SKRIPSI
RANI PERMATAHATI
041411021
SKRIPSI
Ketua Penguji,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan proposal ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Meylina Djafar, MCN, MBA, selaku ketua Program Studi Gizi STIKes
Binawan yang telah menyetujui dan menerima skripsi penulis.
2. Ibu Isti Istianah, S.Gz, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staf STIKes Binawan yang telah banyak membimbing
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Kedua orang tercinta dan kakak-kakak kandung yang selalu memberikan
motivasi, dukungan dan mendoakan penulis dalam membuat skripsi.
5. Awan Novikatama, my future husband InsyaAllah.
6. Responden yang bersedia mengisi kuesioner penulis.
7. Sahabat yang sudah menghibur saya dikala saya penat (Defa, Astri, Avisha,
Hanifah, Devi, Rijah, Ajeng, Ratna).
8. Teman-teman seperjuangan saya (Lia, Sarah, Tya, Eyya, Indra, Fita) dan
semua teman-teman Program Studi Gizi (Gizi A’14) yang telah
memberikan pengalaman, dukungan dan sejuta kenangan, serta selalu ada
didalam situasi apapun.
Dengan bantuan tersebut maka penyusun skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai sebutan Sarjana
Gizi pada Program Studi Gizi STIKes Binawan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Rani Permatahati
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini,
Program Studi Ilmu Gizi STIKes Binawan mempunyai hak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya
ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal: … Juli 2018
Yang menyatakan
(Rani Permatahati)
PERNYATAAN
adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Institusi/Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
(Rani Permatahati)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi oprasional ...................................................................... 28
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Latar Belakang: BBLR berisiko 20 kali lebih besar meninggal selama masa
pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal
(WHO, 2012). Kejadian BBLR turut berkontribusi sebesar 60%-80%
terhadap kematian neonatal, sehingga dapat memberi pengaruh secara tidak
langsung terhadap angka kematian bayi (WHO, 2015). Hasil penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa Rumah Sakit Koja Jakarta Utara Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) ditemukan bahwa anemia (55,5%), dan paritas
2-4 (90,1%) (Fatimah, et al 2015).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan hubungan anemia,
paritas, tinggi badan, status bekerja, pengetahuan dan riwayat penyakit ibu
hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018.
Metode:Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 50 ibu yang memiliki bayi.Pengumpulan data
meliputi pengisian kuesioner. Hipotesa dianalisis dengan uji chi-square.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan
bblr sebanyak 32%, ibu yang anemia sebanyak 38%, ibu yang memiliki
anak lebih dari 4 sebanyak 14%, ibu yang memiliki tinggi badan dengan
kategori tinggi sebanyak 96%, ibu yang bekerja sebanyak 32%, ibu yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 64%, ibu yang memiliki riwayat
penyakitsebanyak 14%. Ada hubungan signifikan paritas (p-value=0,001)
dengan kejadian bblr di Puskesmas Kecamatan Tanjung priok Jakarta Utara
tahun 2018. Anemia (p-value=0,068), tinggi badan (p-value=0,578),
pekerjaan (p-value=0,938), pengetahuan (p-value=0,266), penyakit (p-
value=0,124) menyatakan bahwa tidak ada hubungan dengan kejadian bayi
bblr.
Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan
kejadian bayi bblr, tidak terdapat hubungan antara anemia, tinggi badan,
pekerjaan, pengetahuan dan penyakit dengan kejadian bayi bblr.
Kata kunci: bblr, anemia, pengetahuan ibu, paritas.
1. Mahasiswa Program Studi Gizi STIKes Binawan
2. Dosen Pembimbing Program Studi Gizi STIKes Binawan
ABSTRACT
Background: LBW is 20 times more likely to die during the growth period when
compared to normal birth weight babies (WHO, 2012). LBW incidence contributes
60% -80% to neonatal mortality, so it can indirectly affect infant mortality (WHO,
2015). The results of previous research indicate that Koja Hospital of North Birth
Weight Low (BBLR) found that anemia (55,5%), and parity 2-4 (90,1%) (Fatimah,
et al 2015).
Purpose: This study aims to correlate the relationship of anemia, parity, height,
work status, knowledge and history of maternal disease with low birth weight infant
in pregnant mothers in Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok North Jakarta 2018.
Method: This research use cross sectional design. The sample in this study as many
as 50 mothers who have babies. Data collection includes questionnaire filling.
Hypotheses were analyzed by chi-square test.
Results: This study showed that mothers who gave birth to babies with bblr as much
as 32%, mothers with anemia as much as 38%, mothers with children over 4 as
high as 14%, mothers with high category high category 96%, working mothers
32%, mothers with less than 64% knowledge, mothers with a history of 14%. There
is a significant parity relationship (p-value = 0,001) with bblr incidence in
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok North Jakarta 2018. Anemia (p-value =
0,068), p-value = 0,938 ), knowledge (p-value = 0.266), disease (p-value = 0.124)
states that there is no correlation with bblr baby incidence.
Conclusion: There is a significant relationship between parity and bblr infant
incidence, there is no relationship between anemia, height, occupation, knowledge
and disease with bblr baby incidence.
Keywords: bblr, anemia, mother's knowledge, parity.
BAB I
PENDAHULUAN
13. Bagaimana hubungan riwayat penyakit ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
9. Menjelaskan hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
10. Menjelaskan hubungan tinggi badan ibu hamil dengan kejadian bayi berat
lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
11. Menjelaskan hubungan status pekerjaan ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
12. Menjelaskan hubungan pengetahuan perawatan bayi dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
13. Menjelaskan hubungan riwayat penyakit ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
3. Bagi Peneliti
4. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara untuk lebih
mewaspadai hal-hal yang dapat memberikan efek buruk bagi berat badan
bayi lahir.
5. Bagi Peneliti lainnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Bayi kurang bulan (prematur) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi (kehamilan) < 37 minggu (< 259 hari)
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (> 259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (> 293 hari)
rendah akan bermasalah, lemah dan mudah sakit, selain terancam kematian
pula (Nadesul, 2009).
2.2 Klasifikasi Berat Bayi Baru Lahir
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih
baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang
psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak
dipegang akan terangsang pernafasan peredaran menjadi lebih baik.
Margaret mengamati bayi dengan berat lahir rendah pernafasannya biasanya
pendek dan tidak stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun
pernafasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan dan kontak fisik
dengan ibunya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi
melaporkan manfaat pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah
yaitu sekitar 1200-1300 gram yang telah melampaui masa kritis. Bayi-bayi
tersebut setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijatan tiga kali
sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat badannya 47% lebih besar
dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam keadaan ‘alert
active’ yang lama, bayi dipulangkan lebih cepat 6 hari dan orientasi, gerak
motorik dan perilaku bayi lebih baik.
4. Metode Kanguru
2.8.1.2 Hipertensi
kehamilan kembar, ibu hamil berusia diatas 35 tahun, ibu obesitas, dan ibu
dengan riwayat diabetes, hipertensi, dan gangguan ginjal. Pada preeklamsi,
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih.
2.8.1.3 Malaria
2.8.1.4 paritas
Ibu hamil dengan usia > 35 tahun memiliki risiko tinggi karena
pada usia tersebut organ reproduksi telah mengalami penurunan fungsi
sehingga mudah terjadi penyakit pada ibu, serta jalan lahir tidak lentur lagi
atau kaku. Dampaknya bayi akan mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR). Dan juga hasil penelitian yang didapatkan bahwa angka kejadian
bayi BBLR sebesar 20% yang dilahirkan dari ibu yang berusia < 19 tahun.
Dikemukakan juga terdapat hubungan antara usia wanita < 19 tahun dengan
melahirkan bayi BBLR (Astuti, 2016). Pada ibu yang tua meskipun sudah
berpengalaman, tetapi kondisi badan serta kesehatannya sudah mulai
menurun serta dapat mempengaruhi janin intrauterine dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Kelahiran BBLR tampak meningkat pada
wanita berusia diluar usia 20 sampai 35 tahun (Rahayu, 2013).
Ibu hamil yang berusia terlalu muda atau masih remaja
cenderung memiliki berat badan kurang dari normal dan mengalami
pertambahan berat badan yang kurang selama hamil. Di samping itu, tubuh
remaja tersebut pada umumnya kurang matang atau belum sempurna untuk
menjalani proses kehamiln. Akibatnya, bayi lahir dengan BBLR. Usia 25-
34 tahun merupakan usia yang paling baik untuk menjalani proses
kehamilan dan melahirkan bayi (Istiany dan Rusilanti, 2013).
2.8.1.6 Status Bekerja
program BPJS. Kesempatan yang sama antara ibu bekerja dan tidak bekerja
berkaitan dengan kehamilan sampai dengan persalinan ini dapat mengurangi
risiko lahirnya BBLR pada ibu yang tidak bekerja (Windari, 2014).Seorang
ibu hamil yang harus melakukan pekerjaan secara fisik yang terlalu berat,
biasanya memiliki status gizi yang rendah apabila tidak diimbangi dengan
asupan makanan dalam jumlah yang cukup dan bergizi (Istiany dan
Rusilanti, 2013).
2.8.1.7 Pengukuran Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
Tinggi badan adalah ukuran tubuh linier yang diukur dari ujung
kaki sampai kepala. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan
menggunakan mikrotoa (microtoise)(Supariasa, 2012).Hasil analisis
hubungan antara tinggi badan dengan kejadian BBLR diperoleh bahwa ada
sebanyak (14,3%) subyek yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm
(risiko) melahirkan bayi BBLR, sedangkan diantara subyek yang memiliki
tinggi badan lebih dari 145 cm (tidak risiko), ada 6 (85,7%) subyek yang
melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,182 maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan kejadian
BBLR (Trihardian, 2011).
2.8.2.1 Merokok
bayi dengan kematian dan peningkatan risiko kanker dalam 7 tahun pertama
kehidupan anak (Morris, 2014).
BAB III
KERANGKA KONSEP, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Faktor Lingkungan:
-Merokok
-Alkohol
Gambar 3.1
Sumber : Mendri 2010, Fikawati 2014, Gibney 2009, Tapan 2004, Supariasa
2012, Sistriani 2008, Astuti 2016, McKenzie 2007, Suhartini 2013, Swara
2013, Istiany dan Rusilanti 2013.
Gambar 3.2
Kerangka konsep :
1.Anemia
Kejadian BBLR
2.Paritas
3.Status Pekerjaan
5.Riwayat Penyakit
(Hipertensi, Malaria)
6.Pengetahuan
Perawatan bayi BBLR
1. Ada hubungan antara anemia ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
2. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
3. Adanya hubungan antara riwayat penyakit ibu (hipertensi dan malaria)
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk
Jakarta Utara.
4. Adanya hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
5. Adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
6. Adanya hubungan antara pengetahuan perawatan bayi bayi bblr dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta
Utara.
1 Berat bayi Bayi yang lahir dengan berat Timbangan Penimbangan berat badan oleh 1.Ya, berat lahir <2500gr Ordinal
lahir rendah kurang dari 2500 gram petugas kesehatan pada saat 2.Tidak, berat lahir >2500gr
(Mendri, 2015) persalinan
Independen
1. Anemia Penyakit kekurangan darah Kuesioner Pengukuran kadar Hb ibu yang 1.Ya, Hb <11 gr/dl Ordinal
merah yang dialami oleh ibu diperoleh dari kartu ibu 2.Tidak, Hb >11 gr/dl
hamil trimester III.
(Fikawati Sandra, 2014)
2. Paritas Jumlah persalinan yang pernah Kuesioner Observasi dokumen 1.Berisiko bblr >4 Ordinal
dialami ibu 2.tidak berisiko <4
(Sistriani, 2008)
3. Riwayat Suatu keadaan yang tidak Kuesioner Observasi dokumen 1.Ya Ordinal
penyakit menyenangkan yang menimpa 2.Tidak
(malaria dan seseorang sehingga
hipertensi) menimbulkan gangguan aktifitas
seharihari baik aktifitas jasmani,
rohani, dan sosial
(Nasrul, 2011)
4. Pengetahuan Perawatan bayi bblr diutamkan Kuesioner Observasi dokumen 1.Tinggi Ordinal
Perawatan pemberian ASI pada bayi, 2.Rendah
Bayi BBLR hindarkan suhu tubuh yang
rendah dengan cara metode
kanguru dan dilakukan
pemijatan pada bayi
(Magdalena, 2012. Muryani dan
Nurhayati, 2009)
5. Status Status ibu bekerja, yang Kuesioner Observasi dokumen 1.Bekerja Ordinal
Pekerjaan dilakukan baik di rumah 2.Tidak bekerja
maupun di luar dan memperoleh
;penghasilan/imbalan
(Istian dan Rusilanti, 2013)
6. Tinggi Tinggi badan diukur dari ujung Kuesioner Hasil pengukuran TB ibu 1. pendek = BBLR Ordinal
Badan ibu kaki smpai kepala. (diperoleh dari buku KIA) 2. tinggi = tidak BBLR
(Supariasa, 2012)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
a) Kriteria inklusi
- Ibu melahirkan yang bersedia mengikuti penelitian
𝑍𝑎² × P × Q
n=
𝑑²
Keterangan :
n = besar sampel
Q = 1-P
1. Kuesioner
2. Microtoise
∑(0 ‒ E) 2
2
x =
[ 𝐸 ]
Keterangan:
2
𝑥 = Nilai Chi-Square
0= Nilai yang diobservasi
E = Nilai yang diharapkan
Para ibu hamil yang menjadi responden pada penelitian ini tidak
boleh berada dalam kondisi keterpaksaan. Artinya tidak ada pemaksaan
yang dilakukan peneliti terhadap ibu hamil untuk menjadi responden. Oleh
karena itu, sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu ibu hamil diminta
untuk menandatangani surat kesediaan menjadi responden. Sebelum
menandatangani informed consent, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.
4.8.2 Anominity
4.8.3 Beneficence
4.8.4 Confidentiality
4.8.5 Justice
BAB V
HASIL, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
3. Kuratif (pengobatan)
a. Luas wilayah :
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
nomor : 1251 Tahun 1986, luas wilayah Kecamatan Tanjung Priok adalah
25,12Km2, yang terdiri atas 103 RW dan 1272 RT dengan luas masing-masing
kelurahan sebagai berikut :
b. Batas wilayah :
5.1.2Analisa Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian bblr, anemia, paritas, tinggi badan, status pekerjaan,
dan pengetahuan
Variabel N (%)
Kejadian BBLR
BBLR 16 (32%)
Tidak BBLR 34 (68%)
Kejadian anemia
Anemia 19 (38%)
Tidak anemia 31 (62%)
Paritas
Multipara 43 (86%)
Berisiko bblr 7 (14%)
Tinggi badan
Pendek 2 (4,0%)
Tinggi 48 (96%)
Status pekerjaan
Bekerja 16 (32%)
Tidak bekerja 34 (68%)
Pengetahuan
Baik 18 (34%)
Kurang 32(64%)
Riwayat penyakit
Memiliki penyakit 7(14%)
Tidak memiliki penyakit 43 (86%)
Sumber : Data Primer
Tabel 3.
Hubungan Antara anemia ibu hamil, paritas, tinggi badan, status pekerjaan,
riwayat penyakit, dan pengetahuan ibu terhadap kejadian bblr
5.3 Pembahasan
penelitian dilakukan ini terbukti yaitu “Ada hubungan antara paritas ibu
hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fatimah dan Siti Nurhaisyah, mengenai
hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di RS Koja Jakarta Utara
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan
kejadian BBLR.
tinggi badan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan ole Ulin Nuha (2016)
mengenai hubungan tinggi badan ibu hamil dengan kejadian BBLR yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu hamil
dengan kejadian BBLR.
Kesempatan yang sama antara ibu bekerja dan tidak bekerja berkaitan
dengan kehamilan sampai dengan persalinan ini dapat mengurangi risiko
lahirnya BBLR pada ibu yang tidak bekerja.
terjadi BBLR (Gibney dan Michael, 2009). Laluberdasarkan teori yang ada
menurut Walter dan jacob (2011) bayi yang dilahirkan dari ibu yang
darahnya mengandung parasit malaria akan mengalami berat badan lahir
rendah (BBLR) (Walter dan jacob, 2011).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai “Hubungan Antara Riwayat
Anemia Ibu Hamil Dan Pengetahuan Perawatan Bayi Dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk
Jakarta Utara Tahun 2017”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
8. Tidak ada hubungan antara anemia ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018
9. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (p=0,001) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018.
10. Tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu hamil dengan kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
tahun 2018.
11. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.
12. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.
13. Tidak ada hubungan antara penyakit ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aliyu MH, Luke S, Kristensen S, Alio AP, Salihu HM. 2012. The Factors Risk of Low
Birth Weight: a popilation-based study in Karachi. J Adolesc Health 2012.
Astuti Sri. 2016. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung. Erlangga.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012. Surabaya.
Fikawati Sandra, Syafiq Ahmad, Krima Khaula. 2015. Gizi Ibu Dan Bayi. Jakarta.
PT Rajagrafindo Persada.
Fatimah, Jamil Siti. 2015. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi Di RS Koja.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta.
Istiany Ari Dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Khoiriah Annisa. 2017. Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.
Lee, H.K dkk. 2013. Analysis of the Prevalence and Risk Factors of Malnutrition
among Hospitalized Patients in Busan. Busan : The Korean Society of Food
Science and Nutrition.
Magdalena Veronica, G.J Sandra. 2015.Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan. Manado.
Mendri dan Prayogi Agus. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Risiko Tinggi.
Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Nakita. 2013. Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta. Danone Institute.
Nur Wafi. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta. Citramaya.
Nuha Ulin. 2016. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Ponorogo.
Ponorogo.
Pemilu Eny.2016. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan
Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis Bblr.
Proverawati Atikah, Ismawati Cahyo. 2010. BBLR Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta. Nuha Medika.
Putri Anisa. 2014. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2013. Samarinda.
Manuskrip Publikasi.
Rahayu Mai. 2013. Pengaruh Karakteristik Perilaku Dan Sosial Ekonomi Ibu
Terhadap Kelahiran Bayi BBLR Di Kabupaten Sidoarjo.
Rahimi Bening. 2011. Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif Dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah Di Surakarta. Skripsi.
Restiani Riska. 2013.Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR).
Reza Chaerul, Puspitasari Nunik. 2014. Determinan Bayi Dengan Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Biometrik Dan Kependudukan. Surabaya.
Sistriani. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas ANC yang Berisiko Terhadap
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi pada Ibu yang Periksa
Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas. Tesis.
Semarang
Suhartini. 2013. Pengaruh Faktor Gizi Merokok Minum Kopi Minum Teh Dan
Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Tesis.
Sulistyoningsih Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Supariasa I, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Tri Amalina. 2015. Hubungan Ukuran LILA Ibu Dengan BBLR Di RS Bersalin
Widuri. Jurnal Permata Indonesia. Yogyakarta.
Trihardiani Ismi. 2011. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kota Singkawang.
Semarang. Artikel Penelitian.
Wafi Nur Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta.
Fitramaya.
Windari Fitri. 2014. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Penembahan Senopati Bantul
Jogjakarta. Jogjakarta. Naskah Publikasi.
Zulhaida Lubis, Isyatun Mardiyah Syahri. 2015. Pengetahuan Dan Tindakan Kader
Posyandu Dalam Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
LAMPIRAN
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
TAHUN 2018
Perkenalkan nama saya Rani Permatahati, mahasiswi Program Studi Gizi STIKes
Binawan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi
tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (Bblr) Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun 2018” Untuk itu, saya mohon kesediaan adik untuk mengisi formulir ini
dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Jawaban yang saudari berikan akan
dijaga kerahasiaannya sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, karena data
yang akan ditampilkan merupakan data kumulatif dari seluruh sampel yang diambil.
Nama/Inisial :
Alamat :
Umur :
No. Tlp/HP :
Tertanda,
`
(………………………….)
Lampiran 2: Kuesioner
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH PUSKESMAS
KECAMATAN TANJUNG PRIOK
JAKARTA UTARA TAHUN 2018
Petunjuk :
1. Pilih salah satu jawaban yang Ibu yakini paling benar dengan memberikan
tanda centang (√).
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti.
Identitas Responden
1. Nama :
2. No. Telepon :
3. Alamat :
4. Umur Ibu :
5. Tinggi badan ibu :
< 145 cm
> 145 cm
6. Pendidikan Formal Terakhir Ibu :
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah
Pendidikan tinggi
Pegawai swasta
Pegawai negeri
Wiraswasta (pedagang)
Tidak bekerja
Pegawai swasta
Wiraswasta (pedagang)
Hipertensi
Malaria
Tidak Ada
Riwayat Kehamilan
<11 gr/dl
≥ 11 gr/dl
<4 anak
≥4 anak
Keadaan Bayi
<37 Minggu
<42Minggu
>42 Minggu
< 2500 gr
≥ 2500 gr
Perempuan
Laki – laki
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
TAHUN 2018
Petunjuk :
1. Pilih salah satu jawaban yang Ibu yakini paling benar dengan memberikan
tanda silang (x).
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti.
Pengetahuan Ibu
1. Salah satu perawatan bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut :
a. Perawatan dalam inkubator
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pemberian susu formula
2. Kontak langsung antara kulit bayi dengan ibu merupakan salah satu
perawatan bayi dengan berat lahir rendah yang disebut sebagai berikut :
a. Inisiasi Menyusu Dini
b. Metode kanguru
c. Pemberian ASI
d. Kontak kulit ibu-bayi
3. Perawatan bayi dengan metode kanguru dapat dilakukan :
a. Di rumah
b. Di rumah sakit
c. Di rumah dan di rumah sakit
d. Di mana saja boleh
4. Manfaat perawatan dengan metode kanguru pada bayi adalah :