Anda di halaman 1dari 8

Imanuel Hitipeuw

Final Consumer Behavior


dalam Pandangan Operan

Imanuel Hitipeuw
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Abstract: Human dimensions are like a black box that cannot be seen directly, that is why operant condi-
tioning in explaining the human behavior focuses on the environment or stimuli aspects that maintaining
the occurance of a certain response or behavior. Stimuli that affect the behavior can be function some as
antecedence and some as consequence. And how to modify the behavior have to start with indentification
of those stimuli first that maintaining the target behavior, and then after assure that those stimuli are the
consequence of the behavior, then changing the consequence will alter the behavior. What values we learn
from operant that people learn to do or to buy the same things if they satisfy with those things, otherwise
they will stop or leave; so how to satisfy with the right consequences will be crucial. Those who have
respectful mind will try to seek the social significance of the consequence toward the behavior of the
consumer. Those who do not have the respectful mind and ethical mind they will teach the consumer to think
like they want. So this article is just to explain plainly what is the final consumer behavior in operant
conditioning view.

Keywords: consumer behavior, operant behavior

Pernahkah anda bayangan Microsoft mengalami dari kalangan mana saja. Sebagian dari mereka bahkan
begitu banyak kerugian dengan peluncuran Windows belum berpenghasilan dan bahkan ada yang membeli
Vista? Bagaimana sampai hal semacam ini bisa dan menggunakannya lebih banyak untuk ikuti kuis
terjadi? Awalnya mereka begitu gencar mengiklankan melalui SMS dan Facebook. Hal ini mengindikasikan
bahwa software mereka adalah yang paling menjan- bahwa ada orang-orang yang berkembang menjadi
jikan bagi konsumen akhir. Dengan berbagai kombi- semakin konsumtif dalam menggunakan pulsa bahkan
nasi baru, dan mencoba meninggalkan cara beserta saat dia diam dan berada di rumah. Contohnya, se-
programmer sebelumnya, mereka begitu yakin akan orang yang sedang nonton TV sambil malas-malasan
menguasai pasar dengan lebih besar lagi dari yang di rumah, bisa saja menjadi seorang yang konsumtif
sebelumnya. Para pelanggan lama dengan setia mem- sebab pada saat itu jari-jari tangannya sedang sibuk
beli, namun dengan segera para pelanggan mengeluh mengikuti Quiz melalui SMS yang dilihatnya di TV
dengan windows vista tersebut. Hasilnya para pelang- dengan tarif 500–2000 rupiah per sms. Ada juga
gan akhirnya beralih ke yang lain. Microsoft pun harus dalam pengamatan penulis orang-orang yang selalu
bekerja keras untuk mengatasi kelemahan yang ada. mengganti handphone-nya dengan produk terbaru.
Hal lain, pernahkah anda perhatikan bahwa Mereka terkadang menggantinya bukan saja karena
hampir semua orang dewasa dan remaja masa kini style, tetapi karena banyaknya fitur handphone terse-
umumnya menggunakan handphone? Mereka datang but yang begitu canggih–namun ironisnya handphone
tersebut lebih banyak digunakan hanya sebagai
handphone biasa yakni untuk telepon dan SMS. Hal
Alamat Korespondensi: ini menunjukkan bahwa banyaknya fitur handphone
Imanuel Hitipeuw, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Bagaimana hal
Malang, Jl. Surabaya 6 Malang, HP 081555641113, E-mail: semacam ini bisa terus berlangsung yang sebenarnya
imhitipeuw@hotmail.com merugikan pembeli sebab tidak bisa cermat.

94 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR
94 2 | JULI 2009
Final Consumer Behavior dalam Pandangan Operan

Sementara secara tidak langsung consumer semacam tinjauan operan dipandang sebagai respon-respon
ini hanya ikut membiayai pengembangan produk dari yang kemunculannya di kemudian hari ditentukan oleh
produsen. konsekuensi atau stimulus yang mengikutinya sehingga
Hadiah yang melekat pada suatu produk bisa respon manusia terhadap stimulus dalam beberapa
menggerakan consumer untuk membeli produk terten- cara dapat diprediksi (McCarthy & Perreault, 1990;
tu dan bukan produk lain yang sejenis. Amatilah Alberto & Troutman, 1995; Eggen & Kauchak, 2004).
sekeliling anda, tidak terbilang jumlahnya hadiah- Dalam operan juga, respon muncul dahulu baru diikuti
hadiah yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan oleh konsekuensi atau stimulus sehingga tingkah-laku
mulai dari perbankan sampai pada perusahaan maka- operan dilakukan dengan sadar. Mahasiswa bisnis
nan kecil. Praktik perbankan misalnya tidak jarang misalnya sadar bahwa dengan belajar keras ia dapat
berhasil ”membajak” para deposan besar dengan berharap nilai A. Dalam hal ini, belajar keras adalah
menawarkan suku bunga yang lebih tinggi agar tidak respon, sementara nilai A adalah konsekuensi atau
mudah memindahkan uangnya ke bank yang lain. Hal stimulus. Bagaimana dia merespon terhadap stimu-
semacam ini merisaukan iklim antar perbankkan dan lus adalah kegiatan sadar. Bila nilai A akhirnya diper-
membuat Bank Indonesia dan Pemerintah Indonesia oleh, maka bisa diprediksi bahwa mahasiswa tersebut
melakukan monitoring untuk menyetop tingkah-laku kemungkinan akan mempertahankan kemunculan
semacam ini (Kompas, 27/8/09). respon belajar kerasnya, apalagi bila nilai A terus
Berdasarkan gambaran di atas, konsumen akhir diperoleh. Sebaliknya bila nilai C atau D yang diper-
yakni mereka yang membeli langsung produk atau oleh, maka bisa diprediksi kemungkinan besar respon
jasa untuk digunakan sendiri–mengalami perubahan belajar kerasnya akan melemah dikemudian hari,
tingkah-laku yang terkadang tidak bisa dipahami oleh bahkan bisa berhenti sama sekali. Sama halnya dengan
kalangan awam. Untuk itu, dalam tulisan ini, penulis deposan besar yang menaruh uangnya di bank-bank
akan mengetengahkan salah satu kajian teoritik yang yang menjanjikan hadiah atau suku bunga yang lebih
bisa menjelaskan bagaimana perubahan tingkah-laku tinggi karena diakhir periode tertentu mereka akan
konsumen dari sisi operant conditioning. Mengapa mendapatkan tambahan uang atau dalam bentuk
konsumen akhir membeli suatu produk dan mengapa hadiah lain. Mendepositokan uang adalah respons
pula mereka dengan mudah meninggalkan produk yang dilakukan deposan, sementara iming-iming
tersebut. Faktor apakah yang dapat mempertahankan hadiah atau suku bunga yang tinggi adalah anteced-
ataupun mengubah tingkah-laku consumer ini? Apa ent atau cue yang merupakan petunjuk untuk bertin-
yang bisa dipetik dari kajian ini bagi consumer yang dak; dan bunga diakhir bulan adalah Konsekuensi
cerdas dan bagi pedagang? (periksa Gambar 1).
Mengapa sampai tingkah-laku manusia menjadi
TINGKAH LAKU OPERAN (OPERANT demikian karena pada dasarnya manusia akan men-
BEHAVIOR) jauhi hal-hal yang tidak memuaskan atau yang tidak
menyenangkannya, dan sebaliknya mendekati atau
Final consumer behavior secara sederhana
mengulang hal-hal yang memuaskannya atau menye-
dapat diartikan sebagai perilaku consumer yang
nangkannya. Nilai A menyenangkan individu, karena
memakai secara langsung apa yang dibelinya. Dalam

Response’
Antecedent; Response Consequence; Memuaskan? Yes
cue; stimulus stimulus
No
Void’

Gambar 1. Efek konsekuensi terhadap masa depan response

ISSN: 0853-7283 95
Imanuel Hitipeuw

itu, kerja keras terus dipertahankan atau diulang-ulang maka respon belajar keras akan melemah, maka nilai
olehnya; sebaliknya individu yang selalu dapat nilai C C dan D telah menjadi Punisher yang melemahkan
& D kemungkinan akan berhenti untuk bekerja keras kemunculan tingkah-laku belajar keras atau terjadi
di bidang itu karena nilai tersebut tidak menyenangkan, proses punishment. Jadi konsekuensi bisa berupa
dan karenanya perlu dijauhi. Demikian halnya dengan reinforcer atau punisher–tergantung pada efek yang
deposan besar, mereka akan senang mendepositokan ditimbulkan pada tingkah-laku seseorang.
uangnya di bank yang menjanjikan suku bunga yang Stimulus sendiri adalah unsur terkecil dari ling-
tinggi, dan sebaliknya akan menarik depositonya bila kungan yang mempengaruhi kemunculan tingkah-laku
imbalannya tidak sesuai dengan keinginannya. seorang individu. Dalam kehidupan sehari-hari, stimu-
Berangkat dari pemahaman di atas, keputusan lus yang datang dari lingkungan sekitar individu tidak
membeli barang tertentu ditentukan juga oleh apa yang terbilang jumlahnya dan terus membombardir individu.
melekat pada produk tersebut. Produk yang dinyata- Stimulus-stimulus bisa berupa bunyi-bunyian atau
kan memiliki manfaat atau khasiat tertentu akan suara dari berbagai sumber seperti burung, mesin mo-
menjadi petunjuk bagi pembeli untuk memutuskan bil, radio, TV, orang berbicara sampai angin yang
membelinya; dan sekalipun harganya mahal namun bertiup atau guntur; juga stimulus bisa dalam bentuk
khasiatnya nyata dan dirasakan oleh pembeli, maka gambar dan suara yang ditangkap oleh mata berupa
produk itu sendiri tanpa iming-iming hadiah akan tayangan TV, iklan produk microsoft; dan bisa juga
dengan sendirinya dibeli oleh konsumen. Sebaliknya dalam bentuk hawa udara atau sentuhan yang
bila khasiat yang dijanjikan tidak tampak, maka ditangkap oleh kulit dan tangan kita; bisa juga dalam
konsumen akan berhenti membeli produk tersebut. bentuk berbagai macam bau yang ditangkap oleh pen-
Tidak jarang juga, konsumer membeli produk ciuman kita, dan masih banyak lagi stimulus dari ling-
bukan karena fungsi produk tersebut baginya. Hal ini kungan. Pertanyaan yang muncul: mengapa dari
menunjukkan bahwa pembelian produk bukan karena sekian macam dan banyaknya stimulus, masih ada
dibutuhkan (need) tetapi bisa karena hadiah atau individu yang memilih stimulus yang sebenarnya tidak
diawali oleh persuasi oleh pihak lain yang akhirnya menguntungkan dirinya? Mengapa orang memilih
menggerakkan individu untuk merespon dengan makan di Restaurant mahal ketimbang makan di
membelinya. Dalam hal semacam ini, terlihat ada rumah atau di warung pada akhir pekan? Tentunya
proses belajar yang terjadi di mana individu berhasil semua ini memiliki kemungkinan jawaban yang meng-
melihat hal lain yang bukan need-nya dan lebih seba- gambarkan dimensi-dimensi tingkah-laku (McCarthy
gai want. Hadiah yang terkadang didapatinya atau & Perreault, 1990).
penjelasan yang terlalu berlebihan akan manfaat suatu Respon, sementara itu, adalah unsur terkecil dari
produk bisa menjebak consumer yang kurang cerdas tingkah-laku individu yang bisa diukur atau diprediksi
untuk terus melakukan transaksi. Hal yang serupa (Alberto & Troutman, 1995; McCarthy & Perreault,
ada pada permainan judi yang sering kalah, di mana 1990). Misalnya, belajar keras, menjawab kuis berha-
pelakunya terus berjudi karena terkadang dia ”diberi” diah, menabung uang di Bank, berjudi, membeli produk
atau peroleh kemenangan, sehingga sekalipun sering lain selain windows vista, membeli deterjen tertentu
kalah, dia tidak pernah jerah. dan bukan deterjen yang lain, dan semacamnya adalah
Dari pengertian di atas, nampak bahwa konse- bentuk-bentuk respon. Bagaimana sampai seseorang
kuensi atau stimulus yang mengikuti suatu respon akan melakukan respon tertentu dan seberapa sering atau
menentukan masa depan tingkah-laku tersebut– seberapa lama berlangsung? Tentunya ada cue dari
apakah akan berkembang atau berkurang atau ber- berbagai stimulus yang mengarahkan tingkah-laku
henti sama sekali. Respon belajar keras yang terus untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
dipertahankan karena dapat nilai A–memberikan Jadi dalam tingkah-laku operant, respon dan sti-
gambaran berkenaan proses reinforcement yang mulus akan menjadi sentral dalam pembahasan. Me-
terjadi sebab nilai A menjadi Reinforcer yang me- ngapa seseorang memertahankan responnya, dapat
nguatkan kemunculan tingkah-laku belajar keras. dianalisa dari stimulus atau consequence apa yang
Sebaliknya bila nilai C atau D yang terus diperoleh,

96 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
Final Consumer Behavior dalam Pandangan Operan

mempertahankannya yang ada dalam lingkungan Melihat hal di atas, jadi dalam operant condi-
seseorang. tioning, aspek yang paling kritis adalah consequence
sebagai penentu utama apakah suatu respon akan
OPERANT CONDITIONING terus muncul atau tidak. Contoh berikut, tingkah-laku
Operant Conditioning merupakan ragam dari manusia dalam organisai atau perusahaan; misalnya
pendekatan behavioristik yang menitik beratkan pada seorang pimpinan meminta bawahannya membuat la-
aspek external individu yakni lingkungan sebagai faktor poran. Bawahan tersebut kemudian segera mengerja-
yang mempengaruhi tingkah-laku individu. Operant kan dan berhasil menyelesaikan dengan cepat. Dia
conditioning adalah belajar yang terjadi sebagai suatu kemudian menyerahkan hasilnya lebih awal ke
konsekuensi dari tingkah-laku (Hodgetts, 1991). pimpinan. Selanjutnya peritiwa apa yang akan terjadi
Menurut Skinner bahwa tindakan-tindakan seseorang –setelah laporan diserahkan lebih awal–akan sangat
(behavior or response) lebih dikontrol oleh konse- menentukan tingkah-laku kerja sang bawahan dalam
kuensi yang menyertai tingkah-laku tersebut dari pada perusahaan tersebut. Misalnya, saat diserahkan, bila
peristiwa-peristiwa yang mendahului tingka-laku pimpinan memujinya atau memberinya voucher makan
tersebut (Cooper, et al., 1987; Alberto & Troutman, gratis (reward sebagai positive reinforcement)
1995; Slavin, 1997; Eggen & Kauchak, 2004). Konse- karena menyerahkan lebih awal, maka bawahan ter-
kuensi (consequence) merupakan peristiwa-peristi- sebut kemungkinan besar akan selalu menyelesaikan
wa yang ada di lingkungan yang menyertai tingkah- tugas-tugas berikutnya lebih awal. Sebaliknya bila pim-
laku (behavior) yang bisa berupa money reward pinan berkata kepadanya jangan dulu–serahkan saja
(bonus uang) atau sebaliknya denda atau penalty laporan tersebut sesuai tanggalnya, maka kemung-
misalnya. kinan besar sang bawahan tersebut tidak akan menye-
Sementara peristiwa-peristiwa yang mendahului rahkan laporan yang dibuatnya kelak lebih awal.
Dalam kasus semacam ini, para pimpinan atau pun
munculnya tingkah-laku disebut antecendent yang
berfungsi sebagai cue (petunjuk) bagi seseorang untuk para menejer perlu belajar bagaimana memotivasi
merespon. Misalnya, bila suku bunga naik, maka depo- orang-orang mereka untuk bekerja ke arah tujuan–
san besar akan mendepositikan uangnya. Dalam hal dengan banyak memodifikasi lingkungannya (lihat
ini suku bunga naik berfungsi sebagai antecedent Gambar 2). Apakah bawahan tersebut adalah con-
yang memicu deposan merespon (behavior) dengan sumer–jawaban ya–sebab apa yang dibuatnya mem-
harapan di akhir bulan mendapatkan keuntungan buahkan pujian atau voucher yang bisa langsung digu-
besar (consequence). nakannya.

Bawahan memilih mengerjakan & menyelesaikannya


Pimpinan memberi
dan menyerahkan laporan lebih awal
tugas buat laporan

Dapat pujian & Voucher Makan karena cepat selesai

Reward dari pimpinan

Bawahan mempertahankan menyelesaikan dan


menyerahkan tugas lebih awal

Gambar 2. Reward berfungsi sebagai Positive Reinforcement.

ISSN: 0853-7283 97
Imanuel Hitipeuw

Dalam operant conditioning perlu diperhatikan atau wants. Bila meminjam istilah Profesor Howard
bahwa reward atau consequence hanya akan diper- Gardner, pebisnis semacam ini memiliki discipline
oleh individu tersebut bila dia melakukan respon minds dalam pemasaran namun memiliki ethical
dengan benar. Maksudnya bahwa individu must op- minds yang rendah dalam berbisnis. Mengapa–sebab
erate on the environment sedemikian rupa untuk dalam respectful & ethical minds berbicara rela-
mendapatkan reward, karena itu disebut operant; dan tionship; di mana pihak lain tidak boleh memaksakan
menjadikan respon-nya adalah instrumental (alat) apalagi menginginkan orang lain untuk mengadopsi
untuk mendapatkan reward. Respon kerja keras akan pikirannya.
membuahkan promosi. Insentif akhir tahun berupa
bonus sekian kali gaji akan memicu respon kerja yang STRATEGI-STRATEGI INTERVENSI OPE-
tinggi dan menetap dalam diri individu. Respon memilih RAN
dan menggunakan HP terkini membuahkan kemu-
Dalam usaha untuk menangani tingkah-laku
dahan mengoperasikan informasi atau membuahkan
secara effektif, maka pengetahuan tentang efek dari
decak kagum dari lingkungan sekitarnya. Para artis,
konsekuensi itu sendiri terhadap tingkah-laku menjadi
ibu rumah tangga, pebisnis pemula yang ingin menarik
penting. Dalam hal ini social significance dari suatu
perhatian penggemarnya atau ingin mendapatkan
consequences perlu dipertimbangkan sebelumnya,
kesan yang bonafid atau kah meyakinkan–akan ber-
dalam arti bahwa apapun stimulus tersebut jangan
usaha tampil dengan glamor atau tampil dengan berba-
sampai merugikan ataupun sulit diterima di tengah-
gai asesoris yang hanya bisa dibeli oleh kalangan
tengah masyarakat (Cooper, et al., 1987). Bila penjual
tertentu saja.
ataupun pedagang ataupun produsen ingin consumer
Bahayanya, kita tidak dapat mengerti lebih dalam
merespon terus secara khusus terhadap produknya,
mengapa setiap public figure atau pun orang penting
maka positive reinforcement perlu dijalankan yang
lainnya selalu memperhatikan penampilan, yang bisa
memiliki social significance. Sebaliknya, bila seorang
kita pahami hanyalah stimulus di luar individu tersebut.
pimpinan ingin bawahannya berhenti melakukan
Sehingga dimensi psikologis individu tersebut seperti
sesuatu maka perlu dilakukan proses extinction untuk
Black Box yang memerlukan penyingkapan lebih jauh
menghilangkannya yang merupakan salah satu proses
bila ingin memahaminya (McCarthy & Perreault,
punishment. Namun perlu dipahami bahwa reinfor-
1990). Dalam kondisi belum diketahui mengapa pub-
cement dan punishment merupakan strategi-strategi
lic figure bertingkah demikian, kalangan lain yang
intervensi yang merupakan prinsip-prinsip belajar
notabene bukan siapa-siapa tidak jarang menirunya.
operant conditioning yang memiliki prosedur-
Paling berbahaya lagi bila diikuti oleh mereka dari
prosedurnya sendiri.
golongan ekonomi lemah. Bila hal semacam ini akan
Reinforcement adalah konsekuensi atau reward
lebih lengkap bila diulas dari segi social cognition
yang sifatnya memperkuat kemunculan suatu tingkah-
Albert Bandura yang pada tulisan ini tidak akan
laku di masa berikutnya. Sementara punishment
dibahas. Namun, dari uraian ini terkandung nilai bahwa
adalah konsekuensi yang memperlemah kemunculan
banyak orang menjanjikan consequence ataupun re-
suatu tingkah-laku di masa berikutnya.
ward bagi orang sekitarnya ataupun bagi pembeli
Baik reinforcement maupun punishment bukan
hanya dengan satu tujuan consumer tergerak mem-
dilihat hanya pada wujud reinforcer atau punisher
beli. Namun bila tanpa pemahaman yang benar
itu sendiri tetapi lebih kepada apakah efeknya
mengenai kekuatan consequence atau reward, maka
memperkuat atau memperlemah kemunculan suatu
prosedur penerapannya pun jadi salah. Ada kejadian
tingkah-laku. Misalnya, bonus Rp150.000,00 yang
di mana seorang bapak ke Mall untuk tujuan lain,
dijanjikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan-
namun akhirnya bapak tersebut membeli perlengkap-
nya bila tidak telat datang ke kantor selama enam
an masak yang sampai sekarang tidak pernah diguna-
bulan–tidak otomatis uang tersebut berfungsi sebagai
kannya. Dalam hal ini, penjual yang pintar berhasil
reinforcer bagi seluruh karyawannya. Bisa saja, bagi
membelajarkan bukan pembeli untuk akhirnya jadi
karyawan lain lebih baik tidak dapat bonus daripada
pembeli tanpa memperhatikan apakah itu suatu needs
tidak bisa mengantar anak ke sekolah sebelum pergi

98 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
Final Consumer Behavior dalam Pandangan Operan

ke kantor, sehingga bonus berfungsi sebagai punisher. dan pengelola acara–inilah yang oleh Gardner disebut
Bila bonus tidak berfungsi dalam mengubah kedi- sebagai belum memiliki respectful minds.
siplinan karyawan agar tidak telat, maka bonus perlu Dalam kasus di mana sejarah keberhasilan me-
ditarik kembali dan dianalisa ulang untuk mendapatkan nang hanya sekali atau ekstrimnya tidak pernah ada
bonus yang betul-betul bisa mempengaruhi tingkah –maka tingkah-laku semua individu akan melemah
laku ke arah yang diinginkan. atau hilang karena tidak ada orang yang percaya bah-
Singkatnya, bonus atau insentif harus bisa me- wa permainan itu bisa berhasil. Kerugiannya, tidak
ngontrol tingkah-laku; atau dengan kata lain seberapa akan ada seorangpun yang mau memasukkan coin
besar efek yang bisa ditimbulkan oleh bonus tersebut atau mengoperasikan permainan tersebut ataupun
akan menentukan sekali. Sekilas mudah menentukan mau berjudi. Tentu saja hal ini akan ”merugikan”
consequence, tetapi dari penjelasan-penjelasan yang pengelola kegiatan tersebut sebab dia telah melakukan
ada nampak bahwa menentukan consequence meru- investasi guna menyiapkan tempat.
pakan tugas yang besar dalam operant condition- Karena itu setelah proses identifikasi conse-
ing harus dimulai dengan proses mengidentifikasi quence apa yang mempertahankan tingkah-laku–
lingkungan guna mengetahui consequence dan an- berhasil diketahui, maka proses selanjutnya Analysis
tecedent apa yang ada di lingkungan. Demikian juga, Functional untuk menentukan consequence mana
halnya dalam mengidentifikasi antecedent. saja yang perlu dimodifikasi guna mendapatkan con-
Untuk memodifikasi tingkah-laku konsumer perlu sequence yang betul-betul berfungsi dalam mengubah
dilakukan schedule of reinforcement yakni penga- tingkah-laku–menjadi penting. Functional Analysis
turan reinforcement dengan tujuan membangun suatu merupakan langkah penentuan intervensi dalam
tingkah-laku agar menjadi bagian dari tingkah-laku pengubahan tingkah-laku dengan menguji intervensi
orang tersebut. Seorang yang baru pertama kali coba- tersebut apakah memberi efek terhadap perubahan
coba main judi, akhirnya terus terus bermain judi dan tingkah-laku ke arah yang diinginkan atau tidak. Bila
mengapa ada penjudi yang terkadang tidak jera sekali- tidak seperti yang diinginkan maka intervensi akan
pun kalah? Sebab biasanya pada masa-masa awal ditarik kembali, dan intervensi baru akan dicobakan
permainan, mereka diberi kemenangan, sehingga sampai ditemukan intervensi yang benar-benar bisa
pengalaman menang ini memperkuat dia untuk terus mengubah tingkah-laku ke arah yang diinginkan.
bermain judi. Ini yang disebut dengan fixed interval Berkaitan dengan hal ini, ada pelajaran berharga
reinforcement. Namun dalam permainan selanjutnya dari suatu Film Dokumenter yang berjudul ”Para-
dia mendapatkan kemenangan dalam berjudi hanya digm Shift” yang menceritakan sejarah kendaraan
pada hari-hari tertentu yang acak; dan hal ini yang mobil buatan Jepang yang awalnya jauh tertinggal
disebut dengan variable interval reinforcement. kualitasnya dari mobil buatan Amerika. Karena itu
Sebaliknya bila pengalaman menang judi tidak terjadi perusahaan-perusahaan Jepang terus melakukan riset
atau hanya sekali, maka tingah laku berjudi akan hilang, dan pengembangan, dan pada saat yang bersamaan
yang disebut dengan extinction. perusahaan-perusahaan Mobil Amerika tidak merasa
Sama halnya dengan permainan memancing perlu sebab kualitas produk mobil mereka lebih tinggi.
boneka dengan penjempit yang dioperasikan dengan Namun setelah sekian lama, Jepang berhasil membuat
memasukkan uang coin. Alat permainan itu harus mobil-mobil dengan kualitas yang sama baiknya
dirancang agar secara acak memberi keberhasilan dengan Amerika, dan yang lebih penting lagi irit bahan
bagi orang yang memainkannya setelah dicobakan bakar. Saat krisis bahan bakar minyak di tahun tujuh
sekian kali. Strategi semacam ini disebut dengan vari- puluhan awal–menjadikan mobil Jepang mengalami
able ratio reinforcement. Hal yang sama terlihat booming dalam pasar mobil Amerika karena menjadi
dengan strategi quiz melalui TV dan SMS. Bila mau pilihan. Kejadian ini membuat perusahaan Amerika
jujur, banyak hadiah yang diperleh melalui SMS adalah perlu mengganti cara mereka selama ini dan mulai
hadiah yang dibiayai dari para pengirim SMS itu sendiri memikirkan riset dan pengembangan yang lebih serius,
yang jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu SMS; dan dan berulang-ulang Perusahaan Amerika mencoba
sementara keuntungan besarnya ada pada operator image baru untuk menandingi mobil buatan Jepang

ISSN: 0853-7283 99
Imanuel Hitipeuw

sampai mereka berhasil kembali mempengaruhi stimulus apa yang ada di lingkungan sekitar individu
tingkah-laku konsumen Amerikan untuk membeli yang berinteraksi dan mempengaruhi tingkah-lakunya.
mobil mereka. Misalnya, suatu pusat perbelanjaan yang ingin menarik
Kasus Mobil Cadillac misalnya yang sudah ter- orang-orang yang berduit datang ke tempatnya maka
lanjur menjadi mobil yang digemari orang tua Amerika, lingkungan yang dipersiapkannya harus lingkungan
–dan saat Cadillac mengubah tampilan dalam bentuk yang bergaya sebuah Mall dan dlengkapi dengan
ukuran dan bentuk yang sporti dan langsing, ternyata berbagai stand-stand yang menjajakan produk untuk
iklannya tidak menarik bagi kaum muda kaya Ame- kelas menengah ke atas; selain itu tempat tersebut
rika yang lebih senang membeli BMW, Mercy, Volvi, harus diperlengkapi juga dengan kafe, restoran dan
SAAB. Sebab iklannya lebih berfokus pada perubah- berbagai tempat untuk sekedar bersantai. Bila
an bentuk fisik mobil dan bukannya iklan yang meng- lingkungannya diciptakan seperti demikian, maka
gambarkan anak muda kaya yang sedang mengen- pelanggan akan datang dan bila yang ditemukannya
darai Cadillac. Bersamaan dengan itu pembeli setia adalah hal yang memuaskan hasratnya maka kemung-
Cadillac yakni orang tua kurang senang dengan peru- kinan kelak dikemudian hari dia akan kembali.
bahan tersebut dan sebagian beralih ke mobil sedan Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada lingkungan
besar lainnya. Kondisi semacam ini memaksa yang diciptakan sebelumnya yakni lingkungan dengan
Cadillac menarik kembali iklannya dan mengganti format mall–dan ini disebut antecedent yang memberi
image iklannya, dan sejak itu pembeli lama kembali clue bagi orang berduit bahwa ada tempat bagi mere-
dan kaum muda mau membeli model terbaru Cadillac ka untuk berbelanja dan bersantai. Kemudian, individu
(McCarthy & Perreault, 1990). yang berduit merespon dengan datang berbelanja atau
bersenang-senang–dan ini disebut behavior; dan di
KESIMPULAN mall tersebut dia dapatkan sesuatu yang diingininya
–dan ini disebut consequence. Di kota Malang misal-
Teori operant conditioning tidak terlepas dari
aspek ABC. Aspek ini untuk menjelaskan apa yang nya, dahulu banyak orang berduit berbelanja ke Sura-
menyebabkan seorang individu terus mempertahankan baya, namun dengan adanya mall Matos dan MOG
tingkah-lakunya–memerlukan analisa terhadap stimulus- keinginan ke Surabaya untuk berbelanja menjadi
berkurang.

Stimuli memberi
Cue pada individu

YES Itu yang dicari NO

VOID/ me-
Respon/
ninggalkan
Behavior
Respon
Memuas- Tidak
kan, memuas-
ke yang
menye- kan, atau lain
VOID/ me-
nangkan, menye-
ninggalkan
dsb. nangkan

Gambar 3. Pola Operant Consumer Behavior

100 JURNAL EKONOMI


Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
Final Consumer Behavior dalam Pandangan Operan

Dari sini muncul teori ABC (antecedent, be- dengan cara memodifikasi stimulus-stimulus yang ada
havior, and consequence) (periksa Gambar 3); dan di lingkungan sekitar, dalam hal ini consequence yang
bila apa yang didapatnya membuat individu tersebut mempertahankan tingkah laku dan antecedent yang
kembali datang dan terus datang ke Mall tersebut, memicu sebelumnya tingkah laku tersebut.
berarti consequence yang diperolehnya berfungsi
sebagai reinforcement. Sebaliknya bila individu terse-
DAFTAR RUJUKAN
but jera untuk kembali lagi ke Mall tersebut, maka
consequence yang diperolehnya berfungsi sebagi Alberto, P.A., and Troutman, A.C. 1995. Applied Behavior
punishment. Analysis for Teachers. (4th ed.). Englewood Cliffs, NJ:
Merrill–Prentice Hall.
Inti dari operant conditioning bahwa tingkah-
Cooper, J.O., Heron, T.E., and Heward, W.L. 1987. Applied
laku yang terbentuk karena adanya faktor conse- Behavior Analysis. New York: Macmillan Publishing
quence yang mengikuti behavior. Behavior itu sendiri Co.
muncul karena sebelumnya dipicu oleh antecedent. Eggen, P., and Kauchak, D. 2004. Educational Psychol-
Itu berarti, bila ingin memahami tingkah-laku ogy: Classroom Connections. New York: Merrill.
konsumen (consumer behavior), maka kita bisa Hodgetts, R.M. 1991. Organizational Behavior: Theory and
pahami melalui menganalisa faktor-faktor conse- Practice. New York: Merrill.
quence dan antecedent. Melalui pemahaman faktor- Kompas, Kamis 27/8/09. Bajak-Membajak Sirna, hal 17.
faktor tersebut, seorang manejer, pimpinan, pendidik, McCarthy, E.J., and Perreault, Jr. W.D. 1990. Basic Market-
atau orang tua–bisa melakukan intervensi untuk me- ing (10th ed.). Homewood, IL: IRWIN.
Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology: Theory and
ngubah tingkah-laku orang-orang di sekitar mereka
Practice (5th ed.). Boston, MA: Allyn and Bacon.

ISSN: 0853-7283 101

Anda mungkin juga menyukai