Psdo
Psdo
OLEH :
IRSYAM WAHIDI
NIM : 1005033007
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PSEUDOANEURISMA
PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN
MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI “.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari materi
penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing dan semua pihak yang ikut serta
memberi dukungan dan membantu dari awal sampai akhir penulisan makalah ini, semoga
mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Demikian makalah yang sederhana ini penulis buat, semoga dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat bagi kita semua.
Irsyam Wahidi
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..... i
DAFFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. ……. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………............ 2
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi pembuluh darah tungkai ……………………………………………...... 3
2.2 Pengertian Pseudoaneurisma ……………………………………………………... 6
2.2.1 Patofisiologi Pseudoaneurisma ……………………………………………... 6
2.2.2 Jenis-jenis Pseudoaneurisma ……………………………………………….. 7
2.2.3 Etiologi Pseudoaneurisma …………………………………………………. 8
2.2.4 Komplikasi Pseudoaneurisma ……………………………………………... 8
2.2.5 Tatalaksana Pseudoaneurisma ……………………………………………... 8
2.3 Duplex Sonografi ………………………………………………………………… 8
2.3.1 Pengertian Duplex Sonografi ………………………………………………. 8
2.3.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi …………………………………………... 9
2.4 Teknik Pemeriksaan Pseudoaneurisma dengan Duplex sonografi ……………….. 9
2.4.1 B – Mode ……………………………………………………………………. 10
2.4.2 Colour Doppler ……………………………………………………………… 10
2.4.3 Spektrum Doppler …………………………………………………………… 11
3
3.1.5 Merapihkan Pasien …………………………………………………………. 16
BAB IV PENUTUP
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis lebih membahas tentang pseudoaneurisma dan teknik
pemeriksaan menggunakan duplex sonogrrafi disertai dengan contoh kasus pada pasien
pseudoaneurisma di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang berfungsi sebagai transportasi sel-sel
darah yang mengandung oksigen (O2) dari jantung ke jaringan seluruh tubuh.
Pembuluh darah arteri memiliki tiga lapisan, yaitu tunika intima yang merupakan
lapisan pembuluh darah yang paling dalam yang terdiri dari sel – sel endotel, tunika
media yang merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah yang terdiri dari otot
polos dan jaringan elastik, tunika adventitia merupakan lapisan pembuluh darah
paling luar. Lapisan ini terdiri dari jaringan kolagen dan elastik. Lapisan ini
berfungsi melindungi dan menguatkan kedudukan pembuluh darah dengan jaringan
sekitarnya. Aliran darah pada arteri dipengaruhi oleh pompa jantung.
2.1.2 Vena
Pembuluh darah vena berperan sebagai alat transportasi darah yang mengandung
karbondioksida (CO2) dari janringan menuju jantung. Pembuluh darah vena
memiliki tiga lapisan seperti arteri, tetapi lapisan pada vena lebih tipis sehingga
mudah kempes dan elastis. Aliran darah pada vena dipengaruhi oleh kontraksi dari
otot-otot gerak dan mengalir secara gravitasi. Oleh karena itu pembuluh darah vena
memiliki katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik darah.
6
Pada pemeriksaan ekstermitas bawah terdapat beberapa titik arteri dan vena yang
menjadi pusat perhatian, yaitu antara lain :
- Arteri :
4) Arteri poplitea:
7
5) Arteri Tibialis Anterior:
7) Arteri Peronial:
Bagian distal dari arteri tibialis anterior yang memperdarahi otot di sekitar
pergelangan dan telapak kaki.
- Vena :
Merupakan vena lanjutan dari vena iliaka eksterna yang terletak di media
dan sedikit dalam dari arteri femoralis kommunis.
4. Vena Poplitea :
5. Vena Peronial
8
Vena peronial sejalan dengan arteri peronial sepanjang lateral dan wilayah
posterior pada bagian bawah kaki sampai dengan posterior pada fibula.
9
c. Kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah arteri di bawahnya,
maka tungkai terasa nyeri, bila penekanan terjadi pada pembuluh vena maka akan
terjadi oedema (Bengkak) pada tungkai.
d. Pasien mengeluh ada benjolan pada bekas puncture dan bila berjalan kaki terasa
nyeri
e. Bila didengarkan dengan stetoskop pada daerah benjolan terdengar ada Bruit
f. Terdapat hematoma
g. Pulsatil pada daerah pseudoaneurisma
10
1. Tindakan post kateterisasi
a. Compressi Ultrasound
b. Injeksi Thrombin
c. Bedah ( ligasi )
Duplex sonografi merupakan suatu tindakan diagnostic non infasif yang digunakan untuk
menilai struktur dan fungsi pembuluh darah dengan ultrasound yang menggunakan tiga
modalitas yaitu B-Mode, Doppler, dan Color.
1. B – Mode
11
2. Colour Doppler
3. Spektrum Doppler
2.4.1 B – Mode
Mulai dari posisi pasien terlentang dan santai dengan menggunakan transduser linear 7
MHz jika transduser tersebut tidak dapat mencapai kedalamannya maka transduser
yang digunakan adalah convex dengan frekuensi 4 MHz. Pengambilan gambar dimulai
dari B–Mode lokasi pengambilan pertama dari arteri femoralis kommunis. Untuk
melihat struktur dan fungsi pembuluh darah arteri dan vena pada tungkai. Selain itu,
pada pengambilan gambar B–Mode dapat menunjukan gambaran echolucent atau
echogenic yang menyatakan pseudoaneurisma yang mana terlihat neck dan rongga dari
12
pseudoaneurisma (Peter, 2004). Lakukan pengukuran dari rongga pseudoaneurisma,
panjang dan lebarnya pseudoaneurisma untuk mengetahui besarnya pseudoaneurisma.
Diameter lumen pseudoaneurisma biasanya sering mencapai 1 sampai 3 cm. Meskipun
diameter pseudoaneurisma besarnya dapat melebihi 5 cm (Kenneth, 1995).
Rongga
Pseudoaneurisma
Neck
13
Penting untuk mengetahui pola aliran pada pre neck dan post neck melalui Kurva
Doppler. Bentuk gelombang doppler pre neck dan post neck biasa triphasik yaitu pola
kurva doppler normal untuk perifer. kecuali ada penekanan oleh pseudoaneurisma
terhadap pembuluh darah arteri dan vena di bawahnya. Jadi sangat penting untuk
menilai kurva doppler arteri dan vena tibialis pada distal pseudoaneurisma, dan
sebagai petunjuk yang sangat khas pada pseudoaneurisma yaitu di neck dengan
bentuk doppler “To and fro” (Peter, 2004).
Pada bab ini akan diuraikan tekhnik pemeriksaan pada kasus pseudoaneurisma pada
tungkai menggunakan dupleks sonografi. pada pasien di Poli vascular RS Jantung Harapan Kita
Jakarta.
Pasien bernama Tn. AM, usia 64 tahun, nomor MR 936623, diagnosa Post Cath, jenis
pemeriksaan yang diminta duplex sonografi pada tungkai.
14
2. Mengecek alat printer berwarna (cek kertas print berwarna dan ribbon pada alat
printer)
3. Mengecek alat printer hitam putih (cek kertas print hitam / putih)
4. Mengecek video rekaman
1. Memilih tranduser sesuai dengan daerah yang akan diperiksa, pada pemeriksaan ini
tranduser yang dipilih adalah traduser linear.
15
3. Letakkan tranduser pada daerah lipatan paha, ambil gambaran short axis atau
gambaran melintang dengan modalitas B-Mode untuk melihat anatomi pembuluh
darah arteri dan vena femoralis comunis.
Pengambilan gambar seperti ini bertujuan untuk melihat apakah ada robekan
pembuluh darah yang membentuk rongga yang dihubungkan oleh neck dan melihat
ada tidaknya thrombus pada vena dengan cara melakukan Compresi Ultra Sound (
CUS ) yaitu melakukan penekanan pada tranduser. Setelah dilakukan CUS maka
didapatkan hasil CUS (-) yang menandakan bahwa tidak adanya thrombus pada
vena. Setiap pengambilan gambar akan diberikan nama dengan menekan tombol
comment pada papan kontrol.
4. Rekam gambaran tersebut kedalam video dan print hitam putih.
5. Kemudian tranduser dirotasikan ± 900 dari posisi awal untuk pengambilan gambar
secara long axis, maka akan terlihat gambaran arteri dan vena secara memanjang,
lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Doppler dengan menekan tombol PW
(Pulsed Wave), letakkan sample volume di tengah lumen pembuluh darah, baik arteri
maupun vena, dari hasil pemeriksaan didapatkan kurva doppler pada arteri femoralis
comunis kanan dan kiri adalah biphasik dan dilakukan SQD (squeeze distal) untuk
melihat aliran pada vena dan hasilnya augmentasi (+) yang artinya tidak terjadi
penekanan yang signifikan pada vena yang disebabkan oleh pseudoaneurisma.
6. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.
7. Posisi tranduser masih dalam keadaan yang sama, tetapi sekarang dilakukan
pengambilan gambar arteri femoralis saja. Pada arteri femoralis akan terlihat
percabangan yaitu arteri femoralis superficialis dan arteri femoralis profunda.
Kemudian beri warna dengan menekan tombol flow. Setelah gambar terlihat dengan
16
jelas mulailah pengukuran pada pseudoaneurisma yaitu panjang dan lebarnya serta
necknya, dan jarak dari bifurkasio ke neck. Pada kasus ini pseudoaneurisma aktif
berasal dari arteri femoralis profunda kanan.
17
8. Kemudian rekam gambar tersebut kedalam video dan print hitam putih.
9. Setelah pemeriksaan di tempat terjadinya pseudoaneurisma selesai, maka pindahkan
tranduser ke daerah poplitea dengan mengambil gambaran short axis menggunakan
BMode, setelah dilakukan CUS pada vena, hasilnya adalah CUS (-).
10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.
11. Ambil gambaran long axis, taruh sample volume pada bagian tengah lumen pembuluh
darah arteri dan vena. Pada kasus ini didapatkan hasil kurva Doppler biphasik pada
arteri poplitea kanan dan kiri, dan setelah dilakukan SQD hasilnya augmentasi (+)
pada vena poplitea kanan dan kiri.
10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.
11. Tranduser dipindahkan ke daerah dorsalis pedis untuk melihat aliran pada arteri
tibialis anterior distal, beri colour agar pembuluh darah lebih mudah terlihat
kemudian beri PW Doppler. Didapatkan kurva Doppler biphasik pada arteri tibialis
anterior distal kanan dan kiri.
12. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih
13. Selanjutnya tranduser diletakkan disamping mata kaki, untuk melihat gambaran arteri
dan vena tibialis posterior. Beri colour untuk memudahkan pencarian arteri dan vena
kemudian beri PW Doppler. Pada kasus ini didaptkan hasil kurva Doppler biphasik
pada arteri tibialis posterior distal kanan dan kiri, dan augmentasi (+) pada vena
tibialis posterior distal kanan dan kiri.
14. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.
18
3.1.5 Merapihkan pasien
2. Membersihkan sisa jelly pada daerah yang dilakukan pemeriksaan dengan handuk
kecil
3. Membereskan print warna dan print hitam putih yang sudah direkam 4. Merapihkan
19
- Flow arteri positif sampai distal kedua tungkai.
- Tidak ditemukan thrombosis ( DVT ) pada kedua tungkai.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
• Pseudoaneurisma adalah robeknya lapisan pembuluh darah satu,dua atau tiga yang
mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah dan membentuk suatu kantong
didalam jaringan disekitar pembuluh darah.
• Pseudoaneurisma biasanya disebabkan oleh tindakan post kateterisasi, trauma pembuluh
darah, tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan, infeksi pada pembuluh.
• Pseudoaneurisma dapat menyebabkan komplikasi yaitu ALI dan DVT
• Dalam pemeriksaan pseudoaneurisma pada umumnya yang diukur adalah pre neck, in
neck, post neck, in pseudo.
20
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com www.google.com
Kenneth J.W. Taylor Peter N. Burns Peter N.T. Wells. Clinical Applications Of Doppler
Ultrasound. Spiaggia’s Chicago, 1995
Moeri Holly and Sheryly Leander. Vaskuler Surgery and Diagnostik. Carolina
Peter H. Arger Suzanne Debari Iyoob. The Complete Guide To Vasculer Ulteasound. USA.
2004
21