3
SKENARIO 2
Disusun oleh :
1. Cynthia Atika Ruswandi (22010120120011)
2. Annisa Triana Salsabiela (22010120120012)
3. Saniya Sita Nabila (22010120120013)
4. Annisa Nur Shabrina (22010120120014)
5. Nida Ul Hanifah (22010120120015)
6. Hayigha Atba’ Sya’nana (22010120120016)
7. Zahra Dewi Permatasari (22010120120017)
8. Nadhira Faizah Putri P. (22010120120019)
9. Clarissa Aulia Pravitha (22010120120020)
10. Felicia Annabel D. T. (22010120120021)
Dosen Pengampu:
Dr. dr. Renni Yuniati, Sp.KK
DEPARTEMEN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
SKENARIO 2
Tumor Kulit
Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan utama bintil-bintil
di wajah sejak 1 tahun lalu. Bintil-bintil tidak disertai rasa gatal dan nyeri. Pasien sering
terpapar sinar matahari dan tidak menggunakan tabir surya. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Anggota keluarga maupun teman tidak ada yang sakit seperti ini. Pemeriksaan
fisik pada lesi kulit tampak adanya papul dan plakat, diameter 1-2 cm, warna coklat muda,
coklat tua, maupun kehitaman, lokasi di wajah. Gambaran histopatologik dari lesi kulit tampak
akantosis, papilomatosis, pseudohorn cysts, hiperkeratosis. Dokter memerlukan beberapa
pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk diagnosis dan faktor-faktor yang berkaitan.
A. TERMINOLOGI ISTILAH
1. Papul
lesi < 5 cm disertai dengan penonjolan atau peninggian kulit. Papul berwarna putih
merah kekungingan hingga kuning kecoklatan, dan memiliki batas tegas. Papul dapat
disebabkan oleh kondisi hiperplasia keratinosit, infiltrat sel radang dan deposit metabolik.
2. Papilomatosis
Peninggian permukaan kulit akibat hiperplasia dan pelebaran papila dermis
3. Pseudohorn cyst
Intralesi bulat yang berbentuk kista karena adanya keratin yang masuk ke dalam
massa tumor. Penebalan keratin tersebut merupakan keratin tanpa inti/ortokerato. Kista
epidermis yang berisi keratin serta sedang mengalami pelipatan epidermis ke dalam.
4. Plakat
lesi berupa peninggian dengan permukaan datar (plateau-like) di atas kulit, luasnya
relatif lebih besar daripada tingginya
5. Akantosis
Akantosis adalah penebalan stratum spinosum. Akantosis nigrikans adalah
gangguan pada kulit yang ditandai dengan perubahan kulit menjadi lebih gelap, tebal, dan
bertekstur beludru, pada lipatan-lipatan tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa kaitan antara seringnya terpapar sinar matahari dan tidak menggunakan tabir surya
dengan keluhan pasien?
2. Apa yang mungkin menyebabkan lesi kulit tersebut hanya timbul di wajah pasien?
3. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan keluhan pasien?
4. Bagaimana interpretasi dan kemungkinan diagnosis kasus diatas berdasarkan pemeriksaan
fisik?
5. Mengapa timbul bintil-bintil namun pasien tidak merasakan nyeri dan gatal?
6. Apa pemeriksaan penunjang yang mungkin dibutuhkan?
7. Apa yang harus diperhatikan saat menggunakan tabir surya?
C. ANALISIS MASALAH
1. Apabila seseorang terpapar sinar matahari maka akan terpapar sinar UV baik UV A, B, dan
C. UV A memiliki panjang gelombang 320-400 nm dan dapat menembus kulit sampai
dermis. UV A dapat menimbulkan keganasan karena merusak DNA. UV B berperan pada
terjadinya sunburn pada kulit. Tabir surya mampu melindungi kulit dari paparan sinar UV
terutama UV B yang menyebabkan photoaging.
Tabir surya dapat menghalangi sinar UV menembus masuk lapisan kulit dengan
cara:
a. Tabir surya kimia (sunscreen), melindungi dengan cara menyerap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi kalor (energi panas)
b. Tabir surya fisik (sunblock), melindungi dengan cara memantulkan sinar matahari,
serta mampu melindungi dari sinar UV-A dan UV-B
Sinar matahari mengandung sinar UVA yang menembus dermis dan UVB yang
menyebabkan eritem dan berbahaya. Tabir surya berfungsi untuk melindungi kulit dari
sinar UV. Selain jenis tabir surya di atas, ada juga tabir surya dispers berfungsi untuk
mendispersi cahaya. Simpulan: apabila tidak memakai tabir surya kemungkinan sinar dari
matahari yang mengandung UVA dan UVB dapat merusak kulit.
2. Penyakit ini memiliki salah satu faktor resiko yaitu paparan sinar matahari. Paparan sinar
matahari sering mengenai wajah dikarenakan pada umumnya ketika manusia bepergian ke
luar akan menggunakan baju sehingga badan akan tertutup oleh baju. Pasien juga tidak
pernah menggunakan tabir surya pada wajahnya sehingga selalu mendapat paparan sinar
matahari langsung pada wajahnya. Selain itu, wajah merupakan bagian yang banyak
memiliki kelenjar sebasea dimana jika terpapar sinar UV dapat menyebabkan mutasi gen
sehingga menimbulkan kelainan pada histopatologi kulit.
3. Seiring berkurangnya usia, berkurang pula zat-zat dalam pertahanan kulit, salah satunya
yaitu defisiensi ceramide yang berfungsi untuk melindungi kulit/pertahanan kulit. Pada
usia lanjut, terjadi penurunan proliferasi, penurunan sekresi matriks ekstraseluler dan
penurunan fungsi proliferasinya sehingga kulit semakin rentan jika terpapar sinar matahari
sehingga menjadi salah satu faktor pasien mengalami lesi kulit.
Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi akumulasi paparan radiasi UV dari aktivitas
yang dilakukan di usia sebelumnya. Oleh karena itu, usia lanjut lebih berisiko terkena
gangguan kulit akibat radiasi UV, seperti pada kasus yaitu tumor kulit yang ditunjukkan
dengan timbulnya papul dan plakat dengan gangguan pigmentasi tanpa gatal dan nyeri pada
wajah pasien.
4. Dari hasil pemeriksaan fisik diduga pasien mengalami tumor kulit, dan salah satu jenis
tumor kulit yang paling umum terjadi terutama pada orang dengan riwayat paparan sinar
matahari tinggi disertai bertambahnya usia adalah keratosis seboroik. Keratosis seboroik
adalah tumor jinak yang berasal dari keratinosit, biasanya berpigmen dan umumnya terjadi
pada orang tua. Untuk memastikan diagnosis tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologiknya dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
Papula dan plat→ alasan terbentuknya dikarenakan adanya tumor/penebalan
dermis dan epidermis. Terlihat dari adanya akantosis yang merupakan hiperlasia dan
pembesaran papilla dermis.
Parakeratosis→ penebalan stratum korneum yang berinti. Pemeriksaan ini menghasilkan
tanda-tanda dari keratosis seboroik (tumor jinak). Diagnosis lainnya yg memungkinkan
adalah lentigo senilis, keratosis aktinik, nevus melanositik, melanoma, dan karsinoma sel
basal
5. Rasa nyeri dan gatal dihantarkan oleh serabut saraf yang sama dipicu oleh pelepasan
histamin, jika gatal dan nyeri biasanya terjadi infalamasi. Pada skenario kemungkinan
besar disebabkan oleh paparan sinar UV dan tidak terjadi inflamasi, maka pasien tidak
merasakan gatal Paparan sinar UV dapat menjadi agen mutagen jaringan kulit yang dapat
menyebabkan terbentuknya lesi atau mutasi kulit. Namun, tubuh pasien menunjukkan
kompensasi adaptif terhadap sinar UV (hiperpigmentasi dan hiperkeratinisasi), sehingga
tidak merasakan gatal dan nyeri. selain itu, tipe dari tumor ini tidak menyebar hingga syaraf
sehingga rasa gatal dan nyeri tidak dirasakan.
7. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat hendak menggunakan tabir surya
a. Memilih tabir surya yang sesuai dengan kondisi kulit
b. Memilih tabir surya yang memiliki broad spectrum
Label “broad spectrum” menunjukkan bahwa tabir surya tersebut dapat melindungi
kulit dari sinar UVA dan UVB. Sinar UVA dan UVB merupakan radiasi ultraviolet
dari sinar matahari yang dapat merusak kulit.
c. Perhatikan nilai SPF
SPF (sun protection factor) adalah ukuran yang menentukan berapa lama tabir surya
dapat melindungi kulit dari UV. Nilai SPF perlu disesuaikan dengan kondisi dan warna
kulit, tapi yang paling umum digunakan di Indonesia adalah SPF 30 atau lebih.
D. PETA KONSEP
E. SASARAN BELAJAR
1. Etiologi dan Patogenesis diagnosis banding tumor kulit
2. Faktor risiko diagnosis banding dari tumor kulit
3. Pemeriksaan Fisik dan UKK tumor kulit
4. Pemeriksaan penunjang dan cara pengambilan sampel
5. Tatalaksana (medikamentosa dan non-medikamentosa) dan Edukasi tumor kuli
F. HASIL DISKUSI
1. Etiologi dan Patogenesis diagnosis banding tumor kulit
Etiologi tumor kulit:
a. Paparan Sinar Matahari
b. Sinar matahari memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah sinar UV. Sinar
UVA akan menyebabkan kerutan dan merusak DNA secara indirect pada beberapa
kasus. Sinar UVB akan merusak DNA secara direct sehingga lebih sering
menyebabkan kanker kulit.
c. Eksposur terhadap Substansi Toksik
d. Kondisi yang Melemahkan Sistem Imun
e. Genetik
c) Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak epidermal yang sering ditemui pada
usia di atas 50 tahun dan dapat mengenai laki-laki atau perempuan. Biasanya dimulai
dengan lesi datar, berwarna coklat muda sampai tua, berbatas tegas dengan permukaan
halus atau hiperkeratotik. Keratosis seboroik bisa dijumpai di semua bagian tubuh,
namun lebih sering mengenai daerah yang terpapar sinar matahari terutama wajah dan
tubuh bagian atas.Sampai saat ini penyebab pasti dari keratosis seboroik masih belum
jelas, walaupun risikonya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Genetik,
paparan sinar matahari dan infeksi diduga sebagai faktor penyebab timbulnya keratosis
seboroik.
Keratoris seboroik disebabkan oleh mutasi pengaktifan yang didapat pada jalur
persinyalan faktor pertumbuhan .Sebagian besar tumor ini mengaktifkan mutasi pada
reseptor faktor pertumbuhan fibroblas 3 (FGR3) yang memiliki aktivitas tirosin kinase
yang merangsang jalur RAS & PI3K/AKT. Keculi untuk masalah kosmetik, keratosis
seboroik biasanya tidak begitu penting secara klinis. Namun, pada pasien yang jarang
terjadi, ratusan lesi dapat muncul secara tiba-tiba sebagai sindrom paraneoplastik (tanda
Leser-Trelat). Pasien dengan gejala ini mungkin memiliki keganasan internal, paling
sering karsinoma saluran pencernaan, yang menghasilkan faktor pertumbuhan yang
merangsang proliferasi epidermis.
d) Melanoma
Melanoma adalah suatu kelainan kulit yang berasal dari degenerasi sel pigmen
melanosit ke arah keganasan. Kelainan ini ditandai oleh adanya perubahan warna yang
makin melebar dan membesar dengan tepi tidak teratur dan lebih menonjol. MM dapat
terjadi akibat terpapar sinar ultra violet, ditemukan nevus dalam jumlah yang banyak,
adanya nevus kongenital, pernah menderita melanoma maligna, penderita tranplantasi
dan immunosupresi, wanita hamil atau pengguna hormon estrogen dan penderita
xeroderma pigmentosa.
Fase kunci perkembangan melanoma ditandai dengan pertumbuhan radial dan
vertikal. Fase paling awal dari perkembangan melanoma diusulkan. Untuk terdiri dari
ekspansi lateral melanosit disepanjang sambungan dermoepidermal (hiperplasia
lentiginous dan nevus senyawa lentiginous). Ini kemudian berlanjut ke fase melanoma
in situ, yang ditandai dengan pertumbuhan radial di dalam epidermis, seringkali untuk
waktu yang lama. Selama tahap ini, sel melanoma tidak memiliki kapasitas untuk
menyerang dan bermetastatis. Seiring waktu, fase pertumbuhan vertikal super venes,
dimana tumor tumbuh ke bawah lapisan dermal yang lebih dalam sebagai massa yang
meluas yang tidak memiliki pematangan sel. Peristiwa ini sering ditandai dengan
berkembangnya nodul pada lesi datar sebelumnya dan berkorelasi dengan munculnya
potensi metastatis.
f) Keratosis Aktinik
Keratosis aktinik biasanya berkembang dari efek merusak dari radiasi ultraviolet
(UV) ke kulit yang terakumulasi selama paparan sinar matahari seumur hidup.
Prevalensi lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, individu berkulit cerah,
imunosupresi, bertambahnya usia, dan riwayat keganasan kulit sebelumnya. Paparan
radiasi UV yang berlebihan dan kumulatif dari matahari dapat menyebabkan sejumlah
perubahan patologis pada keratinosit epidermis melalui gangguan jalur regulasi yang
terlibat dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel. Inflamasi dan imunosupresi yang
dihasilkan menyebabkan proliferasi keratinosit displastik intraepidermal, yang
menimbulkan keratosis aktinik.
b. Melanoma Maligna
- Paparan radiasi ultraviolet : Blistering sunburn , paparan sinar matahari berlebih.
- Riwayat keluarga dengan melanoma
- Mutasi P16 CDK4 dan BRAF gene.
- Phenophytic characteristic : fair skin , blue or green eyes ,red or blonde hair ,
numerous typical nevi dan 1 atau lebih atypical nevus , large congenital nevus.
d. Lentigo Senilis
- Faktor usia
Dimana orang tua / usia lanjut lebih berisiko terkena lentigo senilis
- Aktivitas sehari-hari
Seseorang yang sering terpapar sinar matahari dan tidak menggunakan tabir surya
akan lebih berisiko terkena lentigo senilis
- Pekerjaan
Orang dengan pekerjaan di luar ruangan akan lebih berisiko terkena lentigo senilis
misalnya saja petani, nelayan, pekerja bangunan dan pekerjaan di luar ruangan
lainnya.
e. Keratosis Aktinik
- Faktor genetik
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga terkena tumor kulit akan memiliki
risiko terkena tumor kulit ini
- Aktivitas sehari-hari
Seseorang yang sering terpapar sinar matahari dan tidak menggunakan tabir surya
akan lebih berisiko terkena keratosis aktinik
- Pekerjaan
Orang dengan pekerjaan di luar ruangan akan lebih berisiko terkena keratosis
aktinik misalnya saja petani, nelayan, pekerja bangunan dan pekerjaan di luar
ruangan lainnya.
f. Nevus Melanositik
- Faktor genetik
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga terkena tumor kulit akan memiliki
risiko terkena tumor kulit ini
- Faktor usia
Dimana anak-anak / dewasa muda lebih berisiko terkena nevus melanositik
- Immunocompromised
Seseorang dengan sistem imun yang mengalami immunocompromised akan
mudah mengalami nevus melanositik dengan terjadinya mutasi gen.
- Mutasi gen
Seseorang yang mengalami mutasi gen somatik BRAF V600E pada kasus nevus
pigmentosus kongenital, didapat, maupun melanoma kutaneus.
c. Melanoma
A : asymetry → bentuk lesi tidak teratur (asimetris)
B : border → bordernya irreguler/tidak jelas
C : color → irreguler, dalam 1 lesi tampak bermacam2 pigmentasi kulit
D : diameter → lebih dari sama dengan 6 mm
E : elevation/evolution → dapat menonjol/bertambah besar pada perkembangannya
d. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
UKK berupa plakat/nodul degan permukaan halus/verukosa dan tepi induratif (mudah
berdarah). Kadang, disertai ulkus dan krusta.
f. Bowen’s disease
UKK berupa plakat kemerahan, batas tegas ireguler, dengan skuama/krusta. Lokasi
lesi biasanya di kepala, leher, dan tungkai.
g. Milium
Milium ini mengandung sebasea. UKK-nya berupa: nodul kecil, soliter / multipel,
lunak, putih kekuningan dan lokasinya biasanya di kelopak mata, pipi, dan dahi.
b. Biopsi kulit
Pengambilan jaringan hidup untuk pemeriksaan mikroskopik dalam rangka
menegakkan diagnosis secara histopatologis. Biopsi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, tergantung lokasi dan jenis dari massa.
Tujuan dari Biopsi Kulit :
- Menegakkan / menyingkirkan diagnosis
- Memantau perkembangan penyakit / efek pengobatan
- Menentukan luas tumor kulit
- Sampel jaringan untuk dikultur (bakteri, jamur, virus)
- Evaluasi penyusunan kembali gen / genetika jaringan
- Menghilangkan jaringan untuk tujuan kosmetik
c. Histopatologik
Untuk pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan cara:
a) Pembuatan Preparat
- Fiksasi dengan menggunakan neutral buffer formalin 10% (NBF)
- Trimming dengan cara mengiris-iris jaringan menjadi lebih kecil dan
dimasukkan ke dalam tissue cassette
- Dehidrasi dengan melakukan perendaman dalam berbagai bahan (alkohol,
toluena, xylol, dan paraffin cair) dalam jangka waktu yang bervariasi secara
bergantian menggunakan tissue processor
- Embeding dan Blocking → penanaman dan pengerasan menggunakan
paraffin
- Cutting → memotong dengan mikrotom, ketebalan 4-6 um
- Staining → pewarnaan dengan menggunakan Hematoxylin and Eosin (HE)
- Pembacaan preparat menggunakan mikroskop
• Nonmedikamentosa
a) Keratosis seboroik
- Cryotherapy
- Electrodessication
- Curettage
- Laser or dermabrasion surgery
e) Melanoma
- Surgery
- Radiotherapy
- Chemotherapy
- Immunotherapy
- Targetted treatments
b. Melanoma maligna
• Nonmedikamentosa: Menghindari sinar matahari.
• Medikamentosa:
- Bedah skalpel dengan irisan 1- 2 cm diluar batas tumor, tergantung besar, dan
tebalnya tumor.
- Kemoterapi, imunoterapi, terapi biologis dan radioterapi dilakukan →
melanoma yang tidak dapat dioperasi, stadium lanjut, dan atau telah terjadi
metastasis.
• Edukasi: mengenai penyakit melanoma, upaya diagnosis, dan
penatalaksanaannya, manfaat dan efek samping pengobatan (eksisi luas, diseksi
KGB, kemoterapi, radioterapi, terapi lokal), serta monitoring respon pengobatan:
c. Keratosis aktinik
• Medikamentosa:
- 5 Fluorourasil (FU)
- Imiquimod
- Natrium diklofenak gel
- Ingenol mebutate
- Interferon
• Tindakan
- Bedah beku
- Laser resurfacing
- Medium-deep peeling
- Bedah pisau tangensial
- Dermabrasi
- Photodynamic therapy kombinasi dengan aminolevulinic acid/methyl
aminolevulinate
- Radioterapi
• Edukasi: mengenai penyakit dan perjalanan penyakit, pencegahan (seperti
penggunaan tabir surya dan pencegahan terhadap sinar matahari lainnya disertai
suplementasi vitamin), topikal retinoid (contoh: adapalen, tretinoin, isotretinoin),
pilihan terapi dan efek sampingnya serta prognosis.
d. Nervus melanositik
• Tindakan
- Bedah pisau
- Bedah listrik
- Bedah laser
• Edukasi: mengenai penyakit, proteksi dari paparan sinar UV (dengan
menggunakan tabir surya), risiko keganasan (apabila bentuk tidak simetris,
permukaan kasar, mudah berdarah, warna tidak lagi homogen), pasien dengan lesi
nevus melanositik yang besar berisiko lebih besar terhadap keganasan.
f. Kista epidermoid
• Medikamentosa Antibiotik golongan sefalosporin untuk Staphylococcus pada
kista epidermal yang mengalami inflamasi
• Non medikamentosa:
- Surgical excision
- Laser
• Edukasi: mengenai penyakit dan penyebabnya, cara pencegahan, pilihan terapi
dan efek samping serta prognosis.
g. Penyakit Bowen
• Medikamentosa
- 5-Fluorourasil
- Imiquimod
• Nonmedika mentosa:
- PDT dengan ALA/MAL
- Bedah beku
- Bedah listrik dengan kuretase
- Bedah eksisi
- Laser ablasi
- Bedah mikrografik Mohs
- Radioterapi
• Edukasi: mengenai penyakit dan penyebabnya, pencegahan terhadap sinar
matahari, pemakaian tabir surya dianjurkan dari penelitian kanker kulit
nonmelanoma, suplementasi vitamin, pilihan terapi dan efek samping
Daftar Pustaka
1. Djuanda, Adhi, dkk. 2016. Ilmu Kelainan Kulit dan Kelamin. Edisi 7 Cetakan Kedua.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
2. Mawu, FO. 2013. Tumor Jinak Kulit pada Wajah. Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. PERDOSKI. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia.
4. Utama, Hendra., dkk. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI.
5. Wardhani, SR. Biopsi dalam Bidang Dermatologi. Bagian Kulit Kelamin, FK Universitas
Kristen Maranatha. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2005; 5: 14-23.
6. Wolff, Klaus, dkk. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi 7. New
York: Mc Graw Hill.