Nahwu Shorof
Nahwu Shorof
Contoh jumlah:
( خرجت من المسجدsaya keluar dari masjid): jumlah
Tiap lafaz dari مسخخجد, مخخن, خخخرجdisebut kalimat. Sedangkan
gabungan dari tiga kalimat tersebut ( )خرجخخت مخخن المسخخجدdisebut
jumlah.
N kalimat contoh
o
1 isim (kata benda). ( مسجدmasjid)
2 fi’il (kata kerja). ( خرجkeluar)
3 Huruf (kata sambung) ( منdari)
ISIM
Definisi
Isim dalam bahasa Indonesia disebut kata benda. Yaitu kata yang
menunjukkan benda. Menurut istilah, isim adalah kata yang
menunjukkan makna mandiri dan tidak cocok diikat dengan
waktu. Contohnya adalah (رجلseorang laki-laki), (ماءair), ( هوdia),
dan contoh-contoh yang lain. Contoh-contoh tersebut disebut
isim karena mempunyai makna mandiri dalam arti tidak
tergantung pada kata lain. ماء, menunjukkan kata benda, yaitu
air. Begitu juga ماءdisebut kata benda karena tidak cocok diikat
dengan waktu, seperti ungkapan sedang air, akan air, atau telah
air. Ikatan waktu itu (sedang, akan, dan telah) tidak cocok
disandingkan dengan kata ( ماءair), maka ماءdisebut kata benda.
Begitu juga pada contoh-contoh isim yang lain.
1
Tanda-Tanda Isim
Untuk menunjukkan isim, ada tanda-tanda yang pantas
disandingkan dengan isim. Tanda-tanda tersebut adalah setiap
kata yang pantas:
Bertanwin ( ً ). Tanwin adalah nun mati tambahan yang berada
pada akhir kalimat isim dalam ucapan saja tanpa ada
tulisannya ( ً ). Contoh: ( طاهر مطهرsuci dan mensucikan)
Dimasuki ال. Contoh: ( ماء السماءair hujan)
Dimasuki huruf jer. Ada beberapa huruf jer yang penjelasannya
pada bab berikutnya. Contoh: ( من الثلجair salju)
Dalam keadaan jer. Artinya kalimat tersebut dalam keadaan i’rob
jer, baik dengan huruf jer, dengan mudlof ilaih, atau dengan
tawabi’ (yang ikut pada kalimat sebelumnya). Contoh في البئر
(di dalam sumur).
Keterangan
Pada kalimat isim, ada tiga hal yang tidak mungkin bertemu
dalam satu kalimat secara bersamaan, yaitu mudhof, al ( ) ال,
dan tanwin. Rinciannya sebagai berikut:
Jika kalimat isim menjadi mudlof, maka kalimat isim tersebut
tidak ada al ( ) الdan tidak ada tanwin ( ).
Jika kalimat isim ada al ( ) ال, maka kalimat isim tersebut tidak
ada tanwin dan tidak menjadi mudlof.
Jika kalimat isim ada tanwin ( ), maka kalimat isim
tersebut tidak ada al ( ) الdan tidak menjadi mudlof.
Contohnya adalah: ( صلة الجماعخخة سخخنةsholat jama’ah itu sunnah).
Pada contoh ini, mudhof, al ( ) ال, dan tanwin tidak bertemu
dalam satu kalimat. Penjeasannya adalah:
Lafadz صلةadalah kalimat isim yang menjadi mudlof (mudlof
ilaihnya adalah )الجماعة, maka lafadz صلةtidak ada al ( ) ال
dan tidak ada tanwin.
Lafadz الجماعةadalah kalimat isim yang ada al ( ) ال, maka الجماعة
tidak ada tanwin dan tidak menjadi mudlof.
Lafadz سنةadalah kalimat isim yang ada tanwinnya, maka سنة
tidak ada al ( ) الdan tidak menjadi mudlof.
Pembagian Isim
Ada beberapa pembagian isim
Dilihat dari segi jenis kelaminnya
Dilihat dari segi jumlahnya
Dilihat dari segi bertanwin atau tidaknya
Dilihat dari segi tertentu atau tidaknya
Rinciannya sebagai berikut:
3
N CONTOH
ISIM
O
Muzakkar Hakiki رجل
1
Majazi السواك
Muannas Hakiki إمرأة
2
Majazi شمس
Tambahan
Termasuk dari muannas adalah setiap jama’ taksir . Jadi,
setiap jama’ taksir (kata kerja yang bermakna banyak)
hukumnya adalah muannas. Contoh: ( المياهbeberapa air).
Bentuk tunggalnya adalah ( الماءair).
Untuk mengetahui tentang muannas majazi, harus
dilihat syiyaqul kalamnya (konteks kalimat), baik
melihat kalimat sebelum atau sesudahnya, atau melihat
arti yang ditunjukkan oleh konteks kaimat. Contoh: الشمس
( الكخخبيرةmatahari yang besar). Pada contoh ini, lafadz
الشخخمسadalah muannas majazi karena melihat konteks
kalimatnnya, yaitu setelahnya ada kalimat yang menjadi
sifat ()الكخخخبيرة. Sedangkan sifat harus sama jenisnya
dengan yang disifati. Sifatnya ( )الكبيرةadalah muannas,
maka ( الشمسyang disifati) pasti juga muannas.
N CONTOH
ISIM TAMBAHAN
O
1 Mufrod صالح
ا ن: Rofa’ المسلمان
2 Tasniyah ي ن: Nashob dan jer السبيلين
Muzakkar و ن: Rofa’ الصالحون
3 Jama’ salim ي ن: Nashob dan jer مسافرين
Muannas alif dan ta’ ( ) ا ت المسلمات
salim
Jama’ taksir Biasanya mengikuti فروض
wazan:
, , فعل, فعول, فعال أفعال
مفاعل
Keterangan
Untuk mengetahui apakah suatu kalimat isim adalah isim
5
mufrod atau jama’ taksir, maka caranya adalah langsung
melihat di kamus. Contohnya adalah lafadz خسخخوفdan
فخخخروض. untuk membedakan kedua kalimat ini, maka
caranya adalah langsung lihat dikamus. Setelah lihat
dikamus, lafadz خسخخوفadalah isim mufrod yang artinya
gerhana bulan. Sedangkan lafadz فخخخروضadalah jama’
taksir yang artinya adalah beberapa fardlu. Bentuk
mufrodnya adalah فرض.
Jika ada kalimat isim mendapat tambahan ya’ dan nun ( )ي ن,
maka kalimat isim tersebut ada dua kemungkinan.
Adakalnya isim tasniyah, adakalanya jama’ mudzakkar
salim. Untuk membedakan keduanya adalah dengan
melihat syiyaqul kalam (konteks kalimat) pada kalimat
sebelumnya atau sesudahnya, dan juga melihat konteks
arti yang ditunjukkan dalam suatu susunan kalimat.
Contoh: غسخخل اليخخدين. Pada contoh ini, lafadz ( اليخخدtangan)
mendapatkan tambahan ()ي ن, yiatu menjadi اليدين. Lafadz
اليخخدينmempunya dua kemungkinan (isim tasniyah atau
jama’ mudzakkar salim). Setelah dilihat konteks
kalimatnya, lafadz اليخخخدينadalah isim tasniyah, karena
tangan manusia secara umum hanya ada dua.
Disamping melihat syiyaqul kalam, cara membedakannya
juga dengan melihat harokatnnya.
Pada isim tasniyah, harokat sebelum ya ( ) يadalah
fathah, harokat nun adalah kasroh ( ) ن. Contoh: مسخخافرين
(dua orang yang bepergian)
Pada jama’ mudzakkar salim, harokat sebelum ya ( ) ي
adalah kasroh, harokat nun adalah fathah ( ) ن. Contoh:
( مسافرينbeberapa orang yang bepergian).
7
Tambahan alif dan nun ()ا ن, yaitu isim yang
mendapatkan tambahan alif dan nun yang
mengikuti wazan فعلنdan bentuk muannasnya
adalah فعلى. Contoh: عثمان
Tarkib mazji, yaitu susunan dari dua buah kalimat
yang dijadikan satu dan menjadi sebuah nama
atau istilah. Contoh ( حضخخر مخخوتnama sebuah
kota). Bentuk asalnya adalah ( حضرhadir) dan
( موتmati)
Ajamiyah, yaitu nama yang bukan berasal dari
bahasa arab dan tidak mempunyai arti. Contoh
إبراهيم,إسماعيل
Muannas selain alif, yaitu isim yang ada tanda
ta’nis (perempuan) selain alif, akan tetapi
menggunakan dengan ta’ marbuthoh ( ) ة.
Contoh: ‘عائشة
Keterangan
Isim ghoiru munshorif, jika bersambung dengan al ( ) الatau
menjadi mudlof, maka menjadi munshorif.
Contoh yang bersambung dengan al ( الحمخخخر:( ( الyang
merah). Lafadz الحمخخرpada asalnya adalah isim ghoiru
munshorif karena ada dua illat, yaitu wasfiyah dan wazan
fi’il. Akan tetapi karena isim ghoiru munshorif tersebut
bersambung dengan al ( ) ال, maka الحمخخخرmenjadi isim
munshorif.
Contoh yang menjadi mudlof:( فخخرائض الغسخخلfardliu-fardlunya
wudlu’). Lafadz فخخرائضpada asalnya adalah isim ghoiru
munshorif karena ada satu illat, yaitu berupa shighot
muntahal jumu’. Akan tetapi isim ghoiru tersebut menajadi
mudlof (mudlof ilaihnya adalah ) الغسل, maka فرائضmenjadi
isim munshorif.
N CONTOH
ISIM
O
Munshor Asli munshorif رأس
1.
if
Aslinya isim ghoiru munshorif فرائض الغسل
(karena ada illat), akan tetapi
menjadi isim munshorif karena
didahului oleh al
()ا ل, atau menjadi mudlof
Ghoiru Alif ta’nis maqsuroh ()ى يمنى
2. munsho 1 illat
rif
Alif ta’nis mamdudah, alif صحراء
()ا
Sighot muntahal jumu’ فرائض
9
ta’rif, dan isim nakirah yang dimudlofkan kepada isim
ma’rofat. Rinciannya sebagai berikut:
Isim Dlomir, secara arti bahasa sama dengan kata ganti.
Secara istilah yaitu isim yang dipergunakan untuk
kinayah (menyindir) dan sebagai kata ganti dari isim
dzohir (isim yang langsung menyebutkan nama atau
kedudukan suatu benda). Isim dlomir ini pasti kembali
kepada isim dzohir yang berada sebelum isim dlomir.
Contoh: ( إل جلد الكلب والخنزيخخر ومخخا تولخخد منهمخخاkecuali kulitnya
anjing dan babi, dan yang terlahir dari keduanya). هما
(keduanya) adalah isim dlomir yang kembali kepada
isim dzohir yang berada sebelumnya, yaitu الكلب والخنزير.
Jadi, yang dimaksud keduanya adalah anjing dan babi.
Pembagian dlomir
Ada dua pembagian isim dlomir:
Dilihat dari segi subjeknya dibagi jadi 3:
Ghoib/ghoibah, yaitu kata ganti orang ketiga (yang
dibicarakan). Contoh ( هخخوdia laki-laki), ( هخخيdia
perempuan)
Mukhotob/mukhotobah, yaitu kata ganti orang kedua
(yang diajak bicara). Contoh, ( أنتkamu laki-laki),
( أنتkamu perempuan)
Mutakallim wahdah/mutakallim ma’al ghoir, yaitu
kata ganti orang pertama (yang berbicara).
Contoh: ( اناsaya), ( نحنkami)
Dilihat dari bersambung atau tidaknya dibagi menjadi 2,
dlomir muttashil dan munfashil. Rinciannya sebagai
berikut:
Dlomir muttasil (dlomir yang bersambung dengan
kalimat fi’il), yaitu isim dlomir yang tidak bisa
dijadikan permulaan kalam (kalimat) dan tidak
bisa jatuh setelah lafaz إل. Contoh: تpada kata
( ضربتsaya memukul).
Dlomir muttasil dibagi dua, bariz dan mustatir.
Rinciannya sebagai berikut:
Bariz (dlomir yang tampak), yaitu dlomir yang
tampak/kelihatan bentuk dan lafaznya: contoh
تpada kata ( غسخخخلتsaya membasuh/mandi).
kata تkelihatan bentuk dan lafaznya. Rincian
dlomir muttasil bariz sebagai berikut:
11
(اdia dua laki-laki). perempuan) . perempuan) .
Contoh: يفعلن Contoh: ضربكن Contoh: منكن
(وmereka laki-laki). ( نيsaya) . Contoh: ( نخخخيsaya) .
Contoh: يفعلون ضربني Contoh: مني
13
perempuan) perempuan)
15
nashob atau jer
الذين,( الولىyang) untuk jama’ mudzakkar (banyak laki-
laki)
( التيyang), untuk mufrod muannas (satu perempuan)
( اللتانyang), untuk tasniyah muannas (dua perempuan)
dalam keadaan rofa’
( اللتينyang), untuk tasniyah muannas (dua perempuan)
dalam keadaan nashob atau jer
اللء )اللئي,()اللت )اللتممي, untuk jama’ muannas (banyak
perempuan)
Musytarok (tidak khusus), yaitu isim maushul yang bisa
digunakan untuk beberapa arti / penggunaan. Contoh من
(seseorang). Kata ini bisa digunakan untuk beberapa arti
/ penggunaan. Kata منbisa untuk arti satu orang, dua
orang, atau tiga orang, baik laki-laki atau perempuan.
Isim maushul yang musytarok ini ada 6. Rinciannya
sebagaimana berikut:
( منorang/siapapun)
( ماsesuatu/apapun).
( أيapapun).
( الyang).
( ذوyang mempunyai)
ذا, dengan syarat hatus didahului مخخاistifham ( مخخاyang
berarti pertanyaan) atau منistifham ( منyang berarti
pertanyaan).
CONTO
N
ISIM H
O
Nakira Isim yang bisa dimasuki al ta’rif ( ال فضة
1
h )
Isim yang lafadznya tidak bisa ما
dimasuki al-ta’rif akan tetepi
artinya sama dengan isim yang
bisa dimasuki al ta’rif
Ma’rif Isim dlamir (kata ganti) هو
2
at
Isim ‘alam (nama) عفيف
Isim isyaroh (kata petunjuk) ذالك
Isim maushul (kata sambung) الذي
Isim nakiroh yang dimasuki al ta’rif ( المجنون
)ال
Isim nakiroh yang menjadi ma’rifat رجل زيد
karena dimudofkan
Tanda-tanda Fi’il
Tanda-tanda yang bisa masuk pada fi’il adalah:
Dimasuki ( قخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخدsungguh-sungguh/hampir/kadang-
kadang/seringkali). Arti قدdibagi dua:
Jika masuk pada fi’il mad}i (kata kerja lampau), artinya dua:
Sungguh-sungguh terjadi ()تحقيخخق. Contoh: قخخد نقخخض وضخخوءك
(wudu’mu sungguh-sungguh batal)
Hampir terjadi ()تقريخخب. Contoh: ( قخخد قخخامت الصخخلةsholat akan
segera dilaksanakan)
Jika masuk pada fi’il mudhori’, artinya ada dua:
Kadang-kadang ()تقليل. Contoh: ( قد أسافر إلى المدينةsaya kadang-
kadang pergi ke kota)
Seringkali terjadi ()تكخخخثير. Contoh: ( قخخخد أصخخخلي جماعخخخةsaya
seringkali sholat jama’ah)
17
Dimasuki huruf tanfis, yaitu ( سakan segera dilakukan) dan سوف
(akan; tidak segera dilakukan). Tanda ini hanya bisa masuk
pada kata kerja (fi’il) bermakna akan datang ()استقبال. Contoh:
( سنخرج من البيتsaya akan segera keluar rumah), سوف أستعمل السيارة
(saya akan menggunakan mobil)
Bersambung dengan ta’ ta’nis sakinah ()ت, yaitu ta’ sukun yang
menunjukkan bahwa pelakunya adalah perempuan. Tanda ini
hanya masuk pada fi’il mad}i. Contoh: ( فاطمة طهرت ثوبهاFatimah
mensucikan bajunya)
Bersambung dengan ta’ fa’il ()ت, yaitu ta’ yang bermakna
sebagai pelaku (subyek). Tanda ini hanya masuk pada fi’il
mad}i. Contoh: ( دخلت إلى المسجدkamu perempuan masuk masjid)
Bersambung dengan nun taukid ()ن, yaitu nun yang berfungsi
untuk menguatkan perkataan. Tanda ini masuk pada fi’il
mudlori’ (kata kerja bermakna sedang/akan) dan fi’il amr
(kata kerja perintah). Contoh: ( هو يزيلن النجاسةdia akan benar-
benar menghilangkan najis). ( اطلبن الطرابsungguh-sungguhlah
mencari debu)
Bersambung dengan ya’ muannas mukhotobah ()ي, yaitu ya’
yang berfungsi sebagai tanda bahwa orang yang diajak bicara
adalah perempuan. Tanda ini masuk pada fi’il mudlori’ dan fi’il
amr. Contoh: ( أنت تمرضينkamu perempuan sakit), ( أتبعيikutlah
kamu perempuan)
Pembagian Fi’il
Ada beberapa pembagian fi’il, yaitu:
Dilihat dari segi waktunya
Dilihat dari segi sehat dan sakitnya (ada huruf illat atau tidak)
Dilihat dari segi ada tambahan pada bentuk fi’ilny atau tidak
Dilihat dari segi ada atau tidaknya objek suatu pekerjaan
Dilihat dari segi adanya pelaku suatu pekerjaan atau tidaknya
Rinciannya sebagai berikut:
19
mengandung arti perintah. Contoh: ( توضخخأberwudu’lah).
Tashrifannya sebagai berikut:
( أفعلbekerjalah kamu satu laki-laki)
( أفعلbekerjalah kamu dua laki-laki)
( أفعلواbekerjalah kamu banyak laki-laki)
( أفعليbekerjalah kamu satu perempuan)
( أفعلbekerjalah kamu dua perempuan)
( أفعلنbekerjalah kamu banyak perempuan)
N CONTOH
FI’IL WAKTU
O
1 Fi’il mad}i Lampau (telah أكل
terjadi)
2 Fi’il mudlori’ Sedang/akan terjadi تتولد
3 Fi’il amr Perintah (akan توضأ
terjadi)
Dilihat dari segi sehat atau sakitnya (ada huruf illat atau
tidaknya), dibagi menjadi 2:
Fi’il shohih (sehat), yaitu kata kerja yang bentuk lafaz aslinya
terdiri dari huruf-huruf yang sehat (salah satu hurufnya
tidak berupa huruf illat / penyakit yang tiga, yaitu ya’, alif,
wawu / و,ا/ ى,)ي. Contoh, ( ستر العورةdia menutupi aurot).
Salah satu huruf pada سترbukan و,ا/ ى, ي.
Fi’il shohih ini dibagi menjadi 3 macam:
Salim (selamat), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah satu
hurufnya bukan berupa huruf illat, hamzah ()ء, mudoaf
(ganda). Contoh: ( تركmeninggalkan / membelakangi)
Mahmuz (berhamzah), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah
satu huruf aslinyanya adalah berupa hamzah ( ) أ.
Contoh: (قرأmembaca).
Mudho’af (ganda), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah satu
huruf aslinya diulang / ganda. Contoh: ( مرlewat). Bentuk
tashrifnya adalah:
Fi’il mu’tal. Yaitu kata kerja yang salah satu huruf aslinya
berupa huruf illat / penyakit berupa ya’, alif, wawu (,ا/ ى,ي
)و. Contoh: ( جازboleh). Pada kata جازada huruf illat alif ( ) ا.
Tashrifnya adalah:
غزا (dia satu laki-laki telah berperang)
( غزواdia dua laki-laki telah berperang)
( غزواmereka laki-laki telah berperang)
( غزتdia satu perempuan telah berperang)
( غزتاdia dua perempuan telah berperang)
( غزونmereka perempuan telah berperang)
( غزوتkamu satu laki-laki telah berperang)
( غزوتماkamu dua laki-laki telah berperang)
( غزوتمkamu banyak laki-laki telah berperang)
( غزوتkamu satu perempuan telah berperang)
( غزوتماkamu dua perempuan telah berperang)
( غزوتنkamu banyak perempuan telah berperang)
( غزوتsaya telah berperang)
( غزوناkami telah berperang)
Keterangan:
Pada kata فعل.
ف: disebut fa’ fi’il
ع: disebut ‘ain fi’il
ل: disebut lam fi’il
Pada Fi’il mu’tal, adakalnya terdapat huruf illat pada:
Fa’ fi’ilnya, contoh: ( ورثmewarisi)
‘ain fi’ilnya, contoh: ( باعmenjual)
Lam fi’ilnya, contoh: ( رضيrela)
dua huruf illat sekaligus, contoh: ( وفىmemenuhi)
Jika kalimat fi’il ada huruf illat alif pada ‘ain fi’ilnya, maka
asal dari alif itu adalah wawu atau ya’. Contoh: قال. huruf
illat pada lafadz قالini asalnya adalah:
wawu, yaitu قول. tashrifnya adalah قال – يقول – قول, artinya
berkata
ya’, yaitu قيخخل. tashrifnya adalah قخخال – يقيخخل – قيل, artinya
tidur tengah hari.
Jadi, lafadz قخخالmempunyai dua arti, adakalnya berarti
“berkata”, adakalnya berarti “tidur tengah hari”. Untuk
mengetahui apakah lafadz قخخالberarti “berkata” atau
21
“tidur tengah hari”, maka harus lihat syiyaqul kalam,
yaitu melihat konteks kalimat arti mana yang lebih pas
dalam suatu susunan kalimat.
NO FI’IL CONTOH
Salim ترك
1 Fi’il shohih
Mahmuz قرأ
Mudho’af مر
Fa’ fi’ilnya ورث
2 Fi’il mu’tal
‘ain fi’ilnya باع
Lam fi’ilnya رضي
23
3 فعل Isim masdar tanpa Pekerjaan
mim
4 ومفعل Isim masdar dengan Pekerjaan
mim
5 فهو Isim dlomir Dia laki-laki
25
Ruba’I (empat huruf), yaitu kata kerja (fi’il) yang fi’il
mad}inya terdiri dari empat huruf tanpa ada tambahan
huruf lain. Contoh: ( جلبخخبmemakai jilbab). Wazan fi’il
ruba’I hanya 1:
Fi’il Mazid (ada tambahan huruf), yaitu kata kerja (fi’il) yang
huruf asli pada fi’il mad}inya terdiri lebih dari tiga huruf
(ada tambahan huruf). Huruf-huruf tambahan ada sepuluh (
) س أ ل ت م و ن ي ه ا. Contoh: ( تخللbercampur). Fi’il mazid ada
dua macam, tsulasi dan ruba’i. Rinciannya sebagai berikut:
Mazid tsulasi (lebih dari tiga huruf asal), yaitu kata kerja
(fi’il) yang fi’il mad}inya lebih dari tiga huruf asal karena
ada tambahan huruf lain, baik tambahannya 1 huruf
(contoh: أبطخخل: membatalkan), 2 huruf (contoh: انطلخخق
:berangkat), atau 3 huruf (contoh: اسخخخخختعمل:
menggunakan). Mazid sulasi ini ada 12 wazan:
Wazan pertama:
No Wazan / Jenis Kalimat Faidah Tambahan Huruf
Ukuran
1 فعل Fi’il madly Ta’diyah (menunjukkan arti
pekerjaan yang butuh
pada objek). Contoh: فرح
( زيخخخخخخخخخخخد عمخخخخخخخخخخخراzaid
membahagiakan amr)
Memperbanyak suatu
pekerjaan. Contoh: زيخخد
( قطخخخخخخخخخخخخخع الحبخخخخخخخخخخخخخلzaid
memotong-motong tali)
Faidah-faidah lain yang
lebih jelasnya, langsung
lihat di kamus
Wazan kedua:
27
pekerjaan bersamaan.
Contoh: ضخخارب زيخخد عمخخرا
(zaid dan amr saling
memukul)
Memperbanyak suatu
pekerjaan. Contoh:
( ضخخخخخخخخاعف الخخخخخخخخخmudah-
mudahan Allah
melipatgandakan)
Faidah-faidah lain yang
lebih jelasnya, langsung
lihat di kamus
Wazan ketiga:
Wazan keempat:
29
mim
4 ومتفاعل Isim masdar
dengan mim
5 فهو Isim dlomir
Wazan kelima:
Wazan keenam:
Wazan ketujuh:
31
No Wazan / Jenis Kalimat Faidah Tambahan Huruf
Ukuran
1 إنفعل Fi’il madly Menunjukkan arti hasil dari
suatu pekerjaan.
Contoh: ,كسخخخخرت الزجخخخخاج
( فانكسخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخرsaya
memecahkan kaca,
maka kaca itu terpecah)
Faidah-faidah lain yang
lebih jelasnya, langsung
lihat di kamus
Wazan kedelapan:
Wazan kesembilan:
33
mim
4 ومستفعل Isim masdar
dengan mim
5 فهو Isim dlomir
Wazan kesepuluh:
Wazan kesebelas
Wazan keduabelas
35
2 يفعول Fi’il mudlori’
Mazid Rubai (lebih dari empat huruf asal), yaitu kata kerja
(fi’il) yang fi’il mad}inya lebih dari empat huruf asal
karena ada tambahan huruf lain, baik tambahannya
satu huruf (contoh: تيمخخخخم: bertayammum), atau
tambahannya 2 huruf (contoh: إحرنجم: ).
mazid ruba’I ini ada tiga wazan:
Wazan pertama:
Wazan kedua:
)
Faidah-faidah lain yang
lebih jelasnya, langsung
lihat di kamus
37
Wazan ketiga:
Keterangan:
Fi’il mad}i: yaitu kata kerja yang bermakna lampau (telah
dikerjakan). Contoh: ( نصرdia telah menolong). Penjelasan lebih
rinci telah dijelakan pada pembahasan sebelumnya.
Fi’il mudlori’. Yaitu kata kerja yang bermakna sedang / akan
melakukan suatu pekerjaan. Contoh: ( يضربdia sedang / akan
memukul). Penjelasan lebih rinci telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya.
Isim masdar tanpa mim ( )م: yaitu kata benda yang huruf awalnya
tidak berupa mim, yang menunjukkan arti suatu peristiwa /
kejadian dan tidak bersamaan dengan waktu. bentuk wazan /
ukuran lafadz dari isim masdar ini dibagi menjadi dua:
Jika berupa tsulasi mujarrod (huruf aslinya tiga), maka bentuk
wazannya adalah sama’I (lafaz-lafaznya sudah ditentukan dari
orang arab dan tidak bisa disamakan dalam satu atau dua
wazan tertentu. Contoh: jika fi’il mad}inya فعلmaka bentuk
isim masdarnya tidak pasti mengikuti wazan )فعل. Jadi, untuk
mencari bentuk lafaznya bisa melihat langsung di kamus-
kamus bahasa arab-indonesia. Contoh: ( القيخخخامberdiri) fi’il
mad}inya adalah ( قخخامtelah berdiri). القيخخامini tidak mengikuti
wazan isim masdar, yaitu فعل
Jika berupa selain tsulasi mujarrod, maka hukumnya qiyasi
(lafaznya bisa disamakan dengan wazan tertentu. Contoh: jika
wazan fi’il mad}inya adalah أفعخخل, maka bentuk lafaz isim
masdarnya pasti mengikuti wazan )إفعخخخال. Contoh: إكخخخخرام
(pemulyaan / memulyakan), fi’il mad}linya adalah أكخخخخرم
(memulyakan). إكخخرامini mengikuti wazan isim masdar, yaitu
إفعال
Isim masdar dengan mim ( )م: yaitu kata benda yang huruf awalnya
berupa mim, yang menunjukkan arti suatu peristiwa / kejadian
dan tidak bersamaan dengan waktu. bentuk wazan dari isim
masdar dengan mim ini hukumnya qiyasi (lafadznya bisa
disamakan dengan wazan tertentu). Contoh: ( منصرpertolongan),
fi’il mad}inya adalah ( نصرtelah menolong). منصرini mengikuti
wazan isim masdar, yaitu: مفعل
Isim dlomir. yaitu isim yang dipergunakan untuk kinayah
(menyindir) dan sebagai kata ganti dari isim dzohir (isim yang
langsung menyebutkan nama atau kedudukan suatu benda).
Contoh: ( هوdia)
Isim isyaroh. yaitu isim yang mengandung arti petunjuk. Contoh: ذالك
(itu). ( هناdisini).
Isim fa’il. Secara sederhana isim fa’il adalah subyek atau pelaku dari
suatu pekerjaan. Secara istilah, isim fa’il adalah sifat yang bentuk
lafadznya diambil dari fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang
pelakunya ada/diketahui) untuk menunjukkan suatu arti yang
ada pada sesuatu yang disifati (maushuf). Sifat yang melekat
pada sesuatu yang disifati ini bersifat sementara sesuai
perubahan waktu. Contoh: ( ناصخخخرorang yang menolong),
mengikuti wazan فاعخخل, fi’il mad}inya adalah ( نصخخرdia telah
menolong). Jadi, sifat menolong ini tidak selamanya melekat
pada seseorang dan bisa terlepas darinya. Ketika seseorang
tidak lagi menolong, maka dia bukan lagi Orang yang menolong.
Jadi sifat menolong ini bisa dilepas dari seseorang.
Wazan dari isim fa’il hukumnya qiyasi (lafaznya bisa disamakan
dengan wazan-wazan tertentu). Tashrif dari isim fa’il adalah:
فاعل: orang / sesuatu (satu laki-laki) yang bekerja
فاعلن: orang / sesuatu (dua laki-laki) yang bekerja
فاعلون: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja
39
وفعال: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja
وفعل: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja
وفعلة: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja
Fi’il amr. Yaitu kata kerja yang menunjukkan arti perintah. Contoh:
( أنصرtolonglah), mengikuti wazan أفعل, fi’il mad}inya adalah نصر
(dia telah menolong). Pembahasan lebih rinci dijelaskan pada
pembahasan fi’il amr
Fi’il nahi. Yaitu kata kerja yang menunjukkan arti larangan
melakukan suatu pekerjaan. Contoh: ( لتضخخخربjangan kamu
pukul), mengikuti wazan لتفعل, bentuk fi’il mad}inya adalah ضرب
(dia telah memukul). Tashrif fi’il nahi adalah:
Keterangan lain:
Yang dimaksud tashrif adalah perubahan kalimat dari satu
bentuk ke bentuk yang lain karena adanya perbedaan arti,
seperti fi’il madly yang berubah ke fi’il mudlori’, isim masdar,
isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, isim zaman dan makan, dan
isim alat. Adanya perubahan ini menghasilkan arti yang
berbeda. Contoh: ( فعلfi’il mad}i) artinya telah bekerja, lalu
berubah kepada bentuk ( فاعخخلisim fa’il) artinya orang yang
bekerja. Perubahan ( فعلfi’il mad}i) ke ( فاعلisim fa’il) inilah
yang disebut tashrif.
Untuk mengetahui jenis dari suatu kalimat (fi’il madly, fi’il
mudlori’, isim masdar tanpa mim, isim masdar dengan mim,
isim fa’il, sifat musyabihat, isim maf’ul, fi’il amr, isim zaman,
isim makan, atau isim alat), maka harus dilihat bentuk
wazannya dan harus melihat syiyaqul kalam (konteks
perkataan).
Contoh: ( وهخخخو المخخخاء المسخخختعملair itu adalah air yang telah
digunakan). Jenis kalimat dari lafadz المستعملmempunyai 5
kemungkinan, yaitu:
Masdar dengan mim, artinya penggunaan
Isim fa’il, artinya yang menggunakan
Isim maf’ul, artinya yang digunakan
Isim zaman, artinya waktu menggunakan
Isim makan, artinya tempat menggunakan
Melihat konteks perkataannya, jenis kalimat yang cocok
pada lafadz المستعملadalah isim maf’ul (yang digunakan).
Jadi arti dari contoh itu adalah air yang digunakan.
Contoh:( غسل الوجهmembasuh muka). Jenis kalimat dari lafadz
غسلmempunyai 2 kemungkinan, yaitu fi’il madly dan isim
masdar tanpa mim. Melihat konteksnya, lafadz غسلadalah
isim masdar tanpa mim karena غسل الخوجهadalah susunan
mudlof ( )غسلdan mudlof ilaih ()الخخوجه. Sedangkan mudlof
dan mudlof ilaih harus sama-sama berupa isim.
Dilihat dari segi ada tashrif atau tidaknya, isim dibagi menjadi
dua:
Isim musytaq, yaitu isim yang bentukknya diambil dari fi’il
madly. Isim musytaq ini ada 10, yaitu:
Isim fa’il. Contoh: ( مطهرyang mensucikan). Fi’il mad}inya
adalah طهر
Isim maf’ul. Contoh:( مسخخخخختعملyang digunakan). Fi’il
mad}inya adalah استعمل
Sifat musyabihat. Contoh:( حسنyang bagus). Fi’il mad}inya
adalah حسن
Sighot mubalaghoh ( علمخخخخةyang sangat alim). Fi’il
mad}inya adalah علم
Isim tafdlil. Contoh: ( أفضخخخلlebih utama). Fi’il mad}inya
adalah فضل
Isim zaman. Contoh:( مغربwaktu terbenam). Fi’il mad}inya
adalah غرب
Isim makan. Contoh:( مسخخجدtempat sujud). Fi’il mad}inya
adalah سجد
Masdar dengan mim. Contoh: ( مكخخخرمpemulyaan). Fi’il
mad}inya adalah أكرم
Masdar fi’il dari selain fi’il tsulatsi mujarrod. Contoh: استنجاء
(istinja’ / bersesuci). Fi’il mad}inya adalah استنجى
Isim alat. Contoh:( مكنسخخخةalat menyapu). Fi’il mad}inya
adalah كنس
Isim jamid, yaitu kalimat isim yang bentuknya tidak diambil
dari fi’il madly. Contoh: ( حجرbatu). Lafadz حجرadalah isim
jamid karena bentuknya tidak diambil dari fi’il madly.
Termasuk dari isim jamid adalah bentuk masdar dari fi’il
tsulasi mujarrod. Contoh: ( قراءةmembaca).
43
Tabel fi’il mujarrad dan mazid:
N CONTOH
FI’IL WAZAN
O
Fi’il Tsulasi (tiga يفعل -فعل نصر -ينصر
1.
Mujarrod )huruf
يفعل -فعل ضرب -يضرب
يفعل -فعل فتح -يفتح
يفعل -فعل علم -يعلم
يفعل -فعل حسن -يحسن
يفعل -فعل حسب -يحسب
فعلل Ruba’i (empat جلبب
)huruf
Tsulasi (tiga فعل فرح
2. Fi’il Mazid
)huruf
فاعل ضارب
أفعل أكرم
تفاعل تصالح
تفعل تكسر
إفتعل اجتمع
إنفعل انكسر
إفعل احمر
إستفعل استغفر
إفعوعل احدودب
إفعال اصفار
إفعول اكبور
تفعلل Ruba’i (empat تدحرج
)huruf
إفعنلل احرنجم
إفعلل اطمأن
Keterangan
Untuk mengetahui apakah kalimat fi’il adalah fi’il lazim
atau fi’il muta’addi, harus melihat syiyaqul kalam (konteks
perkataan).
Contoh: ( جلود الميتة تطهر بالدباغkulit bangkai bisa suci dengan
cara disamak). lafadz تطهخخرadalah fi’il lazim karena
dilihat dari konteks perkataannya, تطهرmenunjukkan fi’il
45
lazim, yaitu berarti “suci” (tidak butuh pada objek).
Contoh: ( الدباغ يطهر جلود الميتةsamak itu bisa mensucikan kulit
bangkai). Lafadz يطهخخخرadalah fi’il muta’addi karena
dilihat dari konteks perkataannyanya, يطهرmenunjukkan
arti fi’il muta’addi, yaitu berarti “mensucikan” (butuh
pada objek).
N CONTOH
FI’IL
O
1 طهر الماء
Fi’il lazim
Fi’il Berupa fi’il mujarrod نقض النوم الوضوء
2
muta’addi
Ada hamzah ( ) أawal أوجب الحيض الغسل
kalimat
Ada tadl’if (huruf ganda) di طهر زيد الثوب
‘ain fi’ilnya
Dengan perantara huruf jer زيد رغب في العلم
Dengan perantara dzorof جلس الرجل تحت
الشجرة
47
Jika fi’il madly tsulasi mujarrod yang ‘ain fi’ilnya berupa
huruf illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah
“ huruf pertama berharokat kasroh ( ِ ) dan alif ( ) ا
yang berada pada ‘ain fi’ilnya diganti dengan ya ()ي.
Contoh:
( قالdia telah berkata) : mabni ma’lum
Menjadi ( قيلtelah dikatakan) : mabni majhul
قيل, huruf pertama berharokat kasroh ()ق, huruf alif ( ا
) diganti dengan ya’ ()ي
Fi’il mudlori’.
Jika berupa fi’il mudlori’ yang ‘ain fi’ilnya tidak berupa
huruf illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah
“ huruf pertama berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf
sebelum akhir berharokat fathah ( َ )
( ينصرdia sedang/akan menolong) : mabni
ma’lum
Menjadi ( ينصرdia sedang/akan ditolong) : mabni
majhul
ينصخخر, huruf pertama berharokat dlommah ()ي, dan
huruf sebelum akhir berharokat fathah ()ص
Jika berupa fi’il mudlori yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf
illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “
huruf pertama berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf
sebelum akhir berharokat fathah ( َ ), serta
mengganti huruf illat dengan alif ( ) ا. Contoh:
( يقولdia sedang/akan berkata) : mabni
ma’lum
Menjadi ( يقالsedang/akan dikatakan) : mabni
majhul
يقال, huruf pertama berharokat dlommah () ي, huruf
sebelum akhir berharokat fathah ()ق, serta
mengganti wawu ( )وdengan alif ( ) ا
Keterangan
Untuk mengetahui apakah kalimat fi’il adalah fi’il ma’lum atau
fi’il majhul, harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan).
Contoh: ( والخخذي يخخوجب الغسخخل سخختة أشخخياءsesuatu yang mewajibkan
mandi ada 6 hal). Lafadz يوجبadalah fi’il mabni ma’lum
karena dilihat dari konteks perkatannya, lafadz يخخخوجب
mempunyai fa’il berupa isim dlomir yang tersimpan ()هو.
Buktinya, Pada contoh ini ada isim mauhsul ( )الخخذيyang
pasti butuh pada shilah dan ‘aid. Shilahnya berupa jumlah
fi’liyah, yaitu fi’il ( ) يخخوجبdan fa’il ( هخخوyang tersimpan).
‘aidnya adalah isim dlomir yang kembali kepada isim
maushul, yaitu هوyang tersimpan. Jadi secara pasti lafadz
يخخوجبadalah fi’il mabni ma’lum. Jadi, pelaku (fa’il) yang
mewajibkan mandi adalah “sesuatu”
Contoh: ( يخخوجب الغسخخل فخخي سخختة أشخخياءmandi itu diwajibkan dalam
enam hal). Lafadz يخخوجبadalah fi’il mabni majhul karena
dilihat dari konteks perkataannya, lafadz يخخخوجبtidak
mempunyai fa’il (pelaku). Jadi pelaku (fa’il) yang
mewajibkan mandi tidak disebutkan. Justru yang
disebutkan adalah na’ibul fa’il (pengganti fa’il) yang
asalnya adalah objek ()الغسل
N CONTOH
FI’IL WAZAN
O
1 Ma’lum نصر
ain fi’ilnya huruf pertama: نصر,
tidak dlommah ( ُ )
menjadi
berupa huruf sebelum
Majhu Fi’il huruf illat akhir: kasroh ( ِ نصر
2
l mad}i (ya’, alif, )
wawu / ى,ي
و,ا/)
ada tambahan huruf pertama dan تعلم,
huruf ta’ ( kedua :
menjadi
)ت dlommah ( ُ )
diawalnya huruf sebelum تعلم
akhir: kasroh ( ِ )
ada tambahan huruf pertama dan استعمل,
huruf ketiga :
menjadi
hamzah dlommah ( ُ )
washol huruf sebelum akhir استعمل
: kasroh ( ِ )
fi’il madly huruf pertama: قال,
tsulasi kasroh ( ِ )
menjadi
mujarrod alif ( ) اyang
yang ‘ain berada pada ‘ain قيل
fi’ilnya fi’il: diganti
berupa
dengan ya ()ي
huruf illat
‘ain fi’ilnya huruf pertama: ينصر,
Fi’il tidak dlommah ( ُ )
mudla menjadi
berupa huruf sebelum
ri’ huruf illat, akhir: fathah ( َ ) ينصر
‘ain fi’ilnya huruf pertama: يقول,
berupa dlommah ( ُ )
menjadi
huruf illat huruf sebelum
akhir: fathah ( َ ) يقال
mengganti huruf
illat dengan alif (
)ا
49
HURUF (KATA SAMBUNG / PENGHUBUNG)
Huruf adalah kalimat (kata) yang tidak memiliki kata yang
sempurna sebelum bersambung dengan kalimat yang lain (isim
atau fi’il). Contoh: ( إلىke), ( وdan), ( إذاjika). Contoh dalam bentuk
jumlah (kalimat), ذهبت إلى المسجد. (saya pergi ke masjid). Kata إلى
(ke) sebelum bersambung dengan kata yang lain ( )ذهبت الى المسجد
tidak bisa dipahami.
Tanda dari huruf adalah tidak bisa dimasuki tanda-tanda dari
isim atau tanda-tanda fi’il. Jadi tanda huruf adalah ketidakbisaan
huruf untuk dimasuki tanda-tanda yang dimiliki oleh isim dan fi’il.
Pembagian Huruf
Huruf dibagi menjadi dua:
Huruf mabani (tidak ada maknanya), yaitu huruf yang tidak
mempunyai arti apapun. Contoh: ط, ج, ث
Huruf ma’ani (ada maknanya/artinya), yaitu huruf yang
mempunyai arti. Contoh: huruf jer seperti ( علخخىatas), فخخي
(di/didalam). Huruf ma’ani ada dua macam:
Athil (tidak ada amal/pengaruh), yaitu huruf yang tidak
mempengaruhi perubahan (i’rob) akhir kalimat isim dan
fi’il. Contoh adalah kata ( هلapakah) pada kalimat هل الخنزير
( نجسapakah babi itu najis)? kata الخنزيرsebelum dimasuki
هلjuga berharokat dommah ()الخنزير, setelah kemasukan هل
pun tetap berharokat dommah ()هل الخنزير. Jadi Kata هلini
tidak mempengaruhi keadaan i’rob (perubahan) dari kata
الخنزير.
Amil (beramal / berpengaruh), yaitu huruf yang
mempengaruhi perubahan (I’rob) akhir kalimat isim dan
fi’il. Contoh: kata ( إنsesungguhnya) pada إن كلبخخخا نجخخخس
(sesungguhnya anjing adalah najis). Kata كلبخخاsebelum
dimasuki إنberharokat dommah ()الكلخخب. setelah ada إن
maka berharokat fathah ()كلبخخخا. Jadi إنmempengaruhi
perubahan akhir kata كلبا.
Huruf ‘amil ini ada 7 macam yang rincian penjelasannya
dibahas panjang lebar di babnya masing-masing:
Huruf jer (huruf yang mengjerkan isim), yaitu huruf yang
menjadikan isim yang jatuh setelahnya berada dalam
keadaan I’rob jer. contoh: kata ( منdari) pada رجعت مخن
( المسجدsaya pulang dari masjid)
Huruf naskh (merusak), yaitu huruf yang merusak susunan
mubtada’ (subjek) dan khobar (predikat). Contoh kata إن
(sesungguhnya) pada ( إن الشمس كبيرةmatahari itu besar).
Huruf nida, (panggilan), yaitu huruf yang berfungsi untuk
memanggil. Contoh: kata ( يخخاwahai) pada يخخا رسخخول ال خ
(wahai rosulullah)
Huruf istisna’ (pengecualian), yaitu huruf yang berfungsi
untuk mengecualikan atau mengeluarkan hukum kata
yang jatuh setelah huruf istisna’ dari kata sebelum
huruf istisna’. Contoh: kata إلpada دخخخل الطلب إل محمخخدا
(semua siswa masuk kecuali muahammad)
Huruf jazm (huruf yang mengjazmkan fi’il), yaitu huruf
yang berfungsi untuk menjadikan fi’il yang jatuh
setelahnya berada dalam keadaan I’rob jazm. Contoh:
kata ( لمtidak) pada ( أنا لخخم التخخق أسخختاذيsaya tidak bertemu
guruku).
Huruf nashob (huruf yang menashobkan fi’il) yaitu huruf
yang berfungsi untuk menjadikan fi’il yang jatuh
setelahnya berada dalam keadaan I’rob nashob. Contoh:
kata ( لخخنtidak akan) pada ( لخخن أرتخخد أبخخداsaya tidak akan
murtad selamanya)
Huruf athof (huruf sambung), yaitu huruf yang
menyambungkan satu kata dengan kata yang lain.
Contoh: ( اوatau) pada kata ( كسخخخوف او خسخخخوفgerhana
matahari atau bulan)
N CONTOH
HURUF
O
1 Huruf mabani ط, ج, ث
Huruf Athil هل الخنزير نجس
2
ma’ani
Huruf jer رجعت من السجد
Amil
Huruf naskh إن الشمس كبيرة
Huruf nida يا رسول ال
Huruf istisna’ دخل الطلب إل محمدا
Huruf jazm أنا لم التق أستاذي
Huruf nashob لن أرتد أبدا
Huruf athof كسوف او خسوف
51
tanda-tandanya isim dan tidak bisa menerima tandanya fi’il.
Disebut fi’il karena mempunyai arti kata kerja yang bisa
disandingkan dengan waktu (sedang, akan, telah). Jadi lafaznya
adalah isim sedangkan artinya adalah fi’il.
53
( فعلواmereka laki-laki telah bekerja).
Jadi, لpada contoh diatas tetap berharokat dlommah ()ل
dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh
amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.
Fi’il mad}i yang bersambung dengan dlomir rofa’
mutaharrik [dlomir yang berharokat yang berada dalam
keadaan I’rob rofa’ sebab menjadi fail (subyek/pelaku)
atau naibul fa’il (pengganti subjek)], maka hukumnya
mabni sukun ( ْ ). Contoh:
( فعلنmereka perempuan telah bekerja)
( فعلتkamu satu laki-laki telah bekerja)
( فعلتماkamu dua laki-laki telah bekerja)
( فعلتمkamu banyak laki-laki telah bekerja)
( فعلتkamu satu perempuan telah bekerja)
( فعلتماkamu dua perempuan telah bekerja)
( فعلتنkamu banyak perempuan telah bekerja)
( فعلتsaya telah bekerja)
( فعلناkami telah bekerja)
55
I’rob jazm
jadi, لpada ketiga contoh diatas tetap berharokat
fathah ( )لdan tidak bisa berubah sekalipun sudah
dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat
lain.
Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun jama’ inas ( ن:
nun yang menunjukkan arti perempuan banyak), maka
hukumnya menjadi mabni sukun ( ْ ). Contoh:
يفعلن (dia perempuan akan bekerja),
I’rob rofa’
لن يفعلن (dia perempuan tidak akan bekerja),
I’rob nashob
لم يفعلن (dia perempuan akan bekerja),
I’rob jazm
Jadi, لpada ketiga contoh diatas tetap berharokat
sukun ( )لdan tidak bisa berubah sekalipun sudah
dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat
lain.
Fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun taukid
atau nun niswah, maka hukumnya adalah mu’rob.
Contoh:
يفعل (dia satu laki-laki sedang bekerja),
I’rob rofa’
لن يفعل (dia satu laki-laki tidak akan bekerja),
I’rob nashob
لم يفعل (dia satu laki-laki tidak bekerja),
I’rob jazm
Jadi, لpada ketiga contoh diatas tidak tetap dan selalu
berubah sesuai dengan tuntutan amil (penyuruh). Ketika
tidak ada لنdan لم, harokat لadalah dlommah ()ل. Tapi
ketika didahului لنmaka harokat lam adalah fathah ()ل.
Ketika didahului لم, maka harokat lam adalah sukun ()ل.
Isim (kata benda). Hukum asal dan hukum isim secara umum
adalah mu’rob. Akan tetapi dalam keadaan tertentu hukium
isim menjadi mabni. rinciannya sebagi berikut:
Isim yang menyerupai huruf hukumnya mabni. Keserupaan
isim dengan huruf (yang menyebabkan isim menjadi
mabni) ada dalam 4 hal:
Dari segi bentuknya. Jumlah huruf hujaiyah pada kalimat
huruf paling banyak adalah 2 huruf. Sedangkan jumlah
huruf hijaiyah pada kalimat isim paling sedikitnya
adalah 3 huruf. Jika ada kalimat isim yang jumlah huruf
asalnya kurang dari 3 huruf (1 atau 2 huruf), maka
kalimat isim itu hukumnya mabni, karena menyerupai
huruf. Contoh: ( تsaya). تadalah isim dlomir yang
bentuknya menyerupai bentuk huruf (seperti ب
(dengan), yaitu kalimat huruf yang hanya satu huruf). ت
selamanya tidak akan berubah. Tapi jika ada kalimat
isim yang huruf asalnya adalah 3 huruf, lalu dibuang 1
huruf karena alasan tertentu sehingga menjadi 2 huruf,
maka isim tersebut hukumnya I’rob. Contoh: ( يدtangan).
Asalnya يدي
Dari segi artinya. Setiap huruf memiliki maknanya masing-
masing, seperti hal (هلapakah) yang bermakna istifham
(pertanyaan). Jika ada kalimat isim yang mempunyai
makna sama dengan huruf, maka isim tersebut
hukumnya mabni. Seperti isim syarat (kata syarat),
isim istifham (kata pertanyaan), isim isyaroh (kata
petunjuk). Contoh: ( كمberapa). كخخمadalah isim istifham
yang menyerupai huruf istifham yaitu أ/ hamzah
(apakah). Oleh karena itu كخخمselamanya tidak akan
berubah.
Dari segi butuh pada kalimat yang lain, seperti isim
maushul (kata sambung) dan isim dzorof (kata
keterangan waktu/tempat). Contoh: ( الخخذيyang). الخخذي
adalah isim maushul yang butuh pada shilah dan ‘aid.
الذيini menyerupai huruf yang butuh pada kalimat lain
agar bisa dipahami secara sempurna. Kata الخخخذي
selamanya tidak akan berubah
Dari segi penggunaanya, yaitu bisa memerintah (menjadi
amil) atapi tidak bias diperintah (menjadi ma’mul),
seperti isim fi’il (isim yang bermakna fi’il). Contoh: صه.
(diamlah). صخخخخخهini adalah isim fi’il. صخخخخخهbisa
mempengaruhi keadaan I’rob kalimat isim,sedangkan
kalimat lain tidak bisa mempengaruhi kalimat صه. صه
ini sama dengan huruf seperti kalimat إلىyang bisa
menjadikan kalimat isim setelahnya beri’rob jer.
Sedamgkan kalimat lain tidakbisa merubah kaliamt إلى.
57
Isim istifham (kata tanya). Contoh: كم
Isim yang tidak menyerupai huruf hukumnya mu’rob. Selain 6
macam isim mabni diatas hukumnya adalah mu’rob.
Contoh:
( قام زيدzaid berdiri) : i’rob rofa’
رأيت زيدا (saya melihat zaid) : i’rob nashob
( مررت بزيدsaya bertemu zaid) : i’rob jer
Jadi, harokat دpada زيدdi 3 contoh diatas selalu berubah
sesuai amil yang memerintah. Dalam keadaan I’rob rofa’
berharokat dlommah ()د, dalam keadaan I’rob nashob
berharokat fathah ()د, dalam keadaan I’rob jer berharokat
kasroh ()د.
59
Kalimat mu’rob, yaitu:
Kalimat fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun
taukid atau bersambung dengan nun niswah
Kalimat isim yang tidak serupa dengan huruf
I’ROB (PERUBAHAN)
I’rob adalah berubahnya akhir kalimat (baik harokat atau
hurufnya yang berubah) yang disebabkan oleh masuknya amil-
amil yang berbeda-beda, baik perubahan itu tampak atau tidak
tidak tampak (kira-kira). Contoh:
Contoh perubahan yang tampak berupa harokat:
بلغ عفيف (afif sudah balig). I’rob rofa’
( إخترت عفيفا كالرئيسsaya memilih afif sebagai ketua). I’rob
nashob
مررت بعفيف (saya bertemu afif). I’rob jer
Harokat فdiakhir kalimat pada kata عفيخخفselalu berubah
sesuai dengan perintah amil. (ب/ إخترت/ )بلغ. Pada I’rob rofa’
berharokat dlommah()ف, pada I’rob nashob berharokat
nashob ()فا, pada I’rob jer berharokat kasroh () ف
Contoh perubahan yang tampak berupa huruf
( تصلي المرأتانdua orang perempuan sedang sholat), I’rob rofa’
( رأيت المرأتينsaya melihat dua orang perempuan), I’rob
nashob
مررت با المرأتين (saya bertemu dengan dua orang
perempuan), I’rob Jer
Pada ketiga contoh diatas, keadaan akhir kalimat المرأتخخان
mengalami perubahan huruf yang tampak. Pada I’rob rofa’
menggunakan alif ()المرأتخخخان, pada I’rob nashob dan jer
menggunakan ya ()المرأتين
Contoh perubahan yang tidak tampak (kira-kira):
جاء مصطفى (mustofa datang), I’rob rofa’
طلبت مصطفى (saya mencari musthofa), I’rob nashob
تيممت مع مصطفى (saya berteyammum bersama mustofa),
I’rob jer
Pada ketiga contoh diatas, keadaan akhir kalimat مصخخطفى
secara tampak tidak mengalami perubahan (tetap). Akan
tetapi sebenarnya keadaan akhir kalimat مصطفىitu berubah
secara kira-kira saja. Jadi, keadaan akhir kalimat مصخخطفى
berubah sesuai dengan tuntutan amil.
Nashob (lurus)
Tanda-tanda I’rob nashob ada 5, yaitu:
Fathah ( َ ). Contoh: ( هي تسخختر العخخورةdia perempuan menutupi
aurotnya). العورة, tanda I’rob nashobnya dengan fathah () ة
Alif ( ) ا. Contoh: ( هو يضرب أخاكdia memukul saudaramu). أخاك,
tanda I’rob nashobnya dengan alif ( ) ا
Kasroh (ِ ). Contoh: ( رأيخخت مسخخلماتsaya melihat para wanita
muslim). مسلمات, tanda I’rob nashobnnya dengan kasroh ( ت
)
Ya’ ()ي. Contoh: ( صليت ركعتينsaya sholat dua roka’at). ركعتين,
tanda I’rob nashobnya dengan ya’ ()ي
Terbuangnnya nun () ن. Contoh: ( المسخخافرون لخخم يصخخومواorang-
orang yang bepergian itu tidak berpuasa). يصخخوموا, tanda
I’rob nashobnya adalah membuang huruf ن, asalnya
يصومون.
Jazm (putus)
Tanda-tanda I’robnya ada 3
Sukun ( ْ ). Contoh: ( هخو لخم يجهخر صخوتهdia tidak mengeraskan
suaranya).
Membuang huruf illat (wawu و, alif ا\ى, ya’)ي. Contoh: هو لم يزك
(dia tidak berzakat). يخخزك, tanda I’rob jazmnya adalah
membuang huruf illat (ya’)ي. Asal dari يزكadalah يزكي
Membuang nun ن. Contoh: ( هم لم يدعواmereka tidak berdoa).
يخخخدعوا, tanda I’rob jernya dengan membuang nun ن.
Asalnya adalah يدعون.
63
N I’RAB TANDA CONTOH
O
Dlommah ( ُ ) يركع محمد
1 Rafa’
Wawu ( ) و يسجد المسلمون
Alif ( ) ا يكبر المسلمان
Tetapnya nun ()ن هم يجلسون
Fathah ( َ ) هي تستر العورة
2 Nashab
Alif ( ) ا. هو يضرب أخاك
Kasroh (ِ ) رأيت مسلمات
Ya’ ()ي صليت ركعتين
Terbuangnnya nun (ن المسافرون لم
) يصوموا
Kasroh ( ِ ) خمسة أوقات
3 Jer / khafad}
Ya’ ()ي مررت بالمسلمين
Fathah ( َ ) مررت بأحمد
Sukun ( ْ ) هو لم يجهر صوته
4 Jazm
Membuang huruf illat هو لم يزك
(wawu و, alif ا\ى, ya’
)ي
Membuang nun ن هم لم يدعوا
65
Fi’il mudlori’ mu’tal akhir bil wawu (yaitu fi’il mudlori’
yang huruf akhirnya berupa huruf illat wawu ) yang
tidak berupa af’alul khomsah. Tanda I’robnya adalah:
Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada
wawu () و. Contoh: ( يدعوberdoa/memanggil)
Nashob, tandanya adalah fathah ( َ ) yang tampak. Contoh: لن
( يدعوtidak akan berdoa)
Jazm, tandanya adalah membuang huruf illat wawu. Contoh: لم
( يدعtidak berdoa). Asalnya adalah lam يدعو
67
Jer, tandanya adalah ya’ ()ي. Contoh: ( مخخررت بالحاضخخرينsaya
bertemu dengan orang-orang yang hadir)
Jika salah satu dari syarat ini tidak dipenuhi, maka tanda
I’robnya tidak menggunkan wawu ( ) وketika rofa’, alif ( ) ا
ketika nashob, ya’ ( ) يketika jer. Akan tetapi tandanya sesuai
dengan bentuk kalimatnya, seperti jika berupa isim mufrod,
maka tandanya adalah dlommah ( ُ ) ketika rofa’, fathah ( َ )
ketika nashob, kasroh ( ِ ) ketika jer. Begitu juga bentuk
kalimat yang lain. Contoh. ( جاء البseorang ayah itu datang).
البadalah salah satu dari asma’ul khomsah. Tapi tandanya
adalah dlommah yang tampak ( )ب, bukan wawu () و, Karena
kata البtidak disandarkan pada kalimat yang lain.
JENIS
N TANDA I’RAB
KALIMAT
O
ISIM
Rafa’ Nas}ab Jer
69
أحمد أحمد بأحمد
2 mufrod yang dlommah ( ُ ). fathah ( َ ). kasroh ( ِ ).
munshorif Contoh: نزل غيثContoh: رأيت غيثاContoh: مسسخخت
قطرالغيث
3 Isim tasniyah alif ( ) ا. ya ()ي. Contoh: ya’ ()ي.
Contoh: أمرت المسلمين يصخخخخوم Contoh: مررت
المسلمان بالمسلمين
4 Jama’mudzak Wawu ()و. ya’ ()ي. Contoh: ya’ ()ي.
kar salim Contoh: رأيت الحاضرين قخخخخخخام Contoh: مررت
الحاضرون بالحاضرين
5 Jama’ dlommah ( ُ ). kasroh ( ِ ). Kasroh (ِ) .
muannas Contoh: تسخخختقبلContoh. تركخخخختContoh: مررت
salim المسلمات القبلة المسلمات في المسجد بالمسلمات
6 Jama’ taksir dlommah ( ُ ). fathah ( َ ). kasroh ( ِ ).
munshorif Contoh: فخخخروضContoh: أحفخخخخظContoh: النية من
الوضوء ستة فروض الوضوء فروض الوضوء
7 Isim maqshur dlommah ( ُ ) fathah ( َ ) yang kasroh ( ِ )
yang dikira-kira dikira-kira pada yang dikira-
pada alif ()ا \ ى. alif ()ا \ى. kira pada alif (
Contoh: اليد اليمنى Contoh: قدمت اليد )ا \ ى. Contoh:
اليمنى خير من اليد السفلى
8 Isim manqus dlommah ( ُ ) fathah ( َ ). kasroh yang
yang dikira-kira Contoh: رأيخخخختdikira-kira
pada ya’ ()ي. الصبي pada ya’ ()ي.
Contoh: الصخخخبي
Contoh: بخخخخول
يبكى
الصبي نجس
9 Asma’ul wawu ()و. alif ( ا ). ya’()ي.
khomsah Contoh: يأكل أبوكContoh: Contoh: أذهب
الرز إن أباك يشرب الماء
إلى إدارة أبيك
71
I’RAB ISIM
73
MARFUAT AL-ASMA’ (ISIM-ISIM YANG BERI’RAB RAFA’)
FA’IL (PELAKU)
Ciri-Ciri Fa’il:
Cocok bermakna “siapa” atau “apa”
Sebagai pelaku dari suatu pekerjaan
Berada setelah fi’il ma’lum dan sebagai kalimat pokok
Berupa isim zahir / dlomir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang
didahului أن
Contoh: ( ال نصر جاء إذا وapabila datang pertolongan Allah).
Penjelasan
Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang berada setelah fi’il
mabni ma’lum atau setelah isim yang bisa beramal seperti fi’il
mabni ma’lum. Jadi fa’il ini adalah pelaku (subyek) dari suatu
pekerjaan . Contoh:
contoh fa’il yang jatuh setelah fi’il mabni ma'lum:
( يعتكف الصائمorang yang berpuasa itu sedang beri’tikaf). الصائم
kedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il mabni ma’lum,
yaitu يعتكف. lafaz الصائمi’rabnya rafa’ karena kedudukannya
menjadi fa’il. Tanda fa’ilnya adalah dlommah karena الصخخائم
adalah isim mufrad.
الصائمadalah fa’il : sebagai ma’mul (yang
diperintah)
يعتكفadalah fi’il mabni ma’lum : sebagai amil (yang
memerintah)
contoh fa’il yang jatuh setelah isim yang bisa beramal seperti fi’il
mabni ma’lum:
( هل طاهر الماءapakah air itu suci?). الماءkedudukannya sebagai
fa’il (pelaku) dari isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni
ma’lum, yaitu طخخخخاهر. Lafaz المخخخخاءi’rabnya rafa’ karena
kedudukannya menjadi fa’il. Tanda fa’ilnya adalah dlommah
karena الماءadalah isim mufrad.
Keterangan: isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni ma’lum
ada 6, yaitu:
Isim masdar (isim yang menunjukkan arti suatu peristiwa /
kejadian dan tidak bersamaan dengan waktu). Contoh:
( يفرحني قيام الصلة الطلبpara murid yang mengerjakan sholat
itu membuat saya bahagia).
Jadi, الطلبkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim
masdar, yaitu قيام
Isim fa’il (subyek atau pelaku dari suatu pekerjaan). Contoh:
( أصائم صديقكapakah temanmu itu berpuasa?)
Jadi, صخخديقkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim
fa’il, yaitu: صائم
Isim sifat musyabbihat (sifat yang bentuk lafaznya diambil
dari fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang pelakunya
ada/diketahui) untuk menunjukkan suatu arti yang ada
pada sesuatu yang disifati (maushuf). Contoh: محمخخد حسخخنة
( اخلقهmuhammad itu baik akhlaknya).
Jadi, اخلقkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim
fa’il, yaitu: حسنة
Mubalaghoh isim fa’il (isim fa’il yang dipersangat). Contoh: ما
( كسول الطالبbetapa malasnya murid itu)
Jadi, الطخخالبkedudukannya sebagai fa’il dari mubalaghoh
isim fa’il, yaitu: كسول
Isim tafdlil (isim yang bermkana paling / lebih). Contoh: رأيت
( رجل أحسخخخن شخخخعرهsaya melihat laki-laki yang rambutnya
sangat bagus)
Jadi, شعرkedudukannya sebagai fa’il dari isim tafdlil, yaitu:
أحسن
Isim fi’il (isim yang bermakna pekerjaan). Contoh: هيهات الخنزير
(babi itu sudah jauh.
Jadi, الخنزيرkedudukannya sebagai fa’il dari isim fi’il, yaitu:
هيهات
Macam-Macam Fa’il
Ada dua pembagian fa’il, yaitu:
Dilihat dari segi bentuknya, fa’il ada dua macam:
fa’il muawwal (dita’wil / ditafsirkan)
Yaitu fa’il yang berupa kalimat yang dita’wil masdar.
Contoh: ( يجخخخخوز أن يقتصرالسخخختنجاء علخخخى المخخخاءseseorang boleh
beristinjak dengan air saja)
jadi, أن يقتصرkedudukannya sebagai fa’il dari fi’il, yaitu يجوز.
Lafaz أن يقتصرadalah fa’il berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang
75
dita’wil masdar. Takwil dari أن يقتصرadalah ( القتصارbentuk
isim masdar dari )يقتصر.
Fa’il sarih (jelas)
Yaitu fa’il yang bukan berupa kalimat yang dita’wil masdar.
Contoh: ( يتوضأ زيدzaid sedang berwudlu’).
Jadi, زيدkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari kata kerja
يتوضأ. Lafaz زيدadalah kalimat isim asli dan bukan kalimat
yang dita’wil masdar. زيخخدi’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya manjadi fa’il. Tanda i’rabnya adalah
dlommah karena زيدadalah isim mufrad.
Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, fa’il ada dua macam:
Fa’il Isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti)
yaitu fa’il yang berupa isim zahir (isim yang tampak /
bukan isim dlomir). Contoh: ( أسلم الكافرorang kafir itu masuk
islam)
الكخخافرkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il (kata
kerja) أسلم. lafaz الكافرadalah fa’il berupa isim zahir (bukan
isim dlomir). الكخخخخخافرi’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya manjadi fa’il. Tanda i’rabnya adalah
dlommah karena الكافرadalah isim mufrad
Isim dlomir (kata ganti)
Yaitu fa’il yang berupa isim dlomir (kata ganti). Contoh:
( تكلمتsaya telah berbicara).
تadalah fa’il (pelaku) dari fi’il (kata kerja) تكلخخم. Lafaz ت
adalah fa’il berupa isim dlomir. Berbeda dengan fa’il isim
zahir diatas, fa’il isim dlomir ini hukumnya mabni (huruf
akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya harokat ت
adalah dlommah, tidak akan bisa berubah.
Isim dlomir yang kedudukannya menjadi fa’il ini dibagi
menjadi 2, yaitu:
Fa’il isim dlomir muttasil (bersambung)
yaitu fa’il yang berupa isim dlomir yang bersambung
dengan fi’ilnya. Contoh: ( سميتsaya membaca bismillah).
Jadi, تkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il
(kata kerja) سمي. Lafaz تadalah fa’il berupa isim dlomir
muttasil karena تtersebut bersambung langsung
dengan fi’ilnya ()سمي
Rincian isim dlomir muttasil sebagai berikut:
77
perempuan
KETERANGAN
Setiap fi’il (kata kerja), pasti ada fa’ilnya,
Baik fa’ilnya tampak (berupa isim zahir atau dlomir bariz muttasil
/ munfasil), contoh: ( صخخخام زيخخخدzaid berpuasa). ( صخخخامfi’il)
mempunyai fa’il, yaitu زيد. Jadi زيدkedudukannya sebagai fa’il
yang tampak (kelihatan lafaznya), atau
Fa’ilnya tidak tampak (berupa dlomir mustatir), contoh: زيد صام
(zaid berpuasa). صامmempunya fa’il yang tidak tampak, tapi
tersimpan. Fa’il yang tesimpan itu kira-kiranya adalah هو.
Fa’il harus berada setelah kalimat fi’il. Contoh: ( صخخخام زيخخخدzaid
berpuasa). ( زيدfa’il) berada setelah ( صخخامkalimat fi’il). Jika ada
kalimat isim yang seakan-akan menjadi fa’il yang didahulukan
dari fi’ilnya, maka kalimat tersebut bukan fa’il, akan tetapi
kedudukannya menjadi mubtada’. Sedangkan fa’il dari fi’ilnya
adalah berupa dlomir muttasil yang tersimpan.
Contoh: ( زيد صامzaid berpuasa) . lafaz زيدkedudukannya adalah
mubtada’, bukan fa’il. Sedangkan fa’il dari صامadalah berupa
dlomir muttshil yang tersimpan kira-kiranya adalah ( هوdia laki-
laki)
Antara fi’il dan fa’ilnya harus sama dari segi muzakkar dan
79
muannasnya. Jadi, jika fi’ilnya muzakkar, maka fa’ilnya juga
mudzkkar. Jika fi’ilnya muannas, maka fa’ilnya juga muannas.
Sedangkan dari segi jumlahnya, fi’il dan fa’il tidak harus sesuai.
Jadi, jika fi’ilnya adalah mufrad, maka fa’ilnya bisa saja mufrad,
tasniyah atau jama’. Contoh:
Pada fi’il muta’addi (kata kerja yang butuh pada objek), pada
dasarnya maf’ul (objek) itu berada setelah kalimat fi’il. Contoh:
( نعبد إياكkami menyembah kepada-MU). إياكadalah maf’ul (objek).
Lafaz إياكberada setelah fi’ilnya, yaitu نعبد.
Akan tetapi, maf’ul bisa saja berada sebelum fi’ilnya. Contoh: نعبد
( إيخخاكhanya kepada-MU kami menyembah) . lafaz إيخخاكsebagai
maf’ul berada sebelum fi’ilnya, yaitu نعبد
Penjelasan
Naibul fail adalah isim yang dibaca rafa’, yang berada setelah fi’il
mabni majhul / kata kerja pasif (fi’il yang tidak disebut fa’ilnya;
penejelasan lebih rinci telah dibahas pada bab tentang
pembagian kalimat fi’il) atau berada setelah isim yang bisa
beramal seperti fi’il mabni majhul, yang mana isim ini mengganti
kedudukan dari fa’il yang tidak disebutkan karena alasan-alasan
tertentu. ( أكخخل الطعخخامmakanan itu telah dimakan). Lafaz الطعخخام
kedudukannya sebaga naibul fa’il karena berada setelah fi’il
mabni majhul, yaitu: أكخخل. Dan lafaz الطعخخامdisebut naibul fa’il
karena kedudukan asalnya adalah maf’ul, lalu mengganti
kedudukan fa’il yang tidak disebutkan.
Asal dari أكخخل الطعخخامadalah ( أكخخل الرجخخل طعامخخاlaki-laki itu makan
makanan). Jadi الطعامyang kedudukannya sebagai naibul fa’il ini,
asalnya berkedudukan sebagai maf’ul (objek) dari fi’il ()أكل. Lalu
lafaz الرجلsebagai fa’il dibuang / tidak disebutkan dan diganti
dengan lafaz الطعام. Jadi الطعخخامyang asalnya adalah maf’ul, lalu
menjadi na’ibul fa’il setelah fa’ilnya dibuang.
الطعام: adalah naibul fa’il : sebagai ma’mul (yang
diperintah)
أكل : adalah fi’il mabni majhul : sebagai amil (yang
memerintah)
81
Keterangan
Jika dalam suatu susunan kalimat ada keempat lafaz diatas
(maf’ul bih, masdar, zaraf, jar majrur), maka yang menjadi
naibul fa’il adalah maf’ul bih, bukan lafaz ketiga lafaz lainnya
(masdar, zaraf, jar majrur). Contoh: لطم زيد يوم السبت في البيت لطما
( شديداzaid telah ditampar pada hari jum’at di rumah itu dengan
pukulan yang keras).
Pada susunan kalimat ini ada kempat lafaz yang bisa menjadi
naibul fa’il, yaitu maf’ul bih ( )زيد, zaraf ()يوم السبت, jar majrur (
)فخخي الخخبيت, masdar ()لطمخخا. Dari keempat lafaz diatas, yang
kedudukannya sebagai naibul fa’il adalah maf’ul bih ()زيد
Akan tetapi jika dalam susunan kalimat tidak terdapat maf’ul bih,
akan tetapi yang ada ketiga lafaz lainnya (masdar, zaraf, jar
majrur), maka yang menjadi naibul fa’il adalah salah satu dari
ketiga lafaz tersebut (bisa masdar, zaraf, atau jar majrur).
Contoh: ( صخخيم رمضخخان تضخخرعا لخخ تعخخالىbulan romadlon itu telah
dipuasai dengan mengharap ridlo Allah SWT).
Pada susunan kalimat ini tidak ada maf’ul bih, yang ada
adalah ketiga lafaz lainnya, yaitu zaraf ()رمضخخان, masdar (
)تضخخخرعا, jar majrur ()لخخخ. Dari ketiga lafaz diatas, yang
kedudukannya sebagai naibul fa’il adalah salah satu dari
ketiganya, dalam susunan kalimat ini adalah zaraf ()رمضان
Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, naibul fa’il ada 2 macam:
Naibul fa’il isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti)
yaitu naibul fa’il yang berupa isim zahir (isim yang
tampak / bukan isim dlomir). Contoh: تخلخخخل اللحيخخخة الكثيفخخخة
(jenggot yang tebal itu disela-selai)
اللحيخخةkedudukannya sebagai naibul fa’il dari fi’il mabni
majhul, yaitu تخلخخل. lafaz اللحيخخةadalah naibul fa’il berupa
isim zahir (bukan isim dlomir). اللحيةi’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya manjadi naibul fa’il. Tanda i’rabnya
adalah dlommah karena اللحيةadalah isim mufrad
Naibul fa’il isim dlomir (kata ganti)
Yaitu naibul fa’il yang berupa isim dlomir (kata ganti).
Contoh: ( نصرتsaya telah ditolong).
تadalah naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu نصر. Lafaz
تadalah naibul fa’il berupa isim dlomir. Berbeda dengan
fa’il isim zahir diatas, naibul fa’il isim dlomir ini hukumnya
mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya
harokat تadalah dlommah, tidak akan bisa berubah.
Sebagaimana fa’il, Isim dlomir yang kedudukannya menjadi
naibul fa’il ini dibagi menjadi 2, yaitu:
Naibul fa’il isim dlomir muttasil (bersambung)
yaitu naibul fa’il yang berupa isim dlomir yang
bersambung dengan fi’ilnya. Contoh: ( ضربتsaya telah
dipukul). Jadi, تkedudukannya sebagai naibul fa’il dari
fi’il mabni majhul, yaitu ضخخرب. Lafaz تadalah naibul
fa’il berupa isim dlomir muttasil karena تtersebut
bersambung langsung dengan fi’ilnya ()ضرب
Rincian naibul fail berupa isim dlomir muttasil sebagai
berikut:
83
laki
85
KETERANGAN
Naibul fa’il adakalnya tampak lafaznya adakalnya tidak tampak,
contoh:
Naibul fa’il yang tampak lafaznya (berupa isim zahir atau dlomir
bariz muttasil / munfasil), contoh: ( زيخخد يضخخربzaid dipukul).
( يضخخخربfi’il) mempunyai naibul fa’il, yaitu زيخخخد. Jadi زيخخخد
kedudukannya sebagai naibul fa’il yang tampak (kelihatan
lafaznya)’
Naibul fa’il yang tidak tampak lafaznya (berupa dlomir mustatir),
contoh: ( زيد يضربzaid dipukul). يضربmempunya naibul fa’il,
akan tetapi naibul fa’ilnya tidak tampak, akan tetapi
tersimpan. Naibul fa’il yang tesimpan itu kira-kiranya adalah
هخخو. Jadi, هخخوkedudukannya sebagai naibul fa’il yang tidak
tampak
Penjelasan
Mubtada’ adalah isim yang beri’rab rafa’ yang menjadi
permulaan dari suatu perkataan, yang tidak didahului oleh
amil lafzi (yang tampak lafaznya). Jadi, Amil yang memerintah
mubtada’ untuk beri’rab rafa’ bukan berupa amil lafzi, tapi
amil ma’nawi ibtida’i (amil yang tidak tampak yang
memerintah mubtada’ untuk beri’rab rafa’). Contoh: السخخواك
( مستحبbersiwak itu adalah disunnahkan).
السواك : mubtada’ : i’rabnya rafa’
مستحب : khabar : i’rabnya rafa’
Jadi, السواكkedudukannya sebagai mubtada’ karena menjadi
permulaan dari suatu perkataan. Lafaz السخخواكi’rabnya rafa’
karena kedudukannya menjadi mubtada’. Tanda i’rabnya
adalah dlommah karena السواكberupa isim mufrad. Amil yang
memerintah السخخخواكsebagai mubtada’ ini bukan amil lafzi
(amilnya tidak tampak), akan tetapi amilnya adalah amil yang
tidak tampak (amil ma’nawi ibtida’). Amil ma’nawi ibtida’i
inilah yang memerintah lafaz السواكuntuk beri’rab rafa’ karena
kedudukannya sebagai mubtada’
Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan
kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna
bagi mubtada’. Contoh: ( السخخخخخواك مسخخخخختحبbersiwak itu
disunnahkan).
( السواكbersiwak) : Mubtada’ / subyek
( مستحبdisunnahkan) : khabar / predikat
Amil mubtada’nya tidak tampak, karena amilnya berupa amil
ma’nawi ibtida’i
Macam-Macam Mubtada’
Ada dua pembagian mubtada’, yaitu:
Dilihat dari segi bentuknya, ada 2:
Mubtada’ muawwal (ditakwil / ditafsirkan)
Yaitu mubtada’ yang berupa kalimat yang dita’wil
masdar. Contoh: ( وأن تصخخوموا خيخخر لكخخمpuasanya kamu itu
lebih baik)
Jadi, أن تصخخخخخومواkedudukannya sebagai mubtada’,
khabarnya adalah خير. Lafaz أن تصومواadalah mubtada’
berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang dita’wil masdar.
Takwil dari أن تصومواadalah ( صومكمbentuk isim masdar
dari ) أن تصومو ا.
Lafaz أن تصخخخومواi’rabnya adalah rafa’ secara mahalli
(kedudukannya). Artinya أن تصومواi’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya sebagai mubtada’. Tapi secara
lafaz, أن تصخخومواi’rabnya adalah nashab karena berupa
fi’il mud}ari’ yang didahului oleh amil nashab, yaitu أن
Mubtada’ sarih
Yaitu mubtada’ yang bukan berupa kalimat yang dita’wil
masdar. Contoh: ( فخخخروض الوضخخخوء سخخختةfardlu-fardlunya
wudlu’ ada 6).
Jadi, فروضkedudukannya sebagai mubtada’. Khabarnya
adalah ستة. Lafaz فخخروضadalah kalimat isim asli dan
bukan kalimat yang dita’wil masdar. فخخروضi’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’.
Tanda i’rabnya adalah dlommah karena فخخروضadalah
jamak taksir.
Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, ada 2, isim zahir dan isim
d}amir. Rinciannya sebagai berikut:
Mubtada’ isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti)
yaitu mubtada’ yang berupa isim zahir (isim yang
tampak / bukan isim d}amir). Contoh: السخختنجاء واجخخب
(beristinja’ itu wajib)
السخختنجاءkedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya
adalah واجب. lafaz الستنجاءadalah mubtada’ berupa isim
zahir (bukan isim d}amir). الستنجاءi’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda
i’rabnya adalah dlommah karena السخختنجاءadalah isim
mufrad.
87
Mubtada’ isim zahir ada 2 macam, yaitu:
Mubtada’ yang punya khabar. Contoh: السخختنجاء واجخخب
(beristinja’ itu wajib). الستنجاءadalah mubtada’. واجب
adalah khabar. Jadi, mubtada’ ( )السخخخختنجاءdisini
mempunyai khabar, yaitu واجب.
Mubtada’ yang tidak punya khabar, tapi punya isim
yang dirafa’kan (sebagai fa’il / naibul fa’il) yang
menempati kedudukannya khabar. Syarat dari
mubtada’ ini harus berupa isim sifat (isim fa’il, isim
maf’ul, isim sifat musyabihat, atau S}ighat
mubalaghah) yang didahului oleh:
Nafi (peniadaan, seperti ) ما. Contoh: ما مستعمل زيد مخخاء
( النجسzaid tidak menggunakan air najis)
مسخختعملadalah mubtada’ berupa isim fa’il, زيخخد
adalah fa’il. Jadi, مستعملini adalah mubtada’ yang
tidak ada khabarnya, akan tetapi mempunyai isim
yang dibaca rafa’, yaitu زيخخدyang kedudukannya
sebagai fa’il, yang mengganti kedudukannya
khabar.
Nahi (petanyaan, seperti ) هل. Contoh: هل متنجخس المخاء
(apakah air itu dijatuhi najis)
متنجخخخخسadalah mubtada’ berupa berupa isim
maf’ul, المخخاءadalah naibul fa’il. Jadi متنجخخسini
adalah mubtada’ yang tidak ada khabarnya, akan
tetapi mempunyai isim yang dibaca rafa’, yaitu
الماءyang keudukannya sebagai naibul fa’il, yang
menggantikan kedudukannya khabar
Mubtada’ isim d}amir
Yaitu mubtada’ yang berupa isim d}amir (kata ganti).
Contoh: ( هخخي صخخائمةdia perempuan adalah orang yang
berpuasa)
هيadalah mubtada, khabarnya adalah صائمة. Lafaz هي
adalah mubtada’ berupa isim d}amir. Berbeda dengan
mubtada’ isim zahir diatas, mubtada’ isim d}amir ini
hukumnya mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah).
Jadi selamanya harokat huruf akhir هيadalah fathah,
tidak akan bisa berubah.
Yang perlu digarisbawahi disini, isim d}amir yang
berupa isim d}amir muttasil (bersambung dengan
fi’ilnya seperti )تtidak bisa menjadi mubtada’. Yang
bisa menjadi mubtada’ adalah isim d}amir munfasil
(terpisah), seperti contoh diatas: ( هخخخخي صخخخخائمةdia
perempuan adalah orang yang berpuasa). هيini adalah
mubtada’ berupa isim d}amir munfasil.
Rincian mubtada’ berupa isim d}amir munfasil sebagai
berikut:
Arti Isim d}amir
Mubtada’ Isim
Khabar Mubtada’ Munfasil
d}amir Munfasil
هو ( صخخخخخخخائمorang yang Dia satu laki-laki
berpuasa)
هما صائمان Dia dua laki-laki
89
KETERANGAN
Mubtada’ pasti beri’rab rafa’. Contoh: ( السخختنجاء واجخخبberistinja’ itu
wajib). السخخختنجاءkedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya
adalah الستنجاء. واجبI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya
manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena
الستنجاءadalah isim mufrad
Akan tetapi adakalanya mubtada’ beri’rab jer jika didahului oleh
huruf jer, yaitu:
Huruf jer ba’ ()ب, contoh: ( بحسبك الcukuplah bagimu pertolongan
Allah). بحسبكkedudukannya sbagai mubtada’. Pada dasarnya
mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz بحسخخخخبكini, walaupun
kedudukannya sebagai mubtada’, i’rabnya adalah jer karena
didahului oleh huruf jer ba’ ()ب
huruf jer من. Contoh: ( هل من خالق غيخخر الخ يرزقكخخمadakah pencipta
selain Allah yang mencukupi rizkimu). خخخخالقkedudukannya
sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’.
Tapi lafaz خخخخالقini , walaupun kedudukannya mubtada’,
i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer () من
رب. contoh: ( يا رب كاسية في الدنيا عارية يوم القيامةbetapa banyak orang
yang berpakaian di dunia tapi telanjang di hari kiamat). كاسية
kedudukannya sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’
beri’rab rafa’. Tapi lafaz كاسخخيةini, walaupun kedudukannya
mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh رب.
Mubtada’ harus berupa isim ma’rifat. Contoh: وجلود الميتة تطهخر بالخدباغ
(kulit bangkai itu bisa suci dengan cara disamak). وجلخخخود
kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah تطهر. Lafaz
جلودadalah mubtada’ berupa isim ma’rifat, yaitu ma’rifat berupa
isim yang dimulofkan kepada isim ma’rifat dengan al ()الميتة.
Akan tetapi, adakalnya mubtada’ bisa berupa isim nakirah
dengan syarat tersebut harus bisa memberi faidah, diantaranya:
Mubtada’ berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim
nakirah yang lain. Contoh: ( خمس صلوات كتبهن الlima sholat itu
dicatat oleh Allah). خمخخسkedudukannya sebagai mubtada’
berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim nakirh
yang lain, yaitu صلوات
Mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh kalimat yang
lain. Contoh: ( لعبخخد مخخؤمن خيخخر مخخن مشخخركbudak yang beriman itu
lebih baik dari pada orang musyrik). عبخخخدkedudukannya
sebagai mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh
kalimat yang lain, yaitu: مؤمن
Khabar mubtada’nya berupa susunan zaraf atau jer majrur yang
berada sebelum mubtada’. Contoh: ( فخخي الخخبيت ميتخخةdirumah itu
ada bangkai). ميتخخةkedudukannya sebagai mubtada’ berupa
isim nakirah karena khabarnya berupa susunan jer majrur (في
)البيتyang berada sebelum mubtada’
Mubtada’ tersebut berada setelah nafi (peniadaan, seperti: مخخا:
apakah), atau setelah nahi (pertanyaan, seperti: هل: apakah),
atau setelah ( لولandaikan tidak/bukan), atau setelah ( إذاtiba-
tiba). Contoh: ( أإله مع الapakah ada tuhan lain yang menyertai
Allah). إلهadalah mubtada’ berupa isim nakirah yang didahului
oleh nahi, yaitu alif (أ: apakah)
Dan lain-lain
Penjelasan
Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan
kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna
bagi mubtada’. Contoh: ( السخخواك مسخختحبbersiwak itu adalah
disunnahkan).
مسخختحبadalah khabar, السخخواكadalah mubtada’. Jadi, مسخختحب
adalah khabar yang menyempurnakan makna السواكsebagai
mubtada’. مستحبi’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi
khabar. Tanda khabarnya adalah dlommah karena مسخختحب
adalah isim mufrad.
Jadi, Ketika ada mubtada’ tanpa ada khabarnya, maka makna
mubtada’ ini tidak sempurna. Contoh ( السخخواكbersiwak itu
adalah....). lafaz السخخواكini adalah mubtada’, tapi tidak ada
khabar atau pengganti khabarnya. Maka makna mubtada’ ini
tidak sempurna.
Tapi ketika mubtada’ ini ada khabarnya, maka makna
mubtada’ ini menjadi sempurna, contoh: السخخخخواك مسخخخختحب
(bersiwak itu adalah disunnahkan).
( السواكbersiwak) : Mubtada’ / subyek : sebagai amil (yang
memerintah)
( مستحبdisunnahkan) : khabar / predikat : sebagai
ma’mul (yang diperintah)
Macam-Macam Khabar
Khabar ada 2 macam, yaitu:
Khabar mufrad (tunggal / bukan jumlah).
Yaitu khabar yang tidak terdiri dari jumlahatau syibhul
jumlah, seperti contoh-contoh diatas. Contoh: السواك مستحب
91
(bersiwak itu adalah disunnahkan). Lafaz السخخواكadalah
mubtada’. مسخختحبadalah khabar berupa khabar mufrad
karena tidak terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah. مستحب
i’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi khabar. Tanda
i’rab rafa’nya adalah dlommah karena مستحبadalah isim
mufrad.
Khabar ghairu mufrad (jumlah)
Yaitu khabar yang terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah.
Contoh ( محمخخد أكخخل الخخخبزMuhammad telah makan roti). محمخخد
adalah mubtada’. Khabarnya adalah أكل. jadi, أكخخلadalah
khabar berupa ghoiru mufrad karena terdiri dari
jumlahFi’liyah, dalam hal ini berupa susunan fi’il ( )أكلdan
fa’il هو, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad
أكخخل. Susunan أكخخلI’rabnya adalah rafa’ secara mahalli
(kedudukannya) saja. Artinya, أكخخلI’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya sebagai khabar. tapi secara lafaz
adalah mabni karena أكلadalah fi’il mad}i.
Khabar ghoiru mufrad ini dibagi menjadi 2, yaitu:
Jumlah, yaitu khabar yang terdiri dari susunan kalimat.
Khabar jumlah ini ada macam, yaitu:
Ismiyah (mubtada’ & khabar)
Yaitu khabar berupa susunan mubtada dan khabar.
Contoh: زيد ابوه عليم
(zaid adalah ayahnya yang alim). Lafaz زيخخدadalah
mubtada. Khabarnya adalah عليخخم ابخخوه. jadi, عليخخم ابخخوه
adalah khabar yang berupa jumlahismiyah, yaitu
khabar berupa susunan mubtada’ ( )ابوهdan khabar (
)عليم.
زيد : mubtada’
عليم ابوه: khabar, yang berupa jumlah ismiyah
{khabar berupa susunan mubtada’ ()ابخخوه
dan khabar khabar (})عليم
Fi’liyah (fi’il & fa’il)
Yaitu khabar berupa susunan fi’il dan fa’il . contoh:
( محمد أكل الخبزmuhammad telah makan roti) Lafaz محمد
adalah mubtada’. Khabarnya adalah أكخخل. Jadi, أكخخل
adalah khabar yang berupa jumlah Fi’liyah, yaitu
khabar berupa susunan fi’il ( )أكلdan fa’il ( هو, yaitu
d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad )أكل.
Susunan أكخخخخخخلI’rabnya rafa’ secara mahalli
(kedudukannya) karena kedudukannya menjadi
khabar. Tapi secara lafaz, أكلadalah mabni karena
أكلadalah fi’il mad}i dan ( هوyaitu d}amir mustatir
yang tersimpan pada lafad ) أكلI’rabnya rafa’ karena
menjadi fa’il.
محمد: mubtada’
أكل الخبز: khabar, yang berupa jumlahFi’liyah {
khabar berupa susunan fi’il ( )أكلdan fa’il (هو
, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada
lafad ) أكل.
Syibhul jumlah (serupa dengan jumlah)
Zaraf (kata keterangan)
yaitu khabar berupa susunan zaraf (keterangan), baik
keterangan waktu atau keterangan tempat. Contoh:
(الستاذ امام البيتustadz itu ada di depan rumah) . lafaz
الستاذadalah mubtada’. Khabarnya adalah امخخام الخخبيت.
jadi, امخخام الخخبيتadalah khabar yang berupa susunan
zaraf. Susunan امام البيتi’rabnya adalah rafa’ secara
mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya
menjadi khabar. Tapi secara lafaz, امخخخامi’rabnya
nashab karena menjadi zaraf dan الخخبيتi’rabnya jer
karena menjadi mud}af ilaih .
الستاذ: mubtada’
امام البيت : khabar berupa zaraf
Jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan)
yaitu khabar yang terdiri dari huruf jer dan isim yang
dibaca jer. Contoh: (المسلم فخخي المسخخجدseorang muslim
ada di masjid). Lafaz المسخخخخلمadalah mubtada’.
Khabarnya adalah فخخي المسخخجد. jadi, فخخي المسخخجدadalah
khabar berupa susunan jer ( )فيdan majrur ()المسجد.
Susunan فخخخي المسخخخجدi’rabnya rafa’ secara mahalli
(kedudukannya) karena kedudukannya menjadi
khabar. Tapi secara lafaz, فيadalah mabni karena في
adalah kalimat huruf dan المسخخجدi’rabnya jer karena
didahului huruf jer.
المسلم : mubtada’
في المسجد : khabar berupa susunan jer ( )فيdan
majrur ()المسجد
KETERANGAN
Khabar harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal jenis (muzakkar &
muannas) dan jumlahnya (mufrad, tasniyah, & jama’). Contoh:
( السخخواك مسخختحبbersiwak itu adalah disunnahkan). مسخختحبadalah
khabar. Mubtada’nya adalah السواك. Lafaz مستحبsebagai khabar
harus sesuai dengan السواكsebagai mubtada’ dari segi jenis dan
jumlahnya.
السواك: mufrad muzakkar
مستحب: mufrad muzakkar
Jadi, pada السواك مستحب, khabar sudah sesuai dengan mubtada’nya
dari segi jenis (muzakkar) dan jumlahnya (mufrad). Contoh lain:
93
MUBTADA’ KHABAR
المسلم صائم
(Mufrad muzakkar) (Mufrad muzakkar)
المسلمان صائمان
(Tasniyah muzakkar) (Tasniyah muzakkar)
المسلمون صائمون
(Jama’ muzakkar) (Jama’ muzakkar)
المسلمة صائمة
(mufrad muannas) (mufrad muannas)
المسلمتان صائمتان
(tasniyah muannas) (tasniyah muannas)
المسلمات صائمات
(jama’ muannas) (jama’ muannas)
Saudara-Saudara كان
Saudara-saudara كانyang juga beramal seperti ( كانmerafa’kan
95
mubtada’ sebagai isim dan menasobkan khabar) ada dua belas
yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Bisa beramal tanpa syarat, yaitu:
( كانada) dan tas}rifnya. Contoh:( صلة الستسقاء مسنونة كانتsholat
minta hujan itu disunnahkan).
كانت: amil nawasikh
صلة: isim كانت : i’rabnya rafa’
مسنونة : khabar كانت : i’rabnya nashab
Jadi, صخخلةi’rabnnya adalah rafa’ karena kedudukannya
sebagai isim كانت. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena
صلةadalah isim mufrad.
( أضحىmenjadi / masuk waktu dluha) dan tas}rifnya. contoh:
( أضحى زيد بالغاzaid menjadi baligh). Jadi, زيدi’rabnya adalah
rafa’ karena kedudukannya sebagai isim أضحى
( ظلmenjadi) dan tas}rifnya. Contoh: ( ظل زيد صالحاzaid menjadi
orang yang sholeh). Jadi, زيدi’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai isim ظل
( باتmenjadi / bermalam) dan tas}rifnya. Contoh: بخخات المسخخافر
( مصلياmusafir itu semalaman sholat). Jadi, المسافرi’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim بات
( أمسخخىmenjadi / masuk waktu sore) dan tas}rifnya. Contoh:
( أمسخخت الشخخمس غاربخخةmatahari itu terbenam sore hari). Jadi,
الشمسi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
isim أمست
( أصخخبحmenjadi / masuk waktu pagi) dan tas}rifnya. Contoh:
( أصخخخبح إبراهيخخخم نخخخبي الخخخibrohim menjadi nabi Allah) dan
tas}rifnya. Jadi, إبراهيخخخخمi’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai isim أصبح.
( صخخارmenjadi) dan tas}rifnya. Contoh: صخخار محمخخد رسخخول الخخ
(muhammad menjadi rosulullah). Jadi, محمدi’rabnya adalah
rafa’ karena kedudukannya sebagai isim صار.
( ليسtidak ada / bukan) dan tas}rifnya. ( الماء المستعمل نجسا ليسair
musta’mal itu bukan najis). Jadi, الماءi’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya sebagai isim ليس.
Bisa beramal dengan syarat harus didahului oleh nafi
(peniadaan) atau nahi (larangan)
( فتئselalu / senantiasa) dan tas}rifnya. Contoh: ما فتئت الشخخمس
( طالعة من الشرقيةmatahari selalu terbit dari timur). Jadi, الشمس
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim
فتئت. Amil فتئتini bisa beramal seperti amalnya كانkarena
didahului oleh nafi, yaitu ما.
( انفكselalu / senantiasa) dan tas}rifnya. Contoh: ما انفكت الشمس
( غاربخخة الخخى الغربيخخةmatahari selalu terbenam ke barat). Jadi,
الشمسi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
isim انفكت. Amil انفكتini bisa beramal seperti amalnya كان
karena didahului oleh nafi, yaitu ما.
( زالmasih) dan tas}rifnya. Contoh: ( ما زال زيد نائمخخاzaid masih
tidur). Jadi, زيدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya
sebagai isim زال. Amil زالini bisa beramal seperti amalnya
كانkarena didahului oleh nafi, yaitu ما.
( برحmasih) dan tas}rifnya. Contoh: ( ما برحخخت زينخخب باكيخخةzainab
masih menangis). Jadi, زينخخبi’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai isim برحخخخت. Amil برحخخختini bisa
beramal seperti amalnya كخخانkarena didahului oleh nafi,
yaitu ما.
Bisa beramal dengan syarat harus didahului oleh ما المصدرية الظرفية
, yaitu مخخاyang menta’wil masdar kalimat fi’il yang jatuh
setelahnya dan sebagai ganti dari zaraf.
Saudara كانyang masuk pada macam ketiga ini adalah دام
(selama) dan tas}rifnya. Contoh: احبك ما دام خلقك حسنا. Jadi, خلخخق
i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim دام.
Amil دامbisa beramal seperti amalnya كانkarena didahului oleh
)ما )ما المصدرية الظرفية
KETERANGAN
Tas}rif dari كانdan saudara-saudaranya adalah sebagai berikut:
كان
كن ل تكن كائن هو وكينونة كونا يكون كان WAZAN
صار
صر ل تصر صائر هو صيرا وصيرورة يصير صار WAZAN
أضحى
أضح ل تضح مضح هو إضحاء يضحي أضحي WAZAN
ظل
97
ل تظل ظل ظال هو ظلول يظل ظل WAZAN
بات
ل تبت بت بائت هو بياتا يبيت بات WAZAN
أمسى
أمس ل تمس ممس هو إمساء يمسي أمسى WAZAN
أصبح
أصبح ل تصبح مصبح هو صباحا يصبح أصبح WAZAN
فتئ
فاتئ هو يفتئ فتئ WAZAN
انفك
منفك هو ينفك انفك WAZAN
زال
زائل هو يزال زال WAZAN
دام. amil ini hanya mempunyai fi’il mad}i saja dan tidak ada
tasrifannya.
ليس. amil ini hanya mempunyai fi’il mad}i saja dan tidak ada
tasrifannya.
KETERANGAN
Hamzah pada lafaz أن/ إنbisa dibaca 3 harokat:
Dibaca kasroh ketika hamzahnya berada dibawah ()إن, yaitu
ketika:
Berada dipermulaan perkataan, contoh: إنخخخخخخا أنزلنخخخخخخاه
(sesungguhnya kami menurunkannya). Hamzah إنpada
contoh ini dibaca kasroh karena berada di permulaan
perkataan.
Berada setelah lafaz ألyang berfungsi memulai / membuka
suatu perkataan. Contoh:( أل إن أولياء ال ل خخخوف عليهخخمingatlah
sesungguhnya wali Allah itu tidak pernah takut terhadap
mereka). hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena
berada setelah أل
Berada setelah lafaz حيخخث, contoh: ( جئت حيخخث إن زيخخدا قخخائمsaya
datang sekiranya zaid sedang berdiri). Hamzah إنpada
contoh ini dibaca kasroh karena berada setelah lafaz حيث
Berada setelah qosam (sumpah), contoh: والكتخخاب المخخبين إنخخا أنزلنخخاه
(demi kitab yang nyata, sesungguhnya kami
menurunkannya). hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh
karena berada setelah qosam, yaitu والكتاب.
Berada setelah lafaz قالdan tas}rifannya, contoh: قال إني عبد ال
(dia berkata sesungguhnya saya adalah hamba Allah).
Hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada
setelah قال.
Jika ada huruf lam ( )لpada khabar إن, contoh: وال يعلم إنك لرسوله
(Allah tahu bahwa kamu adalah utusan Allah). hamzah إن
pada contoh ini dibaca kasroh karena khabar إنada lam (
)ل, yaitu لرسوله
101
(apakah tidak mencukupi bahwa sesungguhnya kami telah
menurunkan). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah
karena kedudukannya sebagai fa’il dari dari fi’il mabni
ma’lum ()يكفي
Jika kedudukannya sebagai naibul fa’il, contoh: قل أوحي الي أنه
( استمع نفر من الجنkatakanlah, saya telah diwahyukan bahwa
sesungguhnya seseorang dari jin). Hamzah أنpada contoh
ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai naibul fa’il
dari dari fi’il mabni majhul ()أوحي
Jika kedudukannya sebagai maf’ul (objek), contoh: ول تخافون أنكم
( أشخخركتم بخخالkamu tidak takut bahwa kamu mensekutukan
Allah). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena
kedudukannya sebagai maf’ul
Jika kedudukannya sebagai mubtada’, contoh:ومن اياته أنخخك تخخرى
( الرض خاشعةtermasuk tanda-tanda kebesaran Allah adalah
kamu melihat bumi yang tunduk). Hamzah أنpada contoh
ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai mubtada’
yang diakhirkan, sedangkan khabarnya didahulukan (ومخخن
)اياته
Jika didahului oleh jer, contoh:( ذلك بأن ال هو الحقhal itu karena
Allah adalah maha benar). Hamzah أنpada contoh ini
dibaca fathah karena didahului oleh huruf jer () ب.
Bisa dibaca kasroh ( )إنatau dibaca fathah ()أن
Berada setelah fa’ jawab ()ف, contoh: فانه غفور.....من عمل منكم سوء
( رحيخخخمbarang siapa yang melakukan kejelekan.....maka
sesungguhnya Allah adalah maha pengampun dan maha
penyayang). Hamzah انpada contoh ini bisa dibaca kasroh
( )إنatau bisa dibaca fathah ( )أنkarena berada setelah fa’
jawab ()ف
Berada setelah lafaz إذاyang bermakna tiba-tiba, contoh:جئت
( فإذا ان زيدا جالسsaya datang, tiba-tiba zaid duduk). Hamzah
انpada contoh ini bisa dibaca kasroh ( )إنatau bisa dibaca
fathah ( )أنkarena berada setelah إذا.
Jika kedudukannya menjadi alasan, contoh: ندعوه انه هوالبر الرحيم
(kami berdoa kepada-NYA karena DIA adalah maha baik
dan maha penyayang). Hamzah انpada contoh ini bisa
dibaca kasroh ( )إنatau bisa dibaca fathah ( )أنkarena
menajdi alasan, yaitu alasan mengapa kami berdoa
kepadaNYA
N MARFUAT CONTOH
CIRI-CIRI
O AL-ASMA’
1 Fa’il (Pelaku) Cocok bermakna “siapa” ال نصر جاء و إذا
atau “apa” (apabila datang
Sebagai pelaku dari suatu
pertolongan
pekerjaan
Berada setelah fi’il Allah)
ma’lum dan sebagai
kalimat pokok
Berupa isim zahir /
103
dlomir / fi’il yang di
dahului أن/ kata yang
didahului أن
Cocok bermakna “siapa”
atau “apa”
Sebagai objek yang
menempati posisinya
subjek كفروا لعن الذين
Naibul Fa’il
Berada setelah fi’il majhul (orang-orang
(Pengganti
2 dan sebagai kalimat yang kafir itu
Fa’il)
pokok
dilaknat).
Berupa isim zahir /
dlomir / fi’il yang di
dahului أن/ kata yang
didahului أن
105
MANSUBAT AL-ASMA’ (ISIM-ISIM YANG DIBACA NASHAB)
107
( وجدyakin). Contoh: ( وجدت جلود الميتة طاهرة بالدباغsaya yakin kulit
bangkai itu bisa suci dengan disamak). Jadi, ( جلخخودmaf’ul
pertama) dan ( طاهرةmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab
karena kedudukannya sebagai maf’ul وجد.
( ألفىyakin). Contoh: ( ألفوا ابخخاءهم ضخخالينmereka yakin ayah-ayah
mereka adalah orang yang tersesat). Jadi, ( ابخخخاءmaf’ul
pertama) dan ( ضالينmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab
karena kedudukannya sebagai maf’ul ألفى.
( درىyakin). Contoh: ( دريخخت فخخروض الوضخخوء سخختة أشخخياءsaya yakin
fardu-fardunya wudu’ itu ada enam perkara). Jadi, فخروض
(maf’ul pertama) dan ( سخختةmaf’ul kedua) I’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul درى.
( تعلخخمyakin). Contoh: ( تعلخخم السخخلم دينخخا حقخخاyakinlah islam adalah
agama yang benar). Jadi, ( السلمmaf’ul pertama) dan دينخا
(maf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai maf’ul تعلم.
KETERANGAN
Tas}rif dari ظخخنdan saudara-saudaranya juga bisa beramal, yaitu
berupa fi’il mad}i, fi’il mud}ari’, isim masdar, isim fa’il, isim
maf’ul dan fi’il amr. Contoh:
Berupa fi’il mad}i. Contoh: ( ظن زيد الماء مستعملzaid menyangka air
itu musta’mal / sudah digunakan).
ظن: amil nawasikh berupa fi’il mad}i
زيد: fa’il
الماء: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya
nashab
مستعمل: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab
Berupa fi’il mud}ari’. Contoh:نظممن المحاضممر علمممة (kami menyangka
dosen itu sangat pintar).
109
تعلم : amil nawasikh yang hanya punya bentuk fi’il amr
السلم: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab
دينا : maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab
Khusus وهب, hanya mempunyai bentuk fi’il madly saja dan tidak
ada tas}rifnya. Contoh: ( وهبني ال فداءكAllah menjadikanku sebagai
tebusanmu).
وهب: amil nawasikh yang hanya punya bentuk fi’il madly (tidak
ada tas}rifnya)
ني : maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya
nashab
فداء : maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah maf’ul bih. Secara sederhana, maf’ul bih adalah
objek dari suatu pekerjaan. Menurut istilah, maf’ul bih adalah
isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran / objek dari
pekerjaan fa’il (pelaku) . contoh: ( ضربت زيداsaya memukul zaid).
ضرب: fi’il / kata kerja (sebagai amil) : mabni fathah
ت : fa’il / pelaku : i’rabnya rafa’
secara mahalli
زيدا : maf’ul bih / objek (sebagai ma’mul): i’rabnya
nashab
Jadi, زيداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah fathah karena زيخداadalah
isim mufrad. Lafaz زيداdisebut nahsob karena menjadi objek /
sasaran dari pekerjaan fa’il, yaitu saya memukul ()ضربت
Ada dua pembagian isim maf’ul, yaitu:
Maf’ul bih sarih (jelas)
Yaitu maf’ul bih yang jelas (tidak berupa ta’wil masdar,
jumlah, jar majrur). Maf’ul bih sarih ini ada dua macam, yaitu:
Isim zahir (isim asli dan bukan kata ganti). Contoh: والذي يوجب
( الغسل ستة أشياءsesuatu yang mewajibkan mandi ada 6 hal).
Jadi, الغسلi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai
maf’ul bih berupa isim zahir. Tanda i’rabnya adalah fathah
karena الغسلadalah isim mufrad.
Isim d}amir (kata ganti). Contoh: ( نصخخخخرتكsaya telah
menolongmu). Jadi, كI’rabnya adalah nashab secara
mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, كadalah mabni karena ك
adalah termasuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir.
Maf’ul bih isim d}amir ini ada dua macam, muttas}il dan
munfas}il. Rinciannya sebagai berikut:
D}amir muttasil (bersambung). Contoh: ( نصرتكsaya telah
menolongmu). Jadi, كI’rabnya adalah nashab secara
mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena
kedudukannya sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, ك
adalah mabni karena كadalah termasuk dari isim
mabni, yaitu isim d}amir.
Rincian maf’ul bih d}amir muttasil adalah sebagai
berikut:
111
D}AMIR CONTOH
ARTINYA
MUTASHIL
( نصرهdia menolong
ه Dia satu laki-laki dia satu laki-laki)
D}AMIR CONTOH
ARTINYA
MUNFASIL
( إياه نصرhanya
إياه Dia satu laki-laki kepadanya satu laki-
laki dia menolong)
Maf’ul bih ghoiru sarih (tidak jelas), yaitu ada tiga macam:
Berupa kalimat yang dita’wil (dirubah) masdar setelah adanya
huruf yang menta’wil masdar (seperti )أن. Contoh: علمت أنك
( مجتهخخخخدsaya tahu bahwa kamu bersungguh-sungguh).
Susunan أنخك مجتهخدadalah maf’ul bih berupa kalimat yang
dita’wil masdar karena ada huruf masdarnya, yaitu أن.
ta’wil dari أنك مجتهدadalah ( اجتهادكkesungguhanmu).
Jadi, أنخخخك مجتهخخخدI’rabnya adalah nashab secara mahalli.
Artinya أنخخك مجتهخخدberi’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih.
Akan tetapi secara lafaz, أنadalah huruf, hukumnya mabni.
كhukumnya mabni karena isim d}amir. مجتهخخخدI’rabnya
adaah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar أن.
Berupa jumlah (susunan kata) yang yang dita’wil mufrad.
Contoh: ( ظننتخخخك تجتهخخخدsaya menyangkamu bersungguh-
sungguh). Lafaz تجتهخخدadalah maf’ul bih berupa jumlah
(berupa susunan fi’il dan fa’il). تجتهخخدini adalah jumlah
yang dita’wil mufrad. Ta’wil تجتهخخدadalah ( مجتهخخدyang
bersungguh-sungguh)
Jadi, تجتهدI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya
تجتهخخخدberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai
maf’ul kedua dari ظن.
Akan tetapi secara lafaz, تجتهخخخدI’rabnya adalah rafa’
karena berupa fi’il mud}ari’ yang tidak didahului oleh amil
nashab dan amil jazm
Berupa jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan). Contoh:
( أمسكت بيدكsaya memegang tanganmu). بيدكadalah maf’ul
bih berupa jer majrur.
Jadi, بيخخدكI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya
بيدكberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul
113
bih.
Akan tetapi secara lafaz, بadalah mabni karena berupa
isim d}amir. يدكI’rabnya jer karena didahului oleh huruf jer
()ب
KETERANGAN
Pada dasarnya maf’ul bih berada setelah fi’il dan fa’il. Contoh: ضربت
( زيداsaya memukul zaid). زيداkedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz زيداsebagai maf’ul berada setelah fi’il (
)ضربdan fa’il ()ت
akan tetapi adakalnya:
Maf’ul berada setelah fi’il tapi sebelum fa’il (fi’il + maf’ul + fa’il),
yaitu dalam tiga keadaan:
Jika fa’ilnya bersambung dengan isim d}amir yang kembali
kepada maf’ul bih. Contoh: ( أكخخخرم سخخخعيدا غلمخخخهanaknya
memulyakan sa’id). سعيداkedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz سخخعيداsebagai maf’ul bih berada
setalah fi’il ( )أكرمakan tetapi berada sebelum fa’il ()غلم
karena fa’ilnya bersambung dengan isim d}amir yang
kembali kepada maf’ul () غلمخخه. D}amir هkembali
kepada maf’ul bih ()سعيدا
Jika fa’ilnya berupa isim zahir dan maf’ul bih berupa isim
d}amir muttasil. contoh: ( ضخخربني زيخخدzaid memukulku). نخخي
kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim d}amir.
Lafaz نيsebagai maf’ul bih berada setelah fi’il ( )ضربtapi
berada sebelum fa’il ( ) زيدkarena maf’ul bih berupa isim
d}amir muttasil ( )نيsedangkan fa’ilnya berupa isim zahir (
) زيد
Jika fa’ilnya berupa lafaz yang dikecualikan (Mustasna).
Contoh: مخخا أكخخرم سخخعيدا إل خالخخد. (tidak ada yang memulyakan
sa’id kecuali kholid). سعيداkedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz سخخعيداsebagai maf’ul bih berada
setealah fi’il ( )أكرمtapi sebelum fa’il ()خالد, karena fa’ilnya (
)خالدberupa lafaz yang dikecualikan.
Maf’ul berada sebelum fi’il dan fa’il (maf’ul + fi’il + fa’il). Yaitu
dalam beberapa keadaan, yaitu:
Maf’ul bih berupa isim syarat (isim yang butuh pada jawab).
Contoh: ( مخخن يضخخلل ال خ فمخخا لخخه مخخن هخخادbarang siapa yang Allah
sesatkan, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk). من
kedudukannya maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz مخخن
sebagai maf’ul bih berada sebelum fi’il ( )يضللdan fa’il ()ال,
karena maf’ul bih berupa isim syarat ()من
Maf’ul bih berupa isim isim nahi (pertanyaan). Contoh: فأي ايات
( الخخخ تنكخخخرونmaka ayat yang mana yang kamu kalian
ingkari?). أيkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim
zahir. Lafaz أيsebagai maf’ul bih berada sebelum fi’il (
)تنكرونdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu )هم, karena
maf’ul bih berupa isim nahi ()أي
Maf’ul bih berupa كمatau كأينyang bermakna berita (bukan
pertanyaan). Contoh: ( كم كتاب ملكتbanyak kitab yang saya
punya). كمkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim
zahir. Lafaz كمsebagai maf’ul berada sebelum fi’il ( )ملكdan
fa’il ()ت, karena berupa كم.
Berupa maf’ul bih yang dinashabkan oleh jawab أما. contoh:
( فأما اليتيم فل تقهرmaka janganlah memaksa anak yatim). اليتيم
kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz
اليخختيمberada sebelum fi’il ( )تقهخخرdan fa’il (d}amir yang
tersimpan, yaitu )أنت
Maf’ul bih yang didahulukan karena tujuan mengkhususkan.
Contoh: ( إياك نعبدhanya kepadaMU kami menyembah). إياك
kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim d}amir.
Lafaz إياكberada sebelum fi’il ( ) نعبدdan fa’il (isim d}amir
yang tersimpan, yaitu )نحخخخخخخن, karena bertujuan
menghususkan maf’ul bih
Pada dasarnya fi’il dari maf’ul bih disebutkan. Contoh: ضخخربت زيخخدا
(saya memukul zaid). زيخخداkedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz زيداsebagai maf’ul bih disebutkan dalam
perkataan.
Akan tetapi adakalnya maf’ul bih tidak disebut dalam suatu
perkataan. Contoh: ( ماذا أنزل ربكم؟ قالوا خيراapa yang Allah turunkan
padamu? Mereka berkata, kebaikan). خيراkedudukannya sebagai
maf’il bih berupa isim zahir. Fi’il dari maf’ul bih dibuang. Asalnya
adalah خيرا أنزل. lafaz أنزلadalah fi’il yang tidak disebutkan
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah masdar, atau juga diebut maf’ul mutlaq. Masdar
menurut istilah adalah isim yang dibaca nashab, yang
menunjukkan suatu pekerjaan / peristiwa tanpa terikat oleh
waktu. Dalam tas}rif, masdar berada pada urutan ketiga.
115
Contoh: قياما قام – يقوم- . Jadi yang disebut masdar adalah yang
berada pada urutan ketiga, yaitu قياما. contoh: وكلم ال موسى تكليما
(Allah berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya
firman).
كلم : fi’il mad}i (seabagai amil) : mabni fathah
ال : fa’il : i’rabnya rafa’
موسى: maf’ul : i’rabnya nashab
تكليما: masdar (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab
Jadi, تكليماi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
masdar. Tanda i’rab nashabnya adalah fathah karena تكليماadalah
isim mufrad.
Pada contoh diatas, ( كلمfi’il mad}i) adalah amil yang memerintah
تكليماagar beri’rab nashab.
Macam-Macam Masdar
Masdar mempunyai dua pembagian, yaitu:
Dilihat dari segi bentuknya, ada dua macam:
Masdar lafzi, yaitu masdar yang lafaz dan ma’nanya sama
dengan amilnya (fi’il / isim masdar / isim fa’il / isim maf’ul /
sifat mushabihat). Contoh: Contoh: ( وكلم ال موسى تكليمخخاAllah
berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya
firman). Jadi, تكليماi’rabnya nashab karena kedudukannya
sebagai masdar. تكليماadalah masdar lafzi karena lafaz dan
makna ( تكليماberfirman) sama dengan amilnya, yaitu كلخخم
(berfirman)
Masdar ma’nawi, yaitu masdar yang maknanya sama dengan
amilnya (fi’il / isim masdar / isim fa’il / isim maf’ul / sifat
mushabihat), tapi lafaznya tidak sama. Contoh: جلس زيد قعودا
(zaid benar-benar wudlu’). Jadi, قعخخخوداi’rabnya nashab
karena kedudukannya sebagai masdar. قعوداadalah masdar
ma’nawi, karena maknaya saja yang sama dengan
amilnya, yaitu قعوداsebagai masdar bermakna duduk, dan
جلخخخسsebagai amil juga bermakna duduk. Akan tetapi
lafaznya berbeda, yaitu masdarnya adalah قعخخخودا, dan
amilnya adalah جلس
117
berfungsi menjelaskan hitungan arti yang terkandung pada
دكتsebagai amil. Jadi pada contoh ini masdar menjeskan
berapa hitungan benturan, yaitu satu kali benturan.
Keterangan: pada masdar ini, setelah masdar ada ta’
marbutoh ( )ةyang disebut ta’ murroh. Contoh: دكة. setelah
masdar ( )دكada ta’ marbutoh.
HAAL (KEADAAN)
Ciri-Ciri Haal
Cocok bermakna “ dalam keadaan”
Sebagai penjelas keadaan dari sahibul hal
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Biasanya berupa sifat (isim fa’il / isim maf’ul / sifat musyabihat)
Berupa isim nakirah
Contoh: ( مؤمنا بيختي دخخل لمخنbagi orang yang masuk ke rumahku
dalam keadaan beriman)
Penjelasan
Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab)
adalah haal. Yang dimaksud haal adalah isim sifat yang dibaca
nashab yang menjelaskan keadaan / tingkah laku yang samar
dari shohibul hal (isim yang dijelaskan keadaannya). Contoh: جاء
(زيد فارحاzaid datang dalam keadaan senang).
جاء : fi’il mad}i (sebagai amil) : mabni fathah
زيد : fa’il (shohibul hal) : i’rabya rafa’
فارحا: haal : i’rabnya nashab
Jadi, فارحاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
haal. Tanda i’rabnya adalah nashab karena فارحخخاadalah isim
mufrad. Yang menashabkan فارحخخاsebagai haal adalah amil
berupa fi’il mad}i ()جخخاء. Lafaz فارحخخاsebagai haal menjelaskan
keadaan زيدsebagai sahibul hal yang belum jelas keadaannya.
Jadi pada contoh ini, ( فارحاsenang) menjelaskan keadaan zaid,
yaitu dia datang dalam keadaan senang.
119
( مسخخرجاsaya menunggangi kuda dalam keadaan berpelana).
مسرجاi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul
bih. Sedangkan sahibul halnya adalah الفخخخخخرسyang
kedudukannya sebagai maf’ul bih. Jadi pada contoh ini,
keadaan kuda ( الفخخرس: sahibul hal) ketika saya tunggangi
adalah berpelana ( مسرجا: haal)
Kedudukan isim sebagai masdar. Contoh: ( سخرت سخيري حثيثخاsaya
berjalan dengan cepat). حثيثاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul hal nya
adalah سيريyang kedudukannya sebagai masdar. Jadi pada
contoh ini, keadaaan berjalanku ( سخخيري: sahibul hal) adalah
cepat ( حثيثا: haal)
Kedudukan isim sebagai zaraf (keterangan waktu atau tempat).
Contoh: ( سخخافرت الليخخل مظلمخخاsaya pergi di malam hari dalam
keadaan gelap). مظلمخخخخاI’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah
الليلyang kedudukannya sebagai zaraf. Jadi pada contoh ini,
keadaan malam hari ( الليخخل: sahibul hal) ketika saya pergi
adalah gelap ( مظلما: haal)
Kedudukannya sebagai maf’ul liajlih (alasan). Contoh: إفعل الخير محبة
( الخير مجردة عن الرياءkerjakanlah kebaikan karena senang pada
kebaikan, dengan keadaan terhindar dari riya’). مجردةI’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal.
Sedangkan sahibul halnya adalah محبخخةyang kedudukannya
sebagai maf’ul liajlih. Jadi pada contoh ini, keadaan senang
pada kebaikan ( محبخخة: sahibul hal) itu adalah terhindar dari
riya’ ( مجردة: haal)
Kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah (bersama). Contoh: ل تسر
( والمطخخخر نخخخازلjangan berjalan bersamaan dengan turunnya
hujan). نخخازلI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya
sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah والمطخخرyang
kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Pada contoh ini,
keadaan hujan ( والمطر: sahibul hal) adalah turun ( نازل: haal)
Macam-Macam Haal
Haal dibagi menjadi dua, mufrad dan ghairu mufrad. Rinciannya
sebagai berikut:
Mufrad (bukan jumlah/ syibhul jumlah).
Yaitu haal yang tidak berupa jumlah (Fi’liyah dan ismiyah) dan
tidak berupa syibhul jumlah(jer majrur dan zaraf). Haal ini ada
dua macam:
Berupa isim musytaq (ada tas}rifnya)
Yaitu haal berupa kalimat isim yang ada tas}rifnya, yaitu:
Isim fa’il. Contoh: ( جاء محمد ماشيا على القدامzaid datang dalam
keadaan jalan kaki). ماشياi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. ماشخخياadalah haal berupa
isim fa’il. Bentuk fi’il mad}inya adalah مشي
Isim maf’ul. Contoh: ( رجخخع الطخخالب مسخخروراmurid itu datang
dalam keadaan senang). مسروراi’rabnya adalah nashab
karena kedudukannya sebagai haal. مسروراadalah haal
berupa isim maf’ul. Bentuk fi’il mad}inya adalah سر.
Isim sifat mushabihat. Contoh:( رأيخخت المخخرأة حسخخنة وجههخخاsaya
melihat wanita yang cantik parasnya). حسخخنةi’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. حسنة
adalah haal berupa sifat mushabihat. Fi’il mad}inya
adalah حسن.
S}ighat mubalaghah. Contoh: ( جخخخاء زيخخخد نصخخخار السخخخلمzaid
datang dalam keadaan sebagai orang yang sangat
menolong islam). نصخخارi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. نصخخارadalah haal berupa
S}ighat mubalaghah. Bentuk fi’il mad}inya adalah نصر.
Berupa isim jamid (tidak ada tas}rifnya) yang dita’wil isim
musytaq
Yaitu haal berupa kalimat isim yang tidak ada tas}rifnya,
yang dita’wil menjadi isim sifat musytaq, yaitu:
Lafaz yang menunjukkan arti menyerupakan. Contoh: كر زيد
( عخخدوه أسخخداzaid menyerang musuhnya dengan berani
seperti singa). أسخخخداi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. أسخخداadalah haal berupa
isim jamid. Ta’wilnya adalah : ( شجاعا كالسدberani seperti
singa)
Lafaz yang menunjukkan arti tertib. Contoh: قرأت الكتاب بابا بابا
(saya membaca kitab berurutan satu bab-satu bab). بابا
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
haal. بابخخخاadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya
adalah: ( مترتباberurutan)
Lafaz yang menunujukkan arti persekutuan. Contoh: كلمته فاها
( الخخخخى فخخخخاهsaya berkata kepaanya secara langsung
berhadap-hadapan). فاهاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. فاهاadalah haal berupa isim
jamid. Ta’wilnya adalah: ( متشافهينberhadapan langsung)
Lafaz yang menunjukkan arti harga. Contoh: بعت القمح جرامخخا
( بألف ربيةsaya menjual gandum ini setiap gram seribu
rupiah). جرامخخخخخخاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. جرامخخاadalah haal berupa
isim jamid. Ta’wilnya adalah:( مسعرا كل جرامdihargai tiap
gram)
Lafaz berupa masdar nakirah. Contoh: جخخخاء مصخخخطفى بغتخخخة
(mustofa datang secara tiba-tiba). بغتةi’rabnya adalah
121
nashab karena kedudukannya sebagai haal. بغتةadalah
haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah: ( باغتاtiba-tiba)
123
)خاشعا
Ketika haal didahului oleh nafi (peniadaan, seperti ) ما. Contoh: ما
( فخخي المسخخجد صخخائم نائمخخاtidak ada seorangpun yang berpuasa di
masjid dalam keadaan tidur). صائمadalah sahibul hal berupa
isim nakirah karena haal didahului oleh nafi ()ما
Ketika sahibul hal disifati dengan isim nakirah yang lain. Contoh:
( جخخائت مسخخلمة صخخالحة متبسخخمةseorang muslimah yang sholihah itu
datang dalam keadaan tersenyum). مسلمةadalah sahibul hal
berupa isim nakirah karena disifati dengan isim nakirah yang
lain ()صالحة.
Ketika haal berupa jumlah yang didahului wawu haaliyah ( وyang
bermakna keadaan). Contoh: ( جاء طالب وهخخو بخخاكseorang murid
datang dalam keadaan menangis). طخخالبadalah sahibul hal
berupa isim nakirah karena haalnya berupa jumlahyang
didahului wawu haaliyah ()وهو باك
TAMYIZ
Ciri-Ciri Tamyiz
Cocok bermakna “apanya”
Sebagai penjelas dari kalimat yang samar pada kalimat
sebelumnya
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Berupa isim masdar / isim jamid
Biasanya berada setelah isim tafdlil atau setelah bilangan 11 – 99
Contoh: ( تأويل أحسخخن و خيخخر ذلخخكhal itu lebih baik dan lebih bagus
penafsirannya)
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah tamyiz. Secara istilah, tamyiz adalah isim nakirah
yang dibaca nashab, yang mengandung makna مخخخن, yang
berfungsi untuk menjelaskan nisbat atau zat dari suatu jenis
yang masih samar. Contoh: ( حسخخن عفيخخف خلقخخاafif itu bagus budi
pekertinya)
حسن: fi’il mad}i (sebagai amil)
عفيف: fa’il : i’rabnya rafa’
خلقا : tamyiz (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab
Jadi, خلقاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
tamyiz. Jadi, خلقاsebagai tamyiz ini menjelaskan nisbat dari حسن
yang masih samar (tidak jelas).
Macam-Macam Tamyiz
Tamyiz ada dua macam, zat dan nisbat. Rinciannya sebagai
berikut:
Tamyiz zat / mufrad, yaitu tamyiz yang berfungsi untuk
menghilangkan kesamaran yang ada pada kalimat isim
sebelumnya. Tamyiz zat / mufrad empat macam:
Tamyiz ‘adad (hitungan). Yaitu tamyiz yang berfungsi
menjelaskan barang yang dihitung, sebab barang tersebut
belum diketahui. Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya melihat 11
bintang). كوكبخخخخخخخاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa tamyiz adad.
( كوكبخخاbintang) sebagai tamyiz menjelaskan benda yang
dihitung, yaitu hitungan 11 ()أحد عشر. Jadi pada contoh ini
ada pertanyaan, “apanya yang 11”? Maka tamyiz ( )كوكبا
berfungsi menjelaskan, “yang 11 adalah bintangnya”
Tamyiz miqdar (ukuran). Yaitu tamyiz yang berfungsi
menjelaskan barang yang mempunyai kadar, sebab barang
tersebut belum diketahui. Kadar tersebut berupa:
(مساحةukuran). Contoh:( اشتريت هكتارا عقاراsaya membeli satu
hektar tanah). عقخخاراi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu tamyiz berupa
ukuran. ( عقخخخاراtanah) sebagai tamyiz menjelaskan
ukuran, yaitu barang satu hektar ( )هكتخخاراyang belum
diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya
yang satu hektar?” maka tamyiz ( عقخخخارا: tanah)
berfungsi menjelaskan, “ yang satu hektar adalah
tanahnya”
(وزنtimbangan). Contoh: ( اشخختريت كيلخخوين ارزاsaya membeli
dua kg beras). ارزاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa ukuran
timbangan. ( ارزاberas) sebagai tamyiz menjelaskan
timbangan, yaitu barang dua kilo gram ( )كيلخخوينyang
belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “
apanya yang dua kilo gram?”. Maka tamyiz ( ارزا: beras)
berfungsi menjelaskan, “ yang dua kg adalah berasnya”
(كيلtakaran). Contoh:( املك صاعا قمحخاsaya mempunyai satu
sak gandum). قمحخخخخاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa ukuran
takaran. ( قمحخخاgandum) sebagai tamyiz menjelaskan
takaran, yaitu satu sak ( )صاعاyang belum diketahui. Jadi
pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang satu
sak?” maka tamyiz ( قمحا: gandum) menjelaskan, “ yang
satu sak adalah gandumnya”
Tamyiz syibhu al-miqdar (menyerupai ukuran). Yaitu tamyiz
yang berfungsi menjelaskan sesuatu yang menyerupai
kadar, sebab sesuatu itu kadarnya tidak diketahui dengan
pasti dan tidak dapat diukur dengan alat tertentu (seperti
tamyiz miqdar). Keserupaan itu antara lain:
Menyerupai ukuran. Contoh: ( عنخخخخدي مخخخخد البصخخخخر أرضخخخاsaya
mempunyai tanah sejauh pandangan mata). أرضخخخا
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
tamyiz, yaitu berupa sesuatu yang menyerupai ukuran.
125
( أرضاtanah) sebagai tamyiz menjelaskan sesuatu yang
menyerupai kadar, yaitu sejauh pandangan mata (مخخد
)البصرyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada
pertanyaan, “ apanya yang sejauh pandangan mata?”
maka tamyiz ( أرضا: tanah) menjelaskan, “ yang sejauh
pandangan mata adalah tanahnya”
Menyerupai timbangan. Contoh: فمخخن يعمخخل مثقخخال ذرة خيخخرا يخخره
(barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji
dzarrohpun, maka niscaya dia akan melihat
balasannya). خيخخخخراi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa sesuatu
yang menyerupai timbangan. ( خيخخراkebaikan) sebagai
tamyiz menjelaskan sesuatu yang menyerupai
timbangan, yaitu seberat biji dzarroh ( )مثقخخال ذرةyang
belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “
apanya yang seberat biji dzarroh?” maka tamyiz ( خيرا:
kebaikan) menjelaskan, “ yang seberat biji dzarroh
adalah kebaikannya”
Menyerupai takaran. Contoh: ( عنخخخخخخخدي جيخخخخخخخس ارزاsaya
mempunyai sekarung beras). ارزاi’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu
berupa sesuatu yang menyerupai takaran. ( ارزاberas)
sebagai tamyiz menjelaskan sesuatu yang menyerupai
takaran, yaitu sekarung ( )جيخخخسbarang yang belum
diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya
yang sekarung?” maka tamyiz ( ارزا: beras)
menjelaskan, “ yang sekarung adalah berasnya”
Tamyiz yang yang diberlakukan seperti miqdar (ukuran), yaitu
jika shohib al-tamyiz (lafaz yang dijelaskan) berupa isim
mubham (isim yang butuh pada penjelas dan perinci).
Contoh: ( ولخخخخخو جئنخخخخخا بمثلخخخخخه مخخخخخدداsekalipun kamai (Allah)
mendatangkan tambahan sebanyak itu). مخخخدداi’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu
berupa isim mubham. ( مخخدداtambahan) sebagai tamyiz
menjelaskan isim mubham, yaitu sebanyak itu ( )بمثلهyang
belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan,
“apanya yang sebanyak itu?” maka tamyiz ( مخخخددا:
tambahan) menjelaskan, “yang sebanyak itu adalah
tambahannya”
KETERANGAN
Amil yang menashabkan tamyiz dibagi menjadi dua:
Jika berupa tamyiz zat / mufrad, maka amilnya adalah shohib al-
tamyiz (lafaz yang dijelaskan). Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya
melihat 11 bintang). كوكبخخاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz. Amil yang menashabkan
tamyiz adalah shohib al-tamyiz, yaitu: 11) )أحد عشر
Jika berupa tamyiz nisbat / jumlah, maka amilnya adalah fi’il atau
yang serupa dengan fi’il yang berada sebelum tamyiz. Contoh:
( واشخختعل الخخرأس شخخيباkepalanya bersinar, ubannya). شخخيباi’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz. Amil
yang menashabkan tamyiz adalah ( اشتعلbersinar)
Tamyiz harus berupa isim nakirah, dan harus berada setelah shohib
al-tamyiz (lafaz yang dijelaskan). Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya
melihat 11 bintang). كوكبخخخاi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai tamyiz. كوكبخخخاsebagai tamyiz adalah
berupa isim nakirah dan berada setelah shohib al-tamyiz (أحخخد
127
)عشر.
Penjelasan
Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nas}ab)
adalah zaraf. Secara istilah, zaraf adalah isim yang dibaca
nashab yang menunjukkan arti keterangan waktu atau tempat,
yang mengandung makna ( فيdi, didalam, pada). Contoh: أصلي
( التهجد ليلsaya sholat tahajjud dimalam hari).
أصلي: fi’il mud}ari’ (sebagai amil) : i’rabnya rafa’
التهجد: maf’ul bih : i’rabnya nashab
ليل : zaraf (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab
Jadi, ليلi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
zaraf, yaitu menunjukkan arti waktu. Tanda i’rabnya adalah
fathah karena ليلadalah isim mufrad. ليلmengandung makna في
. jadi kalau ditampakkan menjadi ( في الليلdimalam hari)
Macam-Macam Zaraf
Zaraf dibagi menjadi dua, yaitu:
Zaraf zaman (keterangan waktu). Zaraf zaman dibagi menjadi
tiga:
Zaraf zaman mukhtas} (tertentu). Yaitu zaraf yang
menunjukkan kadar waktu yang ditentukan, dan menjadi
jawaban dari dari lafaz ( متىkapan). Contoh:تيممت يوم الجمعخخة
(saya bertayammum hari jum’at). يخخخومi’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. يخخومadalah
zaraf zaman mukhtas} karena waktunya ditentukan yaitu
hari jumat, dan menjadi jawaban dari ( متىkapan). Jadi pada
contoh ini ada pertanyaan, “ kapan saya berpuasa?”
jawabannya adalah “hari jum’at (”) يوم الجمعة
Zaraf zaman ma’dud (terhitung). Yaitu zaraf yang
menunjukkan kadar waktu yang bisa dihitung, dan menjadi
jawaban dari lafaz ( كخخمberapa). Contoh:( صخخمت شخخهراsaya
berpuasa satu bulan). شهراi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai zaraf. شخخهراadalah zaraf zaman
ma’dud karena waktunya bisa dihitung yaitu satu bulan,
dan menjadi jawaban dari ( كمberapa). Jadi pada contoh ini
ada pertanyaan, “ berapa lama saya berpuasa?”
jawabannya adalah “satu bulan(”) شهرا
Zaraf zaman mubham (samar). Yaitu zaraf yang menunjukkan
kadar waktu yang tidak ditentukan, dan tidak menjadi
jawaban dari apapun. Contoh:( جمعخخت الصخخلة أحيانخخاkadang-
kadang saya menjama’ / menggabungkan sholat). أحيانخخا
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
zaraf. أحياناadalah zaraf zaman mubham karena waktunya
tidak bisa ditentukan.
Keterangan
I’rab zaraf zaman dibagi menjadi dua:
Jika zaraf zaman mengandung makna ( فيdi, didalam, pada),
maka zaraf zaman (mukhtash, ma’dud, mubham) ber’irob
nashab. Contoh: ( تيممت يوم الجمعةsaya bertayammum pada
hari jum’at). يخخخخخومi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai zaraf. يومberi’rab nashab sebagai
zaraf karena mengandung makna فخخخخي. Jadi kalau
ditampakkan menjadi ( يوم فيpada hari)
Jika zaraf zaman tidak mengandung makan ( فيdi, didalam,
pada), maka zaraf zaman ber’irob sesuai dengan tuntutan
amil. Contoh: ( جاء يخخوم الجمعخخةhari jum’at tiba). يخخومi’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il. يومpada
contoh ini tidak mengandung makna فخخي, jadi artinya
adalah hari jum’at.
Zaraf makan (keterangan tempat). Zaraf makan dibagi menjadi
dua, yaitu:
Zaraf makan mubham (samar). Yaitu zaraf yang menunjukkan
kadar tempat yang tidak ditentukan (artinya bentuknya
tidak bisa dilihat oleh panca indra dan bentuknya tidak ada
batasan tertentu). Termasuk zaraf makan mubham adalah:
Isim yang menunjukkan arah, seperti. contoh: المأموم يصلي
( جماعة وراء المخامma’mum itu sholat jama’ah dibelakang
129
imam). وراءi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannnya sebagai zaraf. ( وراءdibelakang) adalah
zaraf makan mubham bentuk dibelakang itu tidak bisa
dilihat dengan panca indra dan tidak ada batasan yang
jelas.
Isim yang menunjukkan ukuran tempat, seperti. contoh:
( سرت ميلsaya berjalan satu mil). ميلi’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. ( ميلsatu
mil) adalah zaraf mubham karena bentuk satu mil itu
tidak bisa dilihat dengan panca indra.
Zaraf makan mukhtash (tertentu). Yaitu zaraf yang
menunjukkan tempat yang ditentukan (artinya bentuknya
tertentu dan ada batasannya). Contoh: زيخخد يصخخلي فخخي المسخخجد
(zaid sholat di masjid). المسجدi’rabnya jer karena didahului
oleh huruf jer ()فخخي. Lafaz ( المسخخجدmasjid) adalah zaraf
makan mukhtash karena bntuknya bisa dilihat dengan
panca indra dan bentuknya mempunyai batasan tertentu.
Keterangan
Zaraf makan wajib beri’rab nashab dalam tiga keadaan, yaitu:
Berupa zaraf makan mubham (menunjukkan arah dan
menunjukkan ukuran tempat) yang mengandung makna فخخي
(di, di dalam, pada). Contoh: المخخخأموم يصخخخلي جماعخخخة وراء المخخخام
(ma’mum itu sholat jama’ah dibelakang imam). وراءi’rabnya
adalah nshob karena kedudukannya sebagai zaraf. وراء
beri’rab nashab sebagai zaraf karena mengandung makan في.
jadi kalau ditampakkan menjadi ( وراء فيdibelakang)
Jika zaraf makan mubham itu tidak mengandung makna في,
maka maka zaraf zaman ber’irob sesuai dengan tuntutan
amil. Contoh: ( الكلومتر الف مترsatu kilo meter itu adalah seribu
meter). الكلومخخترi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya
sebagai mubtada’. Jadi الكلومخخترtidak beri’rab nashab karena
tidak mengandung makna في. Begitu juga lafaz مخترi’rabnya
adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. مخختر
tidak beri’rab nashab karena tidak mengandung makna في.
Berupa zaraf yang lafaznya ditas}rif dari amilnya, baik zaraf
makan mubham atau mukhtash. Contoh: ( جلست مجلس العلماءsaya
duduk di tempat berkumpulnya ulama’). مجلسi’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. ( مجلخخسtempat
duduk / berkumpul) sebagai zaraf beri’rab nashab karena
lafaznya ditas}rif dari amilnya, yaitu ( جلسduduk)
KETERANGAN
Kalimat isim zaman yang bisa dijadikan zaraf zaman (selain lafaz
) أشهرadalah:
Zaraf zaman Artinya Zaraf zaman Artinya
Catatan
131
1 mil = 4000 langkah
1 farsakh = 3 mil = 12.000 langkah
1 barid = 4 farsakh = 12 mil = 48.000 langkah
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah Mustasna. Secara istilah, Mustasna adalah isim
yang berada setelah adat istisna’ (lafaz untuk mengecualikan),
yang dikeluarkan dari hukum lafaz yang berada sebelum adat
istisna’ . Contoh: ( وجلود الميتة تطهر بالدباغ إل جلد الكلب والخنزيرkulit-kulit
bangkai itu bisa menjadi suci dengan cara disamak, kecuali
bangkai anjing dan babi).
وجلود الميتة: Mustasna minhu (yang mempunyai hukum)
تطهر بالدباغ: Hukum
إل : Adat istisna’
جلد : Mustasna (yang dikecualikan)
Jadi, جلدi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
Mustasna. Tanda i’rabnya adalah fathah karena جلدadalah isim
mufrad. Lafaz جلدdisebut Mustasna karena merupakan lafaz yang
berada setelah adat istisna’ ()إل, yang mana lafaz ( جلدkulit) itu
dikeluarkan dari hukum ( )تطهر بالدباغlafaz yang berada sebelum
adat istisna’ ()وجلود الميتة.
Jadi pada contoh tersebut, semua kulit bangkai bisa disucikan
dengan cara disamak. Tapi kulit anjing dan babi ( جلد الكلب والخنزير:
sebagai Mustasna) dikeluarkan / dikecualikan dari hukum bisa
suci itu. Maka kulit anjing dan babi itu tidak bisa disucikan walau
sudah disamak.
( حضرhadir) : hukum
( الطلبmurid-murid) : Mustasna minhu
إل (kecuali) : adat istisna’
( زيداzaid) : Mustasna
حضرdisebut hukum karena merupakan peristiwa (yaitu hadir)
yang dimiliki oleh murid-murid ( الطلب: Mustasna minhu ).
Jadi peristiwa yang dimiliki oleh murid-murid adalah hadir (
)حضر.
إلdisebut istisna’ karena berfungsi mengecualikan zaid ( زيدا:
Mustasna) dari peristiwa datang ( حضخخخر: hukum) yang
dimiliki oleh murid-murid ( الطلب: Mustasna minhu )
الطلبdisebut Mustasna minhu karena berada sebelum إل
(adat istisna’ ), dan memiliki peristiwa hadir ( حضخخر:
hukum). Jadi, yang hadir adalah murid-murid ()الطلب
زيداdisebut Mustasna karena berada setelah ( إلadat istisna’
), dan merupakan lafaz yang dikecualikan dari peristiwa
hadir ( حضر: hukum) yang dimiliki oleh murid-murid (الطلب
: Mustasna minhu ). Jadi, semua murid itu hadir, kecuali
zaid ( ) زيداyang tidak hadir.
Istilah-istilah yang terdapat pada susunan kalimat istisna’ :
Kalam Tam: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna
minhu nya disebutkan. Contoh: ( حضخخر الطلب إل زيخخداmurid-
murid hadir kecuali zaid). Jadi, susunan istisna’ ini disebut
kalam tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ()الطلب
Kalam naqis: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna
minhu nya tidak disebutkan. Contoh: ( ما حضخخر إل زيخخدtidak
ada yang hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut
kalam naqis karena Mustasna minhu nya tidak disebutkan.
Kalam mujab: susunan kalam istisna’ yang tidak didahului
oleh nafi (peniadaan, seperti ) ماatau yang menyerupai
nafi {nahi (larangan, seperti ) لdan nahi (pertanyaan,
133
seperti }) هل. Contoh: ( حضر الطلب إل زيداmurid-murid hadir
kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam mujab
karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi
()حضر.
Kalam ghoiru mujab / kalam manfi: yaitu susunan kalam
istisna’ yang didahului oleh nafi atau yang menyerupai
nafi (nahi dan nahi) ( مخخا حضخخر إل زيخخدtidak ada yang hadir
kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam ghoiru
mujab karena didahului oleh nafi ()ما حضر
Istisna’ muttasil: yaitu susunan kalam istisna’ yang
mustananya sejenis dengan Mustasna minhu nya. Contoh:
( حضر الطلب إل زيداmurid-murid hadir kecuali zaid). Susunan
istisna’ ini disebut istisna’ muttasil karena Mustasnanya (
) زيداsejenis dengan Mustasna minhu nya ()الطلب. Jadi, zaid
( ) زيداadalah sejenis dan merupakan bagian dari murid-
murid ()الطلب
Istisna’ munqoti’ / munfasil: yaitu susunan kalam istisna’
yang mustasnya tidak sejenis dengan Mustasna minhu nya.
Contoh: ( حضر الطلب إل كتبهمmurid-murid hadir kecuali buku-
buku mereka). Susunan istisna’ ini disebut istisna’
munqoti’ karena Mustasnanya ( )كتبtidak sejenis dengan
Mustasna minhu nya ()الطلب. Jadi, kitab-kitab ( )كتخبtidak
sejenis dan bukan merupan bagian dari murid ()الطلب
I’rab Mustasna
I’rab Mustasna ada 4 macam:
Jika adat istisna’ nya berupa إل, maka I’rab mustasna sebagai
berikut:
Jika berupa kalam tam mujab, maka mustasna beri’rab
nashab, baik berupa istisna’ muttasil atau munqoti’.
Contoh yang berupa istisna’ muttasil: حضخخر الطلب إل زيخخدا
(murid-murid hadir kecuali zaid). زيداi’rabnya nashab
karena kedudukannya sebagai Mustasna dari kalam tam
mujab.
Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (
)الطلب. Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi
atau yang menyerupai nafi ()حضخخر. Disebut muttasil
karena Mustasna ( ) زيداsejenis dengan Mustasna minhu
()الطلب
Contoh berupa istisna’ munqoti’: ( حضر الطلب إل كتبهمmurid-
murid hadir kecuali buku-buku mereka). كتخخبi’rabnya
nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna dari
kalam tam mujab.
Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (
)الطلب. Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi
atau yang menyerupai nafi ()حضخخر. Disebut munqoti’
karena Mustasna ( )كتبtidak sejenis dengan Mustasna
minhu ()الطلب
Jika berupa kalam tam manfi, maka I’rab Mustasna dibagi
menjadi dua:
Jika berupa istisna’ muttasil, maka lebih baik Mustasna
kedudukannya menjadi badal (pengganti) dan I’rabnya
sesuai dengan kalimat yang diganti. Contoh: مخخخخا
( حضرالطلب إل زيدtidak ada yang hadir kecuali zaid). زيد
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
badal (pengganti) dari الطلبyang I’rabnya juga rafa’
karena menjadi fa’il.
Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (
)الطلب. Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau
yang menyerupai nafi ()ما حضر. Disebut muttasil karena
Mustasna ( ) زيداsejenis dengan Mustasna minhu ()الطلب
Jika berupa istisna’ munqoti’, maka I’rab Mustasna adalah
nashab. Contoh: ( حضر الطلب إل كتبهم ماmurid-murid tidak
ada yang hadir kecuali kitab-kitab mereka). كتبI’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya menjadi
mustatsna berupa tam manfi munqoti’.
Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan (
)الطلب. Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau
yang menyerupai nafi ()ما حضر. Disebut muttasil karena
Mustasna ( )كتبtidak sejenis dengan Mustasna minhu (
)الطلب
Jika berupa kalam naqis}, maka adat istisna’ إلtidak
difungsikan. Oleh karena itu I’rab mustatsna adalah sesuai
dengan tuntutan amil.
Contoh: ( ما حضر إل زيدtidak ada yang hadir kecuali zaid). زيد
i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il
(pelaku) dari fi’il ()حضر. Sedangkan adat istitsna’ إلtidak
difungsikan. Disebut naqis karena Mustasna minhu tidak
disebutkan.
Contoh lain: ( مخخا رأى عفيخخف إل مخخرأةafif tidak melihat kecuali
kepada perempuan). مرأةi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai maf’ul bih (objek). Sedangkan adat
istitsna’ إلtidak difungsikan. Disebut naqis karena
Mustasna minhu tidak disebutkan
Jika adat istisna’ nya berupa غيخر, سخواء, سخوي,سخوي, maka i’rab
Mustasna adalah jer sebagai mud}af ilaih. Contoh: حضر الطلب
( غير زيدmurid-murid hadir selain zaid). ( زيدMustasna) i’rabnya
adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih.
jika adat istisna’ nya berupa ل يكون, ليس, maka i’rab Mustasna
adalah nashab sebagai khabar dari ل يكون, ليس. contoh: حضر
( الطلب ليسوا زيداmurid-murid hadir selain zaid). ( زيداMustasna)
135
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai khabar
ليس.
Jika adat istisna’ nya berupa خل, عدا, حاشا/ حاش/ حشا, maka i’rab
Mustasna adalah jer sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh
huruf jer). Contoh: ( حضر الطلب عدا زيدmurid-murid hadir selain
zaid). ( زيدMustasna) i’rabnya adalah jer karena kedudukannya
sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh huruf jer)
KETERANGAN
I’rab / mabni adat istisna’ adalah sebagai berikut:
Jika berupa إل, maka hukumnya mabni karena إلadalah huruf .
Jadi selamanya lam berharokat fathah ()إل
Jika berupa isim ( غير, سواء, سوي,)سوي, maka i’rabnya adalah sama
seperti i’rab Mustasna yang berada setelah adat istisna’ إل.
rinciannya sebagai berikut:
Jika berada pada kalam tam mujab, maka wajib beri’rab
nashab. Contoh: ( حضر الطلب غير زيدmurid-murid hadir selain
zaid). غيرi’rabnya nashab karena berupa kalam tam mujab.
Jika berada pada kalam manfi muttasil, maka lebih baik
menjadi badal (pengganti) dan i’rabnya sama dengan
kalimat yang diganti. Contoh: ( ما حضخخرالطلب غيخخر زيخخدmurid-
murid tidak hadir selain zaid). ( غيرsebagai badal) i’rabnya
rafa’ karena berupa kalam manfi muttasil.
Jika berada pada kalam manfi munqoti’, maka lebih baik
beri’rab nashab. Contoh: ( حضر الطلب غير كتبهم ماmurid-murid
tidak hadir selain buku-buku mereka). غيرi’rabnya nashab
karena berupa kalam manfi munqoti’.
Jika berada pada kalam naqis, maka i’rabnya sesuai dengan
tuntutan amil. Contoh: ( ما رأى عفيف غير مرأةafif tidak melihat
selain kepada seorang perempuan). ( غيرsebagai maf’ul
bih) i’rabnya adalah nashab karena berupa kalam naqis.
Khusus adat istisna’ berupa سواء, سوي, سوي, tanda i’rabnya
adalah seperti isim maqshur, yaitu tanda i’rabanya adalah
dengan harokat yang dikira-kira pada alif.
Jika berupa خل, عخخدا, حاشخخا/ حخخاش/ حشخخا, maka hukumnya mabni
karena berupa huruf atau fi’il. jadi selamanya keaadaan huruf
akhirnya tetap dan tidak berubah.
Jika adat istisna’ خل, عدا, حاشا/ حاش/ حشاdidahului oleh ما المصدرية
(maka menjadi خل مخخا, مخا عخدا, مخا حاشخا/ ما حخخاش/ )ما حشا, maka i’rab
Mustasnanya adalah nashab sebagai maf’ul bih. Contoh: حضخخر
( الطلب مخخا خل زيخخداmurid-murid hadir selain zaid). زيخخداi’rabnya
adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih’
J. ISIM ل
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah isim ل. yang dimaksud dengan لdisini adalah ل
لنفخخي الجنخخس, yaitu لberfungsi menghilangkan segala jenis dan
beramal seperti amalnya إن, yaitu menashabkan isimnya dan
merafa’kan khabarnya.
Akan tetapi, لtersebut bisa beramal seperti amalnya إن
(menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya) dengan
syarat sebagai berikut:
Isim dan khabar لharus berupa isim nakirah
Isim لharus berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af
Antara لdan isim لharus bersambung tanpa ada pemisah
Harus berurutan, yaitu mendahulukan isim لdan mengakhirkan
khabar ل.
Contohnya adalah: ( ل طخخالب مدرسخخة حاضخخر اليخخومtidak ada satupun
murid yang masuk hari ini).
ل ل لنفخخخي الجنخخخس: yang beramal seperti amalnya إن
(sebagai amil)
طالب: isim ( لmud}af) : i’rabnya nashab (sebagai ma’mul)
مدرسة: mud}af ilaih : i’rabnya jer
حاضر: khabar ل : i’rabnya nashab
Jadi, طالبi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
isim لyang beramal seperti amalnya إن. tanda i’rabnya adalah
fathah karena طالبadalah isim mufrad.
لpada contoh ini bisa beramal seperti amalnya إنkarena sudah
memenuhi 4 syarat, yaitu:
Isim )ل )طالبdan khabar )ل )حاضرadalah isim nakirah
Isim لberupa mud}af ()طالب. Mud}af ilaihnya adalah مدرسة
لdan ( طالبisim ) لbersambung tanpa ada pemisah: ()ل طالب
Isim )ل )طالبdidahulukan dan khabar )ل )حاضرdiakhirkan.
Contoh lain: ( ل طالبا العلم مجتمع اليومtidak ada satupun pencari ilmu
yang hadir hari ini).
ل ل لنفي الجنس: yang beramal seperti amalnya إن
طالبا: isim ( لmenyerupai mud}af) : i’rabnya nashab
العلم: maf’ul bih : i’rabnya nashab
مجتمع: khabar ل : i’rabnya nashab
لpada contoh ini bisa beramal seperti amalnya إنkarena sudah
memenuhi 4 syarat, yaitu:
Isim )ل )طالباdan khabar )ل )مجتمعadalah isim nakirah
Isim )ل )طالباberupa susunan yang menyerupai mud}af: طالبا العلم
لdan ( طالباisim ) لbersambung tanpa ada pemisah: ()ل طالبا
Isim )ل )طالباdidahulukan dan khabar )ل )مجتمعdiakhirkan.
لDiulang-Ulang
Jika لtersebut sudah memenuhi 4 syarat diatas, lalu لtersebut
diulang-ulang (disebut dua kali), maka لmempunyai dua
keadaan:
137
لtetap beramal seperti amalnya إن, yaitu menashabkan isimnya
dan merafa’kan khabarnya. Contoh: ل طالب مدرسة ول معلم مدرسخخة
( حاضخخرانtidak ada satupun murid sekolah dan tidak ada
satupun guru sekolah yang hadir).
طخخالبI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
isim لyang pertama. معلخخخمI’rabnya juga nashab karena
kedudukannya sebagai isim لyang kedua. حاضخخرانI’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar ل.
لtidak beramal seperti amalnya إن. Jadi kalimat isim yang berada
setelah لberi’rab rafa’ sebagai mubtada’. Contoh: ل طالب مدرسة
( ول معلم مدرسة حاضرانtidak ada satupun murid sekolah dan tidak
ada satupun guru sekolah yang hadir).
طخخخالبI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
mubtada’. معلمI’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada طالب
yang beri’rab rafa’. حاضخخرانI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai khabar mubtada’ .
K. MUNADA
Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab)
adalah munada. Secara istilah, munada adalah isim yang berada
setelah huruf nida’, dan statusnya adalah sebagai orang /
sesuatu yang dipanggil. Contoh:( يا عبد الwahai hamba Allah)
يا : huruf nida’ (sebagai amil)
عبد: munada (sebagai mud}af) : i’rabnya nashab (sebagai
ma’mul)
ال: mud}af ilaih : I’rabnya jer
Jadi, عبدi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
munada, yaitu sebagai orang yang dipanggil. Tanda nashabnya
adalah fathah karena عبدadalah isim mufrad.
Huruf Nida’
Huruf nida’ adalah huruf yang berfungsi untuk memanggil. Ada 7
huruf nida’, yang dibagi menjadi 3 macam:
أdan ( أيwahai) : digunakan untuk munada yang dekat
أيا, هيا,( اwahai) : digunakan untuk munada yang jauh
واdan ( يخخاwahai) : digunakan untuk munada yang dekat /
sedang / jauh
141
hukumnya adalah munada harus beri’rab nashab. Contoh:يخخا
( راغبا في العلمwahai orang yang senang kepada ilmu). Jadi, راغبا
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai
munada berupa syibhul mud}af / menyerupai mud}af (راغبا في
)العلم.
KETERANGAN
Jika munada didahului oleh ال, maka munada tersebut harus
didahului oleh:
أيها, jika munada berupa isim muzakkar . Contoh: ( يا أيها المدثرwahai
orang yang berselimut). المدثرadalah munada yang didahului ال,
maka didahului oleh أيهاkarena المدثرadalah munada berupa isim
muzakkar.
أيتها, jika munada berupa isim muannas. Contoh:يا أيتها النفخخس المطمئنخخة
(wahai jiwa yang tenang). النفسadalah munada yang didahului
oleh ال, maka didahului oleh أيتهاkarena النفسadalah munada
berupa isim muannas.
L. MAF’UL LIAJLIH
Ciri-Ciri Maf’ul Liajlih
Cocok bermakna “karena”
Sebagai alasan terjadinya pekerjaan
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Berupa masdar qalbi (pekerjaan hati)
Contoh: ( الخخخ مرضخخخات ابتغخخخاء أمخخخوالهم ينفقخخخونmereka menafkahkan
hartanya karena mengharap ridlo Allah)
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab)
maf’ul liajlih. Secara istilah, maf’ul liajlih adalah isim masdar
yang dibaca nashab yang berfungsi untuk menjelaskan sebab /
alasan suatu pekerjaan yang dilakukan sebelumnya.
143
( الستاذsaya suka padamu karena kamu memulyakan ustadz).
Jadi, تعظيمdijerkan dengan huruf jer ( ) لkarena ( تعظيمmasdar)
dan ( أحبfi’il) tidak mempunyai fa’il yang sama. Pelaku dari
( أحخخبsuka; sebagai masdar) adalah saya ( ) ت. Sedangkan
pelaku dari ( تعظيخخمmemulyakan; sebagai fi’il / amil) adalah
kamu ( ) ك
M. MAF’UL MA’AH
Ciri-Ciri Maf’ul Ma’ah
Cocok bermakna “bersama”
Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama)
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Contoh: ( والجيخخش الميخخر جخخاءpemimpin itu datang bersama bala
tentaranya)
Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ adalah maf’ul ma’ah. Secara
istilah, maf’ul ma’ah adalah isim yang dibaca nashab yang
berada setelah wawu ma’iyah (yaitu وyang menunjukkan arti
bersama).
KETERANGAN
145
Amil yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah:
Berupa fi’il yang berada sebelum maf’ul ma’ah. Contoh: جاء الميخخر
( والجيشraja itu datang bersama prajurit). الجيشi’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang
menashabkan الجيخخشsebagai maf’ul ma’ah adalah ( جخخاءberupa
fi’il)
Berupa isim yang menyerupai fi’il (isim masdar, isim fa’il, isim
maf’ul, sifat mushabihat, S}ighat mubalaghah), yang berada
sebelum maf’ul ma’ah. Contoh: ( أنخخخا حخخخاج و زيخخخداsaya berhaji
bersama zaid). زيخخخخخداi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang menashabkan
زيداsebagai maf’ul ma’ah adalah ( حاجberupa isim fa’il) .
N MANSUBAT CONTOH
CIRI-CIRI
O AL-ASMA’
Asalnya adalah
mubtada’dan khabar, lalu ظن زيد الماء مستعمل
Dua maf’ul ظن ada amil nawasikh berupa
(zaid
1 dan saudara- ظنdan saudara-saudaranya
saudaranya menyangka air
(, جعل, زعم, علم, رأى, خال,حسب
itu musta’mal)
, درى, ألفى, وجد, هب, عد,حجا
وهب, صير, رد, اتخذ, جعل,)تعلم
Asalnya adalah khabar
mubtada’, lalu ada amil كانت صلة الستسقاء
Khabar كانdan nawasikh berupa كانdan
Saudara- ( مسنونةsholat
2 saudara-saudaranya (,أضحى
Saudaranya minta hujan itu
, ليس, صار, أصبح, أمسى, بات,ظل disunnahkan)
ما, ما برح, ما زال, ما انفك,ما فتئ
)دام
3 Isim إنdan Asalnya adalah mubtada’, إن الستنجاء واجب
saudara- lalu ada amil nawasikh (sesungguhnya
saudaranya berupa إنdan saudara- beristinja’ itu
saudaranya (, كأن, لعل,ليت
)لكن wajib)
147
jumlah (sebagai saya tinggal
pelengkap) selama satu
hari)
149
i’rab). Maka cara membacanya الصلة, huruf akhirnya berharokat
kasrah ( ) ة.
Rincian 3 macam marfuat al-asma’, sebagaimana berikut:
MUD}AF ILAIH
Termasuk dari mahfud}at al-asma’ (isim-isim yang dibaca jer)
adalah mud}af ilaih. Secara istilah, mud}af ilaih adalah isim yang
berada setelah mud}af.
Mud}af adalah isim yang disandarkan kepada isim yang berada
setelahnya. Mud}af ilaih adalah isim yang disandari oleh mud}af.
Sedangkan susunan mud}af dan mud}af ilaih disebut id}afah.
Contoh: ( وشرائط التيمم خمسة أشياءsyarat-syarat tayammum ada lima
hal)
وشرائط: mud}af (sebagai amil) : i’rabnya sesuai
tuntutan amil
التيمم:mud}af ilaih (sebagai ma’mul) : i’rabnya jer
( وشخخرائطmud}af) i’rabnya adalah sesuai dengan tuntutan amil.
Pada contoh ini kedudukannya sebagai mubtada’ karena berada
dipermulaan perkataan, amilnya adalah amil ma’nawi ibtida’i
(amil yang tidak tampak yang berada dipermulaan perkataan).
Maka وشرائطi’rabnya adalah rafa’ karena menjadi mubtada’.
التيممi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af
ilaih. Tanda i’rab jernya adalah kasroh karena التيممadalah isim
mufrad. Disebut mud}af ilaih karena lafaz ( الخختيممmud}af ilaih)
berada setelah ( وشرائطmud}af). Jadi, susunan ( وشرائط التيممsyarat-
syarat tayammum) disebut id}afah.
151
Susunan mud}af dan mud}af ilaih tidak hanya terdiri dari dua
kalimat seperti contoh diatas وشرائط الخختيمم, tapi susunan mud}af
dan mud}af ilaih bisa lebih dari dua kalimat, contoh: غسل جميع
( الرأسmembasuh semua bagian kepala).
غسل: mud}af : i’rabnya sesuai tuntutan
amil
جميع: mud}af ilaih / juga sebagai mud}af : i’rabnya jer
الرأس: mud}af ilaih : i’rabnya jer
جميعi’rabnya jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih, dan
juga menjadi mud}af. الخخخخرأسi’rabnya adalah jer karena
kedudukannya sebagai mud}af ilaih.
N MAHFUD{AT CONTOH
KETERANGAN
O AL-ASMA’
Isim yang Huruf jer: , ل, في, ك, ب, إلى,من طهارة العضاء من
1 dijerkan oleh , باء قسم, تاء قسم, واو قسم, على,عن الحدث
huruf jer. واو رب, رب, منذ,مذ
isim yang berada setelah وشرائط التيمم خمسة
2 Mud}af ilaih mud}af
أشياء
Dijelaskan pada bab tawabi’ مررت بزيد النشيط
3 Tawabi’
I’RAB FI’IL MUD}ARI’
153
Secara sederhana disimpulkan, fi’il mud}ari’ pasti beri’rab
rafa’ jika fi’il mud}ari’ tidak didahului oleh amil nas}ab atau
ada amil jazm.
Contoh: ( القبلخخة المسخخلمون يسخختقبلorang-orang muslim menghadap
qiblat). Kalimat ( يستقبلsebagai ma’mul ) I’rabnya rafa’ karena
ada amil yang memerintah. Amil yang memerintah tersebut
disebut amil ma’nawi tajarrudi, yaitu pada kalimat يستقبلtidak
didahului oleh amil nas}ab atau amil jazm. Pembahasan
tentang amil nas}ab dan amil jazm akan dijelaskan pada
pembahasan berikutnya.
155
Jadi, تتركadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena
didahului oleh amil nas}ab, yaitu )و )واو معية
وtersebut disebut واو معيخخخخخخخخخةkarena bermakna
membersamakan lafaz تتركdan ترم
سخخببية فخخاء/ ف )جخخواب فخخاء: sebab / karena), yaitu fa’ ( )فyang
menunjukkan bahwa kalimat yang jatuh setelah fa ()ف
adalah sebab dari kalimat yang jatuh setelah fa’ ( )ف,
dengan syarat fa’ ( )فtersebut harus jatuh setelah nafi
(peniadaan, contoh: )لخخمatau tolab (permintaan/perintah,
contoh: )ل. Contoh: ( وضوئك فينقض تنم لjangan tidur, maka
wudu’mu akan batal)
Jadi, ينقضadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena
didahului oleh amil nas}ab, yaitu ف.
فdisebut سببية فاء/ جواب فاءkarena ( ينقضlafaz yang berada
setelah )فadalah jawab dari ( تنخخمlafaz yang berada
sebelum )ف
Amil jazm yang menjazmkan dua fi’il mud}ari’ jer. Fi’il yang
pertama disebut fi’il syarat, fi’il yang kedua disebut jawab
syarat.
Contoh: ( ينصخخركم ال خ تنصخخروا إنjika kalian menolong agama
Allah, maka Allah akan menolong kalian).
تنصرواdan ينصرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm
karena didahului oleh amil jazm, yaitu إن.
تنصروا (fi’il yang pertama) :disebut fi’il syarat
( ينصرfi’il yang kedua) :disebut jawab syarat
Amil jazm yang menjazmkan dua fi’il mud}ari’ ini ada 12,
yaitu:
( إنjika). Contoh: ( ينصركم الخ تنصخخروا إنjika kalian menolong
agama Allah, maka Allah akan menolong kalian).
تنصرواdan ينصرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu إن.
( مخخاapapun). Contoh: ( اعمخخل تعمخخل مخخاapapun yang kamu
kerjakan akan aku kerjakan juga)
jadi, تعمخخخلdan اعمخخخلadalah dua fi’il mud}ari’ yang
beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu ما
( منsiapapun). Contoh: ( ينجح اجتماعنا فخخي يشخخترك مخخنsiapapun /
barang siapa yang bergabung dengan perkumpulan
kami maka dia akan sukses).
Jadi, يشخخختركdan ينجخخخحadalah dua fi’il mud}ari’ yang
beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu من
( إذماkapanpun). Contoh: ( اتبعك تسافر إذماkapanpun kamu akan
pergi, saya akan ikut kamu)
Jadi, تسافرdan اتبعadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu إذما
( أيapapun). Contoh: ( استعمل تسختعمل أيخاapapun yang kamu
pakai, saya akan pakai).
jadi, تسخخختعملdan اسخخختعملadalah dua fi’il mud}ari’ yang
beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أي
( مخختيkapanpun). Contoh: ( لخخك أدفخخع تأكخخل مخختىkapanpun kamu
157
akan makan, saya akan membayarnya).
Jadi, تأكلdan أدفعadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu متي
( أيخخانkapanpun). Contoh: ( تصخخح تصخخم أيخخانkapanpun kamu
puasa, maka kamu akan sehat)
Jadi, تصمdan تصحadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أيان
أينمخخا/ ( أيخخنdimanapun). Contoh: ( الخخ يخخر تقخخم أينمخخاdimanapun
kamu bermukim, Allah akan selalu melihatmu)
Jadi, تقمdan يخخرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أينما
( مهماkapanpun). ( اطهخخر احخخدث مهمخخاkapanpun saya berhadas,
saya akan bersesuci)
Jadi, احخخخدثdan اطهخخخرadalah dua fi’il mud}ari’ yang
beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu مهما
( حيثماdimanapun). Conotoh: ( أطهرها نجاسة تقع حيثماdimanapun
ada najis, saya akan mensucikannya)
Jadi, تقعdan أطهرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu حيثما
( كيفمخخخاbagaimanapun). Contoh: اجتنبهخخخا الخمخخخرة تتخلخخخل كيفمخخخا
(bagaimanapun khomer itu menjadi cuka, saya akan
menjauhinya / tidak akan menggunkannya)
Jadi, تتخلخخلdan اجتنخخبadalah dua fi’il mud}ari’ yang
beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu كيفما
( أنىdimanapun / bagaimanapun). Contoh: معخك اقخم تقخم أنخى
(dimanapun kamu bermukim, saya akan bermukim
bersamamu)
Jadi, تقمdan اقخخمadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab
jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أنى
Tabel I’rab Fi’il Mud}ari’
I’RAB
N CONTOH
FI’IL AMIL
O
MUD}ARI’
Amil ma’nawi tajarrudi (sepi), القبلة المسلمون يستقبل
yaitu amil yang sepi (tidak ada) (orang-orang
dari amil nas}ab atau amil jazm
1 Rafa’ muslim
menghadap
qiblat).
159
TAWABI’
Pada pembahasan marfu’at al-asma’, mansubat al-asma’, dan
mahfud}at al-asma’ telah disinggung tentang tawabi’. Secara
istilah, tawabi’ adalah kalimat yang I’rabnya ikut pada kalimat yang
diikuti. Contoh:
Contoh yang ikut pada pada kalimat yang i’rabnya rafa’: خمخخس
( المفروضخخة الصخخلةsholat yang diwajibkan itu ada lima). المفروضخخة
termasuk dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضخخةikut pada kalimat
yang diikuti, yaitu الصخخخلةyang I’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai mubtada’. Jadi المفروضةI’rabnya juga rafa’
karena ikut pada الصلةyang I’rabnya rafa’
Contoh yang ikut pada kalimat yang I’rabnya nas}ab: المفروضة الصلة
( اترك لنsaya tidak akan meninggalkan sholat yang diwajibkan ).
المفروضخخةtermasuk dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضخخةikut pada
kalimat yang diikuti, yaitu الصخخلةyang I’rabnya adalah nas}ab
karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Jadi المفروضخخةI’rabnya
juga nas}ab karena ikut pada الصلةyang I’rabnya nas}ab’
Contoh yang ikut pada kalimat yang I’rabnya jer: المفروضة بالصلة قمت
(saya melaksanakan sholat yang diwajibkan). المفروضخخةtermasuk
dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضةikut pada kalimat yang diikuti,
yaitu الصلةyang I’rabnya adalah jer karena dijerkan oleh huruf jer
()ب. Jadi المفروضخخةI’rabnya juga jer karena ikut pada الصخخلةyang
I’rabnya jer.
Penjelasan
Lafaz-lafaz yang bisa menjadi na’at dibagi menjadi dua, yaitu:
Isim musytaq (isim yang ada tasrifnya), yaitu berupa:
Isim fa’il. Contoh: ( النشيط التلميذ جاءmurid yang rajin itu datang).
النشيطadalah na’at berupa isim fa’il. Fi’il mad}inya adalah
نشخخخخط. lafaz النشخخخخيطI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti
man’utnya (yang disifati), yaitu التلميخخذyang I’rabnya rafa’
karena menjadi fa’il.
Isim maf’ul. Contoh: ( المحبوبة فاطمخخة رأيخختsaya melihat fatimah
tercinta). المحبوبخخةadalah na’at berupa isim maf’ul. Fi’il
mad}inya adalah حب. lafaz المحبوبةI’rabnya adalah nas}ab
karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu فاطمخخخةyang
I’rabnya nas}ab karena menjadi maf’ul.
Isim sifat mushabihat. Contoh: ( خلقخخه حسخخن رجخخل هخخذاini adalah
seorang laki-laki yang bagus akhlaknya). حسخخخنadalah
na’at berupa sifat mushabihat. حسنI’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang
I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar.
Isim tafd}il. Contoh: ( غيره من أمهر تلميذ سعيدsa’id adalah murid
yang lebih pandai dari pada yang lainnya). أمهخخرna’at
berupa isim tafdil. أمهخخخرI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti
man’utnya (yang disifati), yaitu تلميخخذyang I’rabnya rafa’
karena menjadi khabar.
161
Isim maus}ul. Contoh: ( إجتهد الذي الرجل جاءsorang laki-laki yang
bersungguh-sungguh itu datang). الذيadalah na’at berupa
isim maus}ul. الخخذيI’rabnya adalah rafa’ secara mahalli
karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu الرجخخخلyang
I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. Tapi secara lafaz الذي
adalah mabni karena berupa isim maushul.
Isim yang bersambung dengan ya nisbat (ya’ yang
menunjukkan arti bangsa). Contoh: ( إندونيسي بسالم مررتsaya
bertemu dengan salim yang berbangsa indonesia). إندونيسي
adalah na’at berupa Isim yang bersambung dengan ya
nisbat. إندونيسي I’rabnya adalah jer karena kedudukannya
sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang
disifati), yaitu سالمyang dijerkan oleh huruf jer ()ب.
Jumlah ismiyah (susunan mubtada’ dan khabar).
Contoh: ( كخخثير مخخاله رجل رأيخختsaya melihat laki-laki yang
banyak hartanya). Susunan كثير مالهadalah na’at berupa
jumlah ismiyah, yaitu susunan mubtada’ ( )مالهdan khabar (
) كخخثير. Susunan كخخثير مخخالهI’rabnya adalah nas}ab secara
mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجلyang
I’rabnya nas}ab karena menjadi maf’ul bih. Tapi secara
lafaz, مالهI’rabnya adalah rafa’ karena menjadi mubtada’,
كثيرI’rabnya adalah rafa’ karena menjadi khabar.
Jumlah fi’liyah (susunan fi’il dan fa’il). Contoh: القرأن يحمل برجل
( أجلخخسsaya duduk dengan seseorang yang membawa al-
Qur’an) . يحمخخلadalah na’at berupa jumlah fi’liyah, yaitu
susunan fi’il ( )يحملdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu
)هخخو. Susunan fi’il dan fa’il pada يحمخخلI’rabnya adalah jer
secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang
I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخل
yang dijerkan oleh huruf jer ()ب. Tapi secara lafaz, يحمل
I’rabnya adalah rafa’karena tidak ada amil nas}ab dan jer.
Jar majrur (huruf jer dan isim yangdijerkan). Contoh: ال من مؤمن
( رجخخخل قخخخال فرعخخخونseseorang mu’min yang berasal dari
keluarga fir’aun itu berkata) . ال منadalah na’at berupa
jer majrur. Susunan ال مخخنI’rabnya adalah rafa’ secara
mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang
I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. Tapi secara lafaz, مخخن
adalah mabni. الdijerkan oleh huruf jer من.
Zaraf (keterangan waktu / tempat) Contoh: المسجد أمام رجل قام
(seseorang yang ada didepan masjid itu berdiri). أمخخام
adalah na’at berupa zaraf. أمامI’rabnya adalah rafa’ secara
mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya
mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang
I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar. Tapi secara lafaz أمام
I’rabnya adalah nas}ab karena menjadi zaraf.
Macam-Macam Na’at
Na’at dibagi menjadi dua, hakiki dan sababi. Rinciannya yaitu:
Na’at hakiki, yaitu na’at yang merafa’kan isim d}amir mustatir
(tidak tampak) yang kembali kepada man’utnya (yang
disifati).
Na’at hakiki harus sesuai dengan man’utnya (yang disifati)
dalam 4 hal, yaitu:
Dalam segi i’rabnya (rafa’, nas}ab, jer)
Da#lam segi jumlahnya (mufrad, tasniyah, jama’)
Dalam segi jenisnya (muzakkar atau muannas)
Dalam segi tertentu atau tidaknya (nakirah atau ma’rifat)
Contoh: ( مطهخخخخر طخخخخاهر وهخخخخوair itu adalah air suci yang
menyucikan). مطهرI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya
sebagai na’at, yaitu mengikuti man’utnya ( )طاهرyang I’rabnya
adalah rafa’ sebagai khabar.
مطهرadalah na’at hakiki, yaitu lafaz ( مطهرna’at) merafa’kan
isim d}amir mustatir (d}amir yang tersimpan, yaitu )هخخو.
D}amir هخخوyang tersimpan ini kembalinya kepada man’ut (
)طاهر.
( مطهرna’at / sifat) sesuai dengan ( طاهرman’ut / yang disifati)
dalam 4 hal, yaitu:
مطهرi’rabnya rafa’, طاهرI’rabnya nas}ab
مطهرadalah isim mufrad, طاهرadalah isim mufrad
مطهرadalah muzakkar, طاهرadalah muzakkar
مطهرadalah nakirah, طاهرadalah nakirah
163
menyucikan yang dimakruhkan penggunaannya). مكخخخخروه
I’rabnya adalah rafa’ karena karena kedudukannya sebagai
na’at, yaitu mengikuti man’utnya ( )طاهرyang i’rabnya rafa’
sebagai khabar.
مكخخروهadalah na’at sababi karena merafa’kan ( اسخختعمالisim
zahir) yang bersambung dengan ( هd}amir bariz) yang
kembali kepada ( طاهرman’ut).
Na’at sababi pada contoh ini sudah sesuai dengan hukumnya,
yaitu:
( مكروهna’at) adalah isim mufrad
( مكروهna’at) sesuai dengan ( طاهرman’ut) dalam 2 hal, yaitu:
مكروهI’rabnya rafa’, طاهرI’rabnya rafa’
مكروهadalah nakirah, طاهرadalah nakirah
( مكخخروهna’at) adalah muzakkar, ( اسخختعمالisim zahir) adalah
muzakkar
( هd}amir bariz) sesuai dengan ( طخخاهرman’ut) dalam 2 hal,
yaitu:
هadalah mufrad, طاهرadalah mufrad
هadalah muzakkar, طاهرadalah muzakkar
AT}AF
At}af adalah kalimat yang mengikuti kalimat sebelumnya
(ma’tuf alaih), yang antara keduanya ada huruf at}af.
At}af harus sesuai dengan ma’tuf alaih dalam 2 hal, yaitu:
Semua i’rab (rafa’, nas}ab, jer, jazm)
Jenis kalimat (isim atau fi’il)
Contohnya adalah: ( واجخخخب والوراث البخخخوال جميخخخع غسخخخلmembasuh
semua jenis kencing dan semua kotoran itu wajib).
البوال: ma’tuf alaih (yang diikuti) : I’rabnya jer (sesuai tuntutan
amil)
و : huruf at}af : mabni
الوراث : at}af : I’rabnya jer, ikut pada
I’rabnya ma’tuf alaih
Jadi, الوراثI’rabnya jer karena kedudukannya sebagai at}af,
yaitu ikut pada ma’tuf alaihnya ( )البوالyang I’rabnya jer sebagai
mud}af ilaih. Tanda I’rab jernya adalah kasroh karena الوراث
adalah jama’ taksir. Antara ( البوالma’tuf alaih) dan ( الوراثat}af)
ada huruf at}af, yaitu و.
Pada contoh ini, ( الوراثat}af) sesuai dengan ( البوالma’tuf alaih)
dalam 2 hal, yaitu:
البوالI’rabnya jer, الوراثI’rabnya jer
البوالadalah kalimat isim, الوراثadalah kalimat isim
Huruf-Huruf At}af
Huruf jer ada 10, yaitu:
( وdan). Fungsi dari وini adalah mutlaq al-jam’i (menunjukkan
adanya kesatuan hukum antara ma’tuf alaih dan at}af).
Contoh: ( وإزالةالنجاسة النية أشياء ثلثخخة الغسخخل فخخرائضfardu-fardlunya
wudlu’ ada tiga, yaitu niat, dan menghilangkan najis). إزالخخة
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af,
yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu النية
yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’. Huruf at}afnya
adalah و.
( فkemudian). Fungsinya adalah tarti>b (menunjukkan bahwa
hukum / peristiwa yang terjadi berlangsung secara berurutan
dengan tidak ada tenggang waktu) dan ta’qib (akibat dari
suatu pekerjaan). Contoh: ( فعمرو زيد جاءzaid datang kemudian
amr). عمخخخروI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya
sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang
diikuti), yaitu زيخخدyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il.
Huruf at}afnya adalah ف
( ثخخمkemudian). Fungsinya adalah tartib dan tarakhi (adanya
tenggang waktu). Contoh: ( أحفظه ثم الخخدرس أقخخرأsaya membaca
pelajaran lalu menghafalnya). أحفخخخظI’rabnya adalah rafa’
karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf
alaih (kalimat yang diikuti), yaitu أقخخرأyang I’rabnya adalah
rafa’ karena tidak ada amil nas}ab dan jazm. Huruf at}afnya
adalah ثم
( أوatau). Fungsinya dibagi menjadi dua:
Jika أوberada setelah t}alab (tuntutan / permintaan),
fungsinya adalah takhyir (memberi pemilihan) dan ibahah
(membolehkan melakukan terhadap salah satu atau
kesemuanya). Contoh: ( صديقته أو هنخخدا تخخزوجnikahilah hindun
atau temannya). صخخخديقةi’rabnya adalah nas}ab karena
kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih
(kalimat yang diikuti), yaitu هنخخداyang I’rabnya adalah
nas}ab sebagai maf’ul bih. Huruf at}afnya adalah أو
Jika أوberada setelah khabar (berita), fungsinya adalah
taqsim (membagi) dan ibham (menyembunyikan maksud
yang sebenarnya). Contoh: ( بعض يوم أو يوما لبثناkita tidur satu
hari atau setengah hari?). بعضI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih
(kalimat yang diikuti), yaitu يومخخاyang I’rabnya adalah
nas}ab sebagai zaraf. Huruf at}afnya adalah أو
( أمatau), fungsinya adalah menuntut adanya penentuan.
Contoh: ( يشخخرب أم زيخخد أيأكخخلzaid makan atau minum?). يشخخرب
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af,
yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu يأكل
yang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak ada amil nas}ab dan
jazm. Huruf at}afnya adalah أم
165
( حتىsampai). Fungsinya adalah ghayah (sampainya sesuatu pada
sesuatu yang dianggap puncak). Syaratnya adalah ‘at}af
harus berupa mufrad (bukan jumlah) dan at}af harus
mempunyai kelebihan dari ma’tufnya, baik lebih baik atau
lebih buruk. Contoh: ( رأسخخها حخختى السخخمكة أكلخختsaya makan ikan
sampai kepalanya). رأسI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih
(kalimat yang diikuti), yaitu السخخخمكةyang I’rabnya adalah
nahsob sebagai maf’ul bih. Huruf at}afnya adalah حتى
( بلtapi / bukan). Fungsinya ada dua, yaitu:
Jika tidak didahului nafi (peniadaan, seperti )مخخاatau nahi
(larangan, seperti ) لatau amr (perintah), maka fungsinya
adalah id}rab (mencabut hukum ma’tuf alaih dan
menetapkan hukum bagi at}af).
Contoh: ( سخخخعيد بخخخل زيخخخد قخخخامzaid berdiri, bukan sa’id).سخخخعيد
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af,
yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu زيد
yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya
adalah بل
Jika didahului oleh nafi atau nahi, maka fungsinya adalah
istidrak (menetapkan hukum nafi atau nahi pada ma’thuf
alaih dan meniadakan hukum pada at}af). Contoh: المؤمن بل
( الكافر الجنة يدخل لorang kafir tidak akan masuk surga, akan
tetapi orang mu’min). المخخؤمنI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih
(kalimat yang diikuti), yaitu الكخخافرyang I’rabnya adalah
rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah بل
( لtidak). Fungsinya adalah menetapkan hukum pada ma’tuf
alaih, dan meniadakan hukum pada at}af. Contoh: زيد ل القرأن
( محمخخخد يقخخخرأMuhammad membaca al-Qur’an, tidak zaid).زيخخخد
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af,
yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu محمد
yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah
ل
( لكخخنtetapi). Fungsinya adalah (menetapkan hukum nafi atau
nahi pada ma’thuf alaih dan meniadakan hukum pada at}af).
Syaratnya adalah at}af harus berbentuk mufrad (bukan
jumlah). Contoh: ( طالخخخح لكخخخن صخخخالح برجخخخل مخخخررتsaya bertemu
dengan seorang laki-laki yang sholih, akan tetapi jahat). طالح
I’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu
ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu صالحyang
I’rabnya adalah jer. Huruf at}afnya adalah لكن
( إمخخخاadakalnya). Fungsinya adalah syak (ragu) atau ibham
(samar / tidak jelas). Contoh: ( زينب وإما رملة إما جائتنيadakalnya
romlah datang kepadaku, adakalanya zainab). زينخخبI’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut
pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu رملخخةyang
I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah إما
Macam-Macam At}af
At}af dibagi menjadi dua, yaitu:
At}af nasaq, susunan at}af yang antara at}af dan ma’tuf
alaihnya ada huruf at}af. Contoh: واجب والوراث البوال جميع غسل
(membasuh semua jenis kencing dan semua kotoran itu
wajib). الوراثI’rabnya adalah jer karena kedudukannya
sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang
diat}afi), yaitu البوال. antara ( الوراثat}af) dan ( البوالma’tuf
alaih) ada huruf jer و.
At}af bayan, yaitu at}af berupa isim jamid (tidak ada tashrifnya)
yang berfungsi menjelaskan ma’tuf alaih (jika berupa isim
ma’rifat).
Contoh: ( إبرهيم زيد أبو جاءayahnya zaid, ibrohim datang). إبرهيم
I’rabnya adalah jerk arena kedudukannya sebagai at}af, yaitu
ikut pada ma’thuf alaih (kalimat yang diat}afi), yaitu أبخخو.
antara إبرهيم (at}af) dan ( أبوma’thuf alaih) tidak ada huruf
jer.
( إبرهيمat}af) menjelaskan ( أبوma’thuf alaih).
TAUKID
Taukid secara bahasa adalah menguatkan / mengokohkan.
Secara istilah, taukid adalah kalimat yang mengokohkan kalimat
lain. Taukid / muakkid (kalimat yang mengokohkan) ini harus
sesuai dengan muakkad (kalimat yang dikokohkan) dalam dua
hal, yaitu;
Dari segi i’rabnya (rofa, nas}ab, jer, jazm)
Dari segi tertentu atau tidaknya (yaitu harus berupa isim
ma’rifat)
Contoh: ( ثوبا يلبس نفسه زيدا رأيتsaya melihat zaid, dirinya memakai
baju)
رأيت: susunan fi’iliyah (fi’il dan fa’il)
زيدا : maf’ul bih : I’rabnya nas}ab
نفسه: taukid : I’rabnya nas}ab karena ikut pada زيداyang
I’rabnya nahsob
Jadi, نفسi’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai
taukid, yaitu ikut pada muakkad (zaidun) yang I’rabnya juga
nas}ab sebagai maf’ul bih. Tanda nas}abnya adalah fathah
karena نفسitu isim mufrad.
Lafaz نفسdisebut taukid karena mengokohkan ( زيداmuakkad ).
Jadi yang memakai baju itu adalah diri zaid yang sebenarnya,
bukan orang lain.
Lafaz ( نفسtaukid) sesuai dengan ( زيخخداmuakkad ) dalam 2 hal,
yaitu:
167
زيداi’rabnya adalah nas}ab, نفسi’rabnya juga nas}ab
زيخخداadalah isim ma’rifat (berupa alam), نفخخسjuga isim ma’rifat
(berupa isim yang dimud}afkan kepada isim ma’rifat)
Macam-Macam Taukid
Taukid dibagi menjadi dua, yaitu:
Taukid ma’nawi (secara ma’na), yaitu mengokohkan kalimat
dengan menggunakan lafaz-lafaz tertentu. Lafaz-lafaz terebut
dibagi menjadi dua:
Lafaz yang biasa digunakan dan berdiri sendiri, yaitu ada
empat lafaz:
نفس: untuk mufrad ( نفسين/ :نفسان: tasniyah, أنفس: tasniyah
atau jama’). Funsinya adalah menghilangkan
kemungkinan untuk diartikan secara majaz atau untuk
menghilangkan keragu-raguan. Contoh:رأيت ثوبا يلبس نفسخخه
( زيداsaya melihat zaid, dirinya memakai baju).
نفسI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya adalah
taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) زيخخداyang
I’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’.
Dilihat dari fungsi lafaz نفس, Maksud dari contoh ini, yang
memakai baju adalah diri zaid sendiri, bukan selain zaid.
عين: untuk murrod ( عينين/ عينان: tasniyah, أعين: tasniyah
atau jama’). Fungsinya adalah menghilangkan
kemungkinan untuk diartikan secara majaz atau untuk
menghilangkan keragu-raguan. Contoh: أعينهخخم بالمسخخلمين
( مخخررتsaya bertemu dengan orang-orang muslim, diri
mereka sendiri)
أعينI’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai
taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) المسخخلمينyang
dijerkan oleh huruf jer ب.
Dilihat dari fungsi lafaz أعين, maksud dari contoh ini,
saya benar-benar bertemu dengan orang-orang muslim,
bukan selain orang-orang muslim.
كل: untuk mufrad / jama’ ( كلي/ كل: tasniah muzakkar, /كلتا
كلتي: tasniyah muannas). Fungsinya adalah menunjukkan
tercakupnya semua unsur yang ada pada muakkad
secara merata. Contoh: يصلي السنة في العيدين كلهم القريخخة أهخخل
(penduduk desa itu, semuanya sholat hari raya idzul fitri
dan idul adha dalam satu tahun).
كلI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( )أهلyang I’rabnya
adalah rafa’ sebagai fa’il.
Dilihat dari fungsi lafaz كخخل, maksud dari contoh ini
adalah semua penduduk desa itu tanpa terkecuali
satupun, semuanya sholat hari raya idul adha dan idul
fitri dalam satu tahun.
أجمع: untuk mufrad mudzkkar ( جمعاء: mufrad muannas,
أجمعيخخن/ أجمعخخون: jama’ muzakkar, جمعخخاء/ جمعخخوات: jama’
muannas). Fungsinya adalah menunjukkan tercakupnya
semua unsure yang ada pada muakkad secara merata.
Contoh: ( وعلخخي ألخخه و صخخحبه أجمعيخخنdan atas keluarga nabi
dan sahabat nabi, semuanya).
أجمعينI’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai
taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) صخخحبyang
I’rabnjya jer.
Dilihat dari fungsi lafaz أجمعين, maksud dari contoh ini
adalah, mudah-mudahan sholawat juga diberikan
kepada semua sahabat-sahabat nabi tanpa terkecuali
satupun.
Lafaz yang harus berada setelah lafaz أجمع, yaitu ada tiga, أبتع
أبصع, أكتع,. contoh: ( وعلخي ألخه و صخحبه أجمعيخن أبتعيخنdan atas
keluarga nabi dan sahabat nabi, semuanya). أبتعيخخخخن
I’rabnya jer karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu
ikut pada muakkad nya ( )صحبyang I’rabnya juga jer. Lafaz
أبتعينberada setelah lafaz أجمعين
BADAL
Badal secara bahasa adalah pengganti. Secara istilah, badal
adalah kalimat yang mengganti kalimat sebelumnya (mubdal
minhu / kalimat yang diganti) tanpa ditengah-tengahi oleh huruf
at}af, dan mengambil alih hukum / peristiwa yang dimiliki oleh
kalimat sebelumnya (mubdal minhu).
Badal (pengganti) harus sesuai dengan mubdal minhu) dalam
dua hal, yaitu:
Dari segi i’rabnya (rafa’, nas}ab, jer, jazm)
Dari segi jenis kalimatnya (isim atau fi’il)
Contohnya adalah: ( الخوف صلة الخ عبخخد إبخخن زيخخد يصخخليzaid, anaknya
Abdullah itu sholat khauf / sholat dalam keadaan takut).
يصلي: fi’il mudloi’ : I’rabnya rafa’
زيد : fa’il (mubdal minhu) : Irobnya rafa’
إبن : badal : I’rabnya rafa’ karena ikut
pada زيدyang I’rabnya rafa’
إبخخنI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal,
yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيدyang I’rabnya adalah rafa’
sebagai fa’il. Tanda I’rabnya adalah dommah karena إبنadalah
isim mufod.
Lafaz إبنdisebut badal karena mengganti ( زيدmubdal minhu) .
J#adi, yang sholat khouf adalah anaknya Abdullah.
( إبنbadal) sesuai dengan ( زيدmubdal minhu) dalam dua hal:
زيدI’rabnya adalah rafa’, إبنI’rabnya juga rafa’
زيدadalah kalimat isim, إبنadalah kalimat isim
Macam-Macam Badal
Badal ada 5 macam, yaitu:
Badal kul min kul (keseluruhan), yaitu mengganti seluruh kalimat
dengan kalimat lain yang maknanya sama. Contoh:
Berupa isim: ( الخخخوف صخخلة الخخ عبخخد إبخخن زيخخد يصخخليzaid, anaknya
‘abdullah sholat khouf / sholat dalam keadaan takut). إبن
I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal,
yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيدyang I’rabnya adalah
rafa’ sebagai fa’il.
إبنadalah badal kul min kul karena mengganti seluruh زيد
tapi makna keduanya sama.
Berupa fi’il: ( تعب فيها ينل لم جنانخا يخدخل يثخخب يخؤمن مخنbarang siapa
yang beriman, maka dia diberi pahala, dimasukkan ke
surga yang di dalamnya tidak mengenal payah). يخخدخل
I’rabnya adalah jazm karena kedudukannya sebagai badal,
yaitu ikut pada mubdal minhu ( )يؤمنyang I’rabnya jazm
karena didahului amil jazm لم.
يخخدخلadalah badal kul min kul karena mengganti seluruh
makna dari يثبtapi makna keduanya tetap sama,
Badal ba’adl minkul (sebagian), yaitu mengganti kalimat dengan
sebagian dari kalimat itu. Contoh:
Berupa isim: ( النية أشياء ثلثة الغسل وفرائضfardlu-fardlunya mandi
ada tiga perkara, niat). النية I’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal
minhu ( )ثلثةyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai khabar.
( النيةniat) adalah badal ba’ad min kul karena mengganti
kalimat ثلثخخةsecara sebagian. Jadi, ( النيخخةniat) adalah
bagian dari ثلثة, bukan keseluruhan dari ( ثلثةtiga).
Berupa fi’il: ( يرحمخخك لخخ تسخخجد تصخخل إنjika kamu sholat, sujud
kepada Allah maka kamu akan memberi rahmat
kepadamu). تسخخخخخخجدI’rabnya adalah jazm karena
kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal
minhu ( )تصلyang I’rabnya jazm oleh huruf jazm إن.
تسجدadalah badal ba’adl min kul karena mengganti kalimat
تصخخلsecara sebagian. Jadi, ( تسخخجدbersujud) adalah bagian
dari ( تصلsholat)
Badal isytimal (kandungan), yaitu mengganti kalimat dengan
sesuatu yang terkandung dari kalimat tersebut, tapi bukan
merupakan bagian dari kalimat tersebut. Contoh:
Berupa isim: ( علمه زيدا نلخختsaya mendapatkan zaid, ilmunya).
علمI’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai
badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيداyang I’rabnya
adalah nas}ab sebagai maf’ul bih.
علمadalah badal isytimal karena merupakan sesuatu yang
terkandung dalam زيدا, tapi bukan bagian dari زيدا.
Berupa fi’il: ( يعن بنا يستعن إلينا يصل منbarang siapa yang sampai
kepada kami, minta tolong pada kami, maka dia akan
ditolong). يستعنI’rabnya adalah jazm karena kedudukannya
sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )يصلyang
I’rabnya adalah jazm oleh huruf jazm من.
( يسخخخختعنminta tolong) adalah badal isytimal karena
merupakan sesuatu yang terkandung dalam ( يصلsampai),
tapi bukan bagian dari ( يصلsampai).
Badal ghalat (salah tanpa sengaja), yaitu mengganti kalimat
yang dianggap salah tanpa sengaja dengan kalimat yang
dianggap benar. Contoh:
171
Berupa isim: ( الخخزروع المواشخخي يزكخخي الفلحpetani itu berzakat
binatang ternak, hasil tanaman). الخخزروعI’obnya adalah
nas}ab karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut
pada mubdal minhu ( )المواشيyang I’rabnya adalah nas}ab
sebagai maf’ul bih.
( الخخخزروعhasil pertanian) adalah badal ghalat karena
dianggap kalimat yang benar dan mengganti kalimat المواشي
(binatang ternak) yang dianggap salah. Karena biasanya
petani itu berzakat hasil pertanian.
Berupa fi’il: ( يكفنخخخه الميخخخت يخخخدفن هخخخوdia mengkafani mayat,
mengkafani). يكفخخخخخخنI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal
minhu ( )يخخخدفنyang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak
didahului oleh amil nas}ab atau jazm.
( يكفخخنmengkafani) adalah badal ghalat karena dianggap
kalimat yang benar dan mengganti kalimat يخخخخدفن
(menguburkan) yang dianggap salah tanpa sengaja.
Karena biasanya lebih dulu mengkafani mayat, lalu
menguburkannya.
Badal id}rab (salah dengan sengaja), yaitu mengganti kalimat
yang salah dengan sengaja, dengan kalimat yang benar
(kalimat yang dimaksudkan). Contoh:
Berupa isim: ( الغنخخم البخخل زكhendaklah kamu berzakat unta,
kambing). الغنخخخخخخمI’rabnya adalah nas}ab karena
kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal
minhu ( )البلyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul
bih.
الغنخخمadalah badal id}rab karena dianggap kalimat yang
benar (yang dimaksudkan) dan mengganti kalimat البخخل
yang dianggap salah secara sengaja.
Berupa fi’il: ( رمضان أصوم أزكيsaya zakat, saya berpuasa di
bulan romadon’). أصخخخومI’rabnya adalah rafa’ karena
kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal
minhu ( )أزكخخيyang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak
didahului amil nas}ab atau jazm.
أصومadalah badal id}rab karena dianggap kalimat yang
benar (yang dimaksudkan) dan mengganti kalimat أزكخخي
yang dianggap salah secara sengaja.
KETERANGAN
Antara badal dan at}af bayan ada persamaannya, yaitu sama -
sama menjelaskan kalimat yang diikuti dan tidak ada huruf at}af.
Akan tetapi antara badal dan at}af tersebut ada perbedaannya,
yaitu:
Dilihat dari maksud utama dari hukum / peristiwa:
Badal: yang menjadi maksud / sasaran utama dari suatu
hukum / peristiwa yang ada adalah badal itu sendiri.
Contoh: ( نصخخفها البيضخخة أكلخختsaya makan telur, separuhnya).
Yang menjadi sasaran utama dari hukum / peristiwa
(makan telur) adalah separuh telur ( ; نصخخفهاbadal). Jadi
maksud dari contoh ini adalah, saya makan separuh telur,
bukan seluruhnya.
At}af bayan: yang menjadi maksud / sasaran utama dari
suatu hukum / peistiwa yang ada adalah ma’tuf alaih (yang
diikuti).
Contoh: ( زيد الرجل جاءseorang laki-laki, zaid datang). Yang
menjadi sasaran utama dari hukum / peristiwa (datang)
adalah seorang laki-laki ( ; الرجلma’tuf alaih). Sedangkan
zaid ( ; زيدat}af bayan) hanya menjelaskan nama laki-laki
itu.
Dilihat dari segi mana yang lebih jelas:
Badal: badal tidak lebih jelas dari mubdal minhu (kalimat yang
diikuti). Contoh: ( الرجخخخل زيخخخد جخخخاءzaid, seorang laki-laki
datang). ( الرجلbadal) tidak lebih jelas dari mubdal minhu
()زيد
At}af bayan: at}af bayan lebih jelas dari ma’tuf alaih (kalimat
yang diikuti). Contoh: ( زيد الرجخل جخاءseorang laki-laki, zaid
datang). ( زيخخدat}af bayan) lebih jelas dari ( الرجخخلma’tuf
alaih) karena zaid itu menjelaskan nama dari seorang laki-
laki itu
N CONTOH
TAWABI’ KETERANGAN
O
Na’at hakiki مطهر طاهر وهو
1 Na’at
Na’at sababi طاهر وهو
استعماله مكروه مطهر
Huruf At}af: , أم, أو, ثم, ف,و البوال جميع غسل
2 At}af إما, لكن, ل, بل,حتى واجب والوراث
Taukid ma’nawi (, كل, عين,نفس نفسه زيدا رأيت
3 Taukid
أبصع, أكتع, )أبتع,( )أجمع
Taukid lafzi الصائم زيد، الصائم
Badal kul min kul ال عبد إبن زيد يصلي
4 Badal (keseluruhan)
الخوف صلة
Badal ba’adl minkul (sebagian) الغسل وفرائض
النية أشياء ثلثة
173
Badal isytimal (kandungan) علمه زيدا نلت
Badal ghalat (salah tanpa يزكي الفلح
sengaja)
الزروع المواشي
175
Jika berupa bilangan tingkatan yang mengikuti wazan فاعل, maka
‘adad harus mengikuti ma’dudnya dalam segi jenisnya
(muzakkar, muannas), dan kedudukan ‘adad sebagai na’at (sifat)
bagi ma’dudnya. Sedangkan ma’dud sebagai man’ut (yang
disifati) yang I’rabnya sesuai tuntutan amil. Contoh:
Artinya ‘adad Ma’dud
(sebagai ‘‘adad) (sebagai man’ut)
TANAZU’ FI AL-‘AMAL
Yang dimaksud tanazu’ adalah dua amil atau lebih yang
memerintah satu ma’mul (yang diperintah) atau lebih yang berada
setelah amil. Contoh: ( زيد يصوم و يصليzaid sedang sholat dan sedang
puasa).
يصلي: fi’il mud}ari’ (amil pertama) : I’rabnya rafa’
يصوم: fi’il mud}ari’ (amil kedua) : I’rabnya rafa’
زيد: fa’il (ma’mul ) : I’rabnya rafa’
Pada contoh ini terjadi tanazu’, yaitu ada dua amil ( يصليdan )يصوم
yang merafa’kan ( زيدma’mul ) sebagai fa’il.
Menurut ulama’ bashroh, yang beramal adalah amil terkahir karena
lebih dekat dengan ma’mul . Jadi, yang merafa’kan ( زيدma’mul )
adalah ( يصومamil terakhir) karena lebih dekat dengan ma’mul nya.
Sedangkan menurut ulama’ kufah, yang beramal adalah amil yang
pertama karena berada di awal. Jadi, yang merafa’kan ( زيدma’mul )
adalah ( يصليamil pertama) karena berada di awal. Masing-masing
dari dua pendapat ini mempunyai hukum masing-masing.
Rinciannya sebagai berikut:
Jika yang beramal adalah amil yang pertama, maka amil yang
terakhir beramal kepada isim d}amir yang kembali kepada
ma’mul .
Contoh: ( المسلمان يتيممان و يتوضأdua orang muslim berwudlu’ dan
bertayammum).
( يتوضأamil pertama) beramal, yaitu merafa’kan ( المسلمانma’mul )
sebagai fa’il
( يتيممخخخانamil terakhir) beramal kepada isim d}amir ( ; اalif
tasniyah) yang kembali kepada ( المسلمانma’mul )
177
Jika yang beramal adalah amil yang terakhir, maka:
Jika amil yang pertama merafa’kan ma’mul berupa isim d}amir,
maka isim d}amir tersebut tampak. Contoh: المسخخلمان يخختيمم و
( يتوضأنdua orang muslim berwudlu’ dan bertayammum)
( يتيممamil terakhir) beramal, yaitu merafa’kan ( المسلمانma’mul
) sebagai fa’il
( يتوضخخأنamil pertama) merafa’kan isim d}amir sebagai fa’il,
dan d}amir tersebut tampak ( ; اalif tasniyah).
Jika amil yang pertama menas}abkan ma’mul berupa isim
d}amir, maka isim d}amir tersebut dibuang. Contoh: زيخخد
( ضربني و لطمتsaya menempeleng zaid dan zaid memukulku).
( ضربamil terakhir) beramal, yaitu merafa’kan ( زيدma’mul )
sebagai fa’il
( لطمamil kedua) menas}abkan isim d}amir ( ) ه, tapi d}amir
tersebut dibuang. Asalnya adalah زيد لطمته و ضربني
Jika amil yang pertama menjerkan ma’mul berupa isim d}amir,
maka isim d}amir tersebut dibuang. Contoh: محمد على وسلم وبارك
( صخخلberikanlah sholawat, salam, dan berkah kepada nabi
Muhammad SAW).
( باركamil terakhir) beramal, yaitu menjerkan ( محمدma’mul )
dengan huruf jer. Karena باركadalah fi’il muta’addi dengan
huruf jer
( صخخلamil pertama) menjerkan isim d}amir ( ) ه, tapi isim
d}amir tersebut dibuang. Begitu juga ( سخخلمamil kedua)
menjerkan isim d}amir ( ) ه, tapi isim d}amir tersebut
dibuang. Asalnya adalah محمد على وبارك عليه وسلم عليه صل
ISYTIGHOL
Isytighol secara bahasa sibuk. Secara istilah isytighol adalah ketika
ada kalimat isim yang mendahului amil (berupa fi’il atau isim) dan
amil tersebut bersambung dengan d}amir yang kembali kepada
kalimat isim tersebut. Contoh: ( أحبهخا عائشخخةsaya mencintai aisyah).
Pada contoh ini terjadi isytighol, yaitu ( عائشةisim) mendahului أحب
(amil berupa fi’il) yang bersambung dengan ( هخخخاd}amir) yang
kembali kepada عائشخخخة. disebut isytighol karena ( أحخخخبamil)
menas}abkan عائشةsekaligus menas}abkan ها. Jadi terjadi isytighol
karena ( أحبamil) dianggap sibuk karena menas}abkan dua kalimat
isim sekaligus ( عائشةdan )ها.
I’rab kalimat isim yang mendahului amil tersebut (seperti lafaz عائشة
pada contoh )عائشة أحبهاada dua kemungkinan:
Lebih utama beri’rab rafa’ sebagai mubtada’. Contoh: أحبهخخا عائشخخة
(saya mencintai aisyah). عائشخخةI’rabnya adalah rafa’ sebagai
mubtada’. Tanda I’rabnya adalah dlommah karena عائشةadalah
isim mufrad.
Nas}ab sebagai maf’ul bih. Contoh: ( أحبهخخا عائشخخةsaya mencintai
aisyah). عائشةI’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. Tanda
I’rabnya adalah fathah karena عائشةadalah isim mufrad.
179
(boleh juga rafa’) karena menjadi jawaban dari pertanyaan
yang dibuang, yaitu ( أكرمته من ؟siapa yang kamu mulyakan).
Mubtada’
Cocok bermakna “adapun”
Berada di awal perkataan dan sebagai kalimat pokok
Berupa isim zahir / d}amir / fi’il mud}ari’ yang di dahului أن
Biasanya berupa isim ma’rifat
Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat).
Khabar
Cocok bermakna “adalah”
Menjadi pelengkap dari mubtada’ dan sebagai kalimat pokok
Berupa mufrad / jumlah ismiyah/ jumlah fi’liyah / jer majrur /
zaraf
Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat).
Fa’il
Cocok bermakna “siapa” atau “apa”
Sebagai pelaku dari suatu pekerjaan
Berada setelah fi’il ma’lum dan sebagai kalimat pokok
Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang
didahului أن
Contoh: ( ال نصر جاء إذا وapabila datang pertolongan Allah)
Naibul fa’il
Cocok bermakna “siapa” atau “apa”
Sebagai objek yang menempati posisinya subjek
Berada setelah fi’il majhul dan sebagai kalimat pokok
Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang
didahului أن
Contoh: ( كفروا الذين لعنorang-orang yang kafir itu dilaknat).
Maf’ul bih
Cocok bermakna “kepada”
Sebagai objek dari pekerjaannya fa’il
Berada setelah fi’il muta’addi
Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang
didahului أن
Contoh: ( النسان خلقنا لقدsungguh kami menciptakan manusia)
Masdar
Cocok bermakna “dengan”
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Sebagai penegas / penjelas macam pekerjaan / penjelas hitungan
pekerjaan
Berupa isim masdar
Didahului oleh amil (fi’il dll) yang sama arti / bentuk dengan isim
masdar
Contoh: ( شقا الرض شققنا ثمkemudian kami memecah bumi dengan
benar-benar memecah)
Haal
Cocok bermakna “ dalam keadaan”
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Sebagai penjelas keadaan dari shohibul haal
Biasanya berupa sifat (isim fa’il / isim maf’ul / sifat mushabihat)
Berupa isim nakirah
Contoh: ( مؤمنخخا بيخختي دخخخل لمخخنbagi orang yang masuk ke rumahku
dalam keadaan beriman)
Tamyiz
Cocok bermakna “apanya”
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Sebagai penjelas dari kalimat yang samar pada kalimat
sebelumnya
Berupa isim masdar / isim jamid
Biasanya berada setelah isim tafd}il atau setelah bilangan 11 –
99
Contoh: ( تأويل أحسخخن و خيخخر ذلخخكhal itu lebih baik dan lebih bagus
penafsirannya)
Dzaraf
Cocok bermakna “di” / “di dalam” / “pada”
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Menjelaskan keterangan waktu / tempat
Contoh: ( يوما لبثت قالsalah satu penghuni gua itu berkata, saya
tinggal selama satu hari)
Mustatsna
Berada setelah adat istitsna’
181
Sebagai kalimat yang dikecualikan
Contoh: ( إبليس إل فسجدواkemudian para malaikat itu sujud kecuali
iblis).
Maf’ul li ajlih
Cocok bermakna “karena”
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Sebagai alasan terjadinya pekerjaan
Berupa masdar qolby
Contoh: ( الخخخ مرضخخخات ابتغخخخاء أمخخخوالهم ينفقخخخونmereka menafkahkan
hartanya karena mengharap ridlo Allah)
Maf’ul ma’ah
Cocok bermakna “bersama”
Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama)
Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)
Contoh: ( والجيخخس الميخخر جخخاءpemimpin itu datang bersama bala
tentaranya)
SUSUNAN KALIMAT DALAM BAHASA ARAB
MUBTADA’ + KHABAR
Mubtada’ adalah subjek.
Khabar adalah predikat.
Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat). ال و:
mubtada’. سميع: khabar
Kadang susunannya dibalik, yaitu Khabar + mubtada’. Contoh:
( أبصارهم في غشاوةpada beberapa mata mereka ada penutup).
أبصارهم في: khabar. غشاوة: mubtada’
Kemungkinan susunan kalimat yang terjadi pada susunan
mubtada’ dan khabar, yaitu:
Mubtada’ + khabar + pelengkap
Contoh: ( بالعبخخخاد بصخخخير الخخخ وAllah adalah melihat hamba-
hambanya).
ال: mubtada’. بصير: khabar. بالعباد: pelengkap
Mubtada’ + pelengkap + khabar
Contoh: ( خخخبير تعملخخون بمخخا ال خ وAllah mengetahui apa yang
kamu kerjakan).
ال: mubtada’. تعملون بما: pelengkap. خبير: khabar
Amil nawasikh (\ ان, )كانdan saudaranya + mubtada’ (isim) +
khabar
Contoh: ( عليمخخخا الخخخ وكخخخانAllah adalah Dzat yang maha
mengetahui).
كان: amil nawasikh. ال: mubtada’ (isim). عليما: khabar
Amil nawasikh ( ان, )كانdan saudaranya + khabar + mubtada’
(isim)
Contoh: ( شخخخخيئ كمثلخخخخه ليخخخخسtidak ada sesuatupun yang
menyerupai Allah).
ليس: amil nawasikh. كمثله: khabar. شيئ: mubtada’ (isim)
Amil nawasikh ( ان, )كانdan saudaranya + mubtada’ (isim) +
pelengkap + khabar .
Contoh: ( قدير شيئ كخخل علخخى الخ إنsesungguhnya Allah mampu
terhadap setiap sesuatu).
إن: amil nawasikh. الخخ: mubtada’ (isim). شخخيئ كخخل علخخى:
pelengkap. قدير: khabar
183
(pembahasannya akan dibahas setelah ini). Contoh: تأويل أحسن
( و خير ذلكhal itu lebih baik dan lebih bagus penafsirannya)
ذلك: mubtada’. خير: khabar. تأويل: pelengkap berupa tamyiz
Kadang pelengkap tidak hanya satu saja. Pada susunan kalimat
kadang mempunyai dua pelengkap atau lebih, contoh: إستحبابا
( أشخخد مواضخخع ثلثخخة فخخي وهخخوsiwak itu dalam tiga keadaan lebih
sangat kesunnahannya)
وهو: mubtada’. مواضع ثلثة في: pelengkap berupa jer majrur. أشد
: khabar. إستحبابا: pelengkap berupa tamyiz.
185
dan saudaranya +
mubtada’ (isim) +
khabar
Amil nawasikh ( ان, )كمممان
dan saudaranya + شيئ كمثله ليس
khabar + mubtada’
(isim)
Amil nawasikh ( ان, )كمممان قدير شيئ كل على ال إن
dan saudaranya +
mubtada’ (isim) +
pelengkap + khabar
FI’IL + Fi’il + fa’il / naibul fa’il+
FA’IL / pelengkap بنورهم ال ذهب,
2 FI’IL + للناس وضع
NAIBUL
FA’IL
Fi’il + pelengkap + fa’il / إعراضهم عليك كبر كان إن
naibul fa’il
و,
الصيام عليكم كتب
Pelengkap + fi’il + fa’il / نعبد إياك,
naibul fa’il
زيد ضرب البيت امام
Tabel pelengkap:
N PELENGKAP CONTOH
O
1 Jer majrur الكتاب أهل من طائفة وقالت
2 Maf’ul bih النسان خلقنا لقد
3 Dua maf’ul ظنdan saudaranya خليل إبراهيم ال واتخذ
4 Masdar شقا الرض شققنا ثم
5 Haal مؤمنا بيتي دخل لمن
6 Tamyiz شيبا الرأس واشتعل
7 Zaraf يوما لبثت قال
8 Mustasna إبليس إل فسجدوا
9 Maf’ul li ajlih ال مرضات ابتغاء أموالهم ينفقون
10 Maf’ul ma’ah والجيس المير جاء
Kadang pelengkap tidak hanya مبشرين النبيين ال فبعث
satu saja. Pada susunan kalimat
kadang mempunyai dua
pelengkap atau lebih, contoh:
CATATAN I
Ada 4 posisi / kedudukan yang biasanya mengikuti mubtada’ /
khabar / fi’il / fa’il / na’ibul fa’il / pelengkap, yang disebut
Tawabi’, yaitu:
Na’at (sifat). Seperti susunan Fi’il + fa’il + pelengkap + na’at.
Contoh: ( الرجيم الشيطان من بال أعوذsaya berlindung kepada Allah
dari godaan syaitan yang terkutuk)
أعوذ: fi’il ma’lum. ( أناd}amir yang tersimpan) : fa’il. الشيطان من:
pelengkap. الرجيم: na’at
At}af (kata sambung). Seperti susunan fi’il + pelengkap + fa’il +
at}af.
Contoh: ( نخخوم ول سخخنة تأخخخذه لAllah tidak pernah ngantuk dan
tidur)
تأخذ: fi’il ma’lum. ه: pelengkap. سنة: fa’il. نوم: at}af
Taukid (penegas). Seperti susunan amil nawasikh ( ) إن+
mubtada’ (isim) + taukid + khabar.
Contoh: ( ل خ كلخخه المخخر إن قخخلkatakanlah, sesungguhnya semua
urusan itu adalah milik Allah)
إن: amil nawasikh. المر: mubtada’ (isim). كله: taukid. لخ:
khabar
Badal (pengganti). Seperti susunan mubtada’ + khabar + badal.
Contoh: ( العالمين رب ل الحمدsegala puji adalah milik Allah, tuhan
semesta alam)
الحمد: mubtada’. ل: khabar. العالمين رب: badal
CATATAN II
Ada 5 kalimat isim yang beramal seperti fi’il, yaitu:
Isim masdar. Seperti susunan isim masdar + fa’il + pelengkap.
Contoh: ( أبخخخاك إكرامخخخك أحخخخبsaya senang kamu memulyakan
ayahmu)
إكرام: isim masdar. ك: fa’il. أباك: pelengkap
Isim fa’il. Seperti susunan isim fa’il + fa’il + pelengkap.
Contoh: ( ضخخخخيوفه سخخخخعيد مكخخخخرم هخخخخلapakah said orang yang
menghormati para tamunya?)
مكرم: isim fa’il. سعيد: fa’il. ضيوفه: pelengkap
Isim maf’ul. Seperti susunan isim maf’ul + naibul fa’il.
Contoh: ( استعماله مكروهyang dimakruhkan penggunaannya)
مكروه: isim maf’ul. استعماله: naibul fa’ik
Sifat mushabihat. Seperti susunan sifat mushabihat + fa’il.
Contoh: ( خلقه حسن عليali itu bagus tingkah lakunya)
حسن: sifat mushabihat. خلقه: fa’il
Isim tafd}il. Seperti susunan isim tafd}il + fa’il.
Contoh: ( سعيد من أشجع خالدkholid lebih berani dari pada said)
187
أشجع: isim tafd}il. ( هوd}amir yang tersimpan) : fa’il
Keterangan:
Langkah ke-2 dan ke-3 ini sangat berkaitan dan bisa dilakukan
secara bersamaan. Langkah ke-2 lebih ditekankan untuk
mengetahui susunan kalimat bahasa arab. Sedangkan langkah
ke-3 lebih fokus pada membaca akhir kalimat.
Dalam membaca kitab juga perlu diperhatikan Syiyaqul kalam,
yaitu melihat konteks perkataan, baik melihat kalimat sebelum
atau sesudahnya, atau melihat arti yang pas untuk suatu
kalimat.
Syiayaqul kalam ini untuk menetukan beberapa kemungkinan
yang dimiliki oleh satu jenis kalimat. Jadi untuk menentukan apa
jenis ataupun hukum yang dimiliki oleh suatu kalimat, maka
harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan)
Atau juga untuk melihat arti yang pas ketika mencari arti kalimat
di kamus, maka dengan melihat konteks perkataannya.
189
Lafaz أكلadalah fi’il mad}i, maka hukumnya mabni
Lafaz أكلadalah fi’il mad}i yang tidak bersambung dengan
wawu jama’ ( ) و, dan atau tidak bersambung dengan
d}amir rafa’ mutaharrik, maka mabni dengan fathah.
Maka membaca huruf akhirnya adalah أكل
المسافرون
Mengetahui arti tiap kalimat.
Lafaz المسخخخخافرونadalah isim musytaq. Maka langkah-
langkahnya adalah:
Isim mufrad lafaz المسافرونadalah المسافر
Fi’il mad}i lafaz المسافرونadalah سافر, wazannya adalah فاعل
Fi’il mujarrad lafaz سافرadalah سفر. Maka lafaz سفرini yang
dicari di kamus. Setelah ketemu lafaz سخخفر, langsung
mencari lafaz سخخافرatau langsung pada lafaz المسخخافر.
Artinya adalah ” berjalan” atau ” bepergian”
Jenis kalimat dari lafaz المسخخافرونadalah isim fa’il. Maka
artinya adalah ”orang yang berjalan” atau ”orang yang
bepergian”.
Membaca akhir kalimat
Lafaz المسافرونadalah kalimat isim
Lafaz المسخخخافرونadalah kalimat isim yang tidak serupa
dengan huruf, maka hukumnya mu’rab.
Lafaz المسافرونadalah isim, maka:
Kedudukannya adalah sebagai fa’il (pelaku), i’rabnya
adalah rafa’
Jenis kalimatnya adalah jama’ muzakkar salim, maka
tanda i’rabnya ketika rafa’ adalah wawu ( ) و
رزا
Mengetahui arti tiap kalimat.
Lafaz رزاadalah isim jamid. Maka langkahnya adalah
cukup mencari isim mufradnya, yaitu lafaz رز. sedangkan
alif ( ) اadalah tambahan untuk mencocokkan dengan
harokat fathah. Maka lafaz رزini yang dicari di kamus.
Artinya adalah ” nasi”
Membaca akhir
lafaz رزاadalah kalimat isim
Lafaz رزاadalah kalimat isim yang tidak serupa dengan
huruf, maka hukumnya mu’rab.
Lafaz رزاadalah isim, maka:
Kedudukannya adalah sebagai maf’ul bih (objek),
i’rabnya adalah nas}ab
Jenis kalimatnya adalah isim mufrad, maka tanda
i’rabnya ketika nas}ab adalah fathah, maka cara
membacanya رزا.
ثم
Membaca perhuruf dari tiap kalimat (sampai sebelum akhir) &
mengetahui arti per kalimat.
Lafaz ثخخمadalah kalimat huruf. Maka langkahnya adalah
langsung mencari lafaz ثمdi kamus.
Membaca akhir kalimat & dan memahami maksud dari
perkataan.
lafaz ثمadalah kalimat huruf
Lafaz ثخخمadalah kalimat huruf, maka hukumnya adalah
mabni
Lafaz ثخخخمadalah kalimat huruf, maka kemabniannya
langsung lihat di kamus.
ينطلقون
Mengetahui arti tiap kalimat
Lafaz ينطلقونadalah fi’il. Maka langkah-langkahnya adalah:
Fi’il mad}i lafaz ينطلقونadalah انطلق, wazannya adalah انفعل
Fi’il mujarrad lafaz انطلقadalah طلق. Maka lafaz طلقini yang
dicari di kamus. Setelah ketemu lafaz طلخخق, langsung
mencari lafaz انطلق. Artinya adalah ” berangkat”
Jenis kalimat dari lafaz ينطلقونadalah fi’il mud}ari’ . Maka
artinya adalah ”akan / sedang berangkat”.
Membaca akhir kalimat
lafaz ينطلقونadalah kalimat fi’il
Lafaz ينطلقون adalah kalimat fi’il yang tidak bersambung
dengan nun taukid dan atau nun jama’ inats, maka
hukumnya mu’rab.
Lafaz ينطلقونadalah fi’il mud}ari’ jer, maka:
Tidak ada amil nas}ab dan jazm, maka i’rabnya adalah
rafa’
jenis kalimatnya adalah af’alul khomsah, maka tanda
i’rabnya adalah tetapnya nun.
191
Lafaz أكل
Lafaz أكلada dua kemungkinan, bisa saja berupa fi’il mad}i, bisa
saja berupa isim masdar. Tapi setelah dilihat dari konteks
perkataannya, lafaz أكلlebih pas berupa fi’il mad}i, karena lafaz
أكلmempunyai fa’il, yaitu lafaz المسافرون.
Kalau lafaz أكلberupa isim masdar, seharusnya kedudukannya
menjadi mubtada’ karena berada di awal perkataan. Sedangkan
pada contoh di atas tidak ada khabarnya. Maka tidak pas jika
lafaz أكخخلberupa isim masdar. Maka yang lebih pas, lafaz أكخخل
adalah fi’il mad}i
Lafaz المسافرون.
Dilihat dari tashrifnya, jenis kalimat lafaz المسخخخافرونada 5
kemungkinan:
Isim masdar ( ) المسافر, artinya perjalanan
Isim fa’il ( ) المسافر, artinya orang yang berjalan
Isim maf’ul ( ) المسافر, artinya yang dijalankan
Isim zaman ( ) المسافر, waktu berjalan
Isim makan ( ) المسافر, tempat berjalan
Setelah dilihat konteksnya, maka jenis kalimat yang lebih pas
adalah isim fa’il ( ) المسخافر, yang artinya orang yang berjalan /
bepergian karena berkaitan dengan kata kerja ( أكلmakan). Maka
artinya adalah orang-orang yang bepergian itu telah makan
Lafaz ثم
Lafaz ثخخمada beberapa kemungkinan, diantaranya: bisa berupa
kalimat huruf ( ثم: kemudian), bisa berupa kalimat isim dzaraf ( ثم
: di sana). Tapi setelah dilihat dari konteksnya, lafaz ثمlebih pas
berupa kalimat huruf ( ثم: kemudian). Maka arti dari contoh itu
adalah, orang-orang yang bepergian itu telah makan, kemudian
akan berangkat.
Lafaz ينطلقون
Dilihat dari tashrifnya, jenis kalimat lafaz ينطلقخخون, adakalanya
berupa fi’il mabni ma’lum, ada kalanya berupa fi’il mabni majhul.
Tapi dilihat dari konteks perkataannya, maka lafaz ينطلقونlebih
pas berupa fi’il mabni ma’lum, karena fa’ilnya ada, yaitu berupa
d}amir wawu ( ) و, yang kembali kepada lafaz المسافرون
DAFTAR PUSTAKA
Nabhan, tt
193
Muhammad mahmudi syah, Al-bayan