
3. Perlakuannya yang cermat wujud menjadi dua, wujud-kharji
tentang penggunaan pemikiran yang dapat diindera, dan wujud-
sillogistik secara induktif, terutama hakiki yang melukiskan hakikat

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 33


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

yang ada dalam budi. Al Farabi dapat dipertentangkan sama sekali.


mengatakan kedua-duanya sama- Sebab dapat terjadi, bahwa isi
sama nyata (tinggal dari mana arah pengertian term mualim dalam
orang memandangnya) dan proposisi (a) ini bermakna “guru
hakikatnya tetap satu. Tujuh abad agama Islam”, sedangkan yang
kemudian, Immanuel Kant (1724- dalam proposisi (b) berarti “juru-
1804) mengulang rumusan al mudi kapal”. Bentuk atau wujud
Farabi tadi, dengan istilah yang tertulis atau yang terucapkan
Phenomena dan Noumena, persis sama, tetapi isi yang dimaksud
seperti keterangan al Farabi. berbeda, maka tidak mungkin
2. Tentang kontradiksi. dipertentangkan. Oleh karena itu
Aristoteles menyaratkan agar syarat kontradiksi Aristoteles yang
terjadi kontradiksi antara dua hanya mengutamakan bentuk saja
proposisi, masing-masingg harus tadi masih harus dilengkapi, antara
berbeda bentuknya, baik mengenai lain isi termnya harus sama, searti
kualitinya (afirtif atau negatif) benar-benar. Dengan kata lain,
maupun kuantititnya (universal dalam proposisi yang
atau partikular). Tetapi ternyata dipertentangkan itu tidak boleh ada
syarat yang telah dipegangi orang term ketiga, melainkan harus hanya
selama beratus bahkan lebih dan dua term, yaitu term subyek dan
seribu tahun itu masih mungkin term predikat yang sekonotasi pada
salah dan ini diketemukan oleh al masing-masing proposisinya.
Farabi. Untuk menunjukkan Inilah salah satu syarat yang
kesalahan rumusan Aristoteles tadi, dikemukakan al Farabi.
marilah kita perhatikan dua kalimat Dengan menguji-coba sepuluh
yang kontradiktif-benar menurut kategori pengertian Aristoteles
syarat Aristoteles: yang mungkin mengisi sebuah
Bentuk A: Semua mualim fasih proposisi, akhirnya al Farabi
membaca Al Quran mengajukan delapan syarat dengan
Bentuk O: Di antara mualim tak asas kesatuan ini pengertian pada
fasih membaca Al Quran setiap proposisi yang
Menurut al Farabi kedua proposisi dipertentangkan, selain kesatuan
itu belum tentu bertentangan secara bentuk. Yaitu kesatuan isi meliputi
kontradiktif. Bahkan mungkin tak subyek, predikat, waktu, tempat,

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 34


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

prinsip dan kenyataan, bagian atau memeras otak siang malam


keseluruhan, sebab atau syarat, dan memikirkan paradoks ini, ia
relasinya. Syarat-syarat ini mendadak mati. Contoh nyata
biasanya dikenal dengan istilah paradoks itu antara lain sebagai
“kesatuan yang delapan” (Al berikut: (1) Jika saya seorang
Ibrahimi, tt). pembohong dan (2) menyatakan
3. Tentang Paradoks. bahwa saya seorang pembohong,
Paradoks ialah proposisi-proposisi maka (3) apakah saya
yang mengandung pertentangan mengucapkan kebohongan ataukah
dalam dirinya sendiri, sehingga mengucapkan kebenaran?
orang dihadapkan kepada pilihan Semenjak hidupnya Aristoteles
yang serba salah. Dalam bahasa hingga masa muda al Farabi, tidak
indonesia ada perumpamaan: ada orang yang dapat menjawab
“bagai bertemu buah simalakama, dengan benar dan memuaskan.
dimakan mati bapa, tidak dimakan Setiap jawaban yang diberikan
mati ibu”. Itulah gambaran orang, selalu tidak luput dari jalan
paradoks. Aristoteles hingga buntu, karena selalu masih dapat
Wafatnya belum dapat disalahkan. Begitu melingkar-
menyelesaikan dengan tegas lingkar jalan fikiran dicoba orang,
menghadapi masalah ini. Para namun selalu ketumbuk pada
pengikutnya antara lain kaum Stoa kebingungan juga. Sebagai ilustrasi
dan Megaria terus mencoba usaha pemecahan paradoks ini
mencari penyelesaian. Chrysipus marilah diikuti proses pemikiran
:280-206 SM), murid Zemo, yang pernah ditempuh (Sou’yb,
menulis 28 buah buku khusus 1966):
mengenai paradoks ini. Tetapi juga (I). a. Kalau dikatakan bahwa dia
tidak memberikan penyelesaian, mengucapkan kebenaran, maka
Usaha-usaha para peminat yang dia itu seorang yang benar.
lain hingga puluhan, bahkan b. Jika dia seorang yang benar,
ratusan tahun mendatang tetap maka ucapannya yang
menemukan jalan buntu. Namun menyatakan bahwa dia seorang
paradoks ini tetap menarik pembohong itu sesungguhnya
perhatian orang. Dikatakan, bahwa bohong
Philetos karena terlalu seriusnya

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 35


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

c.Bila ucapannya itu sesungguhnya memecahkan pertentangan yang


bohong, maka dia itu seorang ada pada analisis (I) dan (II) di atas.
pembohong. Kemudian pada pertengahan abad
d. Dengan demikian dia sebenarnya ke-II Masehi filosuf Alexander dan
mengucapkan kebohongan, Aphrodisias memberikan jawaban:
bukan mengucapkan kebenaran, “Orang yang mengatakan saya
(II). a. Kalau dikatakan bahwa dia bohong itu sekaligus mengatakan
mengucapkan kebohongan, kebenaran dan kebohongan”.
maka dia itu seorang Jawaban ini pun belum memuaskan
pembohong. orang, belum memecahkan
b. Jika dia seorang pembohong, masalah, karena tidak mungkin
maka ucapannya bahwa día sesuatu ini serempak bersifat besar
seorang pembohong itu dan salah pada saat yang sama.
sesungguhnya benar Pemecahan masalah “liar paradox”
c. Bila ucapannya ini itu baru tuntas dan memuaskan di
sesungguhnya benar, maka dia tangan filosuf Islam. Setelah Al
itu seorang yang benar Farabi menemukan syarat kesatuan
d. Dengan demikian dia sebenarnya yang delapan agar terjadi
mengucapkan kebenaran, bukan kontradiksi tadi, ternyata gampang
mengucapkan kebohongan. sekalilah penyelesaian paradoks
Memperhatikan contoh tersebut, tersebut. Rahasianya mengapa sulit
jelaslah terlihat bahwa setiap arah selama ini, terletak pada: karena
penyelesaian selalu menemui jalan Aristoteles hanya mengutamakan
buntu, kontradiktif, syarat bentuk, tidak
membingungkan. memperhatikan syarat isi, apalagi
Filosuf Roma yang kondang, selengkap yang dikemukakan oleh
Cicero (106-40 SM) pernah al Farabi tadi. Paradoks di atas
menyatakan penemuanjawabnya, dapat diubah dengan
lalu mengatakan: “Jika anda memperhatikan syarat al Farabi,
mengatakan bahwa anda seorang antara lain agar tidak terjadi
pembohong dan anda berkata kontradiksi, harus dihindarkan
sebenar-benarnya tentang itu, maka adanya kesatuan waktu, sebagai
anda itu seorang pembohong”. berikut:
Tetapi jawaban Cicero itu belum

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 36


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

(1) Jika dulu saya seorang dilukiskan seperti ini disebut


pembohong dan (2) sekarang “proposisi bikondisional” atau
menyatakan bahwa waktu itu saya “proposisi biimplikasi”, karena
seorang pembohong, maka (3) berisi sifat mutatis mutandis, yaitu
sekarang ini apakah saya hubungan kemestian secara timbal-
rnengucapkan kebohongan ataukah balik (Sou’eb, 1966). Tetapi dalam
kebenaran? atau boleh jadi: kenyataan hidup sehari-hari jarang
(1) Jika sekarang saya seorang sekali diperoleh hubungan kausal
pembohong dan (2) menyatakan dalam proposísi hipotetik seperti
bahwa dahulu saya seorang yang dirumuskan itu. Pengalaman
pembohong, maka (3) apakah para dokter dalam mendiagnose
sekarang ini saya mengucapkan sesuatu gejala penyakit, kemudian
kebohongan ataukah kebenaran? menentukan obatnya, seringkali
Demikianlah, kemungkinan hasilnya tidak seperti yang
jawabnya akan menjadi pasti, salah diharapkan. Dengan kata lain tidak
satu diantara dua alternatif, menjamin kemestian jika
kebenaran atau kebohongan. dibalikkan. Demikian pula
4. Tentang proposisi pengalaman-pengalaman dalam
hubungan kausal dan kemestian dunia pergaulan, dalam bidang
dalam hubungan kausal. Apabila pertanian dan lain-lain.
dalam proposisi hipotetik Seandainya proposisinya: “Jika
memastikan konsekuen terjadi jika matahari terbit, maka siang
antesedennya ada, maka hubungan datang”, memang dapat dibalik dan
kausal itu dikatakan mengandung bernilai benar menjadi “Jika siang
kemestian, merupakan “conditio datang, maka matahari terbit”.
sine qua non”. Pengikut logika Tetapi kebanyakan jenis proposisi
Aristoteles dalam tulisan- hipotetik yang terdapat dalam
tulisannya menyaratkan praktik kehidupan sehari-hari
terdapatnya arus-balik dalam sejenis dengan proposisi berikut:
hubungan kausal tadi, dengan “Jika malam hari lampu menyala,
melukiskannya dalam bentuk maka teranglah”. Kalau dibalik,
rumus sebagai berikut: belum tentu benar. “Jika malam
Jika A, maka B Jika B, maka hari terang, maka lampu menyala”.
A Proposisi hipotetik yang dapat Terangnya malam itu bukan

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 37


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

tergantung karena nyalanya lampu - Jika bulan tanggal Ramadlan


saja. Sinar bulan dan cahaya kilat tampak, maka kewajiban puasa
dapat menerangi malam. Suatu dimulai.
kenyataan, tidak hanya tergantung - Jika seseorang berbuat asosial,
kepada suatu sebab, melainkan ada ia akan dikucilkan dari
beberapa kemungkinan atau faktor pergaulan.
penyebabnya. 3. Kemestian mutlak berdasarkan
Atas dasar pertimbangan itulah kebíasaan atau pengalaman.
maka Al Farabi mernikirkannya, Contoh:
kemudian merumuskan tiga bentuk - Jika musim kemarau panjang,
kemestian mutlak yang selalu ada banyaklah sumur yang kering.
dalam kehidupan ini: - Jika malam datang, maka
1. Kemestian mutlak berdasarkan kelelawarpun beterbangan.
pertimbangan fikiran: Contoh: - Jika permintaan meningkat,
- Jika alam ini suatu kejadian, maka hargapun membubung.
maka pasti ada yang Dengan rumusan tersebut al
menjadikan. Farabi memperkaya kemungkinan-
- Jika seluruh alam ini ada yang kemungkinan lebih cermatnya
menjadikan, maka yang orang mencari motif-motif
menjadikan alam ini sungguh mengapa sesuatu itu terjadi, baik
maha kuasa. dalam lapangan hukum,
- Jika ketertiban peredaran dalam kemasyarakatan, ekonomi,
alam ini tidak pernah teknologi, kedokteran dan lain-lain.
mengalami kekalutan, maka Demikianlah pemikiran dan
kemauan yang mengataur alam sumbangan al Farabi dalam bidang
ini tentu hanya satu dan mutlak. ilmu logika. Karya logikanya
2. Kemestian mutlak berdasarkan berpengaruh besar pada para
hukum (negara, agama, adat). penyelidik Barat yang
Contoh: mementingkan penggunaan logika.
- Jika terbukti melanggar hukum, Jejak-langkahnya akan diteruskan
terdakwa itu pasti dijatuhi oleh muridnya, Ibnu Sina, dengan
hukuman. sumbangan-sumbangan baru yang
kian melengkapi karya Aristoteles.
Lama sesudah ini, Ibnu Rusyd pun

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 38


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

memperkaya teori logika. usaha awal. Selanjutnya difahami,


Semuanya itu menampakkan diulas, dikritik, diluruskan dan
sesuatu yang baru, bukan sekedar ditambahi hal-hal yang baru,
plagiat ataupun meniru orang terutama oleh logisi muslim al
Yunani Kuno saja. Farabi pada abad ke-X. Jadi al
IV. KESIMPULAN Farabi tidak menerima logika
Setelah dikemukakan berbagai Aristoteles begitu saja, melainkan
informasi historik tersebut di atas, menolak sebagian, merevisi,
dapat disimpulkan bahwa Usaha melengkapi, dan menambahinya
penerjemahan Filsafat Yunani dengan yang baru serta
maupun Logika Aristoteles mengklasifikasikannya ke dalam
kedalam bahasa Arab merupakan susunan yang lebih logik.

DAFTAR PUSTAKA

Al Ibrahimi, M. N. (tt). Jimu al Mantiq, cet. V. Surabaya: Maktabah Sa’d ibn


Nashir Nabhan.

Bakker, JWM. SY (1978). Sejarah Filsafat Dalam Islam, cet. 1. Yogyakarta:


Penerbitan Yayasan Kanisius.

Benton, W. (1965). Encyclopedia Brifanica vol. 14. USA: Encyclopedia


Britanica, Inc.

Driyarkara, N. (tt). Pembimbing ke Filsafat. Yogyakarta :Mercurius Nasional.

Durant. W. (1957) The Story of Philosophy. New York: Pocket Book, Inc.

Edwards, H. (1977). Encyclopedia International vol. 1. USA: Lexicon


Publications, Inc.

Edwards, P. (1972). The Encyclopedia of Philosophy vol. 4. New York:


Mcmillan Publishing Co., Inc. and The Free Press.

Hasymi, A (1975). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 39


P-ISSN: 2655-2612 Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah
E-ISSN: 27154858 Pembuktian Rasional secara Klasik
(Bunyamin)

Nashr, S. H. (1970), Science and Civilization in Islam. USA: The New


American Library, Inc.

Nasir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.

Nasr, H. S. (1970). Science and Civilization in Islam. , New York: New


American Library.

Syarif, M.M.,1979, Muslim Thought, Its Origin and Achievement, terj. Prof.
Dr. Fuad. Moh. Fachruddin, “Alam Fikiran Islam”, cet. II. Bandung: CV.
Diponegoro.

Syou’eb, Y. (1966). Pelajaran Logika. Medan: CV. Intisari.

Zaidan, J.(1967). Tarikh al Tamaddun al Islamiyah Juz 3. Beirut: Dar


Maktabah al Hayat.

At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020 40

Anda mungkin juga menyukai