TERLARANG
PERCAMPURAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
PEMBAHASAN :
BAB 3. IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG
A. Pendahuluan..............................................................................................1
B. Haram Zat-nya..........................................................................................2
C. Haram Selain Zat-nya...............................................................................3
D. Tidak Sah/ Lengkap Akadnya...................................................................12
BAB 4. TEORI PERTUKARAN DAN TEORI PERCAMPURAN
A. Pendahuluan..............................................................................................13
B. Teori Pertukaran........................................................................................14
C. Teori Percampuran....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
A. PENDAHULUAN
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang,
kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan Alquran dan Al-Hadis, sedangkan dalam
urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya.
Hukum Asal
Ibadah Muamalah
Semua Tidak Boleh Kecuali yang ada ketentuannya Semua boleh kecuali ada larangannya
HARAM
Tadlis
Taghrir (Gharar)
Babi
Ikhtikar Tidak terpenuhiya rukun dan syarat
Khamr
Bai’ najasy Terjadi ta’alluq
Bangkai
Riba Terjadi “2 in 1
Darah
Maisir
Risywah
B. HARAM ZATNYA
Tadlis (penipuan)
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan
antara kedua belah pihak (sama-sama ridho). Mereka harus mempunyai informasi
yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurigai (ditipu) karena ada suatu yang unknown to one party (keadaan dimana
salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut
juga assymetric information). Unknown to one party dalam bahasa fiqihnya
disebut tadlis, dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam :
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Harga
4. Waktu penyerahan
1. Taghrir (gharar)
Gharar atau disebut juga taghrir adalah situasi dimana terjadi
incomplete information karena adanya Uncertainty To Both Parties (ketidak
pastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi). Dalam Taghrir, Baik pihak A
maupun pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang
ditransaksikan (Uncertainty To Both Parties). Gahrar dapat juga terjadi dalam
4(empat) hal, yakni Kuantitas, Kualitas, Harga, dan Waktu Penyerahan. Bila salah
satu (atau lebih) dari faktor-faktor di atas diubah dari certain menjadi uncertain,
maka terjadilah gharar.
Uncertain Certain
(tidak pasti) (pasti)
Taghrir
Riba nasi’ah
Bussiness No return
Negative
Gambar 5.return
Karakteristik Bisnis
Keuntungan Keuntungan
menanggung biaya.
Riba Kullu qardin jarra 1. Jangan mengambil manfaat apa pun dari
adalah riba)
5. Maysir (Perjudian)
Secara sederhana yang dimaksud dengan maysir atau perjudian adalah
suatu permainan yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung
beban pihak yang lain, akibat permainan tersebut.
Allah SWT, telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang mengandung unsur maysir (perjudian). Allah SWT
berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, sesunggunya meminum khamr, ebrjudi,
berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka janganlah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan (QS Al-Maidah :
90)
Untuk menghindari terjadinya maysir dalam sebuah permainan
misalnya pembelian trophy atau bonus untuk para juara jangan berasal dari
dana partisipasi para pemain, melainkan dari para sponsorship yang tidak
ikut bertanding. Dengan demikian tidak ada pighak yang merasa dirugikan
atas kemenangan pihak yang lain. Pemberian bonus atau trophy dengan cara
tersebut dalam istilah fiqih disebut hadiah dan halal hukumnya.
6. Risywah (Suap-Menyuap)
Yang dimaksud dengan perbuatan risywah adalah memberi sesuatu
kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Suatu
perbuatan baru dapat dikatakan sebagai tindakan risywah (suap-menyuap)
jika dilakukan kedua belah pihak secara suka rela. Jika hanya salah satu
pihak yang meminta suap atau pihak yang lain tidak rela atau dalam keadaan
terpaksa atau hanya untuk memperoleh haknya, peristiwa tersebut bukan
kategori risywah melainkan tindak pemerasan.
Allah SWT telah menyinggung praktik suap-menyuap pada sejumlah
ayat Alquran. Diantara firman Allah SWT :
Dan janganlah sebagian kamu memakan harga sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan batil dan janganlah kamu membawa urusan
harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari
harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui (QS Al-Baqarah [2] : 188)
Halal
Haram Li Ghairihi :
Taghrir/Gharar
Tadlis
Rekayasa Pasa (Ikhtiar dan Ba’i Najasy)
Riba
Halal Halal
Masysir
Risywah
Halal
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalah suatu transaksi (necessary
condition), misalnya ada penjual dan pembeli.
Pada umumnya rukun dalam muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam
bidang ekonomi) ada 3 (tiga) yaitu :
1. Pelaku
2. Objek
3. Ijab-kabul
Akad dapat menjadi batal bila terdapat :
1. Kesalahan/kekeliruan obyek
2. Paksaan (ikrah)
3. Penipuan (tadlis)
Bila ketiga rukun di atas terpenuhi, traksaksi yang dilakukan sah.
Namun bila rukun di atas tidak terpenuhi (baik satu rukun atau lebih), transaksi
menjadi batal.
Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah (lengkap)
dalah syarat. Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun
(sufficient condition). Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi,
rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak).
Syarat bukanlah rukun, jadi tidak boleh dicampuradukkan. Di lain pihak
keberadaan syarat tidak boleh :
II. Ta’alluq
Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling
dikatikan, maka berlakunya akad I tergantung pada akad 2.
Bai’ al-Inah
Jual X secara
cicilan Rp 120 jt
Dengan syarat
Bila satu saja dari faktor di atas tidak terpenuhi, maka two in one
tidak terjadi, dengan demikian akad menjadi sah. Contoh dari two in one
adalah transaksi lease and purchase (sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi
gharar dalam akad karena ada ketidakrelaan akad mana yang berlaku; akad
beli atau akad sewa. Karena itulah maka transaksi ini diharamkan.
BAB 4
TEORI PERTUKARAN DAN TEORI PERCAMPURAN
A. Pendahuluan
B. TEORI PERTUKARAN
I. Objek Pertukaran
Fiqih membedakan dua jenis objek pertukaran, yaitu :
- ‘Ayn (real asset) berupa barang dan jasa
- Dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga
II. Waktu pertukaran
Fiqih membedakan dua waktu pertukaran, yaitu:
- Daqdan (Immediate delivery) yang berarti penyerahan saat itu juga
- Ghairu naqdan (Deferred delivery) yang berarti penyerahan kemudian
Dari segi objek pertukaran, dapat diidenfikasi tiga jenis pertukarn, yaitu:
1. Pertukaran real asset (‘ayn) dengan real asset (‘ayn)
2. Pertukaran real asset (‘ayn) dengan financial asset (‘dayn)
3. Pertukaran financial asset (dayn) dengan financial asset (dayn)
‘ayn bi ‘ayn
Objek
‘ayn bi dayn
pertukaran
dayn bi dayn
naqdan
Waktu
perukaran
Ghairu naqdan
Jenis Beda
‘ayn bi
‘ayn Kasat mata
Kualitas berbeda
Jenis Sama
Kasat mata
Kualitas sama
Gambar 11. ‘Ayn bi Dayn
2. Pertukaran ‘Ayn dengan Dayn
Dalam pertukaran ‘ayn dengan dayn, maka yang dibedakan adalah jenis ‘ayn-nya.
Bila ‘ayn-nya adalah barang, maka pertukaran ‘ayn dengan dayn itu disebut jual
beli (al-bai’). Sedangkan bila ‘ayn-nya adalah jasa, maka pertukaran itu disebut
sewa-menyewa/ upah mengupah (al-ijarah).
Dari segi metode pembayarannya Islam membolehkan jual beli dilakukan
secara tunai (now for now), bai’naqdan atau secara tangguh bayar (deferred
payment, bai’muajjal), atau secara tangguh serah (defferent delivery, bai’salam).
Bay Muajjal dapat dibayar secara penuh (muajjal) atau secara cicilan (taqsith). Jual
beli tangguh dapat dibedakan lagi menjadi: pertama, pembayarannya lunas
sekaligus dimuka (bai’salam); kedua, pembayaran dilakukan secara cicilan dengan
syarat harus lunas sebelum barang diserahkan (bai’istishna’).
Naqdan
Salam
Al-Bai’
Salam
(Barang)
Istishna’
Muajjal
‘ayn bi Muajjal
dayn
Taqsith
Ijarah
Al-ijarah
(Jasa)
Ju’alah
Jenis Beda
Uang
Jenis Beda
Dayn bi
dayn
Jenis Beda
Non-Uang
(Surat Berharga)
Gambar 13. Dayn bi Dayn
Pertukaran uang dengan uang dibedakan menjadi pertukaran uang yang sejenis
dan pertukaran yang tidak sejenis. Pertukaran uang yang sejenis hanya
diperbolehkan bila memenuhi syarat: sawa-an bi sawa-in(same quantity), dan
yadan bi yadin (same time of delivery).Misalnya perukaran satu lembar uang
pecahaan Rp.100.000 dengan 10 lembar uang pecahaan Rp.10.000, harus dilakukan
penyerahannya pada saat yang sama.
Pertukaran uang yang tidak sejenis hanya di perbolehkan bila memenuhi
syarat: yadan bi yadin (same time of delivery). Pertukaran uang yang sejenis disebut
sharf (many changer). Misalnya USD 1000 dengan Rp 10.000.000, harus dilakukan
penyerahaannya pada saat yang sama. Inilah yang menjadi sebab pelarangan
transaksi forward dan transaksi swap dalam pertukaran valuta asing. Sedangkan
transaksi spot dibolehkan,baik yang dilakukan di counter maupun yang dilakukan
antar dua bank di dua lokasi yang berjauhan.Settlement period selama dua hari
dipandang sebagai suatu mekanisme teknis yang tidak dapat dihindarkan karena
lokasi yang berjauhan.Perkembangan terakhir, Dewam Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) membolehkan forward agreement (janji, wa’ad)
namun tetap tidak membolehkan forward transaction (transaksi,akad). Hal ini untuk
mencegah terjadinya forward buying yang dihedging dengan melakukan forward
selling, yang selanjutnya akan diikuti dengan forward buying – forward selling
berikutnya.Selain bertentangan dengan hadis “la tabi’ ma laisa ’indak” (jangan jual
sesuatu yang belum dimiliki), pelarangan ini juga dimaksud untuk mencegah
terjadinya bubbl growth pada sektor vinansial , dan mencegah terjadinya domino
effect bila terjadi default pada salah satu mata rantai para pihak yang terlibat dalam
transaksi forward buying – forward selling tersebut.
Jual beli surat berharga pada dasarnya tidak diperbolehkan.Namun bila surat
berharga dilihat lebih rinci, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu surat berharga yang
merupakan representasi ‘ayn, dan surat berharga yang bukan merupakan
representasi’ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya surat berharga yang
merupakan representasi’ayn saja yang dapat diperjual-belikan.
Secara terinci,jual beli surat berharga (bai’al dayn bi al dayn) dapat dibedakan
menjadi:
a. Penjualan kepada si pengutang (bai’al dayn lil madin, sale of debt to the
debtor), yang dapat dibedakan lagi menjadi:
Hutang yang pasti pembayarannya (confirmed, mustaqir).Bagi mashab
Hanbali dan Zahiri, transaksi ini boleh.
Hutang yang tidak pasti pembayarannya (unconfirmed,ghairu
mustaqir).Transaksi ini terlarang.
b. Penjualan kepada pihak ketiga (bai’ al dayn lil ghairu madin, sale of debt to
third party) yang dapat dibedakan lagi menjadi empat pendapat:
Kebanyakan ulama mazhab Hanafi dan Syafi’I, beberapa ulama Hanbali dan
Zahiri secara tegas tidak membolehkan hal ini.
Ibnu Taimiyah membolehkannya bila utangnya adalah utang yang pasti
pembayarannya (confirmed, mustaqir).
Imam Suraji, Subki, dan Nawawi membolehkanya dengan tiga syarat.
Imam Anas bin Malik dan Zurqoni membolehkannya dengan delapan syarat.
Mustaqir
Halal menurut Mazhab
Bai’al-dayn lil Mad’in Hanbali dam Zahiri
(Sale of Debt to the
Debtor
Ghair Mustaqir
Haram
Gambar 14. Bai’al-Dayn bi al-Dayn
Matrik diatas memberikan panduan yang komprehensif bagi kita untuk dapat
menentukan halal-haramnya suatu transaksi pertukaran. Semua transaksi
pertukaran tangguh serah (deferred for deferred) diharamkan (kolom paling paling
kanan dari matriks). Demikian pula dengan semua pertukaran dayn dengan dayn
diharamkan (baris paling bawah dari matriks), dengan satu perkecualian yakni
sharf (pertukaran mata uang yang berbeda). Selain itu dua hal di atas, semua
transaksi pertukaran diperbolehkan.
C. TEORI PERCAMPURAN
I. Objek percampuran
Sebagaimana dalam teori pertukaran , fiqih juga membedakan dua jenis
objek percampuran, yaitu:
‘Ayn (real asset) berupa barang dan jasa.
Dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga.
II. Waktu percampuran
Dari segi waktunya, sebagaimana dalam teori pertukaran fiqih juga
membedakan dua waktu percampuran, yaitu:
Naqdan (Immediate delivery) yakni penyerahaan saat itu juga.
Ghairu naqdan (Deferred delivery) yakni penyerahaan kemudian.
Teori pertukaran/
percampuran
Objek Waktu
Pertukaran/ Pertukaran/
percampuran percampuran
Dayn
(Financial Asset) Naqdan
(Immediate
Delivery)
‘Ayn
(Real Asset) GhairubNaqdan
(Deferred
Delivery)
Uang &
Barang & Surat
Jasa Berharga
Dari segi waktunya, baik dalam teori percampuran maupun pertukaran, dapat
dibedakan menjadi dua: immediate delivery (naqdan, penyerahaan saat itu juga), dan
deffered delivery (muajjal, penyerahaan kemudian). Sementara itu, dari segi objeknya,
dalam teori ini dapat dibedakan menjadi dua pula: ‘ayn (real asset, barang dan jasa)
dan dayn (financial asset, uang dan non-uang).
1. Percampuran ‘Ayn dengan ‘Ayn
Percampuran antara ‘ayn dengan ‘ayn dapat terjadi, misalnya pada kasus
di mana ada seorang tukang kayu bekerja sama dengan tukang batu untuk
membangun sebuah rumah. Baik tukang kayu maupun tukang batu,
keduanya sama-sama menyumbangkan tenaga dan keahliannya (jasa) dan
mencampurkan jasa mereka berdua untuk membuat usaha bersama, yakni
membangun rumah. Dalam kasus ini, yang dicampurkan adalah ‘ayn
dengan ‘ayn. Tukang kayu menyumbangkan keahlian perkayuannya (jasa,
‘ayn), dan tukang batu menumbangkan keahlian membangunnya (jasa,
‘ayn). Bentuk percampuran seperti ini disebut syirkah ‘abdan.
2. Percampuran ‘Ayn dengan Sayn
Percampuran antara ‘ayn (real asset) dengan dyn (financial asset) dapat
mengambil beberapa bentuk, di antaranya sebagai berikut.
a. Syirkah Mudharabah
Dalam kasus ini, uang (financial asset) dicampurkan dengan
jasa/keahlian (real asset). Hal ini ketika ada seorang pemilik modal
(A) yang bertindak sebagai penyandang dana, memberikan sejumlah
dana tertentu untuk dipakai sebagai modal usaha kepada seseorang
yang memiliki kecakapan untuk berbisnis (B). di sini , Amemberikan
dayn (uang, financial asset), sementara B memberikan ‘ayn
(jasa/keahlian, real asset).
b. Syirkah wujuh
Dalam syirkah wujuh juga terjadi percampuran antara ‘ayn dengan
dayn. Dalam bentuk syirkah seperti ini, seorang penyandang dana
(A) memberikan sejumlah dana tertentu untuk dipakai sebagai modal
usaha, dan B menyumbangkan reputasi/nama baiknya.
3. Percampuran Ayn dengan Dayn
Percampuran antara dayn dengan dayn dapat mengambil beberapa
bentuk pula. Bila terjadi percampuran antara uang dengan uang dalam
jumlah yang sama (Rp X dengan Rp X), hal ini disebut syirkah
mufawadhah. Namun jumlah uang yang dicampurkan berbeda (Rp X
dengan Rp Y), hal ini disebut syirkah ‘inan. Percampuran dayn dengan
dayn dapat juga berupa kombinasi antarsurat berharga, misalkan saham PT
X digabungkan dengan PT Y, dan lain-lain.
Sebagaimana dalam teori pertukaran, maka dalam teori pencampuran
kita juga dapat membuat ringkasan yang dapat membantu kita menentukan
halal-haramnya transaksi-transaksi pencampuran. Ringkasan tersebut
diberikan dalam Matrik Pencampuran berikut.
Tabel 4. Matriks Percampuran
Time Now for Now for Deferred
Objek now deferred For deferred
‘Ayn + Ayn × ×
‘Ayn + Dayn × ×
Dayn + Dayn × ×
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Al-Qur’anul Karim