Anda di halaman 1dari 96

Menakar Kemampuan Negara

Mengendalikan Covid-19
(Perspektif Ekonomi Politik)

Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, DEA.


Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D.
Prof. Hilman Latief, S.Ag, M.A, Ph.D.
Prof. Marsuki, DEA., Ph.D.
Dr. Chazali H. Situmorang, Apt., M.Sc.

Editor :

Prof. Dr. Amran Razak, S.E., M.Sc.

Penerbit
GARIS KHATULISTIWA
Makassar

A Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Menakar Kemampuan Negara
Mengendalikan Covid-19
(Perspektif Ekonomi Politik)
Penulis
Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, DEA.
Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D.
Prof. Hilman Latief, S.Ag, M.A, Ph.D.
Prof. Marsuki, DEA., Ph.D.
Dr. Chazali H. Situmorang, Apt., M.Sc.
Editor
Prof. Dr. Amran Razak, S.E., M.Sc.
Desain sampul
Mono Goenawan
Penata huruf
Voniasti
Diterbitkan:
Penerbit GARIS KHATULISTIWA (Anggota IKAPI)
Jl. Borong Raya No. 75 A Makassar
Telp. 08114124721-08114125721
Posel: gunmonoharto@yahoo.com
Cetakan Pertama, April 2020
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All Right is reserved
ISBN: 978 623 7617 30 3

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
satu (1) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

B Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Kata Pengantar Editor

Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan


Covid-19 (Perspektif Ekonomi Politik), ditulis sejumlah
gurubesar dan dosen senior dari berbagai wilayah di
Indonesia (Bogor, Jogyakarta, Makassar dan Jakarta) mengisi
masa berharga Work From Home (WFH). Kumpulan tulisan
ini dihimpun dari berbagai WAGs terutama Guru Besar
Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)
yang diasuh Kang Jana (Sujana Sulaeman), Dewan Profesor
Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Forum Dosen &
Narasumber Majelis koran Tribun Timur – Makassar, serta
Alumni Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Pasca
Sarjana UI asal Medan dan Makassar (1988-1990).
Bermula dari tulisan inspiratif Prof. Dr. Didin
S. Damanhuri, S.E, DEA. berjudul “Ekonomi Politik
Covid-19” di WAGs Guru Besar KAHMI, lalu analisis
ekonomi dan keuangan Prof. Marsuki, DEA, Ph.D. di pojok
harian Fajar (23/3/2020) bertajuk “Protokol Antisipatif ”,
kemudian diedit menjadi “Menyikapi Krisis Kemanusiaan

i Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Virus Corona”. Selanjutnya, tulisan Prof. Hilman Latief,
M.A., Ph.D. berjudul “Solidarity-Buying : Pengaman Sosial
Masa Pendemik”. Tulisan-tulisan Dr. Chazali H. Situmorang,
Apt., MSc. berjudul “Pilihan Lockdown Antara Kepentingan
Ekonomi Dan Nyawa Manusia”, dan “Presiden Bagi
Sembako, Melawan Keganasan Covid-19” serta “Peraturan
Pemerintah Amanat UU 6/2018, Yang Belum Lengkap
Diterbitkan”. Adapun tulisan-tulisan saya (editor) berjudul
: “Dana Stimulus Dunia Perangi Covid-19”, Kritis versus
Krisis Dalam Lingkar Merah Covis-19” dan “Menelusuri
Status Ekonomi Pasien Covid-19”. Kumpulan tulisan ini
akhiri oleh Prof. Marsuki, DEA, Ph.D. menulis Optimisme
Di Tengah Keterpaparan Wabah Covid-19.
Buku Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan
Covid-19 (Perspektif Ekonomi Politik) diawali sebuah lagu
hits penyanyi rock Bon Jovi (2020) dari Sayreville, New
Jersey, Amerika Serikat untuk   menyemangati penduduk
bumi menghadapi virus corona “DoWhatYouDo”... When
you can’t do what you do -- you do what you can. Hikmat
dari Coronavirus ditulis oleh Prof. dr. Irawan Yusuf, PhD :
“Saatnya Pengusaha Ubah Orientasi dari Profit ke Benefit”.
Menurutnya;  efek wabah global ini ‘mengubah paksa’ cara
bisnis konvensional ke digital. Kini semua mengkonfirmasi
efisiensi itu adalah Work From Home (WFH). Pengusaha dan
pemilik modal tak fokus ke manajemen produksi dan mulai
investasi ke manajemen resiko.
Semoga buku ini, bisa ‘menghibur’ di saat kita
menghadapi covid-19. #YAKUSA
Salam Editor
AR

ii Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
#DoWhatYouDo 1
Hikmat dari Coronavirus:
Saatnya Penguasa Ubah Orientasi
dari Profit ke Benefit 2–4
Ekonomi Politik Covid-19 5 – 11
Menyikapi Krisis Kemanusiaan
Virus Corona 12– 16
Pilihan Lockdown Antara Kepentingan Ekonomi
dan Nyawa Manusia 17– 22
Dana Stimulus Dunia Perangi Covid-19 23 – 37
Solidarity-Buying: Pengaman Sosial
Masa Pandemik 38 – 41

iii Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Nyawa vs. Dana Dalam Lingkar Merah
Covid-19 42 – 53
Menelusuri Status Ekonomi
Pasien Covid-19 54 – 62
Presiden Bagi Sembako,
Melawan Keganasan Covid-19 63 – 70
Peraturan Pemerintah Amanat
UU 6/2018, Yang Belum
Lengkap Diterbitkan 71– 78
Optimisme Di Tengah
Keterpaparan Wabah Covid-19. 79 – 83
Penutup 84 – 86
Referensi 87
Riwayat Singkat Penulis 88-90

iv Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


1
#DoWhatYouCan

Tonight they’re shutting down the borders,


and they bordered up the schools.
Small town are rolling up their sidewalks,
one less paycheck coming through.
I know you’re feeling kind of nervous,
we’re all a little bit confused.
Nothing’s the same, this ain’t a game,
We’ve got to make it through.
When you can’t do what you do,
you do what you can.
This ain’t my prayer,
it’s just a thought.
I wanting to send
Round here we bend but don’t break,
down here we all understand.
When you can’t do what you do,
you do what you can.

*Bon Jovi (2020)

1 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


2
Hikmah dari Coronavirus :

Saatnya Pengusaha
Ubah Orientasi
dari Profit ke Benefit
* Catatan WAGs Prof dr. Irawan Yusuf PhD.

TIGA bulan ini, dunia menghadapi krisis yang belum


pernah dialami generasi yang hidup saat ini.
Kemampuan kita mengatasi krisis ini akan sangat
menentukan bagaimana masa depan kita sebagai bangsa
bahkan sebagai umat manusia.
Tidak ada satupun individu atau institusi yang pernah
memprediksi krisis ini akan terjadi. Kalau toh ada, mungkin
dalam kisah fiksi.
Apakah kita akan keluar sebagai pemenang sangat
ditentukan oleh keputusan yang kita ambil saat ini. Keputusan
yang di masa normal dapat diambil dalam waktu bulan atau

2 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


tahun, sekarang harus diputuskan dalam hitungan hari
bahkan jam.
Keputusan yang membuat individu dan institusi menilai
kembali tujuan-tujuan, cita-cita, dan harapan mereka.
Inilah momentum yang paling tepat untuk melakukan
transformasi cara berpikir kita. Baik itu individu, institusi
pemerintah, bisnis, pendidikan dan sebagainya harus
melakukan transformasi dari orientasi profit ke benefit. Dari
orientasi keuntungan pribadi, ekonomi jangka pendek ke
manfaat/value jangka panjang bagi peradaban manusia. 
Institusi, bisnis dan individu yang hanya mementingkan
profit dan memanfaatkan krisis ini untuk mendapat
keuntungan sebanyak banyaknya tidak dapat survive dalam
jangka panjang.
Individu, bisnis dan institusi yang memberikan benefit
bagi masyarakatlah yang akan survive. Mereka menjadikan
trust, empati, kemaslahatan, keadilan dan kepedulian sebagai
nilai yang menjadi dasar mereka berbisnis dalam masa krisis
ini.
Hal tersebut akan menjadi modal utama mereka untuk
berbisnis setelah krisis ini selesai.
Dalam konteks individu, menjadikan profit sebagai
tujuan dalam masa krisis ini saya ibaratkan mereka hanya
memikirkan dunia.
Tetapi mereka yang memanfaatkan masa krisis ini
dengan menjadikan benefit jangka panjang sebagai tujuan
mereka, sama dengan membangun masa depan akhirat
mereka.

3 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Mereka yang keluar jadi pemenang dalam pertarungan
ini adalah yang mampu melakukan transformasi dari profit
ke benefit.
Mengapa?
Karena kalau sekedar mencari profit tidak perlu upaya
cerdas. Cukup hitung berapa modal dan berapa harga jual.
Selisihnya adalah profit yang diperoleh.
Tetapi untuk menghasilkan benefit, diperlukan upaya-upaya
cerdas dan inovatif yang justru menjadi modal utama mereka
pasca krisis ini. 

4 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


3
Ekonomi Politik
Covid-19

Didin S. Damanhuri

Globalisasi (sebelum bencana Covid 19 datang)


telah menjadikan dunia yang mengecil (global village) dengan
pergerakan orang, barang dan jasa antar negara tanpa batas
(borderless). Hal itu terutama bagi orang kalangan menengah
ke atas. Lebih dahsyat lagi setelah ada revolusi Industri 3.0
(dengan travel, telekomunikasi dan telematika) dan revolusi
industri 4.0 (dengan pemakaian big data dengan algoritma
dan cloud computing membuat makin jauh lebih mudah
dan super cepat lagi untuk traveling, proses produksi dan
pengiriman barang, serta tranportasi ke setiap penjuru
dunia. Dengan begitu, akumulasi kapital para pebisnis, elit
politik dan kelas menengah makin fantastik. Sebaliknya
bagi kalangan menengah ke bawah, globalisasi bukan hanya
mereka hampir tak menikmati arti globalisasi seperti diraih
kalangan menengah ke atas, tapi juga malahan makin terjadi

5 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


marginalisasi, pemiskinan dan ketertinggalan digital (digital
divided). Hal itu juga terjadi gap yang tajam antar Negara
Kaya dan Negara Miskin.

Fenomena yang Kontradiktif


Salah satu ilustrasinya adalah, dengan globalisasi
telah meningkatkan volume perdagangan dunia berlipat
lebih 50 kali sejak tahun 1990 hingga sekarang. Tapi gap
entara Negara Kaya dengan dengan Negara Miskin makin
Jomplang. Menurut Oxfam (NGO Eropa yang kerap meneliti
isyu-isyu ketimpangan), mencatat bahwa pada tahun 2019,
2.153 orang paling kaya di dunia (0,00003% yang umumnya
ada di negera-negara kaya) lebih besar kekayaannya daripada
60% penduduk dunia paling miskin (yang umumnya ada
di negara-negara miskin). Sementara, di Indonesia sendiri
menurut Credit Suisse (2018), 1% orang terkaya menguasai
46,6% kekayaan nasional dan 10% orang terkaya menguasai
75,3% kekayaan nasional. Padahal awal 1970an Rasio Gini
Indonesia sekitar 0,32, relatif merata. Dengan demikian,
Globalisasi jauh lebih menguntungkan bagi Negara-Negara
Kaya dengan makin merugikan negara-negara miskin. Juga
jauh lebih menguntungkan bagi kelompok-kelompok kaya
dengan mengorbankan Rakyat Kebanyakan di intern negara-
negara masing-masing.
Wabah Virus Baru Corona (Covid 19), tercatat mulai
terdiagnosis 1 desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubai,
RRC. Sejak itu menyebar bersifat exponensial. Pada tanggal
25 maret 2020, yang terinveksi tercatat sebanyak 422.989
dan yang meninggal 18.916 orang yang berarti tingkat
kematiannya 4,4%. Sementara di Indonesia terinveksi 790

6 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dan meninggal 58 orang yang berarti tingkat kematian 7,3%
(beberapa hari sebelumnya tercatat 9,3%, tertinggi di dunia).
Tapi problem Covid 19 ini yang sangat dikhawatirkan
adalah bukan kematiannya, tapi super cepatnya penyebaran
sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
sebagai Pandemi Global, artinya penyebarannya mencapai
geografis hampir ke seluruh negara-negara di dunia.
Dan apa reaksi negara-negara di dunia menghadapi
bencana Covid 19 ? sejak bulan Maret ini, banyak negara
di dunia termasuk di India yang penduduknya 1,3 Milyar
melakukan kebijakan Lock-down (isolasi dari dan ke negara
tertentu atau dari satu wilayah ke wilayah lain di suatu negara)
baik total (negara-negara Eropa, India) maupun parsial
seperti di Indonesia dimana masyarakatnya bekerja dan
belajar di rumah serta dengan mengintruksikan Pembatasan
Sosial (social distancing). Hal terakhir, dengan dilarang
berkerumun banyak orang serta membuat jarak antar orang
minimal 1,5 meter.
Sejak itu, terjadilah dalam sejarah di dunia terutama di
kota-kota besar baik di negara-negara maju maupun negara-
negara berkembang, suasana lengang, sepi dan berhentinya
kegiatan bisnis dan perdadangan. Suatu keadaan sangat
kontras dibandingkan dengan sebelum terjadinya Covid 19,
dalam euphoria Globalisasi dan revolusi 4.0 dengan super
cepatnya pergerakan orang dan barang antar negara dan
di intern sebuan negara, sehingga Covid 19 jadi semacam
Interupsi terhadap Globalisasi, setidaknya semacam relaksasi
terhadapnya panasnya kegiatan perekonomian global dan di
intern negara-negara.
Dalam konteks globalisasi tersebut telah menciptakan
“yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, baik

7 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


antar negara maupun di inter negara-negara. Yang sangat
menarik, adalah bahwa Epicentrum Civid 19 adalah di
Negara paling kaya qua index daya beli (purchasing power
parity), yakni China. Kemudian Jepang, Korea selatan,
Eropa dan Amerika. Jadi makin ke negara miskin (misalnya
negara Afrka hitam) Covid 19 makin kecil penyebarannya.
Di intern negara-negara juga, epicentrumnya di Kota-
Kota Besar, kemudian kota sedang dan ke pedesaan makin
lamban penyebarannya. Penyebarannya tak kenal kasta dan
tak sedikit tokoh negara (Pangeran Charles dari Inggris dan
Istri PM Kanada), beberapa Menteri serta Jenderal di Eropa
serta elit lainnya seperti Presiden Sepak Bola Real Madrid
dan sejumlah artis dunia). Di Indonesia sendiri terinveksi
Menteri Perhubungan dan sejumlah Pejabat Tinggi, Professor,
Dokter-dokter bahkan ada beberepa Petinggi yang meninggal
akibat Covid 19 ini. Sementara itu, hingga sdekarang belum
ada satu Labolatorium pun termasuk di China dan AS yang
sudah menemukan secara meyakinkan, anti Covid 19 yang
dapat mengakhiri fandemi global tersebut. Meski diklaim
bahwa China sudah mulai turun jumlah yang terinveksi. Oleh
karena itu, menjadi pertanyaan paling krusial: Sampai kapan
kebijakan Lockdown (total ataupun parsial) diakhiri hingga
ancaman Covid 19 itu benar-benar aman dari penyebaran
maupun menimbulkan kematian ?

Dampak terhadap Perekonomian


Pertanyaan lebih lanjut adalah dampak Covid 19
terhadap kondisi perekonomian global maupun nasional ?
Prediksi penurunan Pertumbuhan Ekonomi Global menurut
lembaga-lembaga Internasional (Morgan Stanley, Goldman
Sach, IMF) 0,9 hingga 1,25% yang tadinya diperkirakan 3,3%.

8 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Sementara untuk AS yang merupakan ekonomi terbesar
dunia, akan jauh lebih buruk, yakni - 2,4 hingga - 30,1%. Untuk
China, prediksinya antara 4 hingga 5,6% yang sebelumnya
6% (terendah selama 30 tahun terakhir). Bagaimana dengan
Indonesia ? Perkiraan menurut studi Warwick McKibbin
dan Roshen Fernando (Australian National University),
memprediksi antara 4,7 , 2,8 hingga 1,3% yang sebelumnya
dalam rencana APBN akan bertumbuh 5,3%. Belum lagi
dampak adanya anjloknya harga minyak akibat perang harga
antara Arab Saudi
dengan Rusia. Dan Puncak Gunung Es nya adalah
terjadinya penurunan IHSG (Index Harga Saham Gabungan)
yang turun hampir 30% sejak awal tahun serta Kurs Rupiah
yang hingga tanggal 25 Maret, hampir menyentuh 17.000 per
USD, level yang hampir sama dengan ketika krisis 1998.
Dengan gambaran seperti di atas, masih cukup banyak
yang tetap optimis bahwa pandemi Covid 19 akan teratasi
dan perekonomian global maupun nasional akan menurun
tapi gak terlalu parah, Tapi ada juga ramalan terburuknya
dari Bank of America, bahwa perekonomian akan mengalami
Resesi Hebat (great depression) seperti tahun 30an. Waktu
itu terjadi Macetnya produksi global bersamaan dengan
terjadinya pengangguran besar-besaran serta inflasi yag
melonjak sangat tinggi.

Ekonomi Politik Covid 19


Lepas mana ramalan yang akan jadi kenyataan dari
Covid 19 dan krisis ekonomi yang menyertainya, apa cepat
teratasi dengan dampak sedang terhadap perekonomian,
lebih lama teratasi dengan dampak Resesi Ekonomi seperti

9 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


tahun 2009 atau lama sekali teratasi dengan dampak Resesi
Hebat seperti tahun 30an, bagaimanapun Indonesia harus
mengantisi-pasinya secara cerdas dan bijaksana.
Di tingkat global, diharapkan terjadi equilibrium
dalam kebijakan ekonomi global di tengah Perang Dagang
yang belum usai dan wabah Covid 19 yang belum tahu kapan
dapat
diakhiri. Globalisasi yang secara reaktif
dikonfrontasikan oleh Trumpnomics yang protreksionis
yang itupun telah menimbulkan kontraksi ekonomi baik di
tingkat global, AS, China, Eropa maupun negera-negara sisa
dunia lainnya.
Perang Dagang belum berakhir, kemudian terjadi
Pandemi global Covid 19 yang dampaknya akan jauh
lebih buruk terhadap perekonomian maupun peradaban.
Sementara, kita telah mencatat, dampak buruk globalisasi
terhadap penciptaan ketimpangan antar negara maupun
intern negara-negara. Belum lagi Kerusakan Lingkungan
dengan perubahan iklim yang juga tidak kalah hebat
dampaknya terhadap perekonomian global maupun nasional.
Salah satu tesis mengapa terjadi ketimpangan yang
makin buruk baik di tingkat global maupun nasional
adalah tidak hadirnya negara dalam konteks terjadinya
“privat supremacy” dalam pasar dan perekonomian global
maupun nasional, Sehingga justru World Bank secara tak
berpreseden mengemukakan penilaiannya berdasarkan
data-data empiris, bahwa yang perform di antara negera-
negara maju dalam era globalisasi dan revolusi 4.0 adalah
negera-negara dengan tradisi active state (Jepang, Korea
selatan, China dan negara-negara Scandinavia). Artinya

10 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


makin tidak hadir negara di era sekarang ini, makin kurang
berkinerja baik. Oleh karena itu, mmenurut hemat penulis,
seperti pasca resesi hebat tahun 30an, maka kebijakan
ala Keynes dan keynessian lah yang memberikan solusi
terhadap perekonomian dunia. Maka Pasca Covid 19 pun
menurut hemat penulis, maka tradisi negera-negara sosial
demokrat seperti Negara-Negara Scandianvia, Jerman dan
Parncis yang akan lebih memberikan solusi. Plus apa yang
saya Kualifikasikan sebagai Heterodox Model seperti Jepang,
Korsel dan China di Asia. Dan Indonesia dengan Pasal 33
UUD’45 telah secara konseptual memberikann peran negara
yang kompatibel dalam mencari solusi pasca covid 19 dengan
PR terbesar adanya ketimpangan sosial ekonomi yang buruk
bahkan terjadi Oligarki Finansial yang kawin dengan oligarki
politik. Sehingga, dalam penanganan Covid 19 pun dinggap
terlambat seperti diakui Menko Luhut Binsar Panjaitan.
Mudah-mudahan Bencana Covid 19 segera berlalu dan
perekonomian Indonesiapun mampu keluar dari perangkap
resesi hebat global, semoga.

11 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


4
Menyikapi Krisis Kemanusiaaan
Virus Corona
Marsuki

Perkembangan terakhir pandemik Corona Virus


telah menyebar sangat cepat dengan menyentuh segala
lapisan masyarakat melampaui 200 negara dan bangsa di
dunia, termasuk negara maju sekalipun. Tercatat, ini adalah
kejadian besar kedelapan kalinya di dunia, yang kembali
menyentak dan membuat berbagai tatanan hidup manusia
dalam arah yang tidak jelas dan kurang dapat diprediksi
secara pasti, diantaranya, tatanan di sektor ekonomi, bisnis,
dan keuangan.
Beberapa lembaga dunia sudah mengeluarkan
pernyataan yang membuat banyak negara di dunia, terutama
pemerintahnya ketar ketir tentang prospek perekonomian
dan keuangan dunia, termasuk keadaan di masing-masing
negara, baik yang terjangkit secara langsung maupun tidak
langsung dengan kasus Corona Virus tersebut.

12 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Dalam persepektif global, diperkirakan pertumbuhan
ekonomi dunia akan terkoreksi siginifikan dan terutama
perkembangan di sektor keuangan. Pertumbuhan ekonomi
global akan turun sampai dalam kisaran 0.5-1,5 persen dari
target yang hanya dalam kisaran rata-rata antara 2-3 persen.
Saat ini, yang jelas dalam satu bulan terakhir, beberapa pasar
keuangan dunia sudah terguncang hebat, diantaranya di
Amerika, Inggris, Kanada, Brasil, Rusia, dan Australia, secara
bersamaan telah jatuh diatas rata-rata 25 persen.
Dalam kasus Indonesia, pertumbuhan ekonomi
Nasional diprediksi akan turun 1,2 - 1,5 persen dari target.
Bahkan Menkeu mengingatkan dengan skenario terburuk
pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 0 persen.
Dalam kaitan perilaku di pasar modal Indonesia, Bursa
Efek Indonesia, dalam periode yang sama seperti di pasar
keuangan dunia, telah terpuruk hingga –30 persen dibanding
sebulan lalu, pada level 4.194 per 20 Maret 2020. Hal ini
diiringi dengan melemahnya rupiah terhadap dollar hingga
mencapai Rp 16.354 per dollar. Padahal BI sudah melakukan
intervensi dengan biaya cukup fantastis dengan melakukan
kebijakan rebuy back SBN sekitar Rp 195 triliun dan
Gubernur BI menjelaskan akan terus melakukan kebijakan
menjaga stabilitas sistem keuangan dengan variasi biaya
kebijakan hingga mencapai Rp 300 triliun.
Persoalannya, ternyata kondisi merebaknya Corona
Virus ini di Indonesia tampaknya semakin bermasalah.
Tercermin dari death rate-nya sudah yang tertinggi di
dunia, prosentasinya mencapai 8,67 persen, melampaui Italia,
57 persen, Iran, 7, 29 persen, China, 4 persen, Amerika, 1,32
persen dan Malaysia, 0,29 persen.

13 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Sehingga dengan kombinasi tiga permasalahan
pada indikator makro dan keuangan yang semakin buruk
keadaannya, berarti posisi otoritas strategis jelas semakin
sulit. Terutama jika belum jelas mengenai rencana dan aksi
terstruktur tentang protokol antisipasi terhadap masalah yang
dihadapi, yang dapat dipercaya publik dan dapat melibatkan
mereka secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak-
pihak terkait.
Perlu disadari bahwa keberhasilan mengantisipasi,
menghindari, apalagi menghadapi pandemik virus Corona
ini pada prinsipnya tidak akan berhasil jika hanya dilakukan
oleh pihak otoritas strategis saja, tanpa kepercayaan dan
dukungan nyata dari masyarakat secara umum.
Otoritas Fiskal, Kementerian Keuangan sebenarnya
sudah menyikapi kasus virus Corona ini dengan melakukan
tiga stimulus strategis dengan biaya diperkirakan sudah
mencapai Rp 158,2 trliun atau 0,9 persen/PDB, dengan biaya
stimulus jilid I, Rp 10,3 triliun, dan stimulus jilid II, Rp
22,9 triliun, yang terkait dengan kebijakan perpajakan
dengan beberapa variasinya, dan rencana stimulus III, untuk
anggaran selebihnya, yang terkait khusus dengan keperluan
pembiayaan bidang kesehatan.
Direncanakan akan ada tambahan defisit Rp 62,3
triliun lagi jika dianggap kondis belum tertangani, sehingga
kemungkinan secara total, defisit anggaran akan melampaui
target APBN 3 persen/PDB, atau bisa mencapai lebih 5
persen/PDB, bahkan sebagian pengamat mengusulkan akan
lebih aman jika defisit APBN diperkenankan mencapai 7-9
persen/PDB. Tentu saja hal ini baru dapat dilakukan jika ada
persetujuan DPR.

14 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Otoritas Moneter, Bank Indonesia (BI) juga telah
menyikapi serangan virus Corona ini dengan melakukan
stimulus moneter. BI telah melakukan intervensi keuangan
untuk menjaga lukiditas dollar yang semakin seret di pasar,
yang membuat nilai tukar Rupiah terus melemah, mencapai
diatas Rp 16.500/dollar AS, jauh melampaui target kebijakan.
Termasuk kebijakan menurunkan Giro Wajib
Minimum (GWM) perbankan dalam Rupiah dan Valas.
Kemudian kebijakan BI untuk menggerakkan sektor riil
melalui pengaturan terhadap beberapa kebijakan suku bunga
acuan yang rendah, utamanya kebijakan BI 7-Day Reverse
Repo Rate yang diturunkan sebesar 25 basis point, jadi 4,5
persen.
Sehingga diharapkan suku bunga DPK dan kredit
dapat turun, selanjutnya biaya modal perusahaan dapat
turun pula sehingga mereka dapat meningkatkan usaha atau
investasinya.
Demikian juga dengan otoritas keuangan, OJK telah
menyikapi dengan beberapa kebijakan yang relevan untuk
mempengaruhi perilaku sector perbankan dan
keuangan dalam rangka menjaga perilaku usaha yang
aktivitasnya menurun. Dalam kaitan itu OJK mengeluarkan
aturan atau stimulus dalam dua jenis kebijakan, yakni,
penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana
lain hanya berdasarkan ketepatan pembayaran pokok
dan/atau bunga untuk kredit sampai dengan Rp10 miliar;
dan restrukturisasi melalui peningkatan kualitas kredit/
pembiayaan menjadi lancar setelah direkstrukturuisasi,
yang dapat diterapkan perbankan tanpa Batasan plafon
kredit. Relaksasi ini berlaku untuk debitur Non-UMKM dan

15 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


UMKM. Tapi pemberlakukannya terbatas, hingga 31 Maret
2020.
Jadi benar beberapa otoritas terkait sudah melakukan
beberapa kebijakan sesuai tupoksinya masing, tapi menurut
beberapa pihak kritis, masih banyak dari kebijakan-
kebijakan tersebut belum dalam koridor protokol antisipasi
yang terkoordinasi dengan baik antar lembaga. Terutama
masih kurangnya pelibatan publik dalam kerangka tersebut,
diantaranya belum jelasnya kebijakan lockdown yang sudah
seharusnya dilakukan sebagai kebijakan nasional, maupun
per wilayah tertentu. Sehingga publik mengambil sikap
melakukan sendiri upayanya dalam melindungi dirinya
masing-masing dari virus Corona yang dianggap sudah sangat
mengkhawatirkan. Dampaknya tentu saja tidak optimal,
sehingga kecepatan penyebaran dan akibat kematian dan
kesulitan para team medis dalam menghadapi dan mengatasi
virus Corona menunjukkan hasil yang lambat dan belum
sesuai harapan. Sehingga ada pihak kritis menganggap jika
masalah ini tidak segera diselesaikan antar otoritas stratergis
terkait secara terkoordinasi, atau sekurangnya ada kebijakan
protokol antisipasi yang jelas yang bisa dipercaya dan dapat
pula melibatkan dan dilakukan publik, maka justru bias saja
akan menimbulkan persoalan lain yang semakin berat bagi
otoritas strategis dan masyarakat umum dalam menghadapi
problem yang semakin kompleks, baik dari sisi ekonomi,
keuangan, maupun secara sosial-politik. Sehingga semoga para
otoritas terkait, utamanya pemerintah dapat segera mengambil
langkah strategis yang lebih komprehensip dan terkoordinasi,
terutama dapat dipercaya dan melibatkan masyarakat banyak
dalam mengatasi permasalahan kemanusiaan yang semakin
mencekam diatas pertimbangan yang lainnya.

16 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


5
Pilihan Lockdown Antara
Kepentingan Ekonomi
Dan Nyawa Manusia
Chazali H.Situmorang

Kalau kita amati, sejak diumumkannya ada


kasus terkena virus corona awal Maret 2020 yang lalu oleh
Presiden Jokowi, sebanyak 2 orang yang bertempat tunggal
di Depok, situasi masyarakat di Jakarta dan Depok memang
mengalami kegoncangan. Kekhawatiran tertularnya wabah
virus tersebut. Sehingga berbagai alat yang dibutuhkan untuk
proteksi diri seperti masker, desinfektan, vitamin-vitamin
untuk peningkatan daya tahan tubuh, semua apotik diserbu
masyarakat. Demikian juga swalayan, dan berbagai mart.
Indomart, alfamart, omnimart, indogrosir. Sudah
dapat diduga semua ludes, dan bahkan susah didapat.
Jikapun ada harganya sudah melambung selangit. Itupun ada
juga yang membelinya. Terjadi kepanikan untuk membeli.

17 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Di satu sisi, kepanikan tersebut, hanya ditangani dengan
himbauan untuk jangan panik, tenang persediaan cukup.
Pengusaha jangan menimbun barang. Berulang-ulang
Presiden Jokowi untuk meminta masyarakat tidak perlu
panik. Bahkan Menkes dr.Terawan menyatakan orang sehat
tidak perlu pakai masker. Lah masyarakat itu sendiri tidak
tahun apakah sehat atau sudah kemasukan virus.
Kita tidak melihat langkah pemerintah untuk
mengratiskan masker di tempat-tempat keramaian (bandara,
terminal, mall), dan menyediakan hand-sanitizer di fasilitas
umum, sebagai bentuk konkrit agar masyarakat tidak panik.
Kondisi tersebut kita cermati. Distributor (PBF), sudah me-
lock penyediaan kebutuhan obat dan vitamin untuk daya
tahan tubuh, desinfektan, dan masker dengan alasan stok
habis. Patut diduga, PBF tidak melempar barangnya di jalur
retail resmi (apotik), karena harus mengeluarkan faktur.
Dalam dunia farmasi, penetapan harga obat di kontrol
pemerintah, sehingga di kenal istilah harga beli PBF dan
harga eceran tertinggi (HET) yang diperkenankan.
Situasi seperti di atas masih terus berlangsung. Korban
virus corona yang tersuspect semakin meningkat tajam.
Dalam 2 minggu sudah bergerak dari 2 orang menjadi lebih
100 orang, dengan angka kematian 5 orang (5%). Diduga
data tersebut, masih under reported, mengingat luasnya
wilayah Indonesia, dan mobilitas penduduk yang masih
tinggi dengan upaya-upaya mitigasi yang masih minimal.
Pemerintah sudah membetuk Gugas (Gugus Tugas)
percepatan penanganan, sesuai dengan Keppres 7/2020,
tanggal 13 Maret 2020, dengan menunjuk Kepala BNPB
sebagai Ketua Gugas, dengan wakilnya dari militer dan
kepolisian. Sayangnya tidak ada dari Kemenkes, dan tokoh

18 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


ahli Kesehatan Masyarakat yang mengerti persoalan secara
keilmuan dan intervensi penanganan.
Pada jajaran anggota, semuanya pejabat pemerintah,
tidak ada lembaga profesi, seperti PERSI, IAKMI, IAI, IDI.
Kita berhadapan dengan virus yang sangat kecil, bukan
serdadu manusia sehingga diperlukan pendekatan combatan.
Kita tidak sama dengan negara China, ang menempatkan
tentara sebagai pagar betis rakyatnya.
Kalau dilihat strukturnya, seperti model birokasi baru,
yang sulit untuk bergerak dinamis dan merespons secara
cepat persoalan dilapangan. Semoga Jenderal Doni Monardo
dapat melakukan langkah effort yang luar biasa untuk
mendinamisasikan Gugas tersebut.

Haruskan Lockdown?
Sebagai acuan, Italia yang terkena virus corona dengan
angka kematian yang tinggi (7%) tertinggi di dunia, dan
Indonesia nomor dua (5%), sudah melakukan lockdown
dengan berbagai resiko yang dihadapinya. Baik ekonomi
maupun sosial dan politik. Dengan lockdown, diharapkan
terjadinya penurunan suspect virus corona, secara lebih
cepat. Dan secara medis pihak RS cepat menangani dengan
jangkauan yang lebih luas, dan targetnya menurunkan
angka kematian dan jumlah yang terpapar. Secara grafik,
merendahkan puncak distribusi normalnya. Bergeser pada
puncak grafik yang rendah dan menurun landai.
Lockdown itu sendiri adalah suatu upaya atau tindakan
darurat atau kondisi saat orang-orang untuk sementara waktu
dicegah memasuki atau meninggalkan area atau bangunan
yang telah ditentukan selama ancaman bahaya berlangsung.

19 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Misalnya jika DKI Jakarta di lockdown, karena wabah
virus corona yang sudah pandemi, memperhitungkan masa
ancaman dari virus tersebut. Dilihat masa inkubasinya 14
hari. Maka waktu lockdown adalah tidak kurang dari 14 hari.
Oleh karena itu, jika Jakarta di lockdown, Pemda DKI
harus sudah dapat memastikan kebutuhan pokok mereka
yang tinggal di Jakarta (walaupun bukan penduduk resmi),
tersedia minimal untuk 14 hari. Bagaimana caranya tentu
memerlukan kerja keras Pemda DKI, dan tentu harus di back
up Pemerintash Pusat, dan pihak Kepolisian dan Tentara
untuk menjaga keamanan lingkungan.
Selama masa lockdown tersebut, RS-RS seluruh DKI,
Puskesmas dan relawan kesehatan bekerja keras mentracking
dan menemu kenali mereka yang suspect, untuk dilakukan
isolasi, dan jika sudah terpapar dan masih belum ada gejala
sakit di karantina di rumah atau hotel tempatnya menginap.
Langkah lockdown juga sebaiknya dilakukan secara
simultan di sekitar Jakarta, seperti Tanggerang, Depok,
Bekasi dan Bandung.
Jika pemerintah dan pemerintah daerah bersepakat
melakukan lockdown, harus dihitung cermat biaya yang
diperlukan untuk keperluan 2 minggu masa lockdown tersebut.
Pertimbangan menjadi lebih berat lagi jika melihat ekonomi
Indonesia yang pertumbuhannya menurun. Dampaknya
secara ekonomi pasti luar biasa, dan dapat mengimbas keranah
politik dan sosial jika kemampuan mengendalikannya lemah.
Resikonya pemerintah Jokowi bisa goyah. Pengalaman
menunjukkan, rezim itu jatuh karena persoalan ekonomi baik
Soekarno dan Soeharto.

20 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Tentu Presiden Jokowi tidak ingin berhenti ditengah
jalan.
Disisi lain jika lockdown tidak dilakukan, dan langkah
penanganan dengan menghimbau untuk melakukan social
distance seperti sekarang ini polanya, tentu juga beresiko
karena tidak segera terjadinya perubahan perilaku yang
diinginkan dari social distance tersebut.
Karena kita berpacu dengan waktu, dikhawatirkan
sebagai pandemi terlambat dalam mencegah menyebarannya.
Akibatnya Indonesia mendapat juara angka kematian
tertinggi karena virus corona, juga akan mendapatkan kritikan
dunia sebagai negara yang mengabaikan kemanusiaan. Tidak
menempatkan keselamatan jiwa manusia diatas segalanya.
Saat ini Indonesia oleh WHO, dinilai menangani pandemi
belum secara profesional tetapi masih amatiran.
Situasi saat ini, dalam upaya social distance, maka
Pemda DKI mengurangi frekuensi transportasi umum (LRT,
Busway), yang tujuannya untuk mengurangi penggunaan
transportasi umum. Tapi apa yang terjadi. Penumpang bus
Trans Jakarta, terjadi penumpukan banyak titik. Apakah
hal tersebut akan semakin banyak kerumunan orang, dan
mempercepat penyebaran virus corona? Kebijakan yang salah
dapat menimbulkan kepanikan masyarakat. Jadi terkesan
di masyarakat, yang membuat panik itu ya pemerintah itu
sendiri.
Apapun pilihan, pasti ada resikonya. Dalam hal
terjadinya bencana, sudah kesepakatan dunia bahwa
penyelamatan nyawa manusia menjadi tujuan utama dalam
penangnannya. Kita tidak ingin korban terus berjatuhan,

21 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


karena lambat dalam penanganannya, atau ragu dalam
membuat kebijakannya.
Kata kuncinya pemerintah harus terbuka. Sampaikan
apa yang sebenarnya terjadi dibalik layar pemerintahan.
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, dapat
menjerat siapapun yang berusaha menyembunyikan
informasi publik, apalagi terkait dengan ancaman yang
dihadapi masyarakat.
Mari kita berdiam diri dirumah sambil berzikir,
semoga musibah ini segera berlalu. Dan para pemimpin
bangsa ini diberikan kesadaran baru untuk mengurus negara
dengan sungguh-sungguh dan istiqamah. Aamiin.

Cibubur, 16 Maret 2020

22 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


6
Dana Stimulus Dunia
Mengendalikan Covid-19
Amran Razak

Negara-negara kaya di dunia telah menyiapkan


dana yang besar berjumlah triliunan dolar atau ribuan triliun
rupiah untuk menangani dampak wabah  virus Corona
(Covid-19). Wabah covid-19 ini mengguncang perekonomian
global ke arah resesi dan menimbulkan pembatasan gerak
publik terbesar sejak Perang Dunia II.
Wabah virus Corona, yang menyebar pertama kali di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, sejak Desember 2019
hingga jelang akhir April 2020, ini telah menginfeksi sekitar
2.406.745 orang di 208 negara. Jumlah total korban meninggal
tercatat sebanyak 165.257 orang, yang mayoritas berada di
Amerika Serikat. Di Indonesia terinfeksi sebanyak 6.760
orang, korban meninggal tercatat 590 orang. (20/4/2020).

23 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


INGGRIS
“Inggris menyiapkan paket penyelamatan bisnis dari
kebang-krutan senilai US$ 400 miliar atau sekitar Rp 6.200
triliun,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 17 Maret 2020.
Penyusun anggaran mengatakan skala pinjaman yang
dibutuhkan bisa menyamai utang yang dibuat pada saat
invasi Nazi Jerman pada 1939 – 1945.
“Sekarang bukan saatnya untuk merasa enggan soal
utang sektor publik,” kata Robert Chote, kepala kantor
Pertanggung-Jawaban Anggaran, seperti dilansir  Reuters.
Kantor ini menyediakan analisis dan pandangan mengenai
keuangan Inggris bagi para anggota parlemen.
Pemerintah Inggris telah memerintahkan penutupan
pub, kelab malam, restoran, bioskop hingga gedung
pertunjukan. (Tempo.co, 18/3/2020)

AMERIKA SERIKAT
Presiden Amerika, Donald Trump, telah mengusulkan
rencana menggelontorkan paket stimulus senilai US$1 triliun
atau sekitar Rp 15.400 triliun ke masyarakat dan market.
Trump mengatakan akan mengirim bantuan langsung
tunai dalam dua pekan seiring jumlah korban meninggal
akibat virus Corona naik jadi 108 orang. Jumlah korban
terinfeksi di sana sebanyak lebih dari 5.700 orang.
Perusahaan maskapai penerbangan atau airline
menjadi salah satu sektor paling terdampak akibat penutupan
penerbangan dan pelarangan di sejumlah negara. Industri
ini meminta pemerintah AS menggelontorkan dana bantuan
dan pinjaman US$50 miliar atau sekitar Rp 771 triliun agar

24 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


tetap bisa beroperasi seiring anjloknya jumlah penumpang.
(Tempo.co, 18/3/2020)

PERANCIS
Perancis memompa US$ 50 miliar atau sekitar 771
triliun untuk menolong perekonomiannya yang melemah
drastis. Dana ini akan digunakan untuk membantu
perusahaan dan para pekerja.
“Saya selalu mendorong keuangan yang hemat pada
masa damai sehingga Prancis tidak harus berhemat pada saat
perang,” kata Gerald Darmanin, menteri Urusan Anggaran,
seperti dilansir media Les Echos.
Meski pemerintahan negara besar telah mengumukan
paket stimulus ekonomi, pasar saham dunia dan minyak
tetap mengalami kejatuhan harga. Wall Street, misalnya,
mengalami penurunan indeks terbesar sejak Black Monday
pada 1987. (Tempo.co, 18/3/2020)

ITALIA
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan
telah menyiapkan langkah antisipatif baru guna meredam
pandemi COVID - 19, khususnya di Italia. Bantuan itu
bisa berupa
voucher kebutuhan belanja pokok dan paket makanan,
dan disiapkan guna membantu mereka yang dinilai paling
terpukul dalam situasi darurat wabah corona.
Seperti dikutip dari Reuters, dalam konferensi
pers, Conte menyampaikan bahwa pemerintah akan
menggelontorkan dana sekitar 4,3 miliar Euro kepada tiap
Wali Kota di Italia.

25 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Dana itu, kata Conte, diharapkan dapat dimanfaatkan
mereka untuk menangani kebutuhan warganya. Selain itu
pemerintah juga menyiapkan dana sebesar 400 juta Euro
yang akan dialokasikan pemerintah bagi mereka yang tak
memiliki uang untuk sekadar berbelanja kebutuhan dasar.
“400 juta lainnya akan disediakan dalam dana khusus
untuk orang yang tidak memiliki uang untuk mereka
berbelanja,” ujar Conte seperti dikutip dari Reuters, Minggu
(29/3).
Sebagai negara kedua yang paling parah terkena
dampak virus corona, mereka telah menyetujui pencairan
dana stimulus sekitar 25 miliar euro pada awal bulan Maret
lalu. Jumlah yang sama, menurut Conte, juga akan disiapkan
pada bulan April mendatang.
Menteri Ekonomi Italia Roberto Gualtieri pada
konferensi pers yang sama mengkritik presiden Komisi Eropa,
Ursula von der Leyen. Kritik itu disampaikan Gualtieri karena
Ursula dinilai mengabaikan kebutuhan terkait penerbitan
utang bersama oleh negara-negara Uni Eropa.
“Presiden komisi telah melontarkan pernyataan
yang keliru dan saya menyesal akan pernyataan tersebut,”
kata Gualtieri seraya menambahkan, bahwa Eropa akan
membutuhkan Rencana Marshall yang hebat untuk
menguatkan kembali ekonominya setelah darurat corona
virus selesai. (kumparan.news, 29/3/2020)

JERMAN
Jerman  akan mengajukan total pinjaman sebesar
350 miliar euro (US$ 370 miliar) untuk mengatasi dampak
pandemi virus corona.

26 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Sebanyak 150 miliar euro (US$ 160 miliar) akan
diperuntukkan penanganan wabah. Sementara itu, dana
penyelamatan dan pendanaan korporasi dapat mencapai 200
miliar euro.
Wakil Menteri Keuangan Joerg Kukies mengatakan
besaran final pinjaman dana penyelamatan tergantung
pada berapa banyak perusahaan yang meminta bantuan
pemerintah.
“Sejauh mana pinjaman aktual pemerintah federal di
bawah dana penyelamatan saat ini tidak dapat diperkirakan,
karena ini tergantung pada sejauh mana perusahaan akan
menggunakan dana penyelamatan. Bisa juga jauh lebih
rendah,” kata Kukies, dilansir Bloomberg, Senin (23/3/2020).
Utang sebesar 150 miliar euro adalah bagian dari
anggaran tambahan yang diharapkan di setujui pemerintah
hari ini. Usulan itu akan dibahas di Majelis Rendah Parlemen
Jerman Rabu pekan ini dan akan dinaikkan ke Majelis Tinggi
pada Jumat.
Ketika implikasi pandemi terhadap ekonomi menjadi
jelas, koalisi Pemerintah Kanselir  Jerman  Angela Merkel
menyatakan komitmen lama untuk menyeimbangkan
anggaran dan menggunakan kekuatan darurat untuk
menunda aturan yang membatasi pinjaman yang diabadikan
dalam konstitusi.
Menurut perkiraan Kementerian Keuangan, ekonomi
bisa menyusut setidaknya 5 persen.(Bisnis.com, 23/3/2020)

AUSTRALIA
Parlemen Federal Australia telah menggelontorkan
dana bantuan senilai 84 miliar Dollar AS untuk pekerja,

27 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


pelajar dan bisnis yang terkena dampak wabah virus corona.
Anggaran itu akan dipersiapkan untuk  selama lima bulan
dalam menangani penyebaran virus corona di negara itu. 
Anggota parlemen dan senator datang ke Canberra untuk
memberikan suara terkait usulan langkah-langkah stimulus
pemerintah itu. Usulan stimulus anggaran itu disahkan tanpa
ada penolakan dari DPR dan Senat di Gedung Parlemen, pada
Senin (23/3/2020) malam waktu setempat. 
“Langkah-langkah yang telah disahkan oleh Parlemen
hari ini mewakili dukungan paling signifikan bagi ekonomi
dan masyarakat Australia sejak perang,” kata Bendahara
Josh Frydenberg, seperti dilansir ABC Australia, Selasa
(24/3/2020).
“Ada banyak yang harus dilakukan untuk negara ini
dalam minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang, tetapi
bekerja bersama, kita dapat mendukung komunitas Australia
pada saat mereka membutuhkan,” sambungnya. Perwakilan
tenaga kerja Tony Burke mengatakan kerja sama Parlemen
ini “telah menjadi contoh terbaik Parlemen saat ini, bekerja
pada saat negara menghadapi beberapa yang terburuk”.
Undang-undang mendukung paket stimulus ekonomi
coronavirus pertama, senilai 17,6 miliar Dollar AS, dan  66
miliar Dollar AS dalam paket kedua pada akhir pekan. Ini
juga mencakup langkah-langkah lain untuk mendukung
ekonomi secara lebih luas, serta memberikan fleksibilitas
kepada Pemerintah untuk menanggapi keadaan yang
berubah tanpa memerlukan undang-undang lebih lanjut.
Di bawah tekanan dari Partai Buruh dan Partai
Hijau, Koalisi mengubah undang-undang sendiri untuk
memberikan menteri pelayanan sosial kekuatan untuk

28 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


membuat perubahan pada pembayaran stimulus, termasuk
tarif, berarti pengujian, persyaratan kelayakan dan
persyaratan tempat tinggal.
Pemerintah akan segera menggunakan wewenang
tersebut untuk memperpanjang suplemen coronavirus senilai
550 Partai Hijau kepada siswa yang menerima pembayaran
Youth Allowance, Austudy dan Abstudy.
Pemerintah memperkirakan hingga 236.000 siswa
dapat mengambil manfaat dari perubahan tersebut.
Buruh menuntut tanggal berakhirnya kekuasaan ekstra
untuk menteri layanan sosial dimasukkan dalam undang-
undang.
“Saya pikir memberikan kekuatan luas seperti ini,
dalam situasi normal apa pun, tidak akan pernah diberikan
kepada eksekutif.
Tetapi ini adalah dunia yang sangat tidak biasa tempat
kita hidup sekarang dan kami mengakui bahwa Pemerintah
harus merespons, dan harus merespons pada waktu yang
berbeda dan dengan cara yang berbeda, selama beberapa
bulan ke depan,” kata juru bicara keuangan Partai Buruh Katy
Gallagher.
Buruh menginginkan pembayaran stimulus untuk
mencapai pekerja lebih awal, mengingat pembayaran
langsung pertama tidak akan sampai 27 April.
“Ada kurangnya urgensi dalam dukungan ini,” kata
juru bicara Departemen Dalam Negeri Buruh, Kristina
Keneally. Kami khawatir bahwa pembayaran untuk rumah
tangga, termasuk pensiunan, akan datang terlambat. Dan
kami sangat prihatin bahwa bantuan arus kas untuk bisnis
akan tiba terlambat.”

29 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


“Untuk pedagang dan wiraswasta, dukungan ini tidak
cukup,” tutupnya.(INDOZONE.ID, 24/3/2020)

JEPANG
Anggaran darurat tahap pertama segera akan
dikeluarkan pemerintah Jepang sebesar 10,3 miliar yen antara
lain untuk membayar biaya charter pesawat dari  Jepang  ke
Kota Wuhan, Provinsi Hubei China mengevakuasi
warga  Jepang  terkait  virus corona. “Dana 10,3 miliar yen
untuk pembayaran segera berbagai keperluan saat ini seperti
pembayaran biaya charter pesawat terbang mengevakuasi para
warga  Jepang  di China,» ungkap sumber Tribunnews.com,
Jumat (14/2/2020). Dari 10,3 miliar yen itu sebesar 2,3 miliar
yen di antaranya untuk biaya pesawat charter serta pasokan
makanan dan peralatan ke kapal pesiar Diamond Princess.
Kemudian 500 juta yen dipasok bantuan subsidi
pemerintah Jepang  untuk memproduksi masker yang
jumlahnya sangat menipis. Lalu untuk sistem karantina agar
bisa lebih diperketat lagi dipasok subsidi sebesar 300 juta yen
agar penanganan virus lebih komprehensif lagi, mengingat
adanya petugas karantina yang akhirnya terinfeksi virus
corona dua hari lalu, Rabu (12/2/2020).
Keseluruhan anggaran bantuan darurat Jepang terkait
dampak corona termasuk bantuan untuk para UKM di
Jepang diperkirakan mencapai 500 miliar yen.
Penarikan tunai anggaran darurat tersebut sebagai
hasil rapat dari kabinet  Jepang  yang dipimpin oleh
PM Jepang Shinzo Abe, Jumat (14/2/ 2020) pagi. (Tribunnews.
com, 14/2/2020)

30 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


KOREA SELATAN
Pemerintah Korea Selatan mengatakan bakal
mengucur-kan anggaran tambahan senilai 11,7 triliun won
atau US$9,8 miliar untuk membantu bisnis yang terkena
dampak wabah virus corona.
Dilansir Bloomberg, Rabu (4/3/2020), rencana itu
diumumkan beberapa jam setelah Federal Reserve AS
memangkas suku bunga 0,5 persen dalam langkah darurat
pertama sejak krisis keuangan 2008.
Rencana itu akan menambah anggaran pengeluaran
tahunan menjadi 8,5 triliun won, angka terbesar sejauh ini.
Sedangkan 3,2 triliun won lainnya akan dicanangkan untuk
mengatasi kekurangan pajak pendapatan.
Pemerintah Korea Selatan akan menyerahkan rencana
anggaran tambahan ini untuk disetujui parlemen pada Kamis
5 Maret 2020. Obligasi pemerintah senilai 10,3 triliun won
akan dikeluarkan untuk mendanai rencana tersebut. Hal ini
akan meningkatkan rasio utang terhadap PDB menjadi 41,2
persen dari 39,8 persen.
Data terbaru dari Korea Selatan menunjukkan epidemi
tersebut menekan permintaan domestik dan memukul
rantai pasokan. Pabrik-pabrik di dalam negeri dan di China
beroperasi jauh di bawah kapasitas normal. Presiden Moon
Jae-in sebelumnya menyerukan langkah-langkah luar biasa
untuk melindungi ekonomi Korea Selatan.
Anggaran baru itu mengalokasikan 2,3 triliun won
untuk dukungan medis, berupa pembangunan klinik dan
tunjangan pasien. Sebanyak 2,4 triliun won lainnya akan
digunakan untuk memberikan pinjaman dan subsidi untuk

31 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


bisnis, sementara 3 triliun won akan digunakan untuk
mendukung keluarga dan pekerjaan berpenghasilan rendah.
Sebelum virus menyerang, ekonomi Korea Selatan
menunjukkan beberapa tanda-tanda pemulihan, yang
sekarang tampaknya telah digerogoti atau ditunda epidemi.
Bank of Korea bulan lalu memangkas perkiraan pertumbuhan
untuk tahun ini menjadi 2,1 persen dari 2,3 persen.
Sementara itu, para menteri keuangan group of 7
(G7) juga mengeluar-kan pernyataan mengenai kesiapan
bertindak untuk melindungi ekonomi mereka dari virus
yang menyebar. Bank of Korea mengadakan pertemuan
darurat pagi ini, tetapi belum ada hasil yang diumumkan.
Virus corona yang mematikan telah memukul
ekonomi negara yang sebelumnya tanpa cela, bahkan wabah
ini memunculkan kekhawatiran mengenai resesi. Di Italia,
titik terdampak paling parah di Eropa, pemerintahnya
telah mengumumkan anggaran 3,6 miliar euro (US$4
miliar) dalam tindakan darurat, sementara Hong Kong
mengucurkan anggaran yang mencakup pemberian uang
tunai kepada penduduk.
Sementara itu, beberapa bank sentral Asia telah
menurunkan suku bunga sebagai respons terhadap virus.
Bank of Korea mengambil pendekatan yang lebih tepat
sasaran, dengan mengatakan bahwa menyalurkan pinjaman
yang lebih murah ke bisnis adalah cara yang lebih efektif
untuk menangani krisis untuk saat ini.(Bisnis.com, 4/4/2020)

ARAB SAUDI
Kerajaan Arab Saudi memutuskan menyiapkan
anggaran SAR 50 miliar (Rp 198 triliun) dengan memotong

32 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


anggaran tahun ini untuk penanganan virus corona.
Keberadaan virus tersebut sangat merugikan sektor ekonomi
masyarakat di kerajaan.
Menteri Keuangan Saudi  Muhammad al-Jadaa
mengatakan, lima persen anggaran 2020 akan dialokasikan
untuk daerah-daerah yang memiliki dampak sosial dan
ekonomi sejak munculnya wabah corona. 
“Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi dampak penurunan harga minyak dan akan
mengambil langkah tambahan untuk menghadapi penurunan
harga yang lainnya,” katanya dilansir di Arab News, Kamis
(19/3). Ia mengatakan, kerajaan memiliki cadangan dan
aset keuangan sangat besar yang akan memungkinkannya
menghadapi tantangan yang diakibatkan Covid-19. Hal ini
dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dan stabilitas dalam
jangka menengah dan jangka panjang.
Dia  juga menyampaikan, dengan dampak potensial
dari wabah corona, pengembangan akan dinilai ulang,
barang  pengeluaran akan ditinjau, dan keputusan yang
tepat akan dibuat pada waktu yang tepat.(Republika.co.id,
19/3/2020)

MALAYSIA
Pemerintah Malaysia akan mengucurkan anggaran
sebesar 250 miliar ringgit atau setara dengan Rp 928 triliun
(Rp 3.713/ringgit). Anggaran ini untuk paket stimulus
ekonomi untuk menanggulangi wabah  virus corona. Hal
ini diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin
Yassin, Jumat (27/3/2020). Anggaran akan dialokasikan
untuk beberapa sektor. Di mana 128 miliar ringgit digunakan

33 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


untuk melindungi kesejahteraan rakyat, 100 miliar ringgit
digunakan untuk mendukung bisnis seperti usaha kecil dan
menengah.
Senin lalu (23/3/2020), Pemerintah Malaysia juga
telah mengumumkan alokasi total 600 juta ringgit untuk
Departemen Kesehatan guna membeli peralatan medis dan
menambah perawat.
Sebelumnya telah diumumkan kontribusi Dana
Pegawai yang berusia di bawah 55 tahun, dapat menarik 500
ringgit hingga 12bulan. Alokasi 130 juta ringgit juga juga
telah diumumkan dan akan didistribusikan secara merata ke
semua negara bagian, seperti dimuat The Star.
Ada pun alokasi paket stimulus tersebut akan diberikan
kepada Kementerian Kesehatan sebesar 500 juta ringgit
untuk meningkatkan pasokan peralatan medis dan sumber
daya manusia.
Pemerintah juga akan menaikkan tunjangan khusus
untuk para petugas kesehatan dari 400 ringgit menjadi 600
ringgit sebulan dari 1 April hingga pandemik berakhir.
Tunjangan tambahan sebesar 200 ringgit juga
diberikan kepada petugas garda depan seperti polisi,
imigrasi, dan Departemen Bea Cukai. Sebesar 1.600 ringgit
akan diberikan dalam bentuk bantuan untuk rumah tangga
dengan penghasilan di bawah 4.000 ringgit. Sebesar 200
ringgit akan diberikan satu kali pada siswa yang terdampak.
Mulai April hingga berakhirnya masa lockdown atau
Movement Control Order (MCO), internet akan digratiskan.
Pemerintah juga mengalokasi-kan dana sebesar 530 juta untuk
memberikan potongan 15 hingga 50 persen penggunaan
listrik selama enam bulan. Pemerintah juga bekerja sama

34 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dengan perusahaan asuransi untuk menanggung biaya tes
skrining Covid-19 dengan anggaran 8 juta ringgit.
Selain itu, dana tersebut juga dialokasikan untuk
bantuan bagi UMKM dan para pekerja informal. (politiktoday.
com, 27/3/2020)

Indonesia: Berapa dan Apa Saja?


Pemerintah menghitung skenario ringan hingga berat
dampak dari virus corona (Covid-19). Penghitungan tersebut
dengan melihat prediksi penyebaran dan penanganan
Covid-19 ke depan. Presiden Jokowi menegaskan agar
Indonesia tidak sampai pada skenario terburuk. “Saya kira
kita ingin kita berada di skenario yang ringan dan kalau
betul-betul sulit dibendung ya paling tidak kita masuk ke
skenario sedang jangan sampai masuk ke skenario yang
paling buruk,” ujar Jokowi ketika membuka rapat di Istana
Merdeka, Selasa (24/3).
Sebelumnya Jokowi meminta agar pemerintah daerah
menyiapkan jaring pengaman atau safety net untuk menjaga
dampak Covid-19. Hal itu bisa dilakukan dengan refocusing
kegiatan dan realokasi anggaran sesuai Instruksi Presiden
nomor 4 tahun 2020.
Pemerintah menyiapkan tambahan anggaran Rp 405,1
Triliun untuk penanganan Covid-19. Dana dialokasikan di 4
sektor guna menahan dampak pandemi ke sektor ekonomi
dan sosial.
1. Sektor Kesehatan sebanyak Rp 75 Triliun meliputi
alat kesehatan, perlindungan tenaga kesehatan,
peningkatan kapasitas rumah sakit.

35 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


2. Social Safety Net (Perlindungan Sosial) sebanyak Rp
110 Triliun mencakup 10 juta penerima Program
Keluarga Harapan (PKH); 20 juta penerima kartu
prakerja; insentif cicilan KPR untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR); diskon tarif listrik
bersubsidi.
3. Program Pemulihan Ekonomi sebanyak Rp 150
Triliun untuk restrukturisasi kredit, penjaminan &
pembiayaan dunia usaha khususnya UMKM.
4. Insentif Perpajakan dan Stimulus KUR sebanyak Rp
70,1 Triliun mencakup insentif PPh 21 (maksimal
penghasilan Rp 200 juta/tahun), pembebasan PPh
Impor, Restitusi PPN dipercepat, tarif PPh Bahan
diturunkan menjadi 22 %, dan penundaan pokok
dan bunga KUR 6 bulan.
Sebelumnya, telah dianggarkan stimulus 1 sebesar Rp
10,3 Triliun dan stimulus 2 senilai Rp 22,5 Triliun.

***

Fadli Zon – Anggota DPR RI dari Partai Gerindra


menuliskan bahwa dari empat poin tersebut, kalau
dijabarkan, insentif perpajakan dan program pemulihan
ekonomi nasional besarannya mencapai Rp 220,1 triliun,
atau sekitar 54,3 persen dari total tambahan belanja tadi.
Lho, ini kan dalam kondisi darurat kesehatan, tapi
kenapa belanja terbesarnya justru dialokasikan sebagai
insentif ekonomi bagi para pengusaha?!. Artinya, rakyat
kecil mendapat stimulus lebih kecil ?? (hajinews.id, 2/2/2020)

36 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Kamrussamad yang juga anggota DPR RI dari Partai
Gerinda, mempertanyakan pada Menteri Keuangan saat
Raker Komisi XI DPR RI terkait total dana sektor kesehatan
dalam mengatasi Covid-19 justru lebih kecil dibandingkan
negara tetangga, Malaysia.
“Kenapa Indonesia Jauh lebih kecil anggaran
pandemik Covid-19 jika dibandingkan dengan Malaysia?
(Indonesia 2,5% dari PDB sedangkan Malaysia 10% dari
PDB) Sementara jumlah penduduk Indonesia jauh lebih
besar,” kata Kamrussamad, Senin (6/4).
Padahal, kata dia, pelebaran defisit anggaran dari
1,76% menjadi 5,07% dari PDB pada APBN 2020 diharapkan
difokuskan pada kebijakan fiskal untuk krisis kesehatan dan
skema subsidi UMKM serta masyarakat miskin melalui
program jaring pengamat sosial.( politik.rmol.id, 7/4/2020)
Kelihatannya, dana stimulus menjadi ujian bagi
pemerintah dalam menyiasati berbagai hal --- “atas nama
covid-19”.
Kita lihat saja nanti !

Pertapaan Bukit Baruga, 7/04/2020

37 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


7
Solidarity-Buying:
Pengaman Sosial
Masa Pandemik
Hilman Latief

Begitu Covid-19 tersebar dan mulai menghantui


serta menebarkan rasa takut, muncul satu fenomena yang
disebut dengan panic-buying. Imajinasi sebagian masyarakat
semakin liar. Ada ketakutan yang lebih. Karena itu, mereka
berupaya membuat ‘pengamanan’ sendiri dengan cara
menyetok kebutuhan bahan pokok makanan. Panic-Buying
Supermarket di berbagai belahan dunia mulai kewalahan
memenuhi kebutuhan permintaan yang melonjak. Awalnya
hanya masker dan tissue yang begitu cepat hilang di pasaran.
Selanjutnya, cairan-cairan kimiawi untuk disinfektansi mulai
cepat terserap dan segera hilang di pasaran. Tak lama setelah
itu, masyarakat, terutama kelas menengah dan menengah-
atas, berbondong - bondong berbelanja makanan melebihi
porsi biasanya. Alasannya sama; menyetok makanan, takut 

38 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


“terjadi apa-apa”! Tentu ada  konskuensinya. Fenomena
panic-buying juga menyebabkan barang cepat habis dan
langka. Karena itu, harganya pun meroket. Alat Pelindung
Diri (APD), bahan makanan pokok, bahan-bahan tekstil
untuk pembuatan masker dan baju khusus paramedis, juga
ikut berpartisipasi untuk naik harganya. Beberapa minggu
berlalu dan bulan berganti. Ketakutan terhadap Pandemik
Covid-19 masih kuat, tetapi tidak sepanik dua-tiga
minggu. Masyarakat sudah lebih mawas diri dan kebijakan
pemerintah sudah lebih terlihat agak terang dan jelas dari
sebelumnya yang masih sangat abu-abu. Reaksi sporadis
mulai disistematisasi. Satu dua hoax masih bertebaran,
tapi masyarakat mulai dapat berfikir rasional. Agak paham
dengan apa yang sedang terjadi. Panic-buying kini sudah
mereda, tetapi pada saat yang sama kita saksikan juga,
kegiatan ekonomi yang stagnan atau malah turun drastis.
Sebagian prabrik menghentikan pegawainya, tahanan di
penjara dibebaskan, sekolah sudah lebih awal tutup, kampus
kemudian menyusul kegiatan belajar di rumah, kantor pun
demikian. Singkat kata, mobilitas kerja off-line turun drastis
hampir ke titik nol. Gerakan #dirumahsaja sudah mulai
menunjukkan efektivitasnya. Perhatian publik kini tidak
hanya diberikan untuk masalah alat-alat medis, meskipun
tentu hal itu akan sangat dibutuhkan sampai beberapa
bulan ke depan dalam jumlah yang besar, tetapi juga kepada
ketahanan sosial dari masyarakat kita. #Dirumahsaja dan
Beli Produk Teman. Dalam situasi seperti ini, fenomena
lain muncul. Kreativitas dan inovasi dalam tingkat apapun
menjadi andalan untuk dapat bertahan. Sektor informal
yang sangat besar di Indonesia tentu sangat terdampak.
Mereka harus berbisnis juga dari rumah. Penjual jasa juga

39 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


harus putar otak agar bisa tetap hidup layak sampai beberapa
bulan ke depan. Di balik harga-harga yang menjulang tinggi,
harga komoditas lain stagnan, bahkan cenderung turun.
Pasalnya, mobilitas terhenti dan demand juga berkurang,
padahal supply masih ada, seperti yang dialami para
petani. Kreativitas #dirumahsaja diwarnai dengan  tingkat
produktivitas individu atau kelompok untuk memproduksi
sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Orang mulai membuat masker dari kain dengan berbagai
modifikasi. Di sebelah rumah kita juga pada membuat kue
bolu dan makanan ringan untuk dijual. Beberapa keluarga
yang punya darah Minang produksi dendeng atau rendang.
Tetangga di Yogyakarta ada pula yang membuat gudeg,
ikan teri, dan kacang. Orang Bugis-Makassar, menawarkan
masakan ikan palumara dan nasu palekku. Seorang ibu rumah
tangga membuat udang goreng siap makan, “suami saya
sudah tidak dapat orderan lagi masa Corona ini!” katanya.
Dalam konteks inilah solidarity-buying menjadi penting.
Kita membeli barang  hasil produksi teman, tetangga, dan
atau kolega kita. Maksudnya, kita membeli sesuatu dari
orang lain sebagai bentuk solidaritas, bukan semata-mata
karena kita betul-betul butuh. Bentuk solidaritas seperti ini
dibutuhkan untuk menjaga kohesi sosial, memperkuat sikap
gotong royong, memupuk sikap kekeluargaan, dan  tentu saja
ikut mendukung terbangunnya “keamanan sosial”   secara
lebih bermartabat. Solidarity-Buying. Kita perlu ingat, dalam
situasi krisis dan sulit tidak semua keluarga berpenghasilan
rendah itu menyandarkan diri kepada pemerintah atau
lembaga sosial. Mereka juga menjaga dignity-nya dengan
mengekspresikan potensi terpendam dalam dirinya. Karena
itu, solidarity-buying berperan menjaga dignity anggota

40 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


masyarakat kita. Solidarity-buying juga menjadi bagian
dari kesadaran kita untuk melawan panic-buying. Lebih
dari itu, saya ingin memperkenalkan kepada pembaca
solidarity-buying sebagai bagian dari apa yang disebut
dengan pertukaran-makanan (exchange of food) dan
pertukaran creativitas (exchange of creativity) dari masing-
masing anggota masyarakat. ‘Bisnis’ baru rumahan ini tidak
besar. Di tingkat individu, masyarakat juga tidak mencari
nisbah sebesar-besarnya. Mereka hanya mencoba menjaga
ketahanan sosial keluarga mereka. Pemerintah di tingkat
daerah dan lembaga-lembaga sosial yang mendapatkan
donasi dari masyarakat untuk pengamanan sosial, juga
wajib mendukung solidarity-buying ini. Kita manfaatkan
dana sosial dalam bentuk solidarity-fund untuk menopang
ketahanan sosial melalui ‘solidarity-buying’.
Sebagian petani, peternak, nelayan, orang-orang
yang tinggal di rumah perlu solidaritas kita semua. Mari
kita ramaikan dan tradisikan solidarity-buying secara
berkelanjutan, karena Pandemi Corona tidak sebentar.

41 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


8
Nyawa Vs. Dana
Dalam Lingkar Merah
Covid-19
Amran Razak

Para ahli kesehatan masyarakat menyatakan,


Indonesia menghadapi lonjakan kasus penyebaran virus corona
atau covid-19, lantaran lambannya respons pemerintah dan
terkesan menutupi terkait skala wabah di negeri berpenduduk
sekitar 260 juta jiwa, yang merupakan terpadat keempat di
dunia tersebut. Hingga Selasa (7/4/2020), Indonesia tercatat
memiliki 2.738 kasus pasien positif corona,  terlapor 221
kematian. Artinya tingkat kematian kita 8,1  persen. Hal ini
menunjukkan Indonesia masuk deretan kasus kematian
tertinggi akibat virus corona di dunia. Bandingkan dengan
negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Filipina (4,7
%), Malaysia (1,6%), Thailand (1,2 %), atau Singapura (0,4
%) bahkan Vietnam, Kamboja, Laos dan Timor Leste tanpa
kematian (0 %).

42 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


“Kita telah kehilangan kendali, ini telah menyebar
di mana-mana,” kata ‘ayatullah’ ilmu ekonomi kesehatan
(health economics) di Indonesia – Ascobat Gani. “Mungkin
kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita berada
dalam kisaran itu.”
Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk dibandingkan
dengan negara lain, yang terkena dampak virus corona.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia
hanya memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit. Angka itu
berarti sekitar 12 tempat tidur per 10 ribu orang. Bandingkan
dengan Korea Selatan (Korsel) yang memiliki 115 per 10 ribu
orang, menurut World Health Organization (WHO).
Pada tahun 2017, WHO juga menemukan Indonesia
hanya memiliki empat dokter per 10 ribu. Angka itu lebih
rendah dibandingkan Italia yang memiliki 10 kali lebih
banyak, atau Korea Selatan yang memiliki dokter enam kali
lebih banyak per kapita.
WHO mengatakan, hanya ada 28 juta perawat di
seluruh dunia, sehingga ada kekurangan 5,9 juta untuk
merawat penduduk yang tumbuh dengan pesat. Kekurangan
perawat terbesar ada di negara berpenghasilan rendah hingga
menengah termasuk Asia Tenggara.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad
Yurianto membantah tentang hasil studi simulasi yang
menunjukkan angka terburuk penularan corona. “Kita tidak
akan sampai seperti itu,” kata Yuri merujuk perbandingan
wabah yang menyebar di Italia dan China. “Yang penting
adalah kita mengerahkan orang - orang ....... mereka harus
menjaga jarak.” Yuri menuturkan, dengan langkah-langkah
menjaga jarak yang tepat, seharusnya tidak ada kebutuhan

43 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


untuk tempat tidur tambahan dan staf medis yang ada cukup
untuk mengatasi wabah corona.
Hanya saja, epidemiolog dari Universitas Indonesia
(UI) Budi Waryanto, mengatakan, “Rumah sakit tidak
siap untuk mendukung kasus-kasus yang bakal muncul.
Perawatan akan terbatas.”
Hasil riset terbaru dari Christian Bommer dan
Sebastian Vollmer di Universitas Göttingen University,
di Jerman bisa menjadi alarm bahaya bagi dunia terkait
jumlah kasus virus corona atau covid-19 di dunia. Keduanya
mengungkap bahwa jumlah kasus yang ditemukan di dunia
diprediksi hanya sebagian kecil yang terungkap.
Keduanya menemukan data dari hasil penelitian
bahwa angka yang terungkap itu bahkan hanya 6 persen dari
total kasus virus.
Disebutkan dalam hasil penelitiannya, angka total
infeksi virus corona jenis baru SARS-CoV-2 tersebut
diperkirakan jauh lebih banyak dari data yang tercatat resmi
oleh pejabat kesehatan sedunia. 
Mereka menganalisa data dari hasil penelitian paling
anyar yang dipublikasikan dalam jurnal bulanan The Lancet
Infectious Diseases.
Kedua peneliti melihat perkiraan tingkat kematian
Covid-19 dan jangka waktu antara laporan pertama terinfeksi
hingga saat kematian, untuk asesmen kualitas laporan kasus
resmi.
“Data menunjukkan, negara-negara di dunia hanya
menemukan sekitar 6% dari seluruh kasus infeksi virus
corona“, papar kedua peneliti Jerman itu.

44 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Bila dilihat dari jumlah keseluruhan kasus infeksi
corona yang telah diaporkan saat ini di Indonesia, maka
angka sebenarnya bisa mencapai 45.600 orang.
Ilmuwan dari Universitas Göttingen itu mengklaim,
jumlah sebenarnya dari orang yang terinfeksi virus corona
sedunia, mungkin sudah mencapai puluhan juta.
“Hasil ini menunjukkan, pemerintah dan pembuat
kebijakan perlu ekstra hati-hati jika menafsirkan jumlah
kasus untuk tujuan perencanaan“, kata Vollmer, profesor
ekonomi pembangunan di Universitas Göttingen.
“Perbedaan ekstrim dalam jumlah dan kualitas tes
yang dilakukan di berbagai negara, menunjukkan bahwa
catatan kasus resmi kebanyakan tidak informatif dan tidak
menyajikan informasi yang membantu“, ujar guru besar itu
memperingatkan.

Dampak Ekonomi Covid-19


Pemerintah diwakili Menteri Keuangan mengungkap-
kan bahwa skenario terburuk akibat  pandemi virus corona
yang sampai hari ini terus terjadi, diperkirakan perekonomian
Indonesia berpotensi tumbuh negatif 0,4% pada tahun ini.
Bahkan, yang mengkhawatirkan, bahwa angka tersebut
bisa menurun lebih dalam dibandingkan skenario terburuk
sebelumnya yang sebesar 0 persen.
Sementara untuk skenario berat, ekonomi domestik
diperkirakan hanya tumbuh 2,3 persen di tahun ini, lebih
rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5 persen.
Proyeksi-proyeksi tersebut bahkan jauh di bawah target
dalam APBN 2020 yang sebesar 5 persen. “Kami perkirakan
pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan

45 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


skenario lebih buruk minus 0,4 persen,” ujar Menteri Keuangan
Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (1/4/2020).
Dia melanjutkan, pandemi COVID-19 mengakibatkan
kegiatan ekonomi menurun, bahkan berpotensi menekan
lembaga keuangan. Hal ini lantaran sejumlah kredit yang
tak bisa dibayarkan oleh masyarakat akibat terdampak virus
corona.
Skenario terburuk bisa terjadi jika pertumbuhan
konsumsi rumah tangga melambat, menjadi 3,2% dalam
skenario berat, hingga 1,6% dalam skenario sangat berat.
Kemudian, pertumbuhan konsumsi pemerintah hanya
tumbuh 6,83% atau 3,73% yang berpotensi meningkatkan
defisit hingga 5,07%. Hal ini diikuti dengan konsumsi
lembaga non-profit yang melayani rumah tangga turun 1,78%
hingga 1,91%. Penyebab lainnya, yakni kinerja investasi yang
kurang positif, hanya tumbuh 1% atau bahkan menurun 4%.
Selanjutnya, ekspor yang menurun tajam 14% hingga 15,6%,
serta impor turun 14,5% hingga 16,65%.
Selain itu, dari sisi nilai tukar rupiah diprediksi mencapai
Rp 20.000 per dolar AS dalam skenario sangat berat.
Sementara skenario berat kurs bisa mencapai Rp 17.500
per dolar AS di tahun ini. Proyeksi tersebut juga lebih tinggi
dari target dalam APBN 2020 yang hanya Rp 14.400 per dolar
AS. Inflasi pun diproyeksi meningkat hingga 5,1 persen di
tahun ini untuk skenario sangat berat dan 3,9 persen untuk
skenario berat. Angka ini juga jauh di atas target sebesar 3,1
persen dalam APBN 2020.
Di bagian perekonomian yang paling terkena dampak
pandemi corona. “Ini karena dari sisi konsumsi mereka tidak
melakukan aktivitas ekonomi,” kata Sri Mulyani.

46 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Tak hanya itu, Sri Mulyani juga menyebut, usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) juga merupakan sektor
yang terpukul. Korporasi juga akan mengalami tekanan dari
sisi rantai pasokan dan perdagangan. Hal ini kemudian akan
merembet ke sektor keuangan.
Karena itu, ia berkomitmen bahwa pemerintah
bersama BI, OJK, dan LPS akan terus bersinergi dalam
mengatasi dampak pandemi corona terhadap perekonomian.

APBN & Pademic Bond : Untung Siapa ?


Menarik membaca pernyataan Fadli Zon – Anggota
DPR RI dari Partai Gerindra bahwa dari tambahan belanja
dan pembiayaan APBN 2020 sebesar Rp 405,1 triliun
untuk penanganan dampak Covid-19, ada empat poin yang
diajukan pemerintah, yaitu (1) kesehatan, (2) social safety
net, (3) insentif perpajakan, dan (4) program pemulihan
ekonomi nasional.
Dari empat poin itu, kalau kita baca penjabarannya,
insentif perpajakan dan program pemulihan ekonomi
nasional besarannya mencapai Rp 220,1 triliun, atau sekitar
54,3 persen dari total tambahan belanja tadi.
Lho, ini kan ini kondisi darurat kesehatan, tapi kenapa
belanja terbesarnya justru dialokasikan sebagai insentif
ekonomi bagi para pengusaha?!
Dari empat poin tambahan belanja dan pembiayaan
yang totalnya Rp 405,1 triliun tadi, terlihat poin terakhir
mengenai pembiayaan dalam rangka mendukung program
pemulihan ekonomi nasional yang nilainya mencapai Rp
150 triliun perlu diawasi secara ketat. Apalagi hasil  paparan
Menkeu, hanya poin tersebut yang tak ada penjelasannya,

47 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


padahal porsinya mencapai 37 persen, tulis Fadli. Kita
masih teringat pada pemberian Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) saat
krisis 1998, justru dana BLBI  itu dibawa kabur ke luar
negeri. Karena itu, harus ada jaminan bahwa insentif untuk
kepentingan perusahaan dan tenaga kerja dalam negeri.
(hajinews.id, 2/2/2020)
Kamrussamad – anggota DPR RI Partai Gerindra
ketika Raker Komisi XI DPR RI dengan Menkeu secara virtual
mempertanyakan : “Kenapa ada skema penyertaan modal ke
BUMN dalam penyaluran paket kebijakan fiskal pandemik
Covid-19 ? Jangan sampai ada hubungan dengan Jiwasraya
dan Asabri serta Bumiputra,” papar alumni Fakultas Teknik
Industri – Universitas Muslim Indonesia (FTI-UMI).
Seperti diberitakan (rmol.com, 8/4/2020) Menteri
Keuangan Sri Mulyani telah menerbitkan surat utang dengan
denominasi dolar saat pandemik Covid-19. Ada tiga jenis
surat utang yang diterbitkan. Total nilai mencapai 4,3 miliar
dolar AS atau setara Rp 68,6 triliiun dengan tenor terpanjang
mencapai 50 tahun.
Ketua Majelis Jaring Aktivis Pro Demokrasi Iwan
Sumule heran dengan langkah Sri Mulyani menerbitkan
surat utang yang diklaim terbesar dalam sejarah RI tersebut.
Sebab, tenor yang lama akan membuat generasi penerus
bangsa (anak-cucu kita) ikut ketiban tanggungannya.
“Seolah adanya Covid-19 jadi kesempatan untuk menu-
tupi bobroknya pengelolahan uang negara. Iya gak sih?”
katanya.

48 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Sebelumnya, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis
Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD), Mukhaer Pakkanna
menilai Pandemic Bond ini sebagai akal-akalan.
Sebab, pemerintah bisa mencari dana itu dengan
menggunakan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp 160
triliun, Dana Abadi Pemerintah, Badan Layanan Umum, dan
anggaran refocussing berdasarkan Peraturan Presiden.
Pemerintah juga bisa mengambil tambahan anggaran
sebesar Rp 89,472 triliun atau 19,2 persen dari anggaran
proyek
pembangunan ibukota baru di Kalimantan. Bahkan,
bisa ditambah lagi dari alokasi anggaran infrastruktur dalam
APBN 2020 sebesar Rp 419,27 triliun.
“Penjumlahan anggaran domestik seperti itu, sudah
cukup besar untuk antisipasi efek wabah Covid-19. Dan,
saya agak yakin, dari sisi kesehatan APBN akan lebih aman
dan defisit anggaran APBN 2020 tidak akan melebihi angka
patokan 3 persen sesuai UU,” kata M.Pakkanna.
Dia menyayangkan pemerintah tidak ambil jalur ini
dan memutuskan mengambil jalur lain dengan menambah
utang luar negeri (ULN). Caranya menerbitkan Pandemic
Bond yang akan disupport oleh lembaga-lembaga keuangan
swasta multinasional, seperti Citigroup, Deutsche Bank,
Golman Sach, HSBC, dan Standar Chartered.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengata-
kan,  pandemic bond ini bisa membantu perekonomian
Indonesia. Salah satunya bisa digunakan dalam bentuk
suntikan negara atau Penyertaan Modal Negara (PMN)
untuk BUMN.

49 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


“Mereka bisa dalam bentuk PMN. PMN itu kita
masukkan dalam neraca dari BUMN yang selama ini dapat
PMN. Bisa cash, non-cash. Itu selama ini dilakukan. Kami
menebitkan ini dalam rangka untuk menjaga pembiayaan
secara aman,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (7/4/2020)
Dia melanjutkan, pandemic bond nantinya bukan
untuk menambal defisit APBN melainkan untuk menjaga
ketahanan ekonomi dan sistem keuangan domestik.
“Pandemic Bond dimasukan salah satu instrumen yang
letaknya below the line.
Artinya dia bukan defisit dari APBN akibat
penerimaan dikurangi belanja, tapi below the line, artinya
resources yang dicadangkan untuk negara dalam rangka
menjaga kemungkinan domino effect yang bisa mengancam
ekonomi dan sistem keuangan kita,” katanya. (ekbis.sindo.
com, 7/4/2020)
Sekedar mengingatkan, tulis WA seorang gurubesar
Moneter & Perbankan Universitas Hasanuddin:
“Semakin berat sepertinya kondisi negara kita, jika
semua otoritas menggantungkan nasibnya dengan
Utang Luar Negeri   (ULN) yg terus membengkak.
Masalahnya, bisa dikatakan tidak ada negara lagi yang
tidak krisis, nah gimana kalo kemudian antara negara-
negara tersebut juga terlilit utang...???. Jadi, luar biasa
– jika ada negara besar bisa jadi sinterklas ditengah
resesi dunia ?”.
Penulis jadi teringat kala mengampuh mk. Ekonomi
Internasional I semester IV tahun 1977/78 program sarjana
muda dan Ekonomi Internasional II semester 6 program
sarjana tahun 1979/80, dosennya berkata ; “Tak ada Bantuan
Luar Negeri (BLN) yang tak menyertakan gejala bawaan.”

50 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Waktu itu, kami menyebut gejala tersebut sebagai virus-
kapitalis yang ganas.

Darurat Solidaritas Orang Superkaya dan Politisi


Kita amat tergugah dan menabur takjub ketika,
menyaksikan berita TV di mana orang-orang kaya di berbagai
negara maju (yang terlanda pandemi corona) menjejerkan
bahan sandang-pangan berlimpah-ruah di sepanjang jalan dan
trotoar  agar masyarakat bisa mengambilnya secara leluasa.
Di negeri kita bahkan di lingkungan terdekat kita,
kelompok alumni, majelis taklim, jamaah mesjid, jamah
gereja dan kelompok keagamaan lainnya, institusi perguruan
tinggi, instansi pemerintah, kaum muda (mahasiswa dan
pelajar), dan lainnya. Kita berbangga dan merasa masih
memiliki ‘kebahagiaan tersisa’, bahwa solidaritas sosial-
kegotong-royongan rakyat sebagai buktinyata partisipasi
yang tulus dalam kebersamaan. Merasa tak terusik oleh
hirukpikuk Pilkada serentak.
Prinsipnya, kita sepakat dunia usaha perlu diberi
insentif di tengah krisis. Namun, bila kita lihat Perppu
No.1/2020, misalnya, tidak melakukan apapun bagi wajib pajak
kaya perorangan. Padahal, inilah momentnya Pemerintah
menggalang solidaritas golongan superkaya di Indonesia.
Jangan hanya orang-orang miskin dan menengah ke
bawah saja yang diharapkan solidaritasnya. Orang-orang
superkaya di Indonesia, telah [dan akan] dimanjakan oleh
berbagai peraturan yang memihaknya.
Orang-orang superkaya dan tokoh-tokoh partai
politik seperti melakukan “isolasi mandiri” lebih awal tanpa
menunggu instruksi pemerintah.

51 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Untuk menjaga hati rakyat, sebaiknya Pemerintah
segera tarik Omnibus Law Cipta Kerja, batalkan agenda
pemindahan ibukota, termasuk proyek - proyek infrastruktur
yang tak mendesak. Gunakan anggaran tersebut untuk
penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi rakyat.
Sebab, di dalam Perppu tertuang bukannya memotong
anggaran infrastruktur dan pemindahan ibukota serta
memotong dana abadi pendidikan.
Presiden RI periode 2004-2014, Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) menyatakan wabah corona (Covid-19)
yang tengah melanda Indonesia dan juga dunia merupakan
suatu ujian berat bagi semuanya. Khusus bagi pemerintah,
sedang diuji apakah  secara moral memiliki empati yang
tinggi terhadap rakyatnya.(hajinews.id, 8/04/2020)
Kita beri apresiasi yang tinggi terhadap kebijakan
Pemerintah seperti pemotongan tagihan listrik, atau
penundaan tagihan kredit, memberi sembako, bantuan
tunai dan sebagainya. Semoga realisasinya merata dan sesuai
dengan harapan rakyat.
Kita amat menghormati dan memberi penghargaan
yang tinggi kepada para tenaga medis dan paramedis
yang berada di garda terdepan memerangi virus corona
(Covid-19), para aparat keamanan yang menenteramkan
masyarakat agar patuh mengikuti aturan pemerintah.
Kita berbangga, bahwa solidaritas sosial – kegotong-
royongan rakyat hadir lebih awal dari penangangan
pemerintah, sebagai buktinyata partisipasi yang tulus dalam
kebersamaan.
Ada pesan-pendek dari WA Nurarifah – dosen muda
Departemen Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit

52 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


(MARS) FKM-Unhas, ditulis seusai membaca sebuah journal
internasional bereputasi :
“We find that cities that intervened earlier and more
aggressively do not perform worse and, if anything,
grow faster after the pandemic is over.”
(Kami menemukan bahwa kota-kota yang melakukan
intervensi lebih awal dan lebih agresif tidak berkinerja
lebih buruk dan, jika ada, tumbuh lebih cepat setelah
pandemi berakhir).

#JANGAN LUPA, BAHAGIA !

#pertapaan Bukit Baruga, 08/04/2020

53 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


9
Menelusuri
Status Ekonomi
Pasien Covid-19

Amran Razak

Sebuah lembaga independen berkelas dunia,


di bawah koordinasi PBB mengungkapkan data bahwa
kebanyakan pasien covid-19 dari kalangan kaya.
Lembaga World Food Programme (WFP) mencatat
bahwa berdasarkan data masyarakat terinfeksi virus corona
di seluruh dunia, terdapat klasifikasi pasien Covid-19
berdasarkan empat kelas pendapatan yang berbeda diukur
dari pendapatan suatu negara. Klasifikasi itu terdiri atas
kelas atas (high income), kelas menengah atas (upper middle
income), kelas menengah bawah (lower middle income), dan
kelas bawah (low income).
Data yang dihimpun WFP hingga Selasa (19/4/2020)
pukul 23:59, menunjukkan bahwa pasien Covid-19 banyak
yang berasal dari masyarakat di negara dengan pendapatan
kelas atas dan kelas menengah atas. Berdasarkan data kasus

54 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


terkonfirmasi, lembaga ini mencatat sebanyak 1.902.782
pasien berasal dari negara dengan masyarakat pendapatan
kelas atas, dengan tingkat kematian sebanyak 143.896 jiwa.
Berikutnya, sebanyak 436.841 pasien merupakan dari negara
yang memiliki masyarakat pendapatan kelas menengah atas
dengan tingkat kematian sebanyak 18.279 jiwa . Kemudian,
sebanyak 65.823 pasien merupakan negara dengan
masyarakat pendapatan kelas menengah bawah dengan
tingkat kematian 3.667 jiwa. Terakhir, tercatat 4.687 pasien
merupakan negara dengan masyarakat pendapatan kelas
bawah dengan tingkat kematian 174 jiwa.
Klasifikasi WFP merujuk pada pembagian pendapatan
negara berdasarkan tahun fiskal 2020 oleh Bank Dunia
atau World Bank. Bank Dunia melakukan penghitungan
menggunakan metode Atlas Bank Dunia. Kelas bawah
didefinisikan sebagai negara yang memiliki Pendapatan
Nasional Bruto (PNB) per kapita sebesar atau kurang dari
1,025 dollar Amerika Serikat pada 2018. Kelas menengah
bawah adalah negara yang memiliki PNB per kapita antara
1,026 dollar AS dan 3,995 dollar AS.

Covid-19 statistics by income group

Confirmed
Deaths
cases
High income 1,902,782 143,896
Upper middle income 436,841 18,279
Lower middle income 65,823 2,667
Low income 4,687 174

Sources : hungermap.wfp.org (19 April 2020;:23:59)

55 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Lantas, kelas menengah atas adalah negara yang
memiliki PNB per kapita antara 3.996 dollar AS dan 12.375
dollar AS. Selanjutnya, kelas atas adalah negara yang memiliki
PNB per kapita sebesar 12.376 dollar AS atau lebih.

***

Di Australia, terjadi fenomena aneh di mana virus


ini lebih banyak menulari orang-orang kaya di Australia.
Serambinews.com mengutip Daily Mail pada Jumat
(27/3/2020) beberapa kompleks orang-orang kaya di
Australia adalah zona merah di mana wabah ini berkembang.
Hal ini terasa mengejutkan lantaran wabah ini tidak
pandang bulu dalam menginfeksi penderitanya.
Menurut penelusuran, ada laporan bahwa kebiasaan
hidup orang-orang berduit di Australia diduga menjadi
pemicunya.
Hingga Jumat (27/3) tercatat 93 dari 520 kasus Victoria
yang dikonfirmasi berada di daerah elit Stonnington dan
Semenanjung Mornington. Pinggirian kota Toorak dan Yarra
Selatan yang subur berada di Stonnington.
Menurut keterangan, hal itu dipicu dari kebiasaan
orang kaya Australia yang melakukan liburan dan perjalanan
mewah dengan kapal pesiar.
Virus itu diduga menyebar di lingkungan orang kaya
setelah dibawa kembali dari pejalanan ski di Aspen.
Otoritas kesehatan Victoria memantau kluster
perjalanan orang-orang yang melakukan ski di Colorado
diyakini berasal dari satu kelompok.

56 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Ditengarai bahwa salah seorang dari kelompok itu
telah berkeliling dunia, sebelum mengunjungi Aspen dan
menyebar-kan virus. Puluhan infeksi diyakini berasal dari
satu kelompok tersebut.
Seorang pria yang berinteraksi peserta ski Aspen kini
berjuang untuk hidupnya di rumah sakit Melbourne.
Di antara mereka yang terisolasi setelah mengunjungi
Aspen adalah ketua Flexigroup Andre Abercrombie yang
telah pulih setelah dites negatif.
Kemudian, salah satu peserta ski di Aspen menularkan
virus itu setelah menghadiri pesta ulang tahun ke-50 tokoh
properti Glen Wright yang juga dihadiri orang-orang kaya.
Pesta mewah yang diadakan di restoran Sails di Noosa
menjadi kluster penyebaran virus corona. Setidaknya 30
orang kaya dalam pesta itu terinfeksi virus corona.
Sementara pria lain yang kini memakai ventilator,
terindikasi terkena virus karena menghadiri pesta koktail di
Toorak.
Mantan bendahara Partai Liberal negara bagian yang
dianggap sebagai orang terkaya ke-187 di Australia,  juga
terinfeksi virus corona.
Pengusaha Sophie Carnegie dan koleganya Michael
Backwell juga berada di satu grup kelompok ski di Aspen.
Data pantauan Departemen Kesehatan NSW
menunjukkan lebih dari 20 penerbangan internasional
dalam satu bulan, orang-orang yang terinfeksi kebanyakan
dari kelas pertama. Kelas ini adalah kelas di mana seringkali
diisi oleh orang-orang yang berduit.

***

57 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Kasus pertama pasien tertular virus corona yang terjadi
di Indonesia menimpa dua warga Depok, Jawa Barat. Hal
ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo di Istana
Kepresidenan, Jakarta, (2/3/2020).
Bermula dari seorang ibu dan anak, tertular WN
Jepang. Menurut Presiden Jokowi, dua WNI itu merupakan
seorang ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun). Keduanya
diduga tertular virus corona karena kontak dengan warga
negara Jepang yang datang ke Indonesia. Warga Jepang itu
terdeteksi positif Corona setelah meninggalkan Indonesia
dan tiba di Malaysia. Tim Kemenkes pun melakukan
penelusuran dengan siapa WN Jepang itu melakukan kontak
selama di Indonesia.
“Orang Jepang ke Indonesia bertamu siapa, ditelusuri
dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona
berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya
31 tahun,” kata Jokowi.
Kementerian Kesehatan menduga sang anak tertular
corona saat berdansa dengan warga negara Jepang di sebuah
klub di Jakarta pada 14 Februari lalu. Sesdirjen Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto
menyebut, total ada 50 orang yang berdansa di acara itu.
“Setelah selesai dansa kurang lebih 50 orang, dan itu
multinasional, maka tanggal 16 Februari si wanita mengeluh
batuk dan agak panas, kemudian berobat ke dokter,” kata
Yuri di Istana Kepresidenan, Jakarta, (02/03/2020). Yuri pun
memastikan Kemenkes berupaya untuk melakukan tracking
kepada semua orang yang ikut berdansa pada acara itu.
“Kami tracking kelompok dansanya karena nationality-nya
banyak warga beberapa negara, sedang kita tracking dengan
pemeriksaan lebih lanjut,” kata dia.

58 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Seketika kita teringat kelakar Presiden Jokowi, beberapa
Menteri Koordinator dan sejumlah Menteri lainnya bahwa
wabah virus corona malas menyebar di Indonesia, tidak
berbahaya, istilah zaman doeloe : “Belanda masih Jauh” !!
-- kini virus corona mulai menampakkan dirinya, menyebar
dan merisaukan.
Kita pun terkejut ketika membaca berita dan
menyaksi-kan di berbagai siaran TV nasional yang
memberitakan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumarno
dinyatakan positif covid-19. Kemudian beberapa Dirjen
Kementerian, sejumlah Walikota/Wakil walikota, Bupati
dan pejabat daerah lainnya ternyata positif covid-19. Bahkan
ada di antara mereka dikabarkan meninggal dunia akibat
positif covid-19.
Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan dan
Pemukiman DKI Jakarta Suharti mengatakan kasus pasien
positif terinfeksi Virus Corona banyak terjadi di pemukiman
tidak kumuh alias orang kaya.
“Kami temukan untuk saat ini, mudah-mudahan
tidak terjadi sebaliknya, bahwa masih banyak terjadi di
permukiman yang bukan permukiman kumuh,” ujar
Suharti di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (Indopolitika.
com,12/3/2020).
Dari 24 tenaga medis yang meninggal dunia dalam
menangani pasien covid-19, ternyata ada 2 guru besar yang
merupakan dosen penulis saat menempuh program magister
kesehatan masyarakat di Universitas Indonesia.
Di Kota Makassar sebagai epicentrum penyebaran
virus Corona di Sulawesi Selatan dan kawasan Indonesia

59 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Timur, kita dikejutkan dengan ditemukannya seorang pasien
terkonfirmasi positif corona, seusai pulang umroh.
Dikabarkan pula, seorang mantan dosen FMIPA
Unhas dan anggota DPRD Sulawesi Selatan selama 2
periode meninggal positif covid-19. Di pekuburan Gowa,
telah dikebumikan antara lain seorang staf pegawai Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Selatan dan Bupati
Morowali Utara akibat positif virus corona.
Setelah cukup lama dirawat rumah sakit, seorang
petugas medis juga meninggal akibat terinfeksi virus corona.
Sebelumnya, mantan Rektor Unhas 2 periode lalu,
setelah memeriksakan dirinya ternyata positif virus corona.
Begitu pula, seorang Direktur Pendidikan Unhas dan dosen
Departemen Epidemiologi FKM-Unhas juga terinfeksi virus
corona. Bahkan Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan
yang menangani gugus covid-19 lebih awal positif covid-19.
Gubernur Sulawesi Selatan ‘menganjurkan’nya untuk isolasi
mandiri.

Bisa Menular ke Pemukiman Kumuh


Suharti selaku Deputi Bidang Pengendalian Kependu-
dukan dan Pemukiman DKI Jakarta mengatakan Pemprov
DKI Jakarta ingin mencegah penularan virus Corona
agar tidak meluas. Pemprov DKI tidak ingin virus Corona
menyebar ke permukiman padat penduduk dan kumuh.
“Akan lebih bahaya kalau masuk ke wilayah padat
penduduk karena sirkulasi udara yang tidak bagus, penduduk
dalam kondisi rumah yang tidak baik, tidak punya fasilitas
di rumah untuk melakukan melakukan self  karantina, dan
sebagainya,” kata Suharti.

60 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Suharti menambahkan, sebaran virus corona saat ini
terjadi di Depok, Jawa Barat, dan Kemang, Jakarta Selatan.
Karena itu, Pemprov DKI Jakarta menetapkan jalur KRL
commuterline  rute Bogor-Depok-Jakarta Kota sebagai area
berisiko tinggi penyebaran virus corona.
Belum lagi, budaya mudik jelang puasa dan lebaran
dengan pemudik jutaan orang, dinilai akan membawa virus
corona terutama dari pemudi kota berlabel-zona merah
seperti Jakarta.
Desakan lockdown sejumlah perguruan tinggi ternama
dan keinginan sejumlah gubernur berpenduduk besar,
sepertinya tak tertiup ‘angin segar’ dari pemerintah pusat.

61 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Karantina wilayah pun, dianggap kewenangan pusat. Tak
ingin didesak pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota,
pemerintah pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).
Di Kota Makassar yang semula menerapkan peraturan
Pembatasan Sosial Berskala Kecil (PSBK), ternyata
‘kelabakan’ menghadapi perilaku warganya. Karenanya,
Pemkot Makassar mengusulkan penerapan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat.
Penerapan PSBB akan menambah ‘kerumitan’ bila
kondisi ekononi masyarakat tidak stabil karena berdampak
pada merumahkan karyawan, pemutusan hubungan kerja
(PHK), pengangguran, ketersediaan stock sandang-pangan,
dan melemahnya perekonomian lokal dan nasional.
Kita wajib mengapresiasi tinggi atas perjuangan dan
kerja keras pemerintah, tenaga medis dan paramedis, polisi,
TNI serta seluruh dermawan dan relawan yang mengabdikan
diri di basis terdepan melawan virus corona.
Semoga berhasil !

#pertapaan Bukit Baruga, 8/04/2020.


Diedit 20/04/2020

62 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


10
Presiden Bagi Sembako,
Melawan Keganasan
Covid-19

Chazali H. Situmorang

Kamis, 9 April 2020  sepulang kerja Presiden Jokowi


dari Istana, menuju arah Kemayoran, di beberapa titik
memberikan 400 bingkisan sembako kepada pengemudi
Ojol, yang esok harinya dengan  diberlakukannya PSBB di
DKI Jakarta, mereka tidak boleh lagi membawa penumpang,
karena terkait dengan PSBB yang sudah harus dilaksanakan
dengan tertib, tegas dan penegakan hukum berlaku mulai  10
April 2020.
Presiden Jokowi seolah memberi isyarat kepada para
pengemudi Ojol, tidak perlu khawatir jika tidak dibolehkan
membawa penumpang tetapi boleh membawa barang.

63 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Gambar: Pembagian Sembako oleh Presiden Jokowi
(Warta Ekonomi.co.id, 13 April 2020)

Pemerintah sudah menyediakan berbagai paket


cafetaria bansos, dalam bantuk BLT, bantuan sembako, PKH,
kartu pra kerja, dan pembebasan serta keringanan listrik
yang voltasenya rendah 450 VA dan 900 VA, untuk selama
3 bulan.
Di media elektronik disiarkan berulang-ulang paket
bantuan sosial Presiden tersebut, dan kemarin itu mungkin
dimaksudkan sebagai  launching  bansos di maksud, untuk
wilayah yang menerapkan PSBB dengan penegakan hukum.
Mungkin saja   Presiden Jokowi tidak puas hanya
disiarkan di media elektronik ataupun di media cetak, perlu
dalam bentuk aksi konkrit di lapangan. Kebiasaan lama
kambuh lagi, sebagaimana sering dilakukan pada masa
kampanye Pilpres yang lalu.
Harapan Presiden, para pengemudi Ojol akan gembira
dan senang hati. Presiden tidak omdo (omong doank), tapi

64 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


konkrit langsung diberikan dari mobil sedan Presiden RI,   RI
1. Mungkin tidak ada dari semua negara yang kena Pandemi,
Kepala Negaranya melakukan hal yang sama seperti Presiden
RI, Joko Widodo.
Para pengamat, politisi, analisis kebijakan publik,
boleh memberikan pendapat dan analisisnya, mulai dari yang
memuji sampai yang memprotes, tetapi disitulah kelebihan
Presiden kita ini. Orang tidak memikirkan seperti itu yang
dilakukan Presiden, bagi Pak Jokowi itu hal biasa. Ingat
langkah beliau melakukan blusukan yang menjadi  trending
topic cukup lama di media sosial.
Mungkin saja Presiden memberi pesan kepada para
menteri-menterinya. Lakukanlah yang sama. Pak Mensos
ajak itu para Gubernur, Bupati, Walikota untuk mengantar
bansos kerumah-rumah mereka yang terkena dampak wabah
Covid-19, miskin dan tidak mampu.  Jadikan itu gerakan
masif para pejabat negara di pusat dan daerah, gunakan
peralatan APD yang memadai.
Penerawangan saya, ada pesan khusus juga untuk
Mendiknas Nadiem Makariem agar memperhatikan para
pengemudi Ojol Go Jek, yang sudah bertahun-tahun
memberikan keuntungan berlipat ganda ke kantong
perusahaan Nadiem. “Mas Nadiem ya mbok melakukan hal
yang sama dengan yang Presiden  lakukan”.
Bagi Nadiem mungkin caranya bisa berbeda, yaitu
mengeluarkan CSR nya. Kalau selama ini, pihak perusahaan
(aplikator) mendapatkan 20% dari ongkos Ojek yang
diperoleh dari penumpang. Karena tidak ada lagi menumpang
maka untuk selama 14 hari diberlakukannya PSBB di Jakarta,
perusahaan Nadiem diharapkan   mengisi uang di  virtual

65 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


account  masing-masing pengemudi, misalnya Rp. 600 ribu
untuk 2 minggu.
Dengan syarat tetap di rumah, kecuali ada penugasan
mengantar barang. Kekurangan kebutuhan sehari-hari
misalnya sembako dapat diperoleh dari Pemda DKI dan
Kemensos, sebagai masyarakat yang terdampak Covid-19. 
Dengan   cara ini, pasti lebih tertib dan membangun spirit
solidaritas antara pengemudi dengan mitranya yaitu
perusahaan aplikasi Go Jek.
Demikian juga Menaker, dengan contoh Pak Jokowi
turun langsung ke jalanan, tanpa takut resiko ancaman teroris
(kalau ada), maupun gerombolan Covid-19,  harus berpikir
keras lagi peran apa yang dapat dilakukan dalam situasi
banyaknya terjadi PHK, seperti Swalayan Ramayana di Depok
baru-baru ini, sampai ada yang menangis histeris, mengajak
menyelesaikannya dengan mitra Menaker yaitu Apindo.
Ajak bicara perusahaan kakap pemilik swalayan dan
atau lainnya. Jelaskan dari hati-kehati, untuk memberikan
gaji atau upah penuh untuk 3 bulan kedepan. Supaya tidak
terlalu berat beban perusahaan, mungkin  sharing  dengan
pemerintah dalam bentuk kompensasi keringanan pajak,
atau pemberian subsidi atau apapun namanya, sehingga para
pekerja itu tenang dan betah  dirumah melaksanakan PSBB.
Saya pikir stimulus Rp. 150 triliun untuk ekonomi nasional,
bentuknya antara lain seperti ini.
Kalau perusahaan bangkit kembali, karena pandemi
telah usai, mereka dapat  dipanggil masuk kerja lagi.
Pengamatan saya, yang tanggap atas bahasa isyarat
Presiden Jokowi mungkin Mas Erick Tohir, Menteri BUMN.
Dengan sigap  merubah Wisma Atelit menjadi rumah sakit

66 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Covid-19 dengan 3000 tempat tidur. Dan saat ini sudah
rampung menjadikan RS Pertamina sebagai RS rujukan
pasien Covid-19.
Belum lagi memobilisasi bantuan APD, masker,
ventilator,  rapid test, PCR  dan keperluan medis lainnya
bersama dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
dengan dukungan pesawat   Hercules TNI-AU sampai ke
negeri China.
Menteri lainnya maaf agak gagap dan gugup. Ada
yang pada mulanya menganggap remeh, bahan lelucon,
dan bahkan dengan sangat meyakinkan mengatakan pada
masyarakat, tidak perlu takut Covid-19, akan sembuh
sendiri. Yang sembuh ya sembuh, yang mati ya sudah ajalnya
tiba. Masker untuk yang sakit, yang sehat tidak perlu. Masker
mahal, siapa suruh beli. Pernyataan-pernyataan itu semua
ada jejak digitalnya. Rakyat juga sudah mencatatnya  dalam
memorinya yang paling dalam. Kelak akan dijadikan cerita
dongeng untuk cucunya menjelang tidur, atas berbagai
kekonyolan tersebut.
Oh ya, ada menteri yang menjaga perlindungan dirinya
karena melakukan kebijakan keuangan dengan membuat
Perppu. Dibuat relaksasi defisit sangat lebar diatas 3% dari
PDB sampai tidak disebut berapa maksimum. Selama 3 tahun.
Kebal dari tuntutan pidana maupun perdata. Dan tidak dapat
dituntut di pengadilan tata usaha negara. Bahkan ada keinginan
melakukan pinjaman luar negeri berjangka 50 tahun.
Ada menteri yang menjaga gawang pekerjaannya
dengan sangat baik. Pokoknya investasi harus jalan
terus. Tenaga kerja asing yang sudah ditargetkan bekerja
pada   perusahaan asing   raksasa di Indonesia, tidak perlu

67 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


terganggu. Apakah akan membawa virus corona, itu persoalan
lain.  Pembangunan Ibu Kota Negara yang baru  harus terus
jalan, tidak boleh terganggu, karena itu legacy.
Ya ... legacy pemerintah saat ini. Bappenas dan Menkeu
mengalokasikan dana APBN, disamping disediakan dari
konglomerat blasteran.
Bagaimana dengan DPR?. Lebih seru lagi. Yang
dipikirkan dan dikerjakan mereka rapat paripurna
membahas  Omnibus Law  Cipta Lapangan Kerja yang
mengundang pro dan kontra di masyarakat untuk masuk
dalam agenda yang akan dibahas secepatnya. Di tengah
serbuan infeksi Covid-19 yang angka
kesakitannya minggu-minggu ini meningkat tajam,
dengan  Case Fatality Rate (CFR) sekitar 9% dari terinfeksi
yang terkonfirmasi. Saat ini kita tunggu bagaimana sikap
DPR dalam membahas Perppu Nomor 1/2020,  untuk
melihat secara jeli  apakah ada jebakan batman dalam
substansi Perppu yang akan menyulitkan pemerintahan dan
masyarakat Indonesia dikemudian hari.
Persoalan virus corona, tidak perlu dipikirkan. Nanti
saat musim panas tiba bulan ini dan bulan depan, pada
bermatian itu virus corona. Mudah-mudahan tidak seperti
itu jalan pikiran mereka.
Presiden Jokowi memberikan sembako di jalanan, juga
merupakan sinyal  khusus kepada para Gubernur, Bupati dan
Walikota, segera ajukan PSBB jangan ragu-ragu. Persiapkan
kebutuhan dasar rakyat mu, ngak perlu khawatir pemerintah
pusat akan  membantu sembako. Nih contoh saya tunjukkan
di DKI Jakarta yang Gubernurnya begitu sigap dan cekatan
menjalankan PSBB dengan penegakan hukum.

68 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Gubernur Jawa Tengah dan Jawa Timur, tunjukkan
wibawamu pada Bupati dan Walikota. Kalau uang tidak
cukup minta ke pusat, ada Rp. 110 triliun dialokasikan untuk
perlindungan sosial.
Daerah diberikan kelonggaran untuk revisi APBD
dalam upaya menangani Covid-19. Sepanjang niat baik,
dan sesuai dengan peraturan perundang – undangan KPK
maklum dan dapat
memahami. Apalagi jika pengendalian wabah
Covid-19, dapat dilakukan. Kurva puncak akan segera
terhenti, dan menuju arah datar dan kemudian landai dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Siapa saja 4  pilar itu.
Pertama,  adalah semua tenaga medis, para medis,
relawan medis  bahu membahu mengatasi pasien yang
terinfeksi Covid-19, dengan diberikan APD yang memadai.
Kedua, adalah para penyelenggara negara dan
birokrat pusat dan daerah, bahu membahu memfokuskan
(refocussing)  arah pekerjaannya untuk melakukan berbagai
advokasi, sosialisasi, pada seluruh seluruh  masyarakat
untuk melaksanakan protokol kesehatan menurut WHO
(cuci tangan, pakai masker), melaksanakan PSBB, dan
memberikan bansos secara masif dan merata bagi mereka
orang miskin,  dan menjadi miskin karena terdampak wabah
Covid-19.
Ketiga, Kelompok Masyarakat, LSM, kelompok-
kelompok peduli, bersama dengan penyelenggara negara dan
birokrat,  pihak TNI dan Polri bahu membahu melakukan
sosialisasi, dan pengawasan agar melaksanakan PSBB dengan
tertib dan bertanggungjawab.

69 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Keempat, adalah Polisi dan tentara, menjaga keamanan,
menjaga ketertiban, menegakkan hukum, bagi mereka yang
melanggar ketentuan pada PSBB, dengan 8 pengecualian
yang sudah digariskan dalam Permenkes Nomor 9/2020 dan
Pergub terkait.
Presiden Jokowi sudah menjalankan apa yang sering
dikatakan Ustadz kondang A Agym. untuk berbuat baik itu,
mulailah  dari diri sendiri, dari yang kecil-kecil dan dimulai
sekarang. Tetapi para Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota
jangan melakukan pembagian sembako di tengah jalan, akan
memacetkan lalu lintas dan menimbulkan kerumunan masa
yang akan berpotensi terjadinya penularan  virus corona.
Cukup Pak Jokowi karena beliau seorang Presiden.

Cibubur, 11 April 2020

70 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


11
Peraturan Pemerintah
Amanat UU 6/2018,
Yang Belum Lengkap
Diterbitkan
Chazali H.Situmorang

Dalam kesempatan mengajar mata kuliah


Implementasi Kebijakan Publik kepada mahasiswa, dalam
menjelaskan peraturan perundang-undangan sebagai salah
satu produk kebijakan publik, saya sering meng-ilustrasikan
dengan kehidupan nyata disekeliling kita.
Dengan demikian, dirasakan bahwa berbagai
kebijakan pemerintah yang merupakan kebijakan publik,
sangat dibutuhkan untuk mengatur kehidupan masyarakat
di ruang publik. Maka itu prinsip kemanusiaan, keadilan,
persamaan hak, dan non diskriminatif sering dijadikan
asas setiap produk peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan.

71 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Demikian juga dengan ilustrasi jika kita umpamakan
UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan,
adalah seorang ibu yang hamil dan hasil USG, kembar lima.
Artinya kelima bayi tersebut punya hak yang sama untuk
lahir kedunia jika sudah waktunya. Tinggal disesuaikan
dengan urutan pertama, kedua  dan seterusnya.
Dalam suatu UU, sebagai suatu produk hukum, dalam
rangka pemerintah melaksanakan fungsi pelayanan publik,
jika tidak mungkin terlalu detail diatur, maka pada norma
hukumnya ada sering disebutkan diatur lebih lanjut dengan
PP, Perpres bahkan Peraturan Menteri yang mendapatkan
mandat untuk melaksanakan UU dimaksud.
Oleh karena itu, seperti bayi dalam kandungan tadi,
apalagi bayi kembar, sangat langka atau terasa aneh jika bayi
kembar  hanya satu bayi yang lahir, sisanya (kembarannya)
masih di dalam rahim, dan tidak jelas kapan akan lahir. Kita
tidak bisa membayangkan apa yang terjadi?.
Kontruksi seperti itulah yang terjadi dalam melahirkan
PP sebagaimana di amanatkan dalam UU Nomor 6 tahun
2018. UU itu jelas dalam normanya mengharuskan ada 5 PP
yang dihasilkan sebagai bentuk penjabaran dari substansi
UU yang tercantum dalam pasal terkait.
Kelima PP dimaksud, ada pada Pasal 10, 11, 14, 48,
dan pasal 60. Tetapi saat ini pemerintah baru menerbitkan
PP terkait dengan Kriteria dan Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (pasal 60).
Itupun, tidak keseluruhan norma pasal 60 yang
dijadikan PP. Dari dua dimensi kedaruratan  yaitu Karantina
(rumah, wilayah dan rumah sakit), serta PSBB, hanya PSBB
yang diterbitkan PP nya, sedangkan perintahnya adalah

72 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


satu kesatuan yaitu Karantina dan PSBB.  Disini sudah ada
kerancuan dalam implementasi kebijakan publik, dalam
bentuk produk hukum yang tidak utuh dan konsisten.
Dengan kata lain, dalam pasal 60, tidak ada ketentuan
untuk memisahkan PSBB sebagai produk PP tersendiri, yang
dipisahkan dengan Karantina.
Mari kita cermati bunyi pasal 60:  Ketentuan lebih
lanjut mengenai kriteria dan pelaksanaan Karantina Rumah,
Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, dan Pembatasan
Sosial Berskala Besar diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kalau kita  lihat dipenjelasan, tertulis cukup   jelas,
tidak ada lagi penjelasan khusus.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa substansi PP 21/2020,
merujuk pada pasal 60 UU 6/2018. Karena di dalam pasal PP
tersebut, menguraikan tentang kriteria dan penyelenggaraan
PSBB (tidak termasuk karantina).  Dan PP tersebut sudah
spesifik menyebutkan jenis wabah (covid-19), sehingga PP
itu hanya berlaku sepanjang terkait wabah covid-19. Setelah
pandemi berakhir, maka PP itu tidak bisa digunakan lagi. Hal
tersebut tentu tidak sesuai dengan maksud diterbitkannya PP.
PP  yang merujuk pasal 60 itu, seharusnya dapat digunakan
kapan saja sepanjang terjadinya keadaan kekarantinaan
kesehatan.
Patut diduga, tidak dimasukkannya  kriteria dan
pelaksanaan Karantina (rumah, wilayah dan rumah
sakit),  dalam PP 21/2020, untuk menghindari upaya ke arah
Karantina Wilayah yang sejak awal pemerintah berusaha
untuk menghindarinya.
Sebetulnya pemerintah tidak perlu phobia jika dibuat
kriteria dan pelaksanaan Karantina disamping PSBB.

73 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Pengaturan tersebut bisa saja diperlukan jika ternyata PSBB
tidak berjalan efektif, dan korban jiwa semakin bertambah
banyak, dan kita kehilangan waktu untuk menetapkan
Karantina Wilayah karena menunggu PP yang harus dibuat.
Sebaiknya pemerintah membuat PP komprehensif
sesuai amanat pasal 60, dengan judul PP yang mengatur
kriteria dan pelaksanaan Karantina dan PSBB untuk segala
keadaan tertentu dalam Kekarantinaan Kesehatan.

Korelasi PP 21/2020 dengan keempat PP lainnya


Mari kita simak terlebih dahulu Keppres Nomor 11/
2020  tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
covid-19. Apakah Perpres dimaksud sebagai tindak lanjut
dari PP 21/2020, ternyata tidak, karena tidak tercantum dalam
konsideran Perpres tersebut. Memang dasar mengingatnya
ada merujuk UU Nomor 6/2018, tetapi tidak menyebut pasal
berapa.
Jika mengacu pada pasal 10 UU 6/2018,
untuk   menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
(covid-19), harus diatur terlebih dahulu dengan peraturan
pemerintah (PP).  Dan PP itu ternyata tidak ada. Langsung
saja menerbitkan Keppres Nomor 11/2020 tersebut.
Bunyi pasal 10 itu sangat jelas dan tidak multi tafsir: (1)
Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat. (2) Pemerintah Pusat menetapkan dan
mencabut penetapan Pintu Masuk dan/atau wilayah di dalam
negeri yang Terjangkit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
(3) Sebelum menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
Pemerintah Pusat terlebih dahulu menetapkan jenis penyakit
dan faktor risiko yang dapat menimbulkan Kedaruratan

74 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Kesehatan Masyarakat. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan pemerintah.
Ternyata sampai hari ini, pemerintah belum
menerbitkan PP sebagai amanat pasal 10 itu.
Demikian juga halnya, dalam upaya penanggulangan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,  sesuai dengan pasal 11 
diatur dengan PP. Ternyata PP nya juga belum ada.   Untuk
diketahui bunyi pasal 11 adalah:  (1) Penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan pada Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara
cepat dan tepat berdasarkan besarnya ancaman, efektivitas,
dukungan sumber daya, dan teknik operasional dengan
mempertimbangkan kedaulatan negara, keamanan, ekonomi,
sosial, dan budaya. (2) Penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berkoordinasi dan bekerja sama dengan dunia internasional. (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagaimana Keppres 11/2020 dapat dijalankan secara
maksimal, disamping sangat singkat, pada keputusan
diktum kedua berbunyi: menetapkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat covid-19, di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.  Ternyata belum   didukung   payung hukum
diatasnya yaitu PP yang mengatur mengenai penanggulangan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dimaksud.
Demikian juga halnya Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang sudah pandemi (covid-19) tidak tertutup
pemerintah menetapakn Karantina Wilayah di pintu Masuk. 
Untuk itu, harus diatur tata cara pelaksanaan dengan PP.

75 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Ternyata pemerintah tidak membuat PP dimaksud. Sebagai
suatu alternatif pilihan yang paling sulit seharusnya PP itu
sudah ada, sebagai bentuk kesungguhan dan kepedulian
kita dengan dunia internasional dan keselamatan manusia
Indonesia.
Hal tersebut jelas dicantumkan pada pasal 14 sebagai
berikut: (1) Dalam keadaan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang meresahkan dunia, pemerintah pusat
dapat menetapkan Karantina Wilayah di pintu Masuk. (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
Karantina Wilayah di pintu Masuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagaimana dengan sanksi administratif bagi pembawa
tiga moda transportasi laut, udara dan darat yang melanggar
ketentuan yasng tercantum dalam pasal-pasal terkait, akan
mendapatkan sanksi administratif. Dan tata cara pengenaan
sanksi administratif dimaksud diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Tercantum dalam pasal 48 UU 6/2018. Dan
juga sampai saat ini PP terkait Tata cara pengenaan sanksi
administrasi belum diterbitkan.

Kesimpulan
Supaya aturan hukum dalam rangka melaksanakan
kebijakan publik, dapat berjalan dengan efektif, efisien,
konsisten, dan memberikan hasil yang maksimal sebagaimana
tujuan dibuatnya  suatu perundang-undangan, maka dihindari
membuat aturan pelaksanaan yang tambal sulam.
Leletnya pemerintah dalam hal ini Kementerian yang
dimaksudkan dalam pasal 1 poin 35  UU 6/2018, dalam
menyiapkan draft 5 PP, yang bisa di  blended  menjadi 1 PP

76 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dengan substansi meliputi norma pasal 10,11,14, 48 dan 60,
menggambarkan “buram”nya wajah birokrasi pemerintahan
saat ini.
Sepertinya birokrasi pemerintah model zaman “now”
tidak terbiasa lagi bekerja dibawah tekanan,  emergency,
kecepatan, ketepatan, kepedulian, dan dengan keikhlasan
dan kejernihan berfikir.   Rasa tanggung jawab yang tinggi,
dan bayangan resiko pada masyarakat yang terdampak dari
kecerobohan, kelalaian, dan kepongahan penyelenggara
negara telah menipis
dalam batin mereka. Tolong diingat, pemerintah
sudah memberikan tunjangan kinerja yang signifikan untuk
kesejahteraan para birokrat.
Produk-produk hukum sebagai suatu kebijakan
pemerintah yang diuraikan di atas merupakan suatu fakta
yanbg tidak bisa diabaikan. Kondisi tersebut masih terus
berlangsung, dengan terbitnya Permenkes No.9/2020, yang
tidak menggambarkan suasana Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (sangat birokratis). Silahkan Kepala Daerah
ajukan PSBB, Kemenkes menunggu saja usulan daerah. Jika
daerah tidak mengusulkan PSBB, dan covid-19 merajalela,
apa Menkes akan jadi penonton saja. Melihat begitu banyak
tenaga   medis dan para medis jatuh bertumbangan tewas
diserang covid-19.
Persoalan lemahnya harmonisasi regulasi antar
kementerian juga saat ini sedang dipertontonkan didepan
publik. Dari mana jalannya ada Peraturan Menteri
Perhubungan terkait Ojol, bertentangan dengan Permenkes
9/2020, yang merujuk pada PP 21/2020 dan UU No. 6/2018.
Apakah Sekjen Kemenhub yang membawahi Biro Hukum
nya, tidak melakukan eksaminasi terhadap draft Permen

77 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dimaksud dan melakukan harmonisasi kepada  Direktorat
Harmonisasi Kementerian Hukum dan HAM.
Paling mutakhir yang menarik adalah, untuk satu
kejadian tertentu yaitu wabah Covid-19, ditangani dengan
dua keputusan Presiden. Pertama Keppres No. 11/2020,
tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Covid-19, dengan tanggung jawab Kemenkes,  dan Keppres
Nomor 12/2020, tentang Penetapan Bencana Non Alam
Penyebaran  Covid-19, Sebagai Bencana Nasional dengan
tanggung jawab Badan Nasional Penanggulangan Nasional.
Bagaimana relasi kedua Keppres tersebut, memang
tidak ada disinggung dalam Keppres 12/2020, sebagai produk
hukum yang diterbitkan belakangan.  Tetapi hal tersebut
dapat di akomodir dalam Keppres 7/2020, yang telah diubah
menjadi Keppres 9/2020.
Itulah gambaran kegamangan administrasi
pemerintah menghadapi wabah Covid-19 yang begitu cepat
dan membuat penyelenggara pemerintahan tidak terlepas
dari kepanikan. Hal terebut terlihat dari produk regulasi
yang dihasilkannya. Ketidak siapan itu bukan saja para
birokrasi, tetapi semua pejabat negara, pejabat pemrintahan,
masyarakat, pengusaha,  karena melanda dunia dengan sangat
dahsyatnya. Dan tentu kita dapat memakluminya. Pandemi
covid-19 merupakan  Lesson learned    yang sangat berharga
dalam meneruskan kehidupan kita sebagai manusia, bangsa
dan negara Indonesia.
Ya Allah, isyarat apa yang Engkau tunjukkan dengan
wabah covid-19 yang mengancam penduduk dunia?.

Cibubur, 15 April 2020

78 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Optimisme Di Tengah Keterpaparan
Wabah Covid-19

Marsuki

Wabah Covid-19 masih menghantui kehidupan


masyarakat terutama para otoritas terkait. Belum ada pihak
merasa yakin kapan bisa dikendalikan apalagi berakhir,
selain berspekulasi positif sudah akan berarkhir tapi belum
menjanjikan. Oleh karena itu, spirit dan tindakan bersifat
optimisme terus perlu dilakukan, diberdayakan dan
dibangun, karena hanya cara itu dapat membantu kita tidak
terpapar menghadapi Covid-19. Pada prinsipnya, setiap
kejadian ada hikmahnya untuk dipetik dan dimanfatkan
mencari solusi terbaik.
Tidak dapat dinafihkan bahwa yang langsung
merasakan dampak negatif wabah terkait perihal kesehatan
masyarakat serta masalah perekonomian dalam arti luas.
Sepertinya, bukan saatnya lagi mendebatkan apalagi
mengkontroversikan dua hal tersebut. Keduanya terkait

79 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dan seiring dengan tujuan manusia hidup, ingin sejahtera
lahir dan bathin. Persoalan yang dihadapi persoalan yang
sudah mengglobal, jadi bukan persoalan bangsa kita sendiri.
Berbagai upayapun dilakukan berbagai pihak di penjuru
dunia. Hasilnya memang belum optimal, karena banyak
sebab, namun prinsipnya semua pihak terkait terus berusaha
mengambil perannya masing-masing menghadapi untuk
keluar dari wabah Covid-19 ini.
Di Sulse misalnya, para pihak melakukan berbagai
upaya mengatasinya, baik dari sisi otoritas terkait, Pemprov.,
Pemda/Pemkot, dan lembaga ekonomi, bisnis dan keuangan,
maupun masyarakat. Memang dampak positifnya belum
terukur, namun bukan berarti tidak ada, tentunya sudah
ada. Hal berat mulai terasa dari sisi ekonomi dalam arti luas,
dialami beberapa kelompok masyarakat tertentu, terutama
yang hidup dilapisan kelas bawah, yang hidupnya bergantung
hanya pada kegiatan dan usaha memenuhi kebutuhan
hidup sehari-harinya, termasuk para pelaku usaha UMKM
umumnya. Masalahnya, jika wabah ini terus berlanjut,
maka dampak negatifnya akan mulai merambah lapisan
masyarakat lainnya, yang sementara ini mungkin masih
bisa bertahan dalam tiga sampai enam bulan kedepan. Jadi
keadaan memang berat, tapi itulah kenyataan yang dihadapi.
Sehingga jika betul ingin keluar dari masalah ini,
maka sudah seharusnya segala upaya yang dilakukan para
pihak, memerlukan strategi terencana, komprehensip dan
terintegrasi agar antar para pihak dapat bergerak bersama
dalam spirit solidaritas, baik yang dilakukan dengan
pendekatan bersifat kuantitatif material maupun bersifat
kualitatif diantaranya dengan modal social di lingkungan
masyarakat.

80 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Dari sisi kuantitatif, Pemprov. Sulawesi Selatan misalnya
atas dukungan DPRD sudah menyiapkan anggaran cukup
besar, Rp. 500 miliar, diantaranya untuk mengantisipasi krisis
ekonomi yang diperkirakan terjadi. Masalahnya, sepertinya
belum tersampaikan ke masyarakat, tentang strategi yang akan
dilakukan, terutama terkait dengan aspek bantuan ekonomi
yang dapat dirasakan masyarakat yang sedang dan akan
terpapar wabah Covid-19. Namun bisa dimaklumi, Pemprov
harus berhati-hati , karena jika tidak, maka dana besar
tersebut menguap begitu saja atau bahkan dinikmati para
penumpang gelap yang memanfaatkan peluang. Disinilah
peran lembaga-lembaga terkait perlu dilibatkan secara
terintegrasi, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
kecepatan dan ketepatan pelaksanaan program kerja yang
sudah disusun, jika memang sudah ada. Jangan sampai tidak
tepat sasaran apalagi terlambat, sehingga manfaatnya tidak
dirasakan masyarakat secara tepat waktu.
Jika begitu kejadiannya, berarti kredibilitas pengambil
kebijakan bisa diragukan masyarakat, sehingga akan
terbangun secara tidak langsung ketidakpercayaan publik,
dan bisa menjadi risiko sosial dan politik bagi pengambil
kebijakan.
Disinilah peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) kembali dibutuhkan agar selalu mengawal rencana
yang sudah disetujui. Karena yang harus jadi pertimbangan
pokok, setiap kebijakan yang diambil peruntukannya
digunakan, utamanya pada saat kejadian dialami masyarakat,
bukan pada pertimbangan tentang kemungkinan yang akan
terjadi kemudian, itu persoalan lain.

81 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Kemudian, dari sisi otoritas terkait lainnya, harus
mampu menyiapkan beberpa informasi yang jelas dan benar
dari BPS khususnya, diantaranya tentang sector maupun
lembaga usaha yang akan terdampak dari wabah Codiv-19,
sekaligus informasi tentang sektor maupun lembaga usaha
yang masih bertahan, terutama yang dapat dibina, disupport
atau dikembangkan. Informasi ini penting menjadi referensi
bagi pengambil kebijakan untuk mengarahkan program-
program kebijakan yang akan dilaksanakan oleh otoritas
terkait. Misalnya di Sulawesi Selatan, sektor usaha yang akan
terkena dampak negatif terbesar, sudah teridentifikasi ada 5
sektor usaha utama dalam arti luas, yakni, Pertambangan,
Industri pengolahan, Perdagangan, Transportasi, dan
Penyediaan akomodasi, makanan dan minuman. Sedangkan
sektor usaha lain dalam arti luas, masih ada yang bersifat
netral atau dapat bertahan, bahkan masih bisa dikembangkan.
Seperti Pertanian, Konstruksi, Informasi dan komunikasi,
Jasa keuangan, Real estate, Jasa pendidikan, Jasa Kesehatan,
dan Jasa lainnya.
Selain itu, memang diharapkan para pelaku ekonomi
sendiri, harus mampu berusaha secara mandiri untuk tetap
menjalankan usahanya, tanpa harus selalu menggantungkan
diri pada bantuan dengan melihat dan memanfaatkan
peluang-peluang bisnis yang ada, sesuai kondisi seperti
sekarang. Misalnya, usaha berbasis on line, untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat atas produk-produk keperluan dasar
mereka. Seperti usaha delivery bahan kebutuhan pokok
ibu rumah tangga sehari hari, kebutuhan makan, minum,
dan lainnya. Termasuk memanfaatkan peluang waktu
keagamaan, misalnya Ramadhan, di mana masyarakat jelas
membutuhkan banyak jenis produk dan jasa.

82 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Akhinya, ditengah keterpaparan wabah ini, kita masih
dapat optimis, karena rupanya masih ada sektor maupun
lembaga usaha yang dapat bergerak sendiri, maupun bisa
digerakkan dengan berbagai support kebijakan dari otoritas-
otoritas terkait, supaya sebahagian persoalan ekonomi,
bisnis, dan keuangan di Sulawesi Selatan khususnya dapat
diselamatkan. Misalnya mengefektifkan dan memberdayakan
peran otoritas strategis di wilayah ini, dengan cara
menemukan strategi yang tepat agar berbagai kebijakan
yang akan ditempuh saling terkait, mendukung dan saling
melengkapi, jadi bukan sebaliknya. Seperti Bank Indonesia,
OJK, dan organisasi-organisasi perhimpunan dunia usaha,
termasuk lembaga-lembaga social kemasyarakatan, dan
pendidikan yang ada. Namun perlu ditekankan, itu harus
dibawah komando arahan lembaga bentukan yang dipercaya
masing-masing pihak.

Tamalanrea, 18 April 2020

83 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Penutup

“We know how to bring this economy back life. What


we do not know is how to bring people back to life,” (“Kami
tahu cara menghidupkan kembali ekonomi. Yang kami tidak
tahu adalah bagaimana menghidupkan kembali orang yang
mati,”), tulis Presiden  Ghana, Nana Akufo-Addo di akun
Twitter resminya menyikapi pilihan lockdown dinegaranya
(28/3/2020).
Pemerintah Indonesia akhirnya memilih Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan mengecualikan 8
hal. Sebelumnya, sejumlah Perguruan Tinggi ternama dan
sejumlah pemerintah provinsi (pemprov) serta Kabupaten/
Kota di Indonesia lebih memilih lockdown. Sejak pelaksanaan
PSBB hingga jelang akhir april 2020, belum terlihat penurunan
angka bagi pasien yang terinfeksi. Jangankan turun, datar
pun belum, masih menanjak naik menuju puncak kurva.
PSBB juga dinilai birokratis.
Disamping itu, kritik juga mengemuka terhadap
tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 sebesar
Rp. 405,1 Triliun untuk penangganan dampak covid-19 di
Indonesia. Ternyata 54,3 persen untuk insentif perpajakan

84 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


dan program pemulihan ekonomi. Katanya darurat
kesehatan, tapi kenapa belanja terbesar justru dialokasikan
sebagai insentif ekonomi bagi para pengusaha, tulis Fadli
Zon.

***

Kita patut bersyukur--punya kabar menggembirakan


dari hasil perjuangan mati-matian tenaga medis dan
paramedis serta relawan kesehatan untuk menahan angka
kematian dan meningkatkan angka kesembuhan. Bahkan
kini, angka kesembuhan mulai lebih tinggi dari kematian.
#dirumahsaja, menjaga dan menghormati pengor-
banan para perjuang atasi Covid-19.
Sejarawan Israil, Profesor Yuval Noah Hariri,
menulis dua buku Homo Sapiens dan Homo Deus. Berkisah
tentang asal-usul dan perjalanan panjang spesies hidup
mahluk manusia (homo sapiens) di muka bumi ini sejak
ratusan ribu tahun yang lalu. Ternyata manusia dapat
menaklukkan makhluk bumi lainnya berkat kemampuan
uniknya untuk percaya pada mitos-mitos kolektif tentang
dewa, uang, kesetaraan dan kebebasan. Era kini (homo deus)
menggambarkan situasi masa depan dan mengeksplorasi
bagaimana kekuatan global bergeser dari kekuatan utama
evolusi—seleksi alam—digantikan oleh teknologi baru
tingkat dewa, seperti kecerdasan buatan dan rekayasa
genetika.
Kehadiran virus corona, yang membuat kita memasuki
“penjara baru”- terisolasi lewat Lockdown; Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) bukan tanpa alasan.
Apalagi kalau muncul tipe baru virus corona?

85 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Mengingat kemampuan virus tersebut mengadaptasi
lingkungannya.
Genome mutations sepertinya akan berdampak pada
beberapa hal; virulensi, resistensi, endurance, breeding, tulis
Prof. Budu – Dekan Fakultas Kedokteran di WAGs Dewan
Professor Unhas (21/3/2020).
Saatnya kita mengusir ‘kepongahan’ atas dominasi
makhluk manusia yang melampaui ‘keharmonian-bumi’,
‘penzaliman berlebihan’ terhadap bumi dan makhluk hidup
lainnya ciptaan Allah SWT.
Semoga cobaan ini, cepat berlalu. Aamiin YRA.

86 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


Referensi

https://www.youtube.com/watch?v=k_iw-ujw2Ek
https://makassar.tribunnews.com/2020/04/08/hikmah-
dari-corona-saatnya-pengusaha-ubah-orientasi-dari-
profit-kebenefit? page=all
Juga: https://bit.ly/2JPn9CI
https://www.saburomedia.com/2020/03/29/ekonomi-
politik-covid-19/
Analisa Ekonomi & Keuangan , Pojok Harian Fajar (23/3/
2020), diedit menjadi Menyikapi Krisis Kemanusiaan
Virus Corona/
https://www.kompasiana.com/chazali/5e6f0c2c097f365b
77391af2/pilihan-lockdown-antara-kepentingan
ekonomi-dan-nyawa-manusia
https://www.amranrazak.com/dana-stimulus-dunia-
perangi-covid-19/
https://ibtimes.id/solidarity-buying-pengaman-sosial-masa-
pandemik/

87 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


https://www.amranrazak.com/kritis-vs-krisis-dalam-
lingkar-merah-covid-19/
https://www.amranrazak.com/menelusuri-status-ekonomi-
covid-19/
https://www.kanigoro.com/artikel/presiden-bagi-sembako-
melawan-keganasan-covid-19/
http://www.eksplore.co.id/peraturan-pemerintah-amanat-
uu-6-2018-yang-belum-lengkap-diterbitkan/
Harian Fajar (20/04/2020), halaman 1: “Optimisme di
Tengah Covid-19.

88 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


RIWAYAT SINGKAT PENULIS

• Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., DEA.


adalah Guru-besar Fakultas Ilmu Ekonomi & Bisnis
(FEB) Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Kolumnis
Ekonomi Politik di berbagai media massa.

• Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D. adalah Gurubesar


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
(UNHAS), Makassar. Anggota Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Peraih Bakrie Award (2013).

• Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. adalah Gurubesar


bidang Studi Islam dan Arab. Dosen Program Doktor
Politik Islam – Ilmu Politik, Universitas Muhammadyah
Yogyakarta (UMY), Jogyakarta.

• Prof. Marsuki, Drs.Ec., DEA, Ph.D. adalah


Gurubesar Moneter & Perbankan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (UNHAS)
dan Rektor IBK Nitro, Makassar.

89 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19


• Dr. Chazali H. Situmorang, Apt., M.Sc., CIRB.
adalah Dosen Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional (UNAS),
Jakarta. Kepala Pusat Penelitian, Pendampingan,
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
(P5M) Universitas Nasional, Jakarta. Direktur Social
Security Development Institute (SSDI). Sekretaris
Jenderal Kementerian Sosial R.I. (2007-2010).

• Prof. Dr. Amran Razak, S.E., M.Sc. adalah Guru


Besar Administrasi & Kebijakan Kesehatan (AKK),
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas
Hasanuddin (UNHAS), Makassar. Penanggungjawab
mata kuliah Politik Kesehatan Pasca Sarjana Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia (UMI),
Makassar. Majelis Pakar Pengurus Pusat Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) periode
2019-2022.

90 Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19

Anda mungkin juga menyukai