Anda di halaman 1dari 74

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI


WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG PRIOK
JAKARTA UTARA TAHUN 2018

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi

RANI PERMATAHATI
041411021

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2018

Program Studi Gizi STIKes Binawan


ii

SKRIPSI

“Hubungan antara riwayat anemia ibu hamil dan pengetahuan


perawatan bayi dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara Tahun 2018”
Oleh:
Rani Permatahati
041411021
Telah berhasil dibahas dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi (S.Gz) pada
Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan.

TIM DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji,

(Isti Istianah, S.Gz) Tanggal …………2018


Penguji I

(……………) Tanggal …………2018


Penguji II

(……………) Tanggal …………2018


Diketahui oleh :
Tanggal : …………………………..
Ketua Program Studi S1 Ilmu Gizi

(Meylina Djafar, MCN, MBA)

Program Studi Gizi STIKes Binawan


iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan proposal ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Meylina Djafar, MCN, MBA, selaku ketua Program Studi Gizi STIKes
Binawan yang telah menyetujui dan menerima skripsi penulis.
2. Ibu Isti Istianah, S.Gz, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staf STIKes Binawan yang telah banyak membimbing
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Kedua orang tercinta dan kakak-kakak kandung yang selalu memberikan
motivasi, dukungan dan mendoakan penulis dalam membuat skripsi.
5. Awan Novikatama, my future husband InsyaAllah.
6. Responden yang bersedia mengisi kuesioner penulis.
7. Sahabat yang sudah menghibur saya dikala saya penat (Defa, Astri, Avisha,
Hanifah, Devi, Rijah, Ajeng, Ratna).
8. Teman-teman seperjuangan saya (Lia, Sarah, Tya, Eyya, Indra, Fita) dan
semua teman-teman Program Studi Gizi (Gizi A’14) yang telah
memberikan pengalaman, dukungan dan sejuta kenangan, serta selalu ada
didalam situasi apapun.
Dengan bantuan tersebut maka penyusun skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai sebutan Sarjana
Gizi pada Program Studi Gizi STIKes Binawan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


iv

Jakarta, .... Juli 2018

Rani Permatahati

Program Studi Gizi STIKes Binawan


v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:

Nama :Rani Permatahati


NIM : 041411021
Program Studi : S-1 Gizi
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Hak Bebas Royalti Non- Ekslusif (Non-
exclusive Royalty-FreeRight)atas karya ilmiyah saya yang berjudul :

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Badan Lahir


Rendah (Bblr) Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara Tahun 2018”

beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini,
Program Studi Ilmu Gizi STIKes Binawan mempunyai hak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya
ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal: … Juli 2018
Yang menyatakan

(Rani Permatahati)

Program Studi Gizi STIKes Binawan


vi

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :Rani Permatahati
NIM : 041411021
Program studi : S-1 Gizi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi/karya ilmiah saya yang berjudul :

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Badan Lahir


Rendah (Bblr) Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara Tahun 2018”

adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Institusi/Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, … Juli 2018

(Rani Permatahati)

Program Studi Gizi STIKes Binawan


vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................v


KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................v
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................3
1.3 Pertanyaan Penelitian .....................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................5
1.4.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.4.2 Tujuan Khusus .........................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................8
2.1 Definisi Berat Badan Lahir Rendah ...............................................................8
2.2 Klasifikasi Berat Bayi Baru Lahir .................................................................9
2.2.1 Menurut Masa Gestasinya .......................................................................9
2.2.2 Menurut Harapan Hidupnya: .............................................................9
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)..........10
2.4 Masalah lain yang timbul akibat BBLR .......................................................11
2.5 Perawatan Bayi BBLR diRumah..................................................................12
2.6 Dampak BBLR .............................................................................................13
2.7 Prevalensi BBLR..........................................................................................14
2.8 Faktor Risiko Kejadian BBLR .....................................................................14
2.8.1 Faktor Ibu...............................................................................................14
BAB III ..................................................................................................................24
KERANGKA KONSEP, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL....................................................................................................24
3.1 Kerangka Teori.............................................................................................24
3.2 Kerangka Konsep .........................................................................................25

Program Studi Gizi STIKes Binawan


viii

3.3 Uji Hipotesis.................................................................................................25


BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................29
4.1 Jenis dan Desain Penelitian .........................................................................29
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................29
4.3 Subjek Penelitian..........................................................................................29
4.3.1 Populasi..................................................................................................29
4.3.2 Sampel..............................................................................................29
4.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................30
4.5 Instrumen Penelitian.....................................................................................30
4.6.1 Tahap Persiapan.....................................................................................30
4.6.2 Tahap Pelaksanaan.................................................................................31
4.7 Analisis Data ................................................................................................32
4.7.1 Analisis Univariat ..................................................................................32
4.7.2 Analisis Bivariat ....................................................................................32
4.8 Etika Penelitian.............................................................................................32
4.8.2 Anominity...............................................................................................33
4.8.3 Beneficence ............................................................................................33
4.8.4 Confidentiality .......................................................................................33
4.8.5 Justice ....................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................49
LAMPIRAN...........................................................................................................53

Program Studi Gizi STIKes Binawan


ix

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi oprasional ...................................................................... 28

Tabel 2 Analisa Univariat ......................................................................... 36

Tabel 3 Analisa Bivariat ........................................................................... 41

Program Studi Gizi STIKes Binawan


x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ......................................................................... 25


Gambar 2 Kerangka Konsep ...................................................................... 26

Program Studi Gizi STIKes Binawan


xi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI
WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG PRIOK
JAKARTA UTARA TAHUN 2018
Rani permataHati *Isti Istianah*
*Nutrition Program of Binawan Institute of Health Sciences
*jl. Kalibata Raya, No. 25-30, Jakarta Timur 13630
Email : Rani.permatahati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: BBLR berisiko 20 kali lebih besar meninggal selama masa
pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal
(WHO, 2012). Kejadian BBLR turut berkontribusi sebesar 60%-80%
terhadap kematian neonatal, sehingga dapat memberi pengaruh secara tidak
langsung terhadap angka kematian bayi (WHO, 2015). Hasil penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa Rumah Sakit Koja Jakarta Utara Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) ditemukan bahwa anemia (55,5%), dan paritas
2-4 (90,1%) (Fatimah, et al 2015).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan hubungan anemia,
paritas, tinggi badan, status bekerja, pengetahuan dan riwayat penyakit ibu
hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018.
Metode:Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 50 ibu yang memiliki bayi.Pengumpulan data
meliputi pengisian kuesioner. Hipotesa dianalisis dengan uji chi-square.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan
bblr sebanyak 32%, ibu yang anemia sebanyak 38%, ibu yang memiliki
anak lebih dari 4 sebanyak 14%, ibu yang memiliki tinggi badan dengan
kategori tinggi sebanyak 96%, ibu yang bekerja sebanyak 32%, ibu yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 64%, ibu yang memiliki riwayat
penyakitsebanyak 14%. Ada hubungan signifikan paritas (p-value=0,001)
dengan kejadian bblr di Puskesmas Kecamatan Tanjung priok Jakarta Utara
tahun 2018. Anemia (p-value=0,068), tinggi badan (p-value=0,578),
pekerjaan (p-value=0,938), pengetahuan (p-value=0,266), penyakit (p-
value=0,124) menyatakan bahwa tidak ada hubungan dengan kejadian bayi
bblr.
Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan
kejadian bayi bblr, tidak terdapat hubungan antara anemia, tinggi badan,
pekerjaan, pengetahuan dan penyakit dengan kejadian bayi bblr.
Kata kunci: bblr, anemia, pengetahuan ibu, paritas.
1. Mahasiswa Program Studi Gizi STIKes Binawan
2. Dosen Pembimbing Program Studi Gizi STIKes Binawan

Program Studi Gizi STIKes Binawan


xii

FACTOR-FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE


OF LOW BIRTH WEIGHT INFANTS (LBWI) AT
PUSKESMASKECAMATAN TANJUNG PRIOK JAKARTA
UTARA IN 2018

Rani Permatahati * Isti Istianah *


* Nutrition Program of Binawan Institute of Health Sciences
* jl. Kalibata Raya, No. 25-30, East Jakarta 13630
Email: Rani.permatahati@yahoo.co.id

ABSTRACT

Background: LBW is 20 times more likely to die during the growth period when
compared to normal birth weight babies (WHO, 2012). LBW incidence contributes
60% -80% to neonatal mortality, so it can indirectly affect infant mortality (WHO,
2015). The results of previous research indicate that Koja Hospital of North Birth
Weight Low (BBLR) found that anemia (55,5%), and parity 2-4 (90,1%) (Fatimah,
et al 2015).
Purpose: This study aims to correlate the relationship of anemia, parity, height,
work status, knowledge and history of maternal disease with low birth weight infant
in pregnant mothers in Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok North Jakarta 2018.
Method: This research use cross sectional design. The sample in this study as many
as 50 mothers who have babies. Data collection includes questionnaire filling.
Hypotheses were analyzed by chi-square test.
Results: This study showed that mothers who gave birth to babies with bblr as much
as 32%, mothers with anemia as much as 38%, mothers with children over 4 as
high as 14%, mothers with high category high category 96%, working mothers
32%, mothers with less than 64% knowledge, mothers with a history of 14%. There
is a significant parity relationship (p-value = 0,001) with bblr incidence in
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok North Jakarta 2018. Anemia (p-value =
0,068), p-value = 0,938 ), knowledge (p-value = 0.266), disease (p-value = 0.124)
states that there is no correlation with bblr baby incidence.
Conclusion: There is a significant relationship between parity and bblr infant
incidence, there is no relationship between anemia, height, occupation, knowledge
and disease with bblr baby incidence.
Keywords: bblr, anemia, mother's knowledge, parity.

1. Student of Nutrition Program STIKes Binawan


2. Supervisor of Nutrition Program STIKes Binawan

Program Studi Gizi STIKes Binawan


1

Program Studi Gizi STIKes Binawan


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BBLR berisiko 20 kali lebih besar meninggal selama masa


pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal
(WHO, 2012). Kejadian BBLR turut berkontribusi sebesar 60%-80%
terhadap kematian neonatal, sehingga dapat memberi pengaruh secara tidak
langsung terhadap angka kematian bayi (WHO, 2015). Selain itu, angka
kematian bayi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan insiden
BBLR di suatu negara (WHO, 2012).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki
peran penting dalam perekonomian dunia, menempati urutan ketiga sebagai
negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%)
dan Afrika Selatan (13,2%)(WHO, 2013).Adapun hubungan anemia pada
ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi lahir rendah. Kejadian anemia
ibu hamil di dunia memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi. WHO
melaporkan, prevalensi anemia ibu hamil yang memiliki defisiensi besi
sekitar 35-75%.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 35 kematian per 1000
kelahiran hidup. Sedangkan menurut data United Nations International
Childern’s Emergency Fund (UNICEF) sebagian besar angka kematian
anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa neonatal atau pada bulan
pertama kehidupan yaitu sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
2013, sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia, di mana 16% diantaranya lahir
dengan berat rendah (UNICEF, 2014). Sedangkan dinegara dengan
pendapatan rendah maupun menengah, diperkirakan terdapat 18 juta bayi
lahir dengan berat badan rendah (Lee dkk, 2013).

Berdasarkan laporan pencapaian Millenium Development


Goals (MDGs), AKB Indonesia masih tergolong tinggi jika dibanding

Program Studi Gizi STIKes Binawan


2

dengan negara – negara Association of South East Asian Nations


(ASEAN).Tinggi atau rendahnya AKB merupakan salah satu indikator
kesehatan suatu bangsa. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Neonatus (AKN) merupakan salah satu indikator status kesehatan
masyarakat.
Angka Kematian Bayi di Indonesia berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dalam skripsi Nuha
tahun 2016 menyatakan lebih rendah dari hasil SDKI 2007 yaitu pada tahun
2012 Angka Kematian Bayi tercatat 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Upaya untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB),
pemerintah merancang Child Survival (CS) semenjak tahun 1985.
Berdasarkan data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013, prevalensi
BBLR di Indonesia masih terdapat 10,2% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar
11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) ini menurun landai akan tetapi masih menjadi
kebijakan pemerintah sebagai program evaluasi oleh KEMENKES RI
(Riskesdas RI, 2013).
Sebesar 38% kematian bayi disebabkan oleh Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) pada tahun 2012 (Dinkes Jatim, 2012). Menurut Riskesdas
2013 BBLR di Indonesia tahun 2013 sebesar 10,3%. Determinan BBLR
menurut Ohlsson & Shah (2008) antara lain umur ibu, paritas, jarak
kelahiran, perencanaan kehamilan, antropometri ibu, keterpaparan asap
rokok, anemia, LILA, dan antenatal care. Tingginya morbiditas dan
mortalitas berat bayi lahir rendah masih menjadi masalah utama pada negara
berkembang seperti halnya Indonesia. Kejadian BBLR di tingkat Nasional
pada tahun 2013 mencapai 11,2% di daerah pedesaan dan 9,4% di perkotaan
(Riskesdas 2013). Bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah menjadi salah
satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal dan hal tersebut akan meningkat sebesar 3,4
kali jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal
(Aliyu et al 2012).

Program Studi Gizi STIKes Binawan


3

Menurut Kementrian Kesehatan, kejadian BBLR di Indonesia


memiliki persentase yaitu paritas lebih dari 3 dan penyumbang terbesar
angka kejadian BBLR di Indonesia ialah anemia pada ibu hamil yang
berkisar 50,9% dengan penyebab terbanyak adalah anemia karena defisiensi
besi (ADB). Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, (2013) menunjukkan
bahwa responden yang melahirkan bayi BBLR di Kabupaten Sidoarjo
dengan status bekerja dikartegorikan bekerja saat hamil sebanyak 50% sama
banyaknya dengan kelompok responden dengan status kerja terkategorikan
tidak bekerja yaitu sebanyak 50%. Kesehatan atau penyakit ibu
mempengaruhi bayi BBLR di kabupaten Sidoarjo. Hal serupa juga didapat
pada penelitian Sistriani, (2008) ada perbedaan yang signifikan persentase
BBLR antara ibu yang mempunyai penyakit selama kehamilan. Ibu yang
mengalami penyakit selama kehamilan mempunyai peluang melahirkan
BBLR 2,9 kali dibandingkan ibu yang tidak memiliki penyakit selama
kehamilan.
Angka kejadian BBLR di Indonesia yang tertinggi di Provinsi
Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah Provinsi Sumatera Utara (7,2%).
Angka kejadian BBLR di sekitar Jakarta yang tertinggi di Jakarta Utara.
Hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa Rumah Sakit Koja Jakarta
Utara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditemukan bahwa anemia
(55,5%), dan paritas 2-4 (90,1%) (Fatimah, et al 2015).
Dari uraian diatas terjadinya BBLR dapat disebabkan oleh
anemia ibu hamil dan faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Lalu
menurut data dari Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok ada 47 per 1000
kelahiran hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,


digambarkan bahwa prevalensi BBLR tinggi dan dari data WHO 2013
adalah sebesar 11,1%, dan dengan data dari Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok ada 47 per 1000 kelahiran hidup.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


4

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah diPuskesmas


Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018?
2. Bagaimana gambaran anemia ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018?
3. Bagaimana gambaran paritas ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
4. Bagaimana gambaran tinggi badan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
5. Bagaimana gambaran pekerjaan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
6. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
7. Bagaimana gambaran penyakit ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
8. Bagaimana hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018?
9. Bagaimana hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
10. Bagaimana hubungan tinggi badan ibu hamil dengan kejadian bayi berat
lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
11. Bagaimana hubungan statuspekerjaan ibu hamil dengan kejadian bayi berat
lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
12. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian bayi berat
lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?

Program Studi Gizi STIKes Binawan


5

13. Bagaimana hubungan riwayat penyakit ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan hubungan


anemia, paritas, tinggi badan, status pekerjaan, pengetahuan perawatan bayi
bblr dan riwayat penyakit ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah
pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan gambaran bayi dengan berat badan lahir rendah di Puskesmas


Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018?
2. Menjelaskan gambaran anemia ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018?
3. Menjelaskan gambaran paritas ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
4. Menjelaskan gambarantinggi badan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
5. Menjelaskan gambaranstatus pekerjaan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
6. Menjelaskan gambaran pengetahuan perawatan bayi bblr di Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
7. Menjelaskan gambaranriwayat penyakit ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 ?
8. Menjelaskan hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018?

Program Studi Gizi STIKes Binawan


6

9. Menjelaskan hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
10. Menjelaskan hubungan tinggi badan ibu hamil dengan kejadian bayi berat
lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara tahun 2018 ?
11. Menjelaskan hubungan status pekerjaan ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
12. Menjelaskan hubungan pengetahuan perawatan bayi dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?
13. Menjelaskan hubungan riwayat penyakit ibu hamil dengan kejadian bayi
berat lahir rendah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara tahun 2018 ?

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Hamil

Sebagai bahan masukan bagi ibu hamil Puskesmas Kecamatan


Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018 dalam rangka pencegahan penyakit
anemia terhadap BBLR.

2. Bagi STIKes Binawan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk


merencanakan program yang dapat mengurangi dan mencegah berat lahir
rendah pada bayi.

3. Bagi Peneliti

Bermanfaat untuk melakukan intervensi terhadap berat lahir


rendah pada bayi Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti
mengenai upaya pencegahan ibu hamil terhadap penyakit anemia pada
kejadian BBLR.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


7

4. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara untuk lebih
mewaspadai hal-hal yang dapat memberikan efek buruk bagi berat badan
bayi lahir.
5. Bagi Peneliti lainnya

Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain di bidang gizi


kesehatan masyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


anemia, paritas, status pekerjaan, riwayat penyakit ibu, tinggi badan, dan
pengetahuan perawatan bayi bblr dengan kejadian bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara tahun 2018. Penelitian
ini di lakukan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018. Penelitian ini menggunakan penelitian non eksperimental dengan
rancangan cross sectional.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Berat Badan Lahir Rendah

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang


dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Bayi dapat dikelompokkan
berdasarkan berat lahirnya, yakni berat bayi lahir rendah (berat lahir < 2500
gram), berat bayi lahir sedang (berat lahir antara 2500-3999 gram), dan berat
badan lebih (berat lahir > 4000 gram) (Wafi, 2010). Sementara itu,
berdasarkan hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan,
kelahiran bayi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis :

a. Bayi kurang bulan (prematur) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi (kehamilan) < 37 minggu (< 259 hari)
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (> 259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (> 293 hari)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berat bayi lahir


rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500
gram. Sejak tahun 1961WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan
istilah BBLR. Hal ini dilakukian karna tidak semua bayi yang berat kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi yang lahir prematur (Wafi,
2010).
Hampir semua bayi berat lahir rendah membutuhkan perawatan
khusus di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) sampai mereka
mendapatkan beratbadan cukup dan cukup sehat untuk pulang.
Kelangsungan hidup bayi dengan berat lahir rendah tergantung pada berat
saat lahir. Bayi dengan berat < 2500 gram memiliki tingkat kelangsungan
hidup terendah (Mendri dan Prayogi, 2010). Bayi dengan berat badan lahir

Program Studi Gizi STIKes Binawan


9

rendah akan bermasalah, lemah dan mudah sakit, selain terancam kematian
pula (Nadesul, 2009).
2.2 Klasifikasi Berat Bayi Baru Lahir

2.2.1 Menurut Masa Gestasinya

1. Prematuritas Murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya


sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan


seharusnya untukmasa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2.2.2 Menurut Harapan Hidupnya:

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram.


2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram (Proverawati, 2010).

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan faktor yang paling


berhubungan dengan kematian bayi. Kemungkinan bayi BBLR untuk
meninggal pada tahun pertama kehidupan merupakan 40 kali lebih besar
dari pada bayi yang sehat. Bayi BBLR seringkali membutuhkan perhatian
medis yang lebih ekstensif diwal kehidupan mereka dan selanjutnya dapat
mengalami berbagai masalah fisik, emosional, maupun intelektual. Anak
BBLR memiliki angka insiden yang lebih tinggi dalam kasus paralisis otak,
ketulian, kebutaan, epilepsi, penyakit paru kronis, ketidak mampuan belajar,
dang gangguan kurang perhatian (James et. Al, 2007). Presentase bayi

Program Studi Gizi STIKes Binawan


10

BBLR sering digunakan sebagai pengukur umum status kesehatan


(RisKesDas, 2017).

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Penyebab BBLR dari faktor ibu diantaranya adalah gizi ibu,


umur, paritas, penyakit menahun ibu, komplikasi kehamilan, jarak
kehamilan dan pendarahan antepartum. Penyebab terjadinya BBLR antara
lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suplai gizi waktu dalam
kandungan, komplikasi kehamilan, hipertiroid kehamilan ataupun lahir
prematur. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan
yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami
hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya
yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi (Pantiawati,
2010).

Penyebab utama dari BBLR adalah kelahiran prematur (lahir


sebelum 37 minggu kehamilan). Bayi yang lahir prematur tidak memiliki
cukup waktu dalam rahim ibu untuk tumbuh dan menambah berat badan.
Padalah sebagian besar berat badan bayi diperoleh selama masa akhir
kehamilan. Penyebab lain BBLR adalah pembatasan pertumbuhan
intrauterin (IUGR). Hal ini terjadi ketika bayi tidak tumbuh dengan baik
selama kehamilan karena terjadinya masalah dengan plasenta, kesehatan ib,
atau kondisi bayi. Seorang bayi dapat memiliki IUGR dan dilahirkan
dijangka penuh (37-41 minggu).
Bayi dengan IUGR yang lahir dalam waktu normal, bisa tumbuh
seperti anak normal lainnya namun memiliki fisik yang lemah. Sementara
itu, bayi yang lahir prematur dengan IUGR memiliki kondisi fisik yang
lemah dan biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (Mendri dan
Prayogi, 2010).Selain dipengaruhi oleh waktu lahir dan IUGR, ada beberapa
faktor lain yang mempengaruhi Stanford Children’s Health (2016)
merumuskan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya
BBLR, antara lain sebagai berikut :

Program Studi Gizi STIKes Binawan


11

1. Ras. Bayi Afrika-Amerika dua kali lebih mungkin memiliki berat


lahir rendah daripada bayi kulit putih.
2. Usia. Ibu remaja (terutama yang lebih muda dari 15 tahun) memiliki
risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Kembar. Lebih dari setengah dari bayi kembar dan kelipatan
kelahiran lainnya memiliki berat lahir rendah.
4. Kesehatan ibu. Bayi dari ibu yang terpapar obat-obatan terlarang,
alkohol, dan rokok lebih cenderung memiliki berat lahir rendah. Ibu
dari status sosial ekonomi rendah juga lebih cenderung memiliki
nutrisi yang lebih sedikit semasa kehamilan. Perawatan prenatal
yang tidak memadai dan komplikasi kehamilan juga merupakan
faktor-faktor yang dapat berkontribusi bayi memiliki berat lahir
rendah.

Seorang bayi dengan berat lahir rendah memiliki risiko tinggi


mengalami komplikasi. Tubuh mungil bayi BBLR tidak sekuat bayi normal
dan mereka sangat mungkin mengalami gangguan makan, kesulitan
pertumbuhan fisik, dan mudah terkena infeksi. Selain itu, bayi dengan berat
lahir rendah juga kesulitan untuk menjaga suhu tubuhnya pada temperatur
normal karena mereka hanya memiliki sedikit lemak dalam tubuh.

2.4 Masalah lain yang timbul akibat BBLR

1. Bayi memiliki kadar oksigen yang rendah saat lahir.


2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh.
3. Mengalami kesulitan makan dan memiliki masalah berat badan.
4. Lebih mudah terkena infeksi.
5. Mengalami masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan
pernapasan bayi.
6. Masalah neurologis, seperti perdarahan intraventrikular (perdarahan
didalam otak).
7. Masalah pencernaan, seperti necrotizing enterocolitis (penyakit
pada usus bayi BBLR).
8. Sindrom kematian mendadak.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


12

9. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan


belum teratur, refleks menelan menghisap dan batuk belum
sempurna (Mendri dan Prayogi, 2010).

2.5 Perawatan Bayi BBLR diRumah

1. Utamakan Pemberian ASI

ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi,


laktabumin,zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa,
dan oligosakarida. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, dan
perlindungan terhadap penyakit.dari psikologi ASI meningkatkan ikatan
antara ibu dan anak. Formulasi standar untuk BBLR menyerupai ASI tetapi
kekurangan antibodi dan faktor pertumbuhan. Bayi kecil juga rentan
kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya
besar, dan mudah sakit hingga pemberian nutrisi yang tepat untuk tumbuh
kembang yang optimal.

2. Hindarkan Suhu Tubuh Yang Rendah dengan cara

Metode yang tepat dalam merawat BBLR, yakni dengan


kangarii mother care atau metode kangguru. Metode kangguru adalah
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
Caranya: bayi dilettakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit,
posisi bayi tegak, kepala miring kekiri atau kekanan. Keunggulan metode
ini bayi mendapatkan sumber panas alami (36-370C) terus menerut langsung
dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta
ASI menjadi lancar.
Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000
gram) metode kangguru ditunda sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan
bayi stabil. Dapat diasumsikan bahwa, metode kanguru ini adalah perawatan
yang penting untuk meningkatkan kesehatan BBLR (Magdalena, 2012).
3. Pemijatan Bayi

Muryani Anik dan Nurhayati, 2009 Ternyata, dari kebanyakan


penelitian melaporkan bayi yang biasa lahir dengan berat badan lahir rendah

Program Studi Gizi STIKes Binawan


13

mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih
baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang
psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak
dipegang akan terangsang pernafasan peredaran menjadi lebih baik.
Margaret mengamati bayi dengan berat lahir rendah pernafasannya biasanya
pendek dan tidak stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun
pernafasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan dan kontak fisik
dengan ibunya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi
melaporkan manfaat pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah
yaitu sekitar 1200-1300 gram yang telah melampaui masa kritis. Bayi-bayi
tersebut setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijatan tiga kali
sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat badannya 47% lebih besar
dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam keadaan ‘alert
active’ yang lama, bayi dipulangkan lebih cepat 6 hari dan orientasi, gerak
motorik dan perilaku bayi lebih baik.

4. Metode Kanguru

Metode kanguru salah satu metode perawatan bayi berat lahir


rendah untuk mencegah hipotermia pada bayi baru lahir, yang
diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada
tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat
meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR.
Tujuannya metode ini untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
BBLR serta menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit (Muryani dan
Nurhayati, 2009).

2.6 Dampak BBLR

Bayi BBLR banyak sekali berisiko terjadi permasalahan pada


sistim tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian
perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari pada bayi normal.
Proknosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah. Kematian

Program Studi Gizi STIKes Binawan


14

sering disebabkan karena dampak BBLR seperti asfiksia, pneumonia,


perdarahan intra cranial, dan hipoglikemi. Bila bayi BBLR bertahan hidup
akan dijumpai kerusakan syaraf, gangguan bicara, tingkat kecerdasan
rendah. Terjadi gangguan metabolik berupa hipotermia, hipoglikemia,
hiperglikemia dan masalah pemberian ASI, terjadi gangguan imunitas,
gangguan pernafasan, gangguan peredaran darah, serta gangguan cairan dan
elektrolit (Proverawati dan Ismawati, 2010).

2.7 Prevalensi BBLR

Kejadian BBLR turut berkontribusi sebesar 60%-80% terhadap


kematian neonatal, sehingga dapat memberi pengaruh secara tidak langsung
terhadap angka kematian bayi (WHO, 2015). Selain itu, angka kematian
bayi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan insiden BBLR di
suatu negara (WHO, 2012). Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang yang memiliki peran penting dalam perekonomian dunia,
menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi
(11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%)(WHO, 2013).
Sebesar 38,03% kematian bayi disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) pada tahun 2012 (Dinkes Jatim, 2012). Menurut Riskesdas 2013
BBLR di Indonesia tahun 2013 sebesar 10,3%.

Angka kejadian BBLR di Indonesia yang tertinggi di Provinsi


Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah Provinsi Sumatera Utara (7,2%).
Angka kejadian BBLR di sekitar Jakarta yang tertinggi di Jakarta Utara.
Hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa Rumah Sakit Koja Jakarta
Utara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditemukan bahwa anemia
(55,5%), dan paritas 2-4 (90,1%) (Fatimah dan Jamil, 2015).

2.8 Faktor Risiko Kejadian BBLR

2.8.1 Faktor Ibu

Sehat adalah keadaan dinamis di mana individu menyesuaikan


diri dengan perubahan- perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
mempertahankan hidup. Sedangkan sakit adalah suatu keadaan yang tidak

Program Studi Gizi STIKes Binawan


15

menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan


aktifitas seharihari baik aktifitas jasmani, rohani, dan sosial (Nasrul, 2011).
2.8.1.1 Anemia

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi utama pada semua


kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada kelompok ibu hamil
yaitu sekitar 70%. Setengah dari ekstra zat besi yang dibutuhkan selama
hamil digunakan dalam pembuatan Hb untuk meningkatkan suplai darah ibu
hamil. Selama kehamilan massa sel darah merah bertambah sekitar 18%,
sehingga diperlukan zat besi yang cukup sebagai pembentuk sel darah
merah. Kebutuhan zat besi terbesar terjadi pada trimester akhir kehamilan
dimana janin menyimpan zat besi sebagai cadangan dalam tubuhnya.
Cadangan ini akan digunakan bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya
dimana ASI tidak begitu kaya akan zat besi. Defisiensi zat besi sangat jarang
dialami oleh bayi, kecuali bayi yang dilahirkan prematur yang belum
mempunyai waktu yang cukup untuk menyimpan zat besi (Fikawati, et al
(2015).
Defisiensi zat besi saat hamil berpengaruh kepada ibu dan bayi.
Ketidak cukupan zat besi akan menyebabkan kekurangan Hb dalam darah
yang diperlukan untuk membawa oksigen kepada janin dan sel ibu hamil
dan juga mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Ibu hamil
perlu menambah sekitar 35 mg zat besi dalam diet karena kebutuhan zat besi
selama hamil tidak dapat dipennuhi hanya dari makanan (Fikawati, et al
(2015). Ibu hamil yang mengalami anemia dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi
yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Ibu hamil yang menderita
anemia berat dapat meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur lebih besar. Tujuh dari sepuluh wanita hamil di Indonesia
mengalami anemia. Hasil penelitian Iwan Amiruddin dan Wahyudi tahun
2004, menunjukkan bahwa 83,6% ibu hamil di Puskesmas Bantimurung
mengalami anemia (sulistyoningsing, 2011).

Program Studi Gizi STIKes Binawan


16

Kekurangan zat besi dengan efeknya terhadap Hb, adalah jenis


anemia paling umum, yang lebih sering dialami bayi dan anak-anak, remaja
perempuan, perempuanusia subur, dan ibu hamil. Selama hamil, ibu
membutuhkan zat besi 50 persen lebih banyak: 39 mg/hari dibandingkan
dengan 26 mg/hari sebelum kehamilan. Tambahan kebutuhan ini
dibutuhkan untuk meningkatkan volume darah, massa jaringan tubuh ibu,
dan pertumbuhan janin. Selain berdampak pada kesehatan ibu, anemia pun
akan mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan janin
(Nakita, 2013).
Kekurangan zat besi dapat mengganggu pembentukkan sel
darah merah, sehingga terjadi penurunan Hb yang berisiko perdarahan,
kematian ibu melahirkan, juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2500 gram. BBLR adalah awal dari
masalah kekurangan gizi pada bayi dan balita (Nakita, 2013).
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat
bayi yang dilahirkan. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko
mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum
dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini disebabkan
karena kurangnyasuplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan
berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin (Sudaryanto, 2013).
Anemia gizi sering kali disebabkan kurangnya asupan zat besi pada
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pada ibu hamil, anemia akan
meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat bdan lahir rendah,
keguguran, lahir sebelum waktuny, risiko perdarahan sebelum dan atau pada
saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya. Bayi
dalam kandungan dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, serta setelah lahir kemungkinan tidak dapat mencapai tinggi
optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Astuti Sri et al, 2016).
Menurut penelitian sebelumnya oleh fatimah (2015) di Rumah
Sakit Koja Jakarta Utara berat badan lahir rendah (BBLR) yang diakibatkan
oleh anemia pada ibu hamil sebesar 55,5%.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


17

2.8.1.2 Hipertensi

Hipertensi dapat terjadi sebelum atau ketika kehamilan.


Hipertensi yang terjadi saat kehamilan disebut pregnancy induced
hypertension atau gestational hypertansion, muncul pada usia kehamilan
sesudah 20 minggu (Nakita, 2013).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan yang terus menerus.
Hipertensi yang terjadi dalam masa kehamilan dibagi 2 (RisKesDas, 2017)
:
1. Hipertensi kronik: hipertensi sebelum kehamilan dibawah 20 minggu usia
kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsia eklamsia: hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah
usia kehamilan 20 minggu.
3. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai
proteinuria hingga 12 minggu pasca persalinan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
nutrisi tidak adekuat dan hipertensi dalam kehamilan (Prasetyowati, 2014).
Hipertensi atau kenaikan tekanan darah selama hamil mencerminkan
kegagalan sistem kardiovaskuler ibu dalam beradaptasi terhadap
kehamilannya. Keadaan ini dapat mengurangi aliran darah uteroplasenta dan
pasokan nutrisi ke tubuh janin sehingga terjadi BBLR (Gibney dan Michael,
2009).
Hipertensi preeklamsia adalah suatu gangguan yang muncul
pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan diatas 20
minggu. gejala-gejala yang umum terjadi adalah tingginya tekanan darah,
pembengkakan (edema) yang tak kunjung smebuh dan tingginya jumlah
protein di urin (proteinuri).Bahaya preeklami bagi bayi adalah dapat
menghambat asupan darah ke plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan
untuk janin) sehingga bayi bisa mengalami kekurangan oksigen (hypoxia) dan
makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya berat tubuh bayi ketika lahir
(Sulistyoningsih, 2011).
Menurut Escot-Stump, 2008 dalam buku pedoman gizi
menyatakan preeklamsia sering dijumpai pada kehamilan pertama dan

Program Studi Gizi STIKes Binawan


18

kehamilan kembar, ibu hamil berusia diatas 35 tahun, ibu obesitas, dan ibu
dengan riwayat diabetes, hipertensi, dan gangguan ginjal. Pada preeklamsi,
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih.
2.8.1.3 Malaria

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun


kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan
demam, anemia dan pembesaran limpa. Penyakit ini adalah penyakit yang
serius bahkan bersifat fatal. Biasanya yang terkena penyakit ini adalah
pendatang baru di suatu daerah endemis tinggi, ibu hamil dan bayi yang
belum imun. Risiko wanita hamil tertular malaria lebih besar sepuluh kali
lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil (Tapan, 2004). Bayi
yang dilahirkan dari ibu yang darahnya mengandung parasit malaria akan
mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) (Walter dan jacob, 2011).

2.8.1.4 paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,


prematur / jumlah kelahiran, dan abortus / jumlah keguguran. Sedang dalam
arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas
dikatakan tinggi bila seorang ibu / wanita melahirkan anak ke empat atau
lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi
kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering
mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
letak bayi sungsang ataupun melintang (Sudaryanto, 2012).
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik lahir meninggal maupun lahir hidup. Paritas yang berisiko
melahirkan BBLR adalah paritas 0 yaitu bila ibu pertama kali hamil dan
mempengaruhi kondisi kejiwaan serta janin yang dikandungnya, dan paritas
lebih dari 4 dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya kondisi ibu
belum pulih jika hamil kembali. Paritas yang aman ditinjau dari sudut
kematian maternal adalah paritas 1-4 (Sistriani, 2008). Menurut
Windari(2011) Ibu yang termasuk dalam paritas 2-4 telah memiliki

Program Studi Gizi STIKes Binawan


19

pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya sehingga lebih mampu


menjaga kehamilan dan lebih siap menghadapi persalinan yang akan
dihadapi. Fungsi organ reproduksi ibu dengan paritas 2-4 juga belum
mengalami kemunduran sehingga organ reproduksi dapat berfungsi dengan
baik sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin yang
lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori dalam DepKesRI (2010) bahwa
kondisi uterus yang sangat baik sebagai tempat insersi plasenta, maka fungsi
plasenta yang menghubungkan dan mengalirkan darah ibu ke janin yang
mengandung makanan, oksigen dan zat-zat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu yang mengalami persalinan > 5 kali secara fisik juga
memilik risiko tinggi karena organ reproduksi ibu mengalami kelelahan
terutama pada otot rahim yang sering melahirkan (Astuti, 2016). Semakin
banyak jumlah kehamilan, baik bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup
maupun mati dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil (Istiany dan
Rusilanti, 2013).
Ibu yang pernah melahirkan anak lebih dari tiga kali berisiko
melahirkan bayi BBLR, hal ini dikarenakan keadaan rahim biasanya sudah
lemah dikarenakan oleh alat-alat reproduksi yang sudah menurun sehingga
sel-sel otot mulai melemah dan bagian tubuh lainnya sudah menurun
sehingga dapat menyebabkan dan meningkatkan kejadian BBLR (khoiriah,
2017). Menurut penelitian terdahulu yang diteliti oleh Suci (2013) di Rsup
Dr. Mohammad Hoesin Palembangdari total 113 responden didapati
sebanyak 60 responden (53,1%) yang memiliki paritas risiko tinggi.

2.8.1.5 Usia Ibu Saat Hamil

Ibu hamil dengan usia > 35 tahun memiliki risiko tinggi karena
pada usia tersebut organ reproduksi telah mengalami penurunan fungsi
sehingga mudah terjadi penyakit pada ibu, serta jalan lahir tidak lentur lagi
atau kaku. Dampaknya bayi akan mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR). Dan juga hasil penelitian yang didapatkan bahwa angka kejadian

Program Studi Gizi STIKes Binawan


20

bayi BBLR sebesar 20% yang dilahirkan dari ibu yang berusia < 19 tahun.
Dikemukakan juga terdapat hubungan antara usia wanita < 19 tahun dengan
melahirkan bayi BBLR (Astuti, 2016). Pada ibu yang tua meskipun sudah
berpengalaman, tetapi kondisi badan serta kesehatannya sudah mulai
menurun serta dapat mempengaruhi janin intrauterine dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Kelahiran BBLR tampak meningkat pada
wanita berusia diluar usia 20 sampai 35 tahun (Rahayu, 2013).
Ibu hamil yang berusia terlalu muda atau masih remaja
cenderung memiliki berat badan kurang dari normal dan mengalami
pertambahan berat badan yang kurang selama hamil. Di samping itu, tubuh
remaja tersebut pada umumnya kurang matang atau belum sempurna untuk
menjalani proses kehamiln. Akibatnya, bayi lahir dengan BBLR. Usia 25-
34 tahun merupakan usia yang paling baik untuk menjalani proses
kehamilan dan melahirkan bayi (Istiany dan Rusilanti, 2013).
2.8.1.6 Status Bekerja

Didapatkan hasil bahwa sebanyak 25% ibu hamil yang bekerja


termasuk melakukan pekerjaan rumah dapat meningkatkan kemungkinan
terhadap persalinan prematur, setidaknya tiga minggu lebih awal dari
perkiraan persalinan. Para peneliti melihat bahwa tugas membosankan
seperti pekerjaan rumah tangga bisa meningkatkan tingkat hormon stres
sehingga persalinan bisa terjadi lebih awal dari perkiraan. Penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal Perinatal Epidemiology tersebut juga melaporkan
beberapa hasil temuan menarik lainnya, misalnya wanita bekerja pada
malam hari cenderung memiliki bayi BBLR.
Ibu yang tidak bekerja mudah dalam menjangkau pelayanan
kesehatan untuk memperoleh pemeriksaan kehamilan yang sama kualitsnya
dengan ibu bekerja. Ibu yang tidak bekerja dan ibu bekerja juga dapat
memperoleh informasi tentang kehamilan dan persalinan yang sama
lengkap karena dekatnya petugas pelayanan kesehatan dan kualitas tenaga
kesehatan yang sama baik. Setiap ibu hamil baik yang tidak bekerja maupun
yang bekerja juga memperoleh kesempatan yang sama untuk menerima
jaminan biaya persalinan melalui Jamkesmas atau sekarang masuk dalam

Program Studi Gizi STIKes Binawan


21

program BPJS. Kesempatan yang sama antara ibu bekerja dan tidak bekerja
berkaitan dengan kehamilan sampai dengan persalinan ini dapat mengurangi
risiko lahirnya BBLR pada ibu yang tidak bekerja (Windari, 2014).Seorang
ibu hamil yang harus melakukan pekerjaan secara fisik yang terlalu berat,
biasanya memiliki status gizi yang rendah apabila tidak diimbangi dengan
asupan makanan dalam jumlah yang cukup dan bergizi (Istiany dan
Rusilanti, 2013).
2.8.1.7 Pengukuran Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah suatu cara


untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) Wanita Usia
Subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan
karna pengukuran sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Salah
satu tujuan dilakukannya pengukuran ini adalah mengetahui risiko KEK,
WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang
mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah. Ibu hamil yang
mempunyai ukuran LLA kurang dari 23,5 cm berisiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Supariasa et al, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Nurul (2016) di BPS Artiningsih Surabaya
menunjukkan dari 33 responden sebagian besar (66,7%) 22 responden
mempunyai lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.

2.8.1.8 Tinggi Badan Ibu

Tinggi badan adalah ukuran tubuh linier yang diukur dari ujung
kaki sampai kepala. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan
menggunakan mikrotoa (microtoise)(Supariasa, 2012).Hasil analisis
hubungan antara tinggi badan dengan kejadian BBLR diperoleh bahwa ada
sebanyak (14,3%) subyek yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm
(risiko) melahirkan bayi BBLR, sedangkan diantara subyek yang memiliki

Program Studi Gizi STIKes Binawan


22

tinggi badan lebih dari 145 cm (tidak risiko), ada 6 (85,7%) subyek yang
melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,182 maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan kejadian
BBLR (Trihardian, 2011).

2.8.2 Faktor Lingkungan

2.8.2.1 Merokok

Ibu merokok selama kehamilan meningkatkan risiko terjadinya


kondisi kesehatan preanatal pascanatal pada bayi. Menurut perkiraan
penelitian, merokok selama kehamilan berkaitan dengan 20-30% kasus bayi
BBLR dan 10% kasus kematian bayi. Angka insidensi bayi BBLR dari ibu
yang merokok dua kali lebih besar dari ibu yang tidak merokok. Ibu tidak
merokok yang terpapar asap rokok di lingkungan (environmental tobacco
smoke, ETS) juga berisiko lebih besar melahirkan bayi yang BBLR.
Konsumsi rokok menyebabkan racun masuk ke aliran darah ibu hamil dan
dapat merusak plasenta, sehingga dapat merusak sumber nutrisi bagi bayi
dalam kandungan (McKenzie, dkk, 2007).

Umumnya penyakit yang ditimbulkan oleh rokok sangat


dipengaruhi oleh zat-zat racun yang terkandung dalam rokok seperti nikotin,
tar, CO, dan jenis alkaloida lain. Konsumsi tembakau kunyah dan
penggunaan tembakau untuk terapi akan meningkatkan kadar nikotin dalam
darah dan cairan amniotik. Nikotin di sinyalir berpengaruh besar dalam
menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi (Suhartini, 2013).
Beberapa penyakit dengan etiologi perokok, baik perokok aktif maupun
pasif, adalah penyakit jantung koroner, penyakit paru kronis, tumor paru,
impotensi, dan gangguan sistem reproduksi. Selain itu, salah satu
bahayamerokok adalah gangguan kehamilan dan janin (Rahimi Bening,
2011). Sebuah penelitian terkini yang dilaporkan oleh American Heart
Asssociation 2006 Scientific Sessions menunjukkan bahwa ibu yang
merokok pada awal-awal kehamilan berpotensi 60% lebih tinggi melahirkan

Program Studi Gizi STIKes Binawan


23

bayi dengan kematian dan peningkatan risiko kanker dalam 7 tahun pertama
kehidupan anak (Morris, 2014).

2.8.1.9 Konsumsi Alkohol

Konsumsi berat alkohol pada ibu hamil dapat menyebabkan


suatu kondisi yang dikenal sebagai fetal alkohol syndrome (FAS), yang
ditandai dengan berkurangnya berat lahir rendah dan panjang lahir (Astuti,
2016). Sekelompok abnormalitas yang mencakup keterbelakangan
pertumbuhan, penampakan abnormal wajah dan kepala, dan berkurangnya
fungsi sistem saraf pusat, termasuk keterbelakangan mental. Tingkat
konsumsi alkohol yang aman selama kehamilan memang tidak pernah
ditetapkan, tetapi beberapa efek yang negatif telah dikaitkan dengan
konsumsi berat alkohol selama bulan-bulan pertama kehamilan. Umumnya
selama kehamilan sangat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi alkohol
(Mckenzie, dkk. 2007).

Konsumsi alkohol sebanyak 20 gram saja dapat menyebabkan


janin mengalami hambatan perkembangan dan bernapas. Alkohol
memberikan efek teratogenik, yaitu dapat menyebabkan kelainan pada
janin. Sebanyak 10% wanita yang mengonsumsi 1,5-8 minuman
beralkohol/minggu (tiap minuman mengandung 18ml alkohol) dan 30%
wanita yang mengonsumsi alkohol > 8 minuman/minggu dapat juga
melahirkan bayi dengan fetal alcohol syndrome (FAS). Bayi dengan FAS
memiliki saraf pusat, jantung, dan genitourinari yang tidak normal serta
gangguan pertumbuhan (Fikawati, dkk, 2015).

Program Studi Gizi STIKes Binawan


24

BAB III
KERANGKA KONSEP, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Berbagai hubungan faktor-faktor penyebab BBLR dapat


dibagi menjadi faktor ibu yaitu status anemia, hipertensi, malaria, paritas,
umur ibu, status pekerjaan, LLA, tinggi badan. Sedangkan faktor
lingkungan terdiri dari merokok dan konsumsi alkohol berdasarkan tinjauan
pustaka, maka kerangka teori pada penelitian ini adalah pada gambar 3.1
Faktor Ibu :
-Anemia
-Riwayat penyakit
(hipertensi,
malaria)
-Paritas
-Umur ibu
Kejadian
-Status pekerjaan
BBLR
-LLA
-Tinggi badan
-Pengetahuan
perawatan bayi
BBLR

Faktor Lingkungan:
-Merokok
-Alkohol

Gambar 3.1

Sumber : Mendri 2010, Fikawati 2014, Gibney 2009, Tapan 2004, Supariasa
2012, Sistriani 2008, Astuti 2016, McKenzie 2007, Suhartini 2013, Swara
2013, Istiany dan Rusilanti 2013.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


25

3.2 Kerangka Konsep

Dikarenakan oleh adanya beberapa keterbatasan dalam


penelitian ini, maka penulis tidak meneliti semua variabel yang ada pada
kerangka teori diatas. Peneliti hanya akan meneliti variabel-variabel yang di
gambarkan pada kerangka konsep dalam gambar 3.2. variabel independen
terdiri dari anemia, paritas, status pekerjaan, tinggi badan ibu, riwayat
penyakit,pengetahuan perawatan bayi BBLR.

Gambar 3.2

Kerangka konsep :

Variable independen variable dependen

1.Anemia
Kejadian BBLR
2.Paritas

3.Status Pekerjaan

4.Tinggi Badan Ibu

5.Riwayat Penyakit
(Hipertensi, Malaria)

6.Pengetahuan
Perawatan bayi BBLR

3.3 Uji Hipotesis

1. Ada hubungan antara anemia ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
2. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
3. Adanya hubungan antara riwayat penyakit ibu (hipertensi dan malaria)
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk
Jakarta Utara.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


26

4. Adanya hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
5. Adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
6. Adanya hubungan antara pengetahuan perawatan bayi bayi bblr dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta
Utara.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


27

3.4 Definisi Operasional


Tabel 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Dependen

1 Berat bayi Bayi yang lahir dengan berat Timbangan Penimbangan berat badan oleh 1.Ya, berat lahir <2500gr Ordinal
lahir rendah kurang dari 2500 gram petugas kesehatan pada saat 2.Tidak, berat lahir >2500gr
(Mendri, 2015) persalinan

Independen

1. Anemia Penyakit kekurangan darah Kuesioner Pengukuran kadar Hb ibu yang 1.Ya, Hb <11 gr/dl Ordinal
merah yang dialami oleh ibu diperoleh dari kartu ibu 2.Tidak, Hb >11 gr/dl
hamil trimester III.
(Fikawati Sandra, 2014)
2. Paritas Jumlah persalinan yang pernah Kuesioner Observasi dokumen 1.Berisiko bblr >4 Ordinal
dialami ibu 2.tidak berisiko <4
(Sistriani, 2008)
3. Riwayat Suatu keadaan yang tidak Kuesioner Observasi dokumen 1.Ya Ordinal
penyakit menyenangkan yang menimpa 2.Tidak
(malaria dan seseorang sehingga
hipertensi) menimbulkan gangguan aktifitas
seharihari baik aktifitas jasmani,
rohani, dan sosial
(Nasrul, 2011)

Program Studi Gizi STIKes Binawan


28

4. Pengetahuan Perawatan bayi bblr diutamkan Kuesioner Observasi dokumen 1.Tinggi Ordinal
Perawatan pemberian ASI pada bayi, 2.Rendah
Bayi BBLR hindarkan suhu tubuh yang
rendah dengan cara metode
kanguru dan dilakukan
pemijatan pada bayi
(Magdalena, 2012. Muryani dan
Nurhayati, 2009)
5. Status Status ibu bekerja, yang Kuesioner Observasi dokumen 1.Bekerja Ordinal
Pekerjaan dilakukan baik di rumah 2.Tidak bekerja
maupun di luar dan memperoleh
;penghasilan/imbalan
(Istian dan Rusilanti, 2013)
6. Tinggi Tinggi badan diukur dari ujung Kuesioner Hasil pengukuran TB ibu 1. pendek = BBLR Ordinal
Badan ibu kaki smpai kepala. (diperoleh dari buku KIA) 2. tinggi = tidak BBLR
(Supariasa, 2012)

Program Studi Gizi STIKes Binawan


29

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross


sectional yaitu pengumpulan data variabel dependen dan independen pada
satu waktu yang bersamaan dan satu tempat yang sama. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor kejadian BBLR di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara anemia ibu
hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah di Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priuk Jakarta Utara tahun 2017.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tanjung


Priuk Jakarta Utara tahun 2017, dengan menggunakan data primer periode
1 Januari-31 Desember 2017. Penelitian pengambilan data serta pengolahan
ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan pada bulan Januari-Maret 2018.

4.3 Subjek Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi ibu yang melahirkan bayi di wilayah Puskesmas


Kecamatan Tanjung Priok sebesar 1087 ibu.

4.3.2 Sampel

Sample dalam penelitian, kriteria sampel meliputi kriteria


inklusi dan eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya
sampel tersebut digunakan sebgai sampel. Adapun sampel yang diambil
harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Kriteria inklusi
- Ibu melahirkan yang bersedia mengikuti penelitian

Program Studi Gizi STIKes Binawan


30

- Ibu melahirkan yang berdomisili di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk


Jakarta Utara

𝑍𝑎² × P × Q
n=
𝑑²

Keterangan :

n = besar sampel

Zα²= nilai Z pada derajat kemaknaan (1,96)

Q = 1-P

P = proporsi kategori variable yang diteliti, diambil dari penelitian sebelumnya


(0,15%)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan, ditetapkan (0,01)

(1,96)² × 0,15 × (1 ‒ 0,15)


n=
(0,1)²
= 48,9, dibulatkan menjadi 50

Besar sampel yang diperlukan disatu populasi adalah 50 sampel.

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simpel random sampling.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Kuesioner
2. Microtoise

4.6 Prosedur pengambilan data

4.6.1 Tahap Persiapan

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa tahapan


persiapan sebagai berikut :

Program Studi Gizi STIKes Binawan


31

a. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketuaprogram studi gizi STIKes


Binawan.
b. Mengajukan permohonan izin ke Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk untuk
melakukan penelitian serta melakukan pengambilan data awal berupa jumlah
ibu hamil untuk menentukan populasi dan sampel.
c. Melakukan uji kuesioner pengetahuan gizi yang sudah tervalidasi kepada
beberapa ibu yang sudah melahirkan bayi untuk dilihat apakah kuesioner
mudah dipahami atau tidak dan menganalisis hasilnya.
d. Melakukan training dan pembagian tugas pada 3 enumerator yang berlatar
belakang pendidikan gizi untuk membantu membagikan kuesioner.

4.6.2 Tahap Pelaksanaan

Berikut merupakan tahapan yang dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian :


a. Setelah mendapatkan responden yang termasuk kedalam kriteria, kemudian
sampel diminta persetujuan (informed consent) sebagai sampel penelitian dan
menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
b. Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapat dari hasil wawancara
dan pengisian kuesioner.
c. Cara pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara :
1) Data didapat dari pengisian kuesioner yang telah disediakan.
2) Data antropometri (tinggi badan) didapat dengan melakukan pengukuran
menggunakan microtoise.
d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.
e. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diinput dan diolah/dianalisis dengan
program komputer.
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


32

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data serta variabel


independen (BBLR) dan independen (anemia, riwayat penyakit ibu, paritas,
status pekerjaan, tinggi badan ibu hamil, dan pengetahuan tentang
perawatan bblr) yang disajikan secara deskriptif dengan menggunakan
software statistik.

4.7.2 Analisis Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara


variabel bebas (anemia, paritas, status pekerjaan, riwayat penyakit, tinggi
badan ibu, dan pengetahuan perawatan bblr) dan variabel terikat (BBLR).
Analisis ini menggunakan uji Chi-Square dengan tingkatan kemaknaan atau
p-value<0,05, maka disimpulkan ada hubungan bermakna antara variabel
dependen dan variabel independen. Jika yang dihasilkan uji statistik adalah
p-value>0,05 maka Ho ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
variabel dependen dan variabel dependen.

Perhitungan uji chi-square menggunakan rumus :

∑(0 ‒ E) 2
2
x =
[ 𝐸 ]
Keterangan:
2
𝑥 = Nilai Chi-Square
0= Nilai yang diobservasi
E = Nilai yang diharapkan

4.8 Etika Penelitian

Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah dalam


penelitian ini, etika penelitian merupakan komponen yang harus ada di

Program Studi Gizi STIKes Binawan


33

dalam penelitian. Beberapa aspek etika penelitian yang harus diperhatikan


adalah:

Program Studi Gizi STIKes Binawan


34

4.8.1 Informed consent

Para ibu hamil yang menjadi responden pada penelitian ini tidak
boleh berada dalam kondisi keterpaksaan. Artinya tidak ada pemaksaan
yang dilakukan peneliti terhadap ibu hamil untuk menjadi responden. Oleh
karena itu, sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu ibu hamil diminta
untuk menandatangani surat kesediaan menjadi responden. Sebelum
menandatangani informed consent, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.

4.8.2 Anominity

Data mengenai responden perlu dijaga kerahasiaannya. Untuk


menjaga kerahasiaan responden, terutama identitas keluarga, maka peneliti
tidak menggunakan nama responden melainkan menggunakan kode
responden.

4.8.3 Beneficence

Penelitian memberikan manfaat. Manfaat dalam penelitian ini


bukan hanya untuk kepentingan peneliti semata melainkan untuk
kepentingan pihak-pihak lain yang terkait, terutama responden. Manfaat
yang diperoleh responden antara lain dapat meningkatkan kesadaran
mengenai status Hb yang rendah (anemia), banyaknya anak yang telah
dilahirkan (paritas), status bekerja, penyakit ibu maupun penyakit infeksi,
tinggi badan ibu. Para ibu hamil diharapkan juga dapat mencapai status gizi
yang normal agar terhindar dari melahirkan bayi berat badan lahir rendah.

4.8.4 Confidentiality

Pelaksanaan penelitian perlu memperhatikan keselamatan dan


kenyamanan responden. Oleh karena itu, pada saat pengumpulan data
dilakukan, responden dipastikan dalam kondisi yang nyaman dan
lingkungan yang tenang sehingga informasi yang diberikan responden tepat.
Bentuk pelaksanaan confidentiality pada penelitian ini adalah peneliti
mendatangi responden untuk melakukan pengumpulan data, selanjutnya

Program Studi Gizi STIKes Binawan


35

ditanyakan kesediaan waktu untuk mengisi kuesioner. Bila belum siap,


pengumpulan data dilakukan pada waktu berikutnya.

4.8.5 Justice

Setiap responden pada penelitian ini mendapat perlakuan dan


hak yang sama, tidak ada diskriminasi gender, suku dan unsur lainnya. Hal
ini dimaksudkan agar hasil penelitian menggambarkan realitas yang
sebenarnya. Aspek justice ini peneliti wujudkan melalui pengambilan
sampel secara random, sehingga siswi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi responden.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


36

BAB V
HASIL, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Gambaran PuskesmasKecamatanTanjung Priok Jakarta Utara
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah DaerahTingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan
olehWalikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas
KesehatanKabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu
puskesmas adalahsekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih
luas, dibantu olehPuskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas
di Ibukota Kecamatandengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,
merupakan ”PuskesmasPembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan
bagi puskesmas kelurahan danjuga mempunyai fungsi koordinasi.

Wilayah kerja puskesmas kecamatan Tanjung Priok Jakarta


Utara meliputi satu kecamatan atau sebagian darikecamatan. Faktor kepada
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik,dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuanwilayah
kerja puskesmas.

Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :

1. Promotif (peningkatan kesehatan)

2 .Preventif (upaya pencegahan)

3. Kuratif (pengobatan)

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak


membedakanjenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan
sampai meninggal. Adapun letak geografis sebagai berikut:

Program Studi Gizi STIKes Binawan


37

a. Luas wilayah :

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
nomor : 1251 Tahun 1986, luas wilayah Kecamatan Tanjung Priok adalah
25,12Km2, yang terdiri atas 103 RW dan 1272 RT dengan luas masing-masing
kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Sunter Agung : 7,0226 Km2

2. Kelurahan Sunter Jaya : 4,5817 Km2

3. Kelurahan Kebon Bawang : 1,7270 Km2

4. Kelurahan Papanggo : 2,8018 Km2

5. Keluarahan Warakas : 1,0884 Km2

6. Kelurahan Sungai Bambu : 2,3640 Km2

7. Kelurahan Tanjung Priok : 5,5400 Km2

b. Batas wilayah :

Utara : Pantai Laut Jawa.

Timur : Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Kelapa Gading.

Selatan : Jalan Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran.

Barat : Kecamatan Pademangan.

Topologi merupakan suatu wilayah dengan ketinggian 0,5 – 1 M di atas permukaan


laut.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


38

5.1.2Analisa Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian bblr, anemia, paritas, tinggi badan, status pekerjaan,
dan pengetahuan
Variabel N (%)
Kejadian BBLR
BBLR 16 (32%)
Tidak BBLR 34 (68%)
Kejadian anemia
Anemia 19 (38%)
Tidak anemia 31 (62%)
Paritas
Multipara 43 (86%)
Berisiko bblr 7 (14%)
Tinggi badan
Pendek 2 (4,0%)
Tinggi 48 (96%)
Status pekerjaan
Bekerja 16 (32%)
Tidak bekerja 34 (68%)
Pengetahuan
Baik 18 (34%)
Kurang 32(64%)
Riwayat penyakit
Memiliki penyakit 7(14%)
Tidak memiliki penyakit 43 (86%)
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel.2 diatas diketahui bahwa bayi yang tergolong


kedalam kategori BBLRsebanyak 16 balita (32%), sedangkan bayi yang
tidak mengalami BBLRatau normal ada 34 orang (68%). Responden ibu
yang tergolong kedalam kategori anemiasebanyak 19 ibu (38%), sedangkan
ibu yang tidak mengalami anemiaatau normal ada 31 orang (62%).
Responden ibu yang tergolongmempunyai anak <4 sebanyak 43 ibu (86%),
sedangkan ibu yang memiliki anak >4 ada 7 orang (14%). Responden ibu
yang tergolongmemiliki tinggi badan <145cm sebanyak 2 ibu (4%),
sedangkan ibu yang memiliki tinggi badan >145cm sebanyak 48 ibu (48%).
Responden ibu yang memiliki pekerjaan sebanyak 16 ibu (32%), sedangkan
ibu yang tidak bekerja sebanyak 34 ibu (68%). Responden ibu yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 18 ibu (36%), sedangkan ibu memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 32 ibu (64%). Responden ibu yang memiliki

Program Studi Gizi STIKes Binawan


39

riwayat penyakit sebanyak 7 ibu (14%), sedangkan ibu tidak memiliki


riwayat penyakit sebanyak 43 ibu (86%).

5.2.2 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing


– masing variabel dependen dengan variabel independen. Varibel dependen
dalam penelitian ini adalah berat badan lahir rendah (BBLR) dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah anemia, parita, tinggi badan,
pekerjaan, pengetahuan dan penyakit.Hubungan kedua variabel tersebut
dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Tabel 3.
Hubungan Antara anemia ibu hamil, paritas, tinggi badan, status pekerjaan,
riwayat penyakit, dan pengetahuan ibu terhadap kejadian bblr

Variabel Kategori Kejadian BBLR Total OR P-Value


Ya Tidak (95% CI)
N % N % N %
Anemia Anemia 9 47,3 10 52,6 19 100 3,086 0,068
Tidak 7 22,5 24 77,4 31 100 (0,899-10,587)
anemia
Paritas Multipara 11 25,5 32 74,4 43 100 0,138 0,016
Berisiko 5 71,4 2 28,5 7 100 (0,023-0,813)
bblr
Tinggi badan Pendek 1 50 1 50 2 100 2,200 0,578
Tinggi 15 31,2 33 69 48 100 (0,129-37,58)
Status Bekerja 5 31,2 11 69 16 100 0,950 0,938
pekerjaan Tidak 11 32,3 23 68 34 100 (0,265-3,412)
bekerja
Pengetahuan Tinggi 4 22,2 14 78 18 100 0,476 0,266
Rendah 12 39 20 63 32 100 (0,127-1,786)
Riwayat Memiliki 4 57,1 3 43 7 100
penyakit penyakit 3,44
Tidak 12 28 31 72 43 100 (0,669-17,73) 0,699
memiliki
penyakit
Sumber: Data Primer

Program Studi Gizi STIKes Binawan


40

Dari hasil tabel 3 diatas analisis hubungan antar anemia dengan


kejadian BBLR diperoleh bahwa diantara responden dengan kelompok
anemia yang termasuk kedalam kategori BBLR terdapat 9 responden
(47,36%). Sedangkan diantara responden dengan kelompok tidak anemia
mendapatkan hasil sebanyak 7 responden (22,5%). Berdasarkan hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value 0,068. Hal ini menunjukkan P-value ≥0,05
artinya tidak ada hubungan yang bermakna anatara anemia dengan kejadian
BBLR. Hasil analisis hubungan antar paritas dengan kejadian BBLR
diperoleh bahwa diantara responden dengan kelompok memiliki anak <4
yang termasuk kedalam kategori BBLR terdapat 11 responden (25,5%).
Sedangkan diantara responden dengan kelompok memiliki anak >4
mendapatkan hasil sebanyak 5 responden (71,4%). Berdasarkan hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value 0,016 dan OR 0,138, hal ini menunjukkan
P-value ≤0,05 artinya ada hubungan yang bermakna anatara paritas dengan
kejadian BBLR, dan berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa paritas
berpengaruh sangat lemah terhadap kejadian bblr. Hasil analisis hubungan
antar tinggi badan dengan kejadian BBLR diperoleh bahwa diantara
responden dengan kelompok memiliki tinggi badan <145 yang termasuk
kedalam kategori BBLR terdapat 1responden (50%). Sedangkan diantara
responden dengan kelompok memiliki tinggi badan >145 mendapatkan
hasil sebanyak 15 responden (31,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai P-value 0,578. Hal ini menunjukkan P-value ≥0,05 artinya
tidak ada hubungan yang bermakna anatara tinggi badan dengan kejadian
BBLR. Hasil analisis hubungan antar pekerjaan dengan kejadian BBLR
diperoleh bahwa diantara responden dengan kelompok bekerja yang
termasuk kedalam kategori BBLR terdapat 5 responden (31,25%).
Sedangkan diantara responden dengan kelompok tidak bekerja
mendapatkan hasil sebanyak 11 responden (32,3%). Berdasarkan hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value 0,938. Hal ini menunjukkan P-value ≥0,05
artinya tidak ada hubungan yang bermakna anatara pekerjaan dengan
kejadian BBLR. Hasil analisis hubungan antar pengetahuan dengan
kejadian BBLR diperoleh bahwa diantara responden dengan kelompok

Program Studi Gizi STIKes Binawan


41

pengetahuan baik yang termasuk kedalam kategori BBLR terdapat 4


responden (22,2%). Sedangkan diantara responden dengan kelompok
pengetahuan kurang mendapatkan hasil sebanyak 12 responden
(39%).Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,266. Hal ini
menunjukkan P-value ≥0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna
anatara pengetahuan dengan kejadian BBLR. Hasil analisis hubungan antar
penyakit dengan kejadian BBLR diperoleh bahwa diantara responden
dengan kelompok memiliki penyakit yang termasuk kedalam kategori
BBLR terdapat 4 responden (57,1%). Sedangkan diantara responden dengan
kelompok tidak memiliki penyakit mendapatkan hasil sebanyak 12
responden (28%).Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value
0,124. Hal ini menunjukkan P-value ≥0,05 artinya tidak ada hubungan yang
bermakna anatara penyakit dengan kejadian BBLR.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


42

5.3 Pembahasan

5.3.1Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara anemia


ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) diperoleh nilai
p-value = 0,068, dengan p ≥ 0,05, maka hipotesis yang diajukan sebelum
penelitian dilakukan ini tidak terbukti yaitu “Ada hubungan antara anemia
ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan
Tanjung Priuk Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal ini sejalan dengan
peneltian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanifah Lilik di Surakarta
mengenai hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara anemia ibu hamil dengan
kejadian BBLR.

Berdasarkan teori yang ada menurut Nakita (2013) Kekurangan


zat besi dapat mengganggu pembentukkan sel darah merah, sehingga terjadi
penurunan Hb yang berisiko perdarahan, kematian ibu melahirkan, juga
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu
kurang dari 2500 gram. BBLR adalah awal dari masalah kekurangan gizi
pada bayi dan balita.
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat
bayi yang dilahirkan. Anemiapada ibu hamil akan menambah risiko
mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risikoperdarahan sebelum
dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
danbayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini
disebabkan karena kurangnyasuplai darah nutrisi akan oksigen pada
plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin
(Sudaryanto, 2013).
5.3.3 Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara paritas


ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) diperoleh nilai
p-value = 0,001, dengan p ≤ 0,05, maka hipotesis yang diajukan sebelum

Program Studi Gizi STIKes Binawan


43

penelitian dilakukan ini terbukti yaitu “Ada hubungan antara paritas ibu
hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fatimah dan Siti Nurhaisyah, mengenai
hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di RS Koja Jakarta Utara
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan
kejadian BBLR.

Berdasarkan teori yang ada menurut Sistriani (2008)Paritas


adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
meninggal maupun lahir hidup. Paritas yang berisiko melahirkan BBLR
adalah paritas 0 yaitu bila ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi kondisi
kejiwaan serta janin yang dikandungnya, dan paritas lebih dari 4 dapat
berpengaruh pada kehamilan berikutnya kondisi ibu belum pulih jika hamil
kembali. Paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal adalah
paritas 1-4. Menurut Windari (2011) Ibu yang termasuk dalam paritas 2-4
telah memiliki pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya sehingga
lebih mampu menjaga kehamilan dan lebih siap menghadapi persalinan
yang akan dihadapi. Fungsi organ reproduksi ibu dengan paritas 2-4 juga
belum mengalami kemunduran sehingga organ reproduksi dapat berfungsi
dengan baik sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan
janin yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori dalam DepKesRI (2010)
bahwa kondisi uterus yang sangat baik sebagai tempat insersi plasenta, maka
fungsi plasenta yang menghubungkan dan mengalirkan darah ibu ke janin
yang mengandung makanan, oksigen dan zat-zat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin.

5.3.4 Hubungan Antara Tinggi Badan Ibu dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara tinggi


badan ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) diperoleh
nilai p-value = 0,578 dengan p ≥ 0,05, maka hipotesis yang diajukan
sebelum penelitian dilakukan ini tidak terbukti yaitu “Ada hubungan antara

Program Studi Gizi STIKes Binawan


44

tinggi badan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan ole Ulin Nuha (2016)
mengenai hubungan tinggi badan ibu hamil dengan kejadian BBLR yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu hamil
dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori yang ada menurut Supariasan (2012) Tinggi


badan adalah ukuran tubuh linier yang diukur dari ujung kaki sampai kepala.
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan mikrotoa
(microtoise).

5.3.5 Hubungan Antara Pekerjaan ibu dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara


pekerjaan ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
diperoleh nilai p-value = 0,938 dengan p≥ 0,05, maka hipotesis yang
diajukan sebelum penelitian dilakukan ini tidak terbukti yaitu “Ada
hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan ole Rini Septiani
(2015), mengenai hubungan pekerjaan ibu hamil dengan kejadian BBLR
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil
dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori yang ada menurut Windari (2014) ibu yang


tidak bekerja mudah dalam menjangkau pelayanan kesehatan untuk
memperoleh pemeriksaan kehamilan yang sama kualitsnya dengan ibu
bekerja. Ibu yang tidak bekerja dan ibu bekerja juga dapat memperoleh
informasi tentang kehamilan dan persalinan yang sama lengkap karena
dekatnya petugas pelayanan kesehatan dan kualitas tenaga kesehatan yang
sama baik. Setiap ibu hamil baik yang tidak bekerja maupun yang bekerja
juga memperoleh kesempatan yang sama untuk menerima jaminan biaya
persalinan melalui Jamkesmas atau sekarang masuk dalam program BPJS.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


45

Kesempatan yang sama antara ibu bekerja dan tidak bekerja berkaitan
dengan kehamilan sampai dengan persalinan ini dapat mengurangi risiko
lahirnya BBLR pada ibu yang tidak bekerja.

5.3.6 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara


pengetahuan ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
diperoleh nilai p-value = 0,266 dengan p ≥ 0,05, maka hipotesis yang
diajukan sebelum penelitian dilakukan ini tidak terbukti yaitu “Ada
hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan ole Rahmandar
Perinada (2013), mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil dengan
kejadian BBLR di Banda Aceh yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian BBLR.

5.3.7 Hubungan Penyakit Ibu dengan kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara


penyakit ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
diperoleh nilai p-value = 0,124 dengan p ≥ 0,05, maka hipotesis yang
diajukan sebelum penelitian dilakukan ini tidak terbukti yaitu “Ada
hubungan antara penyakit ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018”. Dalam hal
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan ole Suryati (2014),
mengenai hubungan penyakit ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah
kerja puskesmas Air Dingi, Padang yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara penyakit ibu hamil dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori yang ada menurut Gibney dan Michael (2009)


ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit hipertensi atau kenaikan tekanan
darah selama hamil mencerminkan kegagalan sistem kardiovaskuler ibu
dalam beradaptasi terhadap kehamilannya. Keadaan ini dapat mengurangi
aliran darah uteroplasenta dan pasokan nutrisi ke tubuh janin sehingga

Program Studi Gizi STIKes Binawan


46

terjadi BBLR (Gibney dan Michael, 2009). Laluberdasarkan teori yang ada
menurut Walter dan jacob (2011) bayi yang dilahirkan dari ibu yang
darahnya mengandung parasit malaria akan mengalami berat badan lahir
rendah (BBLR) (Walter dan jacob, 2011).

5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan baik murni dari peneliti,


metode yang digunakan serta keadaan diluar kemampuan peneliti. Adapun
keterbatasan yang ada pada penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional , yaitu penelitian yang


dilakukan pada saat ini dengan pengambilan data dependen dan independen
dalam waktu yang bersamaan. Metode ini tidak dapat digunakan untuk
melihat masalah sebab-akibat terjadinya BBLR pada bayi. Tidak diketahui
faktor-faktor yang mana yang lebih dahulu atau utama menyebabkan
terjadinya BBLR.
2. Keterbatasan dalam penelitian diantaranya data di dalam penelitian ini
merupakan data primer yang diambil dengan menggunakan kuesioner yang
diisi dengan metode wawancara langsung oleh responden dengan cara
mendatangi rumah responden, responden pada saat diwawancarai sambil
mengasuh bayi sehingga konsentrasinya dapat terganggu atau terbagi dua dan
akhirnya enumerator harus bersabar untuk mendapatkan data yang berada
didalam kuesioner penelitian.
3. Peneliti pada saat datang kerumah responden, respondennya merasakan
ketidak nyamanan kedatangan peniliti dikarenakan peniliti tidak didampingi
oleh kader atau pihak posyandu.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


47

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai “Hubungan Antara Riwayat
Anemia Ibu Hamil Dan Pengetahuan Perawatan Bayi Dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk
Jakarta Utara Tahun 2017”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:

1. Dari 50 responden ibu yang memiliki bayi di Kecamatan Tanjung Priok


Jakarta Utara Tahun 2018 terdapat 16 bayi (32%) yang mengalami BBLR,
sedangkan bayi yang tidak mengalami BBLRatau normal ada 34 orang
(68%).
2. Hasil dari kategori responden berdasarkan anemia dalam penelitian termasuk
kedalam kategori anemiasebanyak 19 ibu (38%), sedangkan ibu yang tidak
mengalami anemiaatau normal ada 31 orang (62%).
3. Hasil dari berdasarkan kategori paritas, responden dalam penelitian ini ibu
yang tergolongmempunyai anak <4 sebanyak 43 ibu (86%), sedangkan ibu
yang memiliki anak >4 ada 7 orang (14%).
4. Hasil dari kategori tinggi badan responden penelitian ibu yang
tergolongmemiliki tinggi badan “pendek” sebanyak 2 ibu (4%), sedangkan
ibu yang memiliki tinggi badan “tinggi” sebanyak 48 ibu (48%).
5. Hasil dari kategori pekerjaan responden ibu yang memiliki pekerjaan
sebanyak 16 ibu (32%), sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 34 ibu
(68%).
6. Hasil dari kategori pengetahuan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 18 ibu (36%), sedangkan ibu memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 32 ibu (64%).
7. Hasil dari kategori penyakit bahwa ibu yang memiliki penyakit sebanyak 7
ibu (14%), sedangkan ibu tidak memiliki penyakit sebanyak 43 ibu (86%).

Program Studi Gizi STIKes Binawan


48

8. Tidak ada hubungan antara anemia ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018
9. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (p=0,001) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2018.
10. Tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu hamil dengan kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
tahun 2018.
11. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.
12. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.
13. Tidak ada hubungan antara penyakit ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (p=0,068) di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun
2018.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


49

6.2 Saran

1. Sebaiknya posyandu lebih meningkatkan atau memperbanyak motivasi


sosialisasi pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Tentang
himbauan:
a. penyuluhan terhadap setiap ibu hamil oleh kader ahli gizi dan kader
posyandu.
b. himbauan penting terhadap jumlah anak yang dimiliki sebelumnya
oleh ibu hamil.
2. Diharapkan bagiPuskesmas Kecamatan Tanjung Priok untuk meningkatkan
sosialisasi dukungan program keluarga berencana melalui edukasi ataupun
penyuluhan mengenai program tersebut terhadap wanita usia subur, yang
akan merencanakan kehamilan dan terutama ibu yang sudah lebih dari 4x
melakukan persalinan.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


50

DAFTAR PUSTAKA

Aliyu MH, Luke S, Kristensen S, Alio AP, Salihu HM. 2012. The Factors Risk of Low
Birth Weight: a popilation-based study in Karachi. J Adolesc Health 2012.

Astuti Sri. 2016. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung. Erlangga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Tetanus Dan Neonatorum Dan


Berat Badan Lahir Rendah. Depkes RI. Jakarta.

Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012. Surabaya.

Fikawati Sandra, Syafiq Ahmad, Krima Khaula. 2015. Gizi Ibu Dan Bayi. Jakarta.
PT Rajagrafindo Persada.

Fatimah, Jamil Siti. 2015. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi Di RS Koja.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta.

Gibney, Michael J. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.

Hamidah, Alviani Riri.2016. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Anemia


Pada Ibu Hamil. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan.

Istiany Ari Dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Khoiriah Annisa. 2017. Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.

Lee, H.K dkk. 2013. Analysis of the Prevalence and Risk Factors of Malnutrition
among Hospitalized Patients in Busan. Busan : The Korean Society of Food
Science and Nutrition.

Magdalena Veronica, G.J Sandra. 2015.Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan. Manado.

Mckenzie James, Pinger Robert R, Kotecki Jerome E. 2007. Kesehatan


Masyarakat. Buku Kedokteran EGC.

Mendri dan Prayogi Agus. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Risiko Tinggi.
Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Muryani Anik, Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada


Neonatus. Jakarta Timur. CV Trans Info Media.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


51

Morris Jacqueline C. 2014. Pedoman Gizi Pengkajian Dan Dokumentasi.


Burlington. EGC.

Nakita. 2013. Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta. Danone Institute.

Nadesul Hendrawan.2009. Kiat Sehat Pranikah. Jakarta. Buku Kompas.

Nasrul Fakhrudin. 2011.Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit Dengan


Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jurnal Kesmasdaska. Surakata.

Nur Wafi. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta. Citramaya.

Nuha Ulin. 2016. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Ponorogo.
Ponorogo.

Parulian Intan. 2016. Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia Pada


Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya. Jakarta.

Pemilu Eny.2016. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan
Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis Bblr.

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta.


Nuha Medika

Prasetyowati. 2014. Hubungan Hipertensi Dan Kurang Energi Kronis Dalam


Kehamilan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

Proverawati Atikah, Ismawati Cahyo. 2010. BBLR Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta. Nuha Medika.

Putri Anisa. 2014. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2013. Samarinda.
Manuskrip Publikasi.

Rahayu Mai. 2013. Pengaruh Karakteristik Perilaku Dan Sosial Ekonomi Ibu
Terhadap Kelahiran Bayi BBLR Di Kabupaten Sidoarjo.

Rahimi Bening. 2011. Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif Dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah Di Surakarta. Skripsi.

Restiani Riska. 2013.Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR).

Program Studi Gizi STIKes Binawan


52

Reza Chaerul, Puspitasari Nunik. 2014. Determinan Bayi Dengan Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Biometrik Dan Kependudukan. Surabaya.

Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013.

Sistriani. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas ANC yang Berisiko Terhadap
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi pada Ibu yang Periksa
Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas. Tesis.
Semarang

Suci Sulistyorini. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi


Berat Lahir Rendah Di Irna Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rsup Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.

Sudaryanto. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir. Artikel

Kesehatan : Happy Land Medical Cantre


[Online].Http://Www.Rshappyland.Com/Index.Php/Artikelkesehatan/483-
Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Berat-Lahir. (Diakses 5 Desember
2017).

Suhartini. 2013. Pengaruh Faktor Gizi Merokok Minum Kopi Minum Teh Dan
Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Tesis.

Sulistyoningsih Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta.
Graha Ilmu.

Supariasa I, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.

Suryati. November 2013.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bblr Dl


Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin.Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Swara Bhumi. 2013. Kajian Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan
Keluarga Pra Sejahtera di Desa Lebaksari Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
Tapan Erik. 2004. Dokter Internet. Bogor. Pustaka Populer Obor.

Tri Amalina. 2015. Hubungan Ukuran LILA Ibu Dengan BBLR Di RS Bersalin
Widuri. Jurnal Permata Indonesia. Yogyakarta.

Trihardiani Ismi. 2011. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kota Singkawang.
Semarang. Artikel Penelitian.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


53

United Nations Children’s Fund (UNICEF) and World Health


Organization(WHO). 2014. LowBirth Weight: Country, Regional and
Global Estimates. New York, NY: UNICEF.

Verma Suman, Dkk, 2016.Effect Maternal Nutrition Status In Birth Weight Of


Baby.

Wafi Nur Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta.
Fitramaya.

Walyani Elisabeth Siwi dan Purwoastuti Endang. 2015. Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Walter, Jacob T. 2011. Faqs On Vaccines And Immunization Practices. India.


Jaypee Brothers Medical Publishers.

Wa Ode Asma Isra1, Chriswardani Suryawati, Apoina Kartini. 2014. Evaluasi


Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu Dalam Penurunan Prevalensi Balita Gizi
Buruk Di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia.

WHO. 2012. Worl Health Statistics. http://www.who.int. Diakses tanggal 12


September 2017.

Windari Fitri. 2014. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Penembahan Senopati Bantul
Jogjakarta. Jogjakarta. Naskah Publikasi.

Zulhaida Lubis, Isyatun Mardiyah Syahri. 2015. Pengetahuan Dan Tindakan Kader
Posyandu Dalam Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


54

LAMPIRAN

Program Studi Gizi STIKes Binawan


55

Lampiran 1: Informed Consent

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
TAHUN 2018

Perkenalkan nama saya Rani Permatahati, mahasiswi Program Studi Gizi STIKes
Binawan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi
tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (Bblr) Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun 2018” Untuk itu, saya mohon kesediaan adik untuk mengisi formulir ini
dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Jawaban yang saudari berikan akan
dijaga kerahasiaannya sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, karena data
yang akan ditampilkan merupakan data kumulatif dari seluruh sampel yang diambil.

Jika saudari bersedia, dimohon untuk menandatangani pernyataan dibawah ini.


Dengan ini, saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar
kuesioner yang telah disediakan dibawah ini :

Nama/Inisial :
Alamat :
Umur :
No. Tlp/HP :

Tertanda,
`

(………………………….)

Setelah menandatangani pernyataan diatas, saya mohon ketersediaan


saudari untuk mengisi formulir dibawah ini dengan jujur, tanpa bantuan orang lain
dan sesuai keadaan sebenarnya. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan
terimakasih.

Program Studi Gizi STIKes Binawan


56

Lampiran 2: Kuesioner

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH PUSKESMAS
KECAMATAN TANJUNG PRIOK
JAKARTA UTARA TAHUN 2018

Petunjuk :

1. Pilih salah satu jawaban yang Ibu yakini paling benar dengan memberikan
tanda centang (√).
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti.

Identitas Responden

1. Nama :
2. No. Telepon :
3. Alamat :
4. Umur Ibu :
5. Tinggi badan ibu :
< 145 cm
> 145 cm
6. Pendidikan Formal Terakhir Ibu :

Tidak memiliki ijazah sekolah

Pendidikan dasar

Pendidikan menengah

Pendidikan tinggi

7. Pendidikan Formal Terakhir Suami :

Tidak memiliki ijazah sekolah

Program Studi Gizi STIKes Binawan


57

Pendidikan dasar

Pendidikan menengah

Pendidikan tinggi

8. Pekerjaan Utama Ibu :

Ibu rumah tangga

Pegawai swasta

Pegawai negeri

Wiraswasta (pedagang)

Dan lain-lain, sebutkan ...................

9. Pekerjaan Utama Suami :

Tidak bekerja

Pegawai swasta

PNS/ ABRI/ Polisi

Wiraswasta (pedagang)

Dan lain-lain, sebutkan ...................

10. Pendapatan keluarga dalam sebulan :

< UMR (Rp 3.600.000)

≥ UMR (Rp 3.600.000)

11. Riwayat Penyakit Ibu pada saat hamil :

Hipertensi

Malaria

Tidak Ada

Program Studi Gizi STIKes Binawan


58

Riwayat Kehamilan

1. Nilai Hb pada trimester III kehamilan :

<11 gr/dl

≥ 11 gr/dl

2. Jumlah anak kandung :

<4 anak

≥4 anak

Keadaan Bayi

Ukuran Antopometri Bayi :

Usia Kelahiran Bayi :

<37 Minggu

<42Minggu

>42 Minggu

Berat Badan Bayi Lahir

< 2500 gr

≥ 2500 gr

Jenis Kelamin Bayi :

Perempuan

Laki – laki

Program Studi Gizi STIKes Binawan


59

Lampiran 3: Kuesioner Pengetahuan Perawatan Bayi

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
TAHUN 2018

Petunjuk :

1. Pilih salah satu jawaban yang Ibu yakini paling benar dengan memberikan
tanda silang (x).
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti.

Pengetahuan Ibu

1. Salah satu perawatan bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut :
a. Perawatan dalam inkubator
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pemberian susu formula
2. Kontak langsung antara kulit bayi dengan ibu merupakan salah satu
perawatan bayi dengan berat lahir rendah yang disebut sebagai berikut :
a. Inisiasi Menyusu Dini
b. Metode kanguru
c. Pemberian ASI
d. Kontak kulit ibu-bayi
3. Perawatan bayi dengan metode kanguru dapat dilakukan :
a. Di rumah
b. Di rumah sakit
c. Di rumah dan di rumah sakit
d. Di mana saja boleh
4. Manfaat perawatan dengan metode kanguru pada bayi adalah :

Program Studi Gizi STIKes Binawan


60

a. Bayi lebih aktif bergerak


b. Menstabilkan suhu tubuh bayi
c. Bayi lebih nyaman
d. Bayi lebih lama tidur
5. Fungsi perawatan metode kanguru salah satunya untuk mempertahankan
suhu normal bayi, dimana suhu normal pada bayi baru lahir adalah :
a. 36,5°C-37,5°C
b. 35°C-37°C
c. 36°C-38,5°C
d. 37°C-38°C

Program Studi Gizi STIKes Binawan


61

Lampiran 4: Dokumentasi Buku KIA

Program Studi Gizi STIKes Binawan

Anda mungkin juga menyukai