Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

RANCANG BANGUN TUNGKU BIOMASSA


MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

OLEH:

HELMI AFIANDA AZHAR


NIM: 1607123730

PROGRAM STUDI SARJANA (S1) TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul:

“RANCANG BANGUN TUNGKU BIOMASSA MENGGUNAKAN


METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


HELMI AFIANDA AZHAR
NIM. 1607123730
Program Studi Sarjana (S1) Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau,

Telah diseminarkan di hadapan Tim Pembanding pada

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Yohanes, S.T., M.T


NIP. 19690118 199702 1 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sarjana (S1) Teknik Mesin

Asral, S.T., M.Eng., Ph.D


NIP. 19720305 199802 1 001

i
RINGKASAN

Tungku merupakan media yang biasa digunakan untuk melakukan reaksi


pembakaran. Desain tungku yang digunakan oleh masyarakat masih sangat
sederhana sehingga efisiensi pembakaran masih rendah, yakni hanya berkisar 5
hingga 10%. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, mendesain serta membuat
dan menguji performa tungku biomassa berdasarkan keinginan dan kebutuhan
masyarakat. Pembuatan perancangan ini menggunakan matriks House of Quality
untuk menentukan karakteristik masyarakat sebagai analisa desain pembuatan
tungku biomassa dengan menggunakan metode Quality Function Deployment
(QFD). Perancangan tungku biomassa ini meliputi desain, pembuatan, pengujian,
dan analisa tungku biomassa. Desain tungku biomassa yang akan digunakan yaitu
satu tungku dengan model rocket stove portable. Pada pembuatan tungku
biomassa ini menggunakan bahan mind steel. Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan performa tungku yang ada di masyarakat dengan tungku yang
akan dibuat. Performa ini dilakukan dengan membandingkan waktu mendidihkan
air, visual api yang dihasilkan, jumlah bahan bakar yang digunakan, dan volume
air yang digunakan.

Kata kunci : Tungku, Biomassa, Quality Function Deployment (QFD), matriks


House of Quality.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
RINGKASAN ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
1. Judul ................................................................................................................. 1
2. Latar Belakang.................................................................................................. 1
3. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
4. Tujuan ............................................................................................................... 3
5. Batasan Masalah ............................................................................................... 3
6. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 3
6.1 Biomassa ...................................................................................................................3
6.2 Bahan Bakar..............................................................................................................9
6.3 Pembakaran ............................................................................................................11
6.4 Tungku .....................................................................................................................12
6.5 Quality Function Deployment (QFD) ..............................................................14
7. Metodologi ..................................................................................................... 17
7.1 Diagram Alir ..........................................................................................................17
8. Waktu dan Tempat ......................................................................................... 20
9. Jadwal Kegiatan.............................................................................................. 20
10. Biaya ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 6. 1 Teknologi Konversi Biomassa ........................................................ 5


Gambar 6. 2 Matrik House Of Quality ................................................................16
Gambar 7. 1 Diagram Alir .................................................................................. 17
Gambar 7. 2 Alur Quality Function Deployment (QFD) .................................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 6. 1 Sumber biomassa .................................................................................. 4


Tabel 9. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 20
Tabel 10. 1 Rekapitulasi Biaya Penelitian ............................................................ 21

v
1. Judul
Rancang Bangun Tungku Biomassa Menggunakan Metode Quality Function
Deployment (QFD).

2. Latar Belakang
Tungku merupakan media yang biasa digunakan untuk melakukan reaksi
pembakaran, kemudian panas yang dihasilkan dimanfaatkan untuk keperluan
memasak. Seiring dengan kebutuhan, tungku terus dikembangkan sehingga
terdapat berbagai macam model jenis dan ukuran yang digunakan masyarakat
(Barlin dan Nainggolan, 2012).
Pada awalnya masyarakat pedesaan menggunakan tungku berbahan bakar
kayu untuk memasak. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai beralih dari
penggunaan tungku pada penggunaan kompor berbahan bakar minyak tanah.
Penggunaan bahan bakar minyak tanah terus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan memasak sehari-hari. Namun pada tahun 2007, pemerintah
mengeluarkan kebijakan terkait konversi minyak tanah ke gas. Akibat dari adanya
kebijakan konversi tersebut menyebabkan pendistribusian minyak tanah menjadi
langka dan sangat sulit didapatkan. Hal ini memaksa masyarakat untuk
menggunakan gas sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Meskipun demikian,
pemerintah memiliki beberapa kendala yang dihadapi dalam merealisasikan
program perubahan minyak tanah ke gas LPG. Kendala tersebut seperti
masyarakat masih sulit menerima terjadinya program konversi dikarenakan
masyarakat memiliki kecemasan akan kebocoran pada selang regulator tabung
LPG, terjadinya ledakan tabung LPG, dan distribusi tabung LPG yang tidak
merata sehingga menyebabkan terjadinya kelangkaan LPG (ESDM, 2013).
Kelangkaan gas LPG juga terjadi pada desa Kayu Ara Permai, Kecamatan
Sungai Apit, Kabupaten Siak. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada
desa tersebut, kelangkaan gas LPG dapat diatasi oleh masyarakat setempat dengan
kembali menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan
memasak. Hal ini sesuai dengan sumber daya alam pedesaan yang masih terdapat

1
banyak kayu sehingga pemanfaatan kembali tungku berbahan bakar kayu masih
disukai oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Desain tungku yang digunakan oleh masyarakat masih sangat sederhana
sehingga efisiensi pembakaran masih rendah, yakni hanya berkisar 5 hingga 10%
(Budianto dkk, 2014). Pernyataan ini didukung oleh Haryanto dan Triyono (2012)
yang menyatakan bahwa tungku berbahan bakar biomassa hanya memiliki
efisiensi energi antara 11% hingga 17%. Sebagai contoh, tungku yang digunakan
dalam pembuatan gula merah mempunyai efisiensi 15% hingga 18,6% (Nurhayati
dkk, 2006). Selain efisiensi energi yang rendah, pembakaran terbuka juga
menimbulkan emisi polutan dan partikel debu. Gas-gas yang dihasilkan dari
pembakaran tidak hanya mengotori ruangan tetapi juga atmosfer yang dapat
memicu terjadinya pemanasan global (MacCarty dkk, 2008). Semmens dkk
(2015), meneliti kualitas lingkungan akibat pengaruh penggunaan bahan bakar
padat sebagai penghasil energi panas. Dimana berdasarkan penelitian tersebut
partikel-partikel halus hasil pembakaran yang terbang ke udara sangat
membahayakan pernafasan manusia. Untuk meningkatkan efisiensi pembakaran,
tungku harus dibuat dengan memperhatikan pola aliran yang terbentuk ketika
fluida (udara, gas pembakaran, dan hasil pembakaran) melalui kayu bakar.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian H.S. Mukunda dkk (2010) yang
menjelaskan bahwa desain yang memiliki efisiensi tinggi serta kadar emisi rendah
sangat dipengaruhi oleh perbandingan udara dan bahan bakar yang benar. Adapun
beberapa penelitian mengenai desain tungku telah banyak dilakukan, salah
satunya Wibowo (2020) yang meneliti mengenai performa kompor roket dengan
bahan bakar pelet kayu dan kayu sangon. Kompor ini berbentuk roket yang
terbuat dari pipa besi seperti cerobong asap. Penggunaan kompor roket dapat
meningkatkan efisiensi pembakaran dan perpindahan secara signifikan. Prinsip
kerja kompor roket membutuhkan sedikit kayu bakar tetapi menghasilkan panas
yang optimal
Fenomena permasalahan di atas menunjukkan bahwa masyarakat masih
menginginkan dan membutuhkan penggunaan kayu sebagai bahan bakar. Hal ini
membuat peneliti tertarik melakukan rancang bangun dalam memodifikasi

2
kembali tungku kayu yang digunakan masyarakat. Dalam hal ini peneliti
merancang dan membuat tungku biomassa berdasarkan keinginan dan kebutuhan
masyarakat yang dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD).

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, dapat diperoleh rumusan
masalah yaitu bagaimana rancang bangun tungku biomassa yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat.

4. Tujuan
Tujuan dari rancang bangun tungku biomassa dengan metode Quality
Function Deploment (QFD) yaitu sebagai berikut:
1) Merancang dan mendesain tungku biomassa berdasarkan keinginan dan
kebutuhan masyarakat
2) Membuat tungku biomassa
3) Menguji performa tungku biomassa

5. Batasan Masalah
Dalam mencapai tujuan dan pembahasan penelitian yang lebih terarah,
maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut, yaitu:
1) Perancangan dilakukan sampai tahap pengerjaan desain dan kinerja tungku
biomassa.
2) Uji coba dilakukan berdasarkan visual api yang dihasilkan dari tungku
biomassa.

6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini berisi beberapa teori yang dapat digunakan untuk
membantu perumusan masalah yang ada pada penelitian ini.
6.1 Biomassa
6.1.1. Definisi Biomassa
Biomassa didefinisikan sebagai bahan organik, tersedia secara terbarukan,
termasuk bahan organik yang hidup maupun yang mati dari organisme hidup

3
tanpa kontaminasi dari zat lain atau limbah. Biomassa berasal dari limbah
komoditif dari sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian. Limbah terbesar
adalah dari limbah kayu hutan, limbah padi, jangung, ubi kayu, kelapa, kelapa
sawit dan tebu (Diji,C.J, 2013).
Biomassa merupakan bahan-bahan organik berumur relatif muda dan berasal
dari tumbuhan, hewan, produk dan limbah industri budidaya (pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan). Unsur utama dari biomassa
adalah bermacam-macam zat kimia (molekul) yang sebagian besar mengandung
atom karbon (C). Biomassa secara garis besar tersusun dari selulosa dan lignin
(sering disebut lignin selulosa). Komposisi elementer biomassa bebas abu dan
bebas air kira-kira 53% massa karbon, 6% hidrogen dan 42% oksigen, serta
sedikit nitrogen, fosfor dan belerang (biasanya masing-masing kurang dari 1%).
Kadar abu kayu biasanya kurang dari 1% (Supriyatno dan Crishna M, 2010).

6.1.2. Sumber Biomassa


Sumber Biomassa Biomassa dapat berasal dari berbagai sumber, mencakup
semua material tumbuhan dan material turunan tumbuhan, termasuk kotoran
ternak. Biomassa primer berasal langsung dari tanaman atau binatang sedangkan
biomassa sekunder berasal dari berbagai turunan produk biomassa (Basu, 2010).
Sumber biomassa disajikan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Sumber biomassa (Basu, 2010)

Biomassa Hutan
Biomassa Darat Rerumputan
Tanaman Obat dan Budidaya
Primer Algae
Biomassa Air
Tanaman Air
Sampah Kota Padat
Sampah Kota
Gas TPA
Ternak dan Pupuk
Sampah Padat Pertanian
Residu Tanaman Pertanian
Sekunder Residu Perhutanan Kulit Kayu, Daun, dan Akar
Serbuk Gergaji
Limbah Industri
Limbah Minyak

4
6.1.3. Produk dan Pemanfaatan Biomassa
A. Produk Biomassa
Ada tiga tipe bahan bakar yang dihasilkan oleh biomassa dan dipergunakan
untuk berbagai macam kebutuhan, antara lain :
1) Cairan berupa : ethanol, biodiesel dan methanol
2) Gas berupa : biogas (CH4, CO2), producer gas (CO, H2, CH4, CO2).
3) Padat berupa : arang, kayu
Penggunaan ethanol dan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan transportasi
dapat mengurangi emisi gas CO2. Oleh karena itu biomassa bukan hanya energi
terbarukan tapi juga bersih atau ramah lingkungan, dan dapat digunakan sebagai
sumber energi secara global.

Gambar 6.1 Teknologi Konversi Biomassa (Anonim, 2009)

5
Biomassa merupakan sumber energi tertua yang dikenal oleh manusia,
kontribusinya terhadap total pemanfaatan energi di Indonesia masih sangat kecil.
Pemahaman keterbatasan dari sumber energi fosil dan kepedulian terhadap
kelangsungan penyediaan sumber energi. Akan tetapi harga dan energi yang terus
menerus menurun saat ini menyebabkan perkembangan teknologi tidak begitu
pesat. Maka pada tahun 1980-an kepedulian terhadap emisi CO2 yang disebabkan
oleh CO2 penggunaan energi fosil mengakibatkan dikeluarkannya Kyoto protocol
yang membatasi emisi CO2 yang diperbolehkan dilepas ke udara bebas.

B. Pemanfaatan Biomassa
Untuk memanfaatkan sumber energi berupa biomassa sebagai bahan bakar
maka diperlukan sebuah teknologi untuk mengkonversikannya. Terdapat beberapa
teknologi untuk mengkonversi biomassa yang diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Proses pembakaran secara langsung adalah teknologi yang paling sederhana,
biomassa dibakar dan akan menghasilkan energi panas yang digunakan misalnya
untuk memanaskan tungku atau boiler. Konversi termokimiawi adalah teknologi
konversi biomassa yang memerlukan perlakuan panas untuk memicu reaksi kimia,
yang akan menghasilkan gas yang memiliki karateristik tertentu sebagai bahan
bakar. Sedangkan konversi biokimiawi adalah teknologi konversi biomassa yang
menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar, berikut adalah
contohnya:
1) Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber
energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga
bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara
namun tidak hanya batubara saja yang bias dibuat briket. Biomassa lain seperti
sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu dan limbah-limbah biomassa
yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak
terlalu rumit.

6
2) Pirolisis
Pirolisis adalah penguraian biomassa karena adanya panas pada suhu yang
lebih dari 500°C. pirolisis juga diartikan sebagai dekomposisi kimia bahan
organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya,
dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase
gas. Pirolisis adalah kasus termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan
karbon sebagai residu disebut karbonisasi.
Pada pirolisis terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisis primer dan
pirolisis sekunder. Pirolisis primer adalah pirolisis yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisis sekunder adalah pirolisis yang terjadi atas pertikel
dan gas atau uap hasil pirolisis primer. Perlu diingat bahwa pirolisis adalah
penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 sangat dihindari pada proses ini
karena akan memicu reaksi pembakaran.
3) Liquefaction
Liquefaction merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan
proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke
cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan
pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi
liquefaction terjadi pada batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk
menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan.
4) Biokimia
Pemanfatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis,
fermentasi dan anaerobic digestion. anaerobic digestion adalah penguraian bahan
organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia.
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa
tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat
atau glukosa dapat di fermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO 2. Akan
tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisis) terlebih dahulu
menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air
yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti

7
bensin. Etanol ini harus didestilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas
99,5 %. Adapun tahapan proses anaerobic digestion adalah diperlihatkan pada
gambar dibawah ini.

6.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Biomassa


Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan
biologis yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Sumber energi biomassa yang
paling populer adalah kayu, sementara sumber-sumber energi biomassa lainnya
adalah sampah, limbah, gas TPA, dan bahan bakar alkohol.
A. Kelebihan Biomassa:
1) Biomassa merupakan sumber energi terbarukan (tanaman dapat tumbuh
kembali pada lahan yang sama).
2) Biomassa dapat membantu mengurangi impor bahan bakar asing dan
membantu meningkatkan kemandirian energi negara (biomassa digunakan
untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan
gas alam).
3) Peningkatan penggunaan biomassa dari limbah dapat menyebabkan polusi
jauh lebih sedikit di dunia (dengan mengkonversi sampah menjadi sumber
energi yang berguna).
4) Menggunakan biomassa adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil dan dapat membantu
mengurangi tingkat total emisi gas rumah kaca (jika tanaman tidak dibakar
secara langsung).
5) Terbukti merupakan teknologi energi terbarukan yang mampu memberikan
hasil instan.
6) Sumber biomassa dapat ditemukan di semua negara di dunia.
7) Banyak teknologi berbeda yang dapat digunakan untuk mengkonversi
biomassa menjadi bentuk energi yang berguna.

8
B. Kelemahan Biomassa:
1) Kayu masih merupakan sumber biomassa utama di dunia dan terlalu banyak
menggunakan kayu sebagai bahan bakar bisa mengakibatkan efek yang lebih
buruk untuk iklim daripada bertahan dengan bahan bakar fosil (ini dapat
dihindari dengan menggunakan limbah kayu saja dan dengan
memberlakukan peraturan yang sangat ketat berapa banyak kayu yang
digunakan dan bagaimana mereka dibakar).
2) Menggunakan banyak lahan untuk biomassa dapat menyebabkan
berkurangnya lahan untuk menanam tanaman pangan yang dapat
meningkatkan kelaparan di dunia.
3) Banyak teknologi yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi
bentuk energi yang berguna masih tidak cukup efisien dan membutuhkan
biaya yang signifikan.
4) Jika tanaman dibakar langsung, biomassa dapat menyebabkan tingkat polusi
yang sama seperti bahan bakar fosil.
5) Ketergantungan yang tinggi pada kayu.

6.2 Bahan Bakar


Bahan bakar merupakan istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan
bakar dapat bersifat alami (didapatkan langsung dari alam), tetapi ada juga
bersifat buatan diolah dengan terknologi (Ismun, U.A, 1993). Bahan bakar yang
digunakan adalah kayu lamtoro, secara umum kayu dibagi atas dua golongan,
yaitu kayu keras dan lunak. Pohon yang memiliki daun lebar pada umumnya
memiliki kayu yang keras, sedangkan kayu yang berasal dari pohon dengan daun
jarum biasanya lebih lunak. Namun setiap pohon memiliki kekerasan yang
berbeda, walaupun pohon tersebut dari jenis yang sama. Hal-hal yang tergolong
dalam sifat kayu adalah keawetan alami, berat jenis, kekerasan dan berat volume.
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, pada umumnya berkisaran
antara minimum 0,2 (kayu biasa) hingga 1,28 (kayu lara). Kayu lamtoro yang
digunakan pada pengujian kompor biomassa ini adalah kayu yang dipotong-
potong kecil dengan panjang ±15 cm. Kayu lamtoro memiliki nilai kalori sebesar

9
19.250 kJ/kg. Menurut Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer (1989), sifat fisik kayu
ditentukan dari 3 ciri-ciri yaitu kandungan air, porositas atau ukuran volume
rongga dan organisasi struktur sel. Flash point suatu bahan bakar berbeda-beda,
kayu memiliki flash point pada 300oC, yang mana pada temperatur tersebut kayu
mulai terbakar.
Bahan Bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembakaran
sehari-hari, bahan bakar sangat diperlukan untuk kebutuhan seharihari. Bahan
bakar sudah menjadi kebutuhan bagi manusia, sedangkan bahan bakar di
Indonesia ini sudah semakin menipis persediaannya. Syarat utama proses
pembakaran adalah tersedia bahan-bakar yang bercampur dengan baik dengan
udara dan tercapainya suhu pembakaran. Bahan bakar yang dipergunakan dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelampok yakni bahan bakar berbentuk cair, gas dan
padat (Fuhaid, 2011).
Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, jika
dibandingkan dengan bahan bakar padat molekulnya dapat bergerak bebas.
Bensin/gasolin/premium, minyak solar, minyak tanah adalah contoh bahan bakar
cair. Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun
rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai
hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena, olefin,
dan aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan
hidrogennya. Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam
fraksi, seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar,
minyak bakar, dan lain-lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung
keempat kelompok senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda (Fuhaid,
2011).
Sedangkan Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas
(CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri dari metana
sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya.
LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan bahan
bakar gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor (Fuhaid,
2011).

10
Sementara, Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan
kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi
panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk
menggerakkan peralatan dan menyediakan energi. Beberapa sifat utama bahan
bakar yang perlu diperhatikan ialah (Fuhaid, 2011):
1) Mempunyai nilai bakar tinggi
2) Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu rendah.
3) Uap bahan bakar harus dapat dinyatakan dan terbakar segar dalam campuran
dengan perbandingan yang cocok terhadap oksigen.
4) Bahan bakar dan hasil pembakarannya tidak beracun atau membahayakan
kesehatan.
5) Harus dapat diangkut dan disimpan dengan aman dan mudah.
Bahan bakar yang paling cocok untuk dipakai tergantung pada banyak
faktor, diantaranya jumlah persediaan bahan bakar kemungkinan
penyimpanannya, harga tiap satuan panasnya, faktor pengangkutannya dan cara
pelayanannya

6.3 Pembakaran
Pengertian pembakaran secara umum yaitu terjadinya suatu proses oksidasi
secara cepat dari bahan bakar yang disertai dengan produksi panas dan cahaya.
Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi apabila terdapat supply oksigen yang
cukup. Kandungan bahan bakar yang mudah terbakar ialah unsur karbon,
hidrogen dan sulfur. Melepaskan seluruh energi panas yang terdapat dalam bahan
bakar ialah tujuan utama dari proses pembakaran.
Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi secara kimiawi dari
unsur oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar (reaksi
oksidasi) yang berlangsung secara cepat maupun lambat pada suhu dan tekanan
tertentu. Pada reaksi oksidasi yang berlangsung cepat dihasilkan sejumlah energi
elektromagnetik (cahaya), energi panas dan energi mekanik (suara).
Pada semua jenis pembakaran, kondisi campuran udara dan bahan bakar
merupakan faktor utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan campuran

11
yang sempurna, pada reaksi pembakaran pada unsur-unsur yang dapat
terbakar dari bahan bakar menghasilkan pembebasan energi yang tergantung
pada produk pembakaran yang terbentuk tiga unsur utama yang dapat terbakar
pada sebagian besar bahan bakar adalah karbon, hidrogen dan belerang.
Pada reaksi pembakaran, berlaku kekekalan massa sehingga massa dari
produk pembakaran sama dengan massa dari reaktan. total massa untuk masing-
masing unsur yang bereaksi sebelum dan sesudah reaksi adalah sama meskipun
masing-masing unsur memiliki rumus kimia yang berbeda. Oksigen yang
digunakan dalam proses pembakaran biasanya berasal dari udara yang
mengakibatkan terikatnya unsur lain dalam unsur yang tidak dapat terbakar dalam
bahan bakar dan akan melewati proses pembakaran tanpa mengalami perubahan
dan akan membentuk polutan (NO2).
Reaksi pembakaran pada umumnya dibedakan menjadi 2 cara, yaitu
pembakaran sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran sempurna ialah proses
pembakaran yang terjadi ketika semua karbon bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan CO2, sedangkan pembakaran habis ialah proses pembakaran yang
terjadi ketika bahan bakar terbakar habis ataupun proses pembakaran yang tidak
semuanya menjadi CO2.

6.4 Tungku
6.4.1 Definisi Tungku
Tungku gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk
kemudian di bakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan
manusia. Berdasarkan hasil penelitian, gerabah prasejarah diperkirakan sejaman
dengan masa bercocok tanam. Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan
rumah tangga (Simanjuntak, R, 2011).
Tungku adalah alat atau instalasi yang dirancang sebagai tempat
pembakaran sehingga bahan bakar dapat digunakan untuk memanaskan sesuatu.
Tungku dapat sederhana, tersusun dari batu yang diatur sehingga bahan bakar
terlindungi dan panas dapat diarahkan. Namun, kebanyakan tungku dibuat

12
sedemikian rupa sehingga api atau panas yang terbentuk tidak terlalu
membahayakan pengguna.

6.4.2 Manfaat Tungku


Berdasarkan manfaat dari tungku gerabah ini dapat dibedakan sebagai
berikut (Simanjuntak, R. 2011):
1) Menciptakan cita rasa yang berbeda
2) Meminimalisir pengeluaran biaya karena tungku gerabah ini menggunakan
bahan bakar arang dan kayu
3) Memasak menggunakan tungku ini lebih cepat dari pada memasak
menggunakan kompor berbahan minyak tanah
4) Aman bagi kesehatan tubuh, karena tungku gerabah terbuat dari tanah liat
ramah bagi lingkungan dan tidak menimbulkan persoalan menggunungnya
sampah barang-barang rongsokan yang tidak bisa terurai di tanah. Wadah atau
peralatan memasak yang terbuat dari tanah liat apabila sudah rusak maka
setelah dibuang akan melebur kembali menjadi tanah.

6.4.3 Jenis - Jenis Tungku


Beberapa jenis tungku berdasarkan dari bahan bakarnya (biomassa), adalah
sebagai berikut (ATI, 2015):
1) Tungku Kayu Bakar dan Arang
Jenis alat masak ini hampir bisa ditemukan di daerah pedesaan. Umumnya
masyarakat menggunakan tungku kayu untuk memasak nasi, air, dan lauk pauk.
Tungku ini bisa berbahan bakar kayu atau arang batok kelapa. Seiring dengan
adanya kompor minyak tanah, penggunaan tungku di masyarakat mulai
berkurang. Hal ini dikarenakan penggunaanya relatif lebih rumit dan berasap.
Namun, tetap saja hingga kini tungku kayu biasanya digunakan pada saat acara-
acara pesta atau keramaian desa. Sejak harga bahan bakar naik rumah tangga di
pedesaan kembali menggunakan tungku berbahan bakar kayu dan arang untuk
memasak.

13
2) Tungku Serbuk Gergaji
Pada prinsipnya, tungku atau kompor ini sama dengan tungku kayu bakar
atau arang. Yang membedakan adalah bahan bakar yang digunakan. Seperti
namanya, tungku ini menggunakan serbuk gergaji yang sudah dipadatkan terlebih
dahulu. Tungku ini dipopulerkan oleh salah satu pengrajin kayu di Bogor yang
bekerjasama dengan pengrajin kompor. Sampai saat ini tungku tersebut dipakai
oleh beberapa rumah tangga.
3) Tungku Briket Batu Bara
Tungku briket adalah tungku yang menggunakan bahan bakar dari briket
batu bara atau campuran dari biomassa dan batubara. Briket batu bara adalah
batubara yang telah diproses baik dengan karbonasi maupun tanpa karbonasi
kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu agar karakteristik pembakarannya lebih
baik dari batubara asalnya. Tungku ini bentuknya tidak jauh berbeda dengan
kompor minyak tanah. Tungku briket batubara tengah populer saat ini karena oleh
pemerintah dijadikan sebagai salah satu alat masak alternatif yang menggunakan
bahan bakar tanpa minyak dan gas. Apalagi, cadangan batubara Indonesia sangat
melimpah, demikian juga biomassanya. Bio-briket adalah campuran antara
batubara dan biomassa. Kini, mulai bermunculan banyak pengrajin kompor briket
batubara yang tersebar di beberapa kota di Jawa dan Sumatera.

6.5 Quality Function Deployment (QFD)


Berikut ini penjelasan mengenai metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode Quality Function Deployment (QFD).

6.5.1 Pengertian QFD


Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode yang terstruktur
didalam pengembangan produk yang memungkinkan tim pengembangan produk
untuk menetapkan dengan jelas semua keinginan dan kebutuhan konsumen dan
kemudian mengevaluasi masing-masing kemampuan produk atau servis yang
ditawarkan secara sistematis untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Cohen,
1995; Utami, E, 2018).

14
QFD merupakan suatu praktik untuk mengembangkan produk sebagai
tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perusahaan
dengan cara memberi prioritas dan juga merupakan praktik menuju perbaikan
proses yang memungkinkan perusahaan melampaui harapan pelanggan (Ullman,
2003).
Jadi QFD merupakan metode atau alat bantu, guna melakukan perancangan
dan pengembangan produk yang terstruktur, yang memungkinkan tim
pengembangan produk dapat mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan
customer dengan jelas, kemudian mengevaluasi masing-masing kemampuan
produk atau kemampuan.
Penggunaan metodologi QFD dalam proses perancangan dan
pengembangan produk merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab
perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu
produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen. Manfaat yang diperoleh
oleh penerapan QFD dalam proses perancangan produk adalah (Prabowo, R., &
Zoelangga, M. I, 2019):
1) Meningkatkan kehandalan produk
2) Meningkatkan kualitas produk
3) Meningkatkan kepuasan konsumen
4) Mempercepat time to market
5) Mereduksi biaya perancangan
6) Meningkatkan komunikasi
7) Meningkatkan produktifitas
Proses QFD dimulai dari mendengar suara pelanggan dan kemudian
berlanjut melalui 4 aktivitas utama, yaitu (Azhari, M. A. A., Wahyuning, C. S., &
Irianti, L. 2015):
1) Perencanaan produk (product planning)
2) Desain produk (product design)
3) Perencanaan proses (prosses planning)
4) Perencanaan pengendalian proses (process planning control).

15
6.5.2 Matrik House of Quality (HOQ)
Menurut Cohen (1995), House of quality (HOQ) adalah suatu kerangka kerja
atas pendekatan dalam mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality
function deployment (QFD). HOQ memperlihatkan struktur untuk mendesain dan
membentuk suatu siklus dan bentuknya menyerupai sebuah rumah kunci. Dalam
membangun HOQ adalah difokuskan pada kebutuhan konsumen sehingga proses
desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
konsumen dari pada dengan teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang penting dari konsumen (Piri, N. I., Sutrisno, A., &
Mende, J. 2017).
Metode QFD terbagi atas empat fase yakni perencanaan produk (product
planning), desain produk (product design), perencanaan proses (process
planning), dan perencanaan produksi (control planning) (Cohen, 1995 dalam
dudung, 2012).

Gambar 6.2 Matrik House Of Quality (Cohen, 1995: 187)


Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga
dengan matriks. Adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah
sebagai berikut:
1) Fase pertama fase perencanaan produk (product Planning), atau rumah
pertama (R1). Tahap ini dilakukan dengan menggali informasi mengenai
kebutuhan konsumen. Setelah itu dilakukan proses penerjemahan kebutuhan
konsumen ke dalam sebuah karakteristik produk. Proses penerjemahan ini
menggunakan matriks yang biasa disebut dengan house of quality (HOQ).

16
2) Fase kedua fase desain produk (product design), atau rumah kedua (R2).
Tahap ini merupakan proses mengidentifikasi bagian-bagian penting dan
diterjemahkan ke dalam desain kritis dalam pengembangan karakteristik
produk.
3) Fase ketiga fase perencanaan proses (process planning), atau rumah ketiga
(R3). Tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi proses pembuatan
pengembangan suatu produk yang akan dihasilkan suatu diagram dari proses
yang kritis (critical process plan).
4) Fase keempat fase perencanaan pengendalian produk (product Planning),
atau rumah keempat (R4). Tahap ini bertujuan pada pengendalian dari suatu
proses produksi sehingga menghasilkan suatu prosedur pelaksanaan dan
pengujian dari produksi tersebut.

7. Metodologi
Berikut ini adalah metodologi penelitian Rancang Bangun Tungku
Biomassa Menggunakan Metode Quality Deployment (Function QFD).

7.1 Diagram Alir


Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
7.1.

Gambar 7.1 Diagram Alir

17
1) Studi Literatur dan Observasi
Studi literatur dan observasi dilakukan secara bersamaan yang merupakan
salah satu kegiatan untuk mencari referensi yang berisikan tentang tungku
biomassa dan metode QFD. Studi literatur dalam penelitian ini didapatkan dengan
pengumpulan data dari jurnal maupun buku yang membahas tentang tungku
biomassa.
2) Rumusan masalah
Pada tahap ini merupakan tahap dasar dari penentuan permasalahan yang
didapatkan dari hasil observasi dan studi literatur yang ada di masyarakat. Dari
hasil permasalahan yang ada didapatkan rumusan masalahnya yaitu bagaimana
merancang bangun tungku biomassa yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat.
3) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa kuesioner kebutuhan konsumen. Kuesioner
kebutuhan konsumen digunakan untuk mengetahui konsep-konsep tungku
biomassa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah 50 orang. Pernyataan ini sesuai dengan Ulrich dkk
(2012) yang menyatakan bahwa jumlah minimal data dapat dikatakan valid
apabila berdasarkan pendapat minimal 10 orang sampai 50 orang.
4) Kriteria produk
Kriteria produk merupakan keinginan masyarakat yang telah didapatkan
berdasarkan hasil pengumpulan data di masyarakat yang diterjemahkan data
teknik dari suatu produk dengan menggunakan metode QFD.
5) Konsep produk
Konsep produk didapatkan dari hasil kriteria produk yang telah di
terjemahkan menggunakan metode QFD. Pada kriteria produk tersebut
menghasilkan beberapa konsep tungku biomassa. Jika konsep produk sudah sesuai
maka akan dilanjutkan ke desain, jika tidak akan kembali ke kriteria produk. Pada
tahapan ini menjelaskan tentang proses yang akan dilakukan dalam
mengidentifikasi keinginan customer berdasarkan hasil kuesioner yang
didapatkan.

18
Gambar 7. 2 Alur Quality Function Deployment (QFD)

6) Desain
Setelah Konsep produk didapatkan, maka dapat ditentukan desain yang
seusai keinginan masyarakat. Desain yang akan digunakan yaitu desain satu
tungku dengan model rocket stove portable. Desain ini dibuat dari hasil kriteria
produk berdasarkan keinginan masyarakat.
7) Pembuatan
Pada tahap ini akan melakukan pembuatan tungku biomassa dengan
menggunakan desain rocket stove portable. Pada pembuatan tungku biomassa ini
menggunakan bahan utama yaitu mind steel.
8) Pengujian
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan performa dari tungku biomassa
tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan performa tungku
yang ada di masyarakat dengan tungku akan dibuat. Performa ini dilakukan
dengan membandingkan waktu mendidihkan air, visual api yang dihasilkan,
jumlah bahan bakar yang digunakan, dan visual jelaga (abu bakar) yang
dihasilkan.

19
9) Analisa
Setelah didapatkan hasil pengujian maka dapat kita analisa dari tungku
tersebut seperti pengoperasian tungku yang akan digunakan di masyarakat. Jika
analisa sesuai maka dilanjutkan dengan kesimpulan, jika tidak akan kembali ke
kriteria produk.
10) Kesimpulan
Kesimpulan ini merupakan tahapan pembahasan berdasarkan penelitian
yang akan dilakukan.

8. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Riau dari bulan Agustus 2021 s/d November 2021.

9. Jadwal Kegiatan
Berikut merupakan jadwal pelaksanaan kegiatan tugas akhir yang diajukan.

Tabel 9.1 Jadwal Kegiatan Penelitian


Agustus September Oktober November
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
2. Seminar
Proposal
3. Pengambilan
Data
4. Pengolahan
Data
5. Pembuatan
Desain
6. Pengujian
7. Analisa
8. Pembuatan
Laporan
9. Seminar Hasil
10. Revisi Laporan
11. Pembuatan
Jurnal
12. Pengurusan
Berkas
13. Sidang

20
10. Biaya
Adapun biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini
dapat dirincikan sebagai berikut:

Tabel 10.1 Rekapitulasi Biaya Penelitian


No Nama Barang Jumlah Satuan Harga
1. Plat Besi 3 mm 1x1 M Rp 1.050.000
2 Elektroda las 1 Kg Rp 30.000
3 Batu gerinda potong 1 Pak Rp 60.000
Jumlah Biaya Rp 1.140.000

21
DAFTAR PUSTAKA

Aliansi Tungku Indonesia (ATI). 2015. Berbagai jenis tungku lulus uji dan siap
dipasarkan. Indonesia.
Azhari, M. A. A., Wahyuning, C. S., & Irianti, L. 2015. Rancangan produk sepatu
olahraga multifungsi menggunakan metode Quality Function Deployment
(QFD). Reka Integra, 3(4).
Barlin, Nainggolan MP. 2012. Studi performa tungku pembakaran biomassa
berbahan bakar limbah sekam padi. Prosiding seminar nasional resatek. 14
November 2012, Padang, Indonesia. Hal. 1-11.
Basu, P. 2010. Biomassa gasification and pyrolysis practical design and theory.
New York: Elsevier.
Budianto A, Nurhuda M, Nadhir A. 2014. Uji efisiensi tungku tanah liat berdaya
sedang. Jurusan fisika, FMIPA: Universitas Brawijaya.
Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment : How to make QFD work for
you. Massachussets: Addison Wesley Publishing Company.
Diji. 2013. Electricity production from biomass in nigeria: options, prospects and
challenges. Department of mechanical engineering, University of Ibadan :
Nigeria
Dudung, Agus. 2012. Merancang produk. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
ESDM. 2013. Konversi minyak tanah ke gas.
https://migas.esdm.go.id/uploads/Konversi-Mitan-GAS.pdf. Diakses tanggal
06 Agustus 2021.
Fuhaid, N. 2011. Pengaruh medan magnet terhadap konsumsi bahan bakar dan
kinerja motor bensin jenis daihatsu Hijet 1000. Proton 3(2): 26-31
H. S. Mukunda, S. Dasappa, P. J. Paul, N. K. S. Rajan, Mahesh Yagnaraman, D.
Ravi Kumar. 2010. Gasifier stoves – science, technology and field outreach.
General artickel. 98 (5): 627-638.
Haryanto, A. dan Triyono, S. 2012. Studi emisi tungku masak rumah tangga.
Agritech. 32 (4): 425-431.

22
Haygreen, J.G. & Bowyer, J.L. 1989. Hasil flutan dan ilmu kayu. Terjemahan :
Hadikusumo, S.A. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Ismun, U. A. 1993. Menjadikan dapur bioarang 3b susunan bata siap. Kansius:
Yogyakarta
MacCarty, N., Ogle, D., Still, D., Bond, T. dan Roden, C. 2008. A laboratory
comparison of the global warming impact of five major types of biomass
cooking stoves. Energy for Sustainable Development XII: 5-14.
Nurhayati, T., Waridi, Y. dan Roliadi, H. 2006. Progress in the technology of
energy conversion from woody biomass in Indonesia. Forestry Studies in
China. 8: 1-8.
Piri, N. I., Sutrisno, A., dan Mende, J. 2017. Penerapan metode Quality Function
Deployment (QFD) untuk menangani non value added activity pada proses
perawatan mesin. Jurnal online poros teknik mesin Unsrat 6(1): 10-19.
Prabowo, R., dan Zoelangga, M. I. 2019. Pengembangan produk power charger
portable dengan menggunakan metode Quality Function Deployment
(QFD). Jurnal Rekayasa Sistem Industri 8(1): 55-62.
Semmens, E. O., Noonan, C. W., Allen, R. W., Weiler, E. C. & Ward, T. J. 2015.
Indoor particulate matter in rural, wood stove heated homes. Environmental
Research 138: 93–100.
Simanjuntak, R. 2011. Analisis keramik . Universitas Sumatera Utara: Medan
Supriyatno dan Crishna M, 2010. Studi kasus energi alternatif briket sampah
lingkungan Kampus Polban Bandung. Seminar nasional teknik kimia. 26
Januari 2010, Yogyakarta, Indonesia. Hal 1-9.
Ullman, David G. 2003. The mechanical design process. Edisi 4. Higher
Education: McGraw‐Hill
Utami, E. 2018. Perancangan desain kemasan produk olahan coklat “COKADOL”
dengan Metode Quality Function Deployment. Jisi: Jurnal Integrasi Sistem
Industri 5(2): 91-100.
Wibowo, N. I. 2020. Pemanfaatan teknologi tepat guna kompor roket dengan
formulasi bahan bakar pelet kayu dan kayu sengon. Agroscience 10(2): 136-
147.

23

Anda mungkin juga menyukai