Anda di halaman 1dari 12

1

Kasus ini terjadi pada mei 2018. Salah satu KPM yang bernama Mariyati yang bertempat tinggal di Desa
Sukaharum kelurahan Batu Putuk hilang, penyebabnya adalah terselip pada saat KPM berpindah rumah.
Kartu dan buku tabungan hilang tak ditemukan. Sedangkan untuk membuat KKS baru adalah dengan
membuat laporan kehilangan di Kantor kelurahan, Polsek terdekat dan mendatangi Bank Penyalur yang
berada di Kecamatan teluk betung barat. Dengan terjadinya kasus ini, ibu mariyati menyadari akan
keteledoran dan kelalalain dalam menjaga salah satu identitas kepsertaan PKH. Padahal hal ini selalu
dibahas pada pertemuan kelompok untuk mampu secara mandiri menyimpan dan menggunakan KKS
secara hati hati. Untuk melaporkan dan mengajukan pembuatan KKS baru nya kembali, saya sebagai
pendamping membawa dan mendampingi ibu mariyati ke Bank Penyalur terdekat,yaitu BANK BRI
cabang Teluk Betung.

2
1. Teori Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu keterampilan pendamping sosial yang dapat dipergunakan untuk
membangun relasi. Komunikasi juga sangat penting untuk memecahkan masalah. Pada kasus diatas,
apabila tidak ada komunikasi antara pendamping dengan peserta PKH ,maka masalah tersebut tidak
dengan cepat teratasi. Karena secara prosedur pembuatan kartu di BANK, harus ada pernyataan
Pendamping yang menyebutkan bahwa Ibu Mariyati adalah benar anggota PKH dengan status Buku
Tabungan dan Kartu ATM hilang. Surat pernytaan itu di tanda tangani oleh pendamping,kemudian di
komunikasikan dengan PIHAK Bank untuk dapat menerbitkan kartu baru.

2. Teori Motivasi

Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999)
menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004). Motivasi juga merupakan suatu proses psikologis yang menyebabkan
stimulan, arahan dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang
diarahkan pada suatu tujuan (Robert Kreitner, 2014). Begitu pentingnya motivasi bagi kehidupan
manusia sampai - sampai dalam suatu kelompok manusia harus mencari motivator khusus untuk ikut
serta dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka alami. Hal ini relevan dengan kasus diatas
dimana ibu mariyati berkeluh kesah kepada pendamping karena kehilangan KKS nya, dimana dengan
KKS nya tersebut bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Kasus diatas juga mencerminkan
teori motivasi dimana ibu mariyati selaku KPM membutuhkan pendamping.

3. Teori Advokasi Sosial

Advokasi hanyalah salah satu dari perangkat dan sekaligus proses-proses demokrasi yang dapat
dilakukan pekerja sosial untuk mengawasi dan melindungi kepentingan KPM PKH, setidaknya untuk
mendapatkan pelayanan minimal dalam kaitannya dengan kebijakan publik. Advokasi adalah usaha
sistematis secara bertahap dan teroganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk
menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat
kebijakan yang berpihak kepada kelompok dan hak-haknya tidak atau belum terpenuhi, sekaligus
mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif. Hal ini sesuai dengan tujuan dari advokasi sosial
sendiri adalah terwujudnya penyelesaian kasus yang dalam hali ini berkaitan dengan KPM PKH. Sejalan
dengan tujuannya prinsip advokasi sendiri adalah pemenuhan kebutuhan dasar KPM PKH. Hal ini dilihat
dari pentingnya KKS yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan KPM PKH tersebut.

Langkah pertama dalam menangani kasus ini, saya selaku Pendamping PKH Kelurahan Batu Putuk
menggunakan Teori komunikasi. Teori ini merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia
membentuk makna melalui proses komunikasi, dalam hal ini adalah KPM melakukan pelaporan
terjadinya KKS hilang kepada pendamping sebagai bentuk komunikasi dan interaksi awal kasus. Dimulai
dengan menanyakan identitas diri KPM kemudian dilanjutkan dengan memberikan beberapa
pertanyaan terkait aduan dari KPM.

Selanjutnya, setelah menerima pangaduan bahwa KKS yang dimiliki oleh ibu mariyati hilang. Saya selaku
pendamping PKH memotivasi dan mendampingi untuk membuat surat kehilangan KKS di kantor
kelurahan, Polsek teluk betung barat sebagai salah satu syarat pengajuan pembuatan KKS baru.

Setelah bu mariyati mendapatkan surat keterangan hilang, saya menggunakan teori advokasi sosial
untuk mengawasi dan melindungi kepentingan KPM PKH, setidaknya untuk mendapatkan pelayanan
minimal dalam kaitannya dengan kebijakan publik di bank penyalur yakni Bank BRI Cabang Teluk Betung.
Disana saya mendampingi KPM untuk mengadukan KKS yang hilang sekaligus memberikan syarat wajib
pengajuan pembuatan KKS baru. Dalam langkah konkritnya adalah pendamping dan KPM diwajibkan
memenuhi segala persyaratan yang di buat oleh Bank BRI dalam pembuatan KKS baru dengan proses
yang terstruktur dan sesuai prosedur. Diantaranya adalah KPM harus membawa E-KTP, fotokopi kartu
keluarga serta surat keterangan hilang dari Polsek.

Dasar pertimbangan saya selaku pendamping dalam menggunakan teori ini adalah bahwa kita bekerja
diranah sosial dan diwajibkan adanya interaksi komunikasi yang efektif antara KPM dan pendamping
dalam mendukung kegiatan PKH. Dasar pertimbangan selanjutnya, pendamping dalam menggunakan
teori komunikasi adalah untuk menganalisa kasus di lapangan kemudian dianalisis dan evaluasi sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menangani setiap kasus yang terjadi dilapangan sehingga
tidak ada kesalahan persepsi antara KPM dan pendamping.

Tidak hanya teori komunikasi, kasus ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori motivasi.
Dimana warga yang membuat pelaporan bu mariyati mendapatkan penjelasan dan dorongan untuk
berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang dia maksud dan mengatasi keluhan dan kebingungan yang
ada di dalam fikirannya. Teori ini juga sangat strategis digunakan dalam menangani kasus yang
berkenaan dengan masyarakat sosial.

Selanjutnya pertimbangan pendamping menggunakan teori advokasi sosial. Teori advokasi sosial
merupakan salah satu usaha sistematis secara bertahap dan teroganisir untuk menyelesaikan masalah,
sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
advokasi sosial sendiri adalah terwujudnya penyelesaian kasus dengan baik.

Terkait implikasi, jika semua proses teori sudah di jalani dengan prosedur dan cara yang benar, maka
akan menciptakan implikasi yang efektif dan positif. Setelah diberikan pengarahan dan petunjuk dari
pendamping maka bu mariyati merasa lebih tenang dan bahagia. Perasaannya yang awalnya merasa
bingung harus bagaimana jika tahap penyaluran bantuan sosial se;anjutnya sedangkan KKS nya hilang.
Setelah berkomunikasi dan berkonsultasi dengan pendamping,ia merasa tenang. Dengan komunikasi
yang baik, permasalahannya dapat segera ditangani. Kemudian dengan adanya teknik motivasi, bu
mariyati segera memenuhi syarat yang diminta oleh pihak bank penyalur untuk menyiapkan surat
keterangan hilang dari Polsek setempat. Selanjutnya pengimplikasian teknik advokasi sosial, dengan
adanya teknik ini pengajuan pembuatan KKS baru untuk Bu mariyati dapat dilaksanakan secara
sistematis dan sesuai dengan prosedur yang berlaku dari bank penyalur tersebut, sehingga pelaporan
akan adanya KKS yang hilang dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak bank penyalur.

Setelah saya sebagai pendamping melakukan segala proses di semua teori diatas, implikasinya adalah
KKS baru terbit dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Seperti halnya proses dan tujuan dari teori yang diterapkan adalah menganalisa, mengeksekusi proses
dan mengevaluasi. Maka, jika di runtut dari ketiga hal itu apabila pendamping menyelesaikan masalah
ini tanpa penerapan pengetahuan, kebalikan dari hasilnya adalah pekerjaan tidak terlaksana sesuai
prosedur. Terjadinya salah paham antar KPM dan pendamping bisa saja terjadi. Karena secara deskriptif,
tujuan dari penerapan teori dalam pemecahan kasus ini adalah adanya interaksi komunikasi yang efektif
antara KPM dan pendamping dalam mendukung kegiatan PKH. Jika pendamping tidak menggunakan
teori atau tidak menerapkan pengetahuan dalam kasus ini, yang terjadi adalah KKS tidak tercetak
kembali karena adanya miss communication atau komunikasi yang salah. Sehingga hasil yang diharapkan
tidak sesuai dengan keinginan dan tidak terpenuhinya hak-hak bu mariyati selaku penerima manfaat
bantuan sosial. Bahkan mungkin akan muncul masalah baru jika di dalam penerapan penyelesaian kasus
ini tidak dikakukan secara benar atau tidak memberikan cara dan solusi yang sistematis serta terarah. Bu
mariyati merasa bingung dan kesulitan jika tidak ada pengarahan dan dorongan dari pendamping
mengenai apa saja yang harus ia lakukan agar bisa mendapatkan KKS yang baru.
7

Pada bulan Januari 2019, saya melaksanakan kewajiban saya selaku pendamping sosial PKH yakni
pertemuan kelompok yang dilaksanakan setiap bulan dirumah masing-masing ketua kelompok. Pada
saat pertemuan kelompok berlangsung yang saya laksanakan di kelurahan batu putuk, saya selaku
pendamping PKH selalu sharing atau tukar pendapat dengan para KPM. Mendengarkan hal-hal yang
menjadi permasalahan dan sebisa mungkin memberikan solusi kepada KPM. Seperti pertemuan
kelompok semestinya, disetiap akhir pertemuan kelompok saya selalu mengingatkan seluruh KPM untuk
melaksanakan kewajiban sebagai peserta PKH yaitu ikut aktif serta dalam setiap pertemuan kelompok
dan FDS.

Setelah mengakhiri pertemuan kelompok, saya mengizinkan anggota untuk pulang kerumah masing-
masing. Ketika anggota kelompok satu persatu meninggalkan rumah ketua kelompok, ibu Mimin,yakni
selaku ketua kelompok 2 dilingkungan 2 Batu Putuk mendekati saya, bercerita tentang kondisi situasi
anggotanya. Yakni, ada salah satu anggota yang belakangan ini,tidak aktif mengikuti kegiatan Pertemuan
Kelompk dan FDS bukan karena izin semata,tetapi karena antara anggota dan ketua terjadi kesenjangan
hubungan. Ibu mimin tidak mengetahui persis apa sebabnya,oleh karena itu ibu mimin meminta
bantuan pendamping agar dapat menjembatani komunikasi sehingga ditemukan penyebab
ketidakhadiran anggotanya tersebut.

Saya selaku pendamping,tidak serta merta meng-hakimi keduanya antara mana yang salah dan benarr.
Saya menampung informasi terlebih dahulu dari ketua ,kemudian saya mencari tahu masalah dari
sumber lain,yaitu ibu sonah untuk di mintai keterangan. Alhasil saya menghampiri kediaman ibu sonah

Ketika sampai di rumah anggota ibu sonah, saya bertanya “Apakah yang menyebabkan ibu belakngan ini
tidak mengikuti acara pertemuan kelompk dan FDS?”, Ibu sonah menceritakan bahwa Ibu sonah
memiliki masalah pribadi dengan ketua. bidan desa yang bertugas di posyandu desa tersebut.
Berdasarkan cerita dari Ibu W, beberapa bulan yang lalu suami dari Ibu W secara mendadak mengalami
serangan jantung. Peristiwa tersebut terjadi pada sore hari menjelang magrib. Karena panik dan ingin
segara ditangani, Ibu W mendatangi bidan desa yang dimaksud untuk membantu memeriksakan
suaminya yang terkena serangan jantung. Namun naas, suami dari Ibu W meninggal sebelum sempat
diperiksa oleh bidan tersebut.

Semenjak peristiwa tersebut, Ibu W mengaku tidak berminat untuk mengikuti posyandu rutin dengan
bidan desa tersebut dikarenakan Ibu W merasa suaminya meninggal karena bidan desa yang dimaksud
tersebut tidak dengan segera melakukan pemeriksaan kepada suaminya.

Adanya informasi dari Ibu W yang dengan jujur menceritakan bahwa dia sudah 2 bulan tidak rutin
mengikuti posyandu dikarenakan masih sakit hati dengan bidan desa tersebut. Ibu W meminta saya
untuk memberikan solusi kepadanya karena Ibu W sadar akan kewajiban yang harus iya kerjakan namun
terkendala dengan masalah pribadi dengan bidan tersebut. Hal ini menggambarkan adanya kepercayaan
dan keyakinan Ibu W terhadap saya selaku pendamping agar dapat memberi masukan atau saran.
Untuk mengetahui apa penyebab Ibu W tidak rutin mengikuti posyandu yang diadakan di desanya, saya
menggunakan teknik ventilasi (Ventilation Techniques) ditahap awal penanganan kasus di atas. Teknik
Ventilasi (Ventilation Techniques) adalah teknik untuk membantu Ibu W untuk mengungkapkan
perasaan yang kuat ketika ia ragu-ragu untuk melakukannya karena ketidakpastiannya mengenai respon
pekerja sosial. Tujuan teknik ini adalah untuk memberikan kesempatan Ibu W mengungkapkan
perasaan/emosinya melalui kata-kata.

Penerapan teknik ventilasi pada kasus ini saya mulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan yakni
“Apakah yang menyebabkan Ibu tidak rutin mengikuti posyandu selama 2 bulan terakhir ini?”. Setelah
menceritakan apa yang sudah terjadi, selanjutnya saya selaku pendamping menngunakan teknik
menjelaskan (explaining technique). Penjelasan difokuskan pada pentingnya posyandu bagi anak balita.
Dimana anak dibawah usia 5 tahun diwajibkan untuk hadir dan mengikuti posyandu karena selain
mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, balita dan anak dengan hadir
dikegiatan posyandu rutin ibu juga bias memantau pertumbuhan anak balita sehingga tidak mengalami
gizi kurang atau gizi buruk. Kemudian saya pun memberikan penjelasan bahwa suami Ibu W meninggal
bukan karena tidak segera ditangani oleh bidan yang dimaksud, namun memang suami Ibu W meninggal
sesuai dengan takdir Tuhan sesuai dengan keyakinan Ibu W yakni islam. Bahwa setiap yang bernyawa
pasti akan meninggal.

Deskripsi dampak penerapan metode/teknik pada proses awal penanganan kasus:

Saat awal ketika Ibu W ingin bercerita nampak keraguan dan ketakutan diwajah Ibu W. Namun,
penerapan teknik ventilasi dan teknik menjelaskan memiliki pengaruh terhadap Ibu W, yakni Ibu W
memiliki pengetahuan baru tentang pentingnya hadir dan mengikuti kegiatan posyandu untuk balita.
Pengetahuan ini menyebabkan perubahan sikap pada Ibu W. Awalnya Ibu W bersikeras untuk tidak ingin
posyandu bila bidan desa disana masih dengan bidan desa yang dimaksud oleh Ibu W tersebut karena
perihal sakit hati akan kematian sang suami, namun setelah diberi penjelasan, Ibu W akhirnya sadar dan
menyesal sudah tidak mengikuti kegiatan posyandu selama 2 bulan terakhir. Bahkan beliau merasa
tumbuh kembang anak balitanya tidak terpantau karena Ibu W hanya mementingkan perasaan sakit
hatinya tersebut. Kemudian pada saat penerapan teknik menjelaskan, Ibu W lebih responsive dan
merasa tertarik untuk membahas pentingnya hadir disetiap kegiatan posyandu rutin didesanya. Bahkan
secara perlahan Ibu W sudah mulai menerima kenyataan bahwa suaminya meninggal bukan
dikarenakan keterlambatan penangan medis oleh bidan, namun memang sudah menjadi takdirnya
meninggal karena serangan jantung pada saat itu.

10

Pada saat awal Ibu W mendekati saya diakhir pertemuan kelompok, Ibu W secara ragu menceritakan
apa yang sebenarnya terjadi. Beliau ragu dan merasa takut untuk jujur bahwa selama 2 bulan terkahir ini
Ibu W tidak hadir dalam kegiatan posyandu di desa nya. Lalu saya menerapkan teknik ventilasi agar Ibu
W bisa lebih terbuka menyampaikan perasaannya dan yang ingin Ibu W sampaikan kepada saya selaku
pendamping. Pada saat berbicara lebih lanjut, saya menggunakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi
semacam ini selain sebagai proses sosial juga sebagai teknik untuk membangun relasi, menggali masalah
dan solusi masalah. Saya berusaha memahami perasaan Ibu W yang sedih ditinggal suaminya yang
meninggal karena mendadak serangan jantung. Namun, saya juga harus menjelaskan pentingnya
mengikuti kegiatan posyandu bagi tumbuh kembang anak dan kewajiban Ibu W sebagai peserta PKH.
Setelah saya selesai menjelaskan, saya melihat Ibu W sudah mulai mencoba ikhlas atas meninggalnya
suami Ibu W dan lebih fokus ke pentingnya mengikuti posyandu setiap bulan bagi anak balitanya.

11

Deskripsi penerapan metode/teknik identifikasi sumber dan potensi terkait dengan pemecahan kasus 2
di atas:

Mendengar cerita dari Ibu W tentang kemalasannya hadir dan mengikuti posyandu yang ada di desanya,
saya menerapkan Teknik Parsialisasi (Partialisation Techniques) yaitu pendamping mencoba fokus hanya
pada satu aspek dari keseluruhan masalah. Pada kasus Ibu W, saya selaku pendamping fokus pada satu
bagian dari masalah yakni, ketidakinginan Ibu W untuk hadir dan mengikuti posyandu yang ada di
desanya. Selanjutnya, saya menggunakan Teknik Menginformasikan (Informing Techniques) untuk
memberikan penegasan terkait informasi pentingnya posyandu sehingga Ibu W yang awalnya tidak
peduli akan pemantauan tumbuh kembang anak balitanya kini menjadi paham dan peduli dengan
kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balitanya. Disini saya menjelaskan bahwa sehat
tidaknya anak dapat dilihat dan dipantau melalui KMS yang ada di posyandu dan diisi oleh kade
rposyandu setempat. Setelah menginformasikan hal tersebut, saya menggunakan Teknik Penalaran Logis
(Logical Reasoning Techniques) kepada Ibu W. Hal ini dilakukan untuk melibatkan KPM dalam analisis
sistematis dan rasional dari situasi yang memerlukan keputusan. Disini saya mendorong Ibu W untuk
menimbang akan apa yang sudah dia lakukan (tidak hadir dan mengikuti posyandu). Pendamping
meminta Ibu W untuk membayangkan bagaimana terbengkalainya pemantauan tumbuh kembang anak
balitanya selama ini hanya karena Ibu W mementingkan egonya semata. Kemudian mengingatkan
kepada Ibu W bahwa anak adalah titipin Ilahi yang mana harus dirawat dan dipenuhi segala hak dan
kebutuhannya. Lalu memberikan pertanyaan kepada Ibu W agar Ibu dapat menimbang sikapnya dengan
pertanyaan “Bagaimana jika anak Ibu W mengalami gizi buruk? Apakah Ibu tidak sedih?”

12

Pada kasus Ibu W, saya menggunakan Teknik Ventilasi (Ventilation Techniques) untuk mengetahui
penyebab Ibu W sudah 2 bulan tidak mengikuti kegiatan posyandu di desanya dengan cara membuat Ibu
W nyaman dan berkenan untuk menceritakan apa penyebab beliau sudah 2 bulan tidak hadir dan
mengikuti posyandu bersama balitanya, serta dengan cara membuat Ibu W percaya dan tidak tertekan
saat menceritakan masalahnya dengan pendamping. Setelah mendengarkan dengan baik dan secara
aktif merespon setiap ungkapan dari Ibu W, kemudian saya menggunakan Teknik Menjelaskan
(Explaining Techniques) agar Ibu W sadar betul akan kewajiban sebagai peserta PKH dan pentingnya
hadir dan mengikuti kegiatan posyandu secara rutin setiap bulannya sesuai dengan jadwal dan tempat
yang sudah ditentukan. Kemudian Teknik Penalaran Logis (Logical Reasoning Techniques) diberikan
kepada Ibu W untuk diajak berfikir kritis secara logis/rasional agar secara perlahan Ibu W dapat
melupakan perasaan sakit hatinya kepada bidan tersebut.

Setelah saya selesai berbicara dengan Ibu W, dalam hal ini saya melibatkan ketua kelompok untuk sama-
sama terus mengingatkan anggota kelompoknya melaksanakan salah satu kewajiban peserta PKH yaitu
untuk hadir dan mengikuti secara rutin kegiatan posyandu yang ada di desa tersebut agar balita-balita
dan ibu hamil yang menjadi peserta PKH mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan, dan
terpantuanya tumbuh kembang anak balita disana.

13

Saya mendengar langsung dari Ibu W yang mengaku bahwa Ibu W sudah 2 bulan tidak hadir dan
mengikuti kegiatan posyandu di desanya dengan alasan karena merasa sakit hati. Kemudian, setelah Ibu
W menceritakan semua alasan penyebab Ibu W tidak ingin menghadiri dan mengikuti kegiatan
posyandu saya menjelaskan pentingnya seorang Ibu yang memiliki balita untuk hadir dan mengikuti
kegaiatan tersebut. Ketika melihat respon positif dari Ibu W saat saya menjelaskan pentingnya untuk
hadir dan mengikuti kegaiatan posyandu bagi balita, saya memberikan beberapa pertanyaan penalaran
logis/rasionalagar secara perlahan Ibu W dapat melupakan sakit hatinya kepada bidan tersebut dan
mulai hadir dan mengikuti pertemuan posyandu dibulan berikutnya.

Selain memberikan penjelasan dan beberapa penalaran logis, selaku pendamping PKH saya juga
memberikan motivasi dan dorongan agar Ibu W semangat hadir dan mengikuti kegaiatan posyandu
selanjutnya demi kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang balita yang dimilikinya sehingga balita
Ibu W dapat terpantau dengan baik, mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya didapat oleh
anak seusianya dan terhindar dari penyakit gizi kurang atau gizi buruk.

14

Pada bulan Januari 2019, seorang RT desa yang berinisial “J” mengeluh kepada pendamping PKH. Bapak
J yang tinggal di Kelurahan Batu Putuk merupakan wilayah dampingan saya. Disini Bapak J mengeluh
dikarenakan banyaknya warga (non PKH) yang mempertanyakan perihal kapan kami yang aktif
mengikuti kegiatan posyandu, serta memiliki anak sekolah setiap bulan ini mendapatkan bantuan juga.
Peristiwa ini terjadi karena kurangnya informasi bahwa penerima PKH bukan karena mereka aktif ikut
posyandu saja, atau juga memiliki anak sekolahsaja, tapi harus termasuk kategori keluarga kurang
mampu dan memiliki 3 komponen yang sudah ditetapkan yaitu, komponen kesehata, komponen
pendidikan dan komponen kesejahteraan sosial.
Dalam hal ini, bapak J merasa tidak sanggup dan tidak mampu menjelaskan hal tersebut kepada Warga
di daerahnya. Lalu, ketika saya selaku pendamping sedang menjalankan kewajiban saya sebagai
pendamping PKH yakni Verifikasi Komitmen pada fasilitas kesehatan dan pendidikan pada bulan Januari
2019 ini, bapak J menceritakan hal yang terjadi dan meminta saya untuk ikut menjelaskan kepada
seluruh peserta posyandu (non PKH) dan ke beberapa sekolah untuk memberikan edukasi ke pimpinan
sekolah dan beberapa staff pendidkan.

15

Penerapan nilai-nilai dalam penanganan kasus ini adalah nilai partisipasi, nilai tanggung jawab serta nilai
bekerja dan nilai belajar bersama masyarakat.

Dalam nilai partisipasi dijelaskan bahwa nilai ini mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dan
aktif dalam memberikan perubahan sikap dan prilaku, dengan prinsip ini masyarakat akan lebih sadar
akan pentingnya sebuah program diluncurkan. Prinsip ini adalah bagian yang harus dimiliki oleh
Pendamping Sosial untuk membangun kerjasama dalam jangka yang lebih panjang.

Setiap kita memiliki tanggung jawab, terlebih bagi seorang pendamping sosial yang direkrut untuk
mensukseskan sebuah program. Suksesnya program akan terlaksana dengan baik apabila pendamping
sosial sebagai ujung tombak memiliki dan memegang teguh prinsip tanggung jawab oleh karena itu
dalam kasus ini pendamping menggunakan nilai tanggungjawab yang dirasa sangat tepat dalam
menyelesaikan kasus ini.

Dalam nilai bekerja dan belajar bersama masyarakat dijelaskan dan diimplementasikan dalam bentuk
kerja kolektif yang efektif, mendukung dan mengembangkan individu untuk berkontribusi secara efektif
kepada masyarakat.

16

Berhubungan dengan keluhan dari Bapak J yang merupakan salah satu Pamong /Pejabat yang ada
diwilayah dampingan saya, yang saya lakukan selanjutnya berkoordinasi dengan Koordinator
Pendamping PKH Kecamatan Teluk Betung Barat, yang dalam ini merupakan pedamping PKH yang juga
memiliki wilayah dampingan yang sama dengan saya.

Disini saya menggunakan nilai partisipasi, dimana saya dan korcam selaku pendamping PKH Desa Batu
Putuk ikut hadir pada saat kegiatan posyandu yang sudah dijadwalkan. Pada kegiatan tersebut kami
diminta oleh bapak J untuk menjelaskan kepada peserta peserta posyandu (non PKH) dan beberapa
warga lain,serta staff sekolahan yang selalu bertanya kepada Bapak J mengapa mereka tidak
mendapatkan bantuan PKH.
Kemudian nilai kebersamaan dengan teman sejawat dimana kita bekerja secara bersama dalam hal
menjelaskan kepada peserta posyandu yang mengaharapkan mdenapatkan bantuan sosial PKH. Kami
sadar nilai kebersamaan sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan sosial ini. Karena satu desa terdiri
dari beberapa pendamping, dalam setiap pekerjaan yang berkaitan dengan aparat desa, permsalahan
KPM harus sama-sama berkoordinasi dan komunikasi agar terciptanya hubungan yang baik dan
terselesaikannya setiap masalah yang muncul di lapangan.

17

Dalam hal permasalahan yang terjadi di wilayah dampingan saya, saya melakukan identifikasi
menyeluruh terhadap laporan yang ada. Hasil identifikasi ini saya sampaikan secara lisan kepada
Koordinator Pendamping PKH Kecamatan. Dan saya menerapkan nilai disiplin dalam bekerja. Disiplin
dalam bekerja adalah kunci utama dalam kesuksesan, setiap pekerjaan diselesaikan tepat waktu. Tidak
menunda-nunda pekerjaan. Dalam penerapannya pada kasus Bapak J, setelah menerima keluhan saya
selaku penerima keluhan segera mengkoordinasikan dengan teman sejawat yang dalam hal ini saya
menghubungi Koordinator Pendamping PKH Kecamatan Teluk Betung Barat

Selanjutnya saya beserta Koordinator Pendamping PKH Kecamatan dan didampingi oleh Bpak J selaku RT
hadir pada kegiatan masyarakat khsusunya ibu ibu, salah satunya diposyandu yang mana jadwal dan
tempat sudah ditetapkan untuk menyampaikan beberapa informasi terkait calon penerima PKH.

Dampak dari kegiatan ini adalah membuat pola pikir masyarakat untuk tetap mengikuti kegiatan
posyandu ,sekolah dan aktifitas lain tanpa berharap untuk menjadi penerima bantuan sosial PKH. Karena
pada dasarnya hadir dan mengikuti kegiatan posyandu dan kegiatan didesa adalah untuk mendapatkan
informasi dan layanan kesehatan ,pendidikan dan rukun tetangga bukan semata-mata untuk
mendapatkan bantuan sosial PKH.

_____________________________________________________________________________________
__kasus 3____________________________________________________________

Kasus pengangguran :

Di setiap negara, khususnya negara-negara sedang berkembang, pengangguran masih menjadi masalah
yang serius. Di Indonesia khususnya angka pengangguran relatif masih tinggi. Data yang dikeluarkan
Bappenas terkait angka pengangguran ini adalah 6,8% tahun 2005 dan 6,32% tahun 2011. Itu berarti
selama kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan angka pengangguran. Hanya saja tingkat pengangguran
angkatan kerjanya dan tingkat penganggutannya tinggi. Dalam kasus ini saya mengangkat angka
pengangguran pada suami suami KPM.

--
Oleh karena itu, yang menjadi persoalan di sini adalah apa yang menyebabkan angka pengangguran di
Indonesia relatif tinggi? Apa dampak yang timbul dari tingginya angka pengangguran ini bagi
perekonomian Indonesia? Dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah ini?

Sebelum menemukan nilai nilai,kita harus mengetahui terlebih dahulu penyebab pengangguran dan
dampaknya.

Penyebab Terjadinya Pengangguran

Dari hasil studi pihak universitas gunadarma, tingginya angka pengangguran disebabkan oleh beberapa
hal berikut ini (staffsite.gunadarma.ac.id, 15/5/2012):

Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang
tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang

Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran
belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang
ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja
Indonesia

Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang.

Nilai.nilai yang saya terapkan adalah kesadaran temtang pentingnya mengenal potensi diri dan
pengelolaan keuangan yang baik. Dan kesemua itu didapat saat sesi sesi fds untuk para kpm,dan di
sarankan pda para kpm untuk belajar bersama dengan para suami dirumahnya.

--

Angka pengangguran yang cukup tinggi dalam suatu negara akan berdampak bagi perekonomian negara
tersebut. Tingginya angka pengangguran di Indonesia akan membawa dampak bagi negara ini. Adapun
dampaknya adalah sebagai berikut:
Timbulnya masalah kemiskinan karena dengan menganggur seseorang tidak mendapat penghasilan.

Timbulnya dan meningkatnya tindakan kriminal karena orang membutuhkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara pengangguran tentu tidak memiliki penghasilan.

Dapat memacu meningkatnya jumlah anak jalanan, pengemis, dan gelandangan yang berkeliaran di
jalanan.

Memacu sikap perlawanan dari masyarakat misalnya demonstrasi menuntut keadilan.

Masyarakat tidak mampu mengoptimalkan kesejahteraan hidupnya.

Meningkatnya jumlah anak putus sekolah karena orangtua mereka tidak mampu membayar biaya
sekolah.

Solusi untuk Menurunkan Angka Pengangguran

Mengamati dampak yang ditimbulkan oleh meningkatnya jumlah pengangguran, perlu diupayakan solusi
yang dapat, sekurang-kurangnya, menurunkan angka pengangguran dalam suatu negara dan
memperbaiki perekonomian negara tersebut. Sebagai solusinya adalah:

Bagi saya sebagai pendampinh,hanya bisa berkontribusi dalam menjalani prosedur kerja yang ada
dengan baik,yaitu melalui pelatihan FDs pkh secara rutin berkala dan dibantu oleh para rekan sejawat
pemdamping,agar pertemuan fds makin efisien.

--

Secara umum, dari kasus yang terjadi. Pemerintah mengadakan atau menyediakan lapangan kerja yang
tidak terlalu menuntut tingkat pendidikan khusus, melainkan keterampilan. Dalam hal ini, pemerintah
dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak swasta dan dengan investor asing.

Pemerintah mengubah sistem pendidikan Indonesia dan kurikulum pendidikan, yaitu menerapkan
pendidikan berbasiskan entrepreneurship dan bisnis sejak pendidikan tingkat dasar dan pendidikan
menengah. Apalagi di era modern ini dan diterapkannya pasar bebas di beberapa kawasan dan bahkan
dapat dikatakan sudah mengglobal ini (www.suarawarga.com, 15/5/2012).

Pemerintah menyediakan lembaga-lembaga pembinaan dan pelatihan khusus dan gratis. Ini diperlukan
terkhusus untuk mereka yang tidak sempat atau tidak mampu menimba ilmu di sekolah-sekolah formal,
sehingga merekapun dapat memiliki keterampilan khusus yang diperlukan. Dengan demikian, mereka
memiliki modal (Human Capital) untuk bekerja.

Kesimpulan

Pengangguran bukanlah suatu masalah yang sepele, karena dampaknya begitu besar bagi perekonomian
dan perkembangan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dipikirkan upaya-upaya yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah sosial ini. Dan sudah barang tentu melibatkan seluruh elemen
masyarakat Indonesia, salah satunya adalah pendampinh pkh terus mendorong dinas sosial agar
konsisten dalam kebijakan kebijakam bantuan sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai