8 Perencanaan Mikroklimatik
8 Perencanaan Mikroklimatik
(LINGKUNGAN) PERKOTAAN
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
PENDAHULUAN
• Terbatasnya lahan2 perkotaan berkembangnya
pembangunan scra vertikal (multy-storey building). Bahkan
kota2 besar yg telah benar2 padat orientasi bangunan
bangunan pencakar langit (skycrapers).
• Permasalahan serius lainnya adalah berkurangnya rasio area
terbuka hijau (urban green area) bila dibandingkan dengan
luasan area terbangun, dimana hal ini sangat mempengaruhi
kondisi mikroklimatik suatu area.
• Berkurangnya ruang terbuka hijau ini ditengarai sebagai
penyebab utama terjadinya ‘urban heat island’, yaitu suatu
fenomena dimana temperatur pada suatu daerah terus
meningkat, bahkan di saat malam harii (Stahler dalam
Pramujadi, 2002).
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
• Penyebab lain dari urban heat island ini adalah
kecenderungan penggunaan material bangunan dan
penutup tanah (land cover) dengan karakteristik ‘high
thermal capacity’ dan penggunaan material yang
memantulkan radiasi matahari seperti kaca atau material
reflektif lainnya.
MULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBAL WARMING DAN HIGH ENERGY BUILDING -Mohammad Pranoto S
http://eprints.upnjatim.ac.id/1317/1/TA-Pranoto_43.pdf 11 April 2012 / 16.40 Wita
Menyikapi Permasalahan ini
konsep ‘sustainable development’
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
LANSEKAP suatu strategi yang potensial dalam
mewujudkan konsep disain berkelanjutan.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
‘urban heat island’
• Iklim mikro atau disebut juga iklim lokal (microclimate)
sangat bergantung pada cara bagaimana energi matahari
digunakan untuk konveksi, evaporasi, atau pemanasan
suatu objek dalam site.
• Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi topografii
permukaan, angin, serta konsentrasi gas-gas polutan dalam
udara.
• Keseluruhan faktor ini pada akhirnya akan berpengaruh
pada level temperatur lokal suatu area.
• Pada level tertentu akan terjadi suatu fenomena yang
disebut ‘urban heat island’, yaitu suatu kondisi dimana
temperatur urban meningkat bahkan saat malam hari.
Artinya, temperatur lokal rata-rata pada daerah itu
meningkat.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Kenaikan temperatur urban tersebut dapat menurunkan
level kenyamanan termal (thermal comfort) yang pada
akhirnya akan mengganggu aktifitas manusia di dalam
bangunan.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Strategi pendinginan bangunan di daerah tropis dapat
dilakukan dengan dua metode,
Desain Bangunan
(a) memungkinkan masuknya (b) meminimalkan masuknya
angin secara maksimal ke dalam ‘solar heat gain’ baik melalui
bangunan (natural ventilation) radiasi atau konveksi.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Landscaping yang dimaksudkan di sini
adalah
(1) area hijau kota (urban green area), dibagi atas tipe
vegetasi di sekeliling bangunan, pohon-pohon di
sepanjang jalan, vegetasi di area playground, taman
lingkungan skala kecil dan taman public skala besar,
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Vegetasi Sebagai Kontrol Radiasi Sinar Matahari
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Vegetasi sebagai Kontrol Angin
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Vegetasi sebagai Kontrol Kelembaban
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Vegetasi sebagai Kontrol Temperatur
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Urban Green Area Option
Strategi multilevel urban green area/vertical landscape ini
dikemukakan oleh Ken Yeang (1994) dalam Bioclimatic
Skycrapers. Dalam pembahasannya, vertical landscape
atau garden in the sky menurut Yeang meliputi:
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Vertical Planting
Fungsi penggunaan vertical planting pada selubung bangunan antara
lain:
Memberi pembayangan pada bukaan pencahayaan di sepanjang
selubung bangunan
Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar bangunan,
vegetasii tersebut dapat menyerap CO, CO2 dan gas polutan lain,
serta melepas O2di malam hari
Desain vertical planting yang menerus sampai pada permukaan
tanah dapat difungsikan untuk aliran air hujan, menjamin kelestarian
siklus air hujan untuk kembali ke tanah
Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan precipitasi.
Sebagai filter bagi aliran angin yang akan masuk ke dalam
bangunan melalui pembukaan penghawaan.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
Roof Garden
Fungsi penggunaan roof garden pada bangunan antara
lain:
Mereduksi panas akibat radiasi matahari dengan
penambahan elemen vegetasi, yang memberi
pembayangan pada permukaan atap, juga secara
langsung berfungsi sebagai lapisan (layer) yang dapat
mereduksi solar hear gain.
Memanfaatkan area atap sebagai ruang terbuka hijau.
Pada beberapa disain dimungkinkan adanya aktifitas
yang dapat ditampung di roof garden.
Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar
bangunan, vegetasi tersebut dapat menyerap CO, CO 2
dan gas polutan lain, serta melepas O2 di malam hari.
Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan
presipitasi.
SAINS LINGKUNGAN / PROGRAM PERENCANAAN WILAYAH & KOTA / INGERID L. MONIAGA, ST, MSi / Semester Genap 2012
KESIMPULAN
• Paradigma konsep low- energy yang paling potensial untuk diterapkan
di Indonesia adalah paradigma Bioclimatic Architecture dan Green-
Architecture, mengingat dalam penerapannya tidak memerlukan
teknologi dan biaya yang besar seperti halnya Solar Architecture.