Anda di halaman 1dari 26

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengambilan Sampel

Tanah yang diuji adalah jenis tanah campuran yaitu batuan lapuk hasil galian
pelimpah samping yang digunakan sebagai bahan material penimbuan pada zona 4 tubuh
bendungan logung, yang berada didesa kandang mas kecamatan dawa kebupaten kudus.
Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis saringan, hydrometer,
berat jenis, batasbatas konsistensi, pemadatan (standar proctor compaction), dan
permeability. Pengambilan sampel tanah terganggu (disturb) sesuai dengan kebutuhan
tanah yaitu minimum sebanyak 25 kg, yang didapatkan dari perhitungan kebutuhan sampel
tanah dengan perhitungan sebagai berikut : 5 kg(berat 1 sampel) x 5 (jumlah kadar
campuran)

3.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis saringan,
kadar air, hydrometer, berat jenis, batasbatas konsistensi, pemadatan (standar proctor
compaction), permeability dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika
Tanah Universitas Semarang yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for
Testing Material (ASTM).

3.3 Benda Uji


1. Tanah yang diuji adalah jenis tanah campuran yaitu batuan lapuk hasil galian
pelimpah samping yang digunakan sebagai bahan material penimbuan pada zona 4
tubuh bendungan logung, yang berada didesa kandang mas kecamatan dawa
kebupaten kudus. Tanah tersebut sebelum diuji diambil 500gr sampai dengan 800gr
lolos saringan 19,1 mm, untuk mengetahui kadar air natural (natural water content
test). Yaitu dengan pengeringan oven selama 24 jam. Kemudian sisanya akan
dijemur kering matahari untuk memudahkan peroses penyaringan.
2. Air, bisa menggunakan air di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Semarang
pada saat pelaksanaan penelitian.
3. Peratan laninya yang menujang selama pelaksanaan penelitian, yang telah memenuhi
persyaratan teknis pengujian dengan standart AASHTO.
38

3.4. Metode Pelaksanaan Pengujian


Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas
Semarang. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian untuk tanah asli, adapun pengujian-
pengujian tersebut adalah analisis saringan, kadar air, hydrometer, berat jenis, batasbatas
konsistensi, pemadatan (standar proctor compaction), dan permeability.

3.4.1 Uji Kadar Air (Water Content)


Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan
standar ASTM D-2216-71.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216-71, yaitu :
a) Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam
cawan dan menimbangnya.
b) Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 105 – 110 0C
selama 16-24 jam.
c) Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung prosentase
kadar air.

Perhitungan :

Keterangan:

WW : Weight of Wet Soil + Container

DW : Weight of Dry Soil + Container

TW : Weight of Container

Ww : Weight of Water

Ws : Weight of Dry Soil

3.4.2 Uji Berat Jenis Tanah

Tujuan Percobaan ini adalah untuk menetukan berat jenis suatu contoh tanah.
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara butir-butir dengan berat air destilasi di
udara dengan volume yang sama pada temperature tertentu. Adapun cara kerja
berdasarkan srandar ASTM D 854-72.
39

a. Alat dan Bahan yang Diperlukan


1. picnometer, yaitu botol gelas dengan lebar sempit dengan tutup (dari gelas)
yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50 cc atau lebih besar.
2. Timbangan.
3. Air destilasi bebas udara.
4. Termometer.
5. Tempat penumbuk, untuk menghancurkan gumpalan tanah menjadi butir-butir
tanpa merusak butir-butirnya sendiri.

Gambar 3.1 Saringan, Sumber:http//www.gbrsaringananalisis.blogsptgo.com

Gambar 3.2 Picnometer, Sumber:http//www.gbrsaringananalisis.blogsptgo.com


40

b. Benda Uji
Contoh tanah sebesar 30 - 40 gram yang akan digunakan untuk pemeriksaan secara
double (dua percobaan yang terpisahkan).
c. Cara kerja
1. Picnometer dibersihkan luar dalam dan keringkan kemudian timbang beratnya
( a= gram ).
2. Picnometer diisi aquades sampai penuh, kemudian ditutup dan ditimbang
beratnya ( = b gram ), kemudian diukur dengan thermometer, misalnya 11° C
kemudian harganya 11° C dilihat dalam tabel koreksi berapa suhu besarnya,
sehingga harga air picnometer dapat dihitung dengan rumus :
=(b–a)
Dimana : = Harga dari Picnometer
a = Berat kosong picnometer
b = Berat picnometer + aquades
°C = Angka pada tabel koreksi suhu
3. Picnometer yang telah diketahui harga airnya ( = ) diisi dengan beberapa
gram sampel kering (30-40 gram) dan ditimbang beratnya, misal beratnya
( = c gram ), dengan catatan sampel sedikit ditumbuk agar n\mudah dalam
memasukkan kedalam picnometer.
4. Picnometer yang telah diisi sampel tadi aquades tidak sampai penuh kemudian
kita diamkan selama 24 jam.
5. Setelah 24 jam, picnometer yang sudah berisi sampel tadi dikocok-kocok sampai
gelembung-gelembung udara tidak ada dan air diatas tanah bersih.
6. Kemudian picnometer diatas diisi lagi dengan aquades, misalnya beratnya
( = d gram ).
7. Temperatur aquades didalam picnometer diukur t° C (lihat tabel).
8. Specific Gravity dapat dihitung dengan rumus :
Gs = ( )

Dimana : a = Berat picnometer kosong


b = Berat picnometer + aquades
c = Berat picnometer + tanah kering
D = Berat picnometer + tanah kering + aquades
° C = Angka pada tabel koreksi suhu
41

d. Mencari Besarnya Harga Volid Ratio (e)


Rumus : e= atau

e. Mencari Besarnya Harga Porositas (n)

Rumus: n=[1- ] x 100%

Atau: n = x 100%

Atau: n = x 100%

Dimana : V = Vv + Vs

3.4.3 Uji Analisis Saringan (Seive Analis)

Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui satu
set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. saringan
yang digunakan menggunakan saringan diameter 4,75 sampai yang terkeci 0,075 mm.
Uji analisis saringan pada penelitian ini menggunakan sampel tanah pada hasil galian
pelimpah samping pada proyek pembangunan bendungan logung kabupaten kudus, yang
berada terletak di lokasi desa kandangmas kecamatan dawe kabupaten kudus jawa
tengah.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase ukuran butir
sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO
T88 (Bowles, 1989). Untuk tanah yang mengandung sedikit butiran halus sehingga
kandungan tersebut tidak mempengaruhi kinerja tanah.

Langkah Kerja :
a. Percobaan pendahuluan:
1. Mengabil sampel tanah seberat 100 gr.
2. Sampel tanah di rendam selama 24 jam.
3. Setelah direndam, sampel tadi kemudian cuci dan dalam pencucian tidak
sampai merusak komponen tanah tersebut kemudian dilakukan pengayakan
dengan saringan Ø = 0,075.
4. Sampel yang di cuci tadi, setelah larutan yang lolos lewat saringan airnya
sudah jernih, pekerjaan kita hentikan.
42

5. Sampel yang tertinggal diatas saringan oven, sedangkan lumpur yang lolos
lewat saringan kita lakukan percobaan hydrometer.

b. Percobaan Sieve Analysis


1. Sampel yang tertinggal diatas saringan setelah dioven dan kering kita timbang
beratnya.
2. Selisih berat sampel kering sebelum dicuci dan sampel setelah dicuci adalah
lumpurnya.
3. Kemudian sampel kita ayak dengan saringan terdiri dari saringan ukuran
diameter ukuran (Ø 4,75) sampai ukuran yang paling besar (Ø 0,075).
4. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan sampel
tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
5. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama
kira-kira 15 menit.
6. Setiap sampel yang tertinggal dalam setiap saringan kita tinggal ambil dan kita
timbang sesuai dengan berat dan pengelompkan ukuran masing-masing butiran
yang tertinggal di saringan tersebut, sehingga dapat ditentukan besarnya
prosentasi.
c. Perhitungan

Rumus : Prosentase = x 100 %

Dimana : a = Berat butiran yang tertinggal dalam saringan

b = Berat mula-mula seluruhnya


43

ø 4,750

1000
ø 2,000
900

800
ø 1,180
700

600
ø 0,850
500

ø 0,420 400

300

ø 0,300 200

100

ø 0,180

ø 0,150

GELAS UKUR
ø 0,075

SARINGAN

CAWAN

STOPWACTH

Gambar 3.3 Saringa Satu Set (Ø 4,75 - Ø 0,075),

Sumber : Dokumentasi Pribadi


44

3.4.4 Uji Batas Atterberg

a) Batas Cair (Liquid Limit)


Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan
standar ASTM D-423-66.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-423-66, antara lain :
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakan
saringan No.40.
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande setinggi 10 mm.
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi air
sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan
kedalam mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga
sejajar dengan alas.
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam
mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool.
5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm
sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada
diantara 10 – 40 kali.
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk
pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk
benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga
diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2
buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.
7. Perhitungan :
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah
pukulan.
2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik
semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y
sebagai kadar air.
3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25.
45

b) Batas Plastis (Plastic Limit)


Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan
batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah
nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM
D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-424-74 :
1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No.
40.
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung
-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak
-retak atau putus-putus.
3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang.
4. Menentukan kadar air benda uji.
Perhitungan :
1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah
yang diuji, dengan rumus : PI = LL – PL.
46

CASAGRANDE
ALAT PEMOTONG

SEBELUM DIPUKUL SESUDAH DIPUKUL

Gambar 3.4 Alat Atterberg Limit, Sumber:Dokumentasi pribadi.


47

3.4.5 Uji Pemadatan Tanah


Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara
tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah.
Pengujian ini menggunakan standar ASTM D- 1557.
Adapun langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain :
a. Pencampuran
1. Mengambil tanah sebanyak 12,5 kg dengan menggunakan karung goni lalu
dijemur.
2. Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan tangan.
3. Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.
4. Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian, Butiran
tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian, plastik dan ikat
rapat-rapat.
5. Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk
menentukan kadar air awal.
6. Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit sambil
diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah merata,
dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak hancur dan tidak
lengket ditangan. Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang
ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah.
7. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat dihitung dengan

rumus :

W = Berat tanah
Wb = Kadar air yang dibutuhkan
Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa
8. Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel diatas
pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok pengaduk.
b. Pemadatan tanah Strandart Proctor
Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan ( berat volume kering )
tanah apabila dipadatkan dengan tenaga pemadatan tertentu. Berdasarkan jumlah
tenaga pemadatan, pemadatan ada dua cara yaitu Standart ASTM dan Pemadatan
berat ( Modified ) AASHTO, Sedangkan pada praktikum pengumpulan data
menggunakan pemadatan standart ( ASTM ).
48

1. Peralatan yang digunakan:


 Silinder Pemadat: Ada 3 macam yaitu : Silinder utama, Silinder gabungan
yang dapat dilepas, dan plat atas yang dapat dilepas.
 Penumbuk yang digunakan dapat berupa : Penumbuk yang dilayani
dengan mesin Penumbuk secara manual ( dengan tangan ).
 Berdasarkan berat dan tinggi jatuhnya dibedakan atas : Penumbuk standart,
yang digunakan pada percobaan pemadatan standart Penumbuk berat
( Modified ), yang digunakan pada percobaan pemadatan berat.
 Alat untuk mengeluarkan sample tanah dari silinder Bentuk bermacam-
macam yang penting dapat mengambil sample dari silinder.
 Timbangan , dengan kapasitas 12 kg dengan keselisihan 5 gr.
 Pisau, Digunakan untuk meratakan tanah yang ada dalam silinder yang
akan ditimbang beratnya.
 Saringan / Ayakan, Sebelum praktikum dilaksanakan, tanah yang akan kita
pakai disaring terlebih dahulu dengan no.ayakan 4,76 mm. Tanah yang
lolos nomor saringan tersebut kemudian kita pergunakan untuk praktikum,
sedangkan yang tertinggal diatas saringan terssebut harus kita tumbuk,
sehingga kebutuhan tanah dapat terpenuhi.
 Oven, Digunakan untuk mengeringkan tanah pada suhu dan waktu
tertentu. Jadi alat ini juga digunakan untuk mencari kadar air
( Water Content ).
 Alat dan tempat pencampuran tanah Biasanya digunakan suatu loyang
yang agak besar, sehingga waktu mencampur tanah dan air betul-betul
dapat merata ( Homogen ).
 Penumbuk yang digunakan diangkat setinggi alat hingga sampai mengenai
bagian atas silinder penumbuk.
Silinder Sambngan

Gambar 3.5 Alat Proctor


Sumber: Dokumentasi Pribadi
30 cm

11,3 cm
Silinder Utama

Plat Alas
Penumbuk
49
50

2. Cara Kerja, Pada dasarnya cara pelaksanaan percobaan sama, baik untuk
pemadatan standart maupun pemadatan modified.
 Perbedaan utama antara pemadatan modified adalah Pemadatan Standart
menggunakan penumbuk standart dan pemadatan dilaksanakan dalam 3
lapis. Pemadatan berat ( Modified ) menggunakan penumbuk berat dan
pemadatan dilaksanakan dalam 5 lapis.
 Persiapan benda uji, Bila sample tanah yang akan diperiksa dalam keadaan
basah, keringkan tanah tersebut diudara atau dioven dengan suhu diatas
600 C. Pengeringan dilakukan secukupnya, sampai gumpalan-gumpalan
tanah dapat mudah dihancurkan.
 Butiran tanah yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan no.
4,76 mm. Butiran besar yang tertahan diatas saringan terbuang
/ disingkarkan, kecuali butiran yang masih berupa gumpalan dan
dapat dipecah lebih lanjut.
 Bagian yang lewat saringan akan digunakan sebagai benda uji, dan yang
terkumpul jumlahnya harus cukup.
 Karena pelaksanaan pemadatan akan dilaksanakan 5 kali dengan kadari air
yang berbeda, maka untuk tanah lempung akan lebih baik apabila
disiapkan benda uji yang lebih banyak. Setiap 5 benda uji masing –
masing bagian dicampur dengan air merata sehingga kadar air yang
diperoleh berbeda.
3. Persiapan Alat:
 Bersihkan silinder pemadatan dan plat dasar yang akan digunakan
kemudian beratnya (W).
 Pasang dan klem plat atas dengan silinder gabungan. Pada saat
penumbukan, silinder harus diletakkan pada dasar yang kokoh, bila perlu
harus dilandasi dengan blok beton.
51

4. Cara melakukan percobaan :


 Alat proctor kita timbang beratnya.
 Kita ukur diameter dan tinggi masing – masing bagian dengan alat
tersebut.
 Menentukan volume proctor berat, dengan cara : bagian proctor ditimbang,
kemudian sambungan diberi tanah basah agar tidak bocor, kemudian diisi
air hingga penuh dan volume air tersebut kita ukur dengan gelas ukur.
 Berat penumbuk kita timbang dan ukur tinggi jatuhnya.
 Tanah yang kita ayak dengan saringan no.4,76 mm ditimbang sebanyak
lima percobaan.
 Tanah yang pertama kita ambil dan dicampur dengan air sebanyak 5 cc,
kemudian kita masukkan kedalam alas proctor, dan begitu seterusnya.
 Tanah dimasukkan kedalam proctor, 0,5 bagian yang terakhir dimasukkan
dan ditumbuk 25 kali.
 Alat proktor yang kita ambil, kemudian tanah diratakan dengan alat perata
tanah beserta proctor kita timbang beratnya.
 Kita ambil cawan yang telah ditimbang beratnya dan masukkan sebagian
tanah bagian atas dalam cawan, lakukan sampai 5 cawan.
 Cawan dan sample basah kita timbang beratnya.
 Lakukan percobaan diatas sampai 5 kali.
 Cawan dan sample dioven selama 24 jam.
 Setelah 24 jam, cawan dan sample kering ditimbang.
c. Perhitungan:

Kadar air :

 Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)


 Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
 Berat air = W1 – W2 (gr)
 Berat cawan = Wc (gr)
 Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)
 Kadar air (w) ( )
52

Berat isi :

 Berat mold = Wm (gr)


 Berat mold + sampel = Wms (gr)
 Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)
 Volume mold = V (cm3)
 Berat volume = W/V (gr/cm3)
 Kadar air (w)
 Berat volume kering (γd)
γd ( ) (gr/cm3)

 Berat volume zero air void ( γz )

γz = (gr/cm3)

3.4.6 Uji Direct Shear Test

Tujuan dari percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan parameter


kuat geser tanah kohesi (c) dan sudut geser tanah (Ø). Tanah diketahui bahwa apabila
deformasi plastis dalam tanah berbutir halus menjadi lebih besar akibat pembebanan yang
makin besar, maka dalam zona kritis mengalami orientasi butir. Apabila beban cukup besar
dan butir tanah (dengan jumlah yang cukup) dalam zona kritis mengalami keruntuhan
geser. Pada atau dekat daerah tersebut, tanah geser atau kekuatan tanah dikatakan telah
dilampaui.

Kekuatan geser tanah merupakan sumbangan dari friksi antara butir serta kohesi
(kohesi merupakan kekuatan gese di luar sumbangan friksi butir). Oleh karena itu, kohesi
(dengan demikian kekuatan geser) tidaklah tetap, tetai berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kadar air, tingkat dan pembebanan, regangan tidak bebas serta beberapa faktor
lain. Percobaan ini dilakukan pada tanah dengan fraksi tanah berbutir kasarnya lebih besar.
Adapun pengujian berdasarkan ASTM D 3080.

a. Peralatan dan bahan yang digunakan:


 Direct shear test apparat
 Besi plat pembebanan yang masing – masing sudah diketahahu beratnya
 Alat untuk mencetak sample
 Pisau
 Benda Uji ./ Bahan
 Stopwacth
53

Profil Ring
Tempat Sampel
Skala Dial

Meja Besi
Pemutar

Tempat beban

Gambar 3.6 Alat Direct Shear Test.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


54

b. Pelaksanaan Percobaan:
 Sample tanah yang dicetak dimasukkan kedalam sample pad direct shear test
apparat.
 Beban vertical ( beban normal ) dipasang ditempatnya, guna mendapatkan
tegangan normal (ϭn) dan alat pemutar untuk mendapatkan tegangan geser
(ϭS).
 Pemutar diusahakan dalam keadaan yang tetap. Bisa dilakukan dengan
kecepatan2 detik atau 1 putaran, maka lebih tepat kiranya dipakai stopwatch.
 Pada sample sudah mengalami kegeseran, jarum dial akan bergerak pada skala
konstan dan segera dicatat angkatnya.
 Percobaan dilakukan beberapa kali pada beban normal yang berbeda-beda
dengan demikian dapat dilakukan dengan 3 beban normal yang berbeda untuk
sample tanah.
c. Cara Perhitungan:
 Beban normal (D) dibagi luas penampang sample untuk mendapatkan tegangan
normal (ϭn).
 Penunjukan dial pada proving ring ( yaitu angka yang dicatat pada grafik )
setelah itu dibagi luas penampang sample, didapatkan tegangan geser (ϭS).
 Angka – angka tegangan normal dengan tegangan geser yang didapatkan dari
percobaan digambarkan pada daerah koordinat dengan absis adalah tegangan
normal dan ordinat adalah tegangan geser.
 Garis lurus yang menghubungan koordinator – koordinator akan memotong
sumbu ordinat, diukur dari pusat jarak titik ordinat ( 0,0 ) yang merupakan
harga kohesi tanah percobaan C kg/cm². Sedangkan sudut antara garis yang
menghubungankan koordinat – koordinat dengan garis mendatar diukur dengan
busur derajat maka akan mendapatkan sudut geser Ø dalam derajat.
55

3.4.7 Percobaan Dengan Hydrometer


Tujuan percobaan hydrometer Untuk mengetahui butiran yang lolos lewat saringan
no.200 (0 0,074 mm) atau dengan kata lain untuk mehetahui prosentase kandtmgan
lumpur yang di kandung oleh tanah.
a. Alat-alat yang digunakan:
 Alat Hydrometer
 Gelas ukur 1000 ml
 Stop wacth
 Cawan

GELAS UKUR
300
400

200
900

800

700

600

500
1000

100
-30

-20

-10
-40

30
20

50

60
10
0

TABUNG MIXER

MIXER

Gambar 3.7 Alat Hydrometer


56

Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Jalannya percobaan:
 Tanah yang lolos dari saringan no.200 (0 0,074 mm )ma,sih bercampur dengan
air kemudian sample kita biarkan mengendap dan air sebagian kita buang.
 Endapan lumpur sebagian kita rnasukkan ke dalam gelas ukur, yang kemudian
kita kocok kocok sampai betul hetul homogen,disamping itu persiapan alat
hydrometer dan juga stop wacth.
 Alat hydrometer ini kita dapati strip yang terbaca dari titik nol.
 Pernbacaan ini kita mulai saat sample masih dalam keadaan homogen serta
waktu dalam 0 detik.
 Kita usahakan air agak tenang sehingga pembacaan dapat jelas, demikian
pembacaan dilakukan berturut — tin-ut dengan interval waktu yang sudah
ditentukan yaitu pada 0', Y4', Y2', 1', 2', 5', 10' dan 48' sampai hydrometer
menunjulckan angka nob ( 0 ).
c. Prinsip Alat Hydrometer
Alat hydrometer ini makin .lama bergerak turun kebawah jika lumpur makin
mengendap,sehingga alat hydrometer pada waktu tertentu rnertunjukkan angka nol
dan hal ini berarti bahwa lumpur sudah mengendap.
Rumus Perhitungan Hydrometer :

Z=a—b
D = ( 106 x 10 x 2/t) ⁄

Prosentase = xn%

Dimana :
a = tinggi alat hydrometer, yang diukur dari titik berat ujung hydrometer sampai
permukaan hydrometer yang tidak terendam oleh air ( antara 24 — 26 cm ).
b = strip yang terbaca.
t = interval waktu pembacaan
n = prosentase kadar lumpur
D = diameter butiran.
57

3.4.8 Permeability test


Tujuan dari uji permeabilitas adalah untuk mendapatkan nilai k. karena tanah
timbunan dengan metode Falling Head menggunkan alat modifikasi.
a. Bahan-bahan:
 Sampel tanah timbunan.
 Air secukupnya
b. Peralatan:
 Silinder (mold) dengan diameter dalam 5,08 cm dengan penutup.
 Kran air.
 Burret diarneter 0,6 cm.
 Suplier water.
 Stopwatch.
 Kunci pas.
 Kertas saring.
 Alat pengukur (penggaris).

Gambar 3.8 Alat Falling Head,Sumber: http//www.gbralatconstant head.com


58

c. Langkah kerja:
 Memadatkan sampel tanah pada mold dengan nilai pemadatan maksimum.
 Meratakan permukaan sampel bagian atas dan bawah, kemudian memasang
batu pori pada bagian atas dan dasar tanah uji.
 Menjenuhkan sampel tanah uji dengan merendam sampel kedalam air.
 Menyatukan alat uji permeabilitas dengan cara meyambungkan buret
(pipa besi) dengan mold sampel tanah.
 Menunggu sampai volume air yang keluar konstan pembacaannya.
 Mencatat ketinggian air awal (h1) dan tinggi air setelah waktu (t) yang
ditentukan (h2).
 Jika waktu yang diinginkan sudah tercapai maka katup yang mengalirkan air
ke sampel tanah ditutup.

3.4.9 Pelaksanaan Pemadatan (Uji Trial Embankment)

Peralatan untuk pemadatan disesuaikan dengan ukuran butiran bahan dan untuk
pemadatan bahan berbutir halus biasanya digunakan mesin giling ban karet atau dump truk
yang berisi muatan, sedang untuk bahan berbutir kasar digunakan mesin giling getar,
buldozer dan stamper getar. Siklus pemadatan antara 2 s/d 8 kali.

Pada pemilihan peralatan untuk pemadatan, di samping faktor-faktor lainnya seperti


yang teruraikan diatas, maka lebar dari setiap zona-zona timbunan supaya
dipertimbangkan, agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan penimbunan pada zona-
zona lainnya, terutama zona kedap air. Dengan demikian, perlu diperhatikan agar
pengaturan medan gerak armada peralatan yang digunakan untuk penimbunan masing-
masing zona tidak saling mengganggu, sehingga kelancaran pelaksanaan penimbunannya
dapat dijamin sepenuhnya.

Sebelum dilakukan penimbunan di lokasi rencana, harus dilakukan percobaan


(trial embankment) untuk mengetahui kapasitas produksi alat, waktu pengerjaan, dan
jumlah lintasan yang dibutuhkan. Tanah yang dipakai untuk penimbunan harus memiliki
syarat - syarat khusus yang sebelumnya telah di uji dilaboratorium mekanika tanah yang
terpercaya.
59

Apabila trial sudah dilakukan dan sudah disetujui oleh konsultan, maka dilakukan
metode pemadatan dengan menggunakan alat berat seperti vibro, seepfoot, dan dozer. Tiap
proyek melakukan jumlah passing yang berbeda-beda tergantung dari hasil trial.

Peralatan yang digunakan dalam pemadatan material tanah random sesuai dengan
hasil trial embankment dalam satu team adalah :

1. Vibro Roller dengan kapasitas 12 ton dengan jumlah 1 unit


2. Bulldozer kapasitas 12 ton dengan jumlah 1 unit
3. Dump truck kapasitas 11 ton dengan jumlah 4 unit

Pengujian yang dilakukan adalah test density dengan metode water replacement
dengan ukuran lubang 30 cm dan kedalaman 60 cm dan permeability (Falling Head
Method) menggunakan lubang yang sama seperti pada lubang test density.

Gambar 3.9 Proses Trial Embankment

Sumber: Dokumentasi Pribadi


60

Setelah ditungan dari alat pengangkut dan diratakan dengan buldozer pada
ketebalan tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pemadatan
(Lihat Gbr 3.9). Jenis pekerjaan tersebut dalam satu kesatuan diistilahkan dengan
pelaksanaan penimbunan tubuh bendungan. Pada pelaksanaa pemadatan setiap lapisan,
biasanya gerakan mesingiling searah dengan poros bendungan, kecuali pelaksanaa
pemadatan di tempat-tempat yang sempit atau disekitar pertemuan antara timbunan
tersebut dengan tebing sungai atau dengan konstruksi-konstruksi beton lainnya. Jalur tapak
mesin giling diusahakan supaya dapat bertautan antara 0 s/d 50 cm.

Pada hakekatnya pemadatan yang melampaui batas optimal (over compaction),


hanya akan menghasilkan kualitas pemadatan yang rendah, karenanya hal tersebut
dihindari. Lebih-lebih pada bahan tanah lempungan biasanya akan terjadi rekahan-rekahan
geser pada struktur lapisan tersebut, yang disebabkan oleh pemadatan yang melampaui
batas. Selain itu, terjadinya kepadatan-kepadatan yang melampaui batas, tidak saja terjadi
pada pemadatan-pemadatan dengan mesin-mesin giling, tetapi juga dapat terjadi proses
pengangkutan bahan, karenananya perlu dilakukan pengamanan-pengamanan terhadap
bahan-bahan yang sedang diangkut.

Dan permukaan teratas timbunan supaya diuasahakan berformasi horizontal atau


dengan sedikit kemiringan untuk memudahkan mengalirnya air hujan keluar dari
permukaan penimbunan.

Gambar 3.10 Pengetesan Lapangan Timbunan Random

Sumber: Dokumentasi Pribadi


61

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1 Pengolahan Data


Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan di laboratorium
diolah menurut klasifikasi data dengan menggunakan persamaan-persamaan dan rumus-
rumus yang berlaku. Hasil dari pengolahan data tersebut diuraikan dalam bentuk tabel
dan grafik.

3.5.2 Analisis Data


Dari rangkaian pengujian-pengujian yang dilaksanakan di lapangan dan di
laboratorium, maka :
a. Dari pengujian kadar air sampel tanah, diperoleh nilai kadar air tanah dalam
persentase.
b. Dari pengujian berat jenis sampel tanah, diperoleh berat jenis tanah.
c. Dari pengujian batas-batas Attenberg, diperoleh nilai batas cair (liquid limit), batas
plastis (plastis limit), dan indeks plastisitas (plastis indeks) yang digunakan untuk
mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified.
d. Dari pengujian analisis saringan (sieve analysis), diperoleh persentase pembagian
ukuran butiran tanah, yang akan digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan
Sistem Klasifikasi Unified.
e. Dari pengujian permeabilitas di laboratorium, diperoleh nilai koefisien permeabilitas
(k) laboratorium.
f. Selanjutnya pengujia lapangan dengan melakukan trial embankment sehingga dari
pengujian tersebut diperoleh nilai koefisien permeabilitas (k) dan nilai kepadatan
lapangan (density) serta jumlah lintasan yang nantinya digunakan sebagai acuan
untuk pelaksanaan pekerjaan lapangan.

Dari seluruh analisis hasil penelitian tersebut, maka akan dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.
62

3.6. Bagan Alir Perencanaan


Secara sistematis, bagan alir perencanaan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3.1
di bawah ini.

MULAI
Mulai

Sampel Tanah
Persiapan

Uji fisik tanah: Tidak


1. Kadar Air
2. Analisis Saringan
3. Batas atterberg
4. Berat jenis

Cek syarat tanah random

Ya

Pemadatan dengan Standar Proctor Compaction

Uji Permeability test (LAB)

Analisis dan hasil (Lab)

Trial Embankment

Hasil analisis lapangan

Kesimpulan

SELESAI
Selesai

Gambar 3.11. Bagan Diagram Alir Penelitian Penyusunan Tugas Akhir


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai